Anda di halaman 1dari 21

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TRANSMISI AGEN AGEN INFEKSIUS

• NAMA ; FILISTEA ANASTASYA DAVID


• NIRM ; 1901029
• KELAS ; 2A KEPERAWATAN
TRANSMISI AGEN INFEKSIUS

Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang


mampu menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila
mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau
jaringan. Penyakit akan timbul jika patogen berkembang biak dan
menyebabkan perubahan pada jaringan normal.
Transmisi adalah penularan atau penyebaran penyakit. Setiap penyakit
memiliki karakteristik transmisi berdasarkan sifat agen infeksi yang
menyebabkannya. Biasanya setiap jenis agen infeksi disebabkan oleh satu atau
beberapa organisme yang berbeda. Transmisi bisa bersifat langsung, tidak
langsung, lewat udara, atau air.
Penyakit dapat menular sebagai akibat dari adanya interaksi agen,
proses transmisi, dan penjamu. Beberapa faktor yang memengaruhi
transmisi agen infeksius yakni:

1. Faktor dari agen infeksius sendiri / Patokenesis Mikroorganisme


Potensi mikroorganisme atau parasit untuk menyebabkan
penyakit tergantung beberapa faktor, antara lain: kecukupan jumlah
organisme (dosis), virulensi atau kemampuan agen untuk bertahan
hidup dalam tubuh host atau di luar tubuh host, kemampuan untuk
masuk dan bertahan hidup dalam tubuh host, dan kerentanan tubuh
host (daya tahan host).
Patogenitas Mikroorganisme
1) Mikroorganisme Nonpatogen
Mikroorganisme nonpatogen adalah mikroorganisme yang tidak
berbahaya dan tidak menyebabkan penyakit, tetapi justru membantu
memelihara keseimbangan baik di dalam tubuh maupun lingkungan
dan dapat bertindak sebagai flora normal.
Mikroorganisme nonpatogen juga membantu membatasi pertumbuhan
mikroorganisme patogen. Banyak mikroorganisme tumbuh baik di
permukaan tubuh inang maupun di dalam tubuh inang, mereka tidak
menyebabkan infeksi bila mereka tetap berada di tempat habitatnya.
Jika suatu organisme nonpatogen berpindah ke luar dari tempat
habitatnya, dapat menjadi organisme penyebab penyakit dan disebut
patogen oportunistik
2) Mikroorganisme Patogen
Pada dasarnya dari keseluruhan mirkroorganisme di alam hanya
sebagian kecil mikroorganisme yang merupakan patogen ataupun
potensial patogen.
Patogen adalah agen biologi, fisik, atau kimia yang mampu
menyebabkan penyakit pada organisme lain. Agen biologi dapat berupa
bakteri, virus, jamur, protozoa, cacing, dan prion. Agar dapat
menyebabkan penyakit, mikroorganisme patogen harus dapat masuk ke
tubuh inang. Kemampuan mikroorganisme untuk menyebabkan
penyakit disebut patogenesitas.
2. Rantai infeksi
1) Agen infeksius
Agen penyebab penyakit infeksi pada dasarnya
adalah mikroorganisme yakni bakteri, virus, jamur,
protozoa, dan parasit lainnya
Potensi mikroorganisme atau parasit untuk
menyebabkan penyakit tergantung beberapa faktor,
antara lain: kecukupan jumlah organisme (dosis),
virulensi atau kemampuan agen untuk bertahan
hidup dalam tubuh host atau di luar tubuh host,
kemampuan untuk masuk dan pertahan hidup dalam
tubuh host, dan kerentanan tubuh host (daya tahan
host).
2) Sumber penular (reservoir)
• Tempat di mana patogen dapat bertahan hidup tetapi belum tentu
dapat berkembang biak. Meski begitu tetap ada peluang bagi agen
infeksius melakukan transmisi dan menimbulkan infeksi pada
makhluk hidup. Reservoir terdiri dari hewan dan manusia.
Contoh: Virus Hepatitis A bertahan hidup dalam kerang laut tetapi
tidak dapat berkembang biak, Pseudomonas dapat bertahan hidup
dan berkembang biak dalam reservoir nebulizer, serta berbagai
mikroorganisme yang banyak hidup di kulit, di rongga, dalam
cairan, dan cairan yang keluar dari tubuh.

