Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN AIR

PENGINDERAAN

NAMA : MUHAMMAD RIYAS RASYID


NIM : L021181024
KELOMPOK : 2 (DUA)
HARI/TGL PRAKTIKUM : RABU/24 MARET 2021
ASISTEN : FIDIAH LARASATY ASRI, S.Pi
NEVI FELIA SARI, S.Pi
ANISA RAHMAWATI
MEIMULYA
ACHMAD NABIL

LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN AIR


PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
DEPARTEMEN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisiologi ialah salah satu cabang biologi yang membahas tentang fungsi tubuh
makhluk hidup, dan aktivitas yang terjadi dalam tubuh hewan. Setiap organisme mulai
dari makhluk hidup dengan susunan sel sederhana sampai makhluk hidup yang
mempunyai susunan sel yang lebih rumit mempunyai sifat-sifat fungsional tersendiri,
misalnya Pengindraan (Yustina dan Darmadi, 2017).
Pengindraan diartikan sebagai upaya untuk mengenali suatu objek dengan
menggunakan alat indra atau sensor, baik alami maupun buatan. Sensor alami bagi
ikan adalah mata, telinga, peraba dan penciuman. Pengindraan merupakan upaya
mengenali objek dari jarak jauh dengan menggunakan sensor. Ikan juga memiliki indra
khas yang digunakan untuk melindungi dirinya, yaitu indra arus listrik. Ikan merasakan
getaran dengan frekuensi sangat rendah dan juga perubahan tekanan dibawah air. Hal
tersebut disebabkan karena berkumpulnya saraf dalam gurat sisi yang terletak diantara
punggung dan perutnya yang merupakan sistem indra (Djawad et.al., 2020).
Sistem indra merupakan bagian tubuh yang dikhususkan untuk menerima
rangsangan yang berasal dari luar tubuh. Dalam alat indra terdapat ujung-ujung saraf
reseptor yang peka terhadap rangsangan yang bersifat khusus. Pada dasarnya, ada
tiga macam reseptor pada indra manusia, yaitu reseptor yang peka terhadap
rangsangan cahaya (fotoreseptor), rangsangan tekanan (makanoreseptor), dan
reseptor yang peka terhadap rangsangan tekanan kimia (kemoreseptor) (Nasrullah,
2010).
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa ikan memiliki organ sensorik
atau organ indra dan memiliki peranan penting dalam pekembangan hidupnya. Oleh
karena itu, praktikum pengindraan perlu dilakukan untuk mengetahui fungsi organ indra
dan respon ikan terhadap setiap perlakuan yang berbeda.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui alat-alat indra dan organ
sensorik serta untuk mengetahui seberapa lama daya respon ikan sampel
menggunakan alat pengindraannya bila diberi suatu perlakuan.
Kegunaan dari praktikum ini yaitu dapat memberikan informasi mengenai
respon yang diberikan oleh Ikan Patin (Pangasius hypoptalmus) melalui tingkah
lakunya terhadap berbagai perlakuan dengan menggunakan organ sensorik yang
dimilikinya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio)

Gambar 1. Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio)

1. Klasifikasi
Klasifikasi dari ikan mas koi (Cyprinus carpio) berdasarkan ilmu taksonomi
menurut Bachtiar (2012) adalah:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio

2. Morfologi
Morfologi ikan mas koi (Cyprinus carpio) tidak jauh berbeda dengan jenis-jenis
ikan yang lainnya. Badan ikan koi (Cyprinus carpio) ditutupi oleh dua lapisan kulit, yaitu
kulit bagian luar (epidermis) dan kulit bagian dalam (dermis). Epidermis digunakan
untuk melindungi kulit dari lingkungan luar seperti dari kotoran dan hama atau
penyakit. Dermis mengandung pigmen atau warna seperti xantofora (kuning),
melanofora (hitam), guanofora (putih kemilauan), dan eritrofora (merah) (Bachtiar,
2012).
Ikan mas koi jantan pada umumnya memiliki tubuh yang langsing, sedangkan
pada ikan betina membulat. Sampai umur dua tahun, jantan tumbuh lebih pesat
dibandingkan betina. Namun setelah itu, betina tumbuh lebih pesat dari pada
pasangannya. Bagian kepala ikan mas koi mirip dengan ikan mas koki, tetapi
dilengkapi satu pasang sungut. Mata tidak berkembang, berwarna merah, hitam, dan
sedikit keputih putihan. Mulut terletak diujung tengah dan dapat disembulkan. Di
bagian-bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Mulut
tidak terlalu lebar. Bagian-bagian rahang tidak memiliki gigi. Gigi yang digunakan untuk
mengoyak makanan justru terdapat di bagian dalam kerongkongan. Hidung berupa
lekukan dan tidak berhubungan dengan alat pernapasan. Alat-alat pernapasan ikan
koi berupa insang yang terdapat di kedua sisi kepala (Bachtiar, 2012).

3. Habitat
Habitat asli ikan koi adalah di perairan dengan mata air yang bersih dan selalu
mengalir. Leh sebab itu, kolam ikan harus dijaga agar kualitas dan kebersihan airnya
tetap baik dancocok bagi Ikan Koi, serta memiliki system alira air. Suhu yang ideal
bagi ikan koi berkisar antara 25 - 30 derajat celcius. Jadi iklim di Indonesia masih
cukup layak untuk memelihara Ikan Koi (khairuman et al, 2013).

4. Kebiasaan Makan
Setiap spesies ikan memiliki cara makan dan kebiasaan makan yang berbeda-
beda, tergantung kepada lingkungan tempat ikan itu hidup. Ikan koi 32 yang dipelihara
dalam kolam umumnya diberikan pakan perupa pelet. Menurut Bachtiar (2002),
frekuensi pemberian pakan untuk ikan koi adalah tiga kali sehari dengan interval waktu
pagi, siang dan sore (Tarigan, 2017)
Menurut Mudjiman (1994), Jenis makanan ikan dapat dibedakan menjadi tiga
macam golongan, yaitu herbivora, karnivora dan omnivora. Jenis omnivora pada ikan
ada yang bersifat omnivora cenderung karnivora dan omnivora cenderung herbivora.
Ikan koi termasuk jenis omnivora yang cenderung herbivora karena memiliki
pencernaan yang lebih mirip dengan herbivora sehingga koi lebih dapat menyerap
pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Keuntungan sebagai ikan omnivora adalah
mudah menerima pakan tambahan atau pakan buatan sewaktu masih banyak burayak,
benih atau setelah dewasa (Tarigan, 2017)

5. Siklus Hidup
Siklus hidup ikan koi (Cyprinus carpio) dimulai dari perkembangan di dalam
gonad (ovarium pada suatu ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan
jantan yang menghasilkan sperma) yang secara alami biasanya terjadi pada malam
sampai akhir fajar. Sifat telur ikan mas koi adalah menempel pada substrat seperti
tanaman air. Telur ikan mas koi berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5 -
1,8 mm, dan berbobot 0,17 - 0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur
dan ukuran atau bobot induk. Antara 2 - 3 hari kemudian, telur akan menetas dan
tumbuh menjadi larva. Larva berubah menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4
- 5 hari. Setelah 2 - 3 minggu, kebut tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1 – 3 cm
dan bobotnya 0,1 - 0,5 gram. Antara 2 - 3 minggu kemudian burayak tumbuh menjadi
putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang berukuran 3 - 5 cm. Putihan tersebut
akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang bobot per
ekornya sekitar 100 gram. Gelondongan akan tumbuh terus menjadi induk. Setelah
enam bulan dipelihara, bobot induk ikan jantan bisa mencapai 500 gram. Sementara
itu, induk betinanya bisa mencapai bobot 1,5 kg setelah berumur 15 bulan (Khairuman
dkk., 2013).

