Anda di halaman 1dari 106

PENGARUH PENGGUNAAN COLD STORAGE TERHADAP NILAI JUAL IKAN

DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG LAMONGAN JAWA


TIMUR PADA TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh :
Muhammad Taufiq Ilham
NIM.14508020711002

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
PENGARUH PENGGUNAAN COLD STORAGE TERHADAP NILAI JUAL IKAN
DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG LAMONGAN JAWA
TIMUR PADA TAHUN 2018

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Oleh :
Muhammad Taufiq Ilham
NIM.14508020711002

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN COLD STORAGE TERHADAP NILAI JUAL IKAN


DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG LAMONGAN JAWA
TIMUR PADA TAHUN 2018

Oleh :
MUHAMMAD TAUFIQ ILHAM
NIM.145080207111002

telah dipertahankan didepan penguji pada tanggal dan dinyatakan telah memenuhi
syarat

Menyetujui,
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Sunardi, ST, MT Eko Sulkhani Yulianto, S.Pi, M.Si


NIP. 19800605 200604 1 004 NIP. 201607 870706 1 001

Mengetahui
Ketua Jurusan

Dr. Eng. Abu Bakar Sambah, S.Pi., MT.


NIP.19780717 200502 1 004
Judul : PENGARUH PENGGUNAAN COLD STORAGE TERHADAP NILAI JUAL
IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG
LAMONGAN JAWA TIMUR PADA TAHUN 2018

Nama Mahasiswa : Muhammad Taufiq Ilham


NIM : 145080207111002
Program Studi : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

PENGUJI PEMBIMBING
Pembimbing 1 : Sunardi, ST, MT
Pembimbing 2 : Eko Sulkhani Yulianto, S.Pi, M.S

PENGUJI BUKAN PEMBIMBING


Dosen Penguji 1 : Ir. Sukandar, MP
Dosen Penguji 2 : Ir. Agus Tumulyadi, MP
Tanggal : 5 Juni 2020
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada :

1. Allah SWT, karena Ridho dan Rahmatnya sehingga saya bisa melakukan
Penelitian Skripsi dan menyelesaikan Usulan Skripsi dengan lancar dan
tepat waktu.
2. Bapak Sunardi, ST, MT dan Eko Sulkhani Yulianto, S.Pi, M.Si selaku
pembimbing Skripsi yang memberi masukan, pengarahan, dan bimbingan
selama proses penyusunan laporan Skripsi.
3. Bapak Alm.Ir. Alfan Jauhari, M.Si yang telah memberi masukan,
pengarahan dam bimbingan selama proses penyusunan laporan Skripsi.
4. Pihak Perum Perindo Cab. Brondong yang telah memberikan kesempatan
untuk saya dapat melakukan kegiatan Skripsi
5. Pihak Pelabuhan PPN Brondong yang telah memberikan kesempatan
untuk saya melaksanakan kegitan Skripsi
6. Ibunda Sukarti., SE, MM dan Ayah Joko Sarwono., Mpd, Skom selaku
orang tua yang memberi semangat, masukan dan menjadi motivasi dalam
pelaksanaan kegitan Skripsi dan penyusunan usulan Skripsi
7. Saudari Atik Ambarsari S.Ars yang telah memberi semangat dan
membantu dalam penyusunan laporan Skripsi.
8. Teman-Teman Seperjuangan yang membantu dalam pelaksanaan
kegiatan.

Malang, 23 April 2019

Penulis
RINGKASAN

MUHAMMAD TAUFIQ ILHAM Skripsi PENGARUH PENGGUNAAN COLD


STORAGE TERHADAP NILAI JUAL IKAN DI PPN BRONDONG LAMONGAN
JAWA TIMUR di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong Lamongan Jawa
Timur Pada Tahun 2018 (Bimbingan Sunardi, ST, MT dan Eko Sulkhani
Yulianto, S.Pi, M.Si)
Perikanan merupakan suatu kegiatan ekonomis yang mempunyai peluang
pasar yang cukup besar dalam mencapai kesejahteraan bagi manusia melalui
proses produksi hasil perikanan. Ikan merupakan salah satu makanan yang cepat
membusuk. Kecepatan proses pembusukan dari ikan salah satunya dipengaruhi
oleh suhu. Suhu dianggap penting karena suhu dapat berperan penting dalam hal
pengawetan alami bagi ikan. Hal tersebutlah yang menyebabkan dibutuhkannya
suatu cara dalam mengolah suhu agar dapat menyajikan ikan dengan kualitas
terbaik, Bangunan cold storage adalah sebuah bangunan yang difungsikan untuk
menyimpan bahan-bahan mentah agar tidak mengalami proses pembusukan
sampai pada waktunya akan dikirim ke konsumen, dimana pencegahan
kebusukan dilakukan dengan metode pendinginan. Cold storage dapat
diilustrasikan sebagai sebuah bangunan besar yang fungsinya seperti lemari
pendingin. Dengan adanya Proses pengolahan, pengawetan, dan penyimpanan
terjadi nilai tambah hasil perikanan yang mengakibatkan pertambahan nilai hasil
perikanan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui mekanisme di TPI dan
cold storage, Mengetahui penanganan hasil tangkap ikan di TPI dan cold storage,
Mengetahui perbedaan nilai jual ikan secara langsung di TPI dan proses cold
storage, dan Mengetahui keuntungan ekonomi dan nilai produksi ikan di cold
storage. Penelitian dilakukan dibawah Divisi Pelabuhan PPN Brondong dan Divisi
Perum Perikanan Indonesia cabang Brondong Lamongan. Pada bulan Desember
2018 pada hari aktif kerja Senin s/d Jumat.
Penelitian ini menggunakan metode teknik pengambilan data secara
primer dan sekunder. Pengambilan data primer meliputi observasi langsung,
wawancara, dokumentasi, dan partisipasi aktif, dan pengambilan data secara
sekunde meliputi metode pengumpulan data statistik oleh instansi.
Ketika tidak musim ikan pendapatan bersih yang dihasilkan cold storage
kurang menguntungkan, karena komoditi yang di simpan dalam cold storage
berkurang. Pada musim ikan cold storage memiliki pendapatan yang
menguntungkan.
Rata-rata pendapatan kotor yang dihasilkan cold storage setiap bulan
adalah Rp 152.669.644 dan rata-rata beban tiap bulan adalah Rp. 139.474.155
dan rata-rata pendapatan bersih yang didapat tiap bulan adalah Rp. 13.195.488.
Total pendapatan kotor cold storage pada tahun 2018 adalah Rp. 152.669.644.
dan beban total cold storage pada tahun 2018 adalah Rp. 139.474.155. Total
pendapatan bersih cold storage pada tahun 2018 adalah Rp. 145.150.370.

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyusun laporan
skripsi ini yang membahas tentang Pengaruh penggunaan Cold Storage terhadap
nilai jual ikan. Laporan Skripsi ini berjudul “ PENGARUH PENGGUNAAN COLD
STORAGE TERHADAP NILAI JUAL IKAN DI PPN BRONDONG LAMONGAN
JAWA TIMUR TAHUN 2018 “.

Usulan ini disusun bertujuan untuk memenuhi persyaratan Skripsi. Selain


itu untuk melatih kemampuan dalam menyusun skripsi yang akan dilakukan
sebagai syarat kelulusan program Sarjana S1. Kemudian saya ucapkan terima
kasih kepada Bapak Sunardi, ST, MT dan bapak Ir. Alfan Jauhari, M.Si yang
telah membimbing dalam penyusunan usulan Skripsi ini sehingga saya dapat
menyelesaikannya dengan tepat waktu.

Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak saya harapkan
untuk kelanjutan penyusunan skripsi yang akan datang. Semoga bermanfaat,
menambah wawasan dan informasi bagi semua.

Malang, 11 April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
RINGKASAN ...................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ...............................................................................................................vi
1. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 3
1.4 Kegunaan ............................................................................................................ 3
1.5 Tempat dan Waktu Pelaksaan ......................................................................... 4
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 5
2.1 Fasilitas Di PPN Brondong ............................................................................... 5
2.2 Tempat Pelelangan Ikan ................................................................................. 10
2.3 Macam-Macam Pengawetan Ikan ................................................................. 11
2.3.1 Pengawetan Ikan secara Tradisional ................................................... 11
2.3.2 Pengawetan Ikan secara Modern ......................................................... 19
2.4 Cold Storage ..................................................................................................... 21
2.5 Spesifikasi Cold Storage................................................................................. 22
2.6 Proses Pembekuan Ikan di Cold Storage .................................................... 25
2.7 Spesies Ikan yang diproses di cold storage ................................................ 28
2.7.1 Ikan Air Laut ............................................................................................. 28
2.7.2 Ikan Air Tawar .......................................................................................... 38
2.8 Nilai Jual Ikan ................................................................................................... 42
2.9 Perumusan Hipotesis ...................................................................................... 43
3. METODE PENELITIAN ......................................................................................... 44
3.1 Teknik Pengambilan Data .............................................................................. 44
3.2 Pengambilan Data Primer .............................................................................. 44
3.2.1 Pengamatan/Observasi .......................................................................... 45
3.2.2 Wawancara............................................................................................... 45
3.2.3 Dokumentasi ............................................................................................ 46
3.2.4 Partisipasi Aktif ........................................................................................ 46

iii
3.3 Pengambilan Sekunder ................................................................................... 47
3.3.1 Metode Pengumpulan Data ................................................................... 47
3.5 Uji Hipotesis dan Uji T ..................................................................................... 48
3.5.1 Uji Hipotesis ............................................................................................. 48
3.4.1.2 Uji T ........................................................................................................ 48
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 50
4.1 Mekanisme TPI dan Cold Storage di Brondong .................................... 50
4.1.1 Mekanisme di TPI .................................................................................... 50
4.1.2 Mekanisme Cold Storage ....................................................................... 52
4.2 Penanganan hasil perikanan di TPI dan cold storage .............................. 55
4.2.1 Penanganan hasil perikanan di TPI Brondong ................................... 56
4.2.2 Penanganan Proses ikan Masuk di Cold Storage .............................. 57
4.3 Statistik Produksi TPI ...................................................................................... 63
4.4 Stock kapasitas cold storage ......................................................................... 65
4.5 Uji Hipotesis dan Uji T ..................................................................................... 65
4.6 Harga Ikan di TPI dan Cold Storage ............................................................. 67
4.7 Kajian Ekonomi harga ikan............................................................................. 69
4.7.1 Keuntungan Ekonomi Komoditi Cumi-Cumi Beku .............................. 72
4.7.2 Keuntungan Ekonomi Ikan Kuniran Beku ............................................ 74
4.7.3 Keuntungan Ekonomi Ikan Tongkol Beku ........................................... 76
4.7.4 Keuntungan Ekonomi Ikan Banyar Beku ............................................. 78
4.8 Keuntungan Ekonomi Cold Storage.............................................................. 80
4.8.1 Rekap laba rugi jasa cold storage ........................................................ 81
4.9 Dampak Pembangunan Pelabuhan dan Fasilitas Cold Storage
Terhadap Lingkungan Nelayan dan Masyrakat Sekitar ................................... 82
4.9.1 Nelayan dan Masyarakat sekitar...................................................... 82
4.9.2 Investor/Pengusaha/Pengepul ......................................................... 83
5. PENUTUP ................................................................................................................ 85
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 85
5.2 Saran ................................................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 88
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 92

