Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AGEN-AGEN INFEKSIUS

Mata Kuliah :Patofisiologis

Oleh:

REGINA

NIM: B0218513

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

TAHUN AKADEMIK 2019


KATA PENGANTAR
i
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT. karena berkat rahmat dan
hidayahnyalah, saya telah mampu menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul
“AGEN-AGEN INFEKSIUS”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah “ILMU DASAR KEPERAWATAN II”.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi pembaca. Sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini, bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hasil maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh
sebab itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat bagi saya dan pembaca.

Majene, 2 April 2019

Penulis

DAFTAR ISI

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……….…………………………………………………… 2

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………… 2

1.3 Tujuan ……….……….…………………………………………………… 3

1.4 Manfaat ……….…………………………………………………… 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Agen-agen infeksius ……………………………………..…. 4

2.2 Definisi Virus …………………………………………………..……. 4

2.3 Definisi Bakteri ……………………………………….………......... 7

2.4 Definisi Jamur ……………………………………….………................. 8

2.5 Definisi Parasit ……………………………………….………. ......... 9

2.6 Definisi Riketsia ……………………………………….………........... 11

2.7 Definisi Clamida …………………………………….…………........... 13

2.8 Agen-agen Infeksi Opurtunistik …………………….…………............ 14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………… 17

3.2 Saran ……………………………………………………………………. 17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh kita sepanjang waktu terpapar dengan bakteri, virus, jamur, dan
parasit, semuanya terjadi secara normal dan dalam berbagai tingkatan pada kulit,
mulut, jalan napas, saluran cerna, membran yang melapisi mata, dan bahkan
saluran kemih. Banyak dari agen infeksius ini mampu menyebabkan kelainan
fungsi fisiologis yang serius atau bahkan kematian bila agen infeksius tersebut
masuk ke jaringan yang lebih dalam.
Tubuh manusia telah diciptakan dengan berbagai macam sistem yang
berfungsi sebagai pertahanan tubuh. Selain itu juga terdapat respon-respon tubuh
terhadap benda asing yang bersifat merugikan. Apabila terjadi cedera jaringan
yang dikarenakan oleh bakteri, trauma, bahan kimia, panas, atau fenomena
lainnya maka jaringan yang cedera itu akan melepaskan berbagai zat yang
menimbulkan perubahan sekunder yang sangat dramatis disekeliling jaringan
yang tidak mengalami cedera.
Dewasa ini penyakit infeksi sudah merupakan penyakit dimana para sarjana
Kedokteran telah mengembangkan, baik terapi maupun penelitian-penelitian
tentang perkembangan, pencegahan dan pengobatan infeksi maupun penyakit-
penyakit, yang berhubungan dengan infeksi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarakan latar belakang diatas, kelompok dapat mengambil rumusan
masalah sebagai berikut, yaitu:
1. Bagaimana Definisi Agen-agen infeksius ?
2. Bagaimana Pembahasan Virus ?
3. Bagaimana Pembahasan Bakteri ?
4. Bagaimana Pembahasan Jamur ?
5. Bagaimana Pembahasan Parasit ?
6. Bagaimana Pembahasan Riketsia ?
7. Bagaimana Pembahasan Clamida ?
8. Apa Agen-agen Infeksi Opurtunistik ?

1
1.3 Tujuan
Berdasarakan rumusan masalah diatas, kelompok dapat mengambil tujuan
masalah sebagai berikut, yaitu:

1.3.1. Tujuan Umum


Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 2.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui Definisi Agen-agen infeksius ?
2. Untuk Mengetahui Pembahasan Virus ?
3. Untuk Mengetahui Pembahasan Bakteri ?
4. Untuk Mengetahui Pembahasan Jamur ?
5. Untuk Mengetahui Pembahasan Parasit ?
6. Untuk Mengetahui Pembahasan Riketsia ?
7. Untuk Mengetahui Pembahasan Clamida ?

1.4 Manfaat
Dapat mengetahui dan memahami Definisi Agen-agen Infeksius, yang berupa
Virus, Bakteri, Jamur, Parasit, Riketsia, Clamida.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Agen-agen infeksius

Infeksi merupakan peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme di


dalam tubuh pejamu (Pronggoutomo, 2002). Sedangkan agen infeksius adalah
mikroorganisme yang dapatmenimbulkan infeksi. Mikroorganisme yang
termasuk dalam agen infeksi antara lain virus, bakteri, jamur, parasit, riketsia,
dan clamidia.

Agen pencetus infeksi terdiri atas beberapa jenis dengan kemampuan yang
berbeda-beda dalammenimbulkan infeksi progresif dan penyakit. Sebagai
contoh, pada satu ujung spektrum, satu mikroorganismehidup mungkin cukup
untuk menimbulkan penyakit (misal Richettsia tsutsugamushi), sedangkan
mikroba lain,sejuta organisme atau lebih mungkin baru diperlukan untuk
menimbulkan penyakit (misal Salmonella typhi). Hanya dua sifat umum
diperlukan oleh suatu agen infeksi agar menimbulkan penyakit.

1. Agen infeksi tersebut harus mampu melakukan metabolisme dan


memperbanyak diri di dalam jaringan hospes. Agen infeksi tersebut harus
mampu mendapatkan tekanan oksigen, pH yang sesuai, suhu,
danlingkungan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya.

2. Agen infeksius patogen harus memiliki kemampuan untuk menahan


mekanisme pertahanan hospesyang cukup lama untuk mencapai jumlah
kritis yang diperlukan sehingga agen tetap dapat menimbulkan penyakit.
Setiap ada gangguan dari mekanisme pertahanan hospes jelas akan
membantu terjadinya prosesinfeksi (Herold, 1994).

2.1 Virus

2.2.1 Sejarah

Virus merupakan suatu partikel yang masih diperdebatkan statusnya apakah


ia termasuk makhluk hidup atau benda mati. Virus dianggap benda mati
karena ia dapat dikristalkan, sedangkan virus dikatakan benda hidup, karena
virus dapat memperbanyak diri (replikasi) dalam tubuh inang.

Para ahli biologi terus mengungkap hakikat virus ini sehingga


akhirnya partikel tersebut dikelompokkan sebagai makhluk hidup dalam
dunia tersendiri yaitu virus.Virus merupakan organisme non-seluler, karenaia
tidak memilki kelengkapan seperti sitoplasma, organel sel, dan tidak bisa
membelahdiri sendiri. Penyelidikan tentang objek-objek berukuran sangat
kecil di mulai sejak ditemukannyamikroskop oleh Antony Van Leeuwenhoek
(1632-1723) perkembangan mikroskop inmendorong berbagai penemuan
3
dibidang biologi salah satunya partikel mikroskopikyaitu virus. Beberapa
tokoh dalam penemuan virus pertama yaitu:

1. Adoft Mayer (1883, Jerman)

Percobaan diawali dari munculnya penyakit bintik kuning pada daun


tembakau. Iamencoba menyemprotkangetah tanaman sakit ke tanaman sehat,
hasilnyatanaman

2. Dmitri Ivanovski (1892, Rusia)

Ia mencoba menyaring getah tanaman yang sakit dengan filter bakteri


sebelum disemprotkan ke tanaman sehat. Hasilnya, tanaman sehat tetap
tertular. Iamenyimpulkan bahwa ada partikel yang lebih kecil lagi dari bakteri
yang lolossaringan yang menularkan penyakit.

3. Martinus W. Beijerinck (1896, Belanda)

Ia menemukan bahwa partikel itu dapat bereproduksi pada tanaman, tapi


tidak pada medium pertumbuhan bakteri. Ia menyimpulkan bahwa partikel
itu hanya dapat hidup pada makhluk hidup yang diserangnya.

4. Wendel M. Stanley (1935, Amerika)

Ia berhasil mengkristalkan partikel tersebut. Partikel mikroskopis itu lalu


dinamai TMV (Tobacco Mosaic Virus).

2.2.2 Definisi

Virus berasal dari bahasa yunani “Venom” yang berarti racun. Virus
adalah parasit mikroskopik yang menginfeksi selorganisme biologis. Secara
umum virus merupakan partikel tersusun atas elemen genetik (genom) yang
mengandung salah satu asam nukleat yaitu asam deoksiribonukleat (DNA)
atau asam ribonukleat (RNA) yang dapat berada dalam dua kondisi yang
berbeda, yaitu secara intraseluler dalam tubuh inang dan ekstrseluler diluar
tubuh inang. Virus memiliki sifat hidup dan mati. Sifat hidup (seluler) yaitu
memiliki asam nukleat namun tidak keduanya (hanya DNA atau RNA), dapat
bereproduksi dengan replikasi dan hanya dapat dilakukan didalam sel inang
(parasit obligat intraseluler). Sifat mati (aseluler) yaitu dapat di kristalkan dan
dicairkan. Struktur berbeda dengan sel dan tidak melakukan metabolisme sel.

2.2.3 Bentuk dan Ukuran Virus

Bentuk virus bervariasi dari segi ukuran, bentuk dan komposisi kimiawinya.
Bentuk virus ada yang berbentuk bulat, oval, memanjang, silindariis, dan ada
4
juga yang berbentuk T. Ukuran Virus sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop elektron, ukuran virus lebih kecil daripada bakteri.
Ukurannya berkisar dari 0,02 mikrometer sampai 0,3 mikrometer (1 µm =
1/1000 mm). Unit pengukuran virus biasanya dinyatakan dalam nanometer
(nm). 1 nm adalah 1/1000 mikrometer dan seperjuta milimeter. Virus cacar
merupakan salah satu virus yang ukurannya terbesar yaitu berdiameter 200
nm, dan virus polio merupakan virus terkecil yang hanya berukuran 28 nm.

2.2.4 Susunan Tubuh

1. Kabsid

Kapsid adalah lapisan pembungkus tubuh virus yang tersusun atas protein.
Kapsid terdiri dari sejumlah kapsomer yang terikar satu sama lain.

Fungsi:

a. Memberi bentuk virus

b. Pelindung dari kondisi lingkungan yang merugikan

c. Mempermudah penempelan pada proses penembusan ke dalam sel

2. Isi

Terdapat di sebelah dalam kapsid berupa materi genetik/ molekul pembawa


sifat keturunan yaitu DNA atau RNA. Virus hanya memiliki satu asam
nukleat saja yaitu satu DNA/ satu RNA saja, tidak kedua-duanya. Asam
nukleat sering bergabung dengan protein disebut nukleoprotein. Virus
tanaman/ hewan berisi RNA/ DNA, virus fage berisi DNA.

3. Kepala

Kepala virus berisi DNA, RNA dan diselubungi oleh kapsid. Kapsid tersusun
oleh satu unit protein yang disebut kapsomer.

4. Ekor

Serabut ekor adalah bagian yang berupa jarum dan berfungsi untuk
menempelkan tubuh virus pada sel inang. Ekor ini melekat pada kepala
kapsid. Struktur virus ada 2 macam yaitu virus telanjang dan virus
terselubung (bila terdapat selubung luar (envelope) yang terdiri dari protein
dan lipid). Ekor virus terdiri atas tabung bersumbat yang dilengkapi benang
atau serabut. Khusus untuk virus yang menginfeksi sel eukariotik tidak
memiliki ekor.

2.2.5 Pengembangbiakan Virus

5
Virus memanfaatkan metabolisme sel penjamu untuk membantu
sintesis protein virus dan virion baru; jenis sel yang dapat diinfeksi oleh virus
dapat sedikit dapat banyak. Untuk tujuan diagnosti, sebagian besar virus
ditumbuhkan dalam biakan sel, baik turunan sel sekunder atau kontinu;
pemakaian telur embrionik dan hewan percobaan untuk membiakan virus
hanya dilakukan untuk investigasi khusus. Jenis biakan sel untuk
mengembangbiakan virus sering berasal dari jaringan tumor, yang dapat
digunakan secara terus menerus.
2.2.6 Klasifikasi Virus
Nama famili ditandai dengan akhiran viridae. Nama subfamili diberi
akhiran virinae Nama akhiran genus diberi akhiran virus. Lwoff, Horne &
Tournier adl ahli dlm taksonomi virus, berdasarkan criteria:
1. Jenis asam nukleat (DNA/ RNA) berantai ganda/ tunggal.
2. Ukuran & morfologi tmsk tipe simetri kapsid.
3. Adanya enzim spesifik, terutama polimerase RNA & DNA yang penting
bagi replikasi genom.
4. Kepekaan thd zat kimia & keadaan fisik.
5. Cara penyebaran alamiah.
6. Gejala2 yang timbul.
7. Ada tidaknya selubung.
8. Banyaknya kapsomer untuk virus ikosohedarial/ diameter nukleokapsid
untuk virus helikoidal.
Saat ini telah lebih dari 61 famili virus diidentifikasi, 21 diantaranya
mempunyai anggota yang mampu menyerang mns & binatang.
Menurut RNA, famili virus dibagi menjadi:
- Picontohrnaviridae - Orthomyxoviridae
- Rhabdoviridae - Bunyaviridae
- Caliciviridae - Reoviridae
- Filoviridae - Arenaviridae
- Togaviridae - Retroviridae
- Paramyxoviridae - Contohronaviridae
- Flaviviridae
Menurut DNA, famili virus dibagi menjadi:

6
- Adenoviridae - Papovaviridae
- Herpesviridae - Parvoviridae
- Hepadnaviridae - Poxviridae
Selain itu tdpt kelompok virus yang belum dpt diklasifikasikan (unclassified
virus) karena banyak sifat biologiknya belum diketahui.
2.2.7 Peran Virus
Didalam kehidupan, virus memiliki 2 peran, yaitu peran virus sebagai
mikroorganisme yang menguntungkan, maupun yang merugikan.
1. Virus yang menguntungkan: Virus berperan penting dalam bidang rekayasa
genetika karena dapat digunakan untuk cloning gen(reproduksi DNA yang
secara genetis identik). Sebagai contoh adalah virus yang membawa gen
untuk mengendalikan pertumbuhan serangga. Virus juga digunakan untuk
terapi gen manusia sehingga diharapkan penyakit genetis, seperti diabetes
dan kanker dapat disembuhkan.
2. Virus yang merugikan: Virus yang dapat merugikan karena menyebabkan
berbagai jenis penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan

2.2.8 Penyakit-penyakit Akibat Virus


Proses infeksi virus dpt melalui berbagai jaringan.
1. Melalui saluran pernafasan
contoh : virus influenza penyebab influensa, virus rubeola penyebab campak,
ronavirus penyebab SARS, virus variola penyebab penyakit cacar, virus
varicella penyebab penyakit cacar air.
2. Melalui saluran pencernaan
contoh : virus hepatitis A,B, poliomyelitis penyebab polio, rotavirus
penyebab diare

3. Melalui kulit & mukosa genitalia


contoh : virus herpes simplex1 penyebab stomatitis, flavivirus penyebab
DBD, rabies penyebab rabies, cytomegalovirus penyebab hepatitis
4. Melalui plasenta
contoh : virus rubella, cytomegalovirus

7
2.2.9 Beberapa Virus yang Merugikan
1. Virus Hepatitis
Hepatitits adalah istilah umum yang berarti radang hati dan dapat
disebabkan oleh berbagai virus yang berbeda seperti virus hepatitis A, B, C,
D, E. Karena perkembangan penyakit kuning merupakan fitur karakteristik
penyakit hati.
2. Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Merupakan anggota subfamili lentivirinae dari famili retroviridae.
Virus RNA berselubung. Dengan diameter 100-150 nm. HIV adalah
retrovirusyang biasanya menyerang organ vital system kekebalan manusia
sepertisel T CD4+ (sejenissel T), makrofaf, dan sel dendritik. Bereplikasi
melalui DNA perantana menggunakan DNA polimer yang dikendalikan oleh
RNA (reverse transcriptase). Terdapat 2 tipe yaitu: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1
dibagi menjadi 3 kelompok: kelompok M, O, N.
3. Virus Dengue
Virus Dengue hanya dapat hidup dalam sel hidup, merupakan salah
satu virus yang termasuk dalam famili Flavividae. Virion Dengue merupakan
partikelsferis dengan diameter nukleokapsid 30nm dan ketebalan selubung 10
mm, sehingga diameter virion kira-kira 50 nm. Genon virus Dengue terdiri
dari asam ribonuleat berserat tunggal , panjangnya kira-kira 11 kilibasa.
Genon terdiri dari protein structural dan protein non structural, yaitugen C
mengkode sintesa nukleokapsid (Capsid), gen M mengkode sintesa protein
M(Membran) dangan E mengkode sentesa glikoprotein selubung (Envelope).

Virus dengue mempunyai 4 jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN 2, DEN-3, dan
DEN-4. Masing-masing tipe mempunyai subtipe (strain) yang jumlahnya
ratusan, sesuai daeraah atau asal virus itu. Serotipe DEN-2 dan DEN-3 adalah
penyebab wabah demam berdarah di Asia Tenggara. Infeksi DD/DBD dapat
ditularkan padamanusia melalui gigitan vector nyamuk Aedes aegyptidan
Aedes albopictus betina. Virus dengue mampu berkembang biak didalam
tubuh hospes (manusia, monyet, simpanse, kelinci, mencit, marmut, tikus,
hamster serta serangga khususnya nyamuk).

8
Kontrol dan pencegahan virus dengue dilakukan PSN (pemberantasan sarang
nyamuk dengan menguras atau larvasida dan penyemprotan nyamuk dewasa
insektisida. Kontrol epidemi yang terpenting adalah dengan membunuh
nyamuk vektor betina dewasa. Menghambat perkemabangan nyamuk.

4. Virus Polio
Virus polio merupakan penyebab penyakit polio. Penyakit polio terutama
menyerang pada anak-anak kecil. Polio dapat menyebabkan demam, sakit
kepala, muntah,sakit perut,nyeri otot,kekakuan pada leherdan punggung,serta
kelumpuhan.Kebanyakanpasien akan pulih,namun dalam kasus yang parah,
penyakit ini dapat menyebabkan cacat permanen dan kematian. Penyakit ini
sangat menular. Polio menyebar dari orang ke orang,terutama melalui rute
dari tinja ke mulut.Virus memasuki tubuh melalui rute mulut dan akhirnya
menyerang system saraf pusat. Masa inkubasi 7-14 hari, dengan kurun waktu
antara 3-35 hari. Orang yang diduga terinfeksi harus dirujuk ke rumah sakit
untuk penanganan lebih lanjut dan isolasi. Dewasa ini,tidak ada perawatan
penyembuhan untuk penyakit tersebut.

2.2 Bakteri

2.3.1 Definisi

Bakteri merupakan organisme prokariot, yaitu memiliki kromosom tunggal dan


tidak memiliki nukleus. (Gillespie et al, 2007)

Bakteri adalah nama sekelempok mikroorganisme yang termasuk prokariotik


yang bersel satu. Istilah bakteri dari bahasa Yunani dari kata bekterion berarti
tongkat atau batang dan umumnya tidak berklofrofil. Berkembang biak dengan
membela diri dan bahan – bahan genetiknya tidak terbungkus dalam membran
inti. (BIMA, 2005)

Bakteri mempunyai struktur sel yang penting, antara lain:

1. Kapsul : Merupakan struktur polisakarida longgar yang melindungi sel dari


fagositosis dan desikasi (kekurangan).

2. Lipopolisakarida : melindungi bakteri Gram-negatif dari lisis yang


diperantarai oleh komplemen. Merupakan stimulator pelepasan sitokin poten.

3. Fimbria atau Pili : Bulu-bulu tipis khusus yang membantu adhesi ke sel
pejamu dan kolonisasi. Eschercia coli yang uropatogenik memiliki fimbria
9
terspesialisasi (fimbria P) yang terikat ke reseptor manosa pada sel epitel
ureter. Antigen fimbria sering bersifat imunogenik tetapi bervariasi
antarstatin sehingga dapat terjadi infeksi ulang (misalnya pada Neisseria
gonorrhoeae).

4. Flagela : Organ pergerakan (lokomasi) bakteri, membuat organism mampu


untuk menemukan sumber nutrisi dan menembus mukus pejamu. Flagela
dapat tunggal atau multipel, dapat berada di salah satu ujung sel (polar) atau
di banyak tempat (peritrik). Pada beberapa spesies (misalnya Treponema),
flagela terfiksasi secara kuat di dalam dinding sel bakteri.

5. Lendir : Materi polisakarida yang disekresikan oleh beberapa bakteri yang


tumbuh dalam lapisan biofilm, melindungi organisme tersebut dari serangan
imunitas dan eradikasi oleh antibiotik.

6. Spora : Suatu bentuk yang inert secara metabolik, dipicu oleh kondisi
lingkungan yang tidak cocok; sebagai adaptasi untuk kelangsungan hidup
jangka panjang, sehingga memungkinkan bakteri untuk tumbuh kembali pada
kondisi yang sesuai.(Gillespie et al, 2007)

2.3.2 Klasifikasi

Tujuan dari klasifikasi mikroorganisme adalah untuk menentukan potensi


dari patogeniknya. Beberapa bakteri memiliki kemampuan untuk menyebar secara
luas di komunitas dan menyebabkan penyakit yang serius.Bakteri dapat diidentifikasi
berdasarkan serangkaian sifat-sifat, imunologis fisik atau sifat-sifat molekuler.

1. Reaksi Gram : Bakteri Gram-positif dan bakteri Gram-negatif member


respons terhadap antibiotik yang berbeda. Bakteri lain (misalnya
Mikobakteria) mungkin memerlukan teknik pewarnaan khusus.

2. Bentuk Sel : Kokus, basilus, atau spiral.

3. Endospora : Keberadaan, bentuk, dan posisinya di dalam sel bakteri


(terminal, subterminal, atau sentral).

4. Preferensi atmosfer : Organisme aerob memerlukan oksigen; organism


anaerob memerlukan atmosfer dengan sangat sedikit atau tanpa oksigen.

5. Kekhususan (fastidioudness) : Kebutuhan akan media khusus atau


pertumbahan intraselular khusus.

6. Enzim Kunci : Tidak adanya fermentasi laktosa membantu identifikasi


salmonela, urease membantu identifikasi Helicobacter.

10
7. Reaksi Serologis : Interaksi antara antibodi dengan struktur permukaan
(misalnya subtipe dari Salmonela, Haemophilus, Meningokokus, dan banyak
lagi)

8. Sekuens DNA : Sekuens DNA ribosom 16S saat ini merupakan elemen kunci
dalam klasifikasi. (Gillespieet al, 2007)

2.3.3 Identifikasi Bakteri

Terdapat beberapa cara untuk identifikasi bakteri antara lain

a. Pemeriksaan Mikroskopis

Pemeriksaan langsung digunakan untuk mengamati pergerakan, dan


pembelahan secara biner, mengamati bentuk dan ukuran sel yang alami, yang
pada saat mengalami fiksasi panas serta selama proses pewarnaan
mengakibatkan beberapa perubahan (Koes Irianto, 2006).

b. Pembiakan Bakteri

Pembenihan atau media yaitu campuran bahan-bahan tertentu yang dapat


menumbuhkan bakteri, jamur ataupun parasit, pada derajat keasaman dan
inkubasi tertentu. Pembiakan diperlukan untuk mempelajari sifat bakteri
untuk dapat mengadakan identifikasi, determinasi, atau differensiasi jenis-
jenis yang ditemukan.

Medium pembiakan terdiri dari :

1) Medium pembiakan dasar

Pembiakan dasar adalah medium pembiakan sederhana yang mengandung


bahan yang umum diperlukan oleh sebagian besar mikroorganisme dan
dipakai juga sebagai komponen dasar untuk membuat medium pembiakan
lain. agar diperoleh apa yang dinamakan agar nutrisi atau bulyon agar.

2) Medium pembiakan penyubur (Euriched Medium)

Medium pembiakan penyubur dibuat dari medium pembiakan dasar dengan


penambahan bahan lain untuk mempersubur pertumbuhan bakteri tertentu
yang pada medium pembiakan dasar tidak dapat tumbuh dengan baik.

3) Medium pembiakan selektif

Medium pembiakan selektif digunakan untuk menyeleksi bakteri yang


diperlukan dari campuran dengan bakteri-bakteri lain yang terdapat dalam
bahan pemeriksaan.

2.3 Jamur
11
2.4.1 Definisi

Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang
berarti tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang
memiliki tubuh buah serta tumbuh atau muncul di atas tanah atau pepohonan
(Tjitrosoepomo, 1991). Organisme yang disebut jamur bersifat heterotrof, dinding
sel spora mengandung kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat
fagotrof, umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapat berinti banyak
(multinukleat), atau berinti tunggal (mononukleat), dan memperoleh nutrien dengan
cara absorpsi (Gandjar, et al., 2006).

Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu
dinding sel yang sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel
jamur terdiri atas selulosa dan kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah
polimer dari gugus amino yang lebih memiliki karakteristik seperti tubuh serangg
daripada tubuh tumbuhan. Spora jamur terutama spora yang diproduksi secara
seksual berbeda dari spora tumbuhan tinggi secara penampakan (bentuk) dan metode
produksinya (Alexopoulus dan Mimms, 1979).

2.4.2 Klasifikasi Jamur

Mc-Kane (1996) mengatakan setiap jamur tercakup di dalam salah satu dari
kategori taksonomi, dibedakan atas dasar tipe spora, morfologi hifa dan siklus
seksualnya. Kelompok-kelompok ini adalah: Oomycetes, Zygomycetes,
Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes. Terkecuali untuk
deuteromycetes, semua jamur menghasilkan spora seksual yang spesifik. Berikut ini
disajikan Tabel 1 untuk membedakan 5 kelompok jamur.

a. Oomycetes

Dikatakan sebagai jamur air karena sebagian besar anggotanya hidup di air
atau di dekat badan air. Hanya sedikit yang hidup di darat. Miseliumnya terdiri atas
hifa yang tidak bersekat, bercabang, dan mengandung banyak inti. Hidup sebagai
saprofit dan ada juga yang parasit. Pembiakan aseksualnya dengan zoospora, dan
dengan sporangium untuk yang hidup di darat. Pembiakan seksualnya dengan
oospora. Beberapa contoh dari kelompok ini antara lain: Saprolegnia sp., Achya sp.,
Phytophtora sp (Alexopoulus dan Mimms, 1979).

b. Zygomycetes

Kelompok Zygomycetes terkadang disebut sebagai “jamur rendah” yang


dicirikan dengan hifa yang tidak bersekat (coneocytic), dan berkembang biak secara
aseksual dengan zigospora. Kebanyakan anggota kelompok ini adalah saprofit.
Pilobolus, Mucor, Absidia, Phycomyces termasuk kelompok ini (Wallace, et
al.,1986). Rhizopus nigricans adalah contoh dari anggota kelompok ini, berkembang

12
biak juga melalui hifa yang koneositik dan juga berkonjugasi dengan hifa lain.
Rhizopus nigricans juga mempunyai sporangiospora.

c. Ascomycetes

Golongan jamur ini dicirikan dengan sporanya yang terletak di dalam


kantung yang disebut askus. Askus adalah sel yang membesar, yang di dalamnya
terbentuk spora yang disebut askuspora. Setiap askus biasanya menghasilkan 2-8
askospora (Dwidjoseputro, 1978). Kelas ini umumnya memiliki 2 stadium
perkembangbiakan yaitu stadium askus atau stadium aseksual.

d. Basidiomycetes

Basidiomycetes dicirikan memproduksi spora seksual yang disebut


basidiospora. Kebanyakan anggota basiodiomycetes adalah cendawan, jamur payung
dan cendawan berbentuk bola yang disebut jamur berdaging, yang spora seksualnya
menyebar di udara dengan cara yang berbeda dari jamur berdaging lainnya. Struktur
tersebut berkembang setelah fusi (penyatuan) dari dua hifa haploid hasil dari formasi
sel dikaryotik. Sebuah sel yang memiliki kedua inti yang disumbangkan oleh sel
yang kompatibel secara seksual. Sel-sel yang diploid membelah secara meiosis
menghasilkan basidiospora yang haploid.

e. Deuteromycetes

Mc-Kane (1996) mengatakan, ada beberapa jenis jamur belum diketahui


siklus reproduksi seksualnya (disebut fase sempurna). Jamur ini “tidak sempurna”
karena belum ada spora seksual mereka yang ditemukan. Anggota kelompok ini
berkembang biak dengan klamidospora, arthrospora, konidiospora, pertunasan juga
terjadi. Deuteromycetes juga memiliki hifa yang bersekat (Tortora, et al., 2001).

2.4.3 Faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur

a. Kelembaban

Kelembaban tanah diartikan sebagai aktifitas air di dalam tanah (water


activity). Rasio aktifitas air ini disebut juga kelembaban relatif (relatif humidity).
Ketersediaan air di lingkungan sekitar jamur dalam bentuk gas sama pentingnya
dengan ketersediaan air dalam bentuk cair. Hal ini menyebabkan hifa jamur dapat
menyebar ke atas permukaan yang kering atau muncul di atas permukaan substrat
(Carlile dan Watkinson, 1995).

b. Suhu

Menurut Carlile dan Watkinson (1995), suhu maksimum untuk kebanyakan


jamur untuk tumbuh berkisar 30°C sampai 40°C dan optimalnya pada suhu 20°C
sampai 30°C. Jamur- jamur kelompok Agaricales seperti Flummulina spp, Hypsigius
spp, dan Pleurotus spp, tumbuh optimal pada suhu 22°C (Kaneko dan Sugara, 2001)

13
dalam Panji (2004). Sementara jamur-jamur Coprinus spp, tumbuh optimal pada
kisaran suhu 25°C sampai 28°C (Kitomoro, et al., 1999).

c. Intensitas cahaya

Umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap


pembentukan struktur alat-alat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun
prosesreproduksi memerlukan cahaya, hanya fase tertentu saja yang memerlukan
cahaya, atau secara bergantian struktur berbeda di dalam sporokarp dapat memberi
respon berbeda terhadap cahaya.

d. pH

Menurut Bernes, et al., (1998), jamur yang tumbuh di lantai hutan umumnya
pada kisaran pH 4-9, dan optimumnya pada pH 5-6. Konsentrasi pH pada subsrat
bisa mempengaruhi pertumbuhan meskipun tidak langsung tetapi berpengaruh
terhadap ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan atau beraksi langsung pada
permukaan sel.

2.5 Parasit

Parasit menginvasi imunitas protektif dengan mengurangi imunogenisitas dan


menghambat respon imun host. Parasit yang berbeda menyebabkan imunitas
pertahanan yang berbeda.

1. Parasit mengubah permukaan antigen mereka selama siklus hidup dalam host
vertebrata.

2. Parasit menjadi resisten terhadap mekanisme efektor imun selama berada


dalam host.

3. Parasit protozoa dapat bersembunyi dari sistem imun dengan hidup di dalam
sel host atau membentuk kista yang resisten terhadap efektor imun. Parasit
dapat menyembunyikan mantel antigeniknya secara spontan ataupun setelah
terikat pada antibodi spesifik. Parasit menghambat respon imun dengan
berbagai mekanisme untuk masing-masing parasit.

2.6 Riketsia

Riketsia merupakan golongan bakteri, karena itu riketsia memiliki sifat yang
sama dengan bakteri, termasuk bakteri Gram negatif. Riketsia mempunyai enzim
yang penting untukmetabolisme. Dapat mengoksidasi asam piruvat, suksinat, dan
glutamat serta merubah asam glutamat menjadi asam aspartat.Riketsia tumbuh dalam
berbagai bagian dari sel. Riketsia prowazekii dan Riketsia typhi tumbuh dalam
sitoplasma sel. Sedangkan golongan penyebab spotted fever tumbuh di dalam inti
sel. Riketsia dapat tumbuh subur jika metabolisme sel hospes dalam tingkat yang
14
rendah, misalnya dalam telur bertunas pada suhu 320 C. Pada umumnya riketsia
dapat dimatikan dengan cepat pada pemanasan danpengeringan atau oleh bahan-
bahan bakterisid.

2.7 Clamidia

Clamidia termasuk bakteri, memiliki ribosom, RNA, dan DNA, dinding sel
dari peptidoglikan yang mengandung asam muramat. Dikenal juga dengan
Miyagawanellla atau Bedsonia, termasuk Gram negatif, berukuran 0,2-1,5 mikron,
berbentuk sferis, tidak bergerak dan merupakan parasit intrasel obligat. Clamidia
berkembang melalui beberapa stadium mulai dari badanelementer yang infeksius,
berbentuk sferis dengan garis tengah 0,2-0,4 mikron, memiliki satu inti dan sejumlah
ribosom. Badanelementer kemudian berubah menjadi badan inisial dan kemudian
badan intermedier. Siklus perkembangan Clamidia memakan waktu 24-48 jam.
Clamidia mempunyai 2 jenis antigen yaitu antigen grup dan antigen spesies.
Keduanya terdapat di dalam dinding sel. Antigen spesies tetap dalam dinding sel
meskipun sebagian besar grup telah dilepaskan dengan fluorocarbon atau
deoksikholat. Clamidia dapat dibeda-bedakan atas dasar patologenitas dan jenis
hospes yang diserangnya. Dua spesies yang terpenting adalah

1. Clamidia psittaci, membentuk badan iklusi intrasitoplasma yang tersebar


secara difus dan tidak mengandung glikogen. Penyebab penyakit Psitttacosis
pada manusia, omitosisi pada burung dan lain-lain.

2. Clamidia trachomatis, membentuk badan iklusi intrasitoplasma yang padat


dan mengandung glikogen. Dapat menyebabkan pneumonitis pada tikus.
Pada manusia dapat menyebabkan penyakit trachoma, konjungtivitas induksi,
non-spesifik, salpingitis, servistik, dan pneumonitis.

2.8 Agen Infeksi Opportunistik

Definisi Infeksi oportunistik adalah penyakit yang jarang terjadi pada orang
sehat, tetapi menyebabkan infeksi pada individu yang sistem kekebalannya
terganggu, termasuk infeksi HIV. Organisme-organisme penyakit ini sering hadir
dalam tubuh tetapi umumnya dikendalikan oleh sistem kekebalan tubuh yang sehat.
Ketika seseorang terinfeksi HIV mengembangkan infeksi oportunistik, tahapannya
masuk ke diagnosis AIDS.

Penyebab utama morboditas dan mortilitas diantara pasien dengan stadium


lanjutinfeksi HIV adalah infeksi oportunistik, yaitu infeksi berat yang diinduksi agen
yang jarang menyebabkan penyakit serius pada individu yang imunikompeten.
Infeksioportunistik biasanya tidak terjadi pada pasien yang terinfeksi HIV hingga
jumlah sel T CD4 turun dari kadar normal sekitar 1.000 sel/μl menjadi kurang dari

15
200 sel/μl. Infeksi oportunistik yang paling sering terjadi pada pasien AIDS yang
tidak dapatdiobati yaitu :

1. Protozoa: Toxoplasma gondii, Isospora belli, spesies cryptosporidium.

2. Fungi: Candida albicans, Cryptococcus neoformans,Coccidiodes


immitis,Histoplasma capsulatum, Pneumocytis jiroveci.

3. Bakteri: Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium avium


intracellulare,Listeria monocytogenes, spesies salmonella.

4. Virus: Cytomegalovirus, virus herpes simpleks, virus vacella


zoster,adenovirus, virus poliomavirus JC, virus hepatitis B dan C

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

16
3.1.1 Agen infeksius adalah mikroorganisme yang dapatmenimbulkan infeksi.
Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi antara lain virus,
bakteri, jamur, parasit, riketsia, dan clamidia.

3.1.2 Infeksi oportunistik adalah penyakit yang jarang terjadi pada orang sehat,
tetapi menyebabkan infeksi pada individu yang sistem kekebalannya
terganggu, termasuk infeksi HIV

3.2 saran

Demikian sedikit informasi dari kelompok 2. Tentu masih banyak sekali


kekurangan yang jauh dari sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang
membangun masih sangat kami butuhkan demi kemajuan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi saat ini. Ucapan terima kasih layaknya pantas kami persembahkan
bagi dosen pembimbing kami dan para pembaca. Terakhir, ucapan maaf yang
sebesar – besarnya perlu kami ucapkan jika dalam penulisan ini kami banyak
melontarkan kata – kata yang kurang berkenan.

DAFTAR PUSTAKA

Staf Penagajar FK UI, (1993). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara

Pringngoutomo, S., Himawan, S. & Tjarta, A. (2002). Buku Ajar Patologi 1 (Umum).
Jakarta: Sangung Seto.

17
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/35135/4/Chapter%20II.pdf

http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/BAB_IV_virus.pdf

https://mikrobia2.files.wordpress.com/2008/05/rickettsia-typhi-new.pdf

http://digilib.unila.ac.id/5690/11/13.BAB%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55904/4/Chapter%20II.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20870/4/Chapter%20II.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai