OSMOREGULASI
Disusun Oleh :
Kelompok 12
Kelas/Semester : C/5
LAMPUNG
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami limpahkan Allah SWT yang telah memberikan limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat mengerjakan makalah tentang
“Osmoregulasi”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman.
Manusia sebagaimana makhluk sosial, tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan orang lain. Maka dari itu kami selaku penyusun makalah
“Osmoregulasi”, mengucapkan terimakasih kepada semua yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini. Dengan selesainya makalah, kami berharap
semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, khusus nya bagi
pembaca.
Sebagai manusia biasa, kami sadar bahwa pembuatan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Swt dan
kelemahan adalah milik kita sebagai makhluk. Maka, dengan demikian demi
terciptanya makalah yang lebih baik untuk kedepannya, kami mohon sekiranya
para pembaca untuk memberikan kritik dan saran . Semoga Allah Swt senantiasa
memberikan petunjuk-Nya kepada kita semua.
(Kelompok 12)
ii
DAFTAR ISI
COVER
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penulis menuliskan tujuan dari
penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian osmoregulasi.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip osmoregulasi.
3. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap lingkungan.
4. Untuk mengetahui bagaimana sistem osmoregulasi pada hewan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
regulasi osmotic yaitu regulasi hipoosmotik dan regulasi hiperosmotik. Pada
regulator hipoosmotik, misalnya ikan air laut, hewan ini selalu mempertahankan
konsentrasi cairan tubuhnya lebih tinggi daripada mediumnya (air tawar).
Beberapa hewan ada yang toleran terhadap rentangan luas konsentrasi garam
mediumnya, hewan demikian di sebut euryhaline. Sedangkan hewan lain hanya
toleran terhadap rentangan yang sempit konsentrasi garam mediumnya, hewan
demikian disebut stenohaline.Fenomena lain yang biasanya berhubungan sangat
dekat dengan tingkat perkembangan kapasitas osmoregulasi adalah kemampuan
hewan mengontrol kadar air dalam tubuhnya. Osmokonformitas rupanya adalah
hasil kombinasi dari ketidakmampuan hewan mengontrol volume tubuh dan
ketidakmampuan mengontrol isi larutan tubuh. Sebaliknya osmoregulasi
merupakan manifestasi perkembangan kemampuan yang baik dari kedua proses
tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa hewan osmokonformer juga
merupakan konformer volume, sebaliknya osmoregulator juga merupakan
regulator volume.
Ada tiga pola regulasi:
a) Regulasi hiperonik atau hiperamok, yaitu pengaturan secara aktif
konsentrasi cairan tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi media, misal
pada potadrom (ikan air tawar) Potadrom mempertahankan konsentrasi
cairan tubuhnya dengan mengurangi minum danmemperbanyak
urineOsmoregulasi beberapa golongan ikan( Telesostei).
b) Regulasi hipotonik atau hipoosmorik, yaitu pengaturan secara aktif
konsentrasi cairan tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi media, misal:
pada oscandrom (ikan air laut), Oseanodrom memperbanyak minum dan
mengurangi volume urine. Diadrom, melakukan aktivitas osmoregulasi
seperti petadrom bila berada di air tawar dan seperti oscanodrom bila
berada di air laut.
c) Regulasi isotonik atau soosmotik, yaitu bila konsentrasi cairan tubuh
sama dengan konsentrasi media, misalnya ikan-ikan pada daerah
estuarine (ikan eurihaline) contohnya Ikan eurihalin, konsentrasi cairan
tubuhnya hampir sama dengan lingkungannya, sehingga hanya sedikit
melakukan osmoregulasi.
4
2.3 Pengaruh Lingkungan terhadap Osmoregulasi
a) Lingkungan Hidup Hewan
Pada dasarnya lingkungan hidup hewan dapat dibagi menjadi lingkungan
air dan lingkungan darat. Lingkungan air masih dibedakan menjadi
lingkungan air laut dan air tawar. Sedikit sekali hewan darat yang benar-benar
telah meninggalkan lingkungan air. Misalnya serangga dan beberapa hewan
darat yang lain, meskipun dianggap paling berhasil beradaptasi dengan
kehidupan didarat, namun hidupnya sedikit banyak masih berhubungan
langsung dengan air tawar. Kebanyakan hewan selain serangga, hidup
didalam air atau sangat tergantung pada air.
Komposisi cairan tubuh kebanyakan hewan, khususnya konsentrasi
komponen utama, mereflesikan komposisi air lautan permulaan,tempat nenek
moyang hewan pertama kali muncul. Air laut mengandung sekitar 3,5%
garam. Ion utama adalah natrium,khlorida,magnesium,sulfat dan kalsium
yang berada dalam jumlah yang besar. Jumlah kosentrasi garam di
lingkungan sangat bervariasi sesuai tempat geografisnya. Di lautan tengah
dimana penguapan tinggi tidak diikuti dengan jumlah yang sama masuknya
air tawar dari sungai, maka lautan tengah memiliki kandungan garam
mendekati 4%. Dilain daerah khussunya di daerah pesisir,kandungan agak
rendah dibandingkan dengan lautan terbuka,tetapi jumlah relative ion-ion
terlarut agak konstan.
b) Osmoregulasi Hewan Invertebrata Laut
Hewan osmokonformer invertebrata laut memiliki konsentrasi osmotik
cairan tubuh sama dengan air laut sehingga terjadi keseimbangan osmotik
cairan tubuh hewan dengan lingkungannya tetapi tidak dalam kondisi
keseimbangan ionik sehingga terjadi perbedaan komposisi ion yang
menghasilkan gradien konsentrasi. Oleh karena itu hewan osmokonformer
dapat memperoleh masukan berbagai macam zat yang dibutuhkan dengan
cara: ion masuk kedalam tubuh dan mengakibatkan cairan tubuh menjadi
hiperosmotik, keadaan ini menyebabkan air dan zat-zat yang dibutuhkan
tubuh yang terlarut di air laut masuk ke dalam tubuh. Konsentrasi osmotik
berbagai ion dalam tubuh hewan tidak berbeda kecuali beberapa spesies
5
hewan laut, misalnya ubur-ubur, mempertahankan konsentrasi ion tetap
berbeda dalam rangka pengaturan fisiologis. Konsentrasi ion yang tidak
diatur dengan cara khusus terjadi melalui permukaan tubuh, insang, makanan
yang ditelan, dan dengan menghasilkan zat sisa (misalnya urin).
c) Osmoregulasi pada Vertebrata Laut
6
kali dari cairan plasmanya.
Hewan akutik tidak selamanya menetap di habitat yang tetap (air laut
atau air tawar)saat tertentu masuk ke daerah payau, misalnya salmon,
lamprey, dan belut. Perpindahan antara air tawar dan air bergaram
merupakan bagian dari siklus hidup yang normal sehingga hewn-hewan
tersebut harus memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap perubahan
kadar garam (kadar garam di daerah payau selalu berubah). Ketika laju
hewan meningkat maka akan masuk ion terlarut dalam jumlah berlebih dan
harus dikeluarkan melalui tubulus malpighi dan rektum atau papila anal
yang berfungsi mengeluarkan kelebihan garam pada medium pekat dan
mengambil ion secara aktif pada medium encer.
f) Osmoregulasi pada Hewan di Lingkungan Darat
Keuntungan bagi hewan yang hidup di lingkungan darat adalah mudah
memperoleh oksigen sedangkan kerugiaanya adalah sulitnya menjaga
keseimbangan air dan ion sehingga mudah terancam dehidrasi. Kehilangan
air dari tubuh pada hewan darat dapat terjadi melaui penguapan, dimana
penguapan tersebut dipengaruhi oleh kandungan uap air di atmosfer, tekanan
7
barometrik, gerakan udara, luas permukaan penguapan, dan suhu. Vertebrata
yang berhasil berkembang di lingkungan darat memperoleh air dari air
minum dan makanan. Untuk menghemat air vertebrata melakukan berbagai
cara yang cukup bervariasi, misalnya memiliki kulit yang kering dan
bersisik, menghasilkan feses kering, menghasilkan asam urat, dan
mereabsorbsi urin encer yang di kandung kemih. Pengaturan keseimbangan
air berkaitan erat dengan proses mempertahankan suhu tubuh. Pada hewan
mamalia perolehan air berasal dari minuman, makanan, dan air metabolik
serta dari lingkungan yang berupa uap air sedangkan kehilangan air dapat
terjadi melalui keringat.
2.4 Sistem Osmoregulasi pada Hewan
8
vertebrata yang memproduksi urin yang lebih encer dari cairan tubuhnya.
a) Osmoregulasi pada serangga
9
tubuhnya. Homeostasis regulasi juga dilakukan dengan pendekatan
prilaku yaitu aktif dimalam hari dan menggali tanah lebih dalam bila
permukaan tanah kering.
10
zat ini meningkat pada beberapa spesies dalam masa kesulitan
mendapatkan air. Selama masa estivasi (tidur musim panas) asam urat ini
disimpan dalam ginjal dengan maksud mengurangi kehilangan air untuk
menekskresikan nitrogen tersebut. Banyak spesies keong yang
menyimpan air didalam rongga mantelnya yang rupanya digunakan pada
liungkungan kering.
11
tubuh. Padahal dehidrasi dicegah dengan proses ini dan kelebihan
garam harus dihilangkan. Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi
osmotik untuk mempertahankan air, volume air seni lebih sedikit
dibandingkan dengan ikan air tawar. Tubulus ginjal mampu berfungsi
sebagai penahan air. Jumlah glomerulus ikan laut cenderung lebih
sedikit dan bentuknya lebih kecil dari pada ikan air tawar
Sebagian besar Amphibi adalah hewan air atau semi akuatik. Telurnya
diletakkan dalam air, dan larvanya adalah hewan air yang bernafas
dengan insang. melalui metamorphosis, kebanyakan Amphibi (tidak
semua) mengubah alat pernafasannya dengan paru-paru. Beberapa
salamander tetap memiliki insang dan tetap hidup dalam air setelah
dewasa. Dan kebanyakan katak dilain pihak berubah menjadi hewan
darat, meskipun biasanya masih tetap memilih habitat berair.
Regulasi osmotic Amphibi mirip ikan air tawar, kulitnya berperan
sebagai organ osmoregulasi utama. Pada saat hewan berada dalam air
tawar,terdapat aliran osmotic air ke dalam tubuhnya melalui kulit.
Sehingga urin yang akan dikeluarkan akan menjadi sangat encer.
Sebaliknya, apabila tidak sedang berada di air, katak dapat
mereabsorbsi kembali air yang terdapat di kandung kemih. Sehingga,
urin yang akan dihasilkan akan menadi pekat. Barsama urin ikut
terbuang garam-garam. Selain itu, garam dan mineral juga dapat
dilepaskan melalui kulitnya.
Katak dan salamander umumnya adalah hewan air tawar, akan mati
dalam beberapa jam bila ditaruh dalam air laut, jadi katak dan
12
salamander adalah regulator hiperosmotik sempit. Namun ada
sejenis katak pemakan kepiting, hidup didaerah rawa mangrove,
mencari makan dan berenang dalam air laut.Pada saat katak berada
dalam air laut ia menjadi hewan hiosmotik. Untuk mencegah
kehilangan air osmotic melalui kulitnya, katak menambah umlah urea
dalam darahnya, yang dapat mencapai 480 mmol urea perliter.
Mekanisme ini beralasan, sebab kulit amphibi relative permeable
terhadap air, sehinggan secara sedarhana untuk mencegah
kehilangan air dibuat konsentrasi osmotic darah seperti
mediumnya. Karena urea essensial bagi katak untuk hidup
normal, maka urea ditahan dalam tubuh dan tidak diekskresikan
bersama urin. Pada hiu, urea ditahan melalui reabsorbsi aktif dalam
tubuli ginjal. Pada katak pemakan kepiting, urea ditahan dengan
mereduksi volume urin pada saat katak berada dalam air laut.
Nampaknya urea tidak direabsorbsi secara aktif, sebab konsentrasi
urea dalam urin tetap dalam keadaan sedikit di atas urea dalam
plasma. Katak pemakan kepiting, yang muda memiliki toleransi lebih
besar terhadap salinitas tinggi dari pada yang dewasa. Pada
katak muda, pola regulasi osmotiknya mirip dengan teleostei
sedangkan yang dewasa mirip Elasmobrankhii
13
menghadapi masalah berupa pemasukan garam yang berlebihan. Hal
ini berarti bahwa burung tersebut harus berusaha mengeluarkan
kelebihan garam dari tubuhnya. Burung mengeluarkan kelebihan
garam tersebut melalui kelenjar garam, yang terdapat pada cekungan
dangkal dikepala bagian atas, disebelah atas setiap matanya, didekat
hidung. Apabila burung laut menghadapi kelebihan garam didalm
tubhnya, hewan itu akan menyekresikan cairan pekat yang banyak
mengandung NaCl. Kelenjar garam ini hanya aktif pada saat tubuh
burung dijenuhkan oleh garam.
Pada mamalia kehilangan air dan garam dapat terjadi lewat keringat.
Sementara, cara mereka memperoleh air sama seperti vertebrata
lainnya, yaitu dari air minum dan makanan. Akan tetapi, untuk
mamalia yang hidup dipadang pasir memperoleh air denga cara
minum merupakan hal yang mustahil sebagai contoh kangguru.
Kangguru tidak minum air, tetapi dapat bertahan dengan
menggunakan air metabolic yang dihasilkan dari oksidasi glukosa.
14
Untuk lebih menghemat air, hewan tersebut menghasilkan zat sisa
bernitrogen dalam bentuk asam urat, yang pengeluarannya hnya
membutuhkan sedikit air. selain itu, Reptil juga melakukan
penghematan air dengan menghasilkan feses yang kering. Bahkan,
Kadal dan kura-kura pada saat mengalami dehidrasi mampu
memanfaatkan urin encer yang dihasilkan dan disimpan dikandung
kemihnya dengan cara mereabsorbsinya.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa :
A. Osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan untuk mengontrol
keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya
melalui mekanisme pengaturan tekanan osmose.
B. Prinsip-prinsip osmoregulasi; Terhadap lingkungan hidupnya, ada hewan
air yang membiarkan konsentrasi cairan tubuhnya berubah-ubah
menngikuti perubahan mediumnya (osmokonformer). Kebanyakan
invertebrata laut tekanan osmotic cairan tubuhnya sama dengan tekanan
osmotic air laut.
C. Pengaruh Lingkungan terhadap Osmoregulasi
1) Lingkungan Hidup Hewan
2) Osmoregulasi Hewan Invertebrata Laut
3) Osmoregulasi pada Vertebrata Laut
4) Osmoregulasi pada Hewan di Lingkungan Air Tawar
5) Osmoregulasi pada Hewan di Lingkungan Payau
6) Osmoregulasi pada Hewan di Lingkungan Darat
D. Sistem Osmoregulasi pada Hewan
1) Osmoregulasi Hewan Invertebrata
2) Osmoregulasi Hewan Vertebrata
3.2 Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
khususnya dalam memahami . Dalam penulisan makalah ini kami sebagai
manusia menyadari, masih banyak kesalahan dan kekurangan baik dari segi
penulisan maupun tata bahasa. Oleh karena itu kritik dan saran membangun
dari pembaca sangat kami butuhkan.
16
DAFTAR PUSTAKA
17