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Pabrik Es ....................................................................................................................... 6
2. Cold Storage ................................................................................................................. 7
3. Tempat Pelelangan Ikan ............................................................................................. 8
4. Tambat Labuh .............................................................................................................. 9
5. Penggaraman ikan..................................................................................................... 12
6. Produk Fermentasi Kecap Ikan ............................................................................... 14
7. Pemindangan Ikan ..................................................................................................... 15
8. Pengasapan Ikan ....................................................................................................... 17
9. Ikan Beku .................................................................................................................... 19
10. Ikan Kaleng ............................................................................................................... 20
11. Cold Storage............................................................................................................. 21
12. Ikan Cakalang .......................................................................................................... 29
13. Ikan Tongkol ............................................................................................................. 30
14. Ikan Layang .............................................................................................................. 31
15. Ikan Kerapu Macan ................................................................................................. 33
16. Kakap Merah ............................................................................................................ 34
17. Ikan Kurisi ................................................................................................................. 36
18. Ikan Nila .................................................................................................................... 38
19. Ikan Bandeng ........................................................................................................... 39
20. Ikan Gurami .............................................................................................................. 41
21. Bongkar muatan kapal perikanan ......................................................................... 51
22. perlakuan ikan di TPI .............................................................................................. 56
23. Proses sortir di cold storage .................................................................................. 58
24. Proses timbang komoditi ........................................................................................ 59
25. Proses pembersihan ikan ....................................................................................... 60
26. proses penataan di pan dan pelabelan ................................................................ 61
27. proses pembekuan di ABF ..................................................................................... 62
28. penyimpanan di cold storage ................................................................................. 62
29. Diagram Statistik Produksi TPI .............................................................................. 63
30. Diagram Stock Cold storage 2018 ........................................................................ 65
31. Diagram rata-rata harga Ikan di TPI dan cold storage ...................................... 68
32. Diagram Rata-Rata Kenaikan Harga Ikan/kg tahun 2018 ................................. 69
33. Diagram Fluktuasi Harga Cumi-cumi beku tahun 2018 ..................................... 72
34. Diagram Flutuasi Ikan Kuniran beku tahun 2018 ............................................... 74
35. Diagram Fluktuasi Harga Ikan Tongkol beku tahun 2018 ................................. 76
36. Fluktuasi Harga Ikan Banyar Beku tahun 2018 .................................................. 78
37. Diagram Prosentase Beberapa Komoditi Beku tahun 2018 ............................. 80

v
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Bagan Alur Metode Penelitian ................................................................................. 44
2. Bagan Alur mekanisme di TPI Brondong ............................................................... 50
3. Bagan alur Mekanisme di cold storage .................................................................. 52
4. Tabel Harga Jasa ABF .............................................................................................. 53
5. Harga Jasa Penyimpanan cold storage ................................................................. 55
6. Uji T .............................................................................................................................. 66
7. Harga Ikan di TPI ....................................................................................................... 67
8. Harga Ikan di cold storage ....................................................................................... 67
9. Tabel Fluktuasi Harga Rata-Rata Ikan ................................................................... 70
10. Fluktuasi Harga Cumi-Cumi ................................................................................... 73
11. Fluktasi Harga Ikan Kuniran................................................................................... 75
12. Fluktuasi Harga Ikan Tongkol ................................................................................ 77
13. Fluktuasi Harga Ikan Banyar.................................................................................. 79
14 Rekap Laba Rugi Cold Storage .............................................................................. 81

vi
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia termasuk salah satu negara bahari sekaligus negara kepulauan


terbesar didunia. Luas perairanya mencapai sekitar 5.8 juta km2 atau 75% dari
total luas wilayahnya. Wilayah perairan ini tersebar dalam bentuk pulau, nerjumlah
sekitar 17.506 pulau yang dikelilingi oleh 81.000 km garis pantai. Dengan luas
perairan yang mencapai 5.8 juta km2 tersebut Indonesia memiliki kelimpahan
sumberdaya kelautan dan perikanan dengan sejumlah keunggulan komperatif dan
kompetitif yang sangat tinggi. Berdasarkan perhitungan harga di tingkat produsen
tahun 2010, nilai produksi ikan tangkap mencapai Rp 18.46 triliun (Dahuri,2003).

Potensi produksi perikanan Indonesia mencapai 65 juta ton per tahun. Dari
potensi tersebut hingga saat ini dimanfaatkan sebesar 9 juta ton. Namun, potensi
tersebut sebagian besar berada pada perikanan budidaya yang mencapai 57,7
juta ton per tahun dan baru dimanfaatkan 2,08%. Sedangkan potensi perikanan
tangkap (laut dan perairan umum) hanya sebesar 7,3 ton per tahun dan telah
dimanfaatkan sebesar 65,75%. Rendahnya potensi perikanan tangkap tersebut
dikarenakan dari 9 Wilayah Penangkapan Perikanan (WPP), 3 WPP sudah over
fishing, 4 WPP sudah mendekati overfishing. Sehingga tinggal 2 WPP yang
memiliki potensi penangkapan (Sukandar, 2007) dalam (Hasan,2009).

Potensi perikanan dan kelautan Kabupaten Lamongan cukup signifikan,


meliputi perikanan tangkap, perikanan budidaya dan sektor usaha perikanan
lainya, selain usaha penangkapan ikan dilaut dengan rata-rata produksi, 63.000
ton pertahun dengan jumlah armada kapal/perahu 5.617 unit dan jumlah nelayan
sebanyak 23.807 orang, usaha penangkapan juga dilakukan diperairan umum
berupa rawa-rawa dan waduk serta sungai dengan produksi rata-rata 2.192 ton
pertahun atau sekitar 10.155 ha rupiah. Pada perikanan budidaya, kegiatan
diusahakan pada areal sekitar 25.322 hektar yang meliputi tambak seluas 1.380
hektar; sawah tambak 23.602 hektar dan kolam seluas 340 hektar, adapun nilai
produksi perikanan budidaya rata-rata 29.758 ton pertahun yang diusahakan oleh
159.440 orang (KKP Lamongan, 2010).

1
Produksi perikanan terfluktuasi dari waktu ke waktu sesuai dengan
perubahan iklim. Selain itu produksi perikanan terdiri dari berbagai jenis dan
mudah busuk. Karakteristik produksi seperti ini menuntut penanganan pasca
panen yang cepat dan tepat sejak penangkapan di laut hingga tingkat konsumen
akhir yang tersebar jauh dari sentra produksi. Dari sisi lain, kondisi produksi seperti
itu akan mudah dimanfaatkan oleh pedagang untuk mencari keuntungan yang
lebih besar, terutama dalam pembentukan harga di tingkat produsen. Biasanya
harga di tingkat produsen sangat berfluktuasi sejalan dengan fluktuasi produksi,
dan terdapat perbedaan harga yang cukup besar antara produsen dengan
konsumen akhir. Ini merupakan indikasi bahwa "bargaining position" produsen
jauh lebih rendah daripada pedagang dalam pembentukan harga. Pemasaran ikan
begitu sulit untuk dikendalikan, bahkan mungkin tidaklah berlebihan jika dikatakan
bahwa masalah pemasaran jauh lebih sulit untuk dipecahkan daripada masalah
produksi. (Manurung dan Syukur, 1989)
Upaya Pengembangan usaha perikanan melalui peningkatan kualitas
produk yang dipasarkan di tingkat regional hingga internasional tentulah
membutuhkan dukungan keberadaan berbagai fasilitas (infra hingga
suprastruktur) perikanan, satu diantaranya adalah sarana cold storage. Sarana ini
diharapkan dapat berfungsi sebagai Sentral penampungan produksi, Sarana
pengolahan dan atau pengawetan produksi perikanan khususnya dalam proses
pembekuan, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi (economic
added value) yang mampu dinikmati oleh pelaku usaha perikanan di daerah ini,
Stabilisator harga komoditas, Kontributor bagi peningkatan perekonomian regional
melalui efek setrifugal yang mampu memicu produktivitas sektor lain, sehingga
secara simultan menciptakan income multiplier effect. (Syafril,2009)
Penggunaan suhu rendah berupa pendinginan dan pembekuan dapat
memperlambat proses-proses biokimia yang berlangsung dalam tubuh ikan yang
mengarah pada kemunduran mutu ikan (Junianto 2003). Prinsip proses
pendinginan dan pembekuan adalah mengurangi atau menginaktifkan enzim dan
bakteri pembusuk dalam tubuh ikan (Afrianto & Liviawaty 2005). Penanganan ikan
dengan menggunakan suhu rendah membutuhkan media pemindah panas atau
yang lebih dikenal dengan refrigerant. Bahan-bahan yang dapat digunakan
sebagai media pendingin untuk penanganan ikan di antaranya es batu atau es
balok, es kering, air dingin, es ditambah garam, air laut yang didinginkan dengan
es, air laut yang didinginkan secara mekanis, dan udara dingin (Junianto 2003).

