Anda di halaman 1dari 16

PENGAMATAN JENIS-JENIS FAUNA DI PULAU CURIAK

Dewita Rinowati1, Muhammad Ramadhan jayusman2, Hidayaturrahmah3

1. Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat, Jalan Jend A. Yani Km
36, Banjarbaru 70713, Indonesia
2. Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Lambung Mangkurat, Jalan Jend A. Yani Km
36, Banjarbaru 70713, Indonesia
3. Laboratorium Biosistemaik dan Anatomi Fisiologi, FMIPA, Universitas Lambung
Mangkurat, Jalan Jend A. Yani Km 36, Banjarbaru 70713, Indonesia

E-mail: rinowatidewita@gmail.com

Abstrak
Keragaman hayati baik flora maupun fauna Indonesia banyak menyita perhatian pada setiap pihak di
indonesia dan seluruh dunia. Aves merupakan satwa liar yang hidup di alam secara bebas dan mempunyai
peranan yang penting dalam menjaga kelestarian lingkungan yang dapat beradaptasi dengan kondisi udara
secara sempurna. Praktikum kali ini adalah tentang pengamatan jenis-jenis fauna dipulau curiak. Dilakukan
tiga pengamatan jenis spesies, yaitu: pengematan jenis aves, pengamatan jenis pisces, dan pengamatan jenis
mamalia. Perhatian penuh diberikan pada mamalia unggulan terpilih, seperti harimau, badak dan gajah,
mengakibatkan mengabaikan banyak spesies yang kurang dikenal, seperti mamalia kecil non-volant (berat
<5kg) yang terjadi di komunitas kompleks dengan kekayaan spesies tinggi yang luar biasa. Kesimpulan
yang dapat diambil dari praktikum yaitu praktikum berjudul pengamatan jenis-jenis fauna di pulau curiak

Abstract
The biodiversity of both Indonesian flora and fauna has attracted a lot of attention from all parties in
Indonesia and throughout the world. Aves are wild animals that are free and have an important role in
preserving the environment which can adapt to air conditions perfectly. The practicum this time is about
observing the types of fauna on the island of Curiak. There are three types of observations, namely: the type
of observation, observation and observation. Attentive attention to selected superior foods, such as tigers,
elephants and elephants, has resulted in the neglect of many lesser-known species, such as small non-volant
mammals (weighing <5kg) which occur in complex communities with unusually high species richness. The
conclusion that can be drawn from the practicum is a practicum entitled observing the types of fauna on
Curiak Island

Keywords : Mamalia, Ikan , Aves, Morfologi

1. Pendahuluan terdapat 515 spesies mamalia, 600 spesies


Keragaman hayati flora maupun fauna reptil, 1531 spesies burung, 270 spesies
Indonesia banyak menyita perhatian pada amfibi, 1600 spesies kupu-kupudan 20.000
setiap pihak di indonesia dan seluruh dunia. spesies tumbuhan berbunga yang menempati
BAPPENAS (2003) mencatat tidak kurang ekosistem daratan serta perairan di seluruh
kepulauan Indonesia, spesies invertebrata wilayah Asia bagian Tenggara pada kawasan
lain, ikan, moluska serta terumbu karang tropis dengan jumlah kurang lebih sebanyak
yang belum terdata secara rinci [1]. 105 suku (99% diantaranya dapat ditemukan
Burung (aves) merupakan satwa liar yang pada Indonesia bagian Barat). Ikan memiliki
hidup di alam secara bebas dan mempunyai peranan penting bagi ekosistem dan
peranan yang penting dalam menjaga lingkungan, dimana dapat dijadikan sebagai
kelestarian lingkungan. Sebagian besar aves bioindikator terhadap kualitas suatu badan
merupakan hewan yang dapat beradaptasi perairan dan juga berperan di dalam siklus
dengan kondisi udara secara sempurna. Tidak rantai makanan [4].
semua aves dapat terbang, seperti burung Ikan sebagai hewan air memiliki
Unta, burung Kiwi, Ayam, Bebek, Angsa dan beberapa mekanisme fisiologis yang tidak
lain-lain. Aves tergolong hewan berdarah dimiliki hewan darat. Perbedaan habitat
panas (homoioterm) yakni dapat menyebabkan pekembangan ogan-organ
menyesuaikan suhu tubuh dengan suhu disesuaikan dengan kondisi lingkungannya,
lingkungannya. Aves berkembangbiak misalnya sebagai hewan yang hidup di air,
dengan cara bertelur. Burung membuat baik itu perairan tawar maupun perairan laut
sarang di atas pohon, semak, goa, dan di atas menyebabkan ikan harus mengetahui
rumah. pembuakaan lahan baru dengan cara kekuatan maupun arah arus, karna ikan
menghilangkan pohon akan menyebabkan dilengkapi dengan organ yang disebut linea
hilangnya tempat bersarang, berlindung dan lateralis [5]. Keberagaman ikan yang ada
mencari makan bermacam spesies burung. disuatu perairan perlu diadakannya
burung memiliki peran dalam ekosistem identifikasi ikan menggunakan kunci
sebagai penyerbuk, dan pengendalian hama. determinasi. Kunci determinasi adalah kunci
keanekaragaman spesies burung di hutan jawaban yang digunakan untuk menetapkan
dapat menjadi indikator kualitas hutan [2] identitas suatu individu. Kegiatan identifikasi
Aves memiliki tulang yang ringan karena bertujuan untuk mencari dan mengenal ciri-
adanya rongga-rongga udara di dalamnya, ciri taksonomi yang sangat bervariasi dan
namun tetap kuat menopang tubuh. memasukkannya ke dalam suatu takson.
Keanekaragaman jenis burung berkaitan erat Selain itu, untuk mengetahui suatu identitas,
dengan keanekaragaman tipe habitat serta nama individu spesies dengan cara
beragamnya fungsi dari setiap tipe habitat. mengamatai beberapa karakter atau ciri
Kelestarian burung dapat dipertahankan morfologi spesies tersebut dengan
dengan melakukan konservasi jenis yang membandingkan ciri-ciri yang ada sesuai
didahului dengan berbagai studi atau dengan kunci determinasi. Klasifikasi
penelitian tentang satwa tersebut, antara lain merupakan suatu cara pengelompokkan atau
mengenai populasi, habitat dan lingkungan penggolongan atau pemberian nama mahluk
yang mempengaruhinya [3]. hidup berdasarkan persamaan dan pemberian
Ikan merupakan penghuni utama pada ciri-cirinya [5].
ekosistem akuatik (perairan) yang tersebar Distribusi mamalia terutama spesies
pada perairan tawar, seperti danau, sungai yang terancam punah, telah digunakan untuk
dan rawa serta perairan payau dan perairan membenarkan pembentukan unit konservasi
laut. Kebanyakan ikan air tawar tersebar di baru. Primata dari Kalimantan mendapat
perhatian paling besar. Beberapa unit
konservasi Borneo di Sarawak, seperti Anjak 3. Hasil dan Pembahasan
Entimau Wildlife Sanctuary dan Taman a. Hasil
Nasional Batang Ai, telah dibentuk untuk
melindungi spesies primata yang terancam Tabel 1. Pengamatan Jenis Aves
punah. Perhatian penuh diberikan pada Nama Fauna Gambar
mamalia unggulan terpilih, seperti harimau,
badak dan gajah, mengakibatkan
mengabaikan banyak spesies yang kurang Burung
dikenal, seperti mamalia kecil non-volant Sepah Tulin
(berat <5kg) yang terjadi di komunitas (Pericrocotu
kompleks dengan kekayaan spesies tinggi s igneus)
yang luar biasa. Sebaliknya, penelitian yang
dilakukan pada penggunaan habitat oleh (Gagarin, 2019)
mamalia kecil non-volant di Malaysia dan di
Kalimantan masih sangat terbatas [6].
Burung
2. Metode Penelitian Cucak
Alat dan Bahan Kutilang
(Pycnonotus
praktikum adalah kamera dan alat tulis. aurigaster)
(Gagarin, 2019)
A. Pengamatan Fauna
Kamera

 Mengamati jenis-jenis Burung


fauna yang berada di Elang
sekitar lokasi Brontok
 Mengdeskripsikan fauna (Spizaetus
yang ditemukan yaitu cirrhatus)
berupa deskripsi
morfologi, deskripsi (Basuki, 2005)
lingkungan tempat
ditemukan
 Menghitung jumlah
Burung
masing-masing fauna
Elang
yang ditemukan di lokasi.
Gunung
 Mendokumentasikan jenis (Nisaetus
fauna yang ditemukan alboniger )
dalam bentuk gambar dan
video
(Van Balen, 1998)
Hasil
Burung
(Haliastus
Layang-
indus)
layang batu
(Hirundo
(Gagarin, 2019)
tahitica)

(Maryatul, 2013)
Burung
Elang Hitam
Burung (Ictinetus
Cucak malayensis)
Kelabu
(Pycnonotus (Syahputri, 2018)
cyaniventris)

(Bates, 2008) Tabel 2. Pengamatan Jenis Pisces

Nama Fauna Gambar


Burung
Kacamata
Biasa Ikan
(Zosterops Timpakul
palpebrosus) (Periophtha
lmodon
(Coates, 2000) schlosseri)
(Parwati et al., 2019)

Burung
Sepah Hutan
(Pericrocotu Kepiting
s flammeus) rawa
(Sesarma
(Gagarin, 2019)
reticulatum)

(Elmer, 2014)
Burung
Perenjak Ikan Kiper
Rawa (Prinia (Scatophagu
flaviventris) s argus)

