NIM : 225080500111047
KELOMPOK :3
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
LAPORAN PRAKTIKUM
(SEKSUALITAS)
NIM : 225080500111047
KELOMPOK :3
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
BAB I. PENDAHULUAN
Spesies pada setiap ikan menurut Saranga, et al. (2021), memiliki sifat
morfologi yang dapat dimanfaatkan untuk membedakan ikan jantan dan ikan
Sistem penentuan jenis kelamin ikan digambarkan sangat beragam, pada sistem
perkawinan, sistem sensorik dan taktik reproduksi yang sudah berevolusi berkali-
kali melalui proses evolusi yang dilakukan. Penentuan ciri seksual yang diamati
pada setiap individu ikan terdiri dari ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder.
Penampilan ciri seksual sekunder pada individu ikan ada yang bersifat permanen
morfologi yang mempelajari ukuran (size) dan bentuk (shape) organisme secara
tanda kelamin sekunder (sexing) pada setiap spesies ikan yang umumnya
dimorphisme seksualnya belum dan atau tidak jelas, pada beberapa stadia
mengetahui ikan yang berkelamin jantan dan betina. Perbedaan tersebut dapat
dilihat melalui ciri seksual primer dan sekunder. Perbedaan jantan dan betina
melalui ciri seksual primer yaitu dengan melihat organ yang berhubungan dengan
sistem reproduksi ikan. Ikan dapat dikatakan jantan apabila dibedah maka organ
dalam nya terdapat testis dan salurannya yang berfungsi sebagai alat reproduksi
ikan jantan. Ikan dapat dikatakan betina ketika dibedah maka terdapat ovarium
dan salurannya yang berfungsi sebagai organ reproduksi ikan betina. Ciri
tersebut hanya dapat ditemukan di bagian dalam tubuh ikan, sedangkan ciri yang
tampak dari luar tubuh ikan disebut juga sebagai ciri seksual sekunder.
Ciri seksualitas ikan jantan dan betina menurut Latuconsina (2020), dapat
ditentukan dengan melihat kebiasaan seksual dari setiap individu ikan. Ciri
seksualitas ikan terbagi menjadi primer dan sekunder. Ciri seksualitas sekunder
ikan juga terbagi menjadi dua yakni dimorfisme dan dikromatisme. Seksualitas
sekunder ikan dapat dibedakan hanya dengan melihat bentuk tubuh bagian
luarnya saja. Umumnya ikan betina memiliki perut yang lebih besar atau buncit
dibandingkan dengan ikan jantan karena pada ikan betina terdapat alat seksual
yang ukurannya lebih besar dibandingkan ikan jantan. Setiap jenis ikan pada
Sstem perkawinan, sistem sensorik dan taktik reproduksi yang sudah berevolusi
berkali-kali melalui proses evolusi. Penentuan ciri seksual yang diamati pada
setiap individu ikan terdiri dari ciri seksual primer dan ciri seksual sekunder.
spesies ikan memiliki ciri-ciri seksual primer dan sekunder yang unik tergantung
adalah:
1.2.2 Tujuan
ini adalah:
reproduksi ikan.
Ikan nila menurut Suyanto (2011), adalah ikan dari jenis tilapia yang
berhabitat di daerah perairan Sungai Nil Afrika. Ikan nila pertama kali
didatangkan di Indonesia sekitar tahun 1969, 1981, dan 1994. Asal dari ikan nila
tersebut beragam, yaitu berasal dari Taiwan, Thailand, dan Filipina. Beragamnya
asal habitat ikan nila menyebabkan munculnya karakteristik yang berbeda pula.
Salah satu hal yang menjadi ciri atau bahan pembanding antara jenis ikan nila
dengan ikan lainnya adalah dengan menggunakan klasifikasi dan morfologi yang
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Ikan nila menurut Setiawan, et al. (2020), merupakan ikan yang termasuk
dalam komoditas ikan yang banyak dikembangkan dipermintaan pasar. Ikan nila
bisa dibilang cukup tinggi peminatnya, hal ini dikarenakan rasa daging ikan nila
yang enak, harga yang relatif stabil serta pemeliharaan ikan nila yang mudah.
Morfologi pada ikan nila yaitu ikan nila mempunyai bentuk tubuh yang pipih atau
compressed. Ikan nila memiliki tipe atau posisi mulut terletak di ujung atau bisa
disebut terminal. Sirip ikan nila yaitu berupa garis-garis vertikal berwarna hitam
pada sirip, ekor, punggung dan dubur. Bagian sirip ikan nila yakni caudal atau
sirip ekor yang berbentuk membulat berwarna merah dan biasa digunakan
Ikan lemon menurut Karslı, et al. (2021), merupakan ikan yang berasal
dari habitat alami perairan Danau Malawi Timur Afrika. Ikan lemon memiliki
kemampuan reproduksi yang mudah sehingga ikan lemon dapat dengan mudah
dibedakan antara kelamin jantan dan betina hanya dengan melihat ukuran dari
ikan dan kecerahan dari warnanya. Ikan lemon dapat dibedakan dengan ikan
lainnya selain dari karakteristik dan ciri khusus adalah dapat menggunakan
klasifikasi dari ikan. Berikut klasifikasi dari ikan lemon (Labidochromis caeruleus):
Famili : Cichlidae
Ordo : Perciformes
Genus : Labidochromis
Yagcilar (2021), memiliki ciri morfologi warna tubuh yang khas yaitu berwarna
kuning. Ikan lemon memiliki satu sirip punggung, dimana bagian depan sirip
merupakan sirip keras melunak. Ikan lemon jantan memiliki tubuh yang berwarna
hitam pada sirip punggung, sirip ventral, dan sirip analnya. Ikan lemon betina
seluruh tubuhnya berwarna kuning termasuk pada sirip punggung, sirip ventral,
dan sirip analnya. Panjang tubuh ikan lemon dewasa berkisar sekitar
memiliki tubuh yang indah juga ditambah dengan uniknya sirip yang berwarna-
warni. Ikan cupang selain dari warnanya, juga mempunyai karakter unik karena
memiliki labirin sebagai alat pernapasan tambahan, sehingga dapat hidup pada
perairan yang tenang karena dapat mengambil udara atau oksigen langsung ke
permukaan air. Ikan cupang dapat dibedakan dengan ikan lainnya dari segi
Filum : Chordata
Subfilum : Craeniata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Actinopterygii
Ordo : Teleostei
Subordo : Percomorphoidei
Famili : Osphronamidae
Subfamili : Macropodusinae
Genus : Betta
yang memiliki berbagai macam bentuk terutama pada ekornya, seperti tipe
mahkota (crown tail), ekor penuh (full tail) dan slayer. Ikan hias ini memiliki
perbedaan morfologi antara ikan cupang jantan dan ikan cupang betina. Ikan
cupang betina. Ikan cupang jantan memiliki warna tubuh yang cerah dan
menarik, sedangkan ikan cupang betina memiliki warna tubuh yang kurang
menarik. Ikan cupang jantan memiliki bentuk perut yang lebih ramping,
sedangkan ikan cupang betina memiliki bentuk perut yang gemuk. Ikan cupang
jantan memiliki sirip ekor dan sirip anal yang panjang, sedangkan ikan cupang
betina memiliki sirip ekor dan sirip anal yang lebih pendek. Perbedaan morfologi
tersebut yang menyebabkan ikan jantan lebih banyak disukai oleh para pecinta
dari ikan pelati pedang dapat dilihat dari segi ukuran tubuh, pola warna dan
struktur gonopodium atau digunakan sebagai ciri diagnostik pada ikan jantan.
Dimorfisme seksual ikan pelati pedang betina dilihat dari segi ukuran tubuh dan
pola warna, serta memiliki sisik sikloid. Ikan ini berperan sebagai pengontrol
perkembangan nyamuk malaria dan model pembelajaran biologi. Ciri khusus ikan
berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cyprinodontiformes
Keluarga : Poecillidae
Subfamili : Poecillinae
Marga : Xiphophorus
yang beragam disebabkan oleh ikan yang bermutasi. Ikan pelati pedang jantan
mempunyai ciri-ciri yaitu mempunyai tonjolan sirip pada bagian belakang sirip
perut yang panjang dan mempunyai warna yang lebih cerah daripada sirip
pedang, ekor ikan ini juga mempunyai ukuran panjang seperti pedang. Ikan pelati
pedang betina mempunyai sirip dan ekor yang berbentuk menyerupai kipas dan
lebih tebal dari sirip ikan pelati pedang jantan, kepala berbentuk agak runcing.
Warna ikan pelati pedang betina biasanya kurang cerah dibanding ikan pelati
pedang jantan dan memiliki sirip punggung yang monoton. Ikan pelati pedang
Ikan neon menurut Kabir dan Hawkeswood (2021), merupakan salah satu
jenis ikan hias yang banyak diminati oleh masyarakat pecinta ikan hias. Ikan
neon memiliki beberapa keunikan yang menjadi daya tarik tersendiri. Beberapa
keunikan yang dimiliki ikan neon yaitu mulai dari ukuran yang kecil, memiliki garis
berwarna neon pada tubuhnya, dan mudah untuk penyesuaian habitatnya. Ikan
neon dapat dibedakan dengan ikan lainnya yang memiliki garis tubuh dengan
cara klasifikasi.
