PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Adakala penyakit dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit lain.
Bahkan penyakit penyerta, sebut saja demikian, acapkali terdiagnosis lebih
dari satu gejala klinis. Dan tak sedikit dari penyakit penyerta itu sama
gawatnya dengan penyakit utama. Oleh karenanya tak heran bila
penatalaksanaanya semakin rumit, baik dari diagnosa, terapi hingga
membengkaknya biaya pengobatan, yang tentu tak sedikit kocek keluar.
Demikian pula halnya dengan penyakit HIV/AIDS. Sejak
ditemukan, pada 1981, hingga kini HIV/AIDS, prevalensinya terus
meroket tak terkendali, meski katanya telah ada program pencegahan
HIV/AIDS. Saat ini, diperkirakan penderita AIDS (Odha) di dunia
mencapai 60 juta jiwa. Dan tak satu pun dari penderita AIDS yang
terbebas dari ancaman Human Immunodeficiency Virus (HIV). Sementara
angka kematian karena HIV ini mencapai 25 juta. "Meninggalnya
penderita AIDS disebabkan karena infeksi oportunistik dan bukan karena
HIV itu sendiri," kata Prof. Dr. Herdiman Theodorus Pohan, SpPD-KPTI,
DTM&H, pada orasi pengukuhannya sebagai Guru BesarTetap dalam Ilmu
Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, di
Auditorium FKUI, 21 Januari lalu.
Menurutnya infeksi oportunistik didefinisikan sebagai suatu infeksi
yang timbul akibat penurunan kekebalan tubuh. Infeksi ini dicetuskan oleh
mikroba maupun karena reaktivasi infeksi laten, yang dalam keadaan
normal terkendali oleh sistem kekebalan tubuh.
Kehadiran HIV di dalam tubuh pada awalnya tidak menunjukan
gejala apapun. Namun, lambat laun virus ini menggerogoti sistem imun
sampai akhirnya bermanifestasi klinis. Gambaran klinis penderita AIDS
sangat bervariasi, dari gambaran klinis ringan hingga berat yang
berpotensi menyebabkan kematian. Penderita AIDS dapat mengalami
infeksi oportunistik ataupun mengalami keganasan/neoplasma seperti
sarkoma kaposi atau limfoma yang berujung kematian. "Infeksi
oportunistik menyebabkan kematian pada lebih dari 90 persen Odha."
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari IO?
2. Apa dasar dari IO?
3. Ada berapa jenis jenis IO?
4. Bagaimana cara mencegah IO?
5. Bagaimana cara Pengobatan dari IO?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengerti pengertian dari IO
2. Agar mahasiswa mengerti dasar dari IO
3. Agar mahasiswa mengetahui jenis jenis IO
4. Agar mahasiswa mengetahui cara mencegah IO
5. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana Pengobatan IO ?
BAB II
PEMBAHASAN
Sistim kekebalan yang sehat dapat mengendalikan jamur ini. Namun, PCP
menyebabkan penyakit pada anak dan pada orang dewasa dengan sistim
kekebalan yang lemah. Jamur Pneumocystis hampir selalu mempengaruhi paru,
menyebabkan bentuk pneumonia (radang paru). Orang dengan jumlah CD4 di
bawah 200 mempunyai risiko paling tinggi mengalami penyakit PCP. Orang
dengan jumlah CD4 di bawah 300 yang telah mengalami IO lain juga berisiko.
Sebagian besar orang yang mengalami penyakit PCP menjadi jauh lebih lemah,
kehilangan berat badan, dan kemungkinan akan kembali mengalami penyakit PCP
lagi.
Tanda pertama PCP adalah sesak napas, demam, dan batuk tanpa dahak. Siapa
pun dengan gejala ini sebaiknya segera periksa ke dokter. Namun, semua Odha
dengan jumlah CD4 di bawah 300 sebaiknya membahas pencegahan PCP dengan
dokter, sebelum mengalami gejala apa pun.
Sayang, PCP masih umum pada orang yang terlambat mencari pengobatan
atau belum mengetahui dirinya terinfeksi. Sebenarnya, 30-40 persen Odha akan
mengembangkan PCP bila mereka menunggu sampai jumlah CD4-nya kurang
lebih 50.