(Madge, 2020)
Burung
Elang Bondol
(Aida, 2011) Identifikasi terhadap ikan / pisces yang
dilakukan di kawasan pulau Curiak
mendapatkan beberapa jenis species ikan,
Ikan termasuk juga crustacea yang berhabitat di
Sanggang wilayah perairan sungai. Adapun spesies
(Puntioplite yang telah ditemukan dari hasil observasi dan
s bulu) juga dari hasil wawancara terhadap nelayan
sekitar yang mana dilakukan tiga pengamatan
(Siregar, 2018)
jenis spesies, yaitu: pengematan jenis aves,
Tabel 3. Pengamatan jenis Mamalia pengamatan jenis pisces, dan pengamatan
jenis mamalia. Setiap spesies yang ditemukan
Nama Fauna Gambar memiliki ciri khasnya masing masing.
Pengamatan jenis aves diperoleh 11
spesies, yaitu: Burung Sepah Tulin
(Pericrocotus igneus), Burung Cucak
Bekantan Kutilang (Pycnonotus aurigaster), Burung
(Nasalis Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus), Burung
larvatus) Elang Gunung (Nisaetus alboniger), Burung
Layang-layang batu (Hirundo tahitica),
Burung Cucak Kelabu (Pycnonotus
(Atmoko, 2010) cyaniventris), Burung Kacamata biasa
(Zosterops palpebrosus), Burung Sepah
Hutan (Pericrocotus flammeus), Burung
Perenjak Rawa (Prinia flaviventris), Burung
Hirangan elang bondol (Haliastur indus), dan Burung
(Trachypithe elang hitam (Ictinetus malayensis).
cus cristatus Pengamatan jenis pisces sendiri didapatkan 4
) spesies, yaitu: Ikan timpakul (Periothamus
modestus), Kepiting rawa (Sesarma
(Wahyuni, 2020) reticulatum), Ikan Kiper (Scatophagus
argus), dan ikan Sanggang (Ostrichelus
melanouplaunas). Pengamatan jenis maalia
Berang- sendiri diperoleh 3 spesies, yaitu: Bekantan
berang (Nasalis larvatus), Hirangan (Trachpithecus
(Aonyx cristatus), dan Berang-berang (Aonyx
cinereus) cinereus). Sehingga jumlah total spesies yang
diamati sebanyak 18 spesies.
(Aadrean, 2017)
Burung Sepah Tulin (Pericrocotus igneus)
Kingdom : Animalia
b. Pembahasan
Filum : Chordata
Praktikum kali ini adalah tentang
Kelas : Aves
pengamatan jenis-jenis fauna dipulau curiak.
Ordo : Passeriformes
Famili : Campephagidae yaitu ordo ini memiliki kotak suara yang
Genus : Pericrocotus terbentuk baik [6].
Spesies : Pericrocotus igneus
Burung Cucak Kutilang (Pycnonotus
Burung Sepah Tulin cenderung mengalami aurigaster)
penurunan jumlah yang cukup cepat di Kingdom : Animalia
seluruh wilayah. Hal ini diakibatkan Filum : Chordata
pembukaan lahan hutan dan pemburuan liar. Class : Aves
Sejak 2012 spesies ini telah dimasukkan Ordo : Passeriformes
dalam daftar merah (redlist) golongan hampir Famili : Pycnonotidae
terancam punah (Near Threatened). Spesies Genus : Pycnonotus
ini ditemukan di hutan berdaun lebar, tepi Spesies : Pycnonotus
hutan, hutan sekunder, hutan tepi pantai, aurigaster
bakau, terkadang perkebunan dan kebun.
Penyebaran spesies ini meliputi dataran Burung Cucak Kutilang sejak 2012 telah
rendah sunda, Tenasserim selatan, Myanmar, dimasukkan dalam daftar merah (redlist)
Semenanjung Thailand, Sabah, Sarawak, golongan resiko rendah (Least Concern).
Semenanjung Malaysia, Kalimantan dan Spesies ini memiliki jumlah yang sangat
Sumatra, Brunei dan Palawan (IUCN, 2016). besar. Penurunannya jumlahnya diyakini
Burung Sepah Tulin (Pericrocotus tidak cukup cepat untuk mendekati ambang
igneus) memiliki ukuran maksimal 15 cm, batas kerentanan di bawah populasi. Batas
ukuran ini lebih kecil dibandingkan dengan kerentanan yakni penurunan >30% selama
burung Sepah hutan. Burung spesies ini sepuluh tahun atau tiga generasi. Penyebaran
memiliki bulu sekunder yang tanpa ada spesies ini meliputi Kamboja, China, Hong
bercak. Iris berwarna coklat, paruh hitam, Kong, Indonesia, Laos, Macao, Myanmar,
kaki hitam. Jantan memiliki badan berwarna Thailand, dan Vietnam. Habitat spesies ini
merah terang. Kepala, punggung, sayap, dan berupa hutan, hutan hujan, hutan subtropis,
tengah ekornya berwarna hitam mengkilap semak, tanah yang subur, kebun perdesaan,
serta memiliki sedikit warna jingga pada dan daerah penduduk (IUCN, 2016).
perut dan daerah di depan ekornya. Betina Burung cucak kutilang memiliki jambul
memiliki warna lebih jingga pada penutup berwarna hitam, sehingga kepalanya terlihat
bawah ekor dan daerah di depan ekornya. seperti bertopi hitam. Dahi, paruh, dagu dan
Burung Sepah Tulin mempunyai suara khas pipi juga berwarna hitam, sehingga terlihat
meninggi nan merdu Kepala dan punggung seperti mengenakan topeng. Daerah di depan
abu-abu, bagian bawah tubuh dan wajahnya ekornya (tunggir) berwarna putih, sedangkan
berwarna kuning. Pericrocotus igneus akan pantatnya (tungging) berwarna kuning
bertelur pada bulan April–Mei (awal musim keemasan. Ukuran tubuh burung ini
hujan. Ordo passeriformes merupakan tergolong sedang. Bagian sayap dan ekor
kelompok burung passerine atau petengger. berwarna coklat muda, dengan ujung ekor
Secara anatomi ordo ini mempunyai kaki yang mendatar. Bagian tenggorokan, dada,
yang khusus untuk bertengger. Ciri khas lain dan perut memiliki bulu berwarna coklat
pudar. Makanan utamanya adalah buah-
buahan lunak dan serangga kecil. Burung ini
memiliki suara kicauan yang keras tapi berkisar 1,3 kg - 1,9 kg. Tubuhnya memiliki
merdu dengan suara“cuk-cuk”, dan “cang- corak warna, jambul yang tidak terlalu
kur” berulang secara cepat. Cucak Kutilang panjang. Elang Brontok memiliki perilaku
hidup secara berkelompok kecil sebanyak 2-4 kawin yang terlihat pada awal pembuatan
pasangan. Cucak Kutilang memiliki alat sarang. Sepasangan terbang bersama selama
pernafasan berupa paru-paru yang dibantu beberapa menit kemudian hinggap di dahan
oleh kantong udara. Paru-paru akan pohon sarang atau pohon lainnya yang dekat
digunakan saat tidak terbang, sedangkan dengan pohon sarang. Betina akan
kantong udara digunakan saat terbang. Betina merundukkan tubuhnya hingga posisi hampir
akan memberikan sinyal dengan mengepakan mendatar dengan sayap terbuka dan sambil
sayapnya jika ingin kawin, sebelumnya mengepakkannya. Kemudian individu jantan
jantan akan mengejar betina. Betina akan akan menaiki betina dari belakang dengan
mencabuti bulu sendiri atau dari jantannya, sayap terbuka juga. Setelah kawin elang
hal ini dilakukan supaya sarang menjadi lebih jantan akan bertengger sebentar lalu terbang
halus [2] [7]

Burung Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus) Burung Elang Gunung (Nisaetus


