HOMEOSTASIS EKOSISTEM
Dosen Pengampuh : Bapak Muhammad Sarif, S.Hut.,M.Si
Oleh:
KELOMPOK 2
1. Alviansyah (A0123021)
2. Permi kabasatio. as (A0123506)
3. Indra Maisen Roso (A0123354)
4. Haswinda (A0123018)
5. Haisyah (A0123353)
6. Awaliyah ramadhani (A0123502)
7. Nurasia (A0123351)
8. Nur Alisah (A0123348)
9. Siti maryam Ulfa ( A0123023)
10. Resqi dwi anugrah putri (A0123022)
11. Kresensia Leni pappang (A0123344)
JURUSAN AGRIBISNIS
UNIVERSITAS NEGERI SULAWESI BARAT
2024
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan tanda rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulisan dapat
menyelesaian makalah yang berjudul “Homeostasis ekosistem Makalah ini
disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah ekonomi pembangnan .
Tim penyusun menyadari bahwa di dalam penyelesaian makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan tim penyusun yang masih dalam tahap belajar. Untuk itu, tim
penyusun sangat menghargai saran dan kritik untuk perbaikan dan pengembangan
makalah ini.
Akhir kata dari tim penyusun berharap semoga makalah ini dapat berguna
untuk kami sebagai Mahasiswa Universitas Sulbar
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekosistem mempunyai kemampuan untuk menangkal berbagai perubahan ataupun
gangguan yang dialaminya sehingga terjagalah keseimbangan yang ada di dalamnya.
Keseimbangan ekosistem disebut homeostasis ekosistem. Mekanisme homeostasis ini sangat
rumit dan menyangkut banyak faktor serta mekanisme, termasuk di dalamnya adalah
mekanisme penyimpanan bahan/materi, pelepasan unsur hara, pertumbuhan populasi,
produksi, dan penguraian/dekomposisi.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk:
1. Apa itu Homeostasis
2. Bagiamana Konsep Homeostasis dalam Ekosistem
3. Bagiamana Peran Iklim dan Lingkungan Fisik
4. Bagiamana Siklus Nutrien dan Energi
5. Apa Tantangan dan Upaya Masa Depan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara lebih spesifik, definisi homeostasis dalam konteks ekosistem meliputi beberapa
aspek:
1. Keseimbangan Nutrien: Ekosistem memiliki siklus-siklus biogeokimia yang mengatur
pergerakan unsur-unsur penting seperti karbon, nitrogen, dan fosfor antara organisme dan
lingkungannya. Homeostasis dalam ekosistem mencakup kemampuan untuk
mempertahankan keseimbangan dalam ketersediaan dan distribusi nutrien ini, meskipun
terjadi perubahan lingkungan atau aktivitas manusia yang mempengaruhi siklus-siklus
tersebut.
2. Stabilitas Populasi: Ekosistem terdiri dari berbagai populasi organisme yang saling
bergantung satu sama lain dalam rantai makanan dan jaring-jaring trofik. Homeostasis
ekosistem mencakup kemampuan untuk mengatur dan mempertahankan populasi
organisme dalam batas-batas tertentu sehingga tidak terjadi peningkatan yang berlebihan
atau penurunan yang drastis dalam jumlah populasi tertentu yang dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem.
3. Regulasi Kualitas Lingkungan: Ekosistem juga memainkan peran penting dalam
menjaga kualitas lingkungan seperti air dan udara. Homeostasis ekosistem mencakup
3
kemampuan untuk menyaring dan membersihkan air, mengurangi polusi udara, dan
menjaga kestabilan parameter lingkungan lainnya yang penting bagi kesehatan dan
kelangsungan hidup organisme dalam ekosistem tersebut.
4. Resiliensi terhadap Gangguan: Homeostasis ekosistem juga mencakup kemampuan
untuk pulih atau beradaptasi dengan cepat terhadap gangguan eksternal seperti perubahan
iklim, kebakaran hutan, atau gangguan oleh spesies invasif. Ekosistem yang sehat
memiliki tingkat resiliensi yang tinggi, artinya mereka dapat tetap berfungsi dan
mempertahankan keseimbangan relatif meskipun terjadi gangguan.
4
4. Integrasi Komprehensif: Organisme individu memiliki sistem regulasi yang kompleks
yang terintegrasi dengan baik, menghubungkan berbagai sistem organ dan fungsi tubuh
untuk mencapai keseimbangan internal yang optimal.
