SKRIPSI
OLEH :
HIKMA SARI
OLEH :
HIKMA SARI
Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
dalam bidang Manajemen Sumberdaya Perairan
pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin
Makassar
Mengetahui,
Prof. Dr. Ir. Andi Niartiningsih, MP Prof. Dr. Ir. Sharifuddin Bin Andy Omar, M.Sc
NIP. 196112011987032002 NIP. 196912291998022001
dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Watampone tahun 2009. Pada bulan
agustus tahun 2009 penulis berhasil lulus ujian Seleksi Nasioanal Masuk
Perguruan Tinggi Negeri dan diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi
pernah mengabdikan diri pada almamater sebagai asisten pada beberapa mata
kuliah.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan Skripsi ini penulis
mendapat banyak arahan dan dukungan dari berbagai pihak. Olehnya itu melalui
kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang
1. Ayahanda H. Suryadi dan ibunda Hj. Sarifah serta suamiku Rudi Ariyanto
2. Ibu Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA sebagai Pembimbing Utama dan Ibu Ir.
skripsi ini.
Studi MSP beserta seluruh dosen perikanan dan staf yang telah memberikan
5. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
manfaat bagi kita semua. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-
Nya. Amin.
Penulis
Hikma Sari
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
2. Pertumbuhan ................................................................................ 6
3. Mortalitas ...................................................................................... 7
Pertumbuhan ……………………………………………………………… 19
Mortalitas …………………………………………………………………... 20
3. Alat Tangkap Purse Seine yang Digunakan di Desa Panyula dan Bajoe,
Kabupaten Bone ..................................................................................... 11
A. Latar Belakang
potensi kerjasama yang luar biasa besar dan kuatnya. Ketiga belas pemerintah
Wajo, Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur, Kolaka, Kolaka Utara, Bombana,
Muna, dan Kota Baubau. Dasar laut di Nusantara ini juga menampilkan wujud
Sulawesi Selatan. Hal ini ditunjukkan dari hasil tangkapan alat tangkap ikan-ikan
pelagis seperti : purse seine, bagan, gill net, dan payang, dimana hasil
tangkapan ikan layang sebesar 25.203,6 ton dengan nilai produksi Rp.
umpan pada alat penangkapan tuna long line lokal dan luar negeri. Berdasarkan
data Statistik perikanan tahun 2001, produksi ikan layang di Sulawesi Selatan
sebesar 42.857,4 ton. Ekspor ikan nelayan beku tercatat 75,4 ton dengan Negara
tujuan Korea dan Jepang. Sedangkan permintaan untuk umpan perusahaan tuna
long line sekitar 4.500 ton. Nelayan menangkap ikan layang mulai dari ukuran
kecil sampai besar (mulai panjang 7,1 cm – 29,8 cm). Ikan layang berukuran
kecil umumnya ditangkap dengan alat bagan, sementara ukuran sedang sampai
besar ditangkap dengan purse seine, payang, gill net dan pancing (Najamuddin,
2004).
Jika permintaan ikan dari luar terus meningkat tanpa adanya pengelolaan
secara berkelanjutan maka akan berdampak pada populasi ikan yang ada di
populasi ikan layang yang berada di perairan Teluk Bone, meliputi kelompok
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Percomorphi
Famili : Carangidae
Genus : Decapterus
terpenting di Indonesia. Ikan ini tergolong suku carangidae ini biasanya hidup
bergerombol. Di perairan Indonesia terdapat lima jenis ikan layang yang umum
yaitu : Decapterus kurroides, Decapterus russelli, Decapterus makrosoma,
langsing memanjang dan tidak begitu kompres, profit dorsal dan ventral sama.
keras 1 dan lemah 32-35, sirip dubur terdiri 2 jari-jari, dimana satu jari-jari keras
bergabung dengan 26-30 jari-jari lemah.di belakang sirip punggung kedua dan
dubur terdapat satu jari-jari sirip tambahan, terdapat 25-30 sisik duri pada gurat
sisinya. Tinggi badan umumnya 4,5 sampai 5,5 cm, kepala 3,4-3,5 cm, lebar
mata 2,6-3,0 cm, dan panjang total maksimum mencapai 40 cm, umumnya 25
cm.