2
Alasan Penulis memilih judul “PENGARUH PENGGUNAAN COLD
STORAGE TERHADAP NILAI JUAL IKAN DI PPN BRONDONG LAMONGAN”.
Mengingat hasil tangkapan ikan merukapan komoditas barang yang mudah rusak
dan penggunaan cold storage yang kurang optimal. Sehingga banyak hasil
tangkapan ikan yang rusak karena tidak ditangani dengan tepat. Sehingga nilai
jual ikan menurun.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, penulis dengan ini dapat


merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penanganan hasil tangkap ikan yang dilakukan di Brondong ketika
penjualan secara langsung dan dimasukkan di cold storage?
2. Bagaimana sistem operasional yang dilakukan di cold storage?
3. Bagaimana perbandingan nilai jual ikan yang dijual secara langsung dan ikan
yang diproses melalui cold storage?
4. Berapakah keuntungan ekonomi nilai produksi Ikan yang disimpan di cold
storage?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan penelitian Studi Pemanfaatan Cold Storage


Terhadap Nilai Penjualan Ikan di Brondong ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui mekanisme di TPI dan cold storage
2. Mengetahui penanganan hasil tangkap ikan di TPI dan cold storage
3. Mengetahui perbedaan nilai jual ikan secara langsung di TPI dan proses cold
storage
4. Mengetahui keuntungan ekonomi dan nilai produksi ikan di cold storage

1.4 Kegunaan

Dari pelaksanaan penelitian ini, diharapkan dapat diperoleh manfaat bagi :


1. Lembaga Akademis (Perguruan Tinggi dan Mahasiswa)
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menambah informasi dan
pengetahuan dalam pengelolaan dan operasional yang terjadi di cold storage.
Selain itu, juga menjadi tambahan referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai
pengelolaan dan operasional yang terjadi di cold storage
2. Instansi Perusahaan

3
Untuk meningkatkan kerjasama antara instansi perusahaan dengan
perguruan tinggi terkait.
3. Pemerintah
Sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan dan pembuatan
kebijakan dalam pengelolaan fasilitas-fasilitas dalam hasil perikanan dalam
pemasaran hasil perikanan agar lebih optimal.

1.5 Tempat dan Waktu Pelaksaan

Penelitian dilakukan dibawah Divisi Pelabuhan PPN Brondong dan Divisi


Perum Perikanan Indonesia cabang Brondong Lamongan. Pada bulan Desember
2018 pada hari aktif kerja Senin s/d Jumat.

4
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fasilitas Di PPN Brondong

Fasilitas di PPN Brondong terdiri dari tiga jenis yakni fasilitas pokok,
fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang. Fasilitas pokok yang dimiliki antara lain
areal pelabuhan dengan luas 5,89 Ha, dermaga sepanjang 161 m2 dan lebar 8 m2,
kolam pelabuhan dengan luas 3,4 Ha dan kedalaman 2 m, turap dengan panjang
1040,8 m, jalan kompleks dengan luas 2000 m2 dan breakwater sepanjang 292 m.
Fasilitas fungsional yang dimiliki antara lain gedung tempat pelelangan ikan (TPI)
dengan luas 1480 m2, gedung Pengawas Sumberdaya lkan (WASDI) dengan luas
300 m2, gudang keranjang seluas 100 m2, shelter nelayan seluas 100 m2, tangki
air tawar dan instalasi dengan kapasitas 170 m3, tangki BBM dengan kapasitas
175 ton dan tempat penjualan BBM dengan luas 36 m2, listrik dengan kapasitas
345 KVA dan genset terdiri dari 170,30 KVA dan 10 KVA. bengkel perawatan
ringan dengan luas 120 m2, kantor Perum dengan luas 200 m2, kantor administrasi
pelabuhan dengan luas 384 m2, areal parkir seluas 800 m2 dan fasilitas MCK
seluas 60 m2, pabrik es Tirta Maharani dengan kapasitas 50 ton dan 15 ton per
hari, pos Satpam seluas 18 m2, ruang sortir dengan luas 240 m2 dan ruang
pengepakan ikan seluas 240 m2, ruang navigasi darat dan laut, tendon air, pompa
sanitair, refair container, Bengkel pelabuhan (perawatan berat) dan Balai
Pertemuan Nelayan (BPN).Fasilitas penunjang yang dimiliki antara lain mushola
seluas 100 m2, mess operator dengan luas 150 m2, kios/warung dengan luas 250
m2, pagar keliling dengan luas 250 m2, rumah dinas pegawai 3 unit dan rumah
Kepala Pelabuhan 1 unit. (Perum,2017)
Menurut Perum Perindo, 2017 pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong
memiliki beberapa sarana produksi dan fasilitas pendukung, diantaranya :

5
1. Pabrik es balok ber kapasitas 174,8 ton/hari

Gambar 1. Pabrik Es

Pendirian pabrik es adalah suatu unit produksi untuk membuat dan


menghasilkan dalam bentuk es balok ataupun flake ice sebagai bahan pembantu
untuk mendinginkan hasil perikanan dalam rangka mempertahankan mutu ikan.
Pekerjaan pendirian pabrik es terdiri dari pekerjaan sipil yaitu bangunan pabrik
dan pekerjaan mekanikal yaitu instalasi unit refrigator atau unit pendingin dimana
dalam unit ini terjadi proses pendinginan/pembekuan bahan baku air menjadi es.
Adapun komponen yang instal ini antara lain adalah compresor, condensor,
receiver, evaporator (verdamper), brine tank (bak air garam), suction trap,
accumulator, oil separator, agitator, control valve dan instalasi listrik sebagai
tenaga untuk menggerakkan unit pendingin tersebut.(Perum Peindo,2017).
Dalam kaitannya dengan proses Produksi es balok telah dilakukan
system continous process of production (produksi secara terus menerus).
Hal ini berkaitan dengan keadaan demand of consument (permintaan
konsumen) teradap produksi yang dihasilkan oleh pabrik es balok.
(Rafadhani,2012).

6
Pendirian pabrik es difungsikan agar nelayan mendapatkan es balok
guna untuk pengawetan ikan secara terus menerus sehingga dalam
produksinya pabrik es menggunakan sistem produksi secara terus
menerus. Pendirian pabrik di PPN difungsikan juga agar nelayan tidak perlu
mencari jauh-jauh untuk mendapatkan es balok.
2. Fasilitas ruang pendingin / cold storage berkapasitas 761 ton

Gambar 2. Cold Storage

Cold storage adalah sebuah ruangan yang akan dirancang khusus dengan
kondisi suhu tertentu dan akan digunakan untuk menyimpan berbagai macam
produk dengan tujuan untuk mempertahankan kesegarannya. Cold storage ini
biasanya akan dibangun mengikuti dengan luas bangunan yang ada di lokasi.
Mengikuti luas bangunan di lokasi akan lebih memastikan bahwa cold storage
yang akan dibangun pasti akan sesuai dengan luas bangunan tersebut.
(Tomori,2017)
Cold Storage adalah salah satu alat penunjang yang berfungsi sebagai
tempat penyimpanan hasil tangkapan nelayan guna menjaga kwalitas hasil
tangkapan. Cold Storage dilihat dari fungsi dan kegunaannya mempunyai peranan
penting untuk menjaga kwalitas hasil tangkapan nelayan sebelum akhirnya

7
didistribusikan ke konsumen, sehingga peranan Cold Storage juga dapat menjaga
harga jual tangkapan nelayan tidak mengalami penurunan disaat hasil tangkapan
sedang menurun. (Indotara ,2017).
Cold storage adalah sebuah ruang penyimpanan yang dirancang khusus
dengan kondisi suhu tertentu dan akan digunakan untuk menyimpan berbagai
macam produk untuk menjaga kesegarannya. Cold storage di gunakan nelayan
agar menjaga kualitas hasil tangkapan agar tidak membusuk.
3. Tempat pelelangan ikan

Gambar 3. Tempat Pelelangan Ikan

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) menurut BPS,2006 adalah pasar yang


biasanya terletak di dalam pelabuhan/pangkalan pendaratan ikan, dan di tempat
tersebut terjadi transaksi penjualan ikan/hasil laut baik secara lelang maupun tidak
(tidak termasuk TPI yang menjual/melelang ikan darat). Biasanya Tempat
Pelelangan Ikan ini dikoordinasi oleh Dinas Perikanan, Koperasi atau Pemerintah
Daerah. Tempat Pelelangan Ikan tersebut harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
A. Tempat tetap (tidak berpindah-pindah).
B. Mempunyai bangunan tempat transaksi penjualan ikan.
C. Ada yang mengkoordinasi prosedur lelang/penjualan.
D. Mendapat ijin dari instansi yang berwenang (Dinas Perikanan/Pemerintah
Daerah).

8
Tempat Pelelelangan Ikan (TPI) merupakan salah satu fungsi utama dalam
kegiatan perikanan dan juga merupakan salah satu faktor yang menggerakkan dan
meningkatkan usaha dan kesejahteraan nelayan (Wiyono, 2005). Menurut
sejarahnya Pelelangan Ikan telah dikenal sejak tahun 1922, didirikan dan
diselenggarakan oleh Koperasi Perikanan terutama di Pulau Jawa, dengan tujuan
untuk melindungi nelayan dari permainan harga yang dilakukan oleh
tengkulak/pengijon, membantu nelayan mendapatkan harga yang layak dan juga
membantu nelayan dalam mengembangkan usahanya.(Wiyono, 2005 dalam
Dyah, 2005)
Tempat Pelalangan Ikan merupakan salah satu fungsi utama dalam
kegiatan perikanan dan juga merupakan salah satu faktor yang menggerakkan
perikanan dan meningkatkan usaha dan kesejahteraan nelayan. Tempat
Pelelangan Ikan adalah pasasr yang terletak di pelabuhan dan berisi dengan ikan
hasil tangkapan yang penjualannya menggunakan sistem lelang maupun tidak.

4. Tambat labuh

Gambar 4. Tambat Labuh

PPN Brondong dibangun sebagai tempat berlabuh (landing) dan tambat I


merapat (mouring) kapal-kapal perikanan. Berlabuh atau merapatnya kapal-kapal

9
tersebut dapat melakukan berbagai kegiatan seperti mendaratkan ikan
(unloading), memuat perbekalan (loading), istirahat (berthing), perbaikan apung
(floating repair) dan naik dok (docking). (PerumPerindo,2017)
Proses tambat labuh dilakukan dengan sederhana, yakni setiap kapal yang
datang dapat langsung menyandarkan kapalnya di dermaga dengan diawasi oleh
petugas tambat labuh yang sekaligus melapor kepada petugas tersebut. Setelah
melapor kapal diperbolehkan melakukan bongkar muat hasil
tangkapan.(KKP,2017)
Tambat labuh adalah sebagai tempat berlabuh dan merapatnya kapal-kapal
perikanan. Kapal perikanan berlabuh untuk melakukan berbagai kegiatan,
contohnya seperti mendaratkan ikan hasil tangkapan.

5. Instalasi penyaluran BBM berkapasitas 1.214 KL/bulan

Dalam memenuhi kebutuhan BBM pada umumnya nelayan membeli pada


SPDN yang terdapat di lokasi PPN Brondong. Proses yang dilakukan jika kapal
merapat di dermaga maka pengisian bisa langsung dilakukan dengan
menggunakan selang ke drum besar kapasitas 200 liter. (PerumPeindo,2017)
Jika kapal tidak merapat di dermaga maka pengisian dilakukan di tempat
penjualan BBM dengan menggunakan jerigen ukuran 30 liter yang kemudian
diangkut menggunakan becak atau mobil pick up. Untuk mengangkut jerigen
tersebut ke atas kapal biasanya nelayan pemilik kapal menggunakan jasa tukang
pikul ataupun ABK. (KKP,2017)
Program SPDN/SPBN bertujuan untuk mengantisipasi dampak kenaikan
harga BBM dengan menghadirkan SPDN/SPBN yang diharapkan memberikan
pelayanan kepada masyarakat pesisir akan kebutuhan BBM dengan harga terbaik
sesuai ketetapan pemerintah. Melalui program ini beban hidup masyarakat pesisir
diharapkan mampu ditekan sampai pada tingkat yang signifikan .

2.2 Tempat Pelelangan Ikan

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) menurut BPS,2006 adalah pasar


yang biasanya terletak di dalam pelabuhan/pangkalan pendaratan ikan,
dan di tempat tersebut terjadi transaksi penjualan ikan/hasil laut baik
secara lelang maupun tidak (tidak termasuk TPI yang menjual/melelang
ikan darat). Biasanya Tempat Pelelangan Ikan ini dikoordinasi oleh Dinas

10
Perikanan, Koperasi atau Pemerintah Daerah. Tempat Pelelangan Ikan
tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Tempat tetap (tidak berpindah-pindah).
2. Mempunyai bangunan tempat transaksi penjualan ikan.
3. Ada yang mengkoordinasi prosedur lelang/penjualan.
4. Mendapat ijin dari instansi yang berwenang (Dinas Perikanan/Pemerintah
Daerah).
Tempat Pelelelangan Ikan (TPI) merupakan salah satu fungsi utama dalam
kegiatan perikanan dan juga merupakan salah satu faktor yang menggerakkan dan
meningkatkan usaha dan kesejahteraan nelayan (Wiyono, 2005). Menurut
sejarahnya Pelelangan Ikan telah dikenal sejak tahun 1922, didirikan dan
diselenggarakan oleh Koperasi Perikanan terutama di Pulau Jawa, dengan tujuan
untuk melindungi nelayan dari permainan harga yang dilakukan oleh
tengkulak/pengijon, membantu nelayan mendapatkan harga yang layak dan juga
membantu nelayan dalam mengembangkan usahanya.(Wiyono, 2005 dalam
Dyah, 2005).

2.3 Macam-Macam Pengawetan Ikan

Pengawetan ikan adalah metode yang digunakan untuk memperpanjang


usia simpan ikan dan produk ikan. Metode pengawetan tradisional
diantaranya adalah penggaraman, fermentasi, pemindangan, pengasapan dan
metode pengawetan modern diantaranya adalah pembekuan, pengalengan.

2.3.1 Pengawetan Ikan secara Tradisional

Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air


dalam tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk
berkembang biak. Untuk mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi
diperlukan perlakuan yang baik selama proses pengawetan, seperti: menjaga
kebersihan bahan dan alat yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar,
serta garam yang bersih (Rusiman, 2008). Di Indonesia, pengolahan ikan secara
tradisional dilakukan oleh para nelayan dan keluarganya di sepanjang pantai
tempat pendaratan ikan.
a. Kegiatan ini dilakukan menggunakan metode pengolahan yang telah
diwariskan secara turun temurun. Produk ikan olahan tradisonal mempunyai
sebaran distribusi yang luas karena pada umumnya produk relatif stabil

11
walaupun pengawetan dan pengemasannya sangat sederhana. Menurut
Nitibaskara (1988), ciri-ciri khas pengolahan ikan tradisional adalah sebagai
berikut:
 Mutu bahan mentah sangat bervariasi.
 Bahan mentah untuk pengolahan ikan tradisional adalah ikan-ikan yang
sangat beragam komposisi kimia, kondisi fisik, bakteriologisnya sehingga
tingkat kesegarannya pun beragam.
b. Proses dan kondisi lingkungan sulit dikontrol.
c. Bahan pembantu sangat bervariasi.
d. Titik akhir proses tidak pasti.
Sedangkan sifat produk akhir pengolahan tradisional adalah sebagai berikut:
a. Perubahan-perubahan pada produk tidak terkontrol. Setelah proses
pengolahan selesai maka proses enzimatis, kimiawi, dan biologis agak
terhambat, tetapi bisa berlangsung kembali beberapa saat kemudian.
b. Produk tidak dapat terlindung dengan baik. Kondisi produk akhir biasanya
tergantung pada kondisi lingkungan sekitar.
c. Bentuk dan mutu produk secara organoleptik baik penampilan, warna, tekstur,
dan cita rasa sangat bervariasi.
Beberapa cara pengawetan ikan secara tradisional diantaranya :

1. Penggaraman

Gambar 5. Penggaraman ikan

12
Proses penggaraman ikan secara basah dapat menurunkan kadar protein
dengan besar penurunan bergantung pada kadar garam dan lama penggaraman
(Opstvedt, 1998 dalam Rahmani et al., 2007). Adapun keuntungan penggaraman
basah adalah oksidasi lemak dapat dihindari, penetrasi garam seragam merata,
dan konsentrasi larutan garam mudah diatur. Apabila konsentrasi larutan garam
menurun maka dapat ditambahkan lagi garam ke dalam larutan (Djarijah,
1995 dalam Rahmani et al., 2007). Garam yang digunakan untuk industri
pengolahan khususnya pengawetan ikan sebaiknya memiliki kandungan NaCl
yang tinggi dan sekecil mungkin mengandung unsul lain seperti MgCl2, CaCl2,
MgSO4, CaSO4, lumpur serta kotoran lainnya. Secara umum komposisi garam
terdiri atas 39,39 % Na dan 60,09 % Cl, bentuknya kristal seperti kubus dan
berwarna putih
Ada berbagai cara untuk menanggulangi mutu ikan asin agar tidak cepat
rusak. Salah satu caranya adalah meningkatkan kadar garam pada ikan asin.
Menurut Sukarsa (1982) dalam Rahmani et al. (2007), pengaruh konsentrasi
garam terhadap nilai TVB cenderung mengecil pada konsentrasi garam yang
tinggi. Oleh karena itu, pada konsentrasi garam yang tinggi mutu ikan asin
cenderung lebih baik. Rerata kadar TVB ikan asin gabus cenderung turun dengan
meningkatnya lama perendaman. Menurut Sukarsa (1982) dalam Rahmani et
al. (2007), semakin lama penggaraman semakin banyak garam yang diserap
kedalam daging ikan. Peningkatan kadar garam tersebut dapat mencegah
penguraian protein oleh bakteri menjadi senyawa-senyawa volatil seperti putresin,
isobutilamin, kadaverin, dan amoniak, sebagai penentu komponen TVB.
Apabila ikan asin masih tetap dipertahankan sebagai makanan pokok,
maka pilihan teknologi haruslah pada industri pengeringan dengan mekanisasi
penuh. Di daerah tropis, bila pengeringan hanya dilakukan pada bantuan sinar
matahari, besar kemungkinan proses pembusukan akan terjadi. Untuk mencegah
hal tersebut, maka sebaiknya dilakukan pengeringan dengan pengeringan buatan
(cabinet dryer) sehingga proses pengeringan dapat dipercepat (Berhimpo et al.,
1990 dalam Tuyu et al., 2014).
Penggaraman pada ikan merupakan metode yang digunakan untuk
mengawetkan ikan secara tradisional. Garam dengan konsentrasi yang tinggi
sangat baik digunakan pada pengasinan ikan, karena kadar garam yang tinggi
dapat mencegah mengurainya protein oleh bakteri.