Kesimpulan:
Perbandingan antara homeostasis dalam organisme individu dan homeostasis dalam
ekosistem menunjukkan bahwa meskipun keduanya berusaha untuk mempertahankan
keseimbangan, cara kerja dan skala operasinya sangat berbeda. Homeostasis dalam
organisme individu lebih terfokus pada regulasi internal organisme tunggal, sementara
homeostasis dalam ekosistem melibatkan interaksi kompleks antara berbagai komponen
ekosistem dalam skala yang lebih luas.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi homeostasis ekosistem. Faktor-faktor ini dapat
meliputi:
5
1. Keragaman Hayati: Tingkat keragaman hayati dalam suatu ekosistem dapat
memengaruhi kemampuannya untuk mempertahankan keseimbangan. Semakin tinggi
keragaman hayati, semakin besar kestabilan ekosistem karena organisme memiliki
kemampuan yang lebih besar untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.
2. Iklim: Faktor iklim seperti suhu, curah hujan, dan pola angin memengaruhi proses-proses
alamiah dalam ekosistem seperti evapotranspirasi, siklus air, dan distribusi spesies.
Perubahan dalam iklim global dapat menyebabkan gangguan dalam homeostasis
ekosistem dan menyebabkan perubahan yang signifikan dalam komposisi dan fungsi
ekosistem.
3. Geografi dan Topografi: Faktor-faktor geografis seperti topografi, jenis tanah, dan
kemiringan lahan dapat memengaruhi distribusi spesies, sirkulasi air, dan ketersediaan
sumber daya alam. Ekosistem yang berbeda di berbagai wilayah geografis akan memiliki
karakteristik yang berbeda dalam hal homeostasis.
4. Interaksi Antarorganisme: Interaksi antara organisme dalam ekosistem, seperti
kompetisi, predasi, dan hubungan simbiosis, memainkan peran penting dalam
mempertahankan keseimbangan populasi dan jaring makanan. Ketidakseimbangan dalam
interaksi antara organisme dapat mengganggu homeostasis ekosistem.
5. Gangguan Manusia: Aktivitas manusia seperti deforestasi, urbanisasi, polusi, dan
perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca dapat mengganggu
homeostasis ekosistem. Perubahan habitat, kerusakan lingkungan, dan kehilangan
keanekaragaman hayati dapat menyebabkan ketidakstabilan ekosistem.
6. Siklus Nutrien dan Energi: Proses-proses biogeokimia seperti siklus karbon, nitrogen,
dan fosfor memainkan peran penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem.
Gangguan dalam siklus-siklus ini, seperti kehilangan habitat hutan atau peningkatan
penggunaan pupuk, dapat mengganggu homeostasis ekosistem.
7. Tekanan Lingkungan: Faktor-faktor seperti kebakaran hutan, banjir, gempa bumi, dan
letusan gunung berapi dapat menyebabkan gangguan besar terhadap ekosistem dan
mengganggu keseimbangan alamiah. Namun, beberapa ekosistem juga memiliki
mekanisme adaptasi untuk pulih dari tekanan lingkungan ini.
8. Perubahan Lanskap: Perubahan dalam struktur dan komposisi ekosistem seperti
fragmentasi habitat, penggundulan hutan, dan pengalihan aliran sungai juga dapat
memengaruhi homeostasis ekosistem. Perubahan lanskap dapat mengganggu interaksi
antarorganisme dan sirkulasi sumber daya alam.
6
Memahami faktor-faktor ini penting untuk merancang strategi konservasi dan manajemen
yang efektif dalam menjaga keseimbangan dan keberlanjutan ekosistem. Upaya
perlindungan dan restorasi ekosistem harus mempertimbangkan berbagai faktor yang
mempengaruhi homeostasis agar dapat mencapai hasil yang optimal.
Menjaga keseimbangan alam adalah kunci penting bagi keberlangsungan ekosistem dan
kesejahteraan umat manusia. Berikut beberapa alasan mengapa menjaga keseimbangan
alam sangat penting:
1. Kesehatan Ekosistem: Keseimbangan alam adalah fondasi bagi kesehatan ekosistem.
Ketika keseimbangan terjaga, ekosistem dapat berfungsi dengan baik dalam menyediakan
berbagai layanan ekosistem seperti penyediaan air bersih, udara bersih, penyimpanan
karbon, dan penyediaan sumber daya alam yang vital.
2. Keanekaragaman Hayati: Keseimbangan alam memungkinkan untuk kelangsungan
keanekaragaman hayati. Dengan menjaga keseimbangan ekosistem, kita juga menjaga
keberagaman spesies yang esensial bagi stabilitas ekosistem dan kemampuan ekosistem
untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.
3. Kesejahteraan Manusia: Ekosistem yang sehat dan seimbang memberikan manfaat
langsung bagi kesejahteraan manusia. Ini termasuk penyediaan sumber daya alam seperti
pangan, obat-obatan, dan bahan baku industri, serta layanan ekosistem seperti
pengendalian banjir, penyediaan udara bersih, dan wisata alam.