Ikan layang hidup di perairan lepas pantai dengan kadar garam yang
tinggi. Ikan layang bersifat stenohalin, artinya hidup pada perairan dengan variasi
salinitas yang sempit, biasanya sekitar 31-33 ppt. Di laut sering terjadi perubahan
pola arus dan pola sebaran salinitas yang tergantung dari musim, maka dari itu
Pada musim Timur bulan Juni sampai september terdapat banyak ikan
layang di laut Jawa. Layang yang datang yaitu layang timur yang terdiri dari dua
populasi, yakni dari selat Makassar dan Laut Flores. Pada saat itu air dengan
salinitas tinggi mengalir dari laut Flores masuk ke Laut Jawa dan keluar melalui
Selat Karimata dan Selat Sunda. Sebaliknya terjadi pada musim barat bulan
Januari hingga Maret. Pada musim ini terdapat dua populasi yang masuk ke laut
Jawa yaitu layang barat dan layang utara. Populasi layang barat datang dari
samudra Hindia tetapi sebarannya terbatas hanya sampai ke selat Sunda dan
sekitarnya. Sementara itu layang utara yang berasal dari laut Cina Selatan
masuk, sebagian menuju ke Selat Sunda dan sebagian lagi ke Timur sampai ke
Pulau Bawean, Pulau Masalembo, dan sebagian lagi membelok ke arah selatan
sampai ke Selat Bali. Itulah sebabnya puncak produksi ikan layang di Laut Jawa
terjadi dua kali dalam setahun masing-masing jatuh pada bulan Januari-Maret
(akhir musim Barat) dan pada bulan Juli-September (Musim Timur) (Nontji,
2007).
tersebut belum diketahui dengan tepat. Hasil pengamatan terhadap produksi ikan
layang pada daerah penghasil ikan, diperoleh kesimpulan bahwa dalam setahun
terjadi dua kali hasil yang melimpah. Hasil maksimum terjadi antara bulan Juli,
Agustus, dan September. Menurut Widodo (1995), puncak pemijahan ikan layang
terjadi pada bulan April dan Agustus. Puncak-puncak musim ini dapat berubah
maju atau mundur sesuai dengan perubahan musim yaitu yang berhubungan
Kelompok umur
Umur merupakan alat penting di dalam biologi perikanan. Data umur yang
tentang umur pada waktu ikan pertama kali matang kelamin, lama hidup,
jumlah sisik ikan tidak berubah dan tetap identitasnya selama hidup. Kedua,
ikan selama hidupnya. Ketiga, hanya satu annulus yang dibentuk pada tiap tahun
(Effendie, 2002)
Keadaan jumlah ikan dari tiap kelas dalam komposisi yang ada dalam
perairan pada suatu saat tertentu bergantung pada rekruitmen yang terjadi tiap
tahun dan jumlah ikan yang hilang dari perairan disebabkan karena diambil oleh
manusia atau dieksploitasi atau karena ikan itu mati secara alami. Fluktuasi
besarnya jumlah dari tiap kelompok umur yang membentuk populasi dapat
memberi sejarah daur hilang dari ikan dari masing-masing kelompok. Dengan
mengetahui umur ikan tersebut, dan komposisi jumlahnya yang ada dan berhasil
hidup, dapat diketahui keberhasilan atau kegagalan reproduksi ikan pada tahun
metode yang digunakan adalah metode Bhattacharya. Dasar metode ini yaitu
masing kelompok umur ikan tersebut merupakan satu cohort. Kamsur (1993)
totalnya, yaitu kelompok umur pertama dengan kisaran panjang 7,1 – 9,4 cm,
kelompok umur kedua antara 9,5 – 15,6 cm dan kelompok umur ketiga berkisar
15,7 – 29,8 cm. Ikan layang sudah matang gonad pada umur tiga tahun dengan
Pertumbuhan
berat dalam suatu waktu. Apabila dilihat lebih lanjut, sebenarnya pertumbuhan itu
dalam bagian tubuh dapat digolongkan menjadi bagian yang dapat diperbaharui
yaitu bagian yang dapat berkembang dan bagian yang statis (Effendie, 2002)
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu faktor dalam dan faktor
luar. Faktor ini ada yang dapat dikontrol dan ada juga yang tidak. Faktor dalam
umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol, diantaranya keturunan, sex, umur,
parasit dan penyakit. Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan ialah
makanan dan suhu perairan. Namun dari kedua faktor ini belum diketahui faktor
bentuk dan ukuran badan berubah dengan cepat. Fase kedua adalah fase
juvenil, berlanjut dengan perubahan panjang dan berat badan terjadi hubungan
yang lebih linier. Sejalan dengan ikan yang mendekati kematangan, banyak
mempengaruhi ikan pada saat pertama kali bertelur, komposisi umur stok,
Mortalitas
tertentu pada interval waktu tertentu. Aziz (1989) menyatakan bahwa jika
tanpa adanya suatu usaha pengaturan, maka sumberdaya hayati ikan dapat
dalam pengelolaan sumberdaya perikanan laut yaitu mortalitas tahunan (A) dan
siklus hidup yang pendek. Pada populasinya hanya sedikit variasi umur dan
pergantian stok berjalan relatif cepat serta mempunyai data reproduksi tinggi.
dimana seekor ikan mati oleh proses waktu yang diamati (Aziz,1989).
Dalam perikanan rekruitmen ini dapat diartikan sebagai penambahan suplai baru
(yang sudah dapat dieksploitasi) ke dalam stok lama yang sudah ada dan
sedang dieksploitasi. Suplai baru ini ialah hasil reproduksi yang telah tersedia
pada tahapan tertentu dari daur hidupnya dan telah mencapai ukran tertentu
Menurut Effendie (2002) secara sederhana yield adalah porsi atau bagian
dari populasi yang diambil oleh manusia. Ada beberapa faktor yang
Model Yield per recruitment relatif adalah salah satu model non linier
yang disebut juga model analisis recruitment dan dikembangakan oleh Beverton
dan Holt (1957). Model ini lebih mudah dan praktis digunakan karena hanya
memerlukan input nilai parameter populasi lebih sedikit jika dibandingkan dengan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah mistar ukur dengan
ketelitian 0,1 cm untuk mengukur panjang total tubuh ikan, coolbox untuk tempat
ikan, frezeer sebagai tempat penyimpanan ikan sebelum dibedah, pisau bedah,
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan layang yang
diperoleh dari perairan Teluk Bone, Sulawesi Selatan dan es curah fungsinya
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
Untuk strata ukuran dilakukan dengan membagi ikan kedalam ukuran besar,
sedang, dan kecil. Menurut Saanin dalam Aprilianti (2000), ukuran ikan layang
dapat mencapai 30 cm, umumnya untuk ukuran sedang 16,6 – 21,5 cm, namun
yang sering ditemukan yaitu 20 – 25 cm. Panjang yang akan diukur yaitu panjang
total tubuh ikan yang diukur mulai dari ujung terdepan bagian kepala sampai ke
ujung sirip ekor yang paling belakang. Kemudian ikan di bedah untuk dibedakan
Tingkat
Betina Jantan
Kematangan
Bone yaitu jumlah alat tangkap yang dapat dilihat pada Tabel 2.
D. Analisis Data
Kelompok Umur
kelompok tersebut. Selanjutnya dicari logaritma natural dari frekuensi teoritis (log
fc) di antara kelompok kelas panjang yang ada, dilanjutkan dengan mencari
Pertumbuhan
Lt = L ∞ (1 - e-K (t-to))
Keterangan :
Lt = Panjang ikan pada umur t (mm)
t0 = Umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol (tahun)
t = umur (tahun)
pertumbuhan (k) digunakan metode Ford dan Walford dalam Sparre, et.al, (1999)
L (t + ) = a + b.L (t)
Y = a + bX
dimana :
a = L ∞ (1-b)
b = exp (- K. )
sehingga di peroleh :
L∞=
K=
Keterangan :
t0 = Umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol (tahun)
Mortalitas
Keterangan :
∞ ̅
Z=K ̅–
Keterangan :
L’ = Batas terkecil ukuran kelas panjang ikan yang tertangkap penuh (mm)
Z=F+M
Sehingga di peroleh :
F=Z–M
Holt yaitu :
dimana:
F = Nilai mortalitas penangkapan
Z = Mortalitas total
Y/R diketahui dari persamaan Beverton dan Holt (Sparre et.al,1999) yaitu:
Y/R = E.UM/K (
dimana :
U=1–
m=
E=
Keterangan :
E = Laju eksploitasi
F = Mortalitas penangkapan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kelompok Umur
Ikan yang diperoleh selama penelitian berjumlah 849 ekor dengan kisaran
panjang total 121-295 mm. Alat tangkap yang digunakan khususnya di Desa
Panyula yaitu purse seine, namun ada beberapa nelayan yang menggunakan
panjang antara 121 mm -162 mm, kelompok umur kedua berada pada kisaran
panjang 163 mm - 204 mm, kelompok umur ketiga berada pada kisaran panjang
205 mm – 225 mm dan kelompok umur keempat berada pada kisaran panjang
226 mm – 295 mm. Frekuensi ikan yang tertangkap penuh ditemukan pada
kelompok umur kedua dengan kisaran panjang 163 mm - 204 mm dengan jumlah
sampel adalah 99 ekor ikan layang (Tabel 4) sedangkan untuk frekuensi sampel
terkecil ditemukan pada kelompok umur pertama dengan kisaran panjang 121
dengan jumlah sampel 5 ekor ikan layang (Tabel 4). Histogram frekuensi hasil
Kabupaten Bone berkisar antara 121-295 mm. Nilai kisaran panjang tersebut
relatif besar dari penelitian sebelumnya oleh Rosmini (2008) di perairan Teluk
modus panjang 142,93 mm; 189,93 mm; 221,98 mm; 260,26 mm (Tabel 4).
modus panjang dari ikan layang di perairan Teluk Bone, Kabupaten Bone dapat
Gambar 4. Grafik Historam Hubungan antara Frekuensi dan Tengah Kelas dari
Empat Kelompok Umur Panjang Ikan Layang (Decapterus
macrosoma) Di Perairan Teluk Bone, Sulawesi Selatan.
Tabel 4. Hubungan antara Kelompok Umur dengan Modus Panjang pada Ikan
Layang Decapterus macrosoma Di Perairan Teluk Bone.
Modus
Kelompok Kisaran Frekuensi ikan
Panjang frekuensi
Umur Panjang yang tertangkap
(mm) total
121-127 5
128-134 7
135-141 16
I 142.93 72
142-148 26
149-155 10
156-162 8
163-169 9
170-176 32
177-183 57
II 189.17 338
184-190 87
191-197 99
198-204 54
205-211 17
III 221.98 212-218 23 66
219-225 26
226-232 17
233-239 23
240-246 51
247-253 55
254-260 63
IV 260.26 373
261-267 61
268-274 60
275-281 23
282-288 15
289-295 5
natural frekuensi teoritis terhadap nilai tengah kelas panjang yang membentuk
empat garis lurus regresi sebagai empat kohort yang terbentuk dengan hasil
perpotongan pada sumbu x sebagai panjang rata-rata ikan (L1,L2,L3, dan L4).
0,5000
0,0000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
-0,5000
L3=221,98
-1,0000
L2=189,17
-1,5000
Tengah Kelas (mm)
Pertumbuhan
peroleh nilai panjang asimptot (L∞) sebesar 306,35 mm, koefisien laju
pertumbuhan (K) adalah 0,33 per tahun, sedangkan nilai to di peroleh dengan
menggunakan rumus Pauly (1980), yaitu sebesar -0,03 tahun. Berdasarkan nilai
Lt = 306,35 (1 – exp-0,33(1+0,03))
Dari persamaan tersebut dapat diduga panjang ikan layang dari berbagai
umur sehingga dapat dihitung pertambahan ikan layang untuk setiap tahunnya
250,00
Panjang Total (mm)
200,00
150,00
100,00
50,00
0,00 to = -0,03
-1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121314151617181920212223242526272829303132
umur (tahun)
pertumbuhan panjang ikan layang yang cepat terjadi pada umur muda dan
cepat terjadi pada ikan ketika berumur 3-5 tahun.pada ikan tua walaupun
pertumbuhan itu terus tetapi berjalan dengan lambat. Ikan tua pada umumnya
Mortalitas
perhitungan (Lampiran 7) didapatkan nilai laju mortalitas total (Z) sebesar 2,44
per tahun. Laju mortalitas alami (M) sebesar 0,37 per tahun. Biasanya mortalitas
alami (M) dihubungkan dengan nilai M/K dan laju mortalitas penangkapan (F)
2,07 per tahun. Nilai laju eksploitasi (E) diperoleh dengan membagi nilai F
Dari Tabel 5 terlihat bahwa nilai mortalitas penangkapan (F) 2,07 lebih
besar dibandingkan dengan mortalitas alami (M) 0,37. Hal ini menunjukkan
bahwa kematian ikan layang di Perairan Teluk Bone disebabkan oleh faktor
satu ikan yang sangat digemari karena pemintaan masyarakat yang semakin
banyak dan terbukti dari hasil tangkapan ikan layang di Kabupaten Bone pada
Tingkat mortalitas alami (M) 0,37 pada penelitian ini lebih kecil dari hasil
penelitian Rosmini (2008) di Teluk Bone, Perairan Kabupaten Luwu sebesar 0,61
per bulan. Pada tingkat mortalitas penangkapan (F) kabpaten Luwu yaitu 0,96
yang lebih besar dari Teluk Bone yaitu 2,07, menunjukkan bahwa perkiraan
intensitas penangkapan ikan layang di Teluk Bone lebih tinggi dari perairan
Kabupaten Luwu.
metode Beverton dan Holt, dengan memasukkan nilai-nilai yang terdapat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Nilai Dugaan Parameter yang Digunakan sebagai Masukan pada
Analisis Yield Per Recruitment (Y/R) Ikan Layang Perairan Teluk Bone
Kabupaten Bone.
bahwa nilai dugaan Y/R sebesar 0.09 gram/recruitment yang diambil sebagai
hasil tangkapan. Hal ini berarti bahwa dalam setiap recruitment yang terjadi
Selanjutnya hubungan antara laju eksploitasi (E) dengan Y/R dapat dilihat
pada Lampiran 9. Setiap peningkatan nilai E akan diikuti oleh peningkatan Y/R,
nilai Y/R saat ini yaitu 0,09 gram/recruitment dan E = 0,85. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai laju eksploitasi hampir mendekati batas optimum yaitu 0,90.
menerus tanpa adanya suatu usaha pengaturan, maka sumberdaya hayati ikan
pada waktu yang akan datang dapat mengalami kelebihan tangkapan dan
Kesimpulan
empat kelompok umur dengan modus panjang : 142,93 mm; 189,93 mm;
asimptotnya dapat mencapai 306,35 mm, nilai laju pertumbuhan ikan layang
tergolong lambat yaitu 0,33, dan umur teoritis ikan pada saat panjang sama
3. Mortalitas alami stok ikan layang di perairan Teluk Bone disebabkan oleh
4. Nilai laju Eksploitasi (E) yaitu 0,85, dari nilai ini menunjukkan bahwa nilai
Saran
sekitar perairan Teluk Bone hampir mendekati over eksploitasi, maka dari itu
128-134 131 7 917 -12,15 1033,83 -0,8493 0,43 7,91 2,07 0,70 134
135-141 138 16 2208 -5,15 424,82 -0,1527 0,86 15,87 2,76 0,13 141
142-148 145 26 3770 1,85 88,72 -0,0196 0,98 18,12 2,90 -0,43 148
149-155 152 10 1520 8,85 782,73 -0,4501 0,64 11,78 2,47 -0,99 155
156-162 159 8 1272 15,85 2009,08 -1,4442 0,24 4,36 1,47 162
72 10307 6173,32
= 142,93 a = 11,44
S2 = 87,48 b = -0,08
S = 9,35 L1 = 142,93
Lampiran 2. Frekuensi Panjang Ikan Layang Decapterus macrosoma, Fc, Logaritma natural, Frekuensi kumulatif dan selisih logaritma
Natural pada kelompok umur 2
Frekuensi
Interval Tengah F x TK - F(TK - ² - - ²/2S²] Exp FC Ln FC ∆ Ln c TK + Dl/2
(F)
Kelas Kelas (TK)
163-169 166 9 1494 -22,22 4444,31 -2,98 0,05 0,97 -0,04 1,58 169
170-176 173 32 5536 -15,22 7414,59 -1,40 0,25 4,68 1,54 0,99 176
177-183 180 57 10260 -8,22 3853,17 -0,41 0,67 12,59 2,53 0,40 183
184-190 187 87 16269 -1,22 129,89 -0,01 0,99 18,75 2,93 -0,19 190
191-197 194 99 19206 5,78 3305,27 -0,20 0,82 15,47 2,74 -0,78 197
198-204 201 54 10854 12,78 8817,12 -0,98 0,37 7,07 1,96 204
= 189,17 a = 15,92
S2 = 823,18 b = -0,08
S = 9,12 L2 = 189,17
Lampiran 3. Frekuensi Panjang Ikan Layang Decapterus macrosoma, Fc, Logaritma natural, Frekuensi kumulatif dan selisih logaritma
Natural pada kelompok umur 3
Frekuensi TK +
Interval Kelas Tengah Kelas (TK) F x TK - - ² - - ²/2S²] Exp FC Ln FC ∆ Ln c
(F) Dl/2
205-211 208.5 17 3544.5 -50.11 42687.21 -2.80 0.06 2.00 0.69 0.73 212
212-218 215.5 23 4956.5 -43.11 42744.86 -2.07 0.13 4.14 1.42 0.62 219
219-225 222.5 26 5785 -36.11 33902.23 -1.45 0.23 7.69 2.04 1.38 226
226-232 229.5 17 3901.5 -29.11 14405.67 -0.94 0.39 30.53 3.42 0.40 233
233-239 236.5 23 5439.5 -22.11 11243.60 -0.54 0.58 45.52 3.82 0.29 240
240-246 243.5 51 12418.5 -15.11 11643.92 -0.25 0.78 60.85 4.11 0.18 247
247-253 250.5 55 13777.5 -8.11 3617.47 -0.07 0.93 72.93 4.29 0.07 254
254-260 257.5 63 16222.5 -1.11 77.62 0.00 1.00 78.36 4.36 -0.04 261
261-267 264.5 61 16134.5 5.89 2116.22 -0.04 0.96 75.50 4.32 -0.12 268
268-274 270.5 60 16230 11.89 8482.33 -0.16 0.85 67.04 4.21 -0.28 274
275-281 278.5 23 6405.5 19.89 9099.08 -0.44 0.64 50.51 3.92 -0.36 282
282-288 285.5 15 4282.5 26.89 10846.08 -0.81 0.45 35.07 3.56 -0.47 289
289-295 292.5 5 1462.5 33.89 5742.66 -1.28 0.28 21.83 3.08 296
439 110560.5 196608.93
163-204 II 189.17
226-295 IV 260.26
a = 60,01
b = 0,89
k = 0,33
L∞ = 306,35 mm
Log L ∞ = 2,48
TK Frek F*TK
194,5 99 19255.5
201,5 54 10881
208,5 17 3544.5
215,5 23 4956.5
222,5 26 5785
229,5 17 3901.5
236 48324
̅ =
= 204,76
L’ = 191
∞ ̅
Z = (̅ )
Z = ( )
= ( )
Diketahui :
L∞ = 306,35
k = 0,33
T0C = 290C
Mortalitas alami
Mortalitas total
–
Z = 0,33 x
–
Mortalitas Penangkapan
F =Z–M
= 2,44 – 0,37
Laju Eksploitasi
= 0,85
Lampiran 8. Perhitungan Yield per Recruitment (Y/R) Ikan Layang Decapterus
macrosoma Di Perairan Teluk Bone.
Y/R = E.UM/K( )
Dimana :
U =1–
=1-
= 0,38
M/K =
=1,11
m =
= 0,14
= 0.09 gram/recruitment
Lampiran 9. Pendugaan Beberapa Hasil Yield Per Recruitment (Y/R) sebagai
fungsi pada Laju Eksploitasi (E) Ikan Layang Decapterus
macrosoma Di Perairan Teluk Bone.
E Y/R E.U^M/K m
0 0 0 0.8987
0.05 0.0097 0.0169 0.8538
0.10 0.0191 0.0337 0.8089
0.15 0.0282 0.0506 0.7639
0.20 0.0369 0.0675 0.7190
0.25 0.0452 0.0843 0.6740
0.30 0.0531 0.1012 0.6291
0.35 0.0605 0.1180 0.5842
0.40 0.0675 0.1349 0.5392
0.45 0.0740 0.1518 0.4943
0.50 0.0799 0.1686 0.4494
0.55 0.0852 0.1855 0.4044
0.60 0.0900 0.2024 0.3595
0.65 0.0941 0.2192 0.3146
0.70 0.0975 0.2361 0.2696
0.75 0.1002 0.2530 0.2247
0.80 0.1021 0.2698 0.1797
0.85 0.1032 0.2867 0.1348
0.90 0.1035 0.3036 0.0899
0.95 0.1030 0.3204 0.0449
1.00 0.1018 0.3373 0.0000
Lampiran 10. Hasil Tangkapan Ikan Di Kabupaten Bone Tahun 2011