13
2. Fermentasi

Gambar 6. Produk Fermentasi Kecap Ikan

Teknologi fermentasi menghasilkan berbagai jenis produk ikan fermentsi,


seperti ikan peda, jambal roti, kecap ikan, terasi, ikan tukai, bekasang, bekasam,
naniura, picungan dan cincaluk (Irianto dan Irianto, 1998). Ikan peda, jambal roti,
kecap ikan dan terasi telah dikenal secara luas di Indonesia dan umumnya diolah
dari ikan laut. Bekasam dan nainura adalah produk fermentasi yang menggunakan
ikan air tawar sebagai bahan mentahnya. Bekasam berasal dari Sumatera Selatan
yang diolah dari ikan mas, bader, murrel, nila dan mujair. Sedangkan nainura
berasal dari Sumatera yang diolah dari ikan gabus. Perbaikan teknologi
pengolahan produk ikan fermentasi dilakukan dengan penggunaan starter mikroba
yang terseleksi/unggul, sehingga pengolahan yang biasanya melalui proses
fermentasi spontan yang tidak terkontrol menjadi fermentasi yang lebih terkendali.
Pengolahan ikan dengan proses fermentasi memiliki beberapa produk,
salah satunya adalah pembuatan kecap ikan. Menurut Ginting
(2002) dalam Wicaksana et al. (2013), salah satu bentuk hasil olahan yang penting
adalah kecap ikan. Pembuatan kecap ikan secara sederhana dilakukan dengan
menambahkan garam dengan konsentrasi yang tinggi kemudian disimpan hingga
proses fermentasi selesai. Menurut Prasetyo et al., (2012) dalam Wicaksana et
al. (2013), pembuatan kecap fermentasi garam dibuat dengan perbandingan berat

14
ikan dan garam 3 : 1 atau 2 : 1 yang dicampur menjadi satu dan difermentasi
selama 6 bulan pada suhu 300˚C – 350˚C.
Pembuatan kecap ikan secara fermentasi spontan memiliki beberapa
kelebihan, yaitu nilai ekonomisnya tinggi, proses pengolahannya mudah dan
murah, bahan baku yang digunakan dapat berasal dari berbagai jenis ikan
sehingga dapat menggunakan hasil tangkapan yang bernilai ekonomis rendah
atau ikan rucah, daya simpan lama, memiliki cita rasa dan aroma yang enak.
Namun dari beberapa kelebihan pembuatan kecap ikan secara spontan juga
memiliki kelemahan yaitu proses pembuatan yang cukup lama. Menurut Suparman
(1993) dalam Wicaksono et al. (2013), kekurangan pembuatan kecap ikan secara
spontan adalah waktu fermentasi yang relatif lama yaitu 4 – 12 bulan, lamanya
proses fermentasi pembuatan kecap ikan yaitu untuk untuk memotong protein
menjadi asam amino serta memberikan warna, rasa serta aroma yang baik pada
kecap ikan.
Teknologi fermentasi menghasilkan berbagai jenis produk ikan fermentsi,
seperti ikan peda, jambal roti, kecap ikan, terasi, ikan tukai, bekasang, bekasam,
naniura, picungan dan cincaluk. Dengan metode fermentasi produk ikan memiliki
nilai ekonomis tinggi dan proses pengolahannya mudah.

3. Pemindangan

Gambar 7 Pemindangan Ikan

Pindang ikan tongkol merupakan produk olahan tradisional dengan sarana


dan prasarana sangat sederhana, seperti penyimpanan ikan tongkol segar, proses
penggaraman ditambahkan garam rakyat, peralatan untuk merebus serta

15
penggunaan air perebus dari air sumur, sehingga dihasilkan pindang yang memiliki
mutu rendah. Proses perebusan dilakukan secara berulang-ulang hingga
beberapa kali, sampai ikan tongkol habis (bahan baku habis). Keadaan ini akan
berpengaruh terhadap mutu dan keamanan pindang ikan tongkol yang dihasilkan.
Hal tersebut disebabkan karena untuk menunggu proses perebusan berikutnya
ikan tongkol dibiarkan pada suhu kamar, sehingga akan berlangsung proses
pembusukan, disamping air perebus yang sudah berulang kali digunakan. Salah
satu produk proses pembusukan ikan tongkol adalah histamin sebagai penyebab
keracunan (histamine fish poisoning) (Pandit, 2014).

Menurut McLauchlin et al, (2005) dan Jiang et al, (2007) dalam Pandit
(2014), ikan famili scombroid banyak mengandung asam animo histidin bebas di
dalam daging ikan maupun isi perut yang dapat diubah menjadi histamin melalui
dekarboksilasi oleh aktivitas bakteri pembentuk histamin. Selanjutnya hasil
penelitian Dissaraphong et al, (2006) dalam Pandit (2014), menyatakan bahwa
keberadaan histamin dalam jumlah besar dapat menyebabkan keracunan bahkan
kematian.
Secara organoleptik juga dapat diamati dengan jelas pindang yang
bermutu tinggi dengan pindang yang sudah menurun mutunya. Pada akhirnya
mutu bahan baku menjadi rendah dan masa simpan pindang ikan tongkol menjadi
pendek. Pemindangan adalah suatu teknik pengolahan dan pengawetan dengan
cara merebus/mengukus ikan dalam suasana bergaram selama jangka waktu
tertentu didalam suatu wadah dan selanjutnya terjadi proses pengurangan kadar
air sampai batas tertentu (Pandit, 2004).
Menurut Ilyas (1980) prinsip dasar pemindangan adalah: 1. membunuh
atau mengurangi bakteri melalui pemanasan, 2. Penambahan garam dapat
membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri yang tersisa pada ikan, 3.
Terjadinya pengurangan kadar air pada daging ikan. Keberhasilan proses
pemindangan sangat dipengaruhi oleh tingkat kesegaran ikan sebagai bahan
baku, mutu garam dan kondisi lingkungan (Afrianto dan Liviawaty,
1989 dalam Pandit, 2014). Mekanisme pengawetan dengan garam (NaCl)
menurut Winarno dan Betty (1983) dalam Pandit (2014), yaitu garam yang
mempunyai tekanan osmotik tinggi dapat mengakibatkan plasmolisis dari sel
mikroba dan dapat menyerap air dari bahan makanan dan lingkungannya,
sehingga aktivitas air dari bahan makanan akan rendah dan pertumbuhan mikroba
dapat dihambat hal ini disebabkan karena garam mempunyai sifat hygroskopis.

16
Penambahan garam ke dalam bahan pangan akan menambah citarasa produk,
terutama memberi rasa asin (Winarno, 1989 dalam Pandit, 2014). Makanan tanpa
garam meskipun diberi bumbu banyak akan terasa hambar. Meskipun garam tidak
dapat membunuh semua jenis mikroba, tetapi pada umumnya mikroba yang
menyebabkan pembusukan dapat dihambat pertumbuhannya.
Pemindangan dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang
menyebabkan pembusukan. Pindang ikan tongkol merupakan produk olahan
tradisional dengan mutu rendah karena diproses dengan sarana dan prasarana
sangat sederhana.

4. Pengasapan

Gambar 8. Pengasapan Ikan

Ikan asap merupakan salah satu produk olahan yang digemari konsumen
baik di Indonesia maupun di mancanegara karena rasanya yang khas dan aroma
yang sedap spesifik. Proses pengasapan ikan di Indonesia pada mulanya masih
dilakukan secara tradisional menggunakan peralatan yang sederhana serta
kurang memperhatikan aspek sanitasi dan hygienis sehingga dapat memberikan
dampak bagi kesehatan dan lingkungan. Kelemahan-kelemahan yang ditimbulkan
oleh pengasapan tradisional antara lain kenampakan kurang menarik (hangus
sebagian), kontrol suhu sulit dilakukan dan mencemari udara (polusi). Untuk
mengatasi masalah ini di negara-negara maju seperti Canada, Jerman, Inggris,
Jepang, dan lain-lain telah memanfaatkan teknologi kondensasi yang
menghasilkan asap cair. Asap cair mempunyai kelebihan-kelebihan antara lain

17
mudah diaplikasikan, konsentrasi asap dapat diatur sesuai selera konsumen,
produk mempunyai kenampakan yang seragam dan ramah lingkungan. Hal lain
yang penting adalah bahwa asap cair tidak hanya berperan dalam membentuk
karakteristik sensoris tetapi juga dalam hal jaminan keamanan pangan
(Swastawati, 2013).
Proses pengasapan ikan pada mulanya masih dilakukan secara tradisional
yang ditujukan untuk pengawetan. Dalam perkembangannya asap cair ditujukan
untuk memberikan efek terhadap aroma, rasa dan warna yang spesifik. Beberapa
jenis limbah pertanian seperti bonggol jagung, sekam padi, ampas tebu, kulit
kacang tanah, tempurung dan sabut kelapa, perdu, kayu mangrove, sejenis pinus,
dan lain-lain, berpotensi memiliki kandungan senyawa antioksidan fenol dan
antibakteri yang dapat mengawetkan dan memberi rasa sedap spesifik pada
produk ikan asap Pemanfaatan asap cair sebagai alternatif metoda pengasapan
ikan yang murah, mudah diterapkan, dan ramah lingkungan sudah saatnya
diterapkan di Indonesia, karena sebagai negara agraris Indonesia memiliki
kekayaan alam flora yang menghasilkan limbah kayu yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku asap cair (Swastawati, 2013).
Pengasapan adalah salah satu cara memasak, memberi aroma, atau
proses pengawetan makanan, terutama daging, ikan. Makanan diasapi dengan
panas dan asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu, dan tidak diletakkan dekat
dengan api agar tidak terpanggang atau terbakar.

18
2.3.2 Pengawetan Ikan secara Modern

1. Teknologi Pembekuan

Gambar 9. Ikan Beku

Teknologi pembekuan telah dimanfaatkan untuk mengasilkan berbagai


jenis produk yang dipasarkan dan disimpan dalam keadaan keadaan beku dengan
bahan mentah ikan atau udang. Produk ikan dapat dipasarkan beku dalam bentuk
ikan utuh yang telah disiangi, loin, fillet dan lain-lain yang pada umumnya berasal
dari ikan air laut. Ikan air tawar yang selama kurang berkembang dalam variasi
bentuk produk yang dipasarkan, sangat memungkinkan untuk dipasarkan dalam
bentuk fillet. Fillet ikan air tawar yang telah berkembang adalah untuk ikan nila an
ikan patin, bahkan kedua produk tersebut telah menjadi produk ekspor.

