Anda di halaman 1dari 9

PENGONTROLAN MIKROORGANISME

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengendalian mikroorganisme sangat esensial dan penting dalam industri,
dan produksi pangan, obat-obatan, kosmetika dan lainnya. Alasan utama
dilakukannya suatu pengendalian organisme diantaranya adalah:

1. Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi.


2. Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi.
3. Mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme.
(Waluyo, 2008)
Pengendalian mikroorganisme yang dapat dilakukan sangat beranekaragam,
yaitu melalui metode fisik, kimia ataupun biologi.Untuk metode secara fisik,
dapat dilakukan melalui pemanasan ataupun fiksasi-fiksasi.Sedangkan untuk
metode kimia sendiri kita dapat menggunakan beberapa agen kimia untuk menguji
suatu mikroorganisme (Waluyo, 2008).
Saat ini telah banyak agen kimia yang berpotensi untuk membunuh ataupun
menghemat mikroba.Penelitian dan penemuan senyawa kimia baru terus
berkembang.Agen kimia yang baik adalah yang memiliki kemampuan membunuh
mikroba secara tepat dengan dosis yang rendah tanpa merusak bahan atau alat
yang desinfeksi. Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia di golongkan menjadi :
Agen kimia yang merusak membran sel mikroba.
Agen kimia yang merusak enzim miroba (Waluyo, 2008).
Agen kimia yang biasa digunakan yaitu antiseptik, desinfektan, serta
antibiotik.Desinfektan yaitu suatu substansi kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan sel vegetatif pada materi yang tidak hidup.Antibiotik yaitu suatu
substansi kimia yang dapat merusak atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dalam jaringan hidup yang dihasilkan oleh mikroorganisme,
sedangkan antiseptik adalah bahan kimia yang dapat menghambat atau membunuh
pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup
(Waluyo, 2008).
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan percobaan pengontrolan
mikroorganisme untuk mengetahui kereaktifan dari agen-agen kimia tersebut
dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme serta dapat menentukan
masing-masing zona hambat dalam berbagai agen kimia.
BAB II
ISI

