Oleh:
WIDYARTO MARGONO
C64103076
RINGKASAN
1. PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup,
waktu pemulihan luka dan laju pertumbuhan karang jenis Lobophyllia hemprichii
dengan variasi luka / pemotongan menggunakan metode pengukuran jangka
sorong dan foto dengan Image J Processing.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan terhadap
penangkaran karang hias untuk memenuhi kebutuhan ekspor tanpa harus
mengambil indukan dari alam.
5
2. TINJAUAN PUSTAKA
tempat hidup ribuan alga mikroskopik yang disebut zooxanthellae yang secara
alami hidup bersimbiosis dengan hewan karang (Burke et al.,2002).
Sebagian besar polip karang menerima pewarnaan tubuhnya dari
zooxanthellae yang hidup pada jaringannya walaupun sebenarnya polip karang
juga mempunyai pigmen sendiri yang transparan (Buchheim, 2002). Warna
terumbu karang yang tampak oleh mata sebagian besar merupakan warna dari
zooxanthellae.
Klasifikasi karang batu menurut Dana (1848) dalam Veron (1986) adalah :
Filum : Cnidaria
Kelas : Anthozoa
Famili : Missidae
Koloni Phaceloid atau flabelo meandroid dengan permukaan seperti kubah atau
mendatar. Famili massidae ada yang berbentuk soliter dan ada yang berbentuk
7
koloni, untuk tipe koloni adalah sub masif. Koralit dengan kusta yang nyata
berupa alur-alur besar, septa besar dengan gigi yang panjang dan tajam dan
sebagian lagi tumpul. Kolumella yang melebar dan kompak. Hal ini dapat dilihat
pada gambar 1.
(7) Coral Millepora (CME), semua jenis karang api dapat dikenali
dengan adanya warna kuning di ujung koloni dan rasa panas
seperti terbakar apabila tersentuh..
(8) Coral Heliopora (CHL), dapat dikenali dengan adanya warna biru
pada skeleton
1. Suhu
pada suhu optimum 25-29 C dan bertahan hidup sampai suhu minimum 15C
dan maksimum 36C. Pertumbuhan optimal terjadi di perairan yang memiliki rata-
rata suhu tahunan 23-25C . Suhu ekstrim yang masih dapat ditoleransi adalah
36-40C.
9
Nybakken (1992), terumbu karang tidak dapat berkembang di perairan yang lebih
dalam dari 50-70 meter. Zooxanthellae sebagai alga simbiotik yang memerlukan
meter dan di bawah kedalaman 90 meter terumbu karang sudah sangat jarang.
Faktor kecerahan dan kedalaman pada karang lunak berperan untuk melakukan
proses fotosintesis, hal ini dikarenakan karang lunak membutuhkan cahaya yang
cukup.
3. Salinitas
4. pH
Tomascik (1997), habitat yang cocok bagi pertumbuhan karang memiliki kisaran
pH 8,2-8,5.
5. Pergerakan Arus
makanan (dalam bentuk jasad renik) dan suplai oksigen yang segar, serta
et all, 2006).
10
6. Sedimentasi
Daerah yang memiliki sedimentasi yang tinggi akan sulit untuk menjadi tempat
penetrasi cahaya di air laut akan berkurang dan hewan karang (polip) akan
1992).
7. Kolom Air
karang ke atas dibatasi oleh adanya udara. Banyak koral mati karena terlalu
karang hidup untuk ditanam di tempat lain atau di tempat yang karangnya telah
karang alami.
1. Mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak. Hal ini berarti
benih-benih baru baik yang berasal dari tempat sekitarnya atau juga
Convention yang telah disepakati dan sudah diratifikasi. Indonesia pun ini
spesies yang menarik untuk dipindahkan dari lapangan atau dari habitat
yang tinggal di negara sub tropis, sangat jauh dari negara tropis, begitu
karang secara legal dibatasi oleh suatu aturan dan kuota yang berlaku.
empat lokasi Kawasan Konservasi Laut dan Taman Nasional Laut, yaitu di
12
Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Taman Nasional Laut Bunaken, Taman
Wisata Alam laut Teluk Kupang (NTT) dan Taman nasional Wisata Alam Laut Gili
Air, Gili Trawangan dan Gili Meno (NTB) (Herianto, 2006). Pada kegiatan untuk
Seribu sejak tahun 2004 (Kudus, 2006). Telah banyak dilakukan penelitian
kapal yang terlindung selama satu jam, tidak berbeda nyata dengan
pengangkutan di dalam air. Bila terkena udara selama dua jam, tingkat
keberhasilan berkisar antara 50-90% dan bila terkena udara selama tiga jam,
semen (Auberson, 1982), lem plastik (Birkeland et al., 1979), penjepit baja
(Maragos, 1974) dan kabel plastik listrik (Harriot dan Fisk, 1988).
dilakukan selama lima bulan ini mengamati tentang tingkat ketahan hidup,
11 spesies karang dan genus Acropora. Spesies karang yang diamati adalah
sebesar 4,89 cm dan yang terkecil adalah Acropora glauca sebesar 2,01 cm.
14
Acropora hyacinthus dengan rata-rata 1,672 cm dan yang paling lambat pada A.
asfera 0,520 cm. perambatan paling cepat pada subtrat keramik dicapai oleh
Acropora austera sebesar 1,696 cm dan paling lambat A. digitfera sebesar 0,54
tiga stasiun yaitu daerah winward, leeward dan goba. Penelitian ini
Dari ketiga stasiun ini didapat bahwa pertambahan panjang karang dan
pada substrat di darah winward paling tinggi Johan (2000). Menurut Johan
(2000), tingkat mortalitas karang di daerah goba sebesar 64,44%, leeward 8,89%
karang yaitu Acropora microthalma dan A. intermedia yang dibagi ke dalam dua
faktor perlakuan. Faktor pertama yaitu ukuran fragmen dibagi dalam 3 taraf
ukuran yaitu 3-4 cm, 7-8 cm dan 12-14 cm. Faktor kedua adalah posisi
penanaman yang dibagi kedalam 2 taraf posisi yaitu penanaman vertikal dan
horisontal.
ditanam vertikal memiliki ketahanan hidup yang lebih tinggi untuk Acropora
(Herdiana, 2001).
15
terhadap dua spesies karang yaitu Acropora nobilic dan A. formosa. Parameter
pada kedalaman 3 meter lebih baik daari pada kedalaman 10 meter. Pada
Jakarta selama enam bulan dimulai pada bulan Maret sampai September 2001.
Lokasi penelitian berada pada gugusan karang tepi di sebelah selatan Pulau Pari
pada kedalaman 12 meter. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah
Weilsophyllia dariata, Acropora intermediate dan jenis karang api yaitu Millepora
lebar dan tinggi fragmen diketahui bahwa semua jenis karang yang
daripada vertikal, dengan rasio berbeda tiap jenis. Subhan (2002) melakukan
penelitian yang sama akan tetapi dengan jenis karang yang berbeda, yaitu
Euphillia sp, Cynarina lacrymalis dan Plerogyra sinuosa. Dari hasil penelitiannya
(tinggi); 0,28 cm/ bulan (panjang). Kemudian Plerogyra sinuosa sebesar 33,33%
dan 0,22 cm/bulan (tinggi); 0,11 cm/bulan (panjang) dan selanjutnya Cynarina
lacrymalis sebesar 22,22% dan 0,03 cm/bulan (tinggi) serta 0,11 cm/bulan
(panjang).
Jakarta selama 5 bulan dari Bulan Agustus sampai Desember 2004 pada
spesies adalah 100%. Laju pertumbuhan panjang dan lebar terbaik karang
Lobophyllia hemprichii adalah pada perlakuan 3 (T3) yaitu 4.14 mm/bulan dan
3. METODOLOGI
Pertanian Bogor pada bulan Februari 2008. Tahap kedua, kegiatan transplantasi
karang dilakukan pada bulan April sampai Oktober 2008 di Pulau Pramuka,
Gosong Karang
(luka 1) dan perlakuan T2 (luka 2) empat belas kali ulangan pada setiap
Yij = + i + ij
Dengan :
= Rataan umum
ulangan ke- j
Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada
Tabel 2.
PERSIAPAN
Lobophyllia hemprichii
TRANSPLANTASI
PENGAMATAN
IMAGE-J
Tahap persiapan yang dilakukan pada saat akan melakukan transplantasi karang
adalah
Bagian dasar terbuat dari semen seperti mangkuk dengan lubang untuk
memasang tali pengikat karang. Karang ditempel dan diikat pada bagian
substrat yang telah berisi karang yang telah di transplantasi. Rak dibuat
7 meter.
dilakukan oleh Respati pada tahun 2005 di tempat sama yaitu Pulau
yaitu dengan satu luka seperti pada Gambar 7a, dan dengan dua luka
(a) (b)
yang diamati, alat dan metode pengukuran dapat dilihat pada Tabel 3.
karang dan kombinasi perlakuannya. Tingkat kelangsungan hidup hewan uji yang
Nt
SR = 100% .......................................................... (1)
No
Dimana
= Lt Lo ............................................................................. (2)
Dimana
Lt +1 L1
=
............................................................ (3)
ti +1 + t1
Dimana
: Laju pertumbuhan panjang / lebar fragmen karang transplantasi (mm)
karang dengan cara ditandai sebelumnya. Hal tersebut dapat membantu dan
bahwa kisaran suhu di perairan Pulau Pramuka adalah 26-27,7 C (Soleh, 2004).
salinitas ini masih berada dalam kisaran air laut yang normal dan masih dalam
oleh sedikitnya masukan air tawar dari daratan kecuali pada saat musim hujan,
tersebut.
Kecepatan arus di lokasi penelitian sekitar 16.8 cm/s dengan arah arus
dari Barat Laut ke arah Selatan. Besarnya kecepatan arus akan mempengaruhi
dan nutrisi dalam air laut yang dibutuhkan oleh karang, di samping itu besarnya
(Nybakken, 1992). Selain itu kecepatan air dan turbulensi juga memiliki
pengaruh kuat terhadap morfologi dan variasi jenis dari ekosistem terumbu
Radisho (1997), pH yang menunjang bagi kehidupan karang berkisar antara 6,5
hingga 8,5, nilai parameter fisika dan kimia air laut pada saat penelitian dapat
lingkungan yang relatif stabil dan fluktuasi yang rendah (Aziz, 2002).
keseluruhan dipengaruhi oleh 2 musim, yaitu musim barat dan musim timur.
Musim barat terjadi pada bulan November sampai akhir Februari, dimana arus
kuat dan keruh. Musim timur terjadi dari bulan Mei sampai dengan akhir Agustus
dengan arus kuat, tidak banyak hujan dan air cenderung jernih. Pada bulan
angin muson.
permukaan karang yang luka akibat pemotongan lama kelamaan tertutup dan
oktober 0 3 11
september 0 8 6
juni 11 3 0
mei 14 0
(a)
perlukaan 2
oktober 0 14
september 0 2 12
juni 14 0
mei 14 0
(b)
Gambar 8. Grafik pemulihan luka 1 (a) dan luka 2 (b)
juni sedangkan pada Perlukaan 1 sudah mulai ada pemulihan luka terlihat pada
tiga sampel. Hal ini diduga akibat lendir yang dikeluarkan pada Perlukaan 2 lebih
Pada Bulan Juli Perlukaan 2 sudah mulai pulih semua, hal ini menunjukan
tingkat stres pada karang sudah berkurang dan tingkat pemulihan luka relatif
mulai pulih (80%). Dari hasil ini terlihat bahwa pada awal pengamatan Perlukaan
1 memiliki tingkat pemulihan luka yang cepat namun pada Bulan Juli cenderung
melambat.
masih dan tetap aktifnya suatu organisme secara fisika dan biologi dalam waktu
dengan septa besar dan kolumella yang melebar kompak, biasa hidup di perairan
tenang, terlindung dan berarus kecil. Menurut Bak dan Criens (1981)
100
Kelangsungan Hidup
80
60
(%)
40 T1
T2
20
er
li
ni
ei
ril
be
s
Ju
Ju
M
tu
ob
Ap
em
us
kt
pt
Ag
O
Se
Bulan
Transplantasi yang dilakukan pada penelitian ini dapat dikatakan berhasil karena
mencapai 100% dan tidak ada fragmen karang yang mati selama penelitian.
Menurut Harriot dan Fisk (1988) bahwa kegiatan transplantasi dikatakan berhasil
apabila jumlah karang yang hidup dari keseluruhan yang ditransplantasikan lebih
besar dari 50 %. Hal serupa juga didapat pada penelitian sebelumnya di tempat
dengan banyaknya alga (turf algae) dapat menyebabkan kompetisi ruang bagi
karang. Walaupun terjadi gangguan dari alga yang tumbuh sekitar substrat,
(b) (b)
(c)
Gambar 10. Pertumbuhan karang pada bulan ke-1 (a), ke-3 (b) dan ke-6 (c)
100 88.69
81.80 83.86 85.32
90 79.73
Waktu
meningkat dari awal hingga akhir periode, seperti terlihat pada Gambar 11.
sampai Oktober. Panjang rata-rata setiap bulan fragmen karang pada perlakuan
tidak jauh berbeda dengan T2 yang mengalami peningkatan dari awal hingga
akhir periode yang diuji yang bisa kita lihat pada Gambar 11. Panjang rata-rata
mm, setelah 6 bulan menjadi 88.69 mm. Pertumbuhan yang sangat jelas
3.37
(mm/bulan)
2.41
2.07 2.06
1.94
2 1.79 Luka 1
1.74 1.59
1.75 1.48 Luka 2
1.77
1.46
1
0
Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4 Bulan ke-5 Bulan ke-6
Waktu
Namun secara umum tidak terjadi pertumbuhan yang signifikan hingga bulan ke-
5. Hal ini diduga karena setiap fragmen memiliki kemampuan beradaptasi yang
kedua. Contoh bahwa setiap fragmen memiliki kemampuan adaptasi yang selalu
berubah terhadap lingkungan dapat kita lihat pada bulan ke-5. T2 memiliki laju
signifikan, hal ini diduga pada bulan ke-6 karang telah selesai melakukan proses
pemulihan luka.
33
Rata rata total pertumbuhan dari kedua perlakuan dapat kita lihat pada
Gambar 13.
81.90
90
Pertambahan panjang
72.031
80
(mm)
T1
70
T2
60
50
waktu
(6 bulan)
Rata rata total pertumbuhan perlakuan dua (T2) lebih besar dari
memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dari perlukaan satu. Respon terhadap
luka. Karena itulah kenapa perlakuan dua (T2) hampir setiap bulannya memiliki
Panjang rata-rata setiap bulan fragmen karang pada perlakuan 1 dengan awal
setelah 6 bulan menjadi 79.65 mm. Perbedaan perhitungan antara Image J dan
jangka sorong berkisar antara 2 mm. Grafik panjang rata-rata setiap bulan pada
perlakuan dua (T2) dengan metode Image J dapat dilihat pada Gambar 14.
90.75
90 87.59
85.99
83.86
85
pertumbuhan rata-rata (mm)
82.06
80.57 79.65
79.01 77.78
80
75.80
74.16
75 72.63
71.07
69.48
70
65 Luka 1
60 Luka 2
55
50
april mei juni juli agustus sep okt
Bulan
tercepat terjadi pada perlakuan dua (T2) sebesar 1.79 mm. Hasil perhitungan
manual, hal ini dikarenakan pada metode Image J, perhitungan panjang fragmen
karang jenis Lobophyllia hemprichii berdasarkan pixel yang ada pada foto,
paralaks mata, bias air dan kemampuan setiap orang dalam melihat suatu benda
35
rata-rata dari perlakuan satu dan dua dapat kita lihat pada Gambar 15.
Laju Pertumbuhan Relatif (mm/bulan)
3.16
3
2.13 T1
2 1.98 1.87
1.80
1.59
1.56 1.56
1.54
1.64 1.59 T2
1.49
1
0
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6
Waktu
(T1) dan dua (T2) menggunakan Image J prossesing terdapat perbedaan dengan
menggunakan metode manual. Pada bulan ke-1 dan ke-2 laju pertumbuhan
fragmen karang perlakuan dua (T2) lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan
satu (T1). Bulan ke-1 perlakuan dua lebih kecil 0,03 mm dan bulan ke-2 lebih
kecil 0,07 mm daripada perlakuan satu (T1). Posisi pengukuran fragmen karang
secara insitu dapat berubah pada setiap proses pengukuran, sehingga ada
perbedaan antara hasil pengukuran dari perhitungan secara manual dan Image J
prosessing.
pertumbuhan panjang (Lampiran 6), hal ini diperkirakan dengan pemberian luka
36
yang lebih banyak memberi peluang bagi karang untuk berkembang menutupi
luka.
Hal ini disebabkan kondisi lingkungan yang lebih baik, dibandingkan dengan
penelitian Respati yang pada saat itu terjadi gangguan pencemaran minyak.
37
5.1 Kesimpulan
menunjukkan perubahan yang nyata dari bulan ke-1 hingga bulan ke-5 baik pada
5.2 Saran
tahun atau lebih agar model pertumbuhan dapat terlihat lebih jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Birkeland, C. 1997. Life and Death of Coral Reefs. Chapman and Hall.
International Thamson publishing. 527 p.
Burke, L., E. Selig dan M. Spalding (ed.). 2002. Reefs at Risk in Southeast Asia.
World Recources Institute, United Nations Environment Program-
World Conservation Monitoring Centre, World Fish Centre, dan
International Coral Reef Action Network. English. 40 p.
Dishidros, TNI-AL. 1986. Teluk Jakarta: Air Pelayaran ke Tanjung Priok. Peta
No. 86. Jakarta.
Steel, R.G.D. dan JH. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika. Cetakan ke-
2. Gramedia,Jakarta.
Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji dan M. K. Moosa. 1997. The Ecology of the
Indonesian Sea Part II. Periplus Edition.