4. Ketahanan Terhadap Perubahan: Ekosistem yang seimbang cenderung lebih tahan
terhadap perubahan lingkungan atau gangguan alam. Keseimbangan alam memungkinkan
ekosistem untuk pulih dengan lebih cepat setelah terjadi gangguan atau bencana alam,
menjaga keberlanjutan fungsi-fungsinya.
5. Pencegahan Penyebaran Penyakit: Ekosistem yang sehat membantu mengontrol
populasi organisme patogen atau vektor penyakit yang dapat membahayakan kesehatan
manusia dan hewan. Keseimbangan alam dapat mengurangi risiko penyebaran penyakit
melalui kontrol populasi organisme vektor atau pemeliharaan lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi patogen.
6. Stabilitas Ekonomi: Ekosistem yang sehat mendukung stabilitas ekonomi dengan
menyediakan sumber daya alam yang berkelanjutan bagi sektor-sektor seperti pertanian,
7
perikanan, dan pariwisata. Keseimbangan alam juga membantu mencegah risiko ekonomi
yang berkaitan dengan kejadian alamiah yang merusak.
7. Moral dan Tanggung Jawab: Menjaga keseimbangan alam juga merupakan tanggung
jawab moral kita sebagai penghuni planet ini. Sebagai bagian dari ekosistem global, kita
memiliki tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam demi keberlangsungan
hidup kita sendiri dan generasi mendatang.
Siklus biogeokimia memainkan peran penting dalam menjaga homeostasis lingkungan, baik
di darat maupun di perairan. Ini terjadi melalui proses alami yang mengatur aliran unsur-
unsur kimia antara organisme hidup dan lingkungannya. Beberapa peran utama siklus
biogeokimia dalam menjaga homeostasis meliputi:
1. Regulasi Nutrien: Siklus seperti siklus karbon, nitrogen, dan fosfor mengatur
ketersediaan nutrien penting bagi organisme hidup. Misalnya, nitrogen dalam siklus
nitrogen diperlukan untuk pembentukan protein dan asam nukleat, sedangkan karbon
dalam siklus karbon sangat penting untuk pembentukan biomassa organisme.
2. Pengaturan Iklim: Siklus seperti siklus karbon dan siklus air membantu mengatur iklim
global. Karbon dioksida (CO2) dalam siklus karbon berperan dalam efek rumah kaca
alami, sementara siklus air mengatur distribusi air di seluruh planet. Keseimbangan dalam
siklus ini penting untuk menjaga suhu global dan pola cuaca yang stabil.
3. Keseimbangan Ekosistem: Siklus biogeokimia membantu menjaga keseimbangan
ekosistem dengan memastikan sirkulasi yang tepat dari energi dan materi. Misalnya,
siklus karbon menghubungkan organisme produsen, konsumen, dan pengurai dalam
jaring makanan, dan juga memastikan bahwa CO2 yang dikeluarkan oleh organisme
diubah kembali menjadi biomassa melalui fotosintesis.
8
4. Pertahanan Terhadap Polusi: Siklus biogeokimia dapat bertindak sebagai sistem
pertahanan alami terhadap polutan dengan menguraikan dan menghilangkan zat
berbahaya dari lingkungan. Misalnya, bakteri dalam siklus nitrogen mengubah senyawa
nitrogen beracun menjadi bentuk yang tidak beracun, dan proses seperti fiksasi nitrogen
membantu dalam menghilangkan nitrogen dari atmosfer dan mengubahnya menjadi
bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh organisme.
Interaksi antar spesies memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan populasi dalam
suatu ekosistem. Berikut adalah beberapa contoh interaksi antar spesies yang berkontribusi
dalam menjaga keseimbangan populasi:
1. Predasi: Predasi adalah interaksi di mana satu spesies, yang disebut predator, memangsa
spesies lain yang disebut mangsa. Interaksi ini membantu mengontrol populasi mangsa
dengan mengurangi jumlah individu mangsa yang ada. Sebagai contoh, populasi
herbivora (mangsa) dapat dikendalikan oleh predator seperti singa atau serigala.
2. Kompetisi: Kompetisi terjadi ketika dua atau lebih spesies bersaing untuk sumber daya
yang terbatas, seperti makanan, ruang hidup, atau pasangan kawin. Kompetisi ini dapat
menyebabkan pengurangan populasi spesies yang bersaing, menjaga keseimbangan
populasi antar spesies. Misalnya, dua spesies burung yang makan jenis makanan yang
sama dapat bersaing untuk sumber daya makanan, yang mungkin mengurangi populasi
salah satu atau kedua spesies tersebut.