Tiap-tiap makhluk hidup itu keselamatannnya tergantung kepada sekitarnya,


terlebih mikroorganisme.Makhluk-makhluk halus tersebut tidak dapat menguasai
faktor-faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya tergantung kepada faktor
keliling.Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibedakan menjadi faktor biotik
dan faktor abiotik.Faktor biotik terdiri atas makhluk hidup sedangkan faktor
abiotik terdiri atas faktor alam (fisik) dan faktor kimia (Supardi dan Sukamto,
1996).
Mikrobiostatis menyatakan suatu keadaan mikroorganisme yang meskipun
masih hidup (viable) tetapi tidak mengadakan multiplikasi. Terjadinya keadaan
mikrobiostatis dapat disebabkan oleh pengaruh fisik seperti: pengeringan,
immobilisasi air sel menjadi es, menarik sebagian besar air keluar sel dengan
larutan yang tekanan osmosisnya tinggi, atau dengan gabungan dari cara tersebut.
Mikrobiostatis kimia dan desinfektan adalah dua ungkapan yang perbedaannya
terletak pada apa yang diartikan dengan mematikan secara lambat (yaitu
mikrobiostatis). Zat-zat kimia yang merupakan tipe umum dari mikrobiostatis
kimia terdiri dari tiga macam yaitu : zat warna anilin, sulfonamida, dan antibiotik
(Irianto, 2006).
Beberapa bahan antiseptik yang dahulu digunakan, saat ini sudah bergeser
menjadi desinfektan karena toksisitas, sifat korosif dan efektifitasnya
kurang.Selain itu munculnya, banyak antiseptik baru dan antibiotik yang lebih
efektif membuat lebih banyak pilihan.Dalam bidang perawatan diperlukan
kemampuan memilih obat antiseptik dan desinfektan yang tepat untuk perawatan
luka dan penyeterilan alat (Sutedjo, 1993).
Kelompok bahan berkhasiat sebagai antiseptik dan desinfektan :
1. Kelompok fenol : Krsol, Heksaklorofen,
Heksilresorsinol, Remsinol, Timol,
Triklosan.
2. Kelompok alkohol : Etanol, Esopropanol, Bensil,
Alkohol.
3. Kelompok aldehid : Formaldehid, Glutaraldehid.
4. Golongan asam : Asam Asetat, Asam Salisilat, Asam
Pikrat, Asam Bensoat, Asam Borat,
Asam Laktat.
5. Golongan halogen : Yodium dan turunannya, Iodoform,
Klorin, Hipoklorit, Klorheksidin.
6. Golongan oksidator : Hidrogen Peroksida
(Pehidrol/H2O2),Permanganat
Kalikus ( PK/KMnO4 ), Natrium
Perborat ( NaBO3), Amzoil
Peroksida.
7. Logam berat dan garam-garamnya : Senyawa Hidragirum
(HgCl2/Merkuribiklorida,
HgCr2/Merkurokrom), Senyawa
Nitrat(Nitras Argenti/AgNO3 ),
SenyawaSeng, Senyawa
Amonium, Kuartener,Nitrofurason.
8. Zat warna : Gentian Violet, Methilen Blue,
Akridinatau Akriflavin.
9. Kelompok lain : Iktamol/Sulfur/Belerang.
(Pelczar dan Chan, 1988)
Dalam menggunakan desinfektan haruslah diperhatikan hal-hal tersebut
dibawah ini. Apakah suatu desinfektan tidak meracuni suatu jaringan, apakah ia
tidak menyebabkan rasa sakit, apakah ia tidak memakan logam, apakah ia
bagaimana warnanya, apakah ia mudah hilangkan dari pakaian apabila
desinfektan itu sampai terkena pakaian, dan apakah ia murah harganya. Faktor-
faktor inilah yang menyebabkan orang sulit untuk menilai suatu desinfektan
(Pratiwi, 2008)
Bagaimana cara memulai khasiat desinfektan, untuk mengetahui kekuatan
masing-masing desinfektan, orang perlu mempunyai suatu ukuran pokok. Adapun
zat yang dipakai ialah fenol.Mikroorganisme yang dipakai sebagai penguji khasiat
desinfektan ialah Salmonella typhosa, kadang-kadang digunakan juga Mirococcus
aureus. Desinfektan yang akan diuji itu diencerkan menurut perbandingan
tertentu. Missal kita membuat 2 larutan fenol (Pelczar dan Chan, 1988).
Faktor-faktor kimia, didalam alam yang sewajarnya, jarang-jarang bakteri
menemui zat-zat kimia yang menyebabkan ia sampai mati karenanya hanya
manusia didalam usahanya untuk membebaskan diri dari kegiatan bakteri meramu
zat-zat yang dapat meracuni bakteri, akan tetapi tidak meracuni diri sendiri dan
tidak meracuni zat makanan yang diperlakukannya.Zat-zat yang hanya
menghambat pembiakan bakteri dengan tidak membunuhnya disebut zat
antiseptik atau zat bakteriostatik (Sutedjo,1993).
Di alam jarang mikroorganisme yang mati akibat terkena zat-zat kimia, zat-
zat yang hanya menghambat pembiakan mikroorganisme dengan tiada
membunuhnya dinamakan zat antiseptik.Isitilah lainnya yaitu desinfektan.
Antiseptik dan desinfektan dapat merupakan zat yang sama tetapi berbeda dalam
cara penggunannya; antiseptik dipakai terhadap jaringan hidup, sedangkan
desinfektan dipakai untuk bahan-bahan tidak bernyawa (Waluyo, 2008).
Pada umumnya bakteri yang muda kurang daya tahannya terhadap
desinfektan dari pada bakteri yang tua. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya
desinfektan antara lain: pekat encernya konsentrasi, lamanya berada dibawah
pengaruh desinfektan, kenaikan temperatur menambah daya desinfektan, medium
dapat juga menawar daya desinfektan. Susu, plasma darah, dan zat-zat lain yang
serupa protein sering melindungi bakteri terhadap pengaruh desinfektan tertentu
(Dwidjoseputro, 2005).
Beberapa desinfektan dan antiseptik, zat-zat yang dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan bakteri dapat dibagi atas garam-garam, fenol, dan
senyawa-senyawa lain yang sejenis.Formaldehida, alkohol, yodium, klor,
persenyawaan klor, zat warna, ditergen, sulfonamida, dan antibiotik
(Dwidjoseputro, 2005).
Menurut Waksman, antibiotik adalah zat-zat yang dihasilkan oleh
mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikitpun mempunyai daya
penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain. Antibiotik yang pertama dikenal
ialah penisilin, ditemukan oleh Fleming tahun 1929, namun baru sejak tahun 1943
antibiotik ini digunakan sebagai pembunuh bakteri.Antibiotik yang efektif bagi
banyak spesies bakteri dikatakan mempunyai spektrum yang sempit.Sebelum
suatu antibiotik digunakan untuk keperluan pengobatan, maka perlulah terlebih
dahulu antibiotik itu diuji efeknya terhadap spesies bakteri tertentu sesuai dengan
keperluan, maka suatu antibiotik dapat diberikan kepada seorang pasien dengan
jalan penelanan atau penyuntikan.Penyuntikan dapat dilakukan di intravena atau
intramuscular (Dwidjoseputro, 2005).
Kekuatan antibiotik yang diproduksi harus disesuaikan dengan
Internasional Standard Sample dan satuan internasional.Pada umumnya suatu
contoh baku internasional dari suatu antibiotik mengandung sejumlah antibiotik
yang telah dimurnikan secara teliti, baik terhadap kekuatannya maupun
keaktifannya. Ada beberapa cara untuk menentukan preparat antibiotik. Penentuan
kekuatan ini dapat dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: menghitung daerah
dengan penghambatan dalam agar dapat menentukan konsentrasi terkecil yang
masih dapat menghambat pertumbuhan, penentuan kesensitifan dari suatu
antibiotik terhadap organisme yang belum diketahui dan untuk mengetahui
konsentrasi antibiotik yang dapat tercapai dalam cairan tubuh atau jaringan
(Iriranto, 2006).
BAB III
PENUTUP