Pendinginan dengan es umumnya ditujukan untuk memasarkan ikan dalam


keadaan basah dengan menurunkan suhu pusat daging ikan sampai -1˚C sampai
-2˚C. Fungsi dari es untuk mempertahankan ikan tetap segar, mencegah
pembusukan sehingga nilai gizi dapat dipertahankan. Disamping itu lelehan es
mencuci lendir, sisa darah bersama bakteri dan kotoran lain akan terhanyut
(Sanger, 2010)
Secara operational dalam penangkapan, penanganan dan pengolahan
ikan maka air yang didinginkan dapat didefinisikan sebagai jenis air tawar atau air
asin yang mempunyai mutu kesehatan yang diizinkan yang didinginkan dengan
cara penambahan es atau direfrigersi secara mekanik. Penurunan suhu daging

19
ikan yang didinginkan dengan cara pendinginan air laut yang dicampur es (ALDI)
adalah lebih cepat daripada pendinginan dengan es maupun pendinginan dengan
udara dingin. Penggunaan ALDI (brine) dilakukan dengan cara mencelupkan atau
menyemprot dengan brine dingin pada tumpukan ikan (Sanger, 2010).
Pembekuan ikan berarti menyiapkan ikan untuk disimpan di dalam suhu
rendah (cold storage). Seperti pendinginan, pembekuan dimaksudkan untuk
mengawetkan sifat-sifat alami ikan. Pembekuan menggunakan suhu yang lebih
rendah, yaitu jauh di bawah titik beku ikan. Pembekuan mengubah hampir seluruh
kandungan air pada ikan menjadi es, tetapi pada waktu ikan beku dilelehkan
kembali untuk digunakan, keadaan ikan harus kembali seperti sebelum dibekukan.
Ikan-ikan yang dibekukan untuk dikonsumsi mentah (sashimi) mutlak memerlukan
terpeliharanya sifat-sifat ikan segar yang dibekukan, agar ketika dilelehkan tidak
dapat dibedakan dari ikan segar.

2. Pengalengan

Gambar 10. Ikan Kaleng


Teknologi pengalengan sebagai cara pengawetan ikan untuk waktu yang
panjang telah lama berkembang di Indonesia, khususnya di pusat-pusat
pendaratan ikan seperti di Muncar (Banyuwangi). Pengambengan (Bali) dan
Bitung (Sulawesi Utara). Ikan kaleng ditemukan di pasaran dalam berbagai macam
yang berbeda dalam hal bahan mentah, medium, ukuran kaleng dan proses
pengolahan ikan yang digunakan. Bahan mentah yang digunakan ikan kaleng di
Indonesia adalah tuna, cakalang dan lemuru. Salah satu potensi pengembangan

20
produk ikan kaleng adalah penggunaan medium yang mencirikan khas Indonesia,
seperti kuah kare, bumbu pesmol, kuah soto, sambal goreng dan lain-lain. Selain
itu banyak jenis ikan di perairan Indonesia memberi peluang untuk memproduksi
ikan kaleng dengan berbagai jenis bahan mentah.
Menurut Koswara (2009), titik kendali kritis merupakan tahap atau prosedur
yang dapat dikendalikan dan bahaya keamanan pangan dapat dicegah,
dihilangkan atau dapat diminimalkan. Apabila tahap ini tidak dapat dikendalikan,
maka dapat menimbulkan bahaya keamanan pangan. Oleh karena itu,
pengawasan mutu terhadap bahan baku utama sangat diperlukan.
Pengalengan adalah salah satu cara pengawetan bahan pangan dengan
cara dikemas secara hermetis dan kemudian disterilkan. Pengemasan secara
hermetis yaitu mengemas bahan pangan dalam suatu wadah baik kaleng,
alumunium, atau gelas yang penutupannya sangat rapat, sehingga tidak dapat
ditembus udara, air, kerusakan akibat oksidasi, maupun perubahan cita rasa.

2.4 Cold Storage

Gambar 11. Cold Storage


Bangunan cold storage adalah sebuah bangunan yang difungsikan untuk
menyimpan bahan-bahan mentah agar tidak mengalami proses pembusukan
sampai pada waktunya akan dikirim ke konsumen, dimana pencegahan
kebusukan dilakukan dengan metode pendinginan. Cold storage dapat
diilustrasikan sebagai sebuah bangunan besar yang fungsinya seperti lemari
pendingin. Bangunan dengan temperatur rendah ini hanya dapat difungsikan
dengan baik jika kita memastikan ruangan tertutup rapat dalam artian udara tidak

21
dapat keluar masuk dan memakai alat pendingin (refrigeration) untuk menjaga
temperatur tetap rendah dengan mengeluarkan udara dingin.(Sembiring et.al.,
2011).
Menurut Syafril,(2009) sarana Cold Storage dapat difungsikan sebagai :
1. Sentral penampungan produksi perikanan terutama udang, yang akan
dipasarkan di tingkat nasional dan internasional.
2. Sarana pengolahan dan atau pengawetan produksi perikanan khususnya dalam
proses pembekuan, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi
(economic added value) yang mampu dinikmati oleh pelaku usaha perikanan di
daerah ini.
3. Stabilisator harga komoditas perikanan khususnya regional Kabupaten Paser
dan sekitarnya.
4. Kontributor dalam pengurangan angka pengangguran melalui serapan tenaga
kerja. Keberadaan dan operasionalisasi cold storage diyakini mampu
menciptakan berbagai peluang kerja seperti pedagang, buruh dan karyawan.
5. Sarana pelatihan, magang dan pengembangan Iptek dibidang pengolahan hasil
perikanan dalam upaya peningkatan economic added value. Sarana ini dapat
dimanfaatkan oleh pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat yang memiliki
motivasi tinggi dibidang usaha perikanan.
6. Kontributor bagi peningkatan perekonomian regional Paser melalui efek
setrifugal yang mampu memicu produktivitas sektor lain, sehingga secara
simultan menciptakan income multiplier effect bagi PDRB.

Perwujudan fasilitas cold storage yang mampu memainkan peranannya


secara maksimal bukanlah semata-mata merupakan beban satu pihak saja dalam
hal ini pemerintah daerah, tetapi lebih merupakan suatu upaya sinergis dari
berbagai pihak seperti Pemerintah (pusat, provinsi dan kabupaten) sebagai
pengelola dan atau donatur, pihak swasta sebagai donatur dan pemilik
kepentingan terhadap fasilitas perikanan ini, pihak masyarakat melalui unit-unit
ekonominya dan Perguruan Tinggi sebagai penyumbang pemikiran/analisa
tentang langkah/strategi yang akan diambil demi tercapainya fungsi cold storage
yang optimal. (Syafril,2009)

2.5 Spesifikasi Cold Storage


Spesifikasi kontruksi ruang cold storage menurut Cahaya Perkasa Indonesia
(2018) adalah :

22
 Spesifikasi & Konstruksi Ruangan Pendingin (Panel Cold Storage)

 Dimensi : 7.000 x 5.500 x 2.300mm


 Temperatur / suhu -18 s/d -20 derajat Celcius / -18 s/d -40 derajat
celcius
 Volume ruangan : 70 M3
 Kapasitas penyimpanan : 10 Ton – 13 Ton
 Refrigerant : R 22 / R404a
 2 buah ventilator port
Isolasi menggunakan injected polyurethane foam tebal 100 mm, dengan
density 40 - 42 kg/m3. Skin Material prefabricated panel cold storage bagian luar
(interior) dan dalam (eksterior) menggunakan colorbond tebal 0,5 mm. Full knock
down sistem dengan sistem pengunci menggunakan Cam-lock (Steel & plastic),
sistem perataan antar sambungan panel dengan male & female groove. Lantai
bagian dalam menggunakan chekered plate (Alumunium bordes) tebal 2 mm.

 Pintu swing / sliding sistem dengan perlengkapan meliputi :


 Heavy duty Hinge & Handle dengan sistem safety door lock.
 Electric door heater.
 Plastic curtain over lapping 20%.

 Spesifikasi Mesin pendingin


 Air cooled condensing unit,
 Compressor type semi-hermetic
 Evaporator unit
Spesifikasi menurut Toko Pedingin (2018) adalah :

Ruangan Cold Storage (Prefabicated Panel) : General Specifikasi


Ukuran luar total : 32.000 x 10.000 x 6.000 mm
Product : Ikan beku
Capasitas : 500 Ton
Working temp. : -20 C s/d -25 C

23
Konstruksi:
 Prefabicated Panel Chilling Room dapat dipasang dan di bongkar secara knock
down, dengan sistem pengunci menggunakan Cam-lock yang terbuat dari plastik
sehingga tidak berkarat.
 Sistem sambungan antar panel berbentuk male & female groove supaya
sambungan antar panel rata / rapi.
 Tiap keping prefabicated panel chilling room (ruang pendinginan) dibuat dengan
modul standart selebar 1180 mm.
 Material Prefabicated Panel bagian luar dan dalam menggunakan material
prepainted galvanized steel (pelat besi galvanis) dengan tebal 0,5 mm. Colourbond
(prepainted galvanized steel) dilapisi plastik laminasi untuk mencegah kerusakan
permukaan prefabicated panel pada saat pengangkutan dan pemasangan. Pada
Colourbond (prepainted galvanized steel) terdapat alur bending (corugated)
sedalam kurang lebih 1 mm dengan jarak minimum 200 mm untuk menambah
kekuatan prefabicated panel. Material Isolasi menggunakan injected rigid
polyurethane foam tebal 100 mm dengan density 40 - 42 kg/m3. Modul
prefabicated panel pada bagian atap sepanjang minimal 6 meter utuh, tidak
disambung, sehingga menjamin kekuatan dan ketahanan panel cold storage.
Lantai Cold Storage menggunakan PU sheet tebal 150 mm dilapisi dengan plastik
penahan penguapan, kemudian di cor beton setebal 150 mm. 20 (dua puluh) buah
ventilator port untuk penyeimbang tekanan ruangan. Display suhu digital di dinding
luar bagian atas pintu.
3 (tiga) buah Mesin Pendingin (Refrigerating Machine)
Air Cooled Condensing Unit komplet dengan perlengkapannya terdiri dari
o Compressor, Merk : Bitzer (german), Model : Open Type, Type : 6F-
30.2 Refrigerant : R 22
o Condensor, Merk : Gutner , Fan Motor : 4 buah, Refrigerant : R 22
o Electromotor, Merk : Teco, Spesifikasi : 30 Hp/380V/3Ph/50Hz, Putaran : 1450 rpm
o Puley motor : 1 buah
Evaporator (indoor) :
o Merk : F. Muller (Australia)
o Model : MHDE 281.
o Cooling Cap : 22.000 Watt
o Fan / blower : 3 buah

24
2.6 Proses Pembekuan Ikan di Cold Storage

Ikan sebagian besar terdiri dari air yaitu sekitar 80%. Selama proses
pembekuan bagian terbesar (air) itu berubah dari fase cair menjadi fase padat atau
es. Proses pembekuan berarti pengenyahan panas dari ikan agar suhu ikan
menurun melalui 0˚C dan terus menurun melalui -20˚C, -30˚C dan boleh sampai -
40˚C atau -50˚C (Moeljanto, 1982).

Adawyah (2007) menyatakan bahwa tubuh ikan mengandung air sekitar


60%-80% yang terdiri atas cairan yang terdapat di dalam sel, jaringan, dan
ruangan-ruangan antar sel. Cairan itu berupa larutan koloid encer yang
mengandung berbagai macam garam (terutama kalium fosfat dasar) dan protein.
Sebagian besar dari cairan itu (±67%) berupa free water dan selebihnya (±5%)
berupa bound water. Bound water merupakan air yang terikat kuat secara kimia
dengan substansi lain dari tubuh ikan. Ikan mulai membeku pada suhu antara -
0,6˚C sampai -2˚C, atau rata-rata pada -1˚C. Yang mula-mula membeku
adalah free water, disusul oleh bound water. Pembekuan dimulai dari bagian luar
dan bagian tengah membeku paling akhir.Tapi sangat sulit sekali membekukan
keseluruhan cairan yang terdapat pada ikan, karena air terikat (bound water)
sangat sulit dibekukan dan memiliki titik beku yang sangat rendah, serta sulit
tercapai dalam kondisi komersial. Pada umumnya, jika pembekuan sudah
mencapai -12˚C hingga -30˚C dianggap telah cukup. Ditambahkan pula oleh
Murniyati dan Sunarman (2000) yang menyatakan bahwa berbeda dengan ikan
segar, ikan beku sangat getas (mudah pecah), dan oleh sebab itu ikan beku harus
ditangani dengan hati-hati.
Menurut Afrianto E dan liviawaty E (1989), Secara singkat, proses pembekuan
cairan di dalam tubuh ikan dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu :
a. Pada fase pertama terjadi penurunan suhu wadah penyimpanan
yang segera diikuti dengan penurunan suhu tubuh ikan. Meskipun suhu
telah menurun, proses pembekuan baru akan terjadi setelah suhu tubuh
ikan mencapai 0˚C dengan ditandai terbentuknya kristal-kristal es. Pada
fase ini, pembentukan kristal es akan berlangsung sangat cepat dan
dimulai dari tubuh bagian luar menuju bagian dalam.
b. Penurunan suhu lebih lanjut akan meningkatkan pembekuan cairan
tubuh.biasanya proses pembekuan ini akan segera berhenti apabila suhu
tubuh telah mencapai -12˚C. Kisaran suhu ini disebut pula sebagai daerah

25
kritis (critical zone) karena sebagian besar cairan ikan akan mengalami
pembekuan. Untuk menurunkan suhu tubuh dari 0˚C – (-12˚C) disebut
priode pembekuan (thermalarrest period) yaitu waktu yang diperlukan
untuk melintasi daerah kritis (critical zone).
c. Karena sebagian besar cairan tubuh ikan telah banyak yang
membeku pada periode sebelumnya, pada fase ini proses pembekuan
akan berlangsung lambat, meskipun suhu diturunkan hingga mencapai -
30˚C

Menurut Afrianto E dan Iiviawaty E (1989), ada empat faktor penting yang
dapat mempengaruhi kecepatan proses pembekuan pada ikan, yaitu :

a. Cara Perambatan Panas


Setiap teknik pembekuan mempunyai cara perambatan panas yang khas
sehingga akan mempengaruhi kecepatan pembekuan.
b. Perbedaan suhu awal tubuh ikan dan suhu yang diinginkan
Karena proses pembekuan merupakan peristiwa pemindahan panas,
perbedaanantar suhu tubuh ikan semula dengan suhu yang dinginkan
dapatmempengaruhi kecepatan pembekuan. semakin besar perbedaan
suhu,semakin banyak waktu yang diperlukan dalam proses pembekuan.
c. Ukuran Tubuh Ikan
Ukuran tubuh ikan dapat mempengaruhi kecepatan pembekuan.
Semakin tebal jaringan tubuh ikan, semakin banyak waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai titik beku.
d. Wadah yang digunakan
Kecepatan pembekuan ikan juga dapat dipengaruhi oleh wadah yang
digunakan. wadah yang terbuat dari bahan yang bersifat kurang baik dalam
maenghantarkan panas sangat menolong proses pembekuan. wadah
semacam ini mampu menghalangi terjadinya kontak dengan udara diluar
sehingga suhu di dalam wadah lebih cepat menurun dan ikan lebih cepat
membeku.

Menurut W.A. Johnston, F.J. Nicholson, A. Roger and G.D. Stroud dalam
FAO (1994) Faktor-faktor yang membatasi masa penyimpanan ikan di cold storage
adalah sebagai berikut :

26
a. Perubahan protein.
Protein ikan berubah secara permanen selama pembekuan dan
penyimpanan dingin dan kecepatan terjadinya denaturasi ini sangat tergantung
pada suhu. Pada suhu tidak jauh di bawah titik beku, -2 ° C misalnya, perubahan
serius terjadi dengan cepat; bahkan pada -10 ° C, perubahannya begitu cepat
daripada produk yang awalnya berkualitas baik dapat rusak dalam beberapa
minggu. Tingkat kerusakan karena denaturasi protein, bagaimanapun, dapat
diperlambat dengan memastikan bahwa penyimpanan berada pada suhu
serendah mungkin.

b. Perubahan lemak
. Ikan berlemak dapat berubah tidak menyenangkan selama penyimpanan
dingin tetapi mereka dapat dilindungi sampai batas tertentu baik dengan kaca atau
dengan kemasan dalam kantong plastik yang disegel di bawah vakum. Perubahan
oksidasi ini terjadi lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi dan penyimpanan pada
suhu rendah adalah cara yang efektif untuk memperlambat laju pembusukan
dengan metode ini.
c. Perubahan warna.
Kualitas ikan sering dinilai dari penampilan, dan perubahan warna yang
tidak signifikan dapat menyebabkan ikan diturunkan kualitasnya. Perubahan
daging ikan yang menyebabkan perubahan warna ini juga terbelakang pada suhu
yang lebih rendah.

d. Perubahan dehidrasi.
Dehidrasi produk mungkin menjadi perhatian utama dari operator cold
store dan tingkat pengeringan dapat dikaitkan dengan sejumlah faktor dalam
desain dan operasi cold store. Ketika ikan mengalami dehidrasi parah di
penyimpanan dingin, permukaan menjadi kering, buram dan kenyal. Seiring
berjalannya waktu, kondisi ini menembus lebih dalam ke dalam ikan sampai
menjadi bahan berserat, sangat ringan. Efek yang terlihat dari dehidrasi parah
pada permukaan ikan dikenal dengan istilah "freezer burn". Ini adalah pilihan istilah
yang tidak menguntungkan karena efeknya tidak mungkin dihasilkan dari
pembekuan dalam freezer yang dirancang dengan baik
Ikan beku dapat mengering perlahan dalam penyimpanan dingin bahkan
dalam kondisi operasi yang baik. Ini tidak diinginkan karena alasan selain yang
jelas bahwa produk akan menurunkan berat badan. Pengeringan juga

27
mempercepat denaturasi protein dan oksidasi lemak pada ikan. Bahkan
pembungkus yang benar-benar kedap udara yang digunakan untuk melindungi
produk tidak memberikan perlindungan penuh jika kondisi operasi cold store
menguntungkan untuk pengeringan dalam kemasan. Pengeringan dalam
kemasan berlaku ketika ada ruang kosong di dalam bungkus dan suhu toko
berfluktuasi. Ketika ini terjadi, akan ada saat-saat ketika pembungkus lebih dingin
daripada ikan dan kelembaban kemudian akan meninggalkan produk dan muncul
sebagai beku di permukaan bagian dalam pembungkus. Berat total produk dan
paket tidak akan berubah tetapi jika dehidrasi dalam kemasan parah, ikan akan
memiliki kualitas cacat pengeringan yang berlebihan.
Tubuh Ikan sebagian besar terdiri dari cairan. Cairan itu berupa larutan
yang mengandung berbagai macam garam dan protein. Ikan akan mulai membeku
pada suhu -0,6˚C sampai -2˚C. pembekuan dimulai dari bagian luar dan bagian
dalam sangat sulit dibekukan karena memiliki titik beku yang sangat rendah. Ikan
beku sangat mudah pecah sehingga penanganannya harus dengan hati-hati.
Menurut Murniyati dan Sunarman (2004), ikan dapat disimpan di dalam
cold storage selama 1 sampai 9 bulan, tergantung pada keadaan dan jenis ikan,
cara pembekuan, dan cara/kondisi penyimpanannya. Dengan teknik penanganan
yang ideal, ikan dapat disimpan selama lebih dari 4 tahun di dalam cold storage.

2.7 Spesies Ikan yang diproses di cold storage

Beberapa Spesies Ikan Yang di Proses di cold storage terbagi dari


beberapa jenis ikan yaitu ikan air laut dan ikan air tawar.