3. Parasitisme dan Patogen: Parasitisme adalah interaksi di mana satu spesies (parasit)
mengambil manfaat dari spesies lainnya (tuan rumah), seringkali merugikan tuan rumah.
Patogen adalah organisme penyebab penyakit yang dapat mengurangi populasi spesies
tertentu. Kedua interaksi ini dapat memengaruhi keseimbangan populasi dengan
mengurangi jumlah individu yang sehat atau mampu berkembang biak. Contohnya adalah
parasit yang menginfeksi populasi ikan dan menyebabkan penurunan jumlah individu
yang sehat.
4. Simbiosis: Simbiosis adalah interaksi di mana dua spesies berinteraksi secara dekat satu
sama lain untuk keuntungan bersama. Beberapa bentuk simbiosis, seperti mutualisme (di
9
mana kedua spesies mendapat manfaat), dapat membantu menjaga keseimbangan
populasi dengan meningkatkan kelangsungan hidup dan reproduksi kedua spesies yang
terlibat. Contoh mutualisme adalah hubungan antara lebah dan bunga yang memberikan
nektar sebagai makanan bagi lebah, sementara lebah membantu dalam penyerbukan
bunga.
Interaksi antar spesies ini dan lainnya membentuk jaring makanan dan web kehidupan
dalam ekosistem, dan dengan demikian, menjaga keseimbangan populasi antar spesies di
lingkungan tersebut.
Jaring makanan dan rantai makanan merupakan dua konsep penting dalam menjaga
homeostasis ekosistem. Keduanya mencerminkan bagaimana energi dan materi bergerak
melalui organisme dalam suatu ekosistem. Berikut adalah penjelasan tentang bagaimana
jaring makanan dan rantai makanan berperan dalam menjaga homeostasis ekosistem:
1. Rantai Makanan:
Rantai makanan adalah representasi linear dari aliran energi dan nutrisi melalui
berbagai tingkatan trofik dalam suatu ekosistem. Rantai makanan menggambarkan
bagaimana energi dan nutrisi dialirkan dari produsen (tumbuhan) ke konsumen primer
(herbivora), konsumen sekunder (karnivora pemakan herbivora), konsumen tersier
(karnivora pemakan karnivora), dan seterusnya.
Setiap tingkatan trofik dalam rantai makanan memiliki peran penting dalam menjaga
keseimbangan populasi. Ketika salah satu populasi dalam rantai makanan mengalami
peningkatan atau penurunan drastis, ini dapat memengaruhi populasi di tingkatan
lainnya.
2. Jaring Makanan:
Jaring makanan mencerminkan hubungan makanan yang kompleks antara berbagai
spesies dalam suatu ekosistem. Berbeda dengan rantai makanan yang linear, jaring
makanan menunjukkan bahwa satu spesies dapat memiliki beberapa pilihan makanan
atau dapat dimakan oleh beberapa spesies lain.
Jaring makanan menciptakan keterhubungan yang kompleks antara berbagai
organisme dalam ekosistem. Ketika satu populasi mengalami perubahan dalam jumlah
10
atau distribusi, efeknya dapat merambat melalui jaring makanan dan memengaruhi
populasi lain secara tidak langsung.
Dalam menjaga homeostasis ekosistem, jaring makanan dan rantai makanan berperan penting
dalam:
Mengatur populasi: Mereka membantu dalam mengendalikan jumlah populasi organisme
dalam ekosistem dengan mengatur aliran energi dan nutrisi.
Menjaga keseimbangan trofik: Dengan adanya jaring makanan dan rantai makanan yang
stabil, ekosistem dapat menjaga keseimbangan antara produsen, konsumen, dan pengurai.
Menjaga keanekaragaman hayati: Keterkaitan antara berbagai spesies dalam jaring makanan
membantu menjaga keanekaragaman hayati ekosistem, yang merupakan indikator kestabilan
ekosistem.
Dengan demikian, jaring makanan dan rantai makanan berperan dalam menjaga homeostasis
ekosistem dengan mengatur aliran energi dan nutrisi serta menjaga keseimbangan populasi
dan keanekaragaman hayati.
11
4. Kehilangan Keanekaragaman Hayati: Gangguan pada regulasi populasi dapat
menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati dalam ekosistem karena beberapa
spesies mungkin menjadi dominan sementara spesies lainnya mungkin terancam punah
karena kurangnya kontrol populasi.
5. Peningkatan Risiko Kegagalan Ekosistem: Ketidakstabilan dalam populasi organisme
tertentu dapat meningkatkan risiko kegagalan ekosistem secara keseluruhan. Misalnya,
jika spesies kunci dalam jaring makanan ekosistem mengalami penurunan populasi yang
signifikan, itu bisa memicu efek domino yang berujung pada keruntuhan ekosistem secara
keseluruhan.