1 Kesimpulan
Dari praktikum tentang pengontrolan mikroorganisme dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1. Pengontrolan mikroorganisme adalah segala kegiatan yang dapat menghambat
pertumbuhan, membasmi, maupun menyingkirkan mikroorganisme
menggunakan zat antibakteri yang menyebabkan terjadinya perubahan-
perubahan yang mengarah pada kematian sel bakteri.
2. Efektivitas agen kimia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
Konsentrasi agen kimia yang digunakan (semakin tinggi konsentrasi,
efektivitas makin tinggi).
Sifat dan jenis mikroba (mikroba berspora dan berkapsul lebih resisten).
pH (efektivitas agen kimia berbanding lurus dengan nilai pH).
Adanya bahan ekstrak dan organik (efektivitas suatu agen kimia akan
menurun jika didalamnya terdapat bahan-bahan organik).
3. Metode-metode yang digunakan dalam melakukan pengontrolan
mikroorganisme adalah dengan metode fisik maupun metode kimia. Metode
fisik dengan cara pemanasan, filtrasi, pasteurisasi, sinar ultraviolet dan lain
sebagainya, sedangkan dengan metode kimia menggunakan antibiotik,
desinfektan dan surfaktan.

5.2 Saran
Praktikan diharapkan dapat melakukan metode dan bahan lainnya, seperti
sinar ultraviolet, filtrasi menggunakan bahan antibiotik, surfaktan agar praktikan
mengetahui metode-metode lainnya yang sering digunakan serta praktikan juga
harus lebih teliti dalam mengukur zona hambat agar diperoleh hasil yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D.2005.Dasar-dasar Mikrobiologi.Djambatan: Jakarta.

Irianto, K. 2006.Mikrobiologi, Menguak Dunia Mikroorganisme.Yrama Widya:


Bandung.

Pelczar,M.J dan E.C.S.Chan. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. UI Press:


Jakarta.
Pratiwi, Sylvia.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. PT. Erlangga: Jakarta.

Supardi,I. dan Sukamto.1996. Mikrobiologi Dalam Pengolahan Dan Keamanan


Pangan. Erlangga: Jakarta.

Sutedjo, A.Y.1993. Mengenal Obat-Obatan Secara Mudah Dan Aplikasinya


Dalam Perawatan. Erlangga: Jakarta.

Waluyo,L.2008.Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. UMM Press:


Malang.

Anda mungkin juga menyukai