Kotrimoksazol adalah obat yang paling efektif melawan PCP. Obat ini juga
murah, dan dipakai dalam bentuk pil, tidak lebih dari satu pil sehari. Namun,
bagian SMX dari kotrimoksazol merupakan obat sulfa dan hampir separo orang
yang memakainya mengalami reaksi alergi, biasanya ruam kulit, kadang-kadang
demam. Sering kali, bila penggunaan kotrimoksazol dihentikan sampai gejala
alergi hilang, lalu penggunaan dimulai kembali, masalah alergi tidak muncul lagi.
Reaksi alergi yang berat dapat diatasi dengan cara desensitisasi. Pasien mulai
dengan dosis obat yang sangat rendah dan kemudian meningkatkan dosisnya
hingga dosis penuh dapat ditahan. Mengurangi dosis dari satu pil sehari menjadi
tiga pil seminggu mengurangi masalah alergi kotrimoksazol, dan tampak sama
berhasilnya. Karena masalah alergi yang disebabkan oleh kotrimoksazol serupa
dengan efek samping dari beberapa obat antiretroviral, sebaiknya penggunaan
kotrimoksazol dimulai seminggu atau lebih sebelum mulai ART. Dengan cara ini,
bila alergi muncul, penyebabnya dapat lebih mudah diketahui.
1) Toksoplasmosis
Toksoplasmosis (tokso) adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit
Toxoplasma gondii. Parasit hidup dalam organisme hidup lain (induknya) dan
mengambil semua nutrisi dari induknya. Parasit tokso sangat umum ditemukan
pada tinja kucing, sayuran mentah dan tanah. Kuman ini juga umumnya ditemu
dalam daging mentah, terutama daging babi, kambing dan rusa. Parasit tersebut
dapat masuk ke tubuh waktu anda menghirup debu. Hingga 50 persen penduduk
terinfeksi tokso. Sistim kekebalan tubuh yang sehat dapat mencegah agar tokso
tidak mengakibatkan penyakit ini. Tokso tampaknya tidak menular dari manusia
ke manusia.
Penyakit yang paling umum diakibatkan tokso adalah infeksi pada otak
(ensefalitis). Tokso juga dapat menginfeksikan bagian tubuh lain. Tokso dapat
menyebabkan koma dan kematian. Risiko tokso paling tinggi waktu jumlah CD4
di bawah 100. Gejala pertama tokso termasuk demam, kekacauan, kepala nyeri,
disorientasi, perubahan pada kepribadian, gemetaran dan kejang-kejang. Tokso
biasanya didiagnosis dengan tes antibodi terhadap T. gondii. Perempuan hamil
dengan infeksi tokso juga dapat menularkannya pada bayinya.
Tes antibodi tokso menunjukkan apakah anda terinfeksi tokso. Hasil positif
bukan berarti anda menderita penyakit ensefalitis tokso. Namun, hasil tes negatif
berarti anda tidak terinfeksi tokso. Pengamatan otak (brain scan) dengan
computerized tomography (CT scan) atau magnetic resonance imaging (MRI
scan) juga dipakai untuk mendiagnosis tokso. CT scan untuk tokso dapat mirip
dengan pengamatan untuk infeksi oportunistik yang lain. MRI scan lebih peka dan
mempermudah diagnosis tokso.
Kombinasi obat ini sangat efektif terhadap tokso. Lebih dari 80 persen orang
menunjukkan perbaikan dalam 2-3 minggu. Tokso biasanya kambuh setelah
peristiwa pertama. Orang yang pulih dari tokso seharusnya terus memakai obat
antitokso dengan dosis pemeliharaan yang lebih rendah. Jelas orang yang
mengalami tokso sebaiknya mulai terapi antiretroviral (ART) secepatnya, dan bila
CD4 naik di atas 200 lebih dari enam minggu, terapi tokso sudah diselesaikan dan
bila tidak ada gejala tokso lagi, terapi pemeliharaan tokso dapat dihentikan.
2) Tuberkulosis (TB)
Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri. TB biasanya
mempengaruhi paru-paru, tapi kadang-kadang dapat juga mempengaruhi organ
tubuh lain, terutama pada Odha dengan jumlah CD4 di bawah 200. TB adalah
penyakit yang sangat parah di seluruh dunia. Hampir sepertiga penduduk dunia
terinfeksi TB, tetapi sistem kekebalan tubuh yang sehat biasanya dapat mencegah
penyakit aktif.
Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel. Tuberkel adalah tonjolan kecil dan
keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi
bakteri TB dalam paru. Ada dua jenis TB aktif. TB primer baru terjadi setelah
anda terinfeksi TB untuk pertama kali. Keaktifan kembali TB terjadi pada orang
yang sebelumnya terinfeksi TB. Jika sistem kekebalan tubuhnya melemah, TB
dapat lolos dari tuberkel dan mengakibatkan penyakit aktif. Kebanyakan kasus TB
pada orang dengan HIV diakibatkan keaktifan kembali infeksi TB sebelumnya.
TB aktif dapat menyebabkan gejala berikut: batuk lebih dari tiga minggu;
hilang berat badan; kelelahan terus menerus; keringat basah kuyup pada malam
hari; dan demam, terutama pada sore hari. Gejala ini mirip dengan gejala yang
disebabkan PCP, tetapi TB dapat terjadi pada jumlah CD4 yang tinggi. TB
ditularkan melalui udara, waktu seseorang dengan TB aktif batuk atau bersin.
Anda dapat mengembangkan TB secara mudah jika anda pada tahap infeksi HIV
lanjut. Anda dapat terinfeksi TB pada jumlah CD4 berapa pun.
TB dan HIV: pasangan yang buruk . Banyak jenis virus dan bakteri hidup di
tubuh anda. Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat mengendalikan kuman ini
agar mereka tidak menyebabkan penyakit. Jika HIV melemahkan sistem
kekebalan, kuman ini dapat mengakibatkan infeksi oportunistik (IO). Angka TB
pada Odha sering kali 40 kali lebih tinggi dibanding angka untuk orang yang tidak
terinfeksi HIV. Angka TB di seluruh dunia meningkat karena HIV. TB dapat
merangsang HIV agar lebih cepat menggandakan diri, dan memperburuk infeksi
HIV. Karena itu, penting bagi orang dengan HIV untuk mencegah dan mengobati
TB.
Bagaimana cara mendiagnosis TB??? Ada tes kulit yang sederhana untuk TB.
Sebuah protein yang ditemukan pada bakteri TB disuntik pada kulit lengan. Jika
kulit anda bereaksi dengan bengkak, itu berarti anda kemungkinan terinfeksi
bakteri TB.
Jika HIV atau penyakit lain sudah merusak sistem kekebalan anda, anda
mungkin tidak menunjukkan reaksi pada tes kulit, walaupun anda terinfeksi TB.
Kondisi ini disebut 'anergi'. Oleh karena masalah ini, dan karena kebanyakan
orang di Indonesia sudah terinfeksi TB, jadi tes kulit sekarang jarang dipakai di
sini. Jika anda anergi, pembiakan bakteri dari dahak (lihat alinea berikut) adalah
cara terbaik untuk diagnosis TB aktif.
Bila anda mempunyai gejala yang mungkin disebabkan oleh TB, dokter akan
minta anda menyediakan tiga contoh dahak untuk diperiksa, termasuk satu yang
anda diminta keluarkan dari paru pada pagi hari. Dokter juga mungkin melakukan
x-ray paru, dan mencoba membiakkan bakteri TB dari contoh dahak anda. Tes ini
mungkin memerlukan waktu empat minggu. Sulit untuk mendiagnosis TB aktif,
terutama pada Odha, karena gejalanya mirip dengan pneumonia, masalah paru
lain, atau infeksi lain.
Jika anda mengalami TB aktif, anda diobati dengan antibiotik. Karena bakteri
TB dapat menjadi kebal (resisten) terhadap obat tunggal, anda akan diberi
kombinasi antibiotik. Juga, TB sulit disembuhkan, dan obat tersebut harus dipakai
untuk sedikitnya enam bulan. Jika anda tidak memakai semua obat, TB dalam
tubuh anda mungkin jadi resistan dan obat tersebut akan menjadi tidak efektif
lagi. Ada jenis TB yang sudah resistan pada beberapa antibiotik. Ini disebut TB
yang resistan terhadap beberapa obat atau MDR-TB. Hingga saat ini, Prevalensi
MDR-TB di Indonesia belum jelas; surveillans akan segera dilakukan oleh
Depkes. Kendati masalah ini, lebih dari 90 persen kasus TB dapat disembuhkan
dengan antibiotik.