Klasifikasi ikan neon tetra (Paracheirodon innesi) menurut Kabir dan
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Characiformes
Famili : Characidae
Genus : Paracheirodon
menunjukkan bahwa ikan neon tetra memiliki memiliki warna mencolok dan
sangat mudah dikenali. Ikan neon tetra memiliki garis lateral berwarna biru
seperti neon dan area berwarna merah di area ventral. Ikan neon tetra jantan
bergerak lebih aktif dibandingkan dengan ikan neon tetra betina. Perbedaan
antara ikan neon tetra betina dan jantan dapat dilihat dari bentuk perut ikan neon
betina yang lebih besar dibandingkan perut ikan neon jantan. Ikan neon tetra
memiliki tubuh yang kuat serta aktif terutama pada ikan neon tetra jantan. Ikan
tentang reproduksi ikan, dimana ikan adalah makhluk hidup yang bereproduksi
membedakan jenis kelamin antara ikan jantan dan ikan betina. Ikan yang bersifat
heteroseksual yaitu jenis kelamin ikan jantan dan betina terdapat pada individu
yang berbeda. Ikan yang bersifat hermafrodit yaitu jika dalam satu individu
terdapat dua jenis kelamin. Organ reproduksi pada ikan terdapat dua jenis, yaitu
ikan jantan memiliki organ testis yang dapat menghasilkan spermatozoa dan ikan
Seksualitas pada ikan menurut Tan, et al. (2019), terdapat beberapa cara
dalam membedakan individu ikan jantan dan ikan betina. Seksualitas pada ikan
mempunyai ciri yang berbeda antara ikan jantan dan ikan betina. Organ
reproduksi pada ikan jantan memiliki ukuran yang lebih kecil dibanding organ
reproduksi ikan betina. Morfologi tubuh antara ikan jantan dan ikan betina juga
dapat dilakukan pengamatan untuk membedakan ikan jantan dan ikan betina.
Perbedaan secara morfologi dapat dilihat dari tubuh ikan jantan yang lebih
karakteristik ikan yang dapat dilihat dari warna tubuh pada ikan jantan dan ikan
betina. Sifat seksual pada ikan yang dilihat dari warna tubuhnya disebut
ikan betina dari warna tubuhnya. Ikan jantan memiliki warna tubuh yang lebih
cerah, sedangkan ikan betina memiliki warna tubuh yang lebih pucat.
melalui panjang ikan, berat ikan, dan bentuk ikan. Sifat seksualitas dimorfisme
tubuh yang lebih ramping dibandingkan ikan betina dan sirip ikan jantan lebih
diamati atau dilihat dari morfologinya seperti berat ikan, bentuk ikan, panjang
ikan dan lainnya. Sifat seksualitas yang dilihat dari morfologi ikan disebut
tubuh ikan jantan dan ikan betina. Ikan jantan memiliki tubuh yang lebih panjang
dibandingkan tubuh ikan betina. Laju pertumbuhan tubuh pada ikan jantan lebih
cepat dibandingkan pada ikan betina. Karakteristik ini menilai proporsi panjang
dalam pengisian ovarium pada rongga tubuh ikan betina. Amati ovarium yang
terisi dalam rongga tubuh dan juga ukuran, bentuk dan warna pada telur di
ovarium pada ikan betina. Ikan jantan memiliki kesamaan pengamatan dengan
ikan betina. Perbedaan diantara keduanya yaitu pengisian testis dalam rongga
tubuh serta keluar atau tidaknya cairan dari testis. Individu ikan dikatakan
ikan dikendalikan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan. Pembuahan pada
gen menentukan jenis kelamin ikan yang umumnya terletak dibagian seksual.
dimana suhu selama periode kritis sensitivitas sel mempengaruhi embrio atau
pengaruh lingkungan dari faktor eksoten dan pengaruh suhu. Ikan spesies
(2023), dapat dilihat dari ukuran ovarium maupun testis. Seksualitas primer pada
betina memiliki ukuran ovarium sangat kecil, halus, butiran telur masih belum
bisa terlihat dan memiliki warna bening kekuningan ketika masa TKG 1. Tahap
TKG 2 ukuran ovarium pada betina relatif lebih besar daripada sebelumnya di
masa TKG 1, tekstur sedikit kasar, butiran telur sudah sedikit terlihat dan
berwarna kuning muda. Seksualitas primer pada jantan mempunyai ukuran testis
yang sangat kecil, tekstur yang halus, terlihat seperti benang dan memiliki warna
bening keputihan ketika tahap TKG 1. Ukuran testis pada tahap TKG 2 relatif
lebih besar dan lebih jelas dibanding tahap TKG sebelumnya dan tahap ini
dan Welsh (2021), dapat dilihat melalui perbedaan alat kelamin jantan dan
betina. Ikan betina memiliki tiga lubang, dua lubang berfungsi sebagai tempat
keluarnya kotoran dan urin sedangkan lubang yang ketiga digunakan untuk
mengeluarkan sel telur. Ikan betina memiliki anal sheath yang merupakan lipatan
kecil yang menutupi beberapa bagiandari sirip anal yang pada beberapa spesies
oleh ikan jantan. Alat kelamin jantan disebut papilla yang berfungsi untuk
mengeluarkan sperma. Perbedaan alat kelamin antara jantan dan betina juga
dapat dilihat dari bentuknya, alat kelamin ikan jantan berbentuk tonjolan
satu cara agar dapat membedakan ikan jantan dan ikan betina. Cara mengetahui
jenis kelamin ikan melalui ciri seksual sekunder adalah melihat bentuk luar dari
tubuh ikan. Umumnya ciri seksual sekunder pada ikan dibedakan menjadi dua,
individu ikan yang dapat digunakan sebagai cara untuk membedakan ikan jantan
dan betina seperti bentuk dan ukuran tubuhnya. Ciri dikromatisme adalah warna
tubuh yang dimiliki oleh setiap individu ikan, pada dasarnya kelamin ikan jantan
dan ikan betina dapat dilihat melalui warnanya, karena warna tubuh yang dimiliki
ikan jantan dan betina memiliki perbedaan seperti motif maupun konsentrasi
warnanya. Ciri tersebut menunjukkan bahwa kita dapat dengan mudah untuk
menentukan ikan jantan dan ikan betina karena hanya dengan melihat
morfologinya saja.
ditinjau melalui analisis morfologi antara ikan jantan dan betina. Perbedaan yang
dapat terlihat dengan jelas adalah melalui ukuran tubuh ikan jantan dan betina.
Ukuran ikan jantan lebih ramping dibandingkan tubuh ikan betina yang lebih
besar. Perbedaan tubuh dapat menjadi petunjuk awal untuk mengidentifikasi
jenis kelamin ikan. Perbedaan tubuh antara Ikan jantan dan betina dapat dilihat
dari bentuk perutnya, ikan jantan memiliki perut ramping dibandingkan ikan
betina, dan ikan betina memiliki bentuk perut lebih gendut. Perbedaan seksual
ikan tidak hanya dilihat dari bentuk saja, ikan jantan dan betina memiliki
perbedaan jumlah lubang pada tubuhnya. Ikan jantan hanya memiliki dua lubang
yaitu lubang urogenital dan lubang anal pada tubuhnya. Pada tubuh ikan betina
Abidin, Z., & Puspitasari, H. P. (2018). Mina Bisnis Ikan Cupang: Teori dan
Aplikasi. Malang: Universitas Brawijaya Press.
Brulé, T., Renán, X., & Colás-Marrufo, T. (2022). Potential Impact of Climate
Change on Fish Reproductive Phenology: A Case Study in Gonochoric
and Hermaphrodite Commercially Important Species from the Southern
Gulf of Mexico. Fishes, 7(4), 156.
https://doi.org/10.3390/fishes7040156
Djunaedi, A., Pribadi, R., Hartati, R., Redjeki, S., Astuti, R. W., & Septiarani, B.
(2016). Pertumbuhan Ikan Nila Larasati (Oreochromis niloticus) di
Tambak dengan Pemberian Ransum Pakan dan Padat Penebaran yang
Berbeda. Jurnal Kelautan Tropis, 19(2), 131-142.
https://doi.org/10.14710/jkt.v19i2.840
Iskandar, A., Carman, O., Darmawangsa, G. M., & Hendriana, A. (2022). Aspek
Manajerial Teknis Budidaya Ikan Botia India Botia lohachata untuk
Meningkatkan Performa Produksi Benih. Techno-Fish, 6(2), 83-99.
Karslı, Z., Şahin, D., Öz, M., Öz, Ü., & Aral, O. (2021). The Effect of Dietary
Supplementation of 17α-Methyltestosterone and 17β-Estradiol Hormones
on Growth, Sex Conversion and Reproduction in Electric Yellow Cichlid
(Labidochromis caeruleus). Pakistan Journal of Zoology, 54(1), 1-6.
https://doi.org/10.17582/journal.pjz/20210105110138
Maftuch, Fariedah, F., Suprastyani, H., Yuwanita, R., Dailami, M., Widyawati,
Y.,Widodo, M. S., Supriatin, F. E., Budianto., A’yunin, Q., Fakhri, M.,
Sanoesi, E. (2021). Dasar-Dasar Akuakultur. Malang: Media Nusa
Creative (MNC Publishing).
Manangkalangi, E., Leatemia, S. P., Sembel, L., Lefaan, P. T., Sala, R., &
Rahardjo, M. F. (2018). Pertumbuhan, Umur, dan Dimorfisme Seksual
Ikan Pelangi Arfak, Melanotaenia Arfakensis Allen, 1990 di Sistem Sungai
Prafi, Manokwari, Papua Barat. VOGELKOP: Jurnal Biologi, 1(2), 66-75.
https://doi.org/10.30862/vogelkopjbio.v1i2.52
Polat, C., & Yağcilar, Ç. (2021). The Effects of Feeding Frequencıes on The
Growth Performance and Life Rate in Electric Yellow Fish Fry
(Labidochromıs caeruleus). Journal of Tekirdag Agricultural Faculty, 18
(3), 578-585.
Rachmawati, D., Basuki, F., & Yuniarti, T. (2016). Pengaruh Pemberian Tepung
Testis Sapi dengan Dosis yang Berbeda Terhadap Keberhasilan
Jantanisasi pada Ikan Cupang (Betta sp.). Journal of Aquaculture
Management and Technology, 5(1), 130-136.
Rahayu, D. A., Nugroho, E. D., & Listyorini, D. (2019). Studi Morfologi dan
Venetik Taksonomi Ikan Introduksi Khas Telaga Sari, Pasuruan. Borneo
Journal of Biology Education (BJBE), 1(1), 18-33.
https://doi.org/10.35334/bjbe.v1i1.958
Ridho, M. R., & Patriono, E. (2016). Aspek Reproduksi Ikan Kakap Putih (Lates
calcarifer Block) di Perairan Terusan dalam Kawasan Taman Nasional
Sembilang Pesisir Kabupaten Banyuasin. Jurnal Penelitian Sains, 18(1),
1-7.
Romano, D., & Stefanini, C. (2021). Any Colour You Like: Using Animal-Robot
Interaction to Unravel Mechanisms Promoting Phenotypically
Heterogeneous Fish Aggregations. In ALIFE 2022: The 2022 Conference
on Artificial Life,1-6.
Saranga, R., Arifin, M. Z., Hariyoto, F. D., Putri, E. T., & Ely, A. J. (2021).
Karakteristik Organ Seksual Sekunder Ikan Tude Batu (Selar boops) dari
Perairan Bitung. Jurnal Bluefin Fisheries, 3(1), 1-14.
https://doi.org/10.15578/jbf.v3i1.99
Styga, J. M., & Welsh, D. P. (2021). Spawning Substrate Shift Associated with
the Evolution of a Female Sexual Characteristic in a Family of Fishes.
Biological Journal of the Linnean Society, 133(1), 155-165.
https://doi.org/10.1093/biolinnean/blab017
Tan, B. L., Ching, F. F., & Senoo, S. (2019). Body Size and Morphological
Characteristics in Sex Determination of Humphead Wrasse Cheilinus
undulatus in Captivity. Journal of Physics: Conference Series, 1358, 1-11.
https://doi.org/10.1088/1742-6596/1358/1/012010
Yonarta, D., Tanbiyaskur, T., Syaifudin, M., Sari, DI, & Sanjaya, R. (2023).
Pematangan Gonad Calon Induk Ikan Selincah (Belontia hasselti Cuvier,
1831) dengan Tingkat Kepadatan Berbeda di Embung Sriwijaya. Jurnal
Sumberdaya Akuatik Indopasifik , 7 (1), 23-32.
https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.Vol.7.No.1.278
LAPORAN PRAKTIKUM
NIM : 225080500111047
KELOMPOK :3
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
BAB I. PENDAHULUAN
(2020) merupakan suatu parameter dasar yang sangat penting untuk diketahui
dalam suatu populasi ikan pada perairan. TKG adalah suatu metode atau
sesudah ikan memijah. Hasil metabolisme dari ikan sebagian besar akan
pada suatu ikan dilakukan sebelum pemijahan agar dapat menghasilkan kualitas
benih yang memiliki kualitas tinggi. Tingkat kematangan gonad pada tiap jenis
(panjang dan berat), umur, lingkungan perairan dan pakan dengan nutrisi yang
panjang dan berat tubuh dari ikan juga akan semakin tinggi. Berat dan panjang
ikan tidak selalu berbanding lurus dengan TKG, pada spesies tertentu panjang
dan berat ikan yang sama tidak mempunyai TKG yang sama. Penyebab
terjadinya ketidaksamaan antara TKG dengan panjang dan berat ditentukan oleh
habitat serta kondisi lingkungan dimana ikan tersebut hidup dan berkembang.
dan berat ikan terhadap berat gonad ada GSI (Gonado somatic index) dan GI
(Gonado index). GSI diukur berdasarkan perbandingan bobot tubuh dan berat
gonad, sementara GI diukur berdasarkan panjang ikan dan berat gonad. Gonado
ikan. Pengamatan nilai GSI biasa dilakukan sebanyak dua kali pada saat awal
ini. Tingkat kematangan Gonad (TKG) cenderung berkaitan dengan panjang dan
berat tubuh yang tinggi pada ikan pada spesies tertentu. Panjang dan berat yang
sama tidak selalu sejalan dengan TKG karena perbedaan kondisi lingkungan di
habitat ikan. Indeks yang digunakan untuk membandingkan panjang dan berat
ikan dengan berat gonad yaitu Gonado Somatic Index (GSI) yang mengukur
perbandingan bobot tubuh dan berat gonad, dan Gonado Index (GI) yang
internal.
2. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi organ seks primer dari ikan, baik
1.2.2 Tujuan
atau vertebrata. Chordata berasal dari bahasa Yunani dan dia terdiri dari dua
kata, notor yang berarti tulang belakang dan chorde yang berarti tali. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
(2023), bahwa bagian punggung ikan nila lebih tinggi dengan tubuh pipih bulat.
Sirip pada ikan nila terdapat lima buah yang terdiri dari satu sirip ekor, sepasang
sirip anal, sepasang sirip perut, sepasang sirip dorsal, dan satu sirip punggung.
Garis lurus (vertikal) terdapat pada sirip ekor dan permukaan tubuh. Garis lurus
memanjang pada ikan nila terdapat di sirip punggung. Pergerakkan ikan nila di
perairan menggunakan ekor, sedangkan penutup insang, sirip dada, dan sirip
perut digunakan sebagai penunjang badan ikan nila. Ikan nila disajikan pada
Gambar 1.
Sumber: Vajargah, 2021
Gambar 1. Ikan Nila
testis ikan dibagi menjadi lima tahapan. Tahap pertama yaitu spermatogonia,
tahap ini terjadi proses pembentukan sel sperma yang paling awal. Sel-sel
dengan membran kista yang tidak jelas kelihatan. Nukleus mengandung granula-
granula berwarna terang dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi, serta
Membran kista spermatosit primer terlihat jelas dan setiap kista mengandung
mitosis menjadi dua sel yang lebih kecil menjadi spermatosit sekunder. Ukuran
menjadi sel yang lebih kecil sehingga membentuk sel spermatid. Kista-kista yang
ini disebut pembentukan sel spermatid. Sel spermatid lalu matang sempurna
spermatozoa dilengkapi dengan kepala dan ekor sehingga bisa bergerak aktif di
(2016), terbagi menjadi tujuh tahap. Tahap pertama adalah nukleolus kromatin,
pada tahap ini beberapa oogonium mulai berkembang menjadi oosit primer.
Nukleus berada ditengah dan dikelilingi oleh sitoplasma, ukuran nukleus dan
jumlah nukleolus akan selalu bertambah. Tahap kedua perinuklear awal, terjadi
pada sitoplasma. Vesikel kuning telur, tahap ini ditandai dengan pembentukan
kecil vesikel kuning telur di sitoplasma. Gelembung kuning telur pertama kali
muncul di pinggiran oosit dan secara bertahap menyebar ke arah nukleus. Tahap
granula kuning telur awal, tahap ini ditandai dengan pembentukan banyak butiran
protein kuning telur kecil di sitoplasma yang pertama kali muncul di korteks luar.
Kuning telur vesikel tidak muncul dan tidak terlihat di sitoplasma. Tahap granula
kuning telur, tahap ini diameter oosit meningkat dan terjadi perpaduan butiran
kuning telur dan tetesan lipid. Tahap selanjutnya vitelogenesis yaitu proses
folikel kosong dan beberapa jumlah oogonia dan oosit. Berakhirnya proses
vitelogenesis, ikan sudah siap melakukan pemijahan. Morfologi gonad ikan nila
Dara, organ seksual sangat kecil dekat di bawah rongga tulang vertebral,
testis dan ovarium masih terlihat transparan, tidak berwarna cenderung
Dara matang dan waktu pemulihan, testis dan ovarium tembus cahaya,
setengah dari ventral rongga tulang; telur terlihat seperti butiran putih.
Mijah, telur dan sperma akan keluar dengan tekanan, sebagian telur
ovarium.
Dara, fase ini jika dilihat dengan mata biasa telur tidak akan terlihat,
Perkembangan I, pada fase ini setengah ruang ke bagian bawah diisi oleh
Ovarium memiliki warna oren merah dan ⅔ ruang bawah diisi olehnya,
sedangkan testisnya berwarna putih merah, jika perut ikan ditekan maka
Bunting merupakan fase dimana ruang bawah diisi oleh organ seksual,
telur berbentuk bulat serta terlihat masak dan jernih (beberapa). Berwarna
putih pada testisnya dan jika perut ikan ditekan maka sperma akan
keluar.
Mijah, fase ini memiliki ciri-ciri kebanyakan telurnya berwarna jernih dan
apabila perut ikan sedikit ditekan, ovarium dan testis akan keluar.
Salin adalah fase penghisapan kembali pada telur serta ovarium dan
Pulih salin, fase ini ditandai dengan warna jernih, keabu-abuan dan
yang didefinisikan oleh Tester dan Takata (1953) terbagi menjadi lima, yaitu:
Tidak masak, dimana pada fase ini gonad memiliki ciri-ciri seperti benang,
Permulaan masak, difase ini gonad mengisi ¼ rongga tubuh dan telur
tidak terlihat. Gonad pada ikan jantan berbentuk pipih dan memiliki warna
Hampir masak, pada fase ini ½ dari rongga tubuh diisi oleh gonad dan
bentuk telurnya dapat dilihat melalui dinding ovari. Ikan jantan memiliki
Masak, fase dimana ¾ dari rongga tubuh diisi oleh gonad dan telurnya
mulai terlihat. Gonad pada ikan jantan berisi cairan putih, sedangkan ikan
perutnya.
Salin, fase ini hampir sama dengan fase kedua dan sulit untuk dibedakan,
serta telurnya tidak terlihat. Gonad pada ikan jantan terdapat bintik-bintik
dan transparan. Penampang gonad pada ikan jantan pipih dengan warna
merahan.
Permulaan masak, telur tidak tampak dan ¼ rongga tubuh diisi oleh
gonad. Ikan jantan memiliki warna kelabu atau putih dengan bentuk pipih,
sedangkan ikan betina memiliki warna kemerah-merahan atau kuning dan
Hampir masak, gonad yang dimiliki mengisi ½ rongga tubuh, gonad pada
ikan jantan berwarna putih dan pada ikan betina berwarna kuning,
Masak gonad, gonad mengisi ¾ rongga tubuh. Ikan jantan memiliki gonad
berwarna putih berisi cairan berwarna putih. Gonad ikan betina memiliki
warna kuning hampir bening atau bening. Telur dapat terlihat kadang-
Hampir sama dengan tahap kedua dan sulit untuk dibedakan. Gonad
pada ikan betina berwarna merah lembek dan telur tidak tampak.
Tarigan dan Yusni (2020), yaitu terdapat perbedaan pada masing-masing kondisi
pertumbuhan pada kondisi ikan. Pertumbuhan telah dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor dalam (intrinsik) dan faktor luar (ekstrinsik). Faktor dalam merupakan
faktor yang timbul dari dalam diri individu ikan tersebut. Faktor dalam yang
kemampuan memanfaatkan makanan. Faktor luar meliputi sifat fisik dan kimiawi
(Anabas testudineus) yang merupakan uji hasil tingkat kematangan gonad. Hasil
terhadap indeks maturasi gonad serta peningkatan bobot tubuh dan gonad.
digunakan sebagai indikator masa reproduksi ikan. GSI diukur dengan tidak
adanya statistik pada telur dan larva, akan tetapi perhitungan ini dapat digunakan
analisis perubahan gonad dari bulan ini ke bulan berikutnya. Fungsi lainnya dari
teropong.
dengan membandingkan perkembangan pada dalam dan di luar gonad, atau nilai
perbandingan antara berat tubuh serta gonad semakin besar yang diperlihatkan
dengan nilai GSI yang besar. Semakin besar nilai GSI, maka bisa dijadikan
GSI =
Keterangan:
indikator berupa berat gonad dengan panjang tubuh ikan. Gonado indeks dengan
nilai 1-10 menandakan bahwa gonad tersebut masih berada di tahap memasak,
sedangkan nilai 10 keatas gonad tersebut sudah masak. Nilai dalam gonado
indeks juga dapat ditandai dengan panjangnya tubuh ikan dan tinggi nya tingkat
kematangan gonad, namun nilai GI (Gonado indeks) juga dapat acak karena
menggunakan rumus:
GI =
Keterangan:
GI : Indeks gonad
Arfiati, D., Farkha, K., & Anugerah, D. P. (2022). Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Malang: Media Nusa Creative (MNC Publishing).
Asrial, E., Harris, A., & Abdolah. (2017). Fisheries Biology Aspectsof Yellow
Rasbora from Central Lombok, Indonesia. International Journal of Recent
Scientific Research, 8(11), 21547-21553.
Desrita., Tarigan, A., & Yusni, E. (2020). Fecundity and Size the First Maturity of
the Gonad of Yellowstripe Scad (Selaroides leptolepis) at Belawan
Aquatic, North Sumatera. IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science, 454 (1).
https://doi.org/10.1088/1755-1315/454/1/012136
Feriyanto, A. (2019). Super Komplet Budi Daya dan Bisnis Ikan Lele.
Yogyakarta: LAKSANA.
Hartawan, Kotta, R., Satriya, I., N., B., Tarmizi, A. (2022). Efektivitas Type Mesh
Size yang Berbeda pada Alat Tangkap Gill Net Dasar (Bottom Gill Net)
terhadap Hasil Tangkapan Ikan. AL-AQLU Jurnal Matematika, Teknik dan
Sains, 1(1), 38-45.
Ibrahim, Y., Saputra, F., Yusnita, D., & Karim, A. (2018). Evaluasi Pertumbuhan
dan Perkembangan Gonad Ikan Serukan Osteochilus sp. yang Diberi
Pakan Tepung Kunyit. Jurnal Akuakultura Universitas Teuku Umar, 2(2),
1-6.
https://doi.org/10.35308/ja.v2i2.1590
Mardiyah, U., Adelina, F., Kamarudin, A. P., Fahmi, R., Wahyu, Y. I., Ariadi, P.
S., Bulotio, N. F., Mustasim., Puspitasari, D., Safitri, N. M., Putra, A. A. S.,
& Henggu, K. U. (2022). Pengetahuan Bahan Baku Perikanan. Padang:
PT Global Eksekutif Teknologi
Ma'ruf, M. M., Syarif, A. F., & Bidayani, E. (2020). Performa Reproduksi Ikan
Betok (Anabas testudineus) Betina dengan Pemberian Pakan Buatan
Berbahan Baku Tepung Keong Mas (Pomacea canaliculata). Jurnal
Perikanan Unram, 10(2), 92-111.
https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.130
Mousavi-Sabet, H., Heidari, A., & Salehi, M. (2019). Reproductive Biology of the
Invasive Sharpbelly, Hemiculter leucisculus (Basilewsky, 1855), from the
Southern Caspian Sea Basin. Iranian Journal of Ichthyology, 6(1), 31-40.
Sari, N., Supratman, O., & Utami, E. (2019). Aspek Reproduksi dan Umur Ikan
Ekor Kuning (Caesio cuning) yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Sungailiat, Kabupaten Bangka. Jurnal Enggano, 4(2), 193-207.
https://doi.org/10.31186/jenggano.4.2.193-207
Tamsil, A., Ghufron, M. H. K. K., Yasin, H., & Ibrahim, T. A. (2019). Biologi
Perikanan. Yogyakarta: Lily Publisher.
Tarigan, A., Bakti, D., & Desrita, D. (2017). Tangkapan dan tingkat Kematangan
Gonad Ikan Selar Kuning (Selariodes leptolepis) di Perairan Selat Malaka.
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, 4(2), 44-52.
https://doi.org/10.29103/aa.v4i2.300
Yonarta, D., Tanbiyaskur, T., Syaifudin, M., Sari, D. I., & Sanjaya, R. (2023).
Pematangan Gonad Calon Induk Ikan Selincah dengan Tingkat
Kepadatan Berbeda di Embung Sriwijaya. Jurnal Sumberdaya Akuatik
Indopasifik, 7(1), 23-32.
https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2023.Vol.7.No.1.278
LAPORAN PRAKTIKUM
NIM : 225080500111047
KELOMPOK :3
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
BAB I. PENDAHULUAN
sebagai pakan alami ikan-ikan yang terdapat di suatu perairan. Pakan alami
terbaik di perairan umumnya terdiri dari komposisi yang biasa disebut dengan
Copepoda mix.
jumlah populasi ikan. Studi mengenai kebiasaan makan ikan sangat penting
untuk menentukan jenis pakan alami atau habitat dari spesies ikan. Informasi
mengenai makanan ikan adalah hal yang sangat dasar untuk pengelolaan
populasi ikan dan budidaya. Pola makan ikan dapat berubah seiring dengan
bertambahnya ukuran tubuh ikan, hal ini dikarenakan tiap spesies ikan memiliki
selera makan yang berbeda-beda. Pola makan juga bergantung pada jenis
makanan yang tersedia di perairan, dan dimensi mulut ikan menentukan ukuran
makanan yang dapat ditelan, sehingga semakin besar ukuran ikan, semakin
besar pula makanan yang dapat ditelannya. Ketersediaan makanan di perairan
disediakan oleh alam liar. Ketersediaan nutrisi pakan dipengaruhi oleh kondisi air
(abiotik) dan predator atau kompetitor (biotik). Nutrisi pakan ikan tergantung dari
ketersediaan jumlah makanan di alam, jika lebih besar dari seluruh stok ikan,
maka tidak ada persaingan. Ketersediaan makanan yang kurang dari jumlah
makanan antara kebutuhan jenis makanan yang sama. Situasi ini menjadikan
ikan memiliki sifat dalam kebiasaan makan mereka terbagi dalam karnivora,
omnivora,dan herbivora.
dimanfaatkan sebagai pakan alami ikan. Kebiasaan makan ikan dipengaruhi oleh
ketersediaan makanan di perairan, dan pola makan ikan bergantung pada jenis
perairan juga berpengaruh pada jumlah populasi ikan. Ketersediaan nutrisi pakan
makanan yang kurang dari jumlah populasi ikan dapat mengganggu rantai
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Biologi Perikanan materi Food and Feeding Habit
ini adalah:
Food habits and feeding habits menurut Khairuman dan Amri (2003),
merupakan kebiasaan makan ikan dan cara makan ikan. Kebiasaan makan pada
ikan sangat berpengaruh pada pola makan ikan. Kebiasaan makan ikan sendiri
biasa bergantung pada lokasi atau tempat makan, waktu makan, cara makan
dan jenis makanan kegemaran ikan. Kebiasaan makan ikan sendiri berbeda
antara satu spesies dan spesies yang lain. Para nelayan dan pembudidaya perlu
diperlukan untuk menentukan waktu yang tepat dalam menangkap ikan atau
masih larva dan pada fase dewasa juga berbeda. Makanan utama yang dimakan
ikan ialah berupa plankton (sel tunggal) atau sejenisnya yang memiliki ukuran
mikro dan sejenis dengan detritus. Makanan ikan remaja atau ikan dewasa
sendiri berupa jenis makanan dengan ukuran sesuai dengan bukaan mulut ikan.
Ikan pada spesies ikan tertentu dapat juga memakan makanan dengan tingkat
merupakan ikan air tawar yang termasuk dalam golongan jenis ikan omnivora
serangga, detritus, makrofit, bagian ikan, dan nematoda. Ikan pada tahap juvenil
memiliki kecenderungan lebih terhadap serangga atau zooplankton, sedangkan
pada saat dewasa dominasi makanan ikan nila adalah fitoplankton. Juvenil
tersebut makanan ikan nila dapat diketahui melalui ukuran tubuhnya yaitu juvenil
(planktivore). Ikan nila hidup dan mencari makan di seluruh kolom air mulai dari
dasar perairan, tengah perairan dan permukaan perairan. Ikan nila hidup di suhu
antara 14°C hingga 33°C yang merupakan kondisi optimal bagi ikan nila untuk
ganggang bentik sebagai makanan utamanya. Ikan nila memiliki toleransi yang
tinggi di perairan dengan limbah yang berat, karena memiliki daya tahan tinggi
terhadap perubahan kondisi lingkungan sehingga ikan nila tetap bisa mencari
sebagai herbivora, karnivora, dan omnivora. Herbivora adalah ikan yang sumber
filamen, dan alga bentik. Karnivora adalah jenis ikan yang bergantung pada
zooplankton, udang, serangga air, ikan, dan hewan lainnya. Ikan karnivora
sendiri dibagi menjadi dua, yaitu tingkat rendah dan tingkat tinggi. Ikan karnivora
antara lain preferensi terhadap jenis makanan tertentu, kondisi habitat, ukuran,
makanan dan berdampak pada perilaku makan ikan. Perbedaan habitat akan
mempengaruhi komposisi makanan dan cara makan pada ikan. Kesukaan ikan
terhadap makanannya sangat relatif karena belum tentu suatu jenis makanan
cara memakan ikan secara alami sangat bergantung pada lingkungan tempat
ikan hidup.
oleh ikan tersebut. Ikan dengan rasio panjang usus yang tinggi cenderung
mencerna makanan yang sulit dicerna seperti serat dan tumbuhan. Pengukuran
pada ikan dengan rasio panjang usus yang rendah cenderung memiliki sistem
pencernaan yang lebih pendek dan sederhana, sehingga lebih mudah mencerna
makanan yang mudah dicerna seperti daging atau hewan kecil. Pengukuran
rasio panjang usus terhadap panjang total tubuh ikan nila dilakukan dengan cara
Length of Gut:
Keterangan:
RLG = Panjang usus relatif atau rasio panjang usus dan panjang total
memiliki panjang usus 2-21 kali dari panjang tubuhnya. Ikan karnivora memiliki
panjang usus 0,5-2,4 kali panjang tubuhnya sedangkan ikan omnivora memiliki
panjang usus 0,8-5 kali dari panjang tubuhnya. Ikan herbivora ususnya relatif
lebih lama. Ikan karnivora memiliki usus yang pendek karena ia dapat mengolah
ikan yang memiliki panjang usus diantara ikan herbivora dan karnivora yang
artinya tidak terlalu pendek ataupun terlalu panjang sehingga ikan dapat
memakan daging ataupun tumbuhan. Umumnya pada saat ikan tumbuh dan
Pengelompokan bentuk gigi ikan menurut Nur, et al. (2017), bentuk gigi
ikan dibagi menjadi incisor, canine, dan viliform. Perbedaan bentuk gigi pada ikan
menjadi faktor bagi ikan agar mudah dalam menangkap maupun memangsa
makanannya. Ikan memiliki mulut dan gigi yang berfungsi saat proses pelumatan
makanan. Mulut ikan memiliki beberapa bentuk sesuai dengan cara makan dan
Bentuk gigi ikan menurut Muruga, et al. (2022), antara lain grabbers
dengan bentuk gigi macrodont, engulfers dengan bentuk gigi edentulate dan
di dalam rongga orofaringnya, morfologi tambahan gigi ini (kecil dan berbentuk
vili), dan lokasinya di dalam tulang orofaringeal rongga, menunjukkan bahwa gigi
ini tidak mungkin menyebabkan kerusakan yang signifikan. Bentuk gigi ikan yang
berbeda menunjukkan cara ikan makan ikan yang berbeda antara satu spesies
dengan spesies lainnya. Ikan pemangsa atau dikenal dengan piscivora memiliki
rahang yang kuat serta struktur gigi yang tajam. Rahang serta gigi yang kuat
dibutuhkan oleh ikan untuk menangkap mangsa. Faktor utama bagi ikan yang
makan dari produsen primer hingga konsumen puncak. Rantai makanan pada
laut terbuka dan wilayah yang terkena upwelling. Rantai makanan ekosistem air
tawar lebih pendek dibandingkan air laut, karena pada ekosistem laut jumlah
biota yang terdapat didalamnya lebih beragam. Rantai makanan yang lebih
chain (rantai makanan sisa). Grazing food chain diawali dari tumbuhan sebagai
utama yaitu dugong, penyu, ikan baronang dan bulu babi. Detritus food chain
tidak diawali dari tumbuhan sebagai trofik awal atau produsen, akan tetapi
dimulai dengan sisa-sisa organisme yang telah mati. Organisme yang memakan
ini adalah daun-daun yang jatuh dari lamun, yang dimakan oleh konsumen
primer (epifit) sebagai nutrisi, yang dipecah oleh bakteri dan kemudian dimakan
oleh konsumen pertama, cacing, udang, kepiting, dan lain-lain. Rantai makanan
tawar yang terbagi menjadi dua yaitu, berdasarkan ketersediaan fitoplankton dan
detritus. Ketersediaan fitoplankton dan detritus dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu,
perairan, nutrisi dan ketersediaan cahaya adalah kontrol utama pada sumber
daya di jaring makanan, karena kedua faktor bisa merangsang produksi primer
dan perubahan kualitas kimia bahan autotrof yang memasuki perairan. Kedua,
dimana positif atau negatif dan besar respon antara herbivora dan detrivora
dalam ekosistem dinamika nutrisi, tetapi peran ini kemungkinan berbeda dalam
jaring makanan karena perbedaan sumber daya serta pengolahan yang berbeda
serta nutrisi melalui rantai makanan yang berbeda termasuk pada struktur jaring
makanan. Perubahan iklim bumi seperti pemanasan global dan pengasaman laut
dapat berimbas besar pada struktur dan fungsi dari jaringan makanan laut.
Perubahan iklim bumi berpengaruh pada kurangnya produksi barang dan juga
jasa. Jaring makanan dapat diprediksi akan berubah seiring dengan perubahan
iklim. Energi yang mengalir dari level trofik pertama yaitu produser primer dan
dilanjutkan detritus ke level dua yaitu herbivora dan berlanjut ke tingkatan trofik
Ahmad, A. (2017). Respon Ikan Karang Pada Area Apartemen Ikan Di Perairan
Tobololo Dan Gamalama Kota Ternate. COJ (Coastal and Ocean
Journal), 1(1), 1-6.
https://doi.org/10.29244/COJ.1.1.1-6
Al Idrus, A., Kesipudin, K., & Mertha, I. G. (2018). Aplikasi Konsep Konservasi
Mangrove untuk Pengembangan Ekowisata di Pantai Selatan Lombok
Timur. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat, 1(1), 1-10.
https://doi.org/10.29303/jpmpi.v1i1.213
Anggoro, S., Indarjo, A., Salim, G., Handayani, K. R., Ransangan, M. J., Ibrahim,
A. J., Firdaus, M. (2021). Biologi Perikanan dan Kelautan di Indonesia.
BM, A. I. (2015). Ikhtiologi, Ikan dan Segala Aspek Kehidupannya.
Yogyakarta: Deepublish.
Dewinta, R., Sulardiono, B., & Widyorini, N. (2022). Analisis Kebiasaan Makanan
dan Kompetisi Makanan Ikan Hasil Tangkapan di Muara Sungai
Wonokerto Demak, Jawa Tengah. Jurnal pasir laut, 6(1), 19-28.
https://doi.org/10.14710/pasir laut.2022.52773
Khairuman & Amri, K. (2003). Petunjuk Praktis Memancing Ikan Air Tawar.
Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Muhtadi, A., Nur, M., Latuconsina, H., & Hidayat, T. (2022). Population Dynamics
and Feeding Habit of Oreochromis niloticus and O. mossambicus in
Siombak Tropical Coastal Lake, North Sumatra, Indonesia: Population
Dynamics and Feeding Habit of Tilapia. Biodiversitas Journal of Biological
Diversity, 23(1), 151-160.
https://doi.org/10.13057/biodiv/d230119
Nur, F. M., Batubara, A. S., & Abidin, M. Z. (2019). Jenis–jenis ikan di Kawasan
PT. Mifa Bersaudara Kabupaten Aceh Barat. Banda Aceh: Syiah Kuala
University Press.
