Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

HOMEOSTASIS EKOSISTEM
Dosen Pengampuh : Bapak Muhammad Sarif, S.Hut.,M.Si

Oleh:
KELOMPOK 2

1. Alviansyah (A0123021)
2. Permi kabasatio. as (A0123506)
3. Indra Maisen Roso (A0123354)
4. Haswinda (A0123018)
5. Haisyah (A0123353)
6. Awaliyah ramadhani (A0123502)
7. Nurasia (A0123351)
8. Nur Alisah (A0123348)
9. Siti maryam Ulfa ( A0123023)
10. Resqi dwi anugrah putri (A0123022)
11. Kresensia Leni pappang (A0123344)

JURUSAN AGRIBISNIS
UNIVERSITAS NEGERI SULAWESI BARAT
2024
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan tanda rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulisan dapat
menyelesaian makalah yang berjudul “Homeostasis ekosistem Makalah ini
disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah ekonomi pembangnan .
Tim penyusun menyadari bahwa di dalam penyelesaian makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan tim penyusun yang masih dalam tahap belajar. Untuk itu, tim
penyusun sangat menghargai saran dan kritik untuk perbaikan dan pengembangan
makalah ini.
Akhir kata dari tim penyusun berharap semoga makalah ini dapat berguna
untuk kami sebagai Mahasiswa Universitas Sulbar

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................. i


BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................3


A. Konsep Homeostasis dalam Ekosistem..............................................3
B. Peran Iklim dan Lingkungan Fisik.....................................................8
C. Siklus Nutrien dan Energi..................................................................12
D. Tantangan dan Upaya Masa Depan....................................................17

BAB III PENUTUP........................................................................................21


A. Kesimpulan ........................................................................................21
B. Saran ..................................................................................................21

Daftar Rujukan ............................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekosistem mempunyai kemampuan untuk menangkal berbagai perubahan ataupun
gangguan yang dialaminya sehingga terjagalah keseimbangan yang ada di dalamnya.
Keseimbangan ekosistem disebut homeostasis ekosistem. Mekanisme homeostasis ini sangat
rumit dan menyangkut banyak faktor serta mekanisme, termasuk di dalamnya adalah
mekanisme penyimpanan bahan/materi, pelepasan unsur hara, pertumbuhan populasi,
produksi, dan penguraian/dekomposisi.

Ada mekanisme berbeda untuk mempertahankan homeostasis seperti mekanisme


fisiologis, morfologi, atau perilaku. Misalnya saja penggunaan mekanisme perilaku kumbang
untuk mengatasi perubahan ketersediaan air yang drastis. Banyak organisme cenderung
menyesuaikan diri dengan berbagai aspek lingkungan seperti suhu, salinitas, dan lain-lain.
Organisme yang berbeda menggunakan mekanisme yang berbeda untuk mempertahankan
homeostatis di dalam tubuhnya. Respons ini dapat dilihat dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Jangka waktu dalam jangka pendek seringkali hanya beberapa menit dan
terutama dinyatakan melalui berbagai mekanisme penanggulangan. Dalam respon jangka
panjang, seleksi alam dapat terjadi dan hal ini dapat mengakibatkan populasi memiliki
adaptasi yang lebih baik terhadap lingkungan.

Manusia, hewan, dan tumbuhan dalam mempertahankan hidupnya memerlukan


komponen lain yang terdapat di lingkungannya. Udara sangat mereka perlukan untuk
bernafas, air untuk minum, untuk keperluan rumah tangga, dan kebutuhan lainnya. Tumbuhan
dan hewan di perlukan manusia sebagai sumber makanan, tumbuhan juga menjadi makanan
hewan, bahkan ada juga hewan yang menjadi makanan hewan lainnya. Oksigen yang kita
hirup dari udara dalam pernafasan kita, sebagian besar berasal dari tumbuhan yang melakukan
proses fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan, selain memanfaatkan karbondioksida, juga
memerlukan energi dari radiasi matahari, memerlukan air, dan zat-zat hara dalam tanah.
Bahan-bahan itu semua diperlukan tumbuhan untuk proses tumbuh,
berkembang, dan regenerasi.
Ekosistem itu mempunyai keteraturan sebagai perwujudan dari kemampuan
ekosistem untuk memelihara diri sendiri, mengatur diri sendiri, dan dengan sendirinya
mengadakan keseimbangan kembali. Keseimbangan yang terdapat dalam suatu ekosistem
disebut homeostasis, yaitu kemampuan ekosistem untuk menahan berbagai perubahan dalam
sistem secara keseluruhan. Gangguan yang jauh melebihi daya lenting suatu ekosistem, akan
menciptakan dinamika yang mengarah kepada terbentuknya kondisi ekosistem yang
menyimpang atau berbeda dengan ekosistem sebelumnya, suatu ekosistem itu mempunyai
daya lenting (daya tahan) yang besar, tetapi pada umumnya batas mekanisme keseimbangan
dinamis (homeostatis) masih dapat di terobos oleh kegiatan manusia. Misalnya aktifitas
penebangan/eksploitasi hutan alam yang berlebihan apalagi penebangan liar serta perambahan
yang dilakukan terhadap kawasan pelestarian alam (taman nasional, hutan wisata, suaka alam,
dan lain sebagainya), dan hutan lindung merupakan suatu kegiatan yang sering kali
melampaui batas mekanisme homeostatis dalam ekosistem hutan.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Homeostasis?


2. Bagiamana Konsep Homeostasis dalam Ekosistem?
3. Bagiamana Peran Iklim dan Lingkungan Fisik?
4. Bagiamana Siklus Nutrien dan Energi?
5. Apa Tantangan dan Upaya Masa Depan?

C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk:
1. Apa itu Homeostasis
2. Bagiamana Konsep Homeostasis dalam Ekosistem
3. Bagiamana Peran Iklim dan Lingkungan Fisik
4. Bagiamana Siklus Nutrien dan Energi
5. Apa Tantangan dan Upaya Masa Depan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Homeostasis dalam Ekosistem


1. Definisi homeostasis dalam konteks ekosistem.
Homeostasis adalah segala upaya yang dilakukan oleh tubuh kita agar lingkungan
hidup sel didalam tubuh kita, yaitu cairan extrasel selalu dalam keadaan statis, konstan,
atau menetap (Setiadi, 2007).Homeostasis adalah pemeliharaan aneka kondisi yang
hampir selalu konstan di lingkungan dalam (Guyton et al, 2008). Homeostasis adalah
mempertahankan lingkungan dalam yang relatif stabil, organisme multisel yang kompleks
dapat hidup bebas di lingkungan luar sangat bervariasi (Sherwood, 2001).
Dalam konteks ekosistem, homeostasis mengacu pada kemampuan suatu ekosistem
untuk mempertahankan keseimbangan dinamis dalam struktur dan fungsi alaminya
meskipun terjadi perubahan eksternal. Ini mencakup berbagai proses dan mekanisme
yang berkontribusi pada stabilitas ekosistem, termasuk regulasi siklus nutrien, kontrol
populasi organisme, dan interaksi antara komponen biotik dan abiotik dalam ekosistem
tersebut.

Secara lebih spesifik, definisi homeostasis dalam konteks ekosistem meliputi beberapa
aspek:
1. Keseimbangan Nutrien: Ekosistem memiliki siklus-siklus biogeokimia yang mengatur
pergerakan unsur-unsur penting seperti karbon, nitrogen, dan fosfor antara organisme dan
lingkungannya. Homeostasis dalam ekosistem mencakup kemampuan untuk
mempertahankan keseimbangan dalam ketersediaan dan distribusi nutrien ini, meskipun
terjadi perubahan lingkungan atau aktivitas manusia yang mempengaruhi siklus-siklus
tersebut.
2. Stabilitas Populasi: Ekosistem terdiri dari berbagai populasi organisme yang saling
bergantung satu sama lain dalam rantai makanan dan jaring-jaring trofik. Homeostasis
ekosistem mencakup kemampuan untuk mengatur dan mempertahankan populasi
organisme dalam batas-batas tertentu sehingga tidak terjadi peningkatan yang berlebihan
atau penurunan yang drastis dalam jumlah populasi tertentu yang dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem.
3. Regulasi Kualitas Lingkungan: Ekosistem juga memainkan peran penting dalam
menjaga kualitas lingkungan seperti air dan udara. Homeostasis ekosistem mencakup

3
kemampuan untuk menyaring dan membersihkan air, mengurangi polusi udara, dan
menjaga kestabilan parameter lingkungan lainnya yang penting bagi kesehatan dan
kelangsungan hidup organisme dalam ekosistem tersebut.
4. Resiliensi terhadap Gangguan: Homeostasis ekosistem juga mencakup kemampuan
untuk pulih atau beradaptasi dengan cepat terhadap gangguan eksternal seperti perubahan
iklim, kebakaran hutan, atau gangguan oleh spesies invasif. Ekosistem yang sehat
memiliki tingkat resiliensi yang tinggi, artinya mereka dapat tetap berfungsi dan
mempertahankan keseimbangan relatif meskipun terjadi gangguan.

Dengan demikian, homeostasis dalam konteks ekosistem merupakan konsep yang


menggambarkan keseimbangan dinamis dan keselarasan berbagai proses alamiah yang
terjadi dalam suatu lingkungan, dengan tujuan menjaga stabilitas dan kelangsungan hidup
ekosistem tersebut dalam jangka panjang.

2. Perbandingan dengan homeostasis dalam organisme individu.

Perbandingan antara homeostasis dalam ekosistem dan homeostasis dalam organisme


individu memberikan wawasan yang menarik tentang cara-cara berbeda di mana sistem-
sistem biologis berusaha untuk mempertahankan keseimbangan dalam lingkungannya.
Berikut adalah perbandingan antara keduanya:

Homeostasis dalam Organisme Individu:


1. Skala: Homeostasis dalam organisme individu terjadi pada tingkat organisme tunggal.
Organisme memiliki sistem-sistem internal seperti sistem saraf, sistem endokrin, dan
sistem pernapasan yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan internal, termasuk suhu
tubuh, tekanan darah, dan kadar gula darah.
2. Regulasi Internal: Organisme individu menggunakan mekanisme internal seperti umpan
balik negatif untuk mendeteksi perubahan dalam lingkungan internal dan meresponsnya
dengan mengaktifkan respon-respon fisiologis yang sesuai, seperti peningkatan atau
penurunan produksi hormon.
3. Reaksi Cepat: Organisme individu mampu merespons perubahan lingkungan dengan
cepat, mengatur fungsi-fungsi tubuh secara langsung dalam waktu singkat untuk
mempertahankan keseimbangan internal. Respon-respon ini sering kali bersifat langsung
dan cepat.

4
4. Integrasi Komprehensif: Organisme individu memiliki sistem regulasi yang kompleks
yang terintegrasi dengan baik, menghubungkan berbagai sistem organ dan fungsi tubuh
untuk mencapai keseimbangan internal yang optimal.

Homeostasis dalam Ekosistem:


1. Skala: Homeostasis dalam ekosistem terjadi pada tingkat keseluruhan ekosistem,
melibatkan interaksi antara berbagai komponen biotik dan abiotik. Ini mencakup
organisme, lingkungan fisik, dan siklus-siklus biogeokimia.
2. Regulasi Kolaboratif: Homeostasis dalam ekosistem melibatkan interaksi yang
kompleks dan kolaboratif antara berbagai komponen ekosistem. Organisme, sumber daya
alam, dan proses-proses alamiah bekerja bersama-sama untuk mempertahankan
keseimbangan ekosistem.
3. Reaksi Lambat: Homeostasis dalam ekosistem sering kali melibatkan reaksi yang lebih
lambat terhadap perubahan lingkungan. Ekosistem mungkin memerlukan waktu yang
lebih lama untuk beradaptasi atau pulih setelah terjadi gangguan.
4. Dinamika Berkelanjutan: Homeostasis dalam ekosistem melibatkan proses-proses
dinamis yang terjadi dalam jangka waktu yang lebih panjang. Keseimbangan ekosistem
dapat berubah seiring waktu sebagai respons terhadap perubahan alamiah atau gangguan
manusia, tetapi tujuannya tetap untuk menjaga kestabilan ekosistem secara keseluruhan.

Kesimpulan:
Perbandingan antara homeostasis dalam organisme individu dan homeostasis dalam
ekosistem menunjukkan bahwa meskipun keduanya berusaha untuk mempertahankan
keseimbangan, cara kerja dan skala operasinya sangat berbeda. Homeostasis dalam
organisme individu lebih terfokus pada regulasi internal organisme tunggal, sementara
homeostasis dalam ekosistem melibatkan interaksi kompleks antara berbagai komponen
ekosistem dalam skala yang lebih luas.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi homeostasis ekosistem.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi homeostasis ekosistem. Faktor-faktor ini dapat
meliputi:

5
1. Keragaman Hayati: Tingkat keragaman hayati dalam suatu ekosistem dapat
memengaruhi kemampuannya untuk mempertahankan keseimbangan. Semakin tinggi
keragaman hayati, semakin besar kestabilan ekosistem karena organisme memiliki
kemampuan yang lebih besar untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.
2. Iklim: Faktor iklim seperti suhu, curah hujan, dan pola angin memengaruhi proses-proses
alamiah dalam ekosistem seperti evapotranspirasi, siklus air, dan distribusi spesies.
Perubahan dalam iklim global dapat menyebabkan gangguan dalam homeostasis
ekosistem dan menyebabkan perubahan yang signifikan dalam komposisi dan fungsi
ekosistem.
3. Geografi dan Topografi: Faktor-faktor geografis seperti topografi, jenis tanah, dan
kemiringan lahan dapat memengaruhi distribusi spesies, sirkulasi air, dan ketersediaan
sumber daya alam. Ekosistem yang berbeda di berbagai wilayah geografis akan memiliki
karakteristik yang berbeda dalam hal homeostasis.
4. Interaksi Antarorganisme: Interaksi antara organisme dalam ekosistem, seperti
kompetisi, predasi, dan hubungan simbiosis, memainkan peran penting dalam
mempertahankan keseimbangan populasi dan jaring makanan. Ketidakseimbangan dalam
interaksi antara organisme dapat mengganggu homeostasis ekosistem.
5. Gangguan Manusia: Aktivitas manusia seperti deforestasi, urbanisasi, polusi, dan
perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca dapat mengganggu
homeostasis ekosistem. Perubahan habitat, kerusakan lingkungan, dan kehilangan
keanekaragaman hayati dapat menyebabkan ketidakstabilan ekosistem.
6. Siklus Nutrien dan Energi: Proses-proses biogeokimia seperti siklus karbon, nitrogen,
dan fosfor memainkan peran penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem.
Gangguan dalam siklus-siklus ini, seperti kehilangan habitat hutan atau peningkatan
penggunaan pupuk, dapat mengganggu homeostasis ekosistem.
7. Tekanan Lingkungan: Faktor-faktor seperti kebakaran hutan, banjir, gempa bumi, dan
letusan gunung berapi dapat menyebabkan gangguan besar terhadap ekosistem dan
mengganggu keseimbangan alamiah. Namun, beberapa ekosistem juga memiliki
mekanisme adaptasi untuk pulih dari tekanan lingkungan ini.
8. Perubahan Lanskap: Perubahan dalam struktur dan komposisi ekosistem seperti
fragmentasi habitat, penggundulan hutan, dan pengalihan aliran sungai juga dapat
memengaruhi homeostasis ekosistem. Perubahan lanskap dapat mengganggu interaksi
antarorganisme dan sirkulasi sumber daya alam.

6
Memahami faktor-faktor ini penting untuk merancang strategi konservasi dan manajemen
yang efektif dalam menjaga keseimbangan dan keberlanjutan ekosistem. Upaya
perlindungan dan restorasi ekosistem harus mempertimbangkan berbagai faktor yang
mempengaruhi homeostasis agar dapat mencapai hasil yang optimal.

4. Pentingnya menjaga keseimbangan alam bagi keberlangsungan ekosistem.

Menjaga keseimbangan alam adalah kunci penting bagi keberlangsungan ekosistem dan
kesejahteraan umat manusia. Berikut beberapa alasan mengapa menjaga keseimbangan
alam sangat penting:
1. Kesehatan Ekosistem: Keseimbangan alam adalah fondasi bagi kesehatan ekosistem.
Ketika keseimbangan terjaga, ekosistem dapat berfungsi dengan baik dalam menyediakan
berbagai layanan ekosistem seperti penyediaan air bersih, udara bersih, penyimpanan
karbon, dan penyediaan sumber daya alam yang vital.
2. Keanekaragaman Hayati: Keseimbangan alam memungkinkan untuk kelangsungan
keanekaragaman hayati. Dengan menjaga keseimbangan ekosistem, kita juga menjaga
keberagaman spesies yang esensial bagi stabilitas ekosistem dan kemampuan ekosistem
untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.
3. Kesejahteraan Manusia: Ekosistem yang sehat dan seimbang memberikan manfaat
langsung bagi kesejahteraan manusia. Ini termasuk penyediaan sumber daya alam seperti
pangan, obat-obatan, dan bahan baku industri, serta layanan ekosistem seperti
pengendalian banjir, penyediaan udara bersih, dan wisata alam.
4. Ketahanan Terhadap Perubahan: Ekosistem yang seimbang cenderung lebih tahan
terhadap perubahan lingkungan atau gangguan alam. Keseimbangan alam memungkinkan
ekosistem untuk pulih dengan lebih cepat setelah terjadi gangguan atau bencana alam,
menjaga keberlanjutan fungsi-fungsinya.
5. Pencegahan Penyebaran Penyakit: Ekosistem yang sehat membantu mengontrol
populasi organisme patogen atau vektor penyakit yang dapat membahayakan kesehatan
manusia dan hewan. Keseimbangan alam dapat mengurangi risiko penyebaran penyakit
melalui kontrol populasi organisme vektor atau pemeliharaan lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi patogen.
6. Stabilitas Ekonomi: Ekosistem yang sehat mendukung stabilitas ekonomi dengan
menyediakan sumber daya alam yang berkelanjutan bagi sektor-sektor seperti pertanian,

7
perikanan, dan pariwisata. Keseimbangan alam juga membantu mencegah risiko ekonomi
yang berkaitan dengan kejadian alamiah yang merusak.
7. Moral dan Tanggung Jawab: Menjaga keseimbangan alam juga merupakan tanggung
jawab moral kita sebagai penghuni planet ini. Sebagai bagian dari ekosistem global, kita
memiliki tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam demi keberlangsungan
hidup kita sendiri dan generasi mendatang.

Dengan memahami pentingnya menjaga keseimbangan alam bagi keberlangsungan ekosistem


dan kesejahteraan manusia, kita diingatkan akan perlunya tindakan konservasi dan
pembangunan berkelanjutan yang berbasis pada pemahaman dan rasa tanggung jawab
terhadap lingkungan hidup.

B. Siklus Nutrien dan Energi


1. Peran siklus biogeokimia dalam menjaga homeostasis.

Siklus biogeokimia memainkan peran penting dalam menjaga homeostasis lingkungan, baik
di darat maupun di perairan. Ini terjadi melalui proses alami yang mengatur aliran unsur-
unsur kimia antara organisme hidup dan lingkungannya. Beberapa peran utama siklus
biogeokimia dalam menjaga homeostasis meliputi:
1. Regulasi Nutrien: Siklus seperti siklus karbon, nitrogen, dan fosfor mengatur
ketersediaan nutrien penting bagi organisme hidup. Misalnya, nitrogen dalam siklus
nitrogen diperlukan untuk pembentukan protein dan asam nukleat, sedangkan karbon
dalam siklus karbon sangat penting untuk pembentukan biomassa organisme.
2. Pengaturan Iklim: Siklus seperti siklus karbon dan siklus air membantu mengatur iklim
global. Karbon dioksida (CO2) dalam siklus karbon berperan dalam efek rumah kaca
alami, sementara siklus air mengatur distribusi air di seluruh planet. Keseimbangan dalam
siklus ini penting untuk menjaga suhu global dan pola cuaca yang stabil.
3. Keseimbangan Ekosistem: Siklus biogeokimia membantu menjaga keseimbangan
ekosistem dengan memastikan sirkulasi yang tepat dari energi dan materi. Misalnya,
siklus karbon menghubungkan organisme produsen, konsumen, dan pengurai dalam
jaring makanan, dan juga memastikan bahwa CO2 yang dikeluarkan oleh organisme
diubah kembali menjadi biomassa melalui fotosintesis.

8
4. Pertahanan Terhadap Polusi: Siklus biogeokimia dapat bertindak sebagai sistem
pertahanan alami terhadap polutan dengan menguraikan dan menghilangkan zat
berbahaya dari lingkungan. Misalnya, bakteri dalam siklus nitrogen mengubah senyawa
nitrogen beracun menjadi bentuk yang tidak beracun, dan proses seperti fiksasi nitrogen
membantu dalam menghilangkan nitrogen dari atmosfer dan mengubahnya menjadi
bentuk yang dapat dimanfaatkan oleh organisme.

Dengan menjaga keseimbangan siklus biogeokimia, lingkungan dapat mempertahankan


homeostasis yang penting untuk kelangsungan hidup semua bentuk kehidupan di Bumi.

2. Interaksi antar spesies dalam menjaga keseimbangan populasi.

Interaksi antar spesies memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan populasi dalam
suatu ekosistem. Berikut adalah beberapa contoh interaksi antar spesies yang berkontribusi
dalam menjaga keseimbangan populasi:
1. Predasi: Predasi adalah interaksi di mana satu spesies, yang disebut predator, memangsa
spesies lain yang disebut mangsa. Interaksi ini membantu mengontrol populasi mangsa
dengan mengurangi jumlah individu mangsa yang ada. Sebagai contoh, populasi
herbivora (mangsa) dapat dikendalikan oleh predator seperti singa atau serigala.
2. Kompetisi: Kompetisi terjadi ketika dua atau lebih spesies bersaing untuk sumber daya
yang terbatas, seperti makanan, ruang hidup, atau pasangan kawin. Kompetisi ini dapat
menyebabkan pengurangan populasi spesies yang bersaing, menjaga keseimbangan
populasi antar spesies. Misalnya, dua spesies burung yang makan jenis makanan yang
sama dapat bersaing untuk sumber daya makanan, yang mungkin mengurangi populasi
salah satu atau kedua spesies tersebut.
3. Parasitisme dan Patogen: Parasitisme adalah interaksi di mana satu spesies (parasit)
mengambil manfaat dari spesies lainnya (tuan rumah), seringkali merugikan tuan rumah.
Patogen adalah organisme penyebab penyakit yang dapat mengurangi populasi spesies
tertentu. Kedua interaksi ini dapat memengaruhi keseimbangan populasi dengan
mengurangi jumlah individu yang sehat atau mampu berkembang biak. Contohnya adalah
parasit yang menginfeksi populasi ikan dan menyebabkan penurunan jumlah individu
yang sehat.
4. Simbiosis: Simbiosis adalah interaksi di mana dua spesies berinteraksi secara dekat satu
sama lain untuk keuntungan bersama. Beberapa bentuk simbiosis, seperti mutualisme (di

9
mana kedua spesies mendapat manfaat), dapat membantu menjaga keseimbangan
populasi dengan meningkatkan kelangsungan hidup dan reproduksi kedua spesies yang
terlibat. Contoh mutualisme adalah hubungan antara lebah dan bunga yang memberikan
nektar sebagai makanan bagi lebah, sementara lebah membantu dalam penyerbukan
bunga.

Interaksi antar spesies ini dan lainnya membentuk jaring makanan dan web kehidupan
dalam ekosistem, dan dengan demikian, menjaga keseimbangan populasi antar spesies di
lingkungan tersebut.

3. Jaring makanan dan rantai makanan dalam homeostasis ekosistem.

Jaring makanan dan rantai makanan merupakan dua konsep penting dalam menjaga
homeostasis ekosistem. Keduanya mencerminkan bagaimana energi dan materi bergerak
melalui organisme dalam suatu ekosistem. Berikut adalah penjelasan tentang bagaimana
jaring makanan dan rantai makanan berperan dalam menjaga homeostasis ekosistem:
1. Rantai Makanan:
 Rantai makanan adalah representasi linear dari aliran energi dan nutrisi melalui
berbagai tingkatan trofik dalam suatu ekosistem. Rantai makanan menggambarkan
bagaimana energi dan nutrisi dialirkan dari produsen (tumbuhan) ke konsumen primer
(herbivora), konsumen sekunder (karnivora pemakan herbivora), konsumen tersier
(karnivora pemakan karnivora), dan seterusnya.
 Setiap tingkatan trofik dalam rantai makanan memiliki peran penting dalam menjaga
keseimbangan populasi. Ketika salah satu populasi dalam rantai makanan mengalami
peningkatan atau penurunan drastis, ini dapat memengaruhi populasi di tingkatan
lainnya.
2. Jaring Makanan:
 Jaring makanan mencerminkan hubungan makanan yang kompleks antara berbagai
spesies dalam suatu ekosistem. Berbeda dengan rantai makanan yang linear, jaring
makanan menunjukkan bahwa satu spesies dapat memiliki beberapa pilihan makanan
atau dapat dimakan oleh beberapa spesies lain.
 Jaring makanan menciptakan keterhubungan yang kompleks antara berbagai
organisme dalam ekosistem. Ketika satu populasi mengalami perubahan dalam jumlah

10
atau distribusi, efeknya dapat merambat melalui jaring makanan dan memengaruhi
populasi lain secara tidak langsung.

Dalam menjaga homeostasis ekosistem, jaring makanan dan rantai makanan berperan penting
dalam:
 Mengatur populasi: Mereka membantu dalam mengendalikan jumlah populasi organisme
dalam ekosistem dengan mengatur aliran energi dan nutrisi.
 Menjaga keseimbangan trofik: Dengan adanya jaring makanan dan rantai makanan yang
stabil, ekosistem dapat menjaga keseimbangan antara produsen, konsumen, dan pengurai.
 Menjaga keanekaragaman hayati: Keterkaitan antara berbagai spesies dalam jaring makanan
membantu menjaga keanekaragaman hayati ekosistem, yang merupakan indikator kestabilan
ekosistem.

Dengan demikian, jaring makanan dan rantai makanan berperan dalam menjaga homeostasis
ekosistem dengan mengatur aliran energi dan nutrisi serta menjaga keseimbangan populasi
dan keanekaragaman hayati.

4. Dampak gangguan terhadap regulasi populasi terhadap ekosistem.


Gangguan terhadap regulasi populasi dalam ekosistem dapat memiliki dampak yang
signifikan dan kompleks terhadap kestabilan dan keberlangsungan ekosistem. Berikut
adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi:
1. Overpopulasi: Jika regulasi populasi terganggu, beberapa spesies mungkin mengalami
peningkatan populasi yang drastis. Overpopulasi dapat mengakibatkan persaingan yang
meningkat untuk sumber daya seperti makanan, tempat tinggal, dan air, yang pada
gilirannya dapat menyebabkan penurunan kesehatan dan keberlangsungan ekosistem.
2. Gangguan pada Jaring Makanan: Ketika populasi spesies tertentu tumbuh tak
terkendali, hal itu bisa menyebabkan ketidakseimbangan dalam jaring makanan
ekosistem. Misalnya, peningkatan populasi predator karena kurangnya kontrol populasi
mangsa dapat menyebabkan penurunan populasi mangsa, yang pada gilirannya dapat
mempengaruhi konsumen lain di rantai makanan.
3. Perubahan Struktur Komunitas: Gangguan pada regulasi populasi dapat mengubah
struktur komunitas ekosistem dengan mengubah distribusi relatif dari spesies-spesies
yang berbeda. Ini dapat mengubah dinamika persaingan, predasi, dan simbiosis antara
spesies-spesies yang ada dalam ekosistem tersebut.

11
4. Kehilangan Keanekaragaman Hayati: Gangguan pada regulasi populasi dapat
menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati dalam ekosistem karena beberapa
spesies mungkin menjadi dominan sementara spesies lainnya mungkin terancam punah
karena kurangnya kontrol populasi.
5. Peningkatan Risiko Kegagalan Ekosistem: Ketidakstabilan dalam populasi organisme
tertentu dapat meningkatkan risiko kegagalan ekosistem secara keseluruhan. Misalnya,
jika spesies kunci dalam jaring makanan ekosistem mengalami penurunan populasi yang
signifikan, itu bisa memicu efek domino yang berujung pada keruntuhan ekosistem secara
keseluruhan.
6. Gangguan Lingkungan Fisik: Selain memengaruhi organisme hidup, gangguan terhadap
regulasi populasi juga dapat memengaruhi kondisi fisik lingkungan seperti struktur tanah,
siklus air, dan pola aliran air. Hal ini dapat berdampak pada kestabilan ekosistem secara
keseluruhan.

Dengan demikian, gangguan terhadap regulasi populasi dapat memiliki dampak yang luas
dan serius terhadap ekosistem, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kesejahteraan
dan keberlangsungan hidup manusia serta organisme lainnya yang bergantung pada
ekosistem tersebut. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan mempertahankan
regulasi populasi alami dalam rangka menjaga kestabilan ekosistem.

C. Peran Iklim dan Lingkungan Fisik


1. Kontribusi ekosistem terhadap regulasi iklim lokal.

Ekosistem memberikan kontribusi yang signifikan terhadap regulasi iklim lokal melalui
berbagai proses dan mekanisme. Berikut adalah beberapa kontribusi utama ekosistem
terhadap regulasi iklim lokal:
1. Penyimpanan Karbon: Ekosistem, terutama hutan dan lahan basah, berperan sebagai
penyimpan karbon alami. Proses fotosintesis tumbuhan menyerap karbon dioksida (CO2)
dari atmosfer dan mengubahnya menjadi biomassa, yang kemudian disimpan dalam
jaringan tanaman. Penyimpanan karbon ini membantu mengurangi konsentrasi CO2 di
atmosfer, yang merupakan gas rumah kaca utama yang menyebabkan pemanasan global.
2. Penyimpanan Air: Ekosistem seperti hutan, lahan basah, dan tanah liat memiliki
kemampuan untuk menyimpan air. Vegetasi dalam hutan dan lahan basah membantu
menahan air hujan, mencegah erosi tanah, dan meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah.

12
Ini membantu menjaga ketersediaan air di lingkungan lokal dan mengurangi risiko banjir
dan kekeringan.
3. Pengaturan Temperatur: Vegetasi dalam ekosistem, seperti pohon di hutan,
menyediakan penutup yang menghalangi sinar matahari langsung. Ini membantu
mengurangi jumlah energi panas yang diserap oleh permukaan tanah dan menjaga suhu
lokal menjadi lebih rendah. Selain itu, proses evaporasi air dari permukaan tanah dan
transpirasi dari tanaman juga memiliki efek pendinginan.
4. Pengendalian Mikroklimat: Ekosistem seperti hutan, lahan basah, dan pantai memiliki
kemampuan untuk menciptakan mikro lingkungan yang stabil. Mereka dapat mengurangi
fluktuasi suhu harian, mengurangi angin kencang, dan memoderasi kelembaban udara.
Hal ini membantu menciptakan kondisi yang lebih nyaman dan stabil bagi organisme
yang tinggal di sekitarnya.
5. Pengendalian Polusi: Ekosistem juga dapat membantu dalam mengendalikan polusi
udara dan air. Tanaman dapat menyerap polutan udara seperti oksida nitrogen dan sulfur
dioksida melalui stomata mereka. Selain itu, ekosistem lahan basah dan rawa dapat
menyaring dan memurnikan air, menghilangkan polutan seperti nutrien dan logam berat.
6. Pengendalian Cuaca Ekstrem: Beberapa ekosistem, seperti hutan hujan tropis, memiliki
peran dalam mengendalikan cuaca ekstrem seperti badai dan siklon. Vegetasi yang tebal
dapat meredam kecepatan angin dan menyerap sebagian besar energi dari badai,
mengurangi dampaknya pada lingkungan sekitarnya.

Dengan demikian, ekosistem memberikan berbagai kontribusi yang penting dalam


regulasi iklim lokal, membantu menjaga keseimbangan lingkungan dan mendukung
kehidupan manusia serta organisme lainnya di dalamnya. Melindungi dan memelihara
ekosistem penting dalam upaya memitigasi perubahan iklim dan mempertahankan
kualitas hidup di berbagai wilayah.

2. Pengaruh perubahan iklim terhadap homeostasis ekosistem.

Perubahan iklim memiliki pengaruh yang signifikan terhadap homeostasis ekosistem, karena
mengganggu keseimbangan alami yang diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme
dalam ekosistem tersebut. Berikut adalah beberapa pengaruh utama perubahan iklim terhadap
homeostasis ekosistem:

13
1. Perubahan Suhu: Peningkatan suhu global dapat menyebabkan perubahan suhu lokal
yang signifikan dalam ekosistem tertentu. Ini dapat mempengaruhi proses metabolisme
organisme, pola musim, dan distribusi spesies. Organisme yang tidak dapat menyesuaikan
diri dengan suhu yang lebih tinggi mungkin mengalami stres panas atau bahkan kematian.
2. Perubahan Pola Curah Hujan: Perubahan iklim juga dapat memengaruhi pola curah
hujan, termasuk meningkatnya kejadian cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan. Hal
ini dapat mengubah ketersediaan air untuk organisme hidup, mengganggu siklus
hidrologis, dan menyebabkan penurunan kualitas air.
3. Perubahan dalam Distribusi Spesies: Perubahan iklim dapat mendorong pergeseran
dalam distribusi geografis spesies-spesies tertentu karena mereka mencari habitat yang
lebih sesuai dengan kondisi iklim yang baru. Ini dapat menyebabkan peningkatan
persaingan antara spesies yang telah ada dan spesies baru yang datang, serta dapat
mengubah struktur dan dinamika ekosistem.
4. Perubahan dalam Ketersediaan Makanan: Perubahan iklim dapat mempengaruhi
produktivitas primer (produksi biomassa oleh tumbuhan) dan ketersediaan makanan
untuk konsumen tingkat trofik yang lebih tinggi. Misalnya, perubahan suhu laut dapat
memengaruhi migrasi plankton atau ketersediaan mangsa untuk ikan, mempengaruhi
rantai makanan laut secara keseluruhan.
5. Perubahan dalam Keanekaragaman Hayati: Perubahan iklim dapat menyebabkan
penurunan keanekaragaman hayati dalam ekosistem karena beberapa spesies mungkin
lebih rentan terhadap perubahan iklim daripada yang lain. Kehilangan spesies dan
penurunan keanekaragaman dapat mengurangi ketahanan ekosistem terhadap tekanan
lingkungan lainnya.
6. Perubahan pada Ekosistem Lahan Basah: Perubahan iklim dapat menyebabkan
penurunan luas dan fungsi ekosistem lahan basah karena perubahan dalam pola curah
hujan dan tingkat permukaan air. Ini dapat mengakibatkan hilangnya habitat bagi spesies
air, penurunan penyimpanan karbon, dan peningkatan risiko kebakaran hutan.
7. Perubahan pada Siklus Biogeokimia: Perubahan iklim dapat mempengaruhi siklus
biogeokimia, termasuk siklus karbon, nitrogen, dan fosfor, yang merupakan komponen
penting dalam menjaga keseimbangan nutrisi dan energi dalam ekosistem. Perubahan ini
dapat mengganggu produktivitas ekosistem dan keseimbangan nutrisi, mempengaruhi
semua organisme di dalamnya.

14
Dengan demikian, perubahan iklim dapat mengganggu homeostasis ekosistem melalui
berbagai cara yang kompleks dan saling terkait. Ini menekankan pentingnya mitigasi
perubahan iklim dan adaptasi ekosistem terhadap perubahan yang sudah terjadi untuk
menjaga keseimbangan dan keberlanjutan ekosistem di masa depan.

3. Dampak lingkungan fisik terhadap keseimbangan ekosistem.

Lingkungan fisik memiliki dampak yang signifikan terhadap keseimbangan ekosistem karena
faktor-faktor fisik seperti tanah, air, iklim, topografi, dan geologi memainkan peran penting
dalam menentukan struktur dan fungsi ekosistem. Berikut adalah beberapa dampak
lingkungan fisik terhadap keseimbangan ekosistem:
1. Tanah: Kondisi tanah, termasuk tekstur, struktur, kandungan nutrisi, dan tingkat
keasaman (pH), memengaruhi kemampuan tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
Tanah yang subur dan kaya nutrisi mendukung keanekaragaman hayati yang tinggi,
sementara tanah yang miskin atau tercemar dapat menyebabkan penurunan
keanekaragaman dan produktivitas ekosistem.
2. Air: Ketersediaan air dan kualitas air mempengaruhi kehidupan organisme di ekosistem,
terutama untuk organisme akuatik. Perubahan dalam pola curah hujan, tingkat aliran
sungai, dan kualitas air dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan mengancam
keberlangsungan spesies-spesies yang tergantung pada air untuk hidup.
3. Iklim: Iklim adalah faktor lingkungan fisik yang paling penting dalam menentukan
distribusi geografis spesies dan struktur ekosistem. Perubahan iklim dapat mempengaruhi
suhu, pola curah hujan, dan musim, yang pada gilirannya dapat menyebabkan pergeseran
dalam distribusi spesies, gangguan dalam siklus hidrologis, dan perubahan dalam
produktivitas ekosistem.
4. Topografi: Fitur-fitur topografi seperti lereng, lembah, dan pegunungan mempengaruhi
iklim mikro, aliran air, dan kondisi habitat di suatu wilayah. Topografi yang beragam
dapat mendukung keanekaragaman ekosistem dan spesies, sementara perubahan dalam
topografi akibat aktivitas manusia atau proses alam dapat mengubah kondisi habitat dan
mempengaruhi keseimbangan ekosistem.
5. Geologi: Struktur geologi dan komposisi tanah memengaruhi karakteristik fisik dan kimia
ekosistem. Misalnya, jenis batuan dan komposisi tanah dapat mempengaruhi ketersediaan

15
nutrisi dan air, yang pada gilirannya memengaruhi kehidupan tumbuhan dan hewan di
ekosistem.
6. Bencana Alam: Bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, dan
badai dapat menyebabkan kerusakan fisik yang besar pada ekosistem dan mengganggu
keseimbangan ekosistem. Bencana-bencana ini dapat menyebabkan kerusakan habitat,
penurunan populasi spesies, dan perubahan dalam struktur dan fungsi ekosistem.

Dengan demikian, lingkungan fisik memainkan peran kunci dalam menjaga


keseimbangan ekosistem dengan menyediakan kondisi yang diperlukan bagi kehidupan
organisme dan proses ekologis. Gangguan terhadap lingkungan fisik, baik akibat
perubahan alamiah maupun aktivitas manusia, dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem dan mengancam keberlangsungan hidup organisme di dalamnya. Oleh karena
itu, penting untuk memahami dan mempertahankan integritas lingkungan fisik dalam
upaya pelestarian dan manajemen ekosistem.

4. Pentingnya konservasi dalam menjaga homeostasis ekosistem.


Konservasi memainkan peran kunci dalam menjaga homeostasis ekosistem dengan
mempertahankan keseimbangan alami yang diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme
dan proses ekologis di dalamnya. Berikut adalah beberapa alasan mengapa konservasi sangat
penting dalam menjaga homeostasis ekosistem:
1. Keanekaragaman Hayati: Konservasi membantu menjaga keanekaragaman hayati
ekosistem, yang merupakan indikator kesehatan dan keberlangsungan ekosistem.
Keanekaragaman hayati memberikan fleksibilitas bagi ekosistem untuk menanggapi
perubahan lingkungan, serta meningkatkan produktivitas dan stabilitas ekosistem.
2. Stabilitas Ekosistem: Dengan mempertahankan keanekaragaman hayati dan fungsi
ekologisnya, konservasi membantu menjaga stabilitas ekosistem. Keseimbangan antara
berbagai spesies dan interaksi antar mereka berkontribusi pada ketahanan ekosistem
terhadap gangguan eksternal, seperti perubahan iklim atau kejadian alam lainnya.
3. Ketersediaan Sumber Daya: Ekosistem yang sehat dan stabil menyediakan berbagai
sumber daya yang penting bagi manusia, seperti air bersih, udara bersih, bahan pangan,
obat-obatan alami, dan material bahan bangunan. Konservasi membantu memastikan
ketersediaan sumber daya ini untuk generasi saat ini dan masa depan.
4. Pengendalian Polusi: Konservasi ekosistem juga dapat membantu mengendalikan polusi
udara, air, dan tanah dengan menyediakan layanan lingkungan seperti penyerapan karbon,

16
penyaringan air, dan dekomposisi limbah organik. Ekosistem yang utuh dan berfungsi
baik memiliki kemampuan alami untuk mengurangi dampak polusi lingkungan.
5. Pemeliharaan Siklus Biogeokimia: Konservasi membantu mempertahankan siklus
biogeokimia yang penting untuk keseimbangan nutrisi dan energi dalam ekosistem.
Siklus seperti siklus karbon, nitrogen, dan fosfor memastikan aliran yang tepat dari unsur-
unsur kimia antara organisme hidup dan lingkungan mereka.
6. Masa Depan Manusia: Konservasi ekosistem tidak hanya penting untuk
keberlangsungan hidup organisme di dalamnya, tetapi juga untuk masa depan manusia.
Manusia bergantung pada ekosistem yang sehat untuk kesejahteraan mereka, baik secara
langsung melalui pangan dan sumber daya alam, maupun secara tidak langsung melalui
layanan ekosistem seperti regulasi iklim dan polusi.

Dengan demikian, konservasi ekosistem merupakan upaya yang penting dan mendesak untuk
mempertahankan homeostasis ekosistem dan menjaga keseimbangan lingkungan alamiah.
Dengan melindungi dan memelihara ekosistem, kita dapat memastikan kelangsungan hidup
dan kesejahteraan bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia, di Bumi ini.

D. Tantangan dan Upaya Masa Depan


1.Tantangan utama dalam menjaga homeostasis ekosistem di masa depan.
Di masa depan, menjaga homeostasis ekosistem akan dihadapkan pada berbagai
tantangan yang kompleks dan mendesak. Beberapa tantangan utama yang perlu
diatasi termasuk:
1. Perubahan Iklim: Perubahan iklim global merupakan tantangan utama dalam
menjaga homeostasis ekosistem. Peningkatan suhu global, perubahan pola curah
hujan, dan frekuensi kejadian cuaca ekstrem dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem dan mempengaruhi distribusi geografis spesies, produktivitas ekosistem,
dan siklus biogeokimia.
2. Kehilangan Habitat: Kehilangan habitat alami akibat deforestasi, urbanisasi, dan
konversi lahan menjadi pertanian atau pemukiman manusia adalah tantangan besar
dalam menjaga homeostasis ekosistem. Ini dapat menyebabkan penurunan
keanekaragaman hayati, gangguan pada jaring makanan, dan hilangnya layanan
ekosistem yang penting bagi manusia.
3. Pencemaran Lingkungan: Pencemaran udara, air, dan tanah oleh limbah industri,
pertanian, dan domestik adalah tantangan serius bagi homeostasis ekosistem.

17
Pencemaran dapat merusak kualitas air dan tanah, meracuni organisme hidup, dan
mengganggu siklus biogeokimia.
4. Spesies Invasif: Penyebaran spesies invasif yang tidak asli dapat mengancam
keseimbangan ekosistem dengan mengganggu interaksi antar spesies, menyebabkan
penurunan keanekaragaman hayati, dan mempengaruhi fungsi ekosistem secara
keseluruhan.
5. Overeksploitasi Sumber Daya: Eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya
alam seperti hutan, perikanan, dan air tanah dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem dengan menyebabkan penurunan populasi spesies tertentu, kerusakan
habitat, dan kehilangan layanan ekosistem yang penting.
6. Penggunaan Lahan yang Tidak Berkelanjutan: Praktik penggunaan lahan yang
tidak berkelanjutan, seperti monokultur pertanian intensif, pertanian terasering yang
merusak tanah, dan penebangan hutan liar, dapat mengakibatkan degradasi lahan,
erosi tanah, dan hilangnya biodiversitas.
7. Ketidakseimbangan Nutrisi: Peningkatan penggunaan pupuk kimia dan limbah
pertanian dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi dalam ekosistem, seperti
eutrofikasi air dan tanah yang mengakibatkan ledakan alga beracun dan penurunan
kualitas air.
8. Kelebihan Populasi Manusia: Pertumbuhan populasi manusia yang cepat dapat
menyebabkan tekanan tambahan pada ekosistem dengan meningkatkan permintaan
akan sumber daya alam, lahan, dan air, serta menciptakan lebih banyak limbah dan
polusi.
9. Ketidakstabilan Ekonomi dan Politik: Ketidakstabilan ekonomi dan politik di
beberapa wilayah dapat menghambat upaya konservasi dan manajemen ekosistem
yang berkelanjutan, meningkatkan tekanan pada sumber daya alam, dan
memperburuk kondisi lingkungan hidup.

Mengatasi tantangan-tantangan ini memerlukan upaya bersama dari semua pihak,


termasuk pemerintah, masyarakat sipil, organisasi non-pemerintah, dan sektor swasta.
Dibutuhkan kebijakan yang kuat, manajemen sumber daya yang berkelanjutan,
pendidikan dan kesadaran masyarakat, serta inovasi teknologi untuk mencapai tujuan
menjaga homeostasis ekosistem di masa depan.

18
2.Peran teknologi dan inovasi dalam konservasi ekosistem.
Teknologi dan inovasi memainkan peran penting dalam konservasi ekosistem dengan
menyediakan alat, metode, dan pendekatan baru untuk memahami, melindungi, dan
mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan. Berikut adalah beberapa peran kunci
teknologi dan inovasi dalam konservasi ekosistem:
1. Pemantauan dan Pemetaan: Teknologi pemantauan jarak jauh seperti citra satelit,
drone, dan sensor jaringan tanah dapat digunakan untuk memantau perubahan lahan,
deforestasi, degradasi habitat, dan perubahan iklim. Ini membantu dalam pemetaan dan
pemantauan kondisi ekosistem secara luas dan akurat.
2. Pemodelan dan Prediksi: Teknologi pemodelan komputer dan kecerdasan buatan dapat
digunakan untuk meramalkan perubahan iklim, migrasi spesies, dan dampak lingkungan
lainnya. Pemodelan ini membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik untuk
konservasi ekosistem dengan memperkirakan dampak tindakan tertentu dan
mengidentifikasi solusi yang paling efektif.
3. Restorasi Habitat: Teknologi seperti teknik rekayasa ekosistem, pemulihan lahan basah,
dan restorasi terumbu karang dapat digunakan untuk memperbaiki dan memulihkan
habitat yang rusak atau terdegradasi. Ini membantu dalam memulihkan fungsi ekosistem,
meningkatkan keanekaragaman hayati, dan mengembalikan ekosistem ke kondisi
alaminya.
4. Konservasi Genetik: Teknologi genetika dan reproduksi assisten dapat digunakan untuk
memelihara keanekaragaman genetik dalam spesies yang terancam punah. Ini melibatkan
teknik seperti inseminasi buatan, bank sperma, dan kloning untuk melindungi populasi
spesies yang rentan terhadap kepunahan.
5. Pengendalian Spesies Invasif: Teknologi canggih seperti bioakustik, penginderaan jarak
jauh, dan sensor DNA dapat digunakan untuk mendeteksi, memantau, dan mengendalikan
spesies invasif yang merusak. Ini membantu dalam melindungi keanekaragaman hayati
dan menjaga keseimbangan ekosistem dengan mengurangi dampak spesies invasif.
6. Pengelolaan Sumber Daya: Sistem informasi geografis (SIG) dan teknologi sensor dapat
digunakan untuk mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam seperti hutan, air, dan
tanah. Ini membantu dalam mengidentifikasi area konservasi yang penting, menentukan
batas-batas taman nasional, dan mengelola wilayah perlindungan secara efisien.
7. Edukasi dan Kesadaran: Teknologi digital seperti aplikasi seluler, platform online, dan
media sosial dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu

19
lingkungan dan konservasi. Ini memfasilitasi partisipasi publik dalam upaya konservasi,
memperluas jangkauan pesan-pesan konservasi, dan memobilisasi dukungan untuk aksi
kolektif.

Melalui penerapan teknologi dan inovasi dalam konservasi ekosistem, kita dapat
meningkatkan efisiensi, akurasi, dan efektivitas upaya konservasi. Ini membantu kita
mengatasi tantangan lingkungan yang kompleks dan mendesak dengan cara yang lebih
cerdas, cepat, dan berkelanjutan.

20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Dalam konteks ekosistem, homeostasis mengacu pada kemampuan suatu ekosistem untuk
mempertahankan keseimbangan dinamis dalam struktur dan fungsi alaminya meskipun
terjadi perubahan eksternal. Ini mencakup berbagai proses dan mekanisme yang berkontribusi
pada stabilitas ekosistem, termasuk regulasi siklus nutrien, kontrol populasi organisme, dan
interaksi antara komponen biotik dan abiotik dalam ekosistem tersebut.
Ekosistem mempunyai kemampuan untuk menangkal berbagai perubahan ataupun
gangguan yang dialaminya sehingga terjagalah keseimbangan yang ada di dalamnya.
Keseimbangan ekosistem disebut homeostasis ekosistem. Mekanisme homeostasis ini sangat
rumit dan menyangkut banyak faktor serta mekanisme, termasuk di dalamnya adalah
mekanisme penyimpanan bahan/materi, pelepasan unsur hara, pertumbuhan populasi,
produksi, dan penguraian/dekomposisi.
Homeostasis adalah segala upaya yang dilakukan oleh tubuh kita agar lingkungan
hidup sel didalam tubuh kita, yaitu cairan extrasel selalu dalam keadaan statis, konstan, atau
menetap (Setiadi, 2007).Homeostasis adalah pemeliharaan aneka kondisi yang hampir selalu
konstan di lingkungan dalam (Guyton et al, 2008). Homeostasis adalah mempertahankan
lingkungan dalam yang relatif stabil, organisme multisel yang kompleks dapat hidup bebas di
lingkungan luar sangat bervariasi (Sherwood, 2001). Homeostasis dipertahankan oleh
berbagai proses pengaturan yang melibatkan semua sistem organ tubuh melalui pengaturan
keseimbangan yang sangat halus namun bersifat dinamis (dynamic steady state) (Minarma
Siagian, 2004). Homeostasis adalah pemeliharaan keadaan-keadaan stabil dalam tubuh
melalui koordinasi proses-proses fisiologi (Kamus FK UI). Homeostasis adalah
kecenderungan stabilitas pada keadaan fisiologi organisme normal (Santana,D., 2007).
Homeostasis adalah berbagai proses fisiologik yang berfungsi memulihkan keadaan normal
setelah terjadi gangguan (Ganong,W.F,. 2002).

21
DAFTAR PUSTAKA

Guyton.A.C, 1996.Textbook of Medical Physiology, Philadelpia: Elsevier saunders


D:\!Jurnal Biologi\Functional Anatomy of the Endocrine Pancreas.htm. Diakses 29-9-2012
Prihandayani, Dini.2008. Uji Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Ekstrak Heksana Herba
Daun Sendok (Plantago mayor L.)pada kelinci Jantan yang Dibebani Glukosa.
(online) http://www.skripisiindonesia. Diakses 21 Pebruari 2011.
D:\!Jurnal Biologi\A-Level Biologi Tengah Konsep Kontrol, koordinasi dan homeostasis -
Wikibooks, buku terbuka untuk dunia yang terbuka.htm. Diakses 25 September 2012
Yusnia, Pengaturan kadar gula Darah, (on line) www.yusnia-bio.webs.com. Diakses 20
September 2012
staff.ui.ac.id/internal/130683855/material/HOMEOSTASISmsHO.pdf
http://www.blogdokter.net/2009/06/20/dehidrasi
onilyna.blogspot.com/.../blok-2-skenario-1-peranan-homeostasis.htm...
http://penulisani.blogspot.com/2012/03/homeostasis.html
httponlyuse.blogspot.com/2012/04/homeostasis.html
sp4669.wordpress.com/2008/07/24/anatomi-fisiologi-cairan-tubuh
http://w3.ouhsc.edu/histology/Text Sections/Urinary.html
http://www.cccmkc.edu.hk/~sbj-biology/
http://pclab.cataegu.ac.kr/physiology/Kidney.htm

22

Anda mungkin juga menyukai