ARV dapat meningkatkan kadar obat TB ini pada tingkat yang mengakibatkan
efek samping yang berat. Rifampisin tidak boleh dipakai jika anda memakai
protease inhibitor (PI). Rifabutin dapat dipakai dalam beberapa kasus, tetapi
mungkin dosisnya harus diubah. Ada pedoman khusus untuk dokter jika anda
memakai obat untuk memerangi TB dan HIV sekaligus. Juga, jika jumlah CD4
anda di bawah 100, anda sebaiknya memakai rifabutin sedikitnya tiga kali
seminggu. Ini mengurangi risiko TB-nya menjadi resistan terhadap rifabutin.
Untuk alasan ini, TB biasanya disembuhkan sebelum ART dimulai. Namun
mungkin ini mustahil bila jumlah CD4 sangat rendah.
A. Pencegahan IO
Sebagian besar kuman yang menyebabkan IO sangat umum, dan mungkin
anda telah membawa beberapa dari infeksi ini. Anda dapat mengurangi risiko
infeksi baru dengan tetap menjaga kebersihan dan menghindari sumber kuman
yang diketahui yang menyebabkan IO. Meskipun anda terinfeksi beberapa IO,
anda dapat memakai obat yang akan mencegah pengembangan penyakit aktif.
Pencegahan ini disebut profilaksis. Cara terbaik untuk mencegah IO adalah untuk
memakai ART. Lihat lembaran informasi masing-masing IO untuk informasi
lebih lanjut tentang menghindari infeksi atau mencegah pengembangan penyakit
aktif.
B. Pengobatab IO
Infeksi oportunistik kerap melibatkan banyak patogen dan menyerang
secara bersamaan. Berbagai gejala klinis pun terdiagnosa, menambah runyam
pengobatan pasien HIV/AIDS. Dengan demikian, diperlukan strategi dalam
diagnosis dan pengobatan , termasuk dengan antimikroba yang seringkali harus
diberi secara kombinasi. "Pemilihan obat antimikroba idealnya disesuaikan
dengan diagnosis dan patogen penyebab infeksi, namun dalam praktik klinik
seringkali terapi diberi secara empirik, oleh karenanya kesulitan dan keterbatasan
secara diagnosa," jelas Ketua Tim Standar Profesi Penyakit Dalam dan Standar
Peralatan Penyakit Dalam ini.
Efek sinergis terapi oportunistik dan ARV , oleh beberapa ahli telah
dibuktikan efektifitasnya. Kovack, pada 1997, misalnya, telah menunjukan,
terjadinya penurunan insiden infeksi oportunistik sebesar 55 persen pada populasi
Odha yang menerima ARV. Sementara Astro, peneliti lain, pada 2003 melakukan
penelitian untuk menilai efektivitas ARV terhadap perbaikan kualitas hidup
penderita AIDS. Hasilnya, disimpulkan bahwa untuk mengoptimalkan kualitas
hidup Odha perlu segera dilakukan penanggulangan infeksi oportunistik yang
dilanjutkan dengan ARV. "Keberhasilan ini dikaitkan dengan peningkatan
imunitas tubuh.Tapi, ARV sendiri tidak memberikan efek perlindungan yang
sama bagi setiap komplikasi oportunistik, oleh karenanya perlu upaya lain dengan
penggunaan profilaksis, serta pendekatan diagnostik dan terapetik yang lebih
baik," tegas Herdiman.
Dengan begitu pengobatan infeksi bukan berarti pekara mudah.Tak sedikit
para praktisi medis mengalami kegagalan, termasuk akibat keterbatasan non
medis seperti terlambatnya diagnosa dini, kesulitan mendapatkan obat, dan biaya
yang tinggi. Namun demikian, Herdiman menegaskan, HIV/AIDS bukanlah
tanggung-jawab dokter semata, dan bukan sekadar masalah kesehatan. Penyakit
"kutukan", pada sebagian masyarakat, ini merupakan tanggung-jawab semua
elemen: apapun profesi, status sosial, agama, orientasi politik. AIDS adalah
masalah kita semua yang tak bisa ditunda pemecahannya. Segera!! Atau segalanya
akan menjadi sangat terlambat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Infeksi oportunistik (IO) adalah infeksi yang ambil kesempatan
(opportunity) yang disediakan oleh kerusakan pada sistem kekebalan tubuh
untuk menimbulkan penyakit. Kerusakan pada sistem kekebalan tubuh ini adalah
salah satu akibat dari infeksi HIV, dan menjadi cukup berat sehingga IO timbul
rata-rata 7-10 tahun setelah kita terinfeksi HIV.