B. Organ Sensorik
Menurut Fujaya (2015), Ikan mengetahui perubahan lingkungan karena
dilengkapi alat penerima rangsang yaitu indra yang dikatakan pula sebagai organ
sensorik. Organ sensorik adalah organ yang melakukan proses perekaman terhadap
perubahan lingkungan sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada ikan. Organ
Sensorik yang ada pada ikan adalah sebagai berikut :

1. Organ Pendengaran
Sistem transmisi bunyi dalam air mempunyai suatu pengaruh penting terhadap
evolusi pendengaran pada ikan. Didalam suatu medan dekat getaran dideteksi oleh
ikan melalui telinga dalam dan gurat sisi. Komponen penerima rangsang pada bagian
telinga dan linae lateral adalah sel rambut. Sel rambut tersebut tersusun atas beberapa
puluh sampai 100 stereosilis dengan sebuah silium tunggal yang disebut linosilium,
tenggelam dalam suatu massa gelatin yang disebut kupula. Telinga dalam terpisah dari
lingkungan luar dan sel rambutnya digerakkan oleh gerakan cairan dalam kanal
semisirkular dan otolith. Kanal semisirkular bertanggung jawab mendeteksi perubahan
arah dan otholit berperan melaporkan arah gravitasi. Reseptor tersebut membuat ikan
dapat beraktivitas secara normal walaupun pada malam hari atau selama tidak ada
cahaya (Burhanuddin, 2010).

2. Organ Penglihatan
Mata ikan memiliki sistem optika yang mampu melakukan pengumpulan cahaya
dan membentuk suatu bayangan untuk analisis oleh retina. Retina ikan
memperlihatkan struktur yang bervariasi, tergantung tekanan selektif cahaya dan
spektral dalam lingkungan. Perbedaan tekanan selektif tersebut menyebabkan
perbedaan ketebalan retina spesialisasi wilayah kon dan rod pada sel retina. Kon
bertanggung jawab pada penglihatan cahaya terang dan rod pada penglihatan cahaya
samar. Tingkah laku ikan terhadap cahaya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
Fototaksis positif adalah tingkah laku ikan yang tertarik untuk mendekati sumber
cahaya dan fototaksis negatif adalah tingkah laku ikan yang menjauhi cahaya (Fitria et
al, 2013).

3. Organ Penciuman
Organ penciuman pada ikan terletak pada kantung di bagian atas moncong dan
biasanya tepat di depan mata. Agar impuls bau-bauan dapat diterima oleh epithelium
olfactory dalam kantung nasal. Kantung nasal ini tidak dapat berhubungan langsung
dengan faring karena kantung ini hanya sebagai external neres mempunyai bagian
anterior dan posterior yang terletak pada kedua sisi kepala. Ikan mampu mengetahui
kejadian di dalam air, seperti adanya getaran dan frekuensi yang sangat rendah
ataupun tinggi dan arah arus air oleh ikan. Dalam hal ini, indra yang berfungsi ialah
indra pendengar dan peraba (Burhanuddin, 2010).

4. Gurat Sisi
Sistem gurat sisi berkembang dan digunakan dalam berbagai segi kehidupan
ikan yang memperlihatkan pola kehidupan ikan yang berbeda. Dengan bantuan
mekanoreseptor, gerakan air di sekitar ikan dapat terdeteksi. Reseptor tersebut
dinamakan dengan neuromas, seperti halnya pada sel rambut dengan satu cupula
yang melekat. Secara umum, ikan lebih aktif mempunyai persentase nauromas kanal
lebih besar dibandingkan dengan neuromas bebas. Reseptor bagian dasar kanal tetap
dapat berfungsi mendeteksi perpindahan air lokal yang lemah selama ikan dapat
berenang dengan cepat (Burhanuddin, 2010).

Anda mungkin juga menyukai