Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TUGAS PERCOBAAN

FOTOSINTESIS INGENHOUSZ

NAMA = VENNA MEILINDA ANGGRAINI


KELAS = XII MIPA 5

SMA NEGRI 3 BANJARBARU


TAHUN AJARAN 2021/2022
TUGAS LAPORAN BIOLOGI
A. Tujuan
Sesudah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
hubungan antara intensitas cahaya dengan laju fotosintesis.

B. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup, baik tumbuhan maupun hewan memiliki ciri
memerlukan makanan dan mengeluarkan zat sisa. Jika kita cermati, ciri dasar
tersebut mengarahkan kita terhadap suatu reaksi yang terjadi di dalam tubuh
makhluk hidup dimana terjadi reaksi kimia. Hal ini disebut dengan metabolisme.
Metabolisme yang terjadi berbeda antara satu makhluk hidup dengan
makhluk hidup lainnya, bergantung pada komponen penyusun organisme tersebut.
Metabolisme terbagi atas dua yaitu anabolisme dan katabolisme, penyusunan dan
penguraian senyawa organik. Di dalam anabolisme, terjadi suatu reaksi yang
sangat ppenting bagi tumbuhan, yaitu fotosintesis.
Fotosintesis merupakan proses penyusunan karbohidrat yang diperoleh dari
sumber cahaya dan klorofil dan disimpan sebagai zat kimia. Pada proses
fotosintesis ini, energi cahaya matahari ditangkap dan diubah menjadi energi
kimia, akan dihasilkam dua senyawa glukosa dan oksigen.
Proses fotosintesi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain air (H2O),
konsentrasi CO2, suhu, umur, daun, translokasi karbohidrat, dan cahaya. Tetapi,
yang menjadi faktor utama fotosintesis agar dapat berlangsung adalah cahaya, air,
dan karbondioksida.
Pada percobaan fotosintesis kali ini, praktikan melakukan uji Ingenhousz
menggunakan daun tumbuhan hydrilla (Hydrilla verticillata). Dari percobaan uji
Ingenhousz tersebut, praktikan akan dapat mengetahui hubungan intensitas cahaya
dengan laju fotosintesis. Olehakarena itu, untuk mengetahui dan membuktikan
hasil dari proses fotosintesis pada tumbuhan menghasilkan O2 maka dilakukanlah
percobaan ini.
C. Dasar Teori

1. Fotosintesis
Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya dan sintesis yang
berarti penyusunan. Jadi, fotosintesis adalah proses penyusunan dari H2O dan CO2
menjadi senyawa organik yang kompleks dan memerlukan cahaya. Fotosintesis
hanya dapat terjadi pada tumbuhan yang mempunyai klorofil, yaitu pigmen yang
berfungsi sebagai penangkap energi cahaya matahari. (Kimball, 2002).
Matahari telah diciptakan Tuhan sebagai sumber energi yang sangat besar
bagi alam. Fotosintesis merupakan satu-satunya proses di alam yang dapat
memanen energi yang berasal dari cahaya matahari yang kemudian diubah menjadi
energi kimia yang sangat berguna bagi makhluk hidup. Bahkan dengan proses ini,
sumber daya energi bagi kehidupan telah disediakan dengan baik melalui proses
yang telah berjalan berabad-abad yang lalu seperti tumpukan batubara dan
cadangan minyak maupun berbagai jenis tumbuhan yang hingga hari ini masih
tumbuh. Organisme yang melakukan fotosintesis, yang melakukannya melalui
cahaya sebagai sumber energinya disebut phototrophs (Solomon, 2006 : 156).
Dalam proses fotosintesis, foton (paket satuan) cahaya ditangkap oleh foton-
foton yang diserap oleh molekul-molekul pigmen yang spesifik. Elektronelektron
di dalam molekul tersebut dieksitasi oleh foton-foton yang diserap dan elektron-
elektron yang tereksitasi itu pun akhirnya akan membebaskan energi ke dalam sel
saat elektron-elektron itu kembali ke keadaan tak tereksitasi. Banyak sel
menggunakan energi ini untuk mereduksi karbondioksida menjadi karbohidrat
(Fried, 2006: 68).osintesis pada tumbuhan menghasilkan O2 maka dilakukanlah
percobaan ini.
Hanya organisasi yang mempunyai pigmen fotosintetik yang mampu
melakukan fotosintesis karena pigmen itulah yang mampu menangkap energi danri
cahaya. Pigmen tersebut berupa klorofil atau karotenoid. Pada proses fotosintesis
akan terjadi reaksi pengubahan tenaga cahaya matahari menjadi tenaga kimia dlam
bentuk ATP dan NADPH + H + serta reaksi pembentukan karbohidrat dengan
menggunakan ATP dan NADPH + H + tersebut. Proses fotosintesis juga disebut
asimilasi karbon, salah satu kemampuan tumbuhan hijau memanfaatkan zat karbon
yang ada di udara untuk diubah menjadi bahan organik bila tersedia cahaya yang
cukup.
Fotosintesi secara keseluruhan terdiri atas 20 rangkaian reaksi kimia yang
saling bergantian dan secara garis besar dikelmpokkan dalam dua fase, yaitu reaksi
terang dan reaksi sintesis/reaksi gelap/fiksasi CO2.
a. Reaksi terang
Selama reaksi terang, klorofil bersama dengan pigmen-pigmen lain di
dalam kloroplas menyerap energi cahaya matahari, dari mengkonversinya menjadi
energi kimia yang disimpan dalam ikatan kimia penyusun glukosa. Energi yang
diserap merupakan energi kaya elektron yang nantinya akan terlibat dalam
serangkaian rantai rekasi yang disebut transport elektron (Suwarsono Heddy, 1987:
137). Menurut Stone (2004), air melalui reaksi terang akan diperoleh (fotolisis)
menjadi proton, elektron, dan O2. Proton dan elektron yang dihasilkan dari
pemecahan ini bergabung dengan senyawa akseptor elektron NADP+ membentuk