Kingdom : Animalia alboniger)
Filum : Chordata Kingdom : Animalia
Kelas : Aves Filum : Chordata
Ordo :Falconiformes/ Class : Aves
Accipitriformes Ordo : Accipitriformes
Famili : Accipitridae Famili : Accipitridae
Genus : Nisaetus Genus : Nisaetus
Spesies : Nisaetus cirrhatus Spesies : Nisaetus
alboniger
Elang Brontok masih memiliki jumlah
yang besar, sehingga tidak mendekati Elang Gunung memiliki jumlah spesies
ambang kerentanan. Sejak 2013 spesies ini masih banyak dan tidak mendekati batas
telah masuk golongan resiko rendah (Least kerentanan, sehingga pada 2012 digolongkan
Concern). Distribusi Elang Brontok meliputi ke resiko rendah (Least Concern). Distribusi
Bangladesh, Brunei Darussalam, Kamboja, spesies ini meliputi Brunei Darussalam,
India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Indonesia, Laos, Malaysia, Singapura, dan
Nepal, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand. Habitat spesies ini meliputi hutan
Thailand, dan Vietnam. Habitatnya meliputi tropis, hutan subtropis, dan dataran rendah
dataran rendah tropis, hutan, lahan basah, tropis (IUCN, 2016). Elang Gunung dewasa
perkebunan, dan perdesaan (IUCN, 2016). memiliki panjang bersekitar 50–58 cm,
Elang Brontok memiliki ukuran yang cukup rentang sayap berkisar 100–115 cm, dan
besar dan tidak beda jauh dengan ukuran massa tubuh sekitar 0,83 gram. Tubuhnya
Elang Jawa. Tubuhnya memiliki panjang berwarna hitam dan putih. Burung ini
sekitar sekitar 57 - 79 cm, rentang sayap memiliki ekor bergaris, jambul panjang, dada
berkisar 127 -138 cm, dan massa tubuh dan perut terdapat loreng hitam. Musim
kawin Elang Gunung terjadi di bulan bereproduksi (bertelur) tidak akan mudah
November. Betina akan membangun sarang diincar oleh predator ataupun manusia.
yang terbuat dari ranting pohon dan Menurut Kindersley (2010) ordo
dedaunan. Betina hanya mengerami telur passeriformes merupakan kelompok burung
sebanyak 1-2 butir. passerine atau petengger. Secara anatomi
ordo ini mempunyai kaki yang khusus untuk
Layang-layang batu (Hirundo tahitica) bertengger. Ciri khas lain yaitu ordo ini
Kingdom : Animalia memiliki kotak suara yang terbentuk baik.
Filum : Chordata
Kelas : Aves Burung Cucak Kelabu (Pycnonotus
Ordo : Perciformes cyaniventris)
Famili : Hirundinidae Kingdom : Animalia
Genus : Hirundo Phylum : Chordata
Spesies : Hirundo tahitica Class : Aves
Order : Passeriformes
Burung Layang-layang Batu sejak 2016 Family : Pycnonotidae
spesies ini telah dimasukkan dalam daftar Genus : Ixodia
merah (redlist) golongan resiko rendah Species : Ixodia cyaniventris /
(Least Concern). Spesies ini memiliki kisaran Pycnonotus
jumlah yang kecil namun tidak dekat dengan cyaniventris
batas kerentanan, sehingga dimasukan ke
dalam golongan resiko rendah (Least Burung cucak kelabu memiliki ciri-ciri
Concern) (IUCN, 2016). Distribusi dari fisik yang lebih mencolok dari jenis burung
burung ini meliputi India selatan, Filipina, cucak-cucakan lainnya, seperti ukuran
Semenanjung Malaysia, Papua, Tahiti, Sri tubuhnya bisa mencapai 16 -17 cm dan untuk
Lanka, Myanmar, Thailand, Kamboja ciri fisik cucak kelabu lainnya, diantaranya :
Selatan, Wallacea, Taiwan, Kepulauan Bagian tubuh bawah lebih kontras dari pada
Bismarck, Islandia baru, Solomon, New tubuh bagian atas (penutup sayap hijau
Caledonia dan Vanuatu, Fiji dan Tonga. zaitun, punggung, bagian mantel, bulu
Burung ini memiliki tipe habitat yang tunggirnya kuning emas). Bulu ekor bagian
meliputi pemukiman, perkebunan, dan pantai. tengah bewarna hitam. Sisi bulu sayapnya
Ukuran tubuh dari burung Layang-layang bewarna hitam. Terdapat bulu abu-abu gelap
Batu ini kurang lebih 14 cm. Bagian atas di bagian tengkuk dan mahkotanya. Bulu
tubuh berwarna biru dengan iris mata kepalanya bewarna zaitun gelap. Tubuh
berwarna coklat, sehingga terlihat kurang bagian bawah memiliki bulu abu-abu yang
menarik. Burung ini membuat sarang yang khas. Cucak kelabu itu sendiri terdapat 2 ras
bentuknya mirip cangkir yang terbuat dari atau sub spesies, dan tentunya untuk 2 jenis
gumpalan lumpur. Bahan pembuat sarang ini ras tersebut memiliki asal usul yang berbeda
akan ditempelkan oleh mereka pada bawah habitatnya, seperti yang terdapat di
langit-langit jembatan atau tergantung di kalimantan, sumatera, Myanmar, Thailand
bebatuan. Burung ini membuat sarang dan semenanjung. Untuk penyebaran sub
ditempat yang sulit dijangkau supaya saat spesies Pycnonotus cyaniventris cyaniventris
biasa di temukan di sumatera, myanmar Burung ini memiliki panjang tubuh
ujung selatan, semenanjung malaysia dan sekitar 10–11 cm. Bagian atas tubuhnya
juga thailand selatan. Sedangkan untuk sub berwarna kehijauan atau hijau kekuningan
spesies Pycnonotus cyaniventris paroticalis dengan leher dan dadanya yang berwarna
teradapat di kalimantan. Menurut IUCN, kuning terang. Burung ini memiliki sayapnya
Cucak kelabu termasuk burung Near membulat dan kaki-kakinya kuat. Ciri khas
Threatened atau burung yang hampir punah, ada pada sekililing matanya yang terdapat
meskipun begitu burung ini belum terdaftar lingkaran kecil berwarna putih. Hidupnya
jenis burung yang dilindungi. Jadi sebaiknya secara berkelompok besar yang bergerak.
bagi anda yang ingin memeliharanya jangan Makanan utamanya adalah serangga kecil
menamgkap jenis burung ini, karena di dengan makanan sampingan berupa nectar
khawatirkan populasinya benar-benar punah dan buah-buahan. Burung ini memiliki waktu
[8]. bertelur dari Januari sampai Oktober, dengan
telur yang berjumlah kurang lebih 2– butir
Burung Kacamata Biasa (Zosterops yang berwarna biru pucat. Telurnya
palpebrosus) diletakkan pada sarang berbentuk cawan
Kingdom : Animalia kecil. Sarang ini mereka buat dari akar-
Filum : Chordata akaran, tangkai dan tulang daun. Mereka
Kelas : Aves membuat Sarang dipercabangan ranting atau
Ordo : Perciformes rumpun bambu dengan ketinggian sekitar 2–
Famili : Zosteropidae 4 m.
Genus : Zosterops
Spesies : Zosterops Burung Sepah Hutan (Pericrocotus
palpebrosus flammeus)
Kingdom : Animalia
Burung Kacamata Biasa memiliki Filum : Chordata
jumlah spesies masih banyak dan tidak Kelas : Aves
mendekati batas kerentanan, sehingga pada Ordo : Passeriformes
2012 digolongkan ke resiko rendah (Least Famili : Campephagidae
Concern). Distribusi spesies ini meliputi Genus : Pericrocotus
Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, Kamboja, Spesies : Pericrocotus
China, India, Indonesia, Iran, Laos, Malaysia, flammeus
Myanmar, Nepal, Pakistan, Sri Lanka,
Thailand, dan Vietnam. Habitatnya meliputi Burung Sepah Hutan (Pericrocotus
hutan, dataran rendah tropis, vegetasi flammeus) berwarna kekuningan pada bagian
mangrove, dan semak belukar (IUCN, 2016). dada, berlompatan di atas pohon. Paruh
Menurut Kindersley (2010) ordo berwarna hitam, leher berwarna kuning dan
passeriformes merupakan kelompok burung kaki berwarna hitam, berukuran agak besar.
passerine atau petengger. Secara anatomi Burung Jantan bagian dada dan bagian perut
ordo ini mempunyai kaki yang khusus untuk berwarna merah. Burung Betina berwarna
bertengger. lebih abu-abu pada bagian punggung, bagian
leher berwarna kekuningan, bagian iris
berwarna coklat, paruh berwarna hitam dan Kelas : Aves
kaki berwarna hitam. Pakan utama berupa Ordo : Accipitriformes
serangga pada batang pohon ataupun semak. Famili : Accipitridae
Kebiasaan lebih menyukai hutan primer, Genus : Haliastur
berlompatan di antara pucuk pohon berdaun, Spesies : Haliastur indus
berpasangan atau dalam kelompok.
Burung Elang bondol (Haliastur
Burung Perenjak Rawa (Prinia indus) dengan kepala, leher, dan dada putih,
flaviventris) serta sayap, punggung, ekor, dan perut
Kerajaan : Animalia berwarna coklat terang, terlihat kontras
Filum : Chordata dengan bulu primer yang hitam dan mata
Kelas : Aves berwarna hitam. Burung ini ditemukan pada
Ordo : Passeriformes habitat rawa saat terbang. Burung elang
Famili : Cisticolidae bondol (Haliastur indus) memiliki ukuran
Genus : Prinia tubuh sedang (45 cm). Remaja berwarna
Spesies : Prinia kecoklatan dengan coretan di dada. Warna
flaviventris burung berubah menjadi putih keabu-abuan
pada tahun kedua dan mencapai bulu dewasa
Burung Perenjak Rawa (Prinia sepenuhnya pada tahun ketiga. Iris coklat,
flaviventris) mempunyai ciri khas dimana paruh dan sera abu-abu kehijauan, tungkai
bulu kepala berwarna abu-abu, perut dan kaki kuning suram. Suara “syii-ii-ii”
berwarna kuning khas, bagan leher dan dadaa atau “kwiiaa” dan biasanya mengunjungi
berwarna putih. Bagian paruh berbentuk pesisir, sungai, rawa-rawa, dan danau
runcing berwarna hitam. Burung ini berekor sampai ketinggian 3000 meter [9] .
panjang berwarna hijau kekuningan. Bagian
kakinya berwarna hitam. Burung perenjak Burung Elang hitam (Ictinetus malayensis)
rawa mempunyai postur tubuh dengan besar Kingdom : Animalia
berkisar 13 cm. berwarna hijau-zaitun, bagian Filum : Chordata
alis mata keputih-putihan samar kehitaman. Kelas : Aves
Daerah iris burung ini berwarna coklat. Ordo : Accipitriformes
Burung betina memiliki warna lebih pucat Famili : Accipitridae
dibandingkan burung yang jantan terdapat Genus : Ictinaetus
garis-garis pucat dibagian bawahnya. Burung Spesies : Ictinaetus
remaja lebih coklat dengan keberadaan garis- malayensis
garis berwarna abu-abu dan putih dibagian Burung Elang Hitam (Ictinaetus
badannya. Habitat burung perenjak rawa malayensis) memiliki ukuran tubuh besar,
dapat ditemukan berpasangan di daerah bulu pada seluruh permukaan tubuh
hutan, perkebunan serta lahan pertanian didominasi oleh warna hitam, sayap dan
ekor panjang, terlihat sangat besar ketika
Burung Elang bondol (Haliastur indus) terbang. Garis-garis hitam pudar pada bagian
Kingdom : Animalia ekor. Tetapi pada waktu terbang atau
Filum : Chordata beristirahat, penampakan umum tubuh
seluruhnya hitam. Bagian iris mata berwarna dapat bertahan hidup lama didaratan, dapat
coklat, paruh berwarna hitam dengan ujung memanjat akar-akar pohon bakau, melompat
abu-abu dan kaki berwarna kuning. Suara jauh, dan berjalan di atas lumpur [10]
yang dikeluarkan berupa “klii-ki” atau “hi-
liliuw”. Mendiami kawasan hutan primer Kepiting rawa (Sesarma reticulatum)
ataupun hutan sekunder. Burung ini Kingdom : Animalia
merupakan salah satu jenis burung Filum : Arthropoda
pemangsa, makanan utama berupa mamalia Kelas : Malascostraca
kecil jenis tikus, tupai, kadal, ikan, dan Ordo : Decapoda
ayam. Famili : Grapsidae
Genus : Sesarma
Ikan Timpakul (Periophthalmus modestus) Spesies : Sesarma reticulatum
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata Berdasarkan pengamatan secara
Kelas : Actinopterygii langsung, kepiting tersebut memiliki ukuran
Ordo : Perciformes tubuh yang kecil dan memiliki capit
Famili : Gobiidae berwarna merah. Cangkang mencapai 1 inci.
Genus : Periophthalmus Memiliki bentuk abdomen yang memanjang
Spesies : Periophthalmus dan pada betina lebar dan tumpul. Kepiting
modestus tersebut memiliki kebiasaan berjalan dengan
posisi capit yang diangkat ketas, membuat
Berdasarkan hasil identifikasi sarang dengan melubangi tanah / lumpur.
menggunakan software iNaturalist dan Kepiting merupakan fauna yang habitat dan
mengakses laman fishbase, diketahui bahwa penyebarannya terdapat di air tawar, payau
ikan timpakul jenis tersebut memiliki bentuk dan laut. Jenis-jenisnya sangat beragam dan
tubuh paling besar hanya mencapai 10 cm. dapat hidup di berbagai kolom di setiap
Corak tubuh dari ikan timpakul ini adalah perairan. Sebagaian besar kepiting yang kita
memiliki bercak-bercak hitam yang tersebar kenal banyak hidup di perairan payau
di sepanjang punggung. Berdasarkan situs terutama di dalam ekosistem mangrove.
fishbase, habitat dari ikan timpakul jenis Jumlah telur yang dibawa tergantung pada
tersebut adalah di laut, air tawar dan payau ukuran kepiting. Beberapa spesies dapat
dasar (demersal). Ikan timpakul termasuk membawa puluhan hingga ribuan telur ketika
kelompok ikan yang yang disebut terjadi pemijahan. Famili portumudae
“Mudskipper”, karena selalu hidup di air. Ia merupakan famili kepiting bakau yang
dapat hidup di permukaan lumpur di sekitar mempunyai lima pasang kaki. Pasangan kaki
mangrove. Ikan ini salah satu kelompok ikan kelima berbentuk pipi dan melebar pada ruas
yang lebih banyak hidup di luar air. Oleh terakhir karapas pipi atau cagak cembung
karena itu prilakunya secara langsung di berbentuk heksagonal atau agak persegi.
amati di atas air. Ikan ini senang melompat- Bentuk ukuran bulat telur memanjang atau
lompat ke daratan, terutama di daerah berbentuk kebulatan, tapi anterolateral
berlumpur atau berair dangkal di sekitar bergigi lima sampai sembilan buah. Dahi
hutan bakau ketika air surut. Ikan gelodok lebar terpisah dengan jelas dari sudut intra
orbital, bergigi dua sampai enam buah, yang agak unik dan mirip dengan ikan discus.
bersungut kecil terletak melintang atau Ikan kiper memiliki toleransi yang besar
menyerong.capit pada kepiting ini berwarna terhadap perubahan salintas, sehingga dapat
kemerahan dan memiliki capit yang kuat. hidup di perairan tawar, estuari dan laut
Berdasarkan anatomi tubuh bagian (Barry & Fast 1992). Ikan kiper bersirip,
dalam, mulut kepiting terbuka dan terletak mempunyai bercak-bercak/totol-totol hitam
pada bagian bawah tubuh. Beberapa bagian yang jelas, kadang-kadang terdapat pita di
yang terdapat di sekitar mulut berfungsi bagian depan badan. Tingkat juvenil bercak
dalam memegang makanan dan juga hitamnya sebesar mata, setelah dewasa
memompakan air dari mulut ke insang. bercak sedikit memudar. Bentuk badan segi
Kepiting memiliki rangka luar yang keras empat, pipih, dada kecil membulat, tubuh
sehingga mulutnya tidak dapat dibuka lebar. terang warna keperakan. Kepala curam. Mata
Seperti hewan air lainnya reproduksi kepiting cukup besar, diameternya lebih kecil daripada
terjadi di luar tubuh, hanya saja sebagian panjang moncong. Moncong bulat. Mulut
kepiting meletakkan telur-telurnya pada kecil horisontal, tidak dapat disembulkan.
tubuh sang betina. Kepiting betina biasanya Gigi villiform, dalam beberapa baris pada
segera melepaskan telur sesaat setelah kawin, rahang. Lingkungan hidupnya di air tawar, di
tetapi sang betina memiliki kemampuan tambak-tambak, muara payau dan hilir
untuk menyimpan sperma sang jantan hingga sungai, dan di hutan bakau. Memakan cacing,
beberapa bulan lamanya. Telur yang akan krustasea, serangga dan fragmen tumbuhan.
dibuahi selanjutnya dimasukkan pada tempat Sirip dorsal dan anal sedikit berbisa. Ikan
(bagian tubuh) penyimpanan sperma. Setelah kiper secara umum memiliki panjang 20 cm
telur dibuahi telur-telur ini akan ditempatkan dan maksimum pada 38 cm.
pada bagian bawah perut (abdomen).
Ikan Sanggang (Osteochilus
Ikan Kiper (Scatophagus argus) melanopleurus)
Kingdom : Animalia Kingdom : Animalia
Filum : Chordata Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes Ordo : Cypriniformes
Famili : Scatophagidae Famili : Cyprinidae
Genus : Scatophagus Genus : Osteochillus
Spesies : Scatophagus argus Spesies :Osteochillus
melanopleurus
Ikan kiper dikenal dengan nama ikan Osteochilus melanopleurus yang
ketang-ketang (Scatophagus argus). Di dikenal dengan nama lokal ikan kalabau dan
estuari Sungai Musi ikan ini merupakan hasil di wilayah Pulau Curiak Kalimantan Selatan
tangkapan nelayan bukan target. Ikan ini disebut ikan sanggang adalah satu dari 1300
dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi oleh jenis ikan air tawar yang ada di Indonesia.
masyarakat setempat dengan harga jual yang Ikan tersebut terdistribusi di Asia, Lembah
cukup tinggi. Ikan kiper juga dijadikan ikan sungai Mekong dan Chao Praya,
hias bagi sebagian orang karena bentuknya Semenanjung Malaysia, Kalimantan dan
Sumatera. ikan kalabau berpotensi untuk kedalam kelas binatang langka (endangered)
dibudidayakan karena harganya relatif mahal oleh IUCN. Perubahan warna bulu bekantan
di pasaran. Identifikasi bentuk tubuh relatif saat masih bayi memiliki warna bulu gelap
lebih besar (bilateral simetris)dengan panjang dan akan berubah menjadi coklat/merah saat
standar 279,4- 229 mm, pada bagian berumur 6-8 bulan. Bekantan memiliki
belakang kepala mencembung sampai awal panjang ekor rata-rata 1,2 kali lebih panjang
sirip punggung, sirip Dorsal D.II,16-19; P.I. dibanding tinggi duduk. Bekantan remaja
1417; V.I.8; A.II.6; pada ujung mulut tidak sekitar umur 4-5 tahun telah memulai belajar
terdapat tubulus keras. Mempunyai 2 pasang kawin sehingga hal ini menyebabkan
sungut pada rahang atas, terdapat bercak bekantan dewasa/raja melindungi bekantan
berwarna gelap di atas sirip perut (samar), betina dari gangguan bekantan remaja.
Tubuh berwarna hijau kecoklatan dengan Terutama untuk bekantan yang baru
bagian bawah lebih terlihat terang dipindahkan ke area konservasi, habitat asli
dibandingkan bagian atas dengan ditutupi bekantan akan merasakan perbedaan dan
oleh sisik. Sisik tubuh berbentuk cycloidlinea harus melakukan penyesuai kembali terhadap
lateralis lengkap dan sempurna dimana lingkungan baru sehingga hal ini dapat
bentuk linea lateralisnya menyerupai garis mempengaruhi perilaku dan menunjukkan
lurus memanjang dari sudut atas operculum adanya perbedaan perilaku bekantan.
sampai kepangkal baris sirip ekor dan jumlah Aktivitas bekantan yang seringkali
garis linea lateralis hanya satu baris dengan berpindah-pindah tempat, hal ini otomatis
jumlah sisik 42-50 [11] akan membuat bekantan beradaptasi [12]

Bekantan (Nasalis larvatus) Hirangan (Trachpithecus cristatus)


Kingdom : Animalia Kingdom : Animalia
Filum : Chordata Filum : Chordata
Kelas : Mammalia Kelas : Mammalia
Ordo : Primata Ordo : Primata
Famili : Cercopithecidae Famili : Cercopithecidae
Genus : Nasalis Genus : Trachpithecus
Spesies : Nasalis larvatus Spesies : Trachpithecus cristatus

Pengamatan jenis mamalia diantaranya Hirangan (Trachpithecus cristatus)


yaitu Bekantan (Nasalis larvatus) termasuk memiliki ciri-ciri muka berwarna hitam tanpa
kedalam salah satu golongan monyet berekor lingkaran putih di sekitar mata dan rambut
panjang, masuk kedalam ordo primata, diatas kepalanya meruncing dengan puncak
familia Cercophitecidae. Hewan ini ditengahnya. Ekor panjang berukuran sekitar
merupakan binatang endemik yang dimiliki 75 cm. Tangan dan kaki merupakan anggota
oleh provinsi Kalimantan. Bekantan juga badan yang prehensile yaitu yang digunakan
dikenal dengan sebutan Proboscis monkey untuk mencengkram dan memegang, tidak
yang sudah dinyatakan sebagai binatang memiliki rambut dan umumnya berwarna
langka sejak pemerintahan Hindia-Belanda. hitam. Hirangan jantan dan betina hampir
Sejak tahun 2011 bekantan telah dimasukan tidak dapat dibedakan hanya ada perbedaan
yang jelas yaitu suatu bidang putih yang tidak dua pasang. Mempunyai gigi geraham
beraturan dibagian panggul betina. Selain itu berukura besar untuk memecah dan
jantan berukuran lebih besar dibandingkan mengunyah. Berang-berang habitatnya di
dengan betina. Betina memiliki bobot sekitar perairan dangkal dengan ketersediaan
89% dari tubuh bobot jantan. salah satu satwa makanan yang baik, dapat berdapatasi oleh
liar yang telah dilindungi berdasarkan SK iklim. Jenis habitat yang ditinggalinya yaitu
Menteri Kehutanan. Habitat Lutung untuk air tawar hingga payau, sawah, danau, sungai,
hidup terutama adalah di hutan hujan [13] waduk, kanal, saluran drainase, hutan baiaku,
Secara internasional CITES menetapkan kolam pasang surut, disepanjang pantai.
status konservasi Lutung kelabu ke dalam Hewan ini dapat menempati lubang-lubang
Appendix II, sementara oleh UICN sarang hewan lainnya yang telah
menyatakan status konservasi Lutung Kelabu ditinggalkan. Walaupun memiliki strukur
Near threatened yang berarti rentan terhadap cakar yang tajam untuk dapat membuat
gangguan serta dikhawatirkan akan punah lubang atau sarang sendiri [14]. Semakin
apabila tidak di tindak lanjuti perlindungan berkurangnya jumlah populasi berang-
dan pelestariannya. berang, dimana ditetapkan status konservasi
dalam IUCN Red data list Vurneareble (V),
Berang-berang (Aonyx cinereus) dengan status perlindungan hukum
Kingdom : Animalia internasional melalui CITES 1973 termasuk
Filum : Chordata kedalam Appendix II [15]
Kelas : Mammalia
Ordo : Carnivora
Famili : Mustelidae 4. Kesimpulan
Genus : Aonyx Kesimpulan yang dapat diambil dari
Spesies : Aonyx cinereus praktikum yaitu praktikum berjudul
pengamatan jenis-jenis fauna di pulau curiak.
Berang-berang (Aonyx cinereus) memiliki Keragaman fauna di Pulau Curiak sangat
ukuran paling kecil dengan berat ± 3,5 Kg, bermacam-macam dimulai dari jenis Aves,
dan panjang tengkorak < 90 mm, serta cakar Pisces serta Mamalia. Pengamatan jenis aves
yang mereduksi. Panjang tubuh total sekitar diperoleh 11 spesies. Pengamatan jenis pisces
65-75 cm. bagian ekot berbentuk tabung sendiri didapatkan 4 spesies. Pengamatan
meruncing ke arah ujung dengan panjang 24- jenis maalia sendiri diperoleh 3 spesies.
30 cm. Bagian tubuh berang-berag berwarna Sehingga jumlah total spesies yang diamati
coklat-cream atau sedikit kemerahan. Ujung sebanyak 18 spesies. Setiap spesies yang
rambutnya keabu-abuan “cinerea”. Bagian ditemukan memiliki ciri khasnya masing
bawah tubuh berwarna coklat pucat, bibir masing.
atas, dagu, hingga bagian leher serta wajah
berbawarna abu-abu putih. Berang-berang
Ucapan Terima Kasih
bagian tungkainya pendek, memiliki selaput
