mampu hidup di air tawar atau hidup di darat. Hewan-hewan ini juga sangat khas
Enchinodermata kurang lebih 141 spesies Teripang, 87 spesies Bintang Laut, 142
spesies Bintang Ular, 84 spesies Bulu Babi dan 91 spesies Lilia Laut (Nontji,
2005: 201).
Kelompok Echinodermata dapat hidup menempati berbagai macam substrat
yang merupakan habitat mereka, seperti zona rataan terumbu, daerah pertumbuhan
algae, padang lamun, koloni karang hidup, karang mati dan beting karang
(rubbles dan boulders) (Eddy, 2012:186). Secara umum di dalam ekosistem laut
dangkal. Hal ini dikarenakan larva dari Echinodermata, terutama bintang laut dan
bulu babi, bersifat pelagis, dan biasa berenang sampai jarak yang jauh untuk
komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies sama
dan hampir sama. Sebaliknya jika suatu komunitas disusun oleh sedikit spesies
dan jika hanya sedikit spesies yang dominan maka keanekaragaman jenisnya
2012:8). Secara geografis Pulo Aceh langsung berbatasan dengan perairan laut
kecil yang berada dalam kawasan Pulo Aceh memiliki potensi sumberdaya alam
1
pesisir yang sangat indah serta keanakaragaman hayati yang tinggi sehingga
(Halim, 2013:2). Salah satu pulau yang terdapat dalam gugusan pulau aceh yaitu
Pulau Nasi.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di kawasan perairan
Pulau Nasi Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar. Pulau Nasi memiliki
beberapa pantai yang di dalamnya terdapat berbagai spesies, salah satunya banyak
ditemukan spesies dari filum Echinodermata yang terdiri dari bintang ular laut,
bintang laut, bulu babi, dan teripang. Sampai saat ini belum ada informasi
Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar. Data mengenai keanekaragaman spesies dan
secara khusus dan Provinsi Aceh pada umumnya, Selain itu dapat juga
tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan judul Keanekaragaman
Besar.
Aceh Besar?
2
3. Bagaimanakah ciri-ciri spesies Echinodermata berdasarkan karakteristik
substrat yang ada di perairan Pulau Nasi Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten
Aceh Besar?
lainnya.
3
Perairan Pulau Nasi
4
2. Echinodermata merupakan salah satu filum dari hewan invertebrata.
derma, kulit).
3. Keanekaragaman adalah gabungan antara kekayaan jenis dan kemerataan
dalam satu nilai tunggal atau sebagai jumlah jenis diantara jumlah total
Semakin besar nilai dominasi suatu jenis maka besar pula pengaruh
antara ujung Barat Pulau Sumatra dengan Pulau Breueh. Berdasarkan titik
2.1 Echinodermata
2.1.1 Ciri Morfologi
Echinodermata merupakan hewan-hewan laut yang memiliki kulit berduri
laut), Ophiuroidae (bintang mengular), Echinoidea (bulu babi dan dolar pasir),
tonjolan kerangka dan duri yang memiliki berbagai fungsi, bentuk tubuh ada yang
5
seperti bintang, bulat, pipih, dan bulat memanjang. Yang khas dari echinodermata
adalah system pembuluh air (water vascular system), suatu jaringan saluran
hidrolik yang bercabang menjadi penjuluran yang disebut kaki tabung (tube feet)
yang berfungsi dalam lokomosi, makan, dan pertukaran gas (Lariman, 2011:208).
Tubuh Echinodermata tidak memiliki segmen, simetri radial (dewasa),
simetri bilateral ketika masih dalam bentuk larva (Rusyana, 2011: 117). Hewan ini
memiliki kemampuan autotomi serta regenerasi bagian tubuh yang hilang, putus,
atau rusak. Semua hewan yang termasuk kedalam filum ini mempunyai
endoskeleton dari zat kapur dengan tonjolan di tubuhnya berupa duri (Jasin,
1982:80).
dalam sumbu oral- aboral. Tubuh tertutup epidermis tipis yang menyelubungi
rangka mesodermal. Rangka terletak di bagian dalam dan terdiri atas osicele atau
pelat-pelat kapur yang dapat digerakkan atau tidak dapat digerakkan. Permukaan
tubuh tersusun menjadi lima bagian yang simetris, terdiri atas daerah ambulakral
tidak ada kaki tabungnya. Rongga tubuh atau selom luas dan dilapisi peritoneum
pembuluh air (water vascular system), suatu organ yang tidak terdapat pada
avertebrata lain. Sistem pembuluh air terdiri dari madreporit, saluran batu (stone
canal), saluran cincin (ring canal), saluran radial (radial canal), saluran lateral
mempunyai kantung polian (polian vesicle) pada saluran cincin (Aulia, 2011:6).
6
babi dan dolar pasir), Crioidea (lili laut dan bintang bulu), Holothuroidea
sistem pencernaan yang lengkap. Makanan berupa bahan organik dan plankton
masuk melalui mulut menuju esofagus dan lambung yang bercabang menuju
setiap lengan. Sisa pencernaan akan dikeluarkan melalui anus yang terdapat pada
aboral (bagian dorsal) tubuh. Bintang laut termasuk hewan yang mempunyai daya
regenerasi yang tinggi. Bila satu lengan terpotong maka bagian yang hilang akan
segera dibentuk kembali dalam beberapa waktu. Mereka biasa hidup membentuk
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari beberapa individu. Hewan ini kadang
tidak terlihat dari permukaan air karena bersembunyi dengan cara membenamkan
bintang dengan lima bagian yang simetri radial. Terdapat duri-duri dengan
berbagai ukuran pada seluruh permukaan kulit tubuh asteroidean baik pada bagian
oral maupun aboral dan pada sekitar dasar duri terdapat bentuk jepitan pada
ujungnya yang disebut pedicellaria. Pada salah satu bagian antara dua bagian
tubuh radial atau lengan terdapat lempeng saringan madreporit berfungsi sebagai
tempat masuknya air dalam sistem vascular air atau ambulakral. Anus terdapat di
tengah bagian dorsal sedangkan mulut di bagian oral. Penyokong tubuh tersusun
batu, saluran gelang (saluran cincin), badan teidemann yang berfungsi untuk
pengisi cairan selom yang berfungsi untuk respirasi, sirkulasi, dan ekskresi.
Kemudian terdapat 4 buah gelembung poli, lima saluran radial, saluran transversal
7
yaitu saluran yang menghubungkan antara saluran radial, dan ampulla. Kemudian
bintang laut dapat ditemukan di daerah pasang surut hingga ke perairan yang
lebih dalam dan dapat juga dijumpai di sepanjang pesisir laut ada juga
Tamaria dan Asterina dapat dijumpai di bawah pecahan karang mati atau
menetap di bawah batu dan lamun adalah spesies Aseterina gibbosa, dan di
mengemukakan bahwa spesies yang paling sering dijumpai untuk bintang laut
laut ini termasuk kedalam filum ekhinodermata. Hewan ini merupakan salah satu
8
berbentuk cakram, yang dilindungi oleh cangkang kapur berbentuk keping
(ossicle) dan dilapisi dengan granula dan duri-duri. Di dalam tubuh (disk) terdapat
berbagai organ seperti gonad, saluran pencernaan dan sistem pembuluh air. Dari
tubuh yang berbentuk cakram ini secara radial tumbuh 5 atau lebih tangan-tangan
ini kadang-kadang mirip gerakan ular, oleh sebab itu biota ini dikenal dengan
terdapat pada perairan dengan suhu antara 27oC – 30oC. Daya tahan terhadap suhu
pada laut dangkal dan dalam, bersembunyi di bawah bebatuan karang atau rumput
laut, menguburkan diri di salam lumpur atau pasir dan aktif pada malam hari.
Hewan ini berpindah tempat dengan gerakan yang mengular, memegang suatu
objek dengan satu lengan atu lebih, dan kemudian menghentakkanya. Hewan yang
berasal dari kelas ini adalah hewan yang dapat bergerak paling cepat. Tangannya
mudah putus dan memiliki daya regeberasi yang tinggi. Yusron (2010:75),
kedalaman, seperti zona rataan terumbu karang, daerah pertumbuhan alga, padang
lamun, koloni karang hidup dan karang mati, serta berbagai macam kedalaman
mulai dari kedalaman 1 meter sampai ribuan meter. Menurut Anonymous, 2013
dalam Mawaddah (2013:12), spesies yang paling sering ditemukan dalam kelas
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Stelleroidea
Ordo : Ophiurida
Famili : Ophiocomidae
Genus : Ophiocoma
9
Species : Ophiocoma wendtii
10
3. Kelas Echinoidea
Bulu babi umumnya hewan nocturnal atau aktif di malam hari, sepanjang
siang mereka bersembunyi di celah-celah karang dan keluar pada malam hari
untuk mencari makanan (Zakaria, 2013: 384). Bulu babi di padang lamun bisa
hidup soliter atau hidup mengelompok, tergantung kepada jenis dan habitatnya
kesamaan dengan bintang laut, hanya saja lima bagian tubuh mereka tersembunyi
di dalam kulit luar yang bulat. Bulu babi atau urchin memiliki duri yang cukup
berbahaya. Mereka hidup dari makanan yang terdapat pada rumput laut, mereka
juga memakan Moluska dan hewan Invertebrata yang lainnya”. Beberapa spesies
makanan kecil. Anus terletak di pusat tubuh pada permukaan aboral. Sedangkan
mulut yang dilengkapi oleh lima buah gigi terletak di daerah oral dan madreporit
secara umum ditemukan pada habitat rataan terumbu karang, pasir berbatu, batu
berpasir dan daerah lamun. Budiman dkk. (2014: 99) menyatakan bahwa pada
daerah terumbu karang terdapat kepadatan yang tinggi bulu babi. Berdasarkan
11
12
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa substrat yang berada pada lokasi
(2009:50), spesies yang paling sering ditemukan untuk kelas Echinoidea adalah
4. Kelas Crinoidea
Hewan kelas Crinoidea mempunyai bentuk seperti bunga lili yang bisa
hidup di dalam laut dengan kedalaman 3.648 m. Tubuh berbentuk seperti cangkir
yang disebut calyx yang tersusun dari lempengan kapur. Dari calyx tersembul lima
lengan yang lentur dengan tentakel yang pendek dimana masing-masing memiliki
pinullae yang banyak sekali sehingga menyerupai bulu burung yang terurai.
Beberapa jenis lilia laut memiliki stalk atau tangkai yang berfungsi untuk melekat
pada dasar laut atau substrat. Mulut terletak pada daerah oral, sedangkan anus
pada daerah aboral. Pada bagian oral terdapat lekukan ambulakral yang berisi
13
tentakel seperti kaki bulu, fertilisasi berlangsung secara internal, bahkan zigot
berkembang di dalam tubuh. Sistem pembuluh air sederhana, tidak ada madreporit
maupun ampula. Saluran cincin mengelilingi mulut, saluran batu pendek dan
Ciri memiliki fungsi untuk memegang objek. Tidak mempunyai madrporit, duri,
dan pediselaria. Pada bidang oral setipa lengan memiliki lekukan ambulakral yang
ditandai dengan garis bersilia dan berisi tetakel seperti kaki buluh yang berfungsi
Rusyana juga mengatakan bahwa jenis kelamin pada crinoidae ini terpisah. Gonad
bisanya terdapat dalam pinnula. Beberapa crinoidea melepas telur ke dalam air,
tetapi ada juga yang menahan tetap pada pinnula sampai menetas. Larva ada
dapat hidup pada kedalaman mulai dari 10-2.100 meter. Pada dasar laut, Lilia laut
dapat hidup dengan cara memakan plankton dan partikel lainnya dengan bantuan
bulu yang terdapat pada tiap lengannya. Lilia laut berpindah dengan merangkak
dari satu substrat ke substrat yang lain. Klasifikasi Kelas Crinoida (Gambar 2.4)
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Crinoidea
Ordo : Articulata
Famili : Antedonidae
Genus : Antedon
Spesies : Antedon mediterranea
14
5. Kelas Holoturoidea
Menurut Husain (2017:178) Teripang (Holothuroidea) atau Timun laut
teripang secara umum ialah seperti ketimun sehingga dalam bahasa Inggris
sebagai sumbu tubuh terlipat oleh kulit yang mengandung ossicula yang
julurkan dan ditarik kembali. Holothuroidea meletakkan diri dengan bagian dorsal
di sebelah atas. Kaki ambulakral dapat berkontraksi dan berfungsi sebagai alat
respirasi. Daerah ventral terdapat tiga daerah kaki ambulakral yang memiliki alat
hisap yang berfungsi untuk bergerak dan tiga baris pada posisi dorsal dipakai
untuk bernafas. Madreporit terletak dalam coelom. Pada hewan ini terdapat suatu
cincin saraf dan saraf-saraf radier. Teripang cepat bereaksi terhadap rangsangan.
Biasanya jenis kelamin terpisah namun ada juga yang hermaprodit dengan larva
merupakan salah satu kelompok biota laut yang spesifik dan mudah dikenal.
15
Bentuk tubuh teripang secara umum adalah silindris, memanjang dari ujung mulut
halnya Ekhinodermata lain, selain radial simetri tersebut, karakteristik lain adalah
adanya bentuk skeleton dan sistem saluran air (water-vascular system). Skeleton
pada teripang termodifikasi dalam bentuk spikula yang mikroskopis dan tersebar
dalam seluruh dinding tubuh. Bentuk spikula tersebut sangat penting dalam
(Theenota ananas), teripang dongnga (Stichopu sp), dan beberapa jenis teripang
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Holothuroidea
Ordo : Aspidochirotda
Famili : Holothuriidae
Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria edulis
16
6. Concentricycloidea
Menurut Campbell (2008:268) aster laut baru ditemukan pada tahun 1986
dan hanya 3 spesies yang sejauh ini dikenal yaitu pada periran dekat Selandia
Baru, kemudian di Bahama, dan di daerah Pasifik Utara). Semua jenis spesies ini
hidup pada kayu yang terendam air. Tubuh aster laut tidak memiliki lengan dan
biasanya berbentuk cakram. Kelas ini memiliki organisasi tubuh bersisi lima dan
berdiameter kurang dari satu sentimeter. Bagian tepi tubuhnya dikelilingi oleh
mengelilingi tubuhnya.
dideskripsikan dari Samudera Pasifik timur laut. Ini adalah spesies ketiga yang
dari Selandia Baru dan Xyloplax turnerae dari Bahama. Spesimen yang
dikeringkan dengan titik kritis menunjukkan jaringan ikat fibrosa yang muncul
dari pembukaan pada permukaan abactinal, pada basis tulang belakang abactinal,
dan pada potongan melintang yang patah pada duri ambulakral. Struktur seperti
17
knob yang muncul melalui celah-celah stereo dari tulang belakang abactinal juga
diamati. Kaki tabung memiliki kenop bulat, bengkak dan menunjukkan sedikit
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Concentricycloidea
Ordo : Peripodida
Family : Xyloplacidae
Genus : Xyloplax
Spesies : Xyloplax janetae
umumnya melibatkan individu jantan dan betina yang terpisah dan membebaskan
gametnya ke dalam air laut. Zigot yang dihasilkan berkembang menjadi larva
yang simetris bilateral bersilia akan berenang mengikuti massa air laut sehingga
radial yang mengalami reduksi, coelem dilapisi oleh peritoneum besilia, rongga
18
larva coelom ini berfungsi sebagai sistem vasculer air dengan kaki ambulakral
yang banyak digunakan untuk berjalan, menangkap mangsa atau respirasi. Sistem
Ambulakral disebut juga sistem pembuluh air. Sistem pembuluh air dimulai dari
cincin tersebut letaknya mengelilingi mulut yang kemudian bercabang satu buah
sistem pencernaan yang lengkap seperti mulut, usus dan anus. Ciri khas filum ini
adalah adanya bulu-getar yang berisi sel-sel kelenjar dan sel-sel indra. Pernafasan
dilakukan dengan kaki tabung atau organ respirasi yang menyerupai cabang
ameboid yang bergerak. Tidak memiliki sistem peredaran darah dan sistem saraf
primitif. Alat indra tidak berkembang dengan baik dan permukaan tubuh peka
yang sederhana telur dan spermatozoa dapat dikeluarkan tanpa bantuan kelenjar-
Resipirasi dilakukan dengan insang kecil atau papulae yang terkabul dari
Substrat dasar merupakan salah satu faktor ekologis utama yang dapat
kondisi lamun yang baik menyerupai padang rumput di daratan mempunyai fungsi
ekologis yang sangat potensial yakni berupa perlindungan bagi hewan invertebrata
dan hewan-hewan kecil, tempat pemijahan bagi biota-biota laut, dan sebagai
sumber makanan bagi organisme tersebut dalam bentuk detritus. Habitatnya pada
substrat pasir ada 2 jenis yaitu Holothuria atra, Holothuria leucospilota, dan pada
cahaya matahari, Holothuria atra menempeli badannya dengan butiran pasir halus,
pasir yang menempel pada tubuhnya akan memantulkan cahaya dan membuat
suhu tubuhnya lebih rendah (Elfidasari, Dewi., et al., 2012) berdasarkan penelitian
tersebut dipengaruhi karena faktor makanan dan cara hidup tiap jenisnya.
Sedangkan pada substrat karang atau bebatuan ada 6 jenis yaitu Echinometra
jenis ini merupakan salah satu komponen penting dalam hal keanekaragaman
fauna di daerah terumbu karang, hal ini dikarenakan terumbu karang berperan
sebagai tempat berlindung dan sumber pakan bagi fauna echinodermata. Secara
karang, terutama dalam rantai makanan (food web) karena biota tersebut sebagai
pemakan detritus dan predator yang berada pada terumbu karang (Yusron, 2009)
ekosistem laut dan bermanfaat sebagai salah satu komponen dalam rantai
21
mempunyai peran sebagai pembersih lingkungan laut terutama pantai. Selain itu
bersifat pemakan seston atau pemakan destritus, sehingga peranannya dalam suatu
ekosistem untuk merombak sisa-sisa bahan organik yang tidak terpakai oleh
spesies lain namun dapat dimanfaatkan oleh beberapa jenis Echinodermata. Bulu
babi merupakan makanan bagi berang-berang laut, ikan karang, jenis siput
tertentu dan bintang laut. Gonad bulu babi dikonsumsi penduduk Mediterania,
Amerika Selatan, Filipina, dan beberapa wilayah Indonesia seperti NTT dan
Kendari. Bahkan Jepang mengimpor gonad bulu babi dari berbagai penjuru dunia
dan mempunyai peternakan bulu babi yang luas. Beberapa dari Holothuroidea
(Suwignyo, 2005:131).
jumlah individu persatuan luas atau volume. Sedangkan kepadatan relatif adalah
relatif maka akan didapat juga nilai indeks dominansi. Sementara kepadatan jenis
dari pemerataan individu dalam tiap jenisnya. Kepadatan jenis dalam suatu
komunitas dinilai rendah jika pemerataannya tidak merata (Odum, 1993) dalam
Insafitri (2010:54).
yang ditemukan maka keanekaragaman akan semakin besar, meskipun nilai ini
keanekaragaman (H’) merupakan suatu angka yang tidak memiliki satuan dengan
sehingga hal ini menunjukkan kondisi perairan baik. Sebaliknya jika nilai H’
komunitas. Penguasaan atau dominasi spesies dalam komunitas bisa terpusat pada
satu spesies, beberapa spesies, atau pada banyak spesies yang dapat diperkirakan
(2018:139).
23
kelompok biota mendominansi kelompok lain. Dominansi yang cukup besar akan
Pulau Nasi adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah timur laut pulau
Sumatra dan di sebelah barat laut pulau Weh. Terletak di tengah-tengah antara
ujung barat pulau Sumatra dengan pulau Breueh. Berdasarkan titik koordinat,
termasuk dalam wilayah kecamatan Pulau Aceh, Kabupaten Aceh Besar. Pulau
Nasi memiliki lima desa, yaitu Lamteng, Deudap, Rabo, Pasi Janeng dan Alue
banyak dijumpai di seluruh pantai di Pulau Nasi yaitu terumbu karang baik
disebelah utara, barat, selatan, maupun timur. Bagian selatan Pulau Nasi
berbatasan langsung dengan perairan pulau breuh, sehinngga arus cukup kencang,
dan banyak dijumpai berbagi jenis ikan karang dan spesies yang beragam.