• Karier (carrier, pembawa) adalah individu yang tidak


menunjukkan gejala penyakit, meskipun terdapat organisme
patogen pada atau dalam tubuhnya, yang dapat ditularkan ke
orang lain,
3) Jalan keluar (Port Exit)
Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan
berkembang biak, mikroorganisme harus menemukan jalan keluar jika
akan masuk ke penjamu dan menyebabkan penyakit. Jalur keluar dapat
berupa darah, kulit, membran mukosa,
saluran pernapasan, saluran pencernaan, saluran genitourinaria dan
transplasenta (ibu ke janin), serta mekanisme aliran (drainase).
4) Cara Penularan (Mode of Transmission)
Mikroorganisme tidak dapat bepergian sendiri, sehingga mereka
membutuhkan kendaraan untuk membawa mereka ke orang atau tempat
lain. Setiap penyakit memiliki jenis penularan tertentu. Kendaraan utama
penularan adalah makanan dan air. Jenis penularan suatu penyakit bisa
melalui kontak langsung (yakni individu ke individu atau kontak fisik
antara sumber dengan penjamu yang rentan) dan tidak langsung (kontak
penjamu yang rentan dengan benda mati yang terkontaminasi, yaitu: jarum
atau benda tajam, lingkungan, dan lainnya), melalui udara (Airborne), dan
vektor (lalat, nyamuk).
5) Jalur masuk mikroorganisme (port d’entry)
Mikroorganisme patogen dapat memasuki tubuh inang melalui berbagai macam
jalan, misalnya letak (traktus respiratorius, traktus gastrointestinalis, traktus
genitourinarius, kulit/membran mukosa, transplasental, parenteral), dan
mekanisme aliran (trauma perkutaneus, tindakan invasif dan insisi pembedahan).
6) Kerentanan host
Mikroorganisme dapat menyebar ke orang lain tetapi tidak berkembang menjadi
infeksi jika sistem kekebalan tubuh seseorang dapat melawannya. Mereka
mungkin menjadi pembawa (carrier) tanpa gejala, selanjutnya menjadi mode
transmisi ke host rentan yang lain. Setelah host terinfeksi, ia mungkin menjadi
reservoir untuk transmisi penyakit ke depannya.
Penjamu yang rentan banyak ditemukan di tempat pelayanan kesehatan, mereka
yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh meliputi anak kecil atau bayi,
lanjut usia,orang dengan penyakit kronis, orang yang menerima terapi medis
seperti kemoterapi, atau steroid dosis tinggi, orang dengan luka terbuka. Jadi
kerentanan ini dapat disebabkan sebagai akibat dari proses penyakit, pengobatan,
atau tindakan medis. Sistem kekebalan tubuh yang tidak efektif ini membuat
mereka rentan terhadap agen infeksi dalam lingkungan pelayanan kesehatan
3. Virulensi Mikroorganisme
Mikroorganisme patogen memiliki faktor virulensi (keganasan)
yang dapat meningkatkan patogenisitas dan memungkinkan
berkolonisasi atau menginvasi jaringan inang dan merusak fungsi
normal tubuh. Virulensi menggambarkan kemampuan untuk
memperberat penyakit. Virulensi berasal dari bahasa latin
virulentia yang berarti toksin.
Proses untuk menghilangkan sifat virulensi disebut atenuasi.
Keberadaan mikroorganisme patogen dalam tubuh adalah akibat
dari berfungsinya faktor virulensi mikroorganisme, jumlah
mikroorganisme dan faktor resistensi tubuh inang.
Virulensi ditentukan oleh
Perlekatan (adhesi/ligan – fimbrae)— invasi MO ke dalam tubuh
Eksoenzim (leukosidin,hemolisin)
Eksotoksin
Eksotoksin merupakan protein toksin yang tidak tahan panas dan bersifat
antigenik yang menginduksi pembentukan antibodi. Antibodi yang terbentuk
akibat induksi eksotoksin disebut antitoksin. Toksin bekerja dengan cara
menghancurkan bagian tertentu sel inang atau menghambat fungsi metabolik
tertentu. Eksotoksin dikelompokkan menjadi tiga tipe berdasarkan
mekanisme kerjanya, yaitu:
Sitotoksin, membunuh sel inang atau mempengaruhi sel
Neurotoksin, terlibat dalam transmisi normal impuls saraf
Enterotoksin, mempengaruhi sel saluran pencernaan
4. Infeksi
Infeksi adalah masuk dan berkembangbiaknya suatu organisme
(agen infeksius) dalam tubuh inang. Suatu agen infeksius
(patogen) belum tentu menyebabkan penyakit pada manusia.
• Jika suatu mikroorganisme menginvasi dan berkembang
biak di dalam tubuh tetapi tidak menyebabkan gejala, maka
disebut kolonisasi.
• Jika suatu penyakit infeksius dapat ditularkan dari satu
individu ke individu lainnya disebut penyakit menular.
• Jika mikroorganisme patogen berkembang biak dan
menyebabkan tanda dan gejala klinis maka infeksi tersebut
bersifat simptomatis, sebaliknya jika tidak ada gejala yang
timbul, maka penyakit bersifat asimptomatis.
5. Pengendalian Infeksi Dan Infeksi Nosokomial
Klien dalam lingkungan pelayanan kesehatan memiliki