6. Gangguan Lingkungan Fisik: Selain memengaruhi organisme hidup, gangguan terhadap
regulasi populasi juga dapat memengaruhi kondisi fisik lingkungan seperti struktur tanah,
siklus air, dan pola aliran air. Hal ini dapat berdampak pada kestabilan ekosistem secara
keseluruhan.
Dengan demikian, gangguan terhadap regulasi populasi dapat memiliki dampak yang luas
dan serius terhadap ekosistem, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kesejahteraan
dan keberlangsungan hidup manusia serta organisme lainnya yang bergantung pada
ekosistem tersebut. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan mempertahankan
regulasi populasi alami dalam rangka menjaga kestabilan ekosistem.
Ekosistem memberikan kontribusi yang signifikan terhadap regulasi iklim lokal melalui
berbagai proses dan mekanisme. Berikut adalah beberapa kontribusi utama ekosistem
terhadap regulasi iklim lokal:
1. Penyimpanan Karbon: Ekosistem, terutama hutan dan lahan basah, berperan sebagai
penyimpan karbon alami. Proses fotosintesis tumbuhan menyerap karbon dioksida (CO2)
dari atmosfer dan mengubahnya menjadi biomassa, yang kemudian disimpan dalam
jaringan tanaman. Penyimpanan karbon ini membantu mengurangi konsentrasi CO2 di
atmosfer, yang merupakan gas rumah kaca utama yang menyebabkan pemanasan global.
2. Penyimpanan Air: Ekosistem seperti hutan, lahan basah, dan tanah liat memiliki
kemampuan untuk menyimpan air. Vegetasi dalam hutan dan lahan basah membantu
menahan air hujan, mencegah erosi tanah, dan meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah.
12
Ini membantu menjaga ketersediaan air di lingkungan lokal dan mengurangi risiko banjir
dan kekeringan.
3. Pengaturan Temperatur: Vegetasi dalam ekosistem, seperti pohon di hutan,
menyediakan penutup yang menghalangi sinar matahari langsung. Ini membantu
mengurangi jumlah energi panas yang diserap oleh permukaan tanah dan menjaga suhu
lokal menjadi lebih rendah. Selain itu, proses evaporasi air dari permukaan tanah dan
transpirasi dari tanaman juga memiliki efek pendinginan.
4. Pengendalian Mikroklimat: Ekosistem seperti hutan, lahan basah, dan pantai memiliki
kemampuan untuk menciptakan mikro lingkungan yang stabil. Mereka dapat mengurangi
fluktuasi suhu harian, mengurangi angin kencang, dan memoderasi kelembaban udara.
Hal ini membantu menciptakan kondisi yang lebih nyaman dan stabil bagi organisme
yang tinggal di sekitarnya.
5. Pengendalian Polusi: Ekosistem juga dapat membantu dalam mengendalikan polusi
udara dan air. Tanaman dapat menyerap polutan udara seperti oksida nitrogen dan sulfur
dioksida melalui stomata mereka. Selain itu, ekosistem lahan basah dan rawa dapat
menyaring dan memurnikan air, menghilangkan polutan seperti nutrien dan logam berat.
6. Pengendalian Cuaca Ekstrem: Beberapa ekosistem, seperti hutan hujan tropis, memiliki
peran dalam mengendalikan cuaca ekstrem seperti badai dan siklon. Vegetasi yang tebal
dapat meredam kecepatan angin dan menyerap sebagian besar energi dari badai,
mengurangi dampaknya pada lingkungan sekitarnya.
Perubahan iklim memiliki pengaruh yang signifikan terhadap homeostasis ekosistem, karena
mengganggu keseimbangan alami yang diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme
dalam ekosistem tersebut. Berikut adalah beberapa pengaruh utama perubahan iklim terhadap
homeostasis ekosistem:
13
1. Perubahan Suhu: Peningkatan suhu global dapat menyebabkan perubahan suhu lokal
yang signifikan dalam ekosistem tertentu. Ini dapat mempengaruhi proses metabolisme
organisme, pola musim, dan distribusi spesies. Organisme yang tidak dapat menyesuaikan
diri dengan suhu yang lebih tinggi mungkin mengalami stres panas atau bahkan kematian.
2. Perubahan Pola Curah Hujan: Perubahan iklim juga dapat memengaruhi pola curah
hujan, termasuk meningkatnya kejadian cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan. Hal
ini dapat mengubah ketersediaan air untuk organisme hidup, mengganggu siklus
hidrologis, dan menyebabkan penurunan kualitas air.
