Anda di halaman 1dari 45

PENDUGAAN BEBERAPA PARAMETER DINAMIKA

POPULASI IKAN LAYANG (Decapterus macrosoma)


DI PERAIRAN TELUK BONE, SULAWESI SELATAN

SKRIPSI

OLEH :

HIKMA SARI

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
PENDUGAAN BEBERAPA PARAMETER DINAMIKA
POPULASI IKAN LAYANG (Decapterus macrosoma)
DI PERAIRAN TELUK BONE, SULAWESI SELATAN

OLEH :

HIKMA SARI

Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
dalam bidang Manajemen Sumberdaya Perairan
pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
Makassar

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pendugaan Beberapa Parameter Dinamika Populasi Ikan

Layang (Decapterus macrosoma) Di Perairan Teluk

Bone, Sulawesi Selatan

Nama Mahasiswa : Hikma Sari

Stambuk : L 211 09 253

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Skripsi telah diperiksa dan disetujui oleh:

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA Ir. Suwarni, M.Si


NIP. 1966509071989032001 NIP. 196307171988112001

Mengetahui,

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Manajemen Sumberdaya Perairan,

Prof. Dr. Ir. Andi Niartiningsih, MP Prof. Dr. Ir. Sharifuddin Bin Andy Omar, M.Sc
NIP. 196112011987032002 NIP. 196912291998022001

Tanggal lulus : Mei 2013


ABSTRAK

HIKMA SARI. L21109253. Pendugaan Beberapa Parameter Dinamika


Populasi Ikan Layang (Decapterus macrosoma) Di Perairan Teluk Bone,
Sulawesi Selatan. Di bawah bimbingan JOEHARNANI TRESNATI sebagai
Pembimbing Utama dan SUWARNI sebagai Pembimbing Anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat beberapa parameter dinamika
populasi ikan layang yang berada di perairan Teluk Bone meliputi kelompok
umur, pertumbuhan, mortalitas, dan yield per recruitment.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai Desember
2012. Pengambilan sampel diambil secara acak di tempat pendaratan terakhir di
Desa Panyula, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone. Parameter
kelompok umur menggunakan metode Bhattacharya dan menggunakan bantuan
program FAO – ICLARM Fish Stock Assesment ToolsII (FISAT II), parameter
pertumbuhan menggunakan rumus Von Bertalanffy, Parameter mortalitas alami
(M) menggunakan rumus Empiris Pauly, mortalitas total (Z) menggunaan
persamaan Beverton dan Holt, mortalitas penangkapan diduga dengan
persamaan Z= F+M, dan parameter yield per recruitment menggunakan
persamaan Beverton dan Holt.
Berdasarkan hasil penelitian jumlah sampel yang diiperoleh 849 ekor
dengan kisaran panjang total tubuh ikan 121-295 mm yang terdiri dari 4
kelompok umur, dimana panjang asimptot yaitu 306,35 mm, koefisien laju
pertumbuhan (k) 0,33 dan umur teoritisnya -0,0294 tahun, pertumbuhan ikan
layang ini tergolong lambat. Laju mortalitas alami (M) 0,3672 per tahun,
mortalitas total (Z) 2,4358 per tahun, mortalitas penangkapan (F) 2,0687 per
tahun dan laju eksploitasi (E) 0,8493. Dari hasil ini menunjukkan bahwa terjadi
kelebihan penangkapan karena mortalitas penangkapan (F) lebih tinggi dari
mortalitas alami (M), serta yield per recruitment 0.0865 gram/recruitment.

Kata kunci : ikan layang, dinamika populasi.


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 18 Juli 1991 di Palopo, dan

merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan

Ayahanda H. Suryadi dan Ibunda Hj. Sarifah. Penulis

memulai pendidikan pada tinggat Taman Kanak-Kanak

Kartika Chandra Kirana Watampone, tamat pada tahun

1997, kemudian berturut-turut menyelesaikan studi pada Sekolah Dasar Inpress

3/77 Manurunge, Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Watampone tahun 2006

dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Watampone tahun 2009. Pada bulan

agustus tahun 2009 penulis berhasil lulus ujian Seleksi Nasioanal Masuk

Perguruan Tinggi Negeri dan diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi

Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan

dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.

Selama menjalani kegiatan akademik di Jurusan Perikanan, penulis

pernah mengabdikan diri pada almamater sebagai asisten pada beberapa mata

kuliah.
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan Skripsi ini penulis

mendapat banyak arahan dan dukungan dari berbagai pihak. Olehnya itu melalui

kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang

tak terhingga kepada:

1. Ayahanda H. Suryadi dan ibunda Hj. Sarifah serta suamiku Rudi Ariyanto

yang tak hentinya memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

2. Ibu Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA sebagai Pembimbing Utama dan Ibu Ir.

Suwarni, M.Si sebagai Pembimbing Anggota dan dengan sabar telah

mengarahkan dan membimbing dari awal sampai selesainya penulisan

skripsi ini.

3. Bapak Prof.Dr.Ir.Sharifuddin Bin Andy Omar, M.Sc sebagai Ketua Program

Studi MSP beserta seluruh dosen perikanan dan staf yang telah memberikan

banyak bekal berupa pengetahuan selama penulis berada di bangku kuliah.

4. Teman-teman MSP Angkatan 2009

5. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

tidak dapat penulis tuliskan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-

Nya. Amin.

Penulis

Hikma Sari
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .......................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………….. iii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Tujuan dan Kegunaan ........................................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistematika Ikan Layang (Decapterus macrosoma) ........................... 3

B. Morfologi Ikan Layang (Decapterus macrosoma) .............................. 3

C. Habitat dan Penyebaran ..................................................................... 4

D. Parameter Dinamika Populasi ............................................................ 5

1. Kelompok Umur ............................................................................ 5

2. Pertumbuhan ................................................................................ 6

3. Mortalitas ...................................................................................... 7

4. Yield Per Recruitment ................................................................... 8

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat ............................................................................ 9

B. Alat dan Bahan .................................................................................. 9

C. Prosedur Penelitian ........................................................................... 10

D. Analisis Data ..................................................................................... 12

1. Pendugaan Kelompok Umur ....................................................... 12

2. Pendugaan Pertumbuhan ........................................................... 12

3. Pendugaan Mortalitas ................................................................ 13

4. Yield Per Recruiment .................................................................. 15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Kelompok Umur ……………………………………………………………. 16

Pertumbuhan ……………………………………………………………… 19

Mortalitas …………………………………………………………………... 20

Yield Per Recruitment …………………………………………………….. 21

V. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………………. 23

VI. DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 24


DAFTAR TABEL

1. Tingkat Kematangan Gonad Menurut Cassie (Yani, 2001) .................... 12

2. Jumlah Alat Tangkap Di Kecamatan Tanete Riattang Timur …………… 13

3. Hubungan antara Kelompok Umur dengan Modus Panjang pada Ikan


Layang Decapterus macrosoma Di Perairan Teluk Bone ....................... 18

4. Nilai Mortalitas dan Laju Eksploitasi Ikan Layang Decapterus


macrosoma ............................................................................................. 21

5. Nilai Dugaan Parameter yang digunakan sebagai Masukan pada


Analisis Yield Per Recruitment (Y/R) Ikan Layang Decapterus
macrosoma Di Perairan Teluk Bone Kabupaten Bone ........................... 22
DAFTAR GAMBAR

1. Ikan Layang (Decapterus macrosoma).................................................... 3

2. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Di Kelurahan Panyula, Kabupaten


Bone ........................................................................................................ 10

3. Alat Tangkap Purse Seine yang Digunakan di Desa Panyula dan Bajoe,
Kabupaten Bone ..................................................................................... 11

4. Grafik Historam Hubungan antara Frekuensi dan Tengah Kelas dari


Empat Kelompok Umur Panjang Ikan Layang (Decapterus macrosoma)
Di Perairan Teluk Bone, Sulawesi Selatan………………........................ 18

5. Pemetaan selisih logaritma Natural Frekuensi Teoritis Terhadap Nilai


Tengah Kelas pada Setiap Kelompok Umur Ikan Layang (Decapterus
macrosoma) yang Tertangkap di Perairan Teluk Bone ……...………….. 20

6. Kurva Pertumbuhan Ikan Layang Decapterus macrosoma Di Perairan


Teluk Bone, Kabupaten Bone ................................................................. 21
DAFTAR LAMPIRAN

1. Frekuensi Panjang Ikan Layang Decapterus macrosoma, Fc, Logaritma


Natural, Frekuensi Kumulatif dan Selisih Logaritma Natural Pada
Kelompok Umur 1………………………………………………………….…. 26
2. Frekuensi Panjang Ikan Layang Decapterus macrosoma, Fc, Logaritma
Natural, Frekuensi Kumulatif dan Selisih Logaritma Natural Pada
Kelompok Umur 2…………………………………………………………….. 27
3. Frekuensi Panjang Ikan Layang Decapterus macrosoma, Fc, Logaritma
Natural, Frekuensi Kumulatif dan Selisih Logaritma Natural Pada
Kelompok Umur 3…………………………………………………………….. 28

4. Frekuensi Panjang Ikan Layang Decapterus macrosoma, Fc, Logaritma


Natural, Frekuensi Kumulatif dan Selisih Logaritma Natural Pada
Kelompok Umur 4…………………………………………………………….. 29

5. Penentuan Nilai Koefisien Pertumbuhan (K) dan Panjang Asimptot (L∞)


Ikan Layang Decapterus macrosoma dengan Menggunakan Metode For-
Walford ……………………………………………………………………….. 30
6. Perhitungan Laju Mortalitas Total (Z) Ikan Layang Decapterus
macrosoma yang Tertangkap Di Perairan Kabupaten Luwu dengan
Menggunakan Metode Beverton dan Holt ……………………………....... 31

7. Perhitungan Tingkat Mortalitas Alami (M), Mortalitas Total (Z), dan


Penangkapan (F) Ikan Layang Decapterus macrosoma Di Perairan Teluk
Bone ……………………………………………………………….................. 32

8. Perhitungan Yield Per Recruitment (Y/R) Ikan Layang Decapterus


macrosoma Di Perairan teluk Bone ………………………………………. 33

9. Pendugaan Beberapa Hasil Yield Per Recruitment (Y/R) secagai Fungsi


pada Laju Eksploitasi (E) Ikan Layang Decapterus macrosoma Di
Perairan teluk Bone ………………………………………………………… 34

10. Hasil Tangkapan Ikan Di Kabupaten Bone Tahun 2011 ………………... 35


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teluk Bone adalah teluk yang berada di antara 8 kabupaten di wilayah

administrasi Provinsi Sulawesi Selatan dan 5 kabupaten di wilayah administrasi

Provinsi Sulawesi Tenggara. Berarti ada 2 pemerintah provinsi dan 13

pemerintah kabupaten yang berperan penting. Keadaan tersebut merupakan

potensi kerjasama yang luar biasa besar dan kuatnya. Ketiga belas pemerintah

kabupaten tersebut adalah Kab. Kepulauan Selayar, Bulukumba, Sinjai, Bone,

Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur, Kolaka, Kolaka Utara, Bombana,

Muna, dan Kota Baubau. Dasar laut di Nusantara ini juga menampilkan wujud

yang sangat kompleks (Anonim, 2012)

Ikan layang (Decapterus macrosoma) merupakan sumberdaya ikan

pelagis kecil yang berperan besar dalam sektor perekonomian nelayan di

Sulawesi Selatan. Hal ini ditunjukkan dari hasil tangkapan alat tangkap ikan-ikan

pelagis seperti : purse seine, bagan, gill net, dan payang, dimana hasil

tangkapan ikan layang sebesar 25.203,6 ton dengan nilai produksi Rp.

98.312.840 pada tahun 2002 (Najamuddin, 2004). Sementara keseluruhan

potensi ikan layang di perairan Sulawesi Selatan menurut Widodo et al (1998)

diduga sekitar 83.996 ton.

Selain dikonsumsi oleh masyarakat, ikan layang juga digunakan sebagai

umpan pada alat penangkapan tuna long line lokal dan luar negeri. Berdasarkan

data Statistik perikanan tahun 2001, produksi ikan layang di Sulawesi Selatan

sebesar 42.857,4 ton. Ekspor ikan nelayan beku tercatat 75,4 ton dengan Negara

tujuan Korea dan Jepang. Sedangkan permintaan untuk umpan perusahaan tuna

long line sekitar 4.500 ton. Nelayan menangkap ikan layang mulai dari ukuran
kecil sampai besar (mulai panjang 7,1 cm – 29,8 cm). Ikan layang berukuran

kecil umumnya ditangkap dengan alat bagan, sementara ukuran sedang sampai

besar ditangkap dengan purse seine, payang, gill net dan pancing (Najamuddin,

2004).

Jika permintaan ikan dari luar terus meningkat tanpa adanya pengelolaan

secara berkelanjutan maka akan berdampak pada populasi ikan yang ada di

Indonesia. Dalam pengelolaan diperlukan informasi yang menyangkut dinamika

populasi seperti kelompok umur, pertumbuhan, mortalitas dan yield per

recruitment. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian ini.

B. Tujuan dan Kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat beberapa parameter dinamika

populasi ikan layang yang berada di perairan Teluk Bone, meliputi kelompok

umur, pertumbuhan, mortalitas, dan yield per recruitment.

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah

dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya ikan layang.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistematika Ikan Layang (Decapterus macrosoma)

Menurut Saanin (1995), klasifikasi ikan layang adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Pisces

Sub Class : Teleostei

Ordo : Percomorphi

Sub Ordo : Percoidae

Famili : Carangidae

Genus : Decapterus

Spesies : Decapterus macrosoma

Gambar 1. Ikan Layang (Decapterus macrosoma) yang Tertangkap di Perairan


Teluk Bone.

B. Morfologi ikan layang

Ikan layang merupakan salah satu komponen perikanan pelagis yang

terpenting di Indonesia. Ikan ini tergolong suku carangidae ini biasanya hidup

bergerombol. Di perairan Indonesia terdapat lima jenis ikan layang yang umum
yaitu : Decapterus kurroides, Decapterus russelli, Decapterus makrosoma,

Decapterus lajang dan Decapterus maruadsi (Nontji, 2007)

Menurut Saanin (1995), ikan layang mempunyai ciri-ciri : bentuk badan

langsing memanjang dan tidak begitu kompres, profit dorsal dan ventral sama.