Ucapan terimakasih disampaikan kepada ibu
renang di sela jari-jarinya. Rhinarium tidak
Hidayaturrahmah, S.Si M.Si selaku dosen
berambut berbentuk seperti huruf W bagian
pembimbing mata kuliah fauna kalimantan
pinggir atasnya. Mempunyai kelenjar mamae
yang telah membantu dalam praktikum ini.
Penulis turut berterimakasih kepada asisten no. 2, pp. 363–369, 2012.
dosen, laboran, serta rekan-rekan yang turut [7] A. Widiana, R. M. Iqba, and A.
berpartisipasi dalam praktikum ini. Yuliawati, “Estimation of the Extent
and Development of the Brontok
Elang (Nisaetus Cirrhatus) Exploration
Daftar Acuan
Area Post Rehabilitation at the
[1] J. Mellawati, Fepriadi, Yarianto, and Kamojang Garut Elang Conservation
T. Ladadde, “Identifikasi Center in West Java,” Issn 1979-8911,
Keanekaragaman Flora Dan Fauna vol. X, no. 2, pp. 1–15, 2017.
Berau Kalimantan Timur Pada [8] E. Sulistyadi, “Kemampuan Kawasan
Kegiatan Pra Survei Tapak Pltn,” J. Nir-Konservasi dalam Melindungi
Pengemb. Energi Nukl., vol. 12, no. 5, Kelestarian Burung Endemik Dataran
pp. 66–74, 2010. Rendah Pulau Jawa\nStudi Kasus di
[2] S. Kamal, E. Agustina, and Z. Rahmi, Kabupaten Kebumen,” J. Biol.
“SPESIES BURUNG PADA Indones. 6(2) 237-253, vol. 6, no. 2,
BEBERAPA TIPE HABITAT DI pp. 237–253, 2010.
KECAMATAN LHOKNGA [9] MacKinnon, Burung-burung di
KABUPATEN ACEH BESAR,” J. Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan.
Biot., vol. 4, no. 1, pp. 15–32, 2016. Bogor: Burung Indonesia, 2010.
[3] H. Hadinoto, A. Mulyadi, and Y. I. [10] N. Murniati and R. Hasan, “Populasi
Siregar, “Keanekaragaman jenis Ikan Gelodok (Periophthalmus
burung di hutan Kota Pekanbaru,” J. modestus) di Kawasan Hutan
Ilmu Lingkung., vol. 6, no. 1, pp. 25– Mangrove Kualo Lingkar Barat
42, 2012, [Online]. Available: Bengkulu,” J. Gradien, vol. 12, no. 1,
https://jil.ejournal.unri.ac.id/index.php/ pp. 59–64, 2016, [Online]. Available:
JIL/article/download/357/351. https://ejournal.unib.ac.id/index.php/gr
[4] P. Fauziah, A. A. Purnama, R. adien/issue/view/184.
Yolanda, and R. Karno, [11] N. Asiah, S. Sukendi, J. Junianto, A.
“Keanekaragaman Ikan (Pisces) di Yustiati, and Windarti, “Truss
Danau Sipogas Kabupaten Rokan morfometrik dan karakter meristik
Hulu Provinsi Riau Diversity of Fish ikan kelabau (Osteochilus
(Pisces) in Sipogas Lake Rokan Hulu melanopleurus Bleeker, 1852) dari tiga
District Riau Province,” J. Biol. populasi di Sungai Kampar, Sungai
Udayana, vol. 21, no. 1, pp. 17–20, Siak, dan Sungai Rokan, Provinsi
2017. Riau,” J. Iktiologi Indones., vol. 19,
[5] P. C. Bangsa, Sugito, Zuhrawati, R. no. 2, pp. 283–295, 2019, [Online].
Daud, N. Asmilia, and Azhar, Available: http://jurnal-
“PENGARUH PENINGKATAN iktiologi.org/index.php/jii/article/view/
SUHU TERHADAP JUMLAH 462/pdf.
ERITROSIT IKAN NILA [12] T. I. Basoeki, Y. F. Arifin, and A.
(Oreochromis niloticus),” J. Med. Vet., Fithria, “Kajian Perilaku Bekantan
vol. 9, no. 1, pp. 2010–2012, 2015, (Nasalis larvatus) Pada Konservasi
doi: 10.21157/j.med.vet..v9i1.2985. Eks Situ di PT Indocement Tarjun,”
[6] M. Norfahiah, I. Azema, M. T. EnviroScienteae, vol. 11, pp. 1–12,
Marina, and M. Zakaria, “Status and 2015.
distribution of non-volant small [13] M. A. Akbar, Rizaldi, W. Novarino, D.
mammals in Universiti Putra Malaysia, Perwitasari-Farajallah, and Y. Tsuji,
Bintulu Sarawak Campus (UPMKB),” “Short communication: Activity
Pertanika J. Trop. Agric. Sci., vol. 35, budget and diet in silvery lutung
trachypithecus cristatus at gunung
padang, west sumatra, indonesia,”
Biodiversitas, vol. 20, no. 3, pp. 719–
724, 2019, doi:
10.13057/biodiv/d200315.
[14] Andrean, “Berang-berang,” in Booklet,
Aceh: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas
Andalas, 2015, pp. 4–6.
[15] N. Sivasothi and B. H. M. Nor, “A
review of otters (Carnivora:
Mustelidae: Lutrinae) in Malaysia and
Singapore,” Hydrobiologia, vol. 285,
no. 1–3, pp. 151–170, 1994, doi:
10.1007/BF00005663.

Anda mungkin juga menyukai