3. Perubahan dalam Distribusi Spesies: Perubahan iklim dapat mendorong pergeseran
dalam distribusi geografis spesies-spesies tertentu karena mereka mencari habitat yang
lebih sesuai dengan kondisi iklim yang baru. Ini dapat menyebabkan peningkatan
persaingan antara spesies yang telah ada dan spesies baru yang datang, serta dapat
mengubah struktur dan dinamika ekosistem.
4. Perubahan dalam Ketersediaan Makanan: Perubahan iklim dapat mempengaruhi
produktivitas primer (produksi biomassa oleh tumbuhan) dan ketersediaan makanan
untuk konsumen tingkat trofik yang lebih tinggi. Misalnya, perubahan suhu laut dapat
memengaruhi migrasi plankton atau ketersediaan mangsa untuk ikan, mempengaruhi
rantai makanan laut secara keseluruhan.
5. Perubahan dalam Keanekaragaman Hayati: Perubahan iklim dapat menyebabkan
penurunan keanekaragaman hayati dalam ekosistem karena beberapa spesies mungkin
lebih rentan terhadap perubahan iklim daripada yang lain. Kehilangan spesies dan
penurunan keanekaragaman dapat mengurangi ketahanan ekosistem terhadap tekanan
lingkungan lainnya.
6. Perubahan pada Ekosistem Lahan Basah: Perubahan iklim dapat menyebabkan
penurunan luas dan fungsi ekosistem lahan basah karena perubahan dalam pola curah
hujan dan tingkat permukaan air. Ini dapat mengakibatkan hilangnya habitat bagi spesies
air, penurunan penyimpanan karbon, dan peningkatan risiko kebakaran hutan.
7. Perubahan pada Siklus Biogeokimia: Perubahan iklim dapat mempengaruhi siklus
biogeokimia, termasuk siklus karbon, nitrogen, dan fosfor, yang merupakan komponen
penting dalam menjaga keseimbangan nutrisi dan energi dalam ekosistem. Perubahan ini
dapat mengganggu produktivitas ekosistem dan keseimbangan nutrisi, mempengaruhi
semua organisme di dalamnya.
14
Dengan demikian, perubahan iklim dapat mengganggu homeostasis ekosistem melalui
berbagai cara yang kompleks dan saling terkait. Ini menekankan pentingnya mitigasi
perubahan iklim dan adaptasi ekosistem terhadap perubahan yang sudah terjadi untuk
menjaga keseimbangan dan keberlanjutan ekosistem di masa depan.
Lingkungan fisik memiliki dampak yang signifikan terhadap keseimbangan ekosistem karena
faktor-faktor fisik seperti tanah, air, iklim, topografi, dan geologi memainkan peran penting
dalam menentukan struktur dan fungsi ekosistem. Berikut adalah beberapa dampak
lingkungan fisik terhadap keseimbangan ekosistem:
1. Tanah: Kondisi tanah, termasuk tekstur, struktur, kandungan nutrisi, dan tingkat
keasaman (pH), memengaruhi kemampuan tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
Tanah yang subur dan kaya nutrisi mendukung keanekaragaman hayati yang tinggi,
sementara tanah yang miskin atau tercemar dapat menyebabkan penurunan
keanekaragaman dan produktivitas ekosistem.
2. Air: Ketersediaan air dan kualitas air mempengaruhi kehidupan organisme di ekosistem,
terutama untuk organisme akuatik. Perubahan dalam pola curah hujan, tingkat aliran
sungai, dan kualitas air dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan mengancam
keberlangsungan spesies-spesies yang tergantung pada air untuk hidup.
3. Iklim: Iklim adalah faktor lingkungan fisik yang paling penting dalam menentukan
distribusi geografis spesies dan struktur ekosistem. Perubahan iklim dapat mempengaruhi
suhu, pola curah hujan, dan musim, yang pada gilirannya dapat menyebabkan pergeseran
dalam distribusi spesies, gangguan dalam siklus hidrologis, dan perubahan dalam
produktivitas ekosistem.
4. Topografi: Fitur-fitur topografi seperti lereng, lembah, dan pegunungan mempengaruhi
iklim mikro, aliran air, dan kondisi habitat di suatu wilayah. Topografi yang beragam
dapat mendukung keanekaragaman ekosistem dan spesies, sementara perubahan dalam
topografi akibat aktivitas manusia atau proses alam dapat mengubah kondisi habitat dan
mempengaruhi keseimbangan ekosistem.
5. Geologi: Struktur geologi dan komposisi tanah memengaruhi karakteristik fisik dan kimia
ekosistem. Misalnya, jenis batuan dan komposisi tanah dapat mempengaruhi ketersediaan
15
nutrisi dan air, yang pada gilirannya memengaruhi kehidupan tumbuhan dan hewan di
ekosistem.
6. Bencana Alam: Bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, dan
badai dapat menyebabkan kerusakan fisik yang besar pada ekosistem dan mengganggu
keseimbangan ekosistem. Bencana-bencana ini dapat menyebabkan kerusakan habitat,
penurunan populasi spesies, dan perubahan dalam struktur dan fungsi ekosistem.
16
penyaringan air, dan dekomposisi limbah organik. Ekosistem yang utuh dan berfungsi
baik memiliki kemampuan alami untuk mengurangi dampak polusi lingkungan.
5. Pemeliharaan Siklus Biogeokimia: Konservasi membantu mempertahankan siklus
biogeokimia yang penting untuk keseimbangan nutrisi dan energi dalam ekosistem.
Siklus seperti siklus karbon, nitrogen, dan fosfor memastikan aliran yang tepat dari unsur-
unsur kimia antara organisme hidup dan lingkungan mereka.
6. Masa Depan Manusia: Konservasi ekosistem tidak hanya penting untuk
keberlangsungan hidup organisme di dalamnya, tetapi juga untuk masa depan manusia.
Manusia bergantung pada ekosistem yang sehat untuk kesejahteraan mereka, baik secara
langsung melalui pangan dan sumber daya alam, maupun secara tidak langsung melalui
layanan ekosistem seperti regulasi iklim dan polusi.
Dengan demikian, konservasi ekosistem merupakan upaya yang penting dan mendesak untuk
mempertahankan homeostasis ekosistem dan menjaga keseimbangan lingkungan alamiah.
Dengan melindungi dan memelihara ekosistem, kita dapat memastikan kelangsungan hidup
dan kesejahteraan bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia, di Bumi ini.
17
Pencemaran dapat merusak kualitas air dan tanah, meracuni organisme hidup, dan
mengganggu siklus biogeokimia.
4. Spesies Invasif: Penyebaran spesies invasif yang tidak asli dapat mengancam
keseimbangan ekosistem dengan mengganggu interaksi antar spesies, menyebabkan
penurunan keanekaragaman hayati, dan mempengaruhi fungsi ekosistem secara
keseluruhan.
5. Overeksploitasi Sumber Daya: Eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya
alam seperti hutan, perikanan, dan air tanah dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem dengan menyebabkan penurunan populasi spesies tertentu, kerusakan
habitat, dan kehilangan layanan ekosistem yang penting.
6. Penggunaan Lahan yang Tidak Berkelanjutan: Praktik penggunaan lahan yang
tidak berkelanjutan, seperti monokultur pertanian intensif, pertanian terasering yang
merusak tanah, dan penebangan hutan liar, dapat mengakibatkan degradasi lahan,
erosi tanah, dan hilangnya biodiversitas.
7. Ketidakseimbangan Nutrisi: Peningkatan penggunaan pupuk kimia dan limbah
pertanian dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi dalam ekosistem, seperti
eutrofikasi air dan tanah yang mengakibatkan ledakan alga beracun dan penurunan
kualitas air.
8. Kelebihan Populasi Manusia: Pertumbuhan populasi manusia yang cepat dapat
menyebabkan tekanan tambahan pada ekosistem dengan meningkatkan permintaan
akan sumber daya alam, lahan, dan air, serta menciptakan lebih banyak limbah dan
polusi.
9. Ketidakstabilan Ekonomi dan Politik: Ketidakstabilan ekonomi dan politik di
beberapa wilayah dapat menghambat upaya konservasi dan manajemen ekosistem
yang berkelanjutan, meningkatkan tekanan pada sumber daya alam, dan
memperburuk kondisi lingkungan hidup.
18
2.Peran teknologi dan inovasi dalam konservasi ekosistem.
Teknologi dan inovasi memainkan peran penting dalam konservasi ekosistem dengan
menyediakan alat, metode, dan pendekatan baru untuk memahami, melindungi, dan
mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan. Berikut adalah beberapa peran kunci
teknologi dan inovasi dalam konservasi ekosistem:
1. Pemantauan dan Pemetaan: Teknologi pemantauan jarak jauh seperti citra satelit,
drone, dan sensor jaringan tanah dapat digunakan untuk memantau perubahan lahan,
deforestasi, degradasi habitat, dan perubahan iklim. Ini membantu dalam pemetaan dan
pemantauan kondisi ekosistem secara luas dan akurat.
2. Pemodelan dan Prediksi: Teknologi pemodelan komputer dan kecerdasan buatan dapat
digunakan untuk meramalkan perubahan iklim, migrasi spesies, dan dampak lingkungan
lainnya. Pemodelan ini membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik untuk
konservasi ekosistem dengan memperkirakan dampak tindakan tertentu dan
mengidentifikasi solusi yang paling efektif.
3. Restorasi Habitat: Teknologi seperti teknik rekayasa ekosistem, pemulihan lahan basah,
dan restorasi terumbu karang dapat digunakan untuk memperbaiki dan memulihkan
habitat yang rusak atau terdegradasi. Ini membantu dalam memulihkan fungsi ekosistem,
meningkatkan keanekaragaman hayati, dan mengembalikan ekosistem ke kondisi
alaminya.
4. Konservasi Genetik: Teknologi genetika dan reproduksi assisten dapat digunakan untuk
memelihara keanekaragaman genetik dalam spesies yang terancam punah. Ini melibatkan
teknik seperti inseminasi buatan, bank sperma, dan kloning untuk melindungi populasi
spesies yang rentan terhadap kepunahan.
5. Pengendalian Spesies Invasif: Teknologi canggih seperti bioakustik, penginderaan jarak
jauh, dan sensor DNA dapat digunakan untuk mendeteksi, memantau, dan mengendalikan
spesies invasif yang merusak. Ini membantu dalam melindungi keanekaragaman hayati
dan menjaga keseimbangan ekosistem dengan mengurangi dampak spesies invasif.
6. Pengelolaan Sumber Daya: Sistem informasi geografis (SIG) dan teknologi sensor dapat
digunakan untuk mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam seperti hutan, air, dan
tanah. Ini membantu dalam mengidentifikasi area konservasi yang penting, menentukan
batas-batas taman nasional, dan mengelola wilayah perlindungan secara efisien.
7. Edukasi dan Kesadaran: Teknologi digital seperti aplikasi seluler, platform online, dan
media sosial dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu
19
lingkungan dan konservasi. Ini memfasilitasi partisipasi publik dalam upaya konservasi,
memperluas jangkauan pesan-pesan konservasi, dan memobilisasi dukungan untuk aksi
kolektif.
Melalui penerapan teknologi dan inovasi dalam konservasi ekosistem, kita dapat
meningkatkan efisiensi, akurasi, dan efektivitas upaya konservasi. Ini membantu kita
mengatasi tantangan lingkungan yang kompleks dan mendesak dengan cara yang lebih
cerdas, cepat, dan berkelanjutan.
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam konteks ekosistem, homeostasis mengacu pada kemampuan suatu ekosistem untuk
mempertahankan keseimbangan dinamis dalam struktur dan fungsi alaminya meskipun
terjadi perubahan eksternal. Ini mencakup berbagai proses dan mekanisme yang berkontribusi
pada stabilitas ekosistem, termasuk regulasi siklus nutrien, kontrol populasi organisme, dan
interaksi antara komponen biotik dan abiotik dalam ekosistem tersebut.
Ekosistem mempunyai kemampuan untuk menangkal berbagai perubahan ataupun
gangguan yang dialaminya sehingga terjagalah keseimbangan yang ada di dalamnya.
Keseimbangan ekosistem disebut homeostasis ekosistem. Mekanisme homeostasis ini sangat
rumit dan menyangkut banyak faktor serta mekanisme, termasuk di dalamnya adalah
mekanisme penyimpanan bahan/materi, pelepasan unsur hara, pertumbuhan populasi,
produksi, dan penguraian/dekomposisi.
Homeostasis adalah segala upaya yang dilakukan oleh tubuh kita agar lingkungan
hidup sel didalam tubuh kita, yaitu cairan extrasel selalu dalam keadaan statis, konstan, atau
menetap (Setiadi, 2007).Homeostasis adalah pemeliharaan aneka kondisi yang hampir selalu
konstan di lingkungan dalam (Guyton et al, 2008). Homeostasis adalah mempertahankan
lingkungan dalam yang relatif stabil, organisme multisel yang kompleks dapat hidup bebas di
lingkungan luar sangat bervariasi (Sherwood, 2001). Homeostasis dipertahankan oleh
berbagai proses pengaturan yang melibatkan semua sistem organ tubuh melalui pengaturan
keseimbangan yang sangat halus namun bersifat dinamis (dynamic steady state) (Minarma
Siagian, 2004). Homeostasis adalah pemeliharaan keadaan-keadaan stabil dalam tubuh
melalui koordinasi proses-proses fisiologi (Kamus FK UI). Homeostasis adalah
kecenderungan stabilitas pada keadaan fisiologi organisme normal (Santana,D., 2007).
Homeostasis adalah berbagai proses fisiologik yang berfungsi memulihkan keadaan normal
setelah terjadi gangguan (Ganong,W.F,. 2002).
21
DAFTAR PUSTAKA
22