Terumbu karang di Pulau Nasi memiliki tipe fringing reef atau biasanya disebut
dengan terumbu karang tepi. Karang dapat ditemukan hingga kedalaman 15 meter.
sekitar pantai, yang umumnya membentuk suatu teluk, dan cekungan, seperti di
daerah Rabo dan sekitarnya hingga ke wilayah pantai bagian selatan. Pada lokasi
cekungan tersebut sebagian besar merupakan rawa yang dipengaruhi oleh pasang-
Di daerah pantai yang berada di Pulau Nasi ini biasanya terjadi pasang
surut yang terjadi pada waktu sore hari sampai malam hari. Pada pagi hari
biasanya pasang pada perairan Pulau Nasi sudah mulai surut informasi ini
perairan Pulau Nasi terdapat berbagai macam hasil laut yang beragam. Banyak
masyarakat di pulau ini mencari gurita, ikan karang dan beberapa lobster dan juga
di daerah Pulau Nasi ini banyak tsekali terdapat hewan invertebrate seperti
Echinodermata.
2.4 FaktorLingkungan
2.4.1 Suhu
intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dan udara sekelilingnya
dan juga faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di
dalam sirkulasi untuk mempelajari bagaimana kondisi air tersebut. Suhu suatu
rendahnya tingkat radiasi matahari, letak geografis, musim, kondisi awan. serta
proses interaksi antara air dan udara, seperti alih panas (heat), penguapan dan
hembusan angin. Kondisi yang hampir serupa berlaku untuk salinitas perairan.
meningkat menyebabkan aktivitas hewan dalam air menjadi naik dan laju
terhadap komposisi organisme dan kelimpahan karena semakin tinggi suhu air
maka semakin rendah kadar oksigen dalam air tersebut (Romimohtarto, 2005
2.4.2 Salinitas
Salinitas secara umum dapat disebut sebagai jumlah kandungan garam dari
suatu perairan yang dinyatakan dalam permil, kisaran salinitas air laut berada
antara 0-400/00 yang berarti kandungan garam berkisar antara 0-40 g/kg air laut.
Secara umum, salinitas permukaan perairan Indonesia rata-rata berkisar antara 32-
ukur pada skala satuan pH. Arti pH ialah logaritme negative konsentrasi ion
hydrogen yang di ukur dalam mol/liter (Rajab, 2016:5). Menurut Aziz, 1991
yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan
respirasi.
26
2.4.4. Arus
parameter yang sangat penting dalam lingkungan laut dan berpengaruh secara
langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan laut dan biota yang hidup
oleh banyak faktor, salah satu di antaranya adalah angin muson. Selain itu,
dipengaruhi juga oleh faktor suhu permukaan laut yang selalu berubah-ubah. Arus
laut adalah gerakan massa air dari suatu tempat (posisi) ke tempat yang lain. Arus
laut terjadi dimana saja di laut. Pada hakekatnya, energi yang menggerakkan
massa air laut tersebut berasal dari matahari. Sirkulasi dari arus laut terbagi atas
dua kategori yaitu sirkulasi di permukaan laut (surface circulation) dan sirkulasi
laut didominasi oleh arus yang ditimbulkan oleh angin sedangkan sirkulasi di
dalam laut didominasi oleh arus termohalin. Arus termohalin timbul sebagai
akibat adanya perbedaan densitas karena berubahnya suhu dan salinitas massa air
laut. Arus laut dapat juga terjadi akibat adanya perbedaan tekanan antara tempat
yang satu dengan tempat yang lain. Perbedaan tekanan ini terjadi sebagai hasil
adanya variasi densitas air laut dan slope permukaan laut. Densitas air laut
dengan cara membuat plot di perairan Pulau Nasi Kecamatan Pulo Aceh
Alat dan
No. Spesifikasi Jumlah Kegunaan
Bahan
1 Termometer Hermes 0 – 200 0C 1 Unit Pengukur Suhu Air
Atago Salinity 0 – Pengukur Salinitas
2 Refraktometer 1 Unit
100 ‰ Air
pH Tester 20
3 pH meter 1 Unit Pengukur pH Air
waterproof
Sony T-W 16 MP Untuk
Kamera
4 Series, Nikon 2 Unit Mendokumentasikan
waterproof
AW100 Echinodermata
Peralatan Alat Bantu
5 America Scuba 3 Set
snorkeling Menyelam
Menentukan Ukuran
6 Roll Meter ESSEN 100 m 1 Unit Plot Dan Jarak Antar
Plot
Mencatat Data Hasil
7 Alat tulis - 1 Set
Pengamatan
Mengukur
8 Secchi disk - 1 Unit
Kecerahan Air
9 Tali Rafia 1 Pack Untuk Membuat Plot
Mengukur Plot Dan
10 Meteran - 3 Unit
Spesies
11 Kertas Grafik - 2 Unit Mengukur Spesies
Mengambil Sampel
12 Pinset 2 Unit
Hewan
Mengambil Hewan
13 Penjepit 2 Unit
Sampel
Bahan
Kantong
13 1 Pack Meletakkan Spesies
Spesimen
Mmeletakkan
14 Tupperware 10 Unit
Spesies
Sebagai Bahan
15 Alkohol 4 Botol
Awetan
29
1 Lembar
16 Kertas Kalkir Ukuran Sebagai Kertas Label
A3
intertidal (tepi pantai) hingga kedalaman 5 meter yang ada di perairan pantai
pendekatan kuantitatif (mengukur dengan menggunakan alat atau perhitungan rumus) dan
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode jelajah atau explorer dengan
kondisi dan keadaan tempat penelitian atau karakteristik dari lokasi penelitian, sedangkan
jenis substratnya.
Pengumpulan data penelitian tentang keanekaragaman spesies dan tingkat
Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar diawali dengan penentuan lokasi di tempat
pengamatan. Penentuan lokasi dilakukan pada 5 tempat, yaitu Pantai Lamteng sebagai
stasiun 1, Rabo (Pantai Demit) sebagai stasiun 2, Rabo (Pantai Nipah) sebagai stasiun 3,
30
Deudap (Lhok Reudeup) sebagai stasiun 4, dan Pasi Janeng sebagai stasiun 5. Kemudian
setiap stasiun diletakkan sub lokasi yaitu substrat yang ditempati Echinodermata. Sub
lokasi atau substrat dari Echinodermta ditandai oleh pantai berbatu, berpasir dan
dan diambil salah satu spesies sebagai sampel untuk melihat karakteristiknya.
Spesies hewan sampel diambil menggunakan pinset, penjepit atau tangan kemudian
selama 14 hari yaitu pada dua waktu yaitu pagi hari pukul 08.00-10.00 WIB dan sore hari
pada pukul 16.00-18.00 WIB lalu mengukur beberapa faktor abiotik yaitu suhu, salinitas,
H’ =—∑ pi ln pi
Keterangan:
H = Indeks Keanekaragaman
ni = Jumlah individu
31
Nilai Kategori
Keanekaragaman
(H’)
H’ < 1 Rendah
1 < H’ < 3 Sedang
H’ > 3 Tinggi
rumus indeks dominansi Simpson (C) menurut Margalef (1958) dalam Rappe
(2010:66) yaitu:
C = Σ(ni/N)2
Keterangan:
Nasi Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar, maka diperoleh data tentang
Pulau Nasi Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar pada stasiun I, II, III, IV
Spesies, maka data juga dianalisis untuk mencari tingkat Dominansi Spesies
Besar. Indeks Dominansi Spesies Echinodermata data dilihat pada Grafik 4.2
Pantai Pulau Nasi Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar pada stasiun I
berdasarkan karakteristik substrat di setiap stasiun dapat dilihat pada Tabel 4.2
berikut:
Pada Tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat dominansi spesies dari
Pulau Nasi Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar pada substrat coral,
pasir dan batu di semua stasiun memiliki kategori tinggi hingga rendah. Tingkat
36
dominansi tertinggi adalah pada substrat coral di stasiun I dan terendah adalah
Hasil penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 24 April 2019 sampai
dengan 4 Mei 2019 di Perairan Pantai Pulau Nasi Kecamatan Pulo Aceh
Pulau Nasi Kecamatan Pola Aceh Kabupaten Aceh Besar disajikan pada Table 4.3
Tabel 4.3 Spesies dari Filum Echinodermata yang diperoleh di Perairan Pulau Nasi
Kecamatan Pola Aceh Kabupaten Aceh Besar
Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies
1. Holothuria
impatiens
Holothur Holothurida 2. Holothuria
Aspidochrit
oidea e Holothuria nobilis
ida
3. Holothuria
forskali
4.Actinopyga
Actinopyga
mauritiana
6. Diadema
. Diadema
savignyi
Echinoid Diadematoi Diadematid 7. Diadema
37
ea da ae setosum
8. Echinothrix
Echinothrix
calamaris
Echinometri Echinometr 9. Echinometra
Echinoida
dae a mathei
10. Echinometra
insularis
Ophicomida 11.Ophiocoma
Ophiurida Ophiocoma
e echinata
Ophiuroi 12.Ophiocoma
dea scholopendrina
13.Ophiocoma
dentata
Ophiumastr 14 Ophiumastrix
.Ophiuridae
ix annulosa
966 individu. Jenis hewan dari Filum Echinodermata yang paling dominan
dijumpai adalah Diadema setosum sebanyak 556 individu dan jenis yang paling
Diadema Setosum yaitu 556 individu dengan persentase 57.6 %. Dan spesies
dengan jumlah terendah adalah Synapta macukata yaitu 3 individu yang memiliki
persentase 0.3 %.
Adapun deskripsi dari Spesies Echinodermata yang ditemukan di kawasan
Famili Diadematidae. Hewan ini memiliki bentuk tubuh bulat pipih dengan
diameter tubuh 5.3 – 8.2 cm dan tinggi tubuh 3.6–5.6 cm. Duri-duri panjang dan
runcing. Warna duri cenderung hitam tetapi ada beberapa individu yang memiliki
duri yang berwarna belang. Bulu babi jenis ini hidup secara berkelompok
39
menyukai habitat pasir dan di bawah koloni karang sebagai tempat berlindung
Diadema setosum ini hidup berkoloni untuk dapat saling melindungi terhadap
ancaman musuh. Bulu babi juga menjadi tempat tinggal bagi ikan kecil yang
juga dikenal sebagai pemakan detritus dan pembersih perairan di mana ia tinggal.
Substrat tempat hewan ini ditemukan di beberapa pantai di Pulau Nasi yaitu
menempati terumbu karang atau koral. Panjang duri dari tubuh Diadema
2. Diadema savignyi
40
Famili Didematidae dan juga memiliki berduri panjang (long-spined sea urchin).
Hewan ini mempunyai ciri-ciri tubuh bulat berwarna hitam, terdapat duri-duri di
seluruh tubuhnya, dan memiliki cincin biru di sekitar pusat permukaan atas
dengan lima pasang garis cahaya yang memancar. Habitatnya substrat berpasir,
karang. Hewan ini ditemukan bersama dengan Diadema setosum pada ekosistem
terumbu karang. Diadema savignyi memiliki panjang duri pada tubuhnya berkisar
3. Echinotrix calamaris
E. calamaris memiliki tubuh berwarna putih polos dan cokelat belang
belang, dan duri yang tebal yang berfungsi untuk pergerakan dan pelindung dari
41
serangan predator. Pada Echinothrix calamaris terdapat dua jenis duri, yaitu duri
muncul dalam kelompok campuran dan menjadikan terumbu karang dan daerah
4. Echinomatrix mathei
Echinomatrix mathei Echinometra mathaei merupakan hewan yang berasal
karakteristik bentuk tubuh bulat, agak oval dan berwarna hitam. Duri-duri
runcing, tajam, berwarna kuning pucat dan pada umumnya di bagian pangkal
pantai Lhok Reudeup menempati substrat terumbu karang atau Coral. Ukuran
42
tubuh hewan diameternya berkisar 4-6 cm dan panjang duri berkisar 1.5 cm – 3
cm.
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Echinoidea
Ordo : Echinoida
Famili : Echinometridae
Genus : Echinometra
Spesies : Echinometra mathei
5. Echinometra Insularis
dasar menggunakan kaki tabung untuk melekat pada tanah tempat mereka
runcing. Panjang duri hewan berkisar 4-7 cm dan lebar diameter tubuh 3-7 cm.
Hewan ini ditemukan di perairan pantai Demit Pulau Nasi yang memiliki substrat
6. Ophiocoma echinata
Tubuh Ophiocoma echinata berwarna coklat kehitaman gelap, memiliki
cincin tengah tubuhnya bulat dengan diameter cincin tengah mencapai 1-1.3 cm
dan panjang lengan 10-13 cm. Ophiocoma echinata banyak ditemukan di daerah
terumbu karang dan rataan terumbu terutama di pantai yang memiliki puing-puing
karang yang telah mati. Ophiocoma echinata juga ditemukan di padang lamun,
pulau Nasi yaitu Pantai Lamteng, Lhok Reudeup, dan Nipah umumnya dijumpai
pada substrat berupa celah batu dan terumbu karang atau coral.
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Ophiuroida
Ordo : Ophiurida
Famili : Ophicomidae
Genus : Ophiocoma
Spesies : Ophiocoma echinata
44
7. Ophiumastrix annulosa
Ophiumastrix annulosa mempunyai banyak duri yang bergelembung pada
banyak menempati substrat seperti bersembunyi di dalam celah batu dan trumbu
karang. Tempat hewan ini ditemukan adalah pada bebatuan karang dan cekungan-
pada bongkah bebatuan karang mati. Panjang lengan dari hewan ini berkisar 4-7
antara lain pantai Lamteng, Demit, Nipah, Lhok Reudeup dan Pasi Janeng.
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Ophiuroidea
Ordo : Ophiurida
Famili : Ophiuridae
Genus : Ophiomastrix
Spesies : Ophiomastix annulosa
45
8. Ophiocoma scolopendrina
Lengannya panjang, tubuh warna hitam disertai garis-garis tidak beraturan
pada lengan bagian tepi berwarna coklat kekuningan sehingga terlihat seperti
warna hijau lumut. Panjang tubuh O. scholopendrina di perairan pantai pulau Nasi
Nasi menempati beberapa substrat yaitu coral, pasir dan juga bersembunyi di
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Ophiuroidea
Ordo : Ophiurida
Famili : Ophiuridae
Genus : Ophiocoma
Spesies : Ophiocoma scholopendrina
46
juga licin. Lengan dari hewan ini berwarna cokelat muda atau abu-abu kehijauan.
Ophiocoma dentat ini biasanya sangat mudah ditemukan dalam bongkahan batuan
karakteristik pantai ini banyak terdapat bongkahan batu dan karang mati sehingga
banyak spesies yang bersembunyi di balik celah batu tersebut. Bintang mengular
dari spesies ini dijumpai pada substrat celah bebatuan. Panjang lengan
cm dan diameter cincin yang terdapat pada tubuhnya adalah 0.8-1.5 cm.
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Ophiuroida
Ordo : Ophiurida
Famili : Ophicomidae
Genus : Ophiocoma
Spesies : Ophiocoma dentata
bercak bercak hitam pada lengan dari spesies ini. Ophiura leutkenii banyak
47
ditemukan pada daerah berpasir, bersembunyi di celah batu maupun pada celah
spesies ini susah dibedakan dengan substartnya seperti pada karang atau yang
berwarna abu-abu. yang ditemukan di perairan pulau Nasi ini adalah di Pantai
Demit. Hewan ini dijumpai pada substrat berupa pasir. Panjang lengan dari
Ophiura leutkeni berkisar 4-6 cm dan lebar diameter cincin yang terdapat pada
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Ophiuroida
Ordo : Ophiurida
Famili : Ophiuridae
Genus : Ophiura
Spesies : Ophiura leutkeni
terdiri dari tangkai dan perisai. Bagian tangkai sebelah ujungnya terbagi kedalam
cabang-cabang yang lebih kecil. Setiap ujung percabangan akan berakhir pada
forskali banyak di jumpai pada substrat pasir, batu, padang lamun dan juga
perairan pantai Lhok Reudeup dan Pasi Janeng. Hewan ini banyak ditemukan di
daerah pasir sehingga menjadikan pasir sebgai substratnya. Panjang tubuh hewan
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Holothuroidea
Ordo : Aspidochirotida
Famili : Holothuriidae
Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria forskali
teripang koro, teripang cera hitam, Susuan, atau Black teatfish. Teripang ini
hitam pekat, kulitnya sedikit kasar, lunak, dan tubuh berotot tebal serta kaku
49
dengan papilla lateral yang menonjol dan papilla anal. Di bagian permukaan tubuh
ditemukan spikula yang besar dan tebal, dapat melekat pada substrat karang dan
pulau Nasi adalah di perairan pantai Pasi Janeng. Ukuran panjang dari tubuh
teripang ini berkisar berkisar antara 10 cm sampai 30 cm. Spesies ini ditemukan di
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Holothuroidea
Ordo : Aspidochirotida
Famili : Holothuriidae
Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria nobilis
dan tubuhnya diselimuti oleh pasir halus. Tubuh Holothuria Impatien berwarna
rata, dan berwarna coklat tua pada bagian dorsal. Bagian dorsal terdapat kaki
Deudap yang berada di pulau Nasi Kabupaten Aceh Besar. Hewan ini ditemukan
50
di celah batu dan karang mati sebagai substratnya yang terdapat di daerah perairan
Lhok Reudeup, karena karakteristik pantai Lhok Reudeup yaitu berbatu dan
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Holothuroidea
Ordo : Aspidochirotida
Famili : Holothuriidae
Genus : Holothuria
Spesies : Holothuria impatien
dan putih. Bagian tubuh yang berwarna putih biasanya terletak di bagian bawah.
Tubuhnya yang padat ditutupi dengan kaki tabung dan memiliki 25 atau lebih
oleh substrat yang bervariasi dari pasir kerikilan, kerikil, pecahan karang,
bongkah karang, karang mati, dan pantai berbatu (rocky shore) (Aziz, 1995:13)
Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar memiliki panjang tubuh berkisar 8-
Kingdom : Animalia
51
Filum : Echinodermata
Kelas : Holothuroidea
Ordo : Aspidochirotida
Famili : Holothuriidae
Genus : Actinopyga
Spesies : Actinopyga mauritiana
kekuningan dengan garis memanjang lebar dan bercak warna lebih gelap. Spikula
(struktur mirip spike berkapur seperti mikroskop yang menopang dinding tubuh)
berukuran besar dan berbentuk seperti jangkar dan digunakan dalam gerak,
berpasir. Synapta maculata yang ditemukan di pulau Nasi yaitu pada perairan
Kingdom : Animalia
52
Filum : Echinodermata
Kelas : Holothuroida
Ordo : Apodida
Famili : Synaptida
Genus : Synapta
Spesies : Synapta maculata
Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar adalah suhu , pH dan salinitas di setiap stasiun
berbeda-beda. Faktor fisik di hitung pada setiap plot yang ada pada lokasi
hari dan sore hari. Hasil pengukuran faktor fisik disemua stasiun pada setiap plot
dapat dilihat pada ( lampiran 3). Sedangkan arus laut tidak diukur menggunakan
alat, tetapi arus juga merupakan salah satu faktor penting dalam keberadaan
spesies yang ada pada suatu perairan. Arus laut sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu angin, perbedaan kepadatan air laut, perbedaan kadar garam, pasang
surut air laut, dan perbedaan suhu /temperatur. Arus laut yang terdapat di setiap
pantai pada kawasan Pulau Nasi berbeda-beda tergantung pada kondisi perairan
53
serta topografi pantainya. Pada stasiun I hasil rekapitulasi pada setiap plot adalah
suhu berkisar antara 30-31 °C, pH 8.11, dan salinitas pada stasiun tersebut adalah
33 o/oo. Pada stasiun II setelah dilakukan penggukuran suhu air berkisar 29°C, pH
air yaitu 8.16 dan salinitas 33 o/oo. Suhu air pada stasiun III yaitu berkisar 29-
31°C, pH air pada stasiun 3 adalah 8.25, dan salinitas air adalah 35 o/oo setelah
dilakukan rekapitulasi pada setiap plot. Stasiun IV memiliki suhu air yaitu
berkisar 30 °C, pH rata-rata sebesar 8.26 dan salinitas pada stasiun ini adalah 32
o
/oo. Dan pada stasiun 5 setelah dilakukan rekapitulasi data, suhu pada stasiun V
berkisar antara 30-31 °C, pH adalah 8.19 dan salinitas 35 o/oo (Tabel 4.4).
Tabel 4.4 Data Faktor Fisik di Kawasan Perairan Pantai Kecamatan Pulo Aceh
Kabupeten Aceh Besar
Faktor yang Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun Stasiun
No
diukur 1 2 3 4 5
1 Suhu °C 30-31 29 29-31 30 30-31
2 pH 8.11 8.16 8.25 8.26 8.19
3 Salinitas o/oo 33 33 33 35 35
4.2 Pembahasan
stasiun I, IV, dan V tergolong rendah. Sedangkan pada Stasiun II dan IV tergolong
sedang. Tingkat keanekaragaman pada substrat pasir di stasiun I, II, III, IV dan V
tergolong rendah. Kemudian pada substrat batu tingkat keanekaragam spesies juga
tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak jenis dengan kelimpahan jenis yang
sama atau hampir sama. Sebaliknya jika komunitas itu disusun oleh sangat sedikit
jenis dan jika hanya sedikit yang dominan, maka keanekaragamanjenisnya rendah.
proporsi suatu spesies relative terhadap jumlah total individu yang ada, semakin
Jadi pada substrat coral di stasiun II dan III dikategorikan sedang. karena
individu yang hampir sama. Dan Jumlah dari spesies Echinodermata pada stasiun
pada stasiun lain cenderung rendah karena jumlah spesies tidak seimbang atau
jauh berbeda. Dan juga pada beberapa stasiun terdapat coral yang sudah mati, dan
hancur sebagai habitat dari Echinodermata dan tempat merek mencari makan.
faktor lingkungan baik biotik maupun abiotik. Biotik meliputi kompetor, predator
dan parasit. Faktor abiotik meliputi faktor fisik-kimia lingkungan seperti suhu,
arus, kedalaman, pH, serta sumber bahan organik (Taqwa dkk, 2014:131)
1.26 karena pada daerah ini banyak sekali nelayan yang menangkap ikan, gurita
dan jenis Crustacea lainnya menggunakan bom ikan, sehingga banyak terumbu
55
karang yang hancur dan menyebabkan banyak biota laut mati. Kemudian juga
karena suhu yang ada di perairan yang terjadi akibat pemanasan global
rendah.
spesies dari Echinodermata berkisar dari tinggi hingga rendah pada setiap substrat
coral di pantai Lamteng (Stasiun I), Sedangkan Indeks Dominansi Terendah yaitu
spesies yang mendominasi substrat tertentu, seperti halnya pada substrat coral di
pantai Lamteng. Pada substrat ini hampir didominasi oleh spesies Echinodermata
dengan jumlah yang relatif banyak. Karena pada stasiun ini Echinodermata
memiliki terumbu karang atau coral hidup yang banyak. Terumbu merupakan
ekosistem yang baik bagi kehidupan biota laut, karena banyak sekali hewan yang
hidup di terumbu karang dan membuat interaksi yang baik untuk keberlangsungan
biota laut. Sehingga menyebabkan tingginya indeks dominansi pada substrat ini.
56
Pada substrat pasir dan batu tingkat dominansi relatif rendah. Karena
di samping itu rataan terumbu karang juga menjadi habitat biota ini untuk
Dominansi Spesies dikatakan rendah, maka tidak ada ataupun sedikitnya suatu
kawasan Pulau Nasi. Ada hal yang lain yang sangat perlu diperhatikan pada
penelitian ini yaitu faktor fisik lingkungan pada lokasi penelitian yang dapat
dari echinodermata adalah faktor abiotik dan biotik. Abiotik adalah komponen
tidak hidup dari suatu ekosistem. Pada penelitian ini faktor abiotik yang
diperhatikan adalah suhu, pH, salinitas, arus dan substrat. Sedangkan faktor
57
biotik adalah komponan hidup pada suatu ekosistem seperti hewan asosiasi yang
yang ada di kawasan perairan pantai Pulau Nasi yang menjadi lokasi penelitian.
A. Suhu
oleh Riniatsih (2009:52), suhu perairan sangat penting bagi kehidupan organism
terhadap perkembangan organisme perairan karena energi yang ada lebih banyak
Pengukuran suhu dilakukan pada setiap substrat pada stasiun yang menjadi
lokasi penelitian. Berdasarkan Tabel 4.4 hasil rekapitulasi dari semua faktor fisik
lingkungan yang ada pada setiap stasiun, menunjukkan bahwasannya kisaran suhu
air yang terdapat pada kawasan perairan Pulau Nasi setelah dilakukan rekapan
data yaitu berkisar antara 29-31°C. Menurut Castro dan Huber (2003) kisaran
suhu 30°C hingga 35°C dapat ditoleransi oleh terumbu karang. Sedangkan
berkisar antara 27-30°C (Nurfajriah, 2014:9). Jadi suhu air yang didapatkan pada
kawasan perairan pantai Pulau Nasi sesuai dengan suhu optimum untuk
pertumbuhan Echinodermata dan sesuai dengan suhu perairan untuk daerah tropis
nilai yang optimal untuk kelangsungan hidup biota. Karena Menurut Zamani dan
Maduppa (2011), kisaran pH yang optimal untuk terumbu karang adalah 7-8.5.
hidup di suatu perairan, perairan dengan pH yang terlalu tinggi atau rendah akan
dalam air. Hutauruk (2009:26) bahwa salinitas perairan pantai menjadi turun
karena dipengaruhi oleh curah hujan dan aliran sungai, sebaliknya daerah dengan
umumnya salinitas berkisar antara 34-35o/oo. Salinitas yang didapatkan pada lokasi
penelitian di perairan Pulau Nasi pada 5 stasiun adalah 33-35 o/oo. Kisaran salinitas
tersebut masih tergolong normal, karena kisaran salinitas yang masih mendukung
59
Echinodermata adalah 15-35 ppt, seperti yang dikemukakan oleh (Hutabarat dan
dan surut terendah, yang mewakili peralihan dari kondisi lautan ke kondisi
daratan. Luas zona intertidal sangat terbatas, akan tetapi memiliki faktor
lingkungan yang sangat bervariasi, oleh karena itu zona intertidal memiliki tingkat
zona intertidal salah satunya adalah anggota kelas Echinoidea. Kelas Echinoidea
termasuk dalam anggota Filum Echinodermata yang tersebar mulai dari daerah
intertidal sampai laut dalam (Jeng, 1998). Sidik (2001) sebagian besar Echinoidea
hidup di daerah dengan substrat berbatu, terumbu karang dan sebagian kecil yang
menghuni pada daerah perairan dengan substrat dasar berupa pasir dan lumpur.
Menurut Yudasmara (2013) beragamnya zona topografi pantai seperti zona pasir,
zona pertumbuhan lamun dan rumput laut, zona terumbu karang dan zona tubir
dan lereng terumbu, juga akan mempengaruhi keberagaman dari Bulu babi yang
ada. Semakin beragam tipe substrat maka semakin beragam Bulu babi, yang
Substrat pada lokasi yang ada di perairan Pulau Nasi memiliki substrat yang
sama yaitu coral, pasir, dan batu/karang. Substrat coral di Pulau Nasi cenderung
banyak ditempati oleh Spesies Echinodermata yang berasal dari Kelas Echinoidea
60
dan Ophiuridae. Pada substrat pasir dan batu Spesies Echinodermata yang sering
dijumpai adalah Spesies yang berasal dari Kelas Holothuria dan Ophiuridae.
E. Arus
parameter yang sangat penting dalam lingkungan laut dan berpengaruh secara
langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan laut dan biota yang hidup
lainnya .Ekosistem terumbu karang dihuni oleh lebih dari 93.000 spesies,
bahkan diperkirakan lebih dari satu juta spesies mendiami ekosistem ini.
Ekosistem terumbu karang yang sangat kaya akan plasma nutfah ini, kendati
tampak sangat kokoh dan kuat, namun ternyata sangat rentan terhadap perubahan
lingkungan laut seperti tingkat kejernihan air, arus, salinitas dan suhu. Tingkat
kejernihan air dipengaruhi oleh partikel tersuspensi antara lain akibat dari
pelumpuran dan ini akan berpengaruh terhadap jumlah cahaya yang masuk ke
ada di Pulau Nasi ini tergolong sedang pada beberapa stasiun seperti halnya
Lamteng, Demit, Nipah dan Pasi Janeng. Tetapi pada perairan Deudap memiliki
61
arus yang lumanyan kencang diantara pertemuan arus Pulau Nasi, Pulau Bunta,
Pulau Sumatra dan Lampuyang. Di Pulau Nasi gelombang laut dan arus sangat
dipengaruhi oleh angin dan juga suhu. Apabila angin terlalu kencang biasanya
arus dan gelombang cenderung kuat dan tinggi, sehingga pada saat arus kuat dan
gelombang tinggi, akan sulit mendapatkan atau melihat biota laut yang terapat
pada kawasan tersebut. Seperti halnya Echinodermata. Pada saat pasang surut
karena itu pasang surut air laut sangat berpengaruh terhadap keberadaan
Echinodermata.
Echinodermata lainnya adalah faktor biotik, yaitu spesies yang berasosiasi dengan
makanan yang ditemukannya. Jenis makanan bintang laut sama seperti makanan
ekosistem laut dan bermanfaat sebagai salah satu komponen dalam rantai
mempunyai peran sebagai pembersih lingkungan laut terutama pantai. Selain itu
laut (ekosistem laut). Hal ini senada apa yang dituliskan Dahuri (2003:123)
62
merombak sisa-sisa bahan organik yang tidak terpakai oleh spesies lain namun
seperti halnya ikan-ikan penghuni terumbu karang, molusca, alga dan hewan
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan
Nasi Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
63
Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar pada substrat coral, pasir dan
batu dari setiap stasiun ada yang dikategorikan tinggi samapai rendah. Dengan
Pantai Pulau Nasi Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar dapat
5.2 Saran
1. Pemerintah dan lembaga terkait dalam bidang konservasi terhadap spesies dari
Perairan Pantai Pulau Nasi Kecamatan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar perlu
tersebut.
2. Masyarakat yang berdomisili di Pulau Nasi, terutama nelayan lebih
memerhatikan cara-cara saat menangkap ikan maupun biota laut lainnya agar
terdapat di Perairan Pantai Pulau Nasi untuk menambah data yang lebih akurat
terutama untuk spesies yang belum dapat ditemukan dalam penelitian ini.
64
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, A.(1996). Makanan Dan Cara Makan Berbagai Jenis Teripang. Oseana, XXI
(4): 43 – 59
Aziz,. ddk. (1991). Struktur Komunitas Biologi Padang Lamun di Pantai Selatan
Lombok dan Kondisi lingkungannya. Jakarta: Gramedia.
_______. (1993). Beberapa Catatan Tentang Perikanan Bulu Babi. Oseana, 18(2):
65- 75.
Azis M., Furqon. (2006). Gerak Air Dilaut. Oseana, XXXI(4): 9 – 21.
Budiman, C.C., D.Y Katili., M.L.D. Langoy, dan P.V. Maabat. (2014).
Keanekaragaman Echinodermata di Pantai Basaan Satu Kecamatan
Ratatotok Sulawesi Utara. Jurnal MIPA UNSRAT Online, 3(2): 97- 101.
66
Elfidasari, D., dkk. (2012). Identifikasi Jenis Teripang Genus Holothuria Asal
Perairan Sekitar Kepulauan Seribu Berdasarkan Perbedaan Morfologi, 1(3):
140–146.
Halim, A.(2013). Keberadaan Hutan Pantai Dan Mangrove Di Pulo Aceh Dan
Fungsi Kearifan Lokal. Banda Aceh: Fakultas Pertanian Universitas Syiah
Kuala.
Rappe, A. (2010). Struktur Komunitas Ikan Pada Padang Lamun Yang Berbeda
Di Pulau Barrang Lompo. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 2(2):
62-73.
Rajab, A., dkk. (2016). Studi Kepadatan dan Distribusi Kerang Lahubado
( Glauconome sp ) di Perairan Teluk Staring Desa Ranooha Raya Kabupaten
Konawe Selatan . Jurnal Manajemen Sumber Perairan, 1(1): 1-12.
Riniatsih, I., dkk. (2009). Substrat Dasar Dan Parameter Oseanografi Sebagai
Penentu Keberadaan Gastropoda Dan Bivalvia Di Pantai Sluke Kabupaten
Rembang. Jurnal Ilmu Kelautan, 14(1): 50-59.
Romimohtarto, K., dan Sri Juwana, (2005). Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan
Tentang Biota Laut. Jakarta: Djambatan.
Salmin. (2005). Oksigen terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal
Oseanologi, XXX(3): 21-26.
69
Suwignyo, S., dkk. (2005). Avertebrata Air Jilid II. Jakarta: Penebar Swadaya.
Taqwa., dkk. (2014). Studi Hubungan Substrat Dasar dan Kandungan Bahan
Organik dalam Sedimen dengan Kkelimpahan Hean Makrozobenthos di
MUara Sungai Sayung Kabupaten Demak. Diponegoro Journal Of
Maquares, 3(1): 125-133.
Vinomo, Indra Bayu. (2007). Sekilas Mengenai Landak Laut. Oseana, XXXII
(3): 37-46.
Zakaria, I.J. (2013). Komunitas Bulu Babi (Echinoidea) di Pulau Cingkuak, Pulau
Sikuai dan Pulau Setan Sumatera Barat. Lampung: Prosiding SEMIRATA
FMIPA Universitas Lampung.
70
.
71