Sirip punggung pertama berjari-jari keras 8. Sirip punggung kedua berjari-jari

keras 1 dan lemah 32-35, sirip dubur terdiri 2 jari-jari, dimana satu jari-jari keras

bergabung dengan 26-30 jari-jari lemah.di belakang sirip punggung kedua dan

dubur terdapat satu jari-jari sirip tambahan, terdapat 25-30 sisik duri pada gurat

sisinya. Tinggi badan umumnya 4,5 sampai 5,5 cm, kepala 3,4-3,5 cm, lebar

mata 2,6-3,0 cm, dan panjang total maksimum mencapai 40 cm, umumnya 25

cm.

C. Habitat dan Penyebaran

Ikan layang hidup di perairan lepas pantai dengan kadar garam yang

tinggi. Ikan layang bersifat stenohalin, artinya hidup pada perairan dengan variasi

salinitas yang sempit, biasanya sekitar 31-33 ppt. Di laut sering terjadi perubahan

pola arus dan pola sebaran salinitas yang tergantung dari musim, maka dari itu

ikan layang itu juga akan melakukan migrasi (Nontji, 2007).

Pada musim Timur bulan Juni sampai september terdapat banyak ikan

layang di laut Jawa. Layang yang datang yaitu layang timur yang terdiri dari dua

populasi, yakni dari selat Makassar dan Laut Flores. Pada saat itu air dengan

salinitas tinggi mengalir dari laut Flores masuk ke Laut Jawa dan keluar melalui

Selat Karimata dan Selat Sunda. Sebaliknya terjadi pada musim barat bulan

Januari hingga Maret. Pada musim ini terdapat dua populasi yang masuk ke laut

Jawa yaitu layang barat dan layang utara. Populasi layang barat datang dari

samudra Hindia tetapi sebarannya terbatas hanya sampai ke selat Sunda dan

sekitarnya. Sementara itu layang utara yang berasal dari laut Cina Selatan
masuk, sebagian menuju ke Selat Sunda dan sebagian lagi ke Timur sampai ke

Pulau Bawean, Pulau Masalembo, dan sebagian lagi membelok ke arah selatan

sampai ke Selat Bali. Itulah sebabnya puncak produksi ikan layang di Laut Jawa

terjadi dua kali dalam setahun masing-masing jatuh pada bulan Januari-Maret

(akhir musim Barat) dan pada bulan Juli-September (Musim Timur) (Nontji,

2007).

Kemunculan ikan layang di laut jawa menurut Sumarto (1960) dapat

diharapkan sepanjang tahun, tetapi saat yang pasti mengenai kemunculannya

tersebut belum diketahui dengan tepat. Hasil pengamatan terhadap produksi ikan

layang pada daerah penghasil ikan, diperoleh kesimpulan bahwa dalam setahun

terjadi dua kali hasil yang melimpah. Hasil maksimum terjadi antara bulan Juli,

Agustus, dan September. Menurut Widodo (1995), puncak pemijahan ikan layang

terjadi pada bulan April dan Agustus. Puncak-puncak musim ini dapat berubah

maju atau mundur sesuai dengan perubahan musim yaitu yang berhubungan

dengan perubahan angin muson di Laut Jawa.

D. Parameter Dinamika Populasi

Kelompok umur

Umur merupakan alat penting di dalam biologi perikanan. Data umur yang

dihubungkan dengan data panjang dan berat dapat memberikan keterangan

tentang umur pada waktu ikan pertama kali matang kelamin, lama hidup,

mortalitas, pertumbuhan dan reproduksi. Penentuan umur ikan dengan

menggunakan metode sisik berdasarkan kepada tiga hal. Pertama, bahwa

jumlah sisik ikan tidak berubah dan tetap identitasnya selama hidup. Kedua,

pertumbuhan tahunan pada sisik ikan sebanding dengan pertambahan panjang

ikan selama hidupnya. Ketiga, hanya satu annulus yang dibentuk pada tiap tahun

(Effendie, 2002)
Keadaan jumlah ikan dari tiap kelas dalam komposisi yang ada dalam

perairan pada suatu saat tertentu bergantung pada rekruitmen yang terjadi tiap

tahun dan jumlah ikan yang hilang dari perairan disebabkan karena diambil oleh

manusia atau dieksploitasi atau karena ikan itu mati secara alami. Fluktuasi

besarnya jumlah dari tiap kelompok umur yang membentuk populasi dapat

memberi sejarah daur hilang dari ikan dari masing-masing kelompok. Dengan

mengetahui umur ikan tersebut, dan komposisi jumlahnya yang ada dan berhasil

hidup, dapat diketahui keberhasilan atau kegagalan reproduksi ikan pada tahun

tertentu (Effendie, 1979).

Everhart et al (1975) mengemukakan bahwa terdapat beberapa metode

untuk mengestimasi komposisi umur berdasarkan frekuensi panjang. Salah satu

metode yang digunakan adalah metode Bhattacharya. Dasar metode ini yaitu

pemisahan kelompok umur yang mempunyai distribusi normal, dimana masing-

masing kelompok umur ikan tersebut merupakan satu cohort. Kamsur (1993)

menduga di perairan Majene terdapat tiga kelompok umur berdasarkan panjang

totalnya, yaitu kelompok umur pertama dengan kisaran panjang 7,1 – 9,4 cm,

kelompok umur kedua antara 9,5 – 15,6 cm dan kelompok umur ketiga berkisar

15,7 – 29,8 cm. Ikan layang sudah matang gonad pada umur tiga tahun dengan

panjang 18 – 19 cm (Tiews et al 1968).

Pertumbuhan

Pertumbuhan dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang atau

berat dalam suatu waktu. Apabila dilihat lebih lanjut, sebenarnya pertumbuhan itu

merupakan proses biologis yang komplek dimana banyak faktor yang

mempengaruhinya. Dari segi pertumbuhan, kelompok sel-sel suatu jaringan

dalam bagian tubuh dapat digolongkan menjadi bagian yang dapat diperbaharui

yaitu bagian yang dapat berkembang dan bagian yang statis (Effendie, 2002)
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu faktor dalam dan faktor

luar. Faktor ini ada yang dapat dikontrol dan ada juga yang tidak. Faktor dalam

umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol, diantaranya keturunan, sex, umur,

parasit dan penyakit. Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan ialah

makanan dan suhu perairan. Namun dari kedua faktor ini belum diketahui faktor

mana yang memegang peranan lebih besar (Effendie, 2002).

Pola pertumbuhan dapat dibagi ke dalam empat tingkat yang berbeda

(Weatherley, 1972). Fase pertama adalah pertumbuhan larva, dimana perubahan

bentuk dan ukuran badan berubah dengan cepat. Fase kedua adalah fase

juvenil, berlanjut dengan perubahan panjang dan berat badan terjadi hubungan

yang lebih linier. Sejalan dengan ikan yang mendekati kematangan, banyak

energi yang telah dimanfaatkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan

pertumbuhan gonad muncul hanya setelah masa bertelur selesai. Tahap

pertumbuhan ini berlanjut sampai ikan tersebut mencapai dewasa (Aziz,1989)

Pentingnya pendugaan pertumbuhan dalam dinamika populasi sangat

mempengaruhi ikan pada saat pertama kali bertelur, komposisi umur stok,

potensi hasil dari suatu stok dan mortalitas (Aziz, 1989).

Mortalitas

Laju mortalitas merupakan sebuah pengukur peluang kematian ikan

tertentu pada interval waktu tertentu. Aziz (1989) menyatakan bahwa jika

penangkapan dilakukan terus menerus untuk memenuhi permintaan konsumen

tanpa adanya suatu usaha pengaturan, maka sumberdaya hayati ikan dapat

mengalami kelebihan tangkap dan berakibat mengganggu kelestarian

sumberdaya hayati. Dua pendekatan dasar untuk menghitung laju mortalitas di

dalam pengelolaan sumberdaya perikanan laut yaitu mortalitas tahunan (A) dan

laju mortalitas total seketika (Z).


Ikan yang mempunyai mortalitas tinggi adalah ikan yang mempunyai

siklus hidup yang pendek. Pada populasinya hanya sedikit variasi umur dan

pergantian stok berjalan relatif cepat serta mempunyai data reproduksi tinggi.

Kecepatan eksploitasi atau pendugaan kematian karena penangkapan adalah

kemungkinan ikan mati karena penangkapann selama periode waktu tertentu,

dimana semua faktor penyebab kematian berpengaruh terhadap populasi

sedangkan pengharapan kematian tahunan penyebab alamiah adalah peluang

dimana seekor ikan mati oleh proses waktu yang diamati (Aziz,1989).

Yield Per Recruitment

Rekruitmen adalah penambahan anggota baru ke dalam suatu kelompok.

Dalam perikanan rekruitmen ini dapat diartikan sebagai penambahan suplai baru

(yang sudah dapat dieksploitasi) ke dalam stok lama yang sudah ada dan

sedang dieksploitasi. Suplai baru ini ialah hasil reproduksi yang telah tersedia

pada tahapan tertentu dari daur hidupnya dan telah mencapai ukran tertentu

sehingga dapat tertangkap dengan alat penangkapan yang digunakan dalam

perikanan (Effendie, 2002)

Menurut Effendie (2002) secara sederhana yield adalah porsi atau bagian

dari populasi yang diambil oleh manusia. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi rekruitment, termasuk didalamnya yaitu besarnya stok yang

sedang bertelur, faktor lingkungan, predasi, dan persaingan (Aziz, 1989).

Model Yield per recruitment relatif adalah salah satu model non linier

yang disebut juga model analisis recruitment dan dikembangakan oleh Beverton

dan Holt (1957). Model ini lebih mudah dan praktis digunakan karena hanya

memerlukan input nilai parameter populasi lebih sedikit jika dibandingkan dengan

model (Y/R) yang lainnya (Pauly,1984)


III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai Desember

2012 di Desa Panyula, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone di

perairan Teluk Bone, Sulawesi Selatan.

Gambar 2. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Di Desa Panyula, Kabupaten


Bone.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mistar ukur dengan

ketelitian 0,1 cm untuk mengukur panjang total tubuh ikan, coolbox untuk tempat

ikan, frezeer sebagai tempat penyimpanan ikan sebelum dibedah, pisau bedah,

camera digital untuk mendokumentasikan gambar dan kegiatan di lapangan, dan

alat tangkap yang digunakan yaitu purse seine (Gambar 3.)


Gambar 3. Alat Tangkap Purse Seine yang Digunakan Di Desa Panyula,
Kabupaten Bone

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan layang yang

diperoleh dari perairan Teluk Bone, Sulawesi Selatan dan es curah fungsinya

untuk menjaga mutu kesegaran ikan.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh dari hasil penangkapan ikan layang. Pengambilan sampel diambil

secara acak di tempat pendaratan terakhir di Desa Panyula. Setelah

pengambilan selesai, ikan dimasukkan ke dalam coolbox yang telah diberi es

curah. Kemudian setelah tiba di laboratorium, ikan dimasukkan kedalam frezeer.

Untuk strata ukuran dilakukan dengan membagi ikan kedalam ukuran besar,

sedang, dan kecil. Menurut Saanin dalam Aprilianti (2000), ukuran ikan layang

dapat mencapai 30 cm, umumnya untuk ukuran sedang 16,6 – 21,5 cm, namun

yang sering ditemukan yaitu 20 – 25 cm. Panjang yang akan diukur yaitu panjang

total tubuh ikan yang diukur mulai dari ujung terdepan bagian kepala sampai ke

ujung sirip ekor yang paling belakang. Kemudian ikan di bedah untuk dibedakan

TKG-nya (Tabel 1).


Tabel 1.Tingkat Kematangan Gonad Menurut Cassie (Yani, 2001)

Tingkat
Betina Jantan
Kematangan

Ovari seperti benang, panjang Testes seperti benang,


I sampai ke depan rongga lebih pendek (terbatas) dan
tubuh,warna jernih, permukaan terlihat ujungnya di rongga
licin. tubuh, warna jernih.
Ukuran ovarium lebih besar, Ukuran testes lebih besar,
II pewarnaan lebih gelap kekuning- pewarnaan putih seperti
kuningan, telur belum terlihat jelas susu, bentuk lebih jelas
dengan mata. daripada tingkat I.
Permukaan testes tampak
Ovari berwarna kuning, secara bergerigi, warna makin
III morfologi telur mulai kelihatan putih, testes makin besar,
butirnya dengan mata dalam keadaan awet
mudah putus
Ovarium semakin besar, telur
berwarna kuning, mudah Seperti pada tingkat III
IV dipisahkan, butir miinyak tidak tampak lebih jelas, testes
tampak, mengisi 1/2 – 2/3 rongga semakin pejal.
perut, usus terdesak
Ovari berkerut , dinding tebal, butir
Testes bagian belakang
V telur sisa terdapat di dekat
kempis dan di bagian sekat
pelepasan. Banyak telur seperti
pelepasan masih berisi
pada tingkat II

Data sekunder diambil dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Bone yaitu jumlah alat tangkap yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Alat Tangkap di Kecamatan Tanete Riattang Timur


No Kelurahan pl hl ps jit rt Jih pt ba jl py Sr bb ptg bt tbg rk
1 Tibojong - - - - - - - - - - - - - - - -
2 Cellu - - - - - - - - - - - - - - - -
3 Bajoe 2 30 3 32 56 2 13 6 28 5 26 19 61 1 13 -
4 Lonrae - 85 59 - 4 1 - 5 - - - - 4 - - -
5 Toro - 25 5 41 26 - - - - - 3 - - - - -
6 Panyula - 64 38 8 3 6 3 - - - 2 - - - - -
7 Waetuo - 12 - 16 - - - 23 - - 12 8 18 1 - 1
8 Pallette - - - 42 - - - 5 - - 34 - - 82 - -
Jumlah 2 216 105 139 89 9 16 39 28 5 77 27 83 84 13 1
Sumber : Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) Tanete Riattang Timur.
Keterangan :

pl : Pole and Line py : Payang (Panja)


hl : Hand Line (Pancing ulur) sr : Sero (Belle)
ps : Purse seine (gae/pukat cincin) bb : bubu
jit : Jaring Insang tetap ptg : Pancing Tegak
rt : Rawai tetap (tabere) bt : Bagan Tancap
jih : Jaring Insang Hanyut tbg : Tombak Gurita
pt : Pancing Tonda rk : Rakkang
ba : Bagan Apung (Rambo)
jl : Jaring Lingkar (Lambi/Muroami)

D. Analisis Data

Kelompok Umur

Kelompok umur ditentukan dengan menggunakan metode

Bhattacharya dengan membagi ikan layang dengan beberapa kisaran panjang

(L), kemudian di cari frekuensi teoritis (fc) dari frekuensi masing-masing

kelompok tersebut. Selanjutnya dicari logaritma natural dari frekuensi teoritis (log

fc) di antara kelompok kelas panjang yang ada, dilanjutkan dengan mencari

selisih logaritmanya ( . Kemudian dilakukan pemetaan nilai tengah

kelas sebagai sumbu x dan selisih logaritma natural frekuensi kumulatif (

sebagai sumbu y. Jumlah garis yang terbentuk menunjukkan jumlah

kelompok umur. Perhitungan pada kelompok umur ini menggunakan bantuan

program FAO – ICLARM Fish Stock Assesment ToolsII (FISAT II).

Pertumbuhan

Pendugaan parameter pertumbuhan menggunakan rumus pertumbuhan

Von Bertalanffy (Sparre, et.al,1999) sebagai berikut :

Lt = L ∞ (1 - e-K (t-to))

Keterangan :
Lt = Panjang ikan pada umur t (mm)

L∞ = Panjang Asimptot ikan (mm)

K = Koefisien laju pertumbuhan

t0 = Umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol (tahun)

t = umur (tahun)

Untuk menentukan panjang asimptot ikan (L ∞) dan koefisien laju

pertumbuhan (k) digunakan metode Ford dan Walford dalam Sparre, et.al, (1999)

yaitu dengan memplotkan L (t + dan L (t) dengan persamaan berikut :

L (t + ) = a + b.L (t)

Setelah mendapatkan persamaan regresi dari kedua hubungan kemudian

dimasukkan ke dalam persamaan linier yaitu :

Y = a + bX

dimana :

a = L ∞ (1-b)

b = exp (- K. )

sehingga di peroleh :

L∞=

K=

Selanjutnya untuk menentukan to akan digunakan rumus Pauly (1980), yaitu :

Log (-t0) = -0,3922 – 0,2752 (Log L ∞) – 1,038 (Log K)

Keterangan :

L = Panjang asimptot ikan (mm)

K = koefisien laju pertumbuhan

t0 = Umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol (tahun)
Mortalitas

Mortalitas alami diduga dengan menggunakan Empiris Pauly (1980) yaitu:

Ln M = 0,8 x exp (-0,152 – 0,279 ln L ∞ + 0,6534 ln K + 0,4634 ln T0C

Keterangan :

L∞ = Panjang asimptot ikan (mm)

k = Koefisien Laju Pertumbuhan

T = Suhu rata-rata permukaan perairan (0C)

Mortalitas total diduga dengan persamaan yang dikemukakan oleh

Beverton dan Holt (1956) dalam Sparre et.al, (1999) yaitu :

∞ ̅
Z=K ̅–

Keterangan :

Z = Laju mortalitas total (tahun)

K = koefisien laju pertumbuhan

L ∞ = panjang asimptot ikan (mm)

̅ = Panjang rata-rata ikan yang tertangkap penuh (mm)

L’ = Batas terkecil ukuran kelas panjang ikan yang tertangkap penuh (mm)

Mortalitas penangkapan diduga dengan persamaan :

Z=F+M

Sehingga di peroleh :

F=Z–M

Laju eksploitasi (E) diperoleh dengan menggunakan rumus Beverton dan

Holt yaitu :

dimana:
F = Nilai mortalitas penangkapan

Z = Mortalitas total

Yield Per Recruiment

Y/R diketahui dari persamaan Beverton dan Holt (Sparre et.al,1999) yaitu:

Y/R = E.UM/K (

dimana :

U=1–

m=

E=

Keterangan :

E = Laju eksploitasi

L’ = Batas terkecil ukuran panjang ikan yang tertangkap penuh (mm)

M = Laju mortalitas alami (per tahun)

K = Koefisien laju pertumbuhan (per tahun)

L ∞ = panjang asimptot ikan (mm)

F = Mortalitas penangkapan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelompok Umur

Ikan yang diperoleh selama penelitian berjumlah 849 ekor dengan kisaran

panjang total 121-295 mm. Alat tangkap yang digunakan khususnya di Desa

Panyula yaitu purse seine, namun ada beberapa nelayan yang menggunakan

alat tangkap lain.

Hasil pemetaan antara frekuensi dan tengah kelas (Gambar 4)

didapatkan 3 kelompok umur, yaitu kelompok umur pertama dengan kisaran

panjang antara 121 mm -162 mm, kelompok umur kedua berada pada kisaran

panjang 163 mm - 204 mm, kelompok umur ketiga berada pada kisaran panjang

205 mm – 225 mm dan kelompok umur keempat berada pada kisaran panjang

226 mm – 295 mm. Frekuensi ikan yang tertangkap penuh ditemukan pada

kelompok umur kedua dengan kisaran panjang 163 mm - 204 mm dengan jumlah

sampel adalah 99 ekor ikan layang (Tabel 4) sedangkan untuk frekuensi sampel

terkecil ditemukan pada kelompok umur pertama dengan kisaran panjang 121

mm -162 mm dan kelompok umur keempat dengan kisaran 163 mm - 204 mm

dengan jumlah sampel 5 ekor ikan layang (Tabel 4). Histogram frekuensi hasil

penelitian dengan frekuensi terhitung Fc dari keempat kelompok umur dapat

dilihat pada Gambar 4 berikut.

Kisaran panjang total tubuh ikan layang di perairan Teluk Bone,

Kabupaten Bone berkisar antara 121-295 mm. Nilai kisaran panjang tersebut

relatif besar dari penelitian sebelumnya oleh Rosmini (2008) di perairan Teluk

Bone, Kabupaten Luwu yaitu 9,0 cm sampai 29,0 cm.

Berdasarkan hasil analisis model Bhattacharya (1961) dalam Sparre et.al,

(1999) dengan menggunakan hasil pemetaan selisih logaritma natural frekuensi


kumulatif terhadap nilai tengah kelas diperoleh empat kelompok umur dengan

modus panjang 142,93 mm; 189,93 mm; 221,98 mm; 260,26 mm (Tabel 4).

Hubungan antara kisaran panjang kisaran panjang umur relatif dengan

modus panjang dari ikan layang di perairan Teluk Bone, Kabupaten Bone dapat

dilihat pada Tabel 4.

Gambar 4. Grafik Historam Hubungan antara Frekuensi dan Tengah Kelas dari
Empat Kelompok Umur Panjang Ikan Layang (Decapterus
macrosoma) Di Perairan Teluk Bone, Sulawesi Selatan.
Tabel 4. Hubungan antara Kelompok Umur dengan Modus Panjang pada Ikan
Layang Decapterus macrosoma Di Perairan Teluk Bone.

Modus
Kelompok Kisaran Frekuensi ikan
Panjang frekuensi
Umur Panjang yang tertangkap
(mm) total
121-127 5
128-134 7
135-141 16
I 142.93 72
142-148 26
149-155 10
156-162 8
163-169 9
170-176 32
177-183 57
II 189.17 338
184-190 87
191-197 99
198-204 54
205-211 17
III 221.98 212-218 23 66
219-225 26
226-232 17
233-239 23
240-246 51
247-253 55
254-260 63
IV 260.26 373
261-267 61
268-274 60
275-281 23
282-288 15
289-295 5

Dari hasil penelitian ini dilakukan pemetaan (Gambar 5) selisih logaritma

natural frekuensi teoritis terhadap nilai tengah kelas panjang yang membentuk

empat garis lurus regresi sebagai empat kohort yang terbentuk dengan hasil

perpotongan pada sumbu x sebagai panjang rata-rata ikan (L1,L2,L3, dan L4).

Secara grafik nilai panjang rata-rata individu setiap kelompok umur

disajikan pada Gambar 5.


Grafik Kelompok Umur
2,0000

1,5000 L1= 142,93


1,0000 L4=260,26
Axis Title

0,5000

0,0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
-0,5000
L3=221,98
-1,0000
L2=189,17
-1,5000
Tengah Kelas (mm)

Gambar 5. Pemetaan Selisih Logaritma Natural Frekuensi Teoritis Terhadap


Nilai Tengah Kelas pada Setiap Kelompok Umur Ikan Layang
(Decapterus macrosoma) yang Tertangkap Di Perairan Teluk Bone.

Pertumbuhan

Hasil analisis menggunakan metode Ford-Walford (Sparre et.al. 1999) di

peroleh nilai panjang asimptot (L∞) sebesar 306,35 mm, koefisien laju

pertumbuhan (K) adalah 0,33 per tahun, sedangkan nilai to di peroleh dengan

menggunakan rumus Pauly (1980), yaitu sebesar -0,03 tahun. Berdasarkan nilai

K, L∞, dan to yang diperoleh, maka dengan menggunakan persamaan Von

Bertalanffy didapatkan persamaan pertumbuhan ikan layang.

Lt = 306,35 (1 – exp-0,33(1+0,03))

Dari persamaan tersebut dapat diduga panjang ikan layang dari berbagai

umur sehingga dapat dihitung pertambahan ikan layang untuk setiap tahunnya

hingga mencapai asimptotnya (Gambar 6).


350,00
Lt = 306,35 (1 – exp-0,33(1+0,03))
300,00

250,00
Panjang Total (mm)

200,00

150,00

100,00

50,00

0,00 to = -0,03
-1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829303132
umur (tahun)

Gambar 6. Kurva Pertumbuhan Ikan Layang Decapterus macrosoma Di Perairan


Teluk Bone, Kabupaten Bone.

Berdasarkan kurva pertumbuhan (Gambar 6), terlihat bahwa

pertumbuhan panjang ikan layang yang cepat terjadi pada umur muda dan

semakin lambat seiring dengan bertambahnya umur sampai mencapai panjang

asimptotnya dimana ikan tidak akan bertambah panjang lagi.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie (2002) bahwa pertumbuhan

cepat terjadi pada ikan ketika berumur 3-5 tahun.pada ikan tua walaupun

pertumbuhan itu terus tetapi berjalan dengan lambat. Ikan tua pada umumnya

kekurangan makanan berlebih untuk pertumbuhan, karena sebagian besar

makanannya digunakan untuk pemeliharaan tubuh dan pergerakan.

Mortalitas

Berdasarkan nilai parameter pertumbuhan yang diperoleh maka dari hasil

perhitungan (Lampiran 7) didapatkan nilai laju mortalitas total (Z) sebesar 2,44

per tahun. Laju mortalitas alami (M) sebesar 0,37 per tahun. Biasanya mortalitas

alami (M) dihubungkan dengan nilai M/K dan laju mortalitas penangkapan (F)
2,07 per tahun. Nilai laju eksploitasi (E) diperoleh dengan membagi nilai F

terhadap nilai Z sehingga diperoleh (E) sebesar 0,85.

Tabel 5. Nilai Mortalitas dan Laju Eksploitasi Ikan Layang Decapterus


macrosoma.

Parameter Nilai Dugaan


Mortalitas Total (Z) 2,44 /tahun
Mortalitas Alami (M) 0,37 /tahun
Mortalitas Penangkapan (F) 2,07 /tahun
Laju Eksploitasi (E) 0,85

Dari Tabel 5 terlihat bahwa nilai mortalitas penangkapan (F) 2,07 lebih

besar dibandingkan dengan mortalitas alami (M) 0,37. Hal ini menunjukkan

bahwa kematian ikan layang di Perairan Teluk Bone disebabkan oleh faktor

penangkapan. Berdasarkan hasil wawancara, ikan layang ini merupakan salah

satu ikan yang sangat digemari karena pemintaan masyarakat yang semakin

banyak dan terbukti dari hasil tangkapan ikan layang di Kabupaten Bone pada

tahun 2011 yang mencapai 5.550,5 ton/tahun (Lampiran 10).

Tingkat mortalitas alami (M) 0,37 pada penelitian ini lebih kecil dari hasil

penelitian Rosmini (2008) di Teluk Bone, Perairan Kabupaten Luwu sebesar 0,61

per bulan. Pada tingkat mortalitas penangkapan (F) kabpaten Luwu yaitu 0,96

yang lebih besar dari Teluk Bone yaitu 2,07, menunjukkan bahwa perkiraan

intensitas penangkapan ikan layang di Teluk Bone lebih tinggi dari perairan

Kabupaten Luwu.

Yield Per Recruitment

Hasil perhitungan Yield per recruitment (Y/R) dengan menggunakan

metode Beverton dan Holt, dengan memasukkan nilai-nilai yang terdapat pada

Tabel 6.
Tabel 6. Nilai Dugaan Parameter yang Digunakan sebagai Masukan pada
Analisis Yield Per Recruitment (Y/R) Ikan Layang Perairan Teluk Bone
Kabupaten Bone.

Parameter Nilai Dugaan

Mortalitas Total (Z) 2,44 /tahun

Mortalitas Alami (M) 0,37 /tahun

Mortalitas Penangkapan (F) 2,07 /tahun

Laju Eksploitasi (E) 0,85

Koefisien Laju Pertumbuhan (K) 0,33

Panjang Asimptot (L∞) 306,35 mm

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5 dan Lampiran 8 dapat diketahui

bahwa nilai dugaan Y/R sebesar 0.09 gram/recruitment yang diambil sebagai

hasil tangkapan. Hal ini berarti bahwa dalam setiap recruitment yang terjadi

terdapat 0,09 gram yang diambil sebagai hasil tangkapan.

Selanjutnya hubungan antara laju eksploitasi (E) dengan Y/R dapat dilihat

pada Lampiran 9. Setiap peningkatan nilai E akan diikuti oleh peningkatan Y/R,

Nilai Y/R maksimum terdapat pada E = 0,90 gram/recruitment (Lampiran 9) dan

nilai Y/R saat ini yaitu 0,09 gram/recruitment dan E = 0,85. Hal ini menunjukkan

bahwa nilai laju eksploitasi hampir mendekati batas optimum yaitu 0,90.

Aziz (1989) menyatakan bahwa jika penangkapan dilakukan secara terus

menerus tanpa adanya suatu usaha pengaturan, maka sumberdaya hayati ikan

pada waktu yang akan datang dapat mengalami kelebihan tangkapan dan

berakibat mengganggu kelestarian sumberdaya hayati.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data terhadap pendugaan

beberapa parameter dinamika populasi ikan layang (Decapterus macrosoma) di

perairan Teluk Bone, Sulawesi Selatan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Ikan layang (Decapterus macrosoma) di perairan Teluk Bone terdiri dari

empat kelompok umur dengan modus panjang : 142,93 mm; 189,93 mm;

221,98 mm; 260,26 mm

2. Ikan layang (Decapterus macrosoma) di peraian Teluk Bone panjang

asimptotnya dapat mencapai 306,35 mm, nilai laju pertumbuhan ikan layang

tergolong lambat yaitu 0,33, dan umur teoritis ikan pada saat panjang sama

dengan nol adalah -0,03 tahun.

3. Mortalitas alami stok ikan layang di perairan Teluk Bone disebabkan oleh

mortalitas penangkapan (F) 2,07.

4. Nilai laju Eksploitasi (E) yaitu 0,85, dari nilai ini menunjukkan bahwa nilai

tersebut hampir mendekati batas optimum yaitu 0,90.

5. Nilai dugaan Yield per Recruitment (Y/R) yaitu 0.09 gram/recruitment.

Saran

Dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa diduga ikan layang di

sekitar perairan Teluk Bone hampir mendekati over eksploitasi, maka dari itu

untuk menjaga kelestarian ikan layang sebaiknya perlu dilakukan pembatasan

upaya pemanfaatan, misalnya dengan penutupan musim penangkapan dan

pengurangan unit alat tangkap.


Lampiran 1. Frekuensi Panjang Ikan Layang Decapterus macrosoma, Fc, Logaritma natural, Frekuensi kumulatif dan selisih logaritma
Natural pada kelompok umur 1

Interval Tengah Frekuensi


F x TK - - ² - - ²/2S²] Exp FC Ln FC ∆ Ln c TK + Dl/2
Kelas Kelas (TK) (F)
121-127 124 5 620 -19,15 1834,15 -2,1095 0,12 2,24 0,81 1,26 127

128-134 131 7 917 -12,15 1033,83 -0,8493 0,43 7,91 2,07 0,70 134

135-141 138 16 2208 -5,15 424,82 -0,1527 0,86 15,87 2,76 0,13 141

142-148 145 26 3770 1,85 88,72 -0,0196 0,98 18,12 2,90 -0,43 148

149-155 152 10 1520 8,85 782,73 -0,4501 0,64 11,78 2,47 -0,99 155

156-162 159 8 1272 15,85 2009,08 -1,4442 0,24 4,36 1,47 162

72 10307 6173,32

= 142,93 a = 11,44

S2 = 87,48 b = -0,08

S = 9,35 L1 = 142,93
Lampiran 2. Frekuensi Panjang Ikan Layang Decapterus macrosoma, Fc, Logaritma natural, Frekuensi kumulatif dan selisih logaritma
Natural pada kelompok umur 2

Frekuensi
Interval Tengah F x TK - F(TK - ² - - ²/2S²] Exp FC Ln FC ∆ Ln c TK + Dl/2
(F)
Kelas Kelas (TK)
163-169 166 9 1494 -22,22 4444,31 -2,98 0,05 0,97 -0,04 1,58 169

170-176 173 32 5536 -15,22 7414,59 -1,40 0,25 4,68 1,54 0,99 176

177-183 180 57 10260 -8,22 3853,17 -0,41 0,67 12,59 2,53 0,40 183

184-190 187 87 16269 -1,22 129,89 -0,01 0,99 18,75 2,93 -0,19 190

191-197 194 99 19206 5,78 3305,27 -0,20 0,82 15,47 2,74 -0,78 197

198-204 201 54 10854 12,78 8817,12 -0,98 0,37 7,07 1,96 204

338 63619 27964,36

= 189,17 a = 15,92

S2 = 823,18 b = -0,08

S = 9,12 L2 = 189,17
Lampiran 3. Frekuensi Panjang Ikan Layang Decapterus macrosoma, Fc, Logaritma natural, Frekuensi kumulatif dan selisih logaritma
Natural pada kelompok umur 3

Frekuensi TK +
Interval Kelas Tengah Kelas (TK) F x TK - - ² - - ²/2S²] Exp FC Ln FC ∆ Ln c
(F) Dl/2
205-211 208.5 17 3544.5 -50.11 42687.21 -2.80 0.06 2.00 0.69 0.73 212
212-218 215.5 23 4956.5 -43.11 42744.86 -2.07 0.13 4.14 1.42 0.62 219
219-225 222.5 26 5785 -36.11 33902.23 -1.45 0.23 7.69 2.04 1.38 226
226-232 229.5 17 3901.5 -29.11 14405.67 -0.94 0.39 30.53 3.42 0.40 233
233-239 236.5 23 5439.5 -22.11 11243.60 -0.54 0.58 45.52 3.82 0.29 240
240-246 243.5 51 12418.5 -15.11 11643.92 -0.25 0.78 60.85 4.11 0.18 247
247-253 250.5 55 13777.5 -8.11 3617.47 -0.07 0.93 72.93 4.29 0.07 254
254-260 257.5 63 16222.5 -1.11 77.62 0.00 1.00 78.36 4.36 -0.04 261
261-267 264.5 61 16134.5 5.89 2116.22 -0.04 0.96 75.50 4.32 -0.12 268
268-274 270.5 60 16230 11.89 8482.33 -0.16 0.85 67.04 4.21 -0.28 274
275-281 278.5 23 6405.5 19.89 9099.08 -0.44 0.64 50.51 3.92 -0.36 282
282-288 285.5 15 4282.5 26.89 10846.08 -0.81 0.45 35.07 3.56 -0.47 289
289-295 292.5 5 1462.5 33.89 5742.66 -1.28 0.28 21.83 3.08 296
439 110560.5 196608.93

= 258.61 a = 4,03 S = 7,91

S2 = 448.88 b = 0,02 L3 = 221,98


Lampiran 5. Penentuan Nilai Koefisian Pertumbuhan (K) dan Panjang Asimptot
(L∞) Ikan Layang Decapterus macrosoma dengan Menggunakan
Metode For-Walford.

kisaran panjang Modus Panjang


Kelompok Umur
(mm) (mm)
121-162 I 142.93

163-204 II 189.17

205-225 III 221.98

226-295 IV 260.26

a = 60,01

b = 0,89

k = 0,33

Log (k) = -0,48

L∞ = 306,35 mm

Log L ∞ = 2,48

Log (-to) = -0,03


Lampiran 6. Perhitungan Laju Mortalitas Total (Z) Ikan Layang Decapterus
macrosoma yang tertangkap Di Perairan Kabupaten Luwu dengan
Menggunakan Metode Beverton dan Holt

TK Frek F*TK
194,5 99 19255.5

201,5 54 10881

208,5 17 3544.5

215,5 23 4956.5

222,5 26 5785

229,5 17 3901.5

236 48324

̅ =

= 204,76

L’ = 191

∞ ̅
Z = (̅ )

Z = ( )

= ( )

= 2,44 per tahun


Lampiran 7. Perhitungan Tingkat Mortalitas Alami (M), Mortalitas Total (Z), dan
Penangkapan (F) Ikan Layang Decapterus macrosoma Di Perairan
Teluk Bone.

Diketahui :

L∞ = 306,35

k = 0,33

T0C = 290C

Mortalitas alami

Ln M = 0,8 x exp (-0,0152 – 0,279 ln (306,35) + 0,6543 ln (0,33) + 0,463 x ln (29)

= 0,37 per tahun

Mortalitas total

Z = 0,33 x

= 2,44 per tahun

Mortalitas Penangkapan

F =Z–M

= 2,44 – 0,37

= 2,0687 per tahun

Laju Eksploitasi

= 0,85
Lampiran 8. Perhitungan Yield per Recruitment (Y/R) Ikan Layang Decapterus
macrosoma Di Perairan Teluk Bone.

Y/R = E.UM/K( )

Dimana :

U =1–

=1-

= 0,38

M/K =

=1,11

m =

= 0,14

Y/R = 0,85. 0,381,11( )

= 0.09 gram/recruitment
Lampiran 9. Pendugaan Beberapa Hasil Yield Per Recruitment (Y/R) sebagai
fungsi pada Laju Eksploitasi (E) Ikan Layang Decapterus
macrosoma Di Perairan Teluk Bone.

E Y/R E.U^M/K m
0 0 0 0.8987
0.05 0.0097 0.0169 0.8538
0.10 0.0191 0.0337 0.8089
0.15 0.0282 0.0506 0.7639
0.20 0.0369 0.0675 0.7190
0.25 0.0452 0.0843 0.6740
0.30 0.0531 0.1012 0.6291
0.35 0.0605 0.1180 0.5842
0.40 0.0675 0.1349 0.5392
0.45 0.0740 0.1518 0.4943
0.50 0.0799 0.1686 0.4494
0.55 0.0852 0.1855 0.4044
0.60 0.0900 0.2024 0.3595
0.65 0.0941 0.2192 0.3146
0.70 0.0975 0.2361 0.2696
0.75 0.1002 0.2530 0.2247
0.80 0.1021 0.2698 0.1797
0.85 0.1032 0.2867 0.1348
0.90 0.1035 0.3036 0.0899
0.95 0.1030 0.3204 0.0449
1.00 0.1018 0.3373 0.0000
Lampiran 10. Hasil Tangkapan Ikan Di Kabupaten Bone Tahun 2011

NO JENIS IKAN VOLUME (TON)/TAHUN


1 Tuna 22,228.1
2 Cakalang 4,334.4
3 Banyar 838.8
4 Udang putih 40.0
5 Kepiting rajungan 357.9
6 Layang 5,550.5
7 Cumi-cumi 305.5
8 Tembang 867.7
9 Peperek 879.1
10 Baronang lingkis 971.5
11 Ekor kuning 213.7
12 Belanak 448.3
13 Teri 1,271.9
14 Kerapu karang 492.1
15 Kurisi 417.5
16 Tongkol 1,250.1
17 Tenggiri 270.9
18 Kakap putih 200.1
19 Biji nangka 153.8
20 Gerot-gerot 419.3
21 Ikan merah/bambangan 318.2
22 Lencam 1,823.7
23 Marlin/setuhuk 233.9
24 Kakatua 548.3
25 Bawal 90.0
26 Kwee 392.1
27 Kembung 1,251.8
28 Rebon 51.2
29 Kepiting bakau 302.2
30 Japuh 1,329.10
31 Selar 53.10
32 Lemadang 209.4
33 Pinjalo 220.4
34 Gulamah 225.4
35 Ikan lainnya 19,223.8
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bone.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. http://iklanabc.com/jual-ikan-malalugis-layang-fpifishery.html.


(Akses: rabu, 19/09/2012)
Anonim. 2012. Potensi Geologi Kawasan Teluk Bone.
Geologisutra.blogspot.com/2012/05/potensi-geologi-kawasan-teluk-
bone.html. (Akses: Rabu, 19/09/2012).
Anonim. 2013. http://aksesdunia.com/2012/jenis-jenis-alat-penangkap-ikan-di-
indonesia/. (Akses: Rabu, 08/05/2013)

Akmaluddin, 2010. Dinamika (Struktur dan Parameter) Populasi Ikan Kakatua


Scarus flavipectoralis Di Perairan Pantai Kecamatan Bontosikuyu,
Kabupaten Kepulauan Selayar, Propinsi Sulawesi Selatan. Skripsi.
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. UNHAS Makassar.
Aprilianti, Henny. 2000. Aspek reproduksi ikan layang di Perairan Sibolga. Skripsi
Fakultas Perikanan IPB. Hal.75
Aziz, 1989. Dinamika Populasi Ikan. Bogor: IPB.
s
Effendie. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
Everhart, W. H., A. W. Eipper and W. D. Youngs. 1975. Principles of Fishery
Science Cornell University Press. Ithaca
Hasrum. 2004. Studi Bio-Fisik Daerah Penangkapan Ikan Layang (Decapterus
sp.) di Perairan Majene Berdasarkan Hasil Tangkapan. Skripsi. Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan. UNHAS Makassar.
Jupri. 2003. Studi Tentang Respon Retina Mata Ikan Layang (Decapterus
russelli) Terhadap Cahaya Lampu Merkuri Pada Alat Tangkap Bagan
Rambo Di Perairan Barru, Selat Makassar. Skripsi. Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan. UNHAS Makassar.
Kamsur, M. 1993. Potensi dan Tingkat Eksploitasi serta Beberapa Parameter
Dinamika Populasi Ikan Layang (Decapterus spp) di Sekitar Perairan
kabupaten Majene. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Ujung
Pandang.
Najamuddin. 2004. Kajian Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Layang (Decapterus
spp) Berkelanjutan di Perairan Selat Makassar. Disertasi. Program Studi
Ilmu Pertanian Program Pasca Sarjana. UNHAS Makassar.
Nggajo. 2011. Profil Kawasan Konservasi Perairan Nasional.
Kupang: Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang.
Nontji. 2007. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.
Rosmini. 2008. Tingkat Eksploitasi dan Dinamika Populasi Ikan Layang
(Decapterus spp.) Di Sekitar Perairan Kabupaten Luwu. Skripsi. Program
Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. UNHAS Makassar.
Sudirman dan Mallawa, A. 1999. Metode Penangkapan Ikan. Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Jurusan Perikanan. Universitas
Hasanuddin. Ujung pandang.
Soemarto, 1960. Behaviour ikan terutama yang berhubungan dengan ikan
pelagis yang menentukan schooling ; layang (Decapterus spp). Fakultas
perikanan. IPB. Bogor. 23-48.
Suwarni, 2012. Modul Praktikum Dinamika Populasi. Jurusan Perikanan.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Widodo, R.W. 1995. Hubungan Suhu Permukaan Laut dan Curah Hujan dengan
Fluktuasi Hasil Tangkapan Ikan Layang (Decapterus Spp) di Perairan
Bawean, Jawa Timur. Fakultas Perikanan , IPB. Bogor.70 hal.

Anda mungkin juga menyukai