resiko untuk terkena infeksi. Infeksi yang berhubungan
dengan pelayanan kesehatan biasanya disebut infeksi
nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang
dihasilkan dari tindakan pelayanan pada suatu
pelayanan kesehatan. Infeksi ini dapat terjadi sebagai
hasil tindakan invasif, pemakaian antibiotik, adanya
organisme yang resisten dengan berbagai obat, dan
kelalaian dalam kegiatan pencegahan dan kontrol
infeksi.
peningkatan
1) Kulit
Kulit manusia secara normal dihuni oleh beragam spesies bakteri dan jamur
Ketahanan kulit dari infeksi karena :
-Kulit luar yang padat dan berkeratin serta mengandung mikroba residen
pH kulit (5,5) dan asam lemak yang menghambat pertumbuhan kuman
Kulit ditembus oleh mikroba akibat :
a.Lembab dan panas yang mempengaruhi permeabilitas kulit
b.Mikroba dengan enzim dihasilkannya merusak ekstrasel
c.Masuk melalui lesi kulit
o Tusukan superfisial
o Dalam (stafilokokkus)
o Luka bakar ( Pseudomonas aeruginosa)
o Jarum suntuk
d.Gigitan
Kutu, nyamuk dan tungau
Gigitan hewan (virus rabies)
2) Saluran Urogennital
• Urine menunjang pertumbuhan bakteri namun saluran kemih
dalam keadaan normal steril karena dibilas beberapa kali
sehari
• Jarak uretra dengan kulit mempengaruhi infeksi (wanita
>beresiko pria)
• Obstruksi
• Patogen yang mudah melekat di epitel sal.kemih (ex
Gonokokkus)
• Memiliki Fimbria adheren (Strain E.coli) pmenyebabkan ISK
akut
3) Saluran Nafas
 Sekitar 10.000 MO (virus,bakteri/jamur) terhirup setiap hari (tinggal di kota)
 Jarak yang ditempuh o berbagai Mo ini di sistem pernafasan berbanding
terbalik dengan ukuran mereka
- Mikroba besar ----Mukosiliaris (hidung dan Sal nafas atas)
- MO di Mukus – sel goblet dgn bantuan gerakan silia ke tenggorokan ---
MO di keluarkan/ditelan
- MO < 0,5 nanomikron langsung ke alveoli –fagosit oleh makrofag atau
neutrofil dengan sitokin.
 Kerusakan kronik mukosilia—perokok (akut—intubasi dan aspirasi asam
lambung)
 Virus influenza—couse mengencerkan mukus dan menghambat gerakan
silia—infeksi skunder
 M.tb lolos tahan terhadap fagosit makrofag alveoli
 Jamur oportunistik pada AIDS dan Kemoterapi
4) Saluran Cerna
a. Tercemar akibat kontaminasi bahan feses
b. Sistem pertahanan sal.cerna :
• Cairan lambung yang asam
• Lapisan mukus yang kental yang menutupi usus
• Enzim litik pankreas dan detergen empedu
• Sekresi antibodi imunoglobulin A (IgA)
c. Virus berselubung mati oleh getah pencernaan– ttp virus tak berselubung
resisten
d. Bakteri enteropatogenik :
• Enterotoksin dan Eksotoksin
• Merusak mukosa dan lamina propria
• Merusak bercak peyer dan kgb mesentrium--sistemik
e. Fungus—ggn imunitas
f. Cacing– menyebabkan penyakit bila terdapat dalam jumlah besar atau berada di
tempat ektopik.
5) Penyebaran Mikroba ke Seluru Tubuh
• Sawar—kelenjar limfe regional dan vaskular regional–
pembuluh darah diangkut bbrp cara :
- Bentuk bebas (cacing,bakteri, jamur dan protozoa)
- Oleh leukosit (HIV, V.herpes,CMV dan Toxoplasma)
- Sel darah merah (plasmodium)
- Manifestasi klinis
*Otak –Poliomielitis
*Kulit—cacar air, frambusia
*Paru –campak,rubella
*Ginjal – pielonefritis
*Hati – hepatitis B
6. Penularan kontak secara langsung
Yaitu penularan melalui kontak fisik antara sumber dengan penjamu yang
rentan atau individu ke individu. Contoh:

• Kontaminasi dan luka


misal, infeksi luka rabies.

• Inokulasi
misal, gigitan serangga, suntikan serum hepatitis.

• Menelan makanan dan minuman yang terkontaminasi


misal, hepatitis A, poliomielitis, dan kolera.

• Menghirup debu dan droplets


Misal, influenza dan tuberkulosis.
7. Penularan kontak secara tidak langsung
Yaitu penularan melalui kontak penjamu yang rentan dengan benda mati yang
terkontaminasi. Misalnya, melalui jarum, benda tajam, lingkungan, udara
(airbone), air, dan vektor (lalat, nyamuk).

8. Kerentanan host (penjamu)


Dapat terkena infeksi tergantung pada keretanannya terhadap agen infeksius.
Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan tubuh individu terhadap patogen.
Meskipun secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang
besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatandan
jumlah mikroorganisme tersebut.

Penjamu yang rentan banyak ditemukan di tempat pelayanan kesehatan, mereka


yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh meliputi anak kecil atau
bayi, lanjut usia, orang dengan penyakit kronois, orang yang menerima terapi
medis seperti kemoterapi, atau steroid dosis tinggi, orang dengan luka terbuka.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai