Disusun oleh:
1. Fauzi Nashrullah P 185080501111019
2. Nabilla Larasati 185080501111021
3. Farhan Arya I 185080501111033
4. Tatliyah Salsabila 185080507111009
5. Jamiilah Zahrotul J 185080507111015
6. Alfain Homis F 185080507111031
BAB I ............................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................................................... 3
BAB II .......................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .......................................................................................................... 4
2.1 Mollusca .............................................................................................................. 4
2.2 Subkelas Neomineomorpha ................................................................................. 6
2.3 Subkelas Chaetodermomorpha ............................................................................ 8
2.4 Kelas Amphineura ............................................................................................. 10
2.5 Kelas Gastropoda ................................................................................................. 12
BAB III ....................................................................................................................... 17
PENUTUP .................................................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 17
3.2 Saran .................................................................................................................. 17
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mollusca
Mollusca berasal dari bahasa latin yaitu molluscus yang artinya lunak. Jadi Filum
Mollusca adalah kelompok hewan invretebrata yang memiliki tubuh lunak, tidak
bersegmen, terdapat kaki dan memiliki massa vicelar pada bagian dorsal. Tubuh
lunaknya itu dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak bercangkang.
Cangkang mollusca terbuat dari kapur.
Tubuh mollusca secara khas dibagi antara kaki ventral (sebagai alat penggerak)
dan mantel punggung atau pallium (melindungi tubuh dan membangun cangkang).
Mantel pelindung diperkuat oleh duri atau pelat berkapur di mollusca dasar yang
berevolusi menjadi cangkang lengkap di kelompok moluska yang lebih berkembang.
Sekunder cangkang dapat berkurang seperti yang terjadi pada siput dan cephalopoda.
Antara mantel dan kaki pada dasarnya ada alur, pada tahap yang lebih tinggi
berkembang rongga, yang disebut rongga pallial. Di sini organ pernapasan berada, dan
juga tempat keluar dari organ pencernaan, seksual dan ekskresi. Secara umum
Mollusca terbagi menjadi 8 kelas yaitu: Monoplacophora (kebanyakan fosil),
Aplacophora (Subkelas: Neomeniomorpha dan Chaetodermomorpha),
Polyplacophora, Scaphopoda, Rostroconchia (hanya fosil), Gastropoda, Pelecypoda
dan Cephalopoda.
a. Ciri-ciri Mollusca:
1. Merupakan hewan multiselular yang tidak mempunyai tulang belakang.
2. Habitatnya di air maupun darat.
3. Merupakan hewan triploblastik selomata.
4. Struktur tubuhnya simetri bilateral.
5. Tubuh terdiri dari kaki, massa viseral, dan mantel.
6. Memiliki sistem syaraf berupa cincin syaraf.
7. Organ ekskresi berupa nefridia.
8. Memiliki radula (lidah bergigi).
9. Hidup secara heterotrof.
10. Reproduksi secara seksual.
4
Massa Viseral
Massa viseral adalah bagian tubuh yang lunak dari mollusca. Di dalam massa
viseral terdapat organ-organ seperti organ pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Massa
viseral dilindungi oleh mantel
Mantel
Mantel adalah jaringan tebal yang melindungi massa viseral. Mantel membentuk
suatu rongga yang disebut rongga mantel. Di dalam rongga mantel berisi cairan. Cairan
tersebut adalah tempat lubang insang, lubang ekskresi dan anus.
c. Sistem Syaraf
Mollusca terdiri dari cincin syaraf. Sistem syaraf ini mengelilingi esofagus dengan
serabut saraf yang menyebar.
f. Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi Mollusca adalah berupa nefridia yang berperan mirip dengan
ginjal. Nefridia juga mengeluarkan sisa metabolisme dalam bentuk cairan.
g. Sistem Respirasi
Sistem respirasi Mollusca ini berbeda-beda, jika hewan yang hidup di air maka
yang berperan adalah insang sisir (ctenidia), sedangkan yang hidup di darat melalui
paru-paru namun juga dapat terjadi melalui pertukaran udara dengan menggunakan
terdapat di mantel, sistem ini berfungsi mirip dengan paru-paru.
h. Cara Hidup
Mollusca hidup secara heterotrof dengan memakan organisme lain. Misalnya
ganggang, ikan, ataupun mollusca lainnya.
5
i. Habitat
Mollusca hidup di air maupun di darat. Mollusca yang hidup di air contohnya
sotong dan gurita. Sedangkan yang hidup di darat contohnya siput.
j. Reproduksi
Mollusca bereproduksi secara seksual. Pada umumnya organ reproduksi jantan
dan betina pada umumnya terpisah pada individu lain (gonokoris). Namun, meski
begitu jenis siput tertentu ada yang bersifat hermaprodit. Fertilisasi dilakukan secara
internal ataupun eksternal sehingga menghasilkan telur. Telur tersebut berkembang
menjadi larva dan pada akhirnya akan menjadi mollusca dewasa.
Sistem Pencernaan
80% spesies Solenogaster memiliki radula, sementara yang lain hilang secara
sekunder. Radula mungkin mengandung satu atau lebih gigi per baris; di mana ada
lebih dari satu gigi, tidak ada gigi radula sentral. Radula tumbuh dengan membagi gigi
6
yang sudah ada menjadi dua, atau dengan menambahkan gigi baru di tengah barisan
radula. Kelenjar saliva sangat rumit, dan merupakan karakter penting untuk taksonomi.
Di sebelah mulut mereka memiliki organ indera yang unik, yaitu vestibulum.
Sistem Saraf
Solenogaster menunjukkan fitur-fitur penting dari sistem saraf moluska; cincin
saraf circumoesophageal dibentuk oleh hubungan antara otak dan pedal ganglia, yang
masing-masing memancarkan medula lateral dan kabel saraf ventral (Hubrecht, 1881).
Tali saraf lateral memasok daerah lateral dan dorsal dinding tubuh, serta midgut, sistem
peredaran darah, rongga mantel, dan sistem reproduksi. Saraf ventral menginervasi
daerah ventrolateral di kedua sisi alur pedal. Ganglia otak hadir dalam satu kesatuan
sebagai dua hemiganglia leburan besar. Struktur ini sering berbentuk ginjal, lebih tebal
di tepi lateral daripada di tengah. Dalam beberapa spesies, seperti Wirenia argentea,
ada aspek yang sedikit tertutup ke bagian belakang ganglion, yang kurang pada spesies
lain (Todt, et al., 2008). Di sisi anterior ganglion serebral terdapat tiga atau lebih pasang
pembengkakan frontal, kadang-kadang disebut prekebral ganglia, meskipun tidak
secara alami ganglionik.
Cara Hidup
Solenogaster pada umumnya hidup dengan cnidaria, misalnya karang, yang
polipnya mereka makan. Sebagian besar spesies mengambil mangsanya menggunakan
radula mereka dan menelannya. Lainnya menusuk kulit mereka dan menyedot cairan
sel dari mereka. Pada spesies-spesies itu, radula seringkali dikurangi, yang merupakan
kasus sekitar sepertiga dari semua spesies solenogaster. Jadi radula hadir juga di antara
Solenogastres, menunjuk sekali lagi ke arah kesimpulan bahwa radula adalah karakter
moluska yang sangat tua.
Sistem Reproduksi
Solenogaster adalah hermaprodit, yang mengubah jenis kelamin mereka selama
hidup mereka. Spesimen yang lebih muda hidup sebagai jantan, sedangkan yang lebih
tua adalah betina. Pembuahan terjadi secara internal setelah kopulasi, tidak seperti
pembuahan eksternal di antara caudofoveatans. Perkembangan larva melewati tahap
larva planktontik dari jenis trochophore.
Perkembangan Larva
Larva solenogaster trocophore menyebar dan bermetamorfosis ke bentuk dewasa
pada pemukiman ke benthos. Seberkas apikal adalah organ sensor larva yang terdiri
dari empat sel apikal yang membawa flagel sensorik. Ini dimasukkan ke dalam tes
sebagai larva berkembang dan mendekati metamorfosis, dan tampaknya tidak
berkontribusi pada pengembangan sistem saraf dewasa (Baba, 1940). Alih-alih, sel uji
di bawah dua depresi di daerah pretrokal berkembang biak ke dalam dan akhirnya
7
membentuk dasar untuk ganglia otak, yang kemudian melebur dalam perkembangan,
serta komponen lain dari sistem saraf pusat. Pedal ganglia juga muncul sekitar waktu
yang sama (sekitar tiga hari pasca fertilisasi) di Epimenia babai, tetapi
perkembangannya belum diamati secara langsung. Dalam Rhopalomenia aglaopheniae
dan Nematomenia banyulensis, pedal ganglia muncul dari proliferasi sel lebih lanjut di
ganglia serebral, tetapi di Neomenia carinata mereka terbentuk dengan cara yang sama
seperti ganglia serebral, dari invaginasi depresi sel uji (Okusu, 2002).
Solenogastres: Larva trochophore berumur satu hari Epimenia babai dalam tampilan
ventral, menunjukkan pasangan depresi serebral ektodermal (CD) di mana ganglia otak
mulai terbentuk, skala batang 50 μm.
8
Anatomi
Caudofoveata berukuran kecil (1–30 mm), terutama moluska laut dalam. Caudofoveata
hidup di kedalaman lebih dari 20 m, di mana mereka dapat muncul dalam kepadatan
hingga 4 hingga 5 individu per meter persegi, sejauh ke bawah laut dalam.
Caudofoveata memiliki sisik dan duri berkapur yang disebut sclerite, untuk pergerakan.
Di ujung kepala mereka, caudofoveatan memiliki pelindung keras yang dipenuhi
dengan sel-sel indera.
Sistem Pencernaan
Seperti pada semua moluska, juga pada caudofoveatan, pemberian makan dilakukan
dengan bantuan lidah parut yaitu radula, yang mungkin memiliki sebanyak 1.000 gigi.
Caudofoveatan hidup di dasar samudera, tempat mereka mencari makanan, baik
merayap atau menggali. Di satu sisi mereka adalah pemakan detritus, sehingga mereka
hidup dari bahan organik yang membusuk, atau mereka memakan organisme
monoseluler, seperti foraminifera dan diatom (silikat alga).
Sistem Pernapasan
Seperti moluska lainnya, caudofoveatan juga memiliki rongga pallial, hanya saja
sangat kecil dan terletak di ujung tubuh. Di rongga pallial, ada insang sisir berpasangan
atau ctenidia.
9
Sistem Reproduksi
Gonad, organ seksual terletak di sisi punggung dan darinya saluran eferen mengarah
ke perikardium (kantung jantung) dan dari sana beberapa saluran terbuka ke dalam
rongga pallial. Caudofoveatan memiliki jenis kelamin yang berbeda, jantan dan betina,
pembuahan terjadi secara eksternal di dalam air. Perkembangan larva caudofoveatans
terjadi melalui tahap trochophora planktontik.
Sistem Saraf
Sistem saraf Caudofoveata sederhana dan dibangun seperti tangga tali. Meskipun
demikian, ada ganglion otak yang dapat dikenali untuk menyediakan perisai otak
dengan neuron.
10
b. Sistem Syaraf
Sistem syaraf terdiri atas cincin sirkum esofagus, dan 2 cabang syaraf (mensyarafi
kaki dan mantel).
e. Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi dengan menggunakan sepasang ginjal yang salurannya bermuara
ke bagian posterior
f. Sistem Reproduksi
Jenis kelamin terpisah, fertilisasi terjadi secara eksternal. Telur-telur yang
dikeluarkan betina terdiri dari suatu kumpulan, membentuk benang-benang yang
diselimuti oleh gelatin. Setelah dibuahi, pada zigot yang terbentuk terjadi “cleavage”,
disusul dengan pembentukan gastrula, kemudian terbentuk prototroch. Prototroch
menenetas membentuk burayak yang disebut trochopore. Trochopore berbentuk bulat
panjang , dilengkapi dengan sepasang mata dan satu ‘pedal gland’. Burayak ini
berenang bebas. Dalam perkembangan selanjutnya, trochopore akan membentuk 8
buah lempengan plat-plat di bagian dorsal tubuhnya, kemudian larva akan tenggelam
ke dasar perairan yang selanjutnya akan menjadi chiton dewasa.
11
Bentuk perkembangan burayak dari beberapa jenis chiton dilihat dari bagian dorsal
tubuh. A merupakan Lepidopleurus asellus, B merupakan Mopalia lignose, C merupakan
Lepidochitona cenereus, D merupakan Chaetopleura apiculata dan E merupakan Cryptochiton
stelleri.
g. Manfaat
Chiton dimanfaatkan menjadi campuran sop, sate dan dipasarkan dalam bentuk
kalengan. Chiton mengandung protein yang cukup tinggi, yaitu 18,86 %, lebih tinggi
dari protein yang terdapat dalam teripang (7,67 %), tiram (13,31 %) atau kijing (11,27
%). Oleh karena itu hewan ini perlu dipertimbangkan sebagai salah satu sumber
protein hewani dari laut (Sjafrie, 1989).
12
Pernapasan bagi Gastropoda yang hidup di darat menggunakan paru-paru,
sedangkan Gastropoda yang hidup di air, bernapas dengan insang.
Gastropoda mempunyai alat reproduksi jantan dan betina bergabung atau disebut
juga ovotestes. Gastropoda adalah hewan hemafrodit, tetapi tidak mampu melakukan
autofertilisasi. Alat ekskresi herupa sebuah ginjal yang terletak dekat jantung. Hasil
ekskresi dikeluarkan ke dalam rongga mantel. Sistem peredaran darah adalah sistem
peredaran darah terbuka. Jantung terdiri dari serambi dan bilik ventrikel yang terletak
di dalam rongga tubuh.
Gastropoda ini terbagi menjadi 3 ordo yaitu ordo Prosobranchia, ordo
Opisthobranchia dan ordo Pulmonata. Contoh dari gastropoda adalah Achatina fulica.
a. Struktur tubuh
Tubuhnya bercangkok (concha), kebanyakan berputar ke kanan (dekstral) ada juga
yang berputar ke kiri (sinistral) putaran ini berasal dari apeks melalui whorl sampai ke
aperture.bagian tengah yang merupakan sumbu putaran disebut kollumella. Kollumella
ini tidak terlihat dari luar.
13
Cangkok terdiri atas tiga lapisan, yaitu: (1) periostrakum, terbuat dari bahan tanduk
yang disebut konkiolin, (2) lapisan prismatik, terbuat dari kalsit atau arragonit, (3)
lapisan mutiara, terdiri dari CaCOs jernih dan mengkilap. Lapisan prismatik dan
periostrakum dibentuk oleh tepi pallium yang menebal, sedangkan mutiara dibentuk
oleh seluruh permukaan pallium. Pada waktu aktif tubuh menjulur dari cangkok, terdiri
atas bagian: (1) kepala (pada ujung depan agak ke ventral terdapat mulut, dua pasang
tentakel, pada ujung tentakel yang lebilh panjang terdapat mata); (2) leher (pada sisi
sebelah kanan terdapat lubang genital); (3) kaki (terdiri atas otot yang kuat untuk
merapat, (4) viscera yang belum begitu jelas batasnya (terdapat di dalam cangkok,
berbentuk spiral, ditutupi oleh mantel, pada bagian tepi cangkok dekat kaki mantel
menjadi lebih tebal disebut gelangan (kollar), di bawah gelangan ini terdapat lubang
pernafasan; rongga mantel berfungsi juga sebagai organ pernafasan.
14
yang langsung mencapai rongga-rongga darah atau hemocoelom (tidak membentuk
kapiler-kapiler). Dari hemocoelom, dikumpulkan kembali melalui sirculus
(=pembuluh darah yang berjalan melingkar). Circulus venosus terdiri atas dua (masing-
masing mengumpulkan arah dari daerah viscera, daerah kaki dan kepala, kemudian
darah diteruskan (untuk melepaskan CO2 dan menerima oksigen) selanjutnya masuk
kembali ke atrium kemudian ke ventrikel. Darahnya mengandung pigmen pernafasan
yang berwarna biru (=haemocyanin), berfungsi untuk mengikat oksigen, zat-zat
makanan, dan sisa metabolisme.
d. Sistem Pernafasan
Alat pernafasan berupa paru-paru (modifikasi dari rongga mantel yang kaya
dengan kapiler-kapiler darah).
e. Sistem Ekskresi
Alat ekskresi berupa nephridia, terdapat di dekat jantung dan saluran uretranya
terletak di dekat anus.
f. Sistem Syaraf
Sistem syaraf terdiri atas: ganglion serebral (sebelah dorsal), ganglion pedal
(sebelah ventral), ganglion parietal (sebelah lateral), ganglion abdominal (sebelah
median), ganglion bukal (sebelah dorsal rongga mulut).
g. Organ reseptor
Terdapat tiga macam reseptor yang utama, yaitu:
a) Kemoreseptor (terletak pada tentakel yang pendek)
b) Photoreseptor (merupakan mata sederhana yang dilengkapi dengan lensa, sel-sel
pigmen dan sel-sel reseptor)
c) Statoreseptor (berupa statokist, terdapat pada ganglion pedalis dan mendapat
syaraf dari ganglion serebralis)
Selain dari itu seluruh permukaan tubuhnya peka terhadap sentuhan dan stimulan
lainnya.
h. Sistem Reproduksi
Achatina fulica bersifat hermafrodit, tetapi untuk fertilisasi diperlukan
spermatozoa dari individu lain, karena spermatozoa dari induk yang sama tidak dapat
membuahi sel telur. Ova dan spermatozoa dibentuk bersama-sama di ovotestis.
Ovotestis berupa kelenjar kecil berwarna putih kemerahan, terletak melekat di antara
kelenjar pencernaan (hepatopankreas, pada apek dari masa viscera). Saluran yang yang
terdapat pada ovotestis, yaitu:
a) duktus hermaproditikus (=persatuan saluran halus pada ovotestis)
b) spermoviduk, terdiri dari dua saluran, yaitu:
15
(1) saluran telur (oviduk), berakhir pada vagina, dan
(2) saluran semen (vasdeferens), berakhir pada penis
Vagina dan penis mempunyai hubungan terbuka dengan suatu ruangan yaitu atrium
genital yang mempunyai lubang keluar (=porus genitalis).
i. Gerakan dan Tingkah Laku
Alat gerak ialah kaki. Pada waktu aktif permukaan bawah menjadi bergelombang
dengan amplitudo kecil dikarenakan adanya aktivitas otot-otot dalam dindingnya.
Gelombang-gelombang gerakan ini dikordinasikan oleh susunan syaraf. Permukaan
yang dilalui siput darat akan menunjukan bekas, karena adanya deretan mukus yang
ditinggalkan dalam perjalanannya. Mukus ini dihasilkan oleh glandula pedalis dengan
salurannnya yang bermuara di permukaan ventral belakang mulut.
Mukus ini berguna untuk: (1) menjaga agar kaki tidak menjadi kering, (2) menahan
bagian-bagian kaki yang relaksasi: sementara bagian yang kontraksi bergerak ke depan,
konka cenderung jatuh menggantung di sisi kanan dan secara periodik kembali pada
posisi semula oleh karena aktivitas muskulus kolumellaris. Achatina fulica aktif pada
waktu udara lembab dan merayap kemana-mana terutama pada waktu malam hari.
Pada waktu udara kering tidak aktif induk (ini disebut aestivasi) dan menarik tubuhnya
ke dalam konka di tempat yang terlindung, kemudian kakinya mengeluarkan lapisan
lendir yang kaku dan mengeras untuk menutup lubang konka dan mencegah
pengeringan lebih jauh.
j. Manfaat
Menurut Ferisandi, et al. (2019), Gastropoda memiliki peran ekonomis dan
ekologis. Secara ekonomis, Gastropoda memberikan manfaat bagi kehidupan manusia
diantaranya sebagai bahan pangan sumber protein hewani (contoh: Bellamnya
sumatraensis), bahan industri kerajinan, perhiasan (contoh: Pomacea canaciluta).
Karena mengandung protein yang tinggi, beberapa spesies dari Gastropoda dapat
dijadikan pakan tambahan bagi peternak itik/unggas dan peternak lele. Fungsi ekologis
dari Gastropoda yaitu beberapa spesies dari Gastropoda dapat dijadikan sebagai
bioindikator suatu perairan.
Selain itu, gastropoda memiliki nilai ekonomis penting sebagai sumber bahan
pangan, dan diduga memiliki senyawa-senyawa bioaktif seperti alkaloid, steroid,
flavonoid, yang dapat digunakan dalam dunia pengobatan, misalnya antikanker.
Beberapa jenis senyawa flavonoid dapat menghambat aktivitas reseptor tirosin kinase
yang berperan dalam pertumbuhan keganasan tumor/kanker (Putri, et al., 2012).
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mollusca (filum Mollusca, dari bahasa Latin: molluscus = lunak)
merupakan hewan triploblastik selomata yang bertubuh lunak. Cangkang ini terbuat
dari kapur. Ke dalamnya termasuk semua hewan lunak dengan maupun tanpa
cangkang, seperti berbagai jenis siput, chiton, kerang-kerangan, serta cumi-cumi dan
kerabatnya. Secara umum Mollusca terbagi menjadi 8 kelas yaitu: Monoplacophora
(kebanyakan fosil), Aplacophora (Subkelas: Neomeniomorpha dan
Chaetodermomorpha), Polyplacophora, Scaphopoda, Rostroconchia (hanya fosil),
Gastropoda, Pelecypoda dan Cephalopoda.
Ciri-ciri Mollusca:
1. Merupakan hewan multiselular yang tidak mempunyai tulang belakang.
2. Habitatnya di air maupun darat.
3. Merupakan hewan triploblastik selomata.
4. Struktur tubuhnya simetri bilateral.
5. Tubuh terdiri dari kaki, massa viseral, dan mantel.
6. Memiliki sistem syaraf berupa cincin syaraf.
7. Organ ekskresi berupa nefridia.
8. Memiliki radula (lidah bergigi).
9. Hidup secara heterotrof.
10. Reproduksi secara seksual.
3.2 Saran
Demi kelancaran pembealajaran avertebrata air, dimohon untuk literatur lebih
ditambah lagi dikarenakan untuk beberapa kelas dan subkelas masih sangat minim
informasi.
17
REFERENSI