NADPH. Energi yang dibentuk berupa ATP. Tahap reaksi terang atau fotolisis atau
reaksi Hill merupakan tahap yang peka cahaya tetapi tidak tergantung suhu. CO2
dan H2O sebagai bahan dasar fotosintesis dapat berasal dari sisa oksidasi dalam
jaringan fotosintetik. CO2 dapat diambil dari uadara melalui proses difusi melalui
stomata sedangkan H2O diambil dari lingkungan melalui proses absorbsi di akar
atau bagian penyerapan lainnya. Selain CO2 dan H2O cahaya matahari dibutuhkan
pada proses fotosintesis ini. Cahaya yang dipergunakan mempunyai syarat kualitas
(jenis gelombang) dan kuantitas (intensitas cahaya) tertentu. Berdasarkan urutan
panjang gelombangnya dari panjang ke pendek meliputi sinar merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Untuk fotosintesis dibutuhkan intensitas cahaya
minimal tertentu. Pada intensitas cahaya yang kurang, fotosintesisnya akan lambat
dan sebaliknya.
Fotosintesis merupakan aktivitas kompleks, dipengaruhi oleh banyak faktor
baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal menyangkut kondisi
jaringan atau organ fotosintetik, kandungan klorofil, umur jaringan, aktifitas
fisiologi yang lain seperti transpirasi, respirasi, dan adaptasi fisiologis yang lain
saling berkaitan. Faktor eksternal meliputi faktor klimatik seperti suhu,
kelembapan, kecepatan angin, hujan, dan juga faktor cahaya, konsentrasi CO2 dan
O2, kompetitor, dan organisme patogen. Selain itu juga faktor penyebab timbulnya
stress seperti ketersediaan air, adanya polutan biosida, dan zat-zat beracun yang
lain. Kondisi excess pada berbagai faktor yang dibutuhkan dari lingkungan juga
berpengaruh terhadap fotosintesis., misalnya logam-logam beracun, biosida, SO2
dan juga O2 (Suyitno, 2006 : 1). 2. Kloroplas dan Klorofil
Kloroplas adalah plastid yang mengandung klorofil. Di dalam kloroplas
berlangsung fase terang dan fase gelap dari fotosintesis tumbuhan. Kloroplas
terdapat pada hampir seluruh tumbuhan, tetapi tidak umum dalam semua sel. Bila
ada, maka tiap sel dapat memiliki satu sampai banyak plastid. Pada tumbuhan
tingkat tinggi umumnya berbentuk cakram (kira-kira 2 x 5 mm, kadang-kadang
lebih besar), tersusun dalam lapisan tunggal dalam sitoplasma tetapi bentuk dan
posisinya berubah-ubah sesuai dengan intensitas cahaya. Pada ganggang,
bentuknya dapat seperti mangkuk, spiral, bintang menyerupai jaring, seringkali
disertai pirenoid. Fotosintesis terjadi di kloroplas. Kloroplas terdapat dalam
berbagai organisme yang berfotosintesis. Seluruh bagian hijau tumbuhan, termasuk
batang hijau dan buah yang belum matang , memiliki kloroplas. Namun daun
merupakan tempat utama fotosintesis pada sebagian besar tumbuhan. Ada sekitar
setengah juta kloroplas per milimeter persegi di permukaan daun. Warna daun
berasal dari klorofil pigmen hijau yang terletak di dalam kloroplas. Energi cahaya
yang diabsorbsi oleh klorofil menggerakkan sintesis molekul organik dalam
kloroplas. Kloroplas terutama ditemukan dalam mesofil, jaringan interior daun.
Kloroplas matang pada beberapa ganggang , biofita dan likopoda dapat
memperbanyak diri dengan pembelahan. Kesinambungan kloroplas terjadi melalui
pertumbuhan dan pembelahan proplastid di daerah meristem. Secara khas
kloroplas dewasa mencakup dua membran luar yang menyalkuti stroma homogen,
di sinilah berlangsung reaksi-reaksi fase gelap. Dalam stroma tertanam sejumlah
grana, masing-masing terdiri atas setumpuk tilakoid yang berupa gelembung
bermembran, pipih dan diskoid (seperti cakram). Membran tilakoid menyimpan
pigmen-pigmen fotosintesis dan sistem transpor elektron yang terlibat dalam fase 7
fotosintesis yang bergantung pada cahaya. Grana biasanya terkait dengan lamela
intergrana yang bebas pigmen. Sel yang mengandung kloroplas terdapat pada
mesofil daun. Di dalam kloroplas terdapat klorofil pada protein integral membran
tilakoid. Sistem halus yang berupa membran tilakoid yang saling terhubung
memisahkan stroma dari ruang lain yaitu lumen. Dibeberapa tempat, kantong
tilakoid bertumpuk di dasar kolam yang disebut grana (Campbell, 2000: 183).
Daun juga menggunakan pembuluh untuk mengekspor gula ke akar dan bagian-
bagian non fotosintetik lainnya dari tumbuhan. Sel mesofil biasanya memiliki
sekitar 30 sampai 40 kloroplas yang masing-masing berukuran sekitar 2-4 µm kali
4-7 µm. Selaput yang terdiri dari dua membran menyelubungi stroma, cairan
kental di dalam kloroplas. Suatu sistem rumit yang terdiri dari kantong-kantong
bermembran yang saling terhubung yang disebut tilakoid, memisahkan stroma dari
kompartemen lain, yaitu interior tilakoid, atau ruang tilakoid. Di beberapa
tempat,kantongkantong tilakoid tertumpuk membentuk grana (tunggal : granum).
Klorofil berada di dalam membran tilakoid. (Neil A. Campbell, 2008 : 201 – 202).
Klorofil atau lebih dikenal dengan nama zat hijau daun adalah pigmen yang
dimiliki oleh berbagai organisme dan menjadi salah satu molekul berperan utama
dalam fotosintesis. Klorofil memberi warna hijau pada daun tumbuhan hijau dan
alga hijau, tetapi juga dimiliki oleh berbagai alga lain, dan beberapa kelompok
bakteri fotosintetik. Molekul klorofil menyerap cahaya merah, biru, dan ungu, serta
memantulkan cahaya hijau dan sedikit kuning, sehingga mata manusia menerima
warna ini. Pada tumbuhan darat dan alga hijau, klorofil dihasilkan dan terisolasi
pada plastida yang disebut kloroplas.
Klorofil terdapat sebagai butir-butir hijau di dalam kloroplas. Pada
umumnya, kloroplas itu berbentuk oval, sedangkan butir-butir yang terkandung di
dalamnya disebut grana. Klorofil bersifat flouresen, artinya dapat menerima sinar
dan mengembalikkannya dalam gelombang yang berlainan. Pada tanaman tinggi,
ada dua macam klorofil yaitu :
1) Klorofil a ( C55H12O5N4Mg)
Klorofil a tampak hijau-tua, tetapi jika sinar direfleksikan, tampaknya berwarna
merah. Klorofil a sangat berperan dalam reaksi gelap fotosintesis.
2) Klorofil b (C55H10O6N4Mg)
Klorofil b berwarna hijau-muda cerah tampak merah-coklat pada flourensi.
Klorofil b banyak terdapat pada tumbuhan, ganggang hijau, dan beberapa bakteri
autotrof. Pada umumnya sel fotosintesis mengandung satu atau lebih pigmen
klorofil yang berwarna hijau. Berbagai sel fotosintesis lainnya seperti pada
ganggang dan bakteria, berwarna merah, coklat, dan ungu. Hal ini disebabkan oleh
adanya pigmen lain selain klorofil, yaitu pigmen pelengkap seperti karotenoid yang
berwarna kuning, merah, atau ungu, dan fikobilin yang berwarna biru atau merah.
3. Cahaya Matahari merupakan sumber energi terbesar di alam semesta. Energi
matahari diradiasikan kesegala arah dan hanya sebagian kecil saya yang diterima
oleh bumi. Energi matahari yang dipancarkan ke bumi berupa energi radiasi.
Disebut radiasi dikarenakan aliran energi matahari menuju ke bumi tidak
membutuhkan medium untuk mentransmisikannya. Energi matahari yang jatuh ke
permukaan bumi berbentuk gelombang elektromagentik yang menjalar dengan
kecepatan cahaya. Panjang gelombang radiasi matahari sangat pendek dan
biasanya dinyatakan dalam mikron (Tjasjono, 1995:55).
Bagi manusia dan hewan cahaya matahari berfungsi sebagai penerang.
Sedangkan bagi tumbuhan dan organisme berklorofil, cahaya matahari dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam proses fotosintesis. Dalam proses ini
energi cahaya diperlukan untuk berlangsungnya penyatuan CO₂ dan air untuk
membentuk karbohidrat.
Lebih lanjut, adanya sinar matahari merupakan sumber dari energi yang
menyebabkan tanaman dapat membentuk gula. Tanpa bantuan dari sinar matahari,
tanaman tidak dapat memasak makanan yang diserap oleh tanah, yang
mengakibatkan tanaman menjadi lemah atau mati (AAK, 1983:18)
4. Hydrilla
Hydrilla (Esthwaite rumput air atau Hydrilla) adalah genus tanaman air,
biasanya hanya satu spesies, Hydrilla verticillata, meskipun beberapa ahli botani
membaginya dalam beberapa spesies. Hydrilla memiliki beberapa met10
reproduksi. Dalam tubuh air, cabang atau akar fragmen dari tanaman yang rusak
dapat hanyut ke daerah baru. Selain itu, dapat menyebar ke lokasi baru dari pabrik
fragmen melekat pada perahu dan trailer. Turions - kecil, kompak tunas yang
terbentuk di axils daun sepanjang batang - istirahat bebas dan melayang ke daerah-
daerah baru. Studi di University of Minnesota telah menunjukkan bahwa turions
bentuk monoecious cenderung bertahan di iklim utara. Bentuk dioecious
tampaknya kurang toleran dingin.Umbi-umbian, yang terbentuk pada akar dan
dapat tertidur selama beberapa tahun, dapat menyebarkan tumbuhan baru. Hydrilla
dapat tumbuh dalam berbagai kondisi, termasuk cahaya rendah, atau masih
mengalir air, dangkal atau mendalam. Ini keluar-bersaing luas air yang invasif
milfoil-Eurasia dengan lebih cepat pertumbuhan dan reproduksi. Ini merupakan
ancaman serius bagi danau dan sungai di mana-mana karena adaptasinya.
5. Percobaan Ingenhousz
Ingenhousz merupakan ilmuan yang pertamakali melakukan penelitian
tentang fotosintesis. Ia membuktikan bahwa pada fotosintesis dilepaskan O2. Hal
ini dibuktikan dengan percobaannya menggunakan tanaman air Hydrilla
verticillata di bawah corong terbalik. Jika tanaman tersebut kena sinar, maka
timbulah gelembung-gelembung gas yang akhirnya mengumpul di dasar tabung
reaksi. Gas ini ternyata oksigen.
D. Alat dan Bahan
Alat = Bahan =
1. Bekerglass 1L 1. Akuades
2. Tabung reaksi 2. Tanaman Hydrilla verticillata
3. Corong gelas
4. Kawat dan kawat penyangga
5. Stopwatch

E. Langkah-langkah kerja
1. Skema Alat
2. Prosudur Kerja
- Merakit alat-alat seperti pada gambar (membuat dua rakit)
- Menempatkan satu rakit di tempat yang terkena cahaya langsung dan rakitan
lainnya di dalam ruangan gelap.
- Membiarkan selama 20 menit, kemudianmengamati ada/tidaknya
gelembung dalam tabung reaksi.
- Mencata hasil percobaan kedalam tabel percobaan
- Membandingkan jumlah gelumbung gas pada kedua rakitan

F. Data hasil pengamatan


Menit ke- Produksi Gelumbung oleh tanaman Keterangan
Terkena Sinar Langsung Tidak Terkena
Cahaya (Gelap)
5 - - pada tanaman yang terkena cahaya langsung muncul
gelembung pada menit ke-7, sedangkan pada tanaman yang gelap muncul
gelembung pada menit ke-18
10 + -
15 ++ -
20 +++ +
25 +
30 +++ +
35 +++ +
40 +++ +
Keterangan :
- = Tidak ada gelembung
+ = Sedikit gelembung
++ = Banyak gelembung
+++ = Sangat banyak gelembung

G. Pembahasan
Paraktikum pada percobaan yang berjudul “Fotosintesis” dengan kegiatan
Uji Ingenhousz yang telah dilakukan pada hari Kamis, tanggal 27 Maret 2014,
pukul 07.00-08.40 WIB, di Laboratorium Biologi Dasar FMIPA UNY, memiliki
tujuan agar setelah melakukan percobaan mahasiswa dapat mengetahui hubungan
antara intensitas cahaya dengan laju fotosintesis.
Pada percobaan Ingenhouzs ini, alat-alat yang dibutuhkan adalah beker gelas
1 L, tabung reaksi, corong gelas, dan kawat. Sedangkan bahan-bahan yang
digunakan adalah air, dan tanaman Hydrilla verticillata. Hydrilla sp. termasuk
dalam tumbuhan hijau. Daunnya yang berwarna hijau banyak mengandung
klorofil. Sebagian besar tubuh dari Hydrilla ini berwarna hijau, baik daun maupun
batangnya. Semua bagian yang berwarna hijau ini berasal dari klorofil yaitu
pigmen warna hijau yang terdapat di dalam kloroplas. Meskipun batang tumbuhan
Hydrilla berwarna hijau, namun di daunlah sebagai tempat utama terjadinya
fotosintesis. Proses fotossintesi pada Hydrilla verticillata ini terjadi dengan lamban
karena letaknya yang terendam dalam air sehingga sulit untuk mendapatkan cahaya
matahari sebagai sumber energinya.
Praktikan mula-mula merakit alat seperti pada gambar di bawah ini. Perlu
diperhatikan bahwa Hydrilla verticillata harus diikat pada ujungnya menggunakan
benang agar posisinya tidak berubah saat dimasukkan ke leher corong. Bagian
ujung Hydrilla verticillata harus diletakkan di ujung leher corong yang terbalik
karena bagian ujung adalah yang paling banyak menghasilkan gelembung.
Rakit percobaan ini dibuat sebanyak dua buah, dengan satu rakit diletakkan
di tempat yang terkena sinar matahari secara langsung dan rakit lainnya diletakkan
di tempat yang tidak terkena sinar matahari secara langsung (tempat gelap).
Perbedaan perlakuan ini bertujuan untuk membandingkan laju fotosintesis pada
tanaman yang terkena sinar matahari secara langsung dan pada tanaman yang tidak
terkena sinar matahari secara langsung.
Kedua rakitan dibiarkan selama 40 menit. Setelah itu, praktikan mengamati
ada/tidaknya gelembung yang terjadi pada tabung reaksi. Perhitungan terhadap
gelembung yang keluar dilakukan selama 40 menit dan mencatat perubahannya
selama selang waktu 5 menit sekali. Parameter yang digunakan praktikan dalam
mengukur gelembung yang ada pada tabung reaksi adalah jumlah gelembung yang
terjadi selama pengamatan., sehingga praktikan harus teliti dalam menghitung
jumlah gelembung yang muncul. Gelembung pertama pada percobaan di tempat
terang praktikan muncul pada menit ke tujuh. kemudian pada menitmenit
berikutnya, gelembung-gelembung udara yang muncul semakin banyak.
Sedangkan pada percobaan yang diletakkn ditempat gelap, gelembung udara mulai
muncul pada menit ke-18. Namun, gelembung yang muncul tidak semakin banyak,
hanya sedikit (tetap) sampai batas waktu yang telah ditentukan.
Agar perbedaan jumlah gelembung pada tempat terang dan pada tempat
gelap lebih jelas, maka praktikan menyajikannya dalam bentuk grafik sebagai
berikut:
Tampak bahwa jumlah gelembung yang dihasilkan di tempat yang terkena
langsung oleh sinar matahari lebih banyak dibanding dari rakitan yang diletakkan
di tempat gelap. Hasil tersebut sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa
semakin tinggi intensitas cahaya maka laju fotosintesis akan semakin cepat,
sehingga pembentukan gas O2 di dalam rakit juga semakin banyak. Jadi,
gelembung gas yang muncul merupakan gas oksigen (O2) dari hasil fotosintesis
Hydrilla verticillata. Hal ini merujuk dari hasil fotolisis berupa energi dan oksigen.
Berdasarkan literatur, salah satu yang mempengaruhi laju fotosintesis adalah
intensitas cahaya. Intensitas cahaya merupakan energi cahaya yang diterima oleh
daun persatuan luas persatuan waktu. Semakin tinggi intensitas cahaya, maka
semakin banyak energi yang terbentuk sehingga akan mempercepat fotosintesis.
Intensitas cahaya juga berpengaruh terhadap pembentukan klorofil pada daun
tanaman. Klorofil ini yang akan membantu daun dalam menyerap energi cahaya
matahari yang digunakan untuk menggerakkan sintesis molekul makanan pada
kloroplas.
Pengaruh intensitas cahaya matahari terhadap kelajuan fotosintesis ditandai
dengan gelembung gas yang dihasilkan sehingga apabila itu ditempatkan pada
tempat terang, artinya tercukupi kebutuhannya akan cahaya, maka jumlah
gelembung yang dihasilkan akan lebih banyak daripada tanaman yang ditempatkan
di tempat gelap. Hal ini dikarenakan saat tanaman tersebut ditempatkan di tempat
gelap, tanaman tersebut tidak mendapatkan cahaya matahari sehingga fotosintesis
yang terjadi lambat.
Selain intensitas cahaya, yang mempengaruhi laju fotosintesis adalah lama
penyinaran. Semakin lama penyinaran maka proses fotosintesis akan cepat terjadi.
Hal ini ditunjukkan pada rakitan yang ditempatkan di tempat terang akan memiliki
jumlah gelembung yang lebih banyak dimana setiap menitnya terjadi kenaikan
jumlah gelembung.
Pada reaksi terang, diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen yang
melibatkan dua fotosistem. Fotosistem I berisi pusat reaksi P700 yang berarti
fotosistem ini maksimal menyerap cahaya dengan panjang gelombang 700 um.
Fotosistem II berisi pusat reaksi P680 artinya fotosistem ini optimal menyerap
cahaya dengan panjang gelombang 680 um. Cahaya matahari menyebabkan
elektron klorofil pada fotosistem II tereksitasi dan muatan menjadi tidak stabil.
Untuk menstabilkan kembali molekul air akar dipecah oleh ion Mn yang bertindak
sebagai katalis dan enzim yang menyebabkan terjadinya pelepasan ion H+ di
lumen tilakoid. Dari proses tersebut, akan dihasilkan energi dan hasil sampingan
berupa gas O2 sehingga adanya gelembung pada percobaan Ingenhousz ini
menunjukkan bahwa fotosintesis akan menghasilkan gas O2.
Gas O2 ini terbentuk karena proses fotolisis dimana air diuraikan menjadi
gas O2 yang akan muncul berupa gelembung gas. Berikut adalah proses fotolisis
dengan persamaan reaksi sebagai berikut:
2H2O (l)  4H2 (g) + O2 (g)
Elektron-elektron dari proses pemecahan molekul ini akan digunakan dalam
pembentukan NADP yang terjadi pada reaksi Gelap. Pada reaksi gelap ini, akan
terjadi fikasasi CO2, yaitu pengikatan CO2 di udara oleh karbon akseptor yaitu
Ribokise Bifosfat (RuBP) yang akan membentuk senyawa karbohidrat pertama
yang stabil (3-PGA). Kemudian akan direduksi dengan menggunakan ATP dan
NADPH+ + H+ menjadi fosfogliseraldehid (PGAL). Dua molekul PGAL akan
membentuk glukosa sedangkan molekul PGAL yang lain digunakan untuk 17
regenerasi karbon akseptor yang akan digunakan untuk pengikatan CO2 pada
proses berikutnya.

H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan dan pembahasan yang telah dilakukan oleh
praktikan, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan antara intensitas cahaya
dengan laju fotosintesis berbanding lurus, artinya semakin tinggi intensitas cahaya,
maka laju fotosintesis semakin cepat. Sebaliknya, semakin rendah intensitas
cahaya, maka proses fotosintesis semakin lambat.

I. Daftar Pustaka
Asri widowati dan Ekosari R. 2012. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar 2
Yogyakarta: FMIPA UNY.
Campbell, Neil A. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Dwijoseputro. 1986. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Fried, George H. 2006. Clhaum’s out Lines Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
Kimball, John. 1998. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Said Harran, dkk. 1985. Biologi Umum 2. Bandung: Angkasa.
Suwasono Heddy. 1987. Biologi Pertanian. Jakarta: Rajawali Press.

Anda mungkin juga menyukai