Pratiwy, F. M., Zallesa, S., & Sinaga, J. A. (2022). Eating Habits and Digestive
System of Fish. GSJ, 10(2), 1051-1055.
Sari, T., Hertati, R., & Syafrialdi. (2020). Studi Keanekaragaman Jenis-Jenis Ikan
Di Sungai Batang Pelepat Kabupaten Bungo Propinsi Jambi. Journal
Pengelolaan Sumberdaya Perairan, 4(1), 1-12.
https://doi.org/10.36355/semahjpsp.v4i1.338
Sartimbul, A., Sambah, A. B., Iranawati, F., Fuad, A. Z., Yona, D., Harlyan, L. I.,
Rahman, M. A., Hidayati, N., & Sari, S. H. J. (2022). Oseanografi
Perikanan. Malang: UB press.
Setyaningrum, N., Sugiharto, S., & Susatyo, P. (2020). Komposisi Dan Status
Guild Komunitas Ikan Di Waduk Sempor Jawa Tengah. Depik, 9(3), 411-
420.
https://doi.org/10.13170/depik.9.3.15094
Tampi, A. A., Bataragoa, N. E., Rangan, J. K., Rembet, U. N., Mandagi, S. V., &
Boneka, F. B. (2023). Food Habits of Lencam Lethrinu Food Habits of
Lencam Lethrinus rubrioperculatus Sato, 1978 (Fish: Lethrinidae). Jurnal
Ilmiah Platax, 11(1), 39-45.
Temesgen, M., Getahun, A., Lemma, B., & Janssens, G. P. (2022). Food and
Feeding Biology of Nile Tilapia Oreochromis niloticus in Lake Langeno,
Ethiopia. Sustainability, 14(2), 974.
https://doi.org/10.3390/su14020974
Ullah, H., Nagelkerken, I., Goldenberg, S. U., & Fordham, D. A. (2018). Climate
Change Could Drive Marine Food Web Collapse Through Altered Trophic
Flows and Cyanobacterial Proliferation. Plos Biology, 16(1), 1-21.
https://doi.org/10.1371/journal.pbio.2003446
LAPORAN PRAKTIKUM
NIM : 225080500111047
KELOMPOK :3
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
BAB I. PENDAHULUAN
transformasi bentuk yang terjadi pada suatu individu yang disebabkan oleh
Pertumbuhan merupakan hal yang tidak bisa dihindari oleh suatu individu.
Makhluk yang hidup pasti akan mengalami yang namanya pertumbuhan. Faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ada dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam
dan faktor yang berasal dari luar. Faktor yang berasal dari dalam yaitu keturunan,
bertahan terhadap penyakit. Sifat fisika, kimia, dan biologi perairan juga dapat
luar.
kematangan, pola pertumbuhan, kinerja individu spesies ikan dan komunitas ikan
untuk menghitung berat dengan panjang tertentu guna pengukuran berat ikan
secara langsung. Hubungan panjang berat ikan sangat penting untuk kegiatan
konservasi dan pengelolaan populasi ikan di alam liar maupun ikan yang sistem
budidayanya terbatas.
oleh pertambahan panjang, bobot, dan volume dalam kurun waktu tertentu.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ada dua, yaitu faktor yang berasal dari
dalam dan faktor yang berasal dari luar. Hubungan panjang berat ikan
informasi tentang karakteristik morfologi, riwayat hidup, dan distribusi ikan. Pola
beratnya seimbang.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
1.2.2. Tujuan
pertumbuhan ikan.
2. Mampu untuk memahami hubungan antara panjang dan berat pada ikan.
Filum : Chordata
Kelas : Osteichthyes
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Morfologi ikan nila menurut Surahman, et al. (2022), adalah ikan nila yang
mempunyai bentuk tubuh yang memanjang serta melebar dan pipih. Interior ikan
nila tersusun oleh mulut yang dilengkapi dengan dua pasang bibir yang simetris.
Ikan nila dilengkapi dengan berbagai sirip yakni sirip punggung, sirip ekor, sirip
anal, sirip pectoral dan sirip ventral. Sirip ekor ikan nila berbentuk simetris
sehingga dapat digolongkan sebagai bentuk homocercal. Ikan nila juga memiliki
dua pasang sungut di bagian interiornya. Sisik ikan nila berfungsi sebagai
pelindung dari benda-benda asing yang ingin masuk kedalam tubuhnya. Ikan nila
Lobster air tawar banyak terdapat di danau, rawa, dan sungai. Secara
sebagai berikut:
Filum : Arthropoda
Kelas : Malacostrada
Famili : Parastacidae
Ordo : Decapoda
Genus : Cherax
salah satu genus yang tergolong kedalam kelompok udang (Crustacea) air tawar
yang memiliki siklus hidup hanya di lingkungan air tawar. Habitat lobster air tawar
(Cherax sp) antara lain danau, rawa atau sungai yang berlokasi di daerah
pegunungan. Sifat yang dimiliki dari lobster air tawar bersifat endemik, karena
terdapat spesifikasi pada spesies lobster air tawar yang ditemukan di habitat
tertentu. Nama lokal lobster air tawar ini merupakan Tako, sedangkan nama
latinnya adalah Cherax quadricarinatus. Genus ini memiliki ciri-ciri tubuh yang
terbagi meliputi warna tubuh ditutup dengan hitam, putih-putihan, hijau, kuning
kemudian warna capitnya hitam, putih-putihan dan sedikit bercak kemerahan.
Bagian cephalothorax pada lobster air tawar berwarna hitam polos dan sedikit
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Synbranchoideae
Famili : Synbranchidae
Genus : Monopterus
tubuh belut sawah (Monopterus albus) berbentuk silindris dengan seluruh bagian
tubuh mengeluarkan lendir. Belut jantan dan betina memiliki perbedaan tubuh
yang terlihat cukup jelas. Morfologi belut jantan dan betina memiliki ukuran yang
berbeda, belut jantan rata-rata memiliki ukuran bagian tubuh lebih besar
dibandingkan dengan belut betina yang memiliki ukuran bagian tubuh yang lebih
kecil. Belut jantan memiliki ukuran yang lebih besar dari betina di bagian-bagian
seperti, ukuran anterior nostril, panjang dari ujung depan rahang atas sampai
posterior nostril, panjang total, panjang badan, dan ukuran lebar mulut. Belut
betina juga memiliki beberapa bagian yang dinyatakan lebih besar dari Belut
jantan, bagian-bagiannya yaitu, lebar badan bagian vent dan panjang ekor,
panjang rahang atas, panjang kepala, dan sudut bukaan mulut sampai belakang
persatuan waktu baik individu maupun komunitas. Perubahan itu terjadi pada
keseluruhan tubuh atau organ-organ tertentu dan jaringan, serta dapat menjadi
jaringan. Pola pertumbuhan ikan dapat diketahui melalui hubungan panjang total
(mm) dan bobot total (g). Pertumbuhan merupakan pertambahan panjang dan
berat ikan yang dapat dilihat dari perubahan ukuran panjang dan berat dalam
ukuran dan bobot yang terjadi pada setiap individu ikan seiring dengan
eksternal. Pertumbuhan internal ikan dipengaruhi oleh umur ikan, genetik ikan
serta kinerja organ yang terdapat didalam tubuh ikan. Faktor eksternal yang
parasit, penyakit yang terdapat pada tubuh ikan. Faktor eksternal yang
hidupnya atau kualitas air dari habitat hidupnya. Proses pertumbuhan ikan akan
nutrisi, kolam, suhu, salinitas, musim, dan aktivitas fisik, karena ikan bersifat
poikiloterm dan hidup di air lingkungan budaya yang memiliki pengaruh kuat.
yang disebabkan pasokan makan. Pemberian makan saja tidak akan cukup
dapat memengaruhi tubuh ikan budidaya. Memelihara ikan nila larasati dari air
tawar ke air payau (tambak) berpengaruh terhadap pertumbuhan dan cita rasa
ikan.
Ikan nila nirwana menurut Siegers, et al. (2019), merupakan salah satu
strain ikan yang termasuk baru, jenis ikan nila (Oreochromis niloticus) ini memiliki
Faktor internal ini termasuk genetika, jenis kelamin, usia, dan penyakit. Aksi
hormon pengaruh faktor eksternal jika lingkungan tidak sesuai dengan toleransi
dengan berat dalam tubuh ikan. Bisa juga diartikan sebagai pertumbuhan
badan ikan lebih cepat dibandingkan dengan berat badan pada ikan. Allometrik
sebagai pertumbuhan bertahap panjang atau berat ikan dari waktu ke waktu.
Panjang dan berat pada ikan dapat dilakukan dengan cara diukur. Pertumbuhan
isometrik dan pertumbuhan allometrik telah digunakan untuk menjelaskan
hubungan yang erat antara panjang dan berat pada ikan. Panjang dan berat ikan
antara individu atau populasi. Informasi ini dapat digunakan untuk menentukan
seperti perkembangan gonad. Pola panjang dan berat secara tidak langsung
Panjang dan berat ikan menurut Arfiati, et al. (2022), dipengaruhi oleh
variabel internal seperti genetika dan fisiologis. Pengaruh oleh variabel eksternal
seperti suhu, makanan, dan air. Lokasi pengambilan sampel ikan, keterwakilan
sampel ikan yang diperoleh, dan kemungkinan tekanan penangkapan ikan yang
panjangnya. Rasio panjang terhadap berat ikan dapat berfungsi sebagai proksi
untuk tahap ekologi suatu organisme dalam siklus hidupnya. Koneksi allometrik
dan isometrik satu populasi mungkin berbeda dari yang lain karena banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, I. Y. (2006). Usaha Budi Daya Lobster Air Tawar di Rumah. Jakarta
Selatan: AgroMedia.
Balukh, R., N., Rahardjo, P., Maulita, M. (2020). Aspek Biologi Ikan Julung-
Julung (Hemiramphus lutkei) di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.
Buletin JSJ. 2 (2),57-68.
http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/JSJ
Djunaedi, A., Pribadi, R., Hartati, R., Redjeki, S., Astuti, R. W., & Septiarani, B.
(2016). Pertumbuhan Ikan Nila Larasati (Oreochromis niloticus) di
Tambak dengan Pemberian Ransum Pakan dan Padat Penebaran yang
Berbeda. Jurnal Kelautan Tropis, 19(2), 131-142.
https://doi.org/10.14710/jkt.v19i2.840
Nova, T. S. D., Yudha, I. G., & Adiputra, Y. T. (2020). Identifikasi Calon Induk
Belut Sawah Monopterus albus (Zuiew, 1793) Jantan dan Betina untuk
Pembenihan dengan Morfometrik Truss. Jurnal Perikanan Unram, 10(2),
167-174.
https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.210
Salim, G., Firdaus, M., & Heriyana. (2019). Analisis Hubungan Panjang, Berat
dan Faktor Kondisi Ikan Tempakul (Periopthalmus barbarus) di Kawasan
Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) Kota Tarakan. Jurnal
Harpodon Borneo. 12(1), 20-32.
https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.210
Siegers, W. H., Prayitno, Y., & Sari, A. (2019). Pengaruh Kualitas Air Terhadap
Pertumbuhan Ikan Nila Nirwana (Oreochromis sp.) pada Tambak Payau.
The Journal of Fisheries Development, 3(2), 95-104.
Sofian, Syaeful, A., Merza, S. (2019). Kinerja Pertumbuhan Ikan Gabus (Channa
striata) dengan Suplementasi Astaxanthin pada Level Berbeda. Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia, 7(2), 77-85.
Surahman, E., Sujarwanto, E., & Mahmudah, I. R. (2022). Budi Daya Ikan Nila.
Madiun: Bayfa Cendekia Indonesia.
(FEKUNDITAS)
NIM : 225080500111047
KELOMPOK :3
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2023
BAB I. PENDAHULUAN
hingga produksi dan persoalan stok untuk rekruitmen. Fekunditas pada ikan
betina terdapat pada telur yang berada di bagian ovarium. Fekunditas secara
tidak langsung dapat digunakan untuk menentukan jumlah anak ikan yang
dihasilkan dan dapat menentukan jumlah anak ikan yang berada dalam kelas
individu, fekunditas relatif, dan fekunditas mutlak. Semua jumlah telur yang
terkandung dalam ovarium ikan betina biasa disebut fekunditas individu. Semua
ukuran dan masing-masing telur harus dihitung dalam waktu yang sama.
disebabkan oleh berbagai faktor. Fekunditas ikan dipengaruhi oleh faktor ukuran,
umur, spesies ikan, dan pengaruh lingkungan seperti habitat dan ketersediaan
nutrisi. Faktor berat induk juga bisa mempengaruhi fekunditas karena berat induk
memiliki kaitan dengan berat gonad. Berat gonad dapat ditentukan dengan cara
dengan pra pemijahan. Nilai fekunditas akan terus meningkat, apabila gonad
semakin berat.
Fekunditas menurut Kordi dan Tamsil (2010), dibagi kedalam empat
dan fekunditas total. Fekunditas individu biasanya diterapkan pada ikan yang
mengalami pemijahan tahunan atau pemijahan satu tahun sekali. Ikan pada
pemijahan tahunan mengandung telur dari berbagai tingkat dan akan lebih sulit
menentukan telur yang benar-benar dikeluarkan pada tahun yang akan datang.
Fekunditas total merupakan jumlah telur yang dihasilkan ikan pada saat ikan
tersebut hidup, sedangkan untuk fekunditas relatif merupakan jumlah telur per
dengan berat ikan, karena berat pada ikan lebih mendekati ikan itu daripada
panjang ikan.
persoalan stok untuk rekruitmen. Fekunditas pada ikan betina terletak pada telur
yang terdapat di ovarium dan dapat digunakan untuk menentukan jumlah anak
ikan yang dihasilkan dan berada dalam kelas umur yang sama. Faktor-faktor
seperti ukuran, umur, spesies ikan, dan lingkungan seperti habitat dan
fekunditas relatif, dan fekunditas total, yang memiliki perhitungan yang berbeda
adalah:
1. Mengetahui secara makroskopis organ-organ baik secara eksternal
1.2.2 Tujuan
adalah:
Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Barreras dan Arroyo (2019), adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Superclass : Pisces
Class : Actinopterygii
Order : Siluriformes
Family : Clariidae
Genus : Clarias
Morfologi ikan lele dumbo menurut Hasan, et al. (2020), adalah ikan lele
dumbo memiliki bentuk tubuh luar yang memanjang, bentuk kepala pipih dan
tidak bersisik. Lele dumbo memiliki sungut yang memanjang yang terletak di
sekitar kepala sebagai alat peraba ikan. Ikan lele dumbo mempunyai lima sirip
yaitu sirip ekor, sirip punggung, sirip dada, dan sirip dubur. Ikan lele dumbo
memiliki patil tidak tajam dan giginya tumpul. Ikan lele dumbo memiliki insang
organ) yang terletak pada insang bagian atas. Ikan lele disajikan pada Gambar 1.
Sumber: Liswahyuni, et al. (2021)
Gambar 1. Ikan Lele Dumbo
telur matang yang dikeluarkan induk betina pada saat masa pemijahan, karena
reproduksi pada ikan. Besar kecilnya fekunditas pada ikan dipengaruhi oleh
faktor pakan yang disediakan, ukuran panjang serta berat ikan, serta diameter
telur dan faktor lingkungan. Fekunditas secara tidak langsung dapat menaksir
jumlah anak ikan yang akan dikeluarkan atau dihasilkan saat memijah. Jumlah
telur yang dikeluarkan atau dihasilkan merupakan satu rantai penghubung antara
fekunditas adalah sebagai bagian studi sistematis atau studi mengenai ras.
sebagainya. Fekunditas secara tidak langsung dapat menaksir jumlah anak ikan
yang akan dikeluarkan atau dihasilkan saat memijah. Telur dengan jumlah yang
antara lain adalah kondisi ikan ketika epitel germinal diletakkan turun selama
akan bertelur setiap tahun dipisahkan dari massa ovum yang sedang
berkembang. Faktor lainnya bisa terjadi saat oosit primer sedang dibentuk setiap
tahun. Telur dengan jumlah yang dihasilkan pada fekunditas berhubungan erat
dengan berat rata-rata ovarium. Fekunditas yang lebih baik mengacu pada
yakni panjang atau berat. Ukuran ikan yang semakin besar, maka jumlah telur
pada ikan semakin banyak. Besar atau kecilnya tubuh ikan dapat dijadikan
indikator pada ukuran fekunditas. Ikan yang semakin besar, maka jumlah telur
pada ikan semakin banyak. Makanan ikan dengan jumlah dan jenis yang
Makanan yang baik akan mudah dimanfaatkan oleh ikan sehingga menyebabkan
adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang dikeluarkan pada tahun itu pula.
Fekunditas total diartikan sebagai jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan selama
hidupnya. Fekunditas relatif adalah jumlah telur persatuan bobot atau panjang.
Fekunditas memegang peran penting dalam menentukan kelangsungan dan
Fekunditas relatif menurut Ma’ruf, et al. (2020), adalah jumlah telur per
satuan berat atau panjang. Fekunditas total diartikan sebagai jumlah telur yang
telah dihasilkan oleh ikan selama hidupnya. Ikan-ikan yang tua dan besar
lebih tinggi dibanding dengan fekunditas individu. Fekunditas relatif akan menjadi
dengan dua cara, yaitu alami dan buatan. Pemijahan buatan dilakukan dengan
cara menyuntikkan ovaprim pada induk ikan jantan dan induk ikan betina yang
telah matang gonad. Dosis ovaprim yang disuntikkan ke induk yang telah matang
gonad sebanyak 0,5 mL/kg. Proses membutuhkan waktu selama 12 jam dari
waktu setelah penyuntikan ovaprim. Proses selanjutnya induk yang telah disuntik
ovaprim dan rentang waktu 12 jam, induk ikan dilakukan stripping untuk
mendapatkan telur dari induk betina dan sperma dari induk jantan. Spermatozoa
dari induk jantan dimasukkan pada microtube dan dicampur dengan 25 milimikro
buatan pada ikan dengan cara pengambilan sperma dan telur secara manual.
Metode ini dilakukan dengan mengerut bagian perut sampai ke arah genital
dengan secara perlahan sampai mengeluarkan cairan sperma untuk induk jantan
dan mengeluarkan telur untuk induk betina. Telur yang sudah dikeluarkan
dengan telur induk betina dicampurkan dengan sperma dari hasil stripping induk
jantan.
sempit melintang yang akan dipelajari atau diselidiki. Sampel yang diamati
berada pada petak pengamatan yang dipasang, akan dicatat jenisnya dan
berukuran 10x10 cm menggunakan sampel telur ikan yang akan dihitung. Jumlah
telur ikan yang digunakan adalah telur yang telah dikeluarkan sebanyak 109.890
butir dan telur yang tidak dibuahi 9.084 butir yang memiliki nilai Fertilization Rate
banyaknya butir telur yang terkandung pada gonad betina. Parameter yang biasa
digunakan untuk mengukur potensi reproduksi adalah ovari ikan betina. Ovari
ikan betina mengandung banyak telur yang dapat dihitung dengan sangat
mudah. Nilai fekunditas biasanya dipengaruhi oleh panjang dan bobot tubuh
sebagai berikut:
𝐹 = 𝐵𝑔/𝐵𝑓 𝑥 𝐹𝑠
Keterangan:
Pemijahan pada ikan menurut Boys, et al. (2016), ada dua cara yaitu
alami dan buatan. Pemijahan alami pada ikan ketika bertemunya induk betina
dan induk jantan yang telah matang gonad, induk betina yang mengeluarkan sel
telur dan induk jantan yang mengeluarkan sel sperma. Pemijahan buatan
mengeluarkan telur akan di induksi oleh sel sperma dari induk jantan. Tempatkan
telur pada ember 15 liter dan dibiarkan terbuka. Dalam waktu 24 jam ambil telur
dengan menggunakan tabung vinil. Simpan telur pada toples 700 ml dengan
posisi diangin-anginkan.
akan pecah dan menjadi lebih sedikit. Alternatif lain untuk pengawetan telur
dalam kulkas dengan suhu 3,8ºC. Metode pembekuan juga memungkinkan untuk
mendapatkan hasil perhitungan yang akurat mengenai berat telur dan fekunditas
yang mutlak.
2.8 Sifat-Sifat Telur
Telur ikan menurut Baharuddin, et al. (2016), salah satu sifatnya yaitu
dengan yang lain. Telur ikan yang berada di tengah akan lebih mudah
mengalami kematian. Telur ikan akan tertutup oleh telur ikan yang lain, sehingga
sulit mendapatkan oksigen. Telur ikan yang memiliki sifat adhesive kebanyakan
hidup pada perairan air tawar, seperti telur ikan lele. Sifat telur ikan yang lain
adalah non adhesive atau tidak menempel, seperti telur ikan salmon dan ikan
tawes.
Sifat telur pada ikan menurut Kordi dan Ghufran (2009), yaitu melayang
dan adhesive. Telur ikan yang memiliki sifat melayang biasa dikenal dengan telur
demersal. Telur ikan termasuk non adhesive, yakni melayang di sekitar dasar
perairan. Alat bantu untuk melindungi telur-telur ikan sangat diperlukan. Kolam
perairan untuk kehidupan ikan jika digerakkan menyebabkan telur yang sudah
tenggelam akan kembali melayang. Telur ikan dibedakan menjadi dua, yakni
yang tidak membutuhkan media dan membutuhkan media. Telur ikan yang
Hubungan fekunditas dengan panjang dan berat ikan menurut Fatah dan
Adjie (2016), adalah bahwa fekunditas dengan panjang tubuh ikan berbanding
yang dimiliki ikan maka akan semakin besar pula fekunditasnya. Hubungan
fekunditas yaitu berbanding lurus. Berat bobot ikan yang semakin besar
menunjukan besarnya fekunditas dari ikan tersebut. Ikan dengan fekunditas yang
besar dapat ditemukan pada ikan yang memiliki panjang dan bobot yang besar
pula, sehingga untuk mencari indukan ikan yang memiliki fekunditas yang besar
ditandai dengan perbandingan berat gonad dan ukuran telur ikan yang signifikan
dimana (P<0,05). Hubungan fekunditas akan berkaitan erat dari panjang total
dan panjang standar pada ikan. Fekunditas berikatan lemah dengan panjang
total dan panjang standar, tetapi akan berikatan negatif antara kematangan
gonad dan faktor-faktor lain seperti, variasi ukuran, variasi telur, bervariasi
panjang total dan faktor lingkungan. Variabel tersebut akan saling berhubungan
dengan fekunditas dan berat gonad yang paling tinggi, dan berikatan dengan
panjang total dan panjang standar. Penelitian ini menunjukkan bahwa 50% ikan
Banyak jumlah telur yang dikeluarkan sebanyak 10.965 dengan ukuran panjang
tubuh 26 cm, berat badan 154 gram, berat gonad 9 gram, dan diameter telurnya
1,3 mm. Fekunditas ikan betina yang memiliki skala kecil mempunyai jumlah telur
yang dikeluarkan sebanyak 1820 dengan ukuran panjang tubuh 22 cm, berat
Anjani, F. D., Adi, W., & Utami, E. (2018). Aspek Reproduksi Ikan Selar Kuning
(Selaroides leptolepis) yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Sungai Liat. Jurnal Sumberdaya Perairan, 26-34.
Apriadyanti, M., Sugihartono, M., & Ghofur, M. (2022). Fekunditas Ikan Betok
(Anabas testudineus. Bloch) yang Diinduksi dengan HCG dan Hipofisa
Ayam Broiler. Jurnal Akuakultur Sungai dan Danau, 7(1), 50-54.
Barreras, R. R. & Arroyo, C. Z. (2019). The First Record of the African Catfish
Clarias gariepinus (Burchell, 1822) in Puerto Rico. International Journal of
Aquatic Science, 10(2), 98-100.
Boys, C. A., Robinson, W., Miller, B., Pflugrath, B., Baumgartner, L. J., Navarro,
A., Brawn, R. & Deng, Z. (2016). How Low Can They Go When Going
with the Flow? Tolerance of Egg and Larval Fishes to Rapid
Decompression. Biology open, 5(6), 786-793.
https://doi.org/10.1242/bio.017491
Dayani, P., Puspitasari, D., Dodianto, & Novriadi. (2018). Pemijahan Ikan Lele
Sangkuriang (Clarias gariepinus var) di Pusat Pembenihan Ikan Kerasaan
UPT Budidaya Ikan Air Payau dan Laut Sumatera Utara. Jurnal
Budidaya Perairan, 9-14.
Fatah, K., & Adjie, S. (2016). Biologi reproduksi ikan betutu (Oxyeleotris
marmorata) di waduk kedungombo propinsi jawa tengah. BAWAL Widya
Riset Perikanan Tangkap, 5(2), 89-96.
Hadie, W., Kusrini, E., Priyadi, A., & Alimuddin, A. (2016). Penyisipan Gen Warna
pada Ikan Carassius auratus Menggunakan Metode Elektroforasi Dalam
Upaya Meningkatkan Kualitas Ikan Hias. Jurnal Riset Akuakultur, 5(3),
335-343.
https://doi.org/10.15578/jra.5.3.2010.335-343
Kordi, M. G. H., & Tamsil, A. (2010). Pembenihan ikan laut ekonomis secara
buatan. Yogyakarta: Lily Publisher.
Lubis, E. S., Sukendi, & Nuraini. (2022). Pengaruh Pencucian Telur Ikan Baung
(Hemibagrus nemurus) dengan Larutan Susu Bubuk Dancow Full Cream
terhadap Daya Rekat, Angkat, Pembuahan, Penetasan Telur dan
Kelulushidupan Larva. Jurnal Akuakultur Sebatin, 3(1), 1-13.
Manurung, V. R., Siregar, R. F., Hasibuan, J. S., & Mujtahidah, T. (2022). Studi
Pengamatan Pemijahan Metode Semi Alami Parameter Fekunditas,
Pembuahan, Daya Tetas Telur dan Sintasan Larva Ikan Koi (Cyprinus
carpio) di Desa Perbarakan, Deli Serdang: Studi Pengamatan Pemijahan
Metode Semi Alami. AQUACOASTMARINE: Journal of Aquatic and
Fisheries Sciences, 1(1), 1-6.
https://doi.org/10.32734/jafs.v1i1.8610
Ma’ruf, M. M., Syarif, A. F., & Bidayani, E. (2020). Performa Reproduksi Ikan
Betok (Anabas testudineus) Betina dengan Pemberian Pakan Buatan
Berbahan Baku Tepung Keong Mas (Pomacea canaliculata). Jurnal
Perikanan, 10(2), 92-111.
https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.130
Mitchell, S. M., Dadswell, M. J., Ceapa, C., & Stokesbury, M. J. (2020). Fecundity
of Atlantic Sturgeon (Acipenser oxyrinchus, Mitchill 1815) Captured by the
Commercial Fishery in the Saint John River, New Brunswick, Canada.
Journal of Applied Ichthyology, 36(2), 142-150.
https://doi.org/10.1111/jai.14027
Paul, G. M., Nath, P., & Dutta, A. (2022). Length-weight Relationship, Relative
Condition Factor and Fecundity of Notopterus Notopterus (Pallas, 1769)
From River Brahmaputra in Dhubri, Assam, India. Journal of
Fisheries, 10(3), 1-7.
https://doi.org/10.17017/j.fish.398
Ramadhan, R., & Sari, L. A. (2018). Teknik Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus
carpio) Secara Alami di Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Budidaya
Air Tawar (UPT PBAT) Umbulan, Pasuruan. Journal of Aquaculture and
Fish Health, 7(3), 124-132.
https://doi.org/10.20473/jafh.v7i3.11261
Slamat., Krisdianto., & Anshary, P. (2018). Bioekologi dan Reproduksi Ikan Betok
(Anabas testudineus Bloch 1792) di Rawa Monoton. Banjarmasin:
Muhammadiyah Banjarmasin University Press.