2.7.1 Ikan Air Laut

Ikan Air Laut Terbagi menjadi 2 Jenis yaitu ikan Pelagis (Ikan Permukaan)
dan Ikan Demersal (ikan Laut Dalam). Beberapa Spesies yang di proses di cold
storage adalah :

28
1. Ikan Pelagis

 Ikan Cakalang

Gambar 12 Ikan Cakalang

Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) atau skipjack tuna menurut


taksonominya diklasifikasikan sebagai berikut (Saanin 1984) :
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Perciformes
Sub Ordo : Scombroidea
Famili : Scombroidae
Sub Famili : Thunninae
Genus : Katsuwonus
Species : Katsuwonus pelamis
Ikan cakalang memiliki tubuh yang membulat atau memanjang dan garis
lateral. Ciri khas dari ikan cakalang memiliki 4-6 garis berwarna hitam yang
memanjang di samping bagian tubuh. Ikan cakalang pada umumnya mempunyai
berat sekitar 0,5 – 11,5 kg serta panjang sekitar 30-80 cm. Ikan cakalang
mempunyai ciri-ciri khusus yaitu tubuhnya mempunyai bentuk menyerupai torpedo
(fusiform), bulat dan memanjang, serta mempunyai gill rakers (tapis insang) sekitar
53-63 buah. Ikan cakalang memiliki dua sirip 6 punggung yang letaknya terpisah.
Sirip punggung pertama terdapat 14-16 jari-jari keras, pada sirip punggung perut
diikuti oleh 7-9 finlet. Terdapat sebuah rigi-rigi (keel) yang sangat kuat diantara dua
rigi-rigi yang lebih kecil pada masing-masing sisi dan sirip ekor (Matsumoto et al
1984).

29
Cakalang adalah ikan pelagis yang merupakan perenang cepat
(good swimmer) dan mempunyai sifat rakus (varancios). Ikan ini melakukan
migrasi jarak jauh dan hidup bergerombol dalam ukuran besar. Bentuk tubuhnya
digolongkan dalam bentuk torpedo, yaitu badan fusiform, bagian kepala sangat
tebal, ramping dan kuat kearah ekor dan sedikit pipih pada bagian
samping. Penangkapan ikan cakalang dapat dilakukan dengan pole and line,
hand and line dan tonda. (Ayodya,1981).

 Ikan Tongkol

Gambar 13. Ikan Tongkol

Klasifikasi ikan tongkol menurut Saanin (1984) adalah :


Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Teleostei
Ordo : Perciformes
Family : Scrombidae
Genus : Euthynnus
Spesies : Euthynnus affinis
Menurut Oktaviani (2008), ikan tongkol mempunyai ciri-ciri yakni tubuh
berukuran sedang, memanjang seperti torpedo, mempunyai dua sirip punggung
yang dipisahkan oleh celah sempit. Sirip punggung pertama diikuti oleh celah

30
sempit, sirip punggung kedua diikuti oleh 8-10 sirip tambahan. Ikan tongkol tidak
memiliki gelembung renang. Warna tubuh pada bagian punggung ikan ini adalah
gelap kebiruan dan pada sisi badan dan perut berwarna putih keperakan.
Ikan tongkol memiliki sirip punggung pertama berjari-jari keras sebanyak
10 ruas, sedangkan yang kedua berjari-jari lemah sebanyak 12 ruas, dan terdapat
enam sampai sembilan jari-jari sirip tambahan. Terdapat dua tonjolan antara
kedua sirip perut. Sirip dada pendek dengan ujung yang tidak mencapai celah
diantara kedua sirip punggung. Sirip dubur berjari-jari lemah sebanyak 14 dan
memiliki 6-9 jari-jari sirip tambahan. Sirip-sirip kecil berjumlah 8-10 buah terletak
di belakang sirip punggung kedua (Agustini, 2000). Pada umumnya ikan tongkol
memiliki panjang tubuh 50-60 cm.

 Ikan layang

Gambar 14. Ikan Layang

Klasifikasi ikan layang menurut klasifikasi Saanin (1984) adalah sebagai berikut :

Phyllum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Divisi : Perciformes
Sub divisi : Carangi
Familia : Carangidae
Genus : Decapterus
Spesies : Decaptersus sp.

Ikan layang (Decapterus sp.) termasuk ikan pelagis, dan berdasarkan


ukurannya dikelompokkan sebagai ikan pelagis kecil. Ikan ini yang tergolong suku

31
Carangidae ini bisa hidup bergerombol. Ukurannya sekitar 15 cm meskipun ada
pula yang bisa mencapai 25 cm. Ciri khas yang sering dijumpai pada ikan layang
ialah terdapatnya sirip kecil (finlet) di belakang sirip punggung dan sirip dubur dan
terdapat sisik berlingin yang tebal (lateral scute) pada bagian garis sisi (lateral line)
(Nontji, 2002).Warna tubuh ikan layang pada bagian punggungnya biru kehijauan
dan putih perak pada bagian perutnya. Bentuk tubuh memanjang dapat mencapai
30 cm, ratarata panjang badan ikan layang pada umumnya adalah 20-25 cm dan
warna siripsiripnya kuning kemerahan. Ikan layang memiliki dua sirip punggung,
selain siripsirip yang ada pada umumnya, ikan layang memiliki sirip tambahan dua
buah di belakang sirip punggung kedua dan satu buah di belakang sirip dubur.
Ikan layang memiliki finlet yang merupakan ciri khas dari genus Decapterus
(Saanin 1984).
Decapterus ruselli senang hidup di perairan dangkal seperti Laut Jawa,
sedangkan Decapterus macrosoma tersebar di perairan laut seperti di Selat Bali,
Perairan Indonesia Timur Laut Banda, Selat Makassar dan Sangihe, Laut Cina
Selatan. Decapterus kurroides tergolong ikan yang agak langka antara lain
terdapat di Selat Bali, Labuhan dan Pelabuhan Ratu (Jawa Barat). Decapterus
maruadsi termasuk ikan layang yang berukuran besar, hidup di laut dalam seperti
di Laut Banda tertangkap pada kedalaman 100 meter lebih (Nontji, 2002). Ikan
layang termasuk jenis ikan perenang cepat, bersifat pelagis, tidak menetap dan
suka bergerombol. Jenis ikan ini tergolong “stenohaline”, hidup di perairan yang
berkadar garam tinggi (32 – 34 promil) dan menyenangi perairan jernih. Ikan
layang banyak tertangkap di perairan yang berjarak 20 – 30 mil dari pantai. Sedikit
informasi yang diketahui tentang migrasi ikan , tetapi ada kecenderungan bahwa
pada siang hari gerombolan ikan bergerak ke lapisan air yang lebih dalam dan
malam hari kelapisan atas perairan yang lebih. Dilaporkan bahwa ikan ini banyak
dijumpai pada kedalaman perairan 45 – 100 meter (Hardenberg dalam Sunarjo
,1990).

32
2. Ikan Demersal
 Kerapu

Gambar 15. Ikan Kerapu Macan

Menurut Binohlan (2010) dalam Sutrisna (2011) ikan kerapu macan


digolongkan pada :
Kelas : Chondrichthyes
Subkelas : Ellasmobranchii
Ordo : Percomorphi
Divisi : Perciformes
Family : Serranidae
Genus : Epinephelus
Spesies : Epinepheus fuscoguttatus Sinonim : Brown-marbled grouper,
tiger grouper;
Ciri-ciri morfologi ikan kerapu macan antara lain bentuk tubuh pipih, yaitu
lebar tubuh lebih kecil dari pada panjang dan tinggi tubuh, rahang atas dan bawah
dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat, mulut lebar, serong ke atas dengan
bibir bawah yang sedikit menonjol melebihi bibir atas, sirip ekor berbentuk bundar,
sirip punggung, posisi sirip perut berada di bawah sirip dada, serta badan ditutupi
sirip kecil yang bersisik stenoid. Ikan kerapu macan merupakan salah satu jenis
ikan laut yang hidup di perairan dalam maupun payau yang bersalinitas 20- 35 ppt
(Mariskha dan Abdulgani, 2012).
Daerah penyebaran ikan kerapu macan dimulai dari Afrika Timur, kepulauan
Ryukyu (Jepang selatan), Australia, Taiwan, Mikronesia dan Polinesia, sedangkan
di Indonesia ikan kerapu banyak ditemukan di perairan pulau Sumatra, Jawa,

33
Sulawesi, Pulau Buru, Ambon dan indikator adanya kerapu adalah perairan
karang (Antoro dkk., 1998).Siklus hidupnya kerapu muda hidup di perairan karang
pantai dengan kedalaman 0,5-30 m, selanjutnya menginjak dewasa beruaya ke
perairan yang lebih dalam antara 7,0-40 m. Perpindahan ini berlangsung pada
siang dan senja hari. Larva bersifat pelagis sedangkan kerapu muda hingga
dewasa bersifat demersal dan habitat favorit larva kerapu muda adalah pantai
dekat muara sungai dengan dasar pasir berkarang yang banyak ditumbuhi padang
lamun (Antoro dkk., 1998).

 Bambangan/Kakap Merah

Gambar 16. Kakap Merah

Klasifikasi ikan kakap merah (Lutjanus sp.) (Saanin, 1968) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Lutjanidae
Genus : Lutjanus

34
Spesies : Lutjanus sp.
Ikan kakap merah (Lutjanus sp.) mempunyai ciri tubuh yang memanjang dan
melebar, gepeng atau lonjong, kepala cembung atau sedikit cekung. Jenis ikan ini
umumnya bermulut lebar dan agak menjorok ke muka, gigi konikel pada
taringtaringnya tersusun dalam satu atau dua baris dengan serangkaian gigi canin-
nya yang berada pada bagian depan. Ikan ini mengalami pembesaran dengan
bentuk segitiga maupun bentuk “V” dengan atau tanpa penambahan pada bagian
ujung maupun penajaman. Bagian bawah pra penutup insang bergerigi dengan
ujung berbentuk tonjolan yang tajam. Sirip punggung dan sirip duburnya terdiri dari
jari jari keras dan jari-jari lunak. Sirip punggung umumnya ada yang
berkesinambungan dan berlekuk pada bagian antara yang berduri keras dan
bagian yang berduri lunak. Batas belakang ekornya agak cekung dengan kedua
ujung sedikit tumpul. Ikan kakap merah mempunyai bagian bawah penutup insang
yang berduri kuat dan bagian atas penutup insang terdapat cuping bergerigi (Ditjen
Perikanan, 1990).Warna ikan kakap merah sangat bervariasi, mulai dari yang
kemerahan, kekuningan, kelabu hingga kecoklatan. Mempunyai garis-garis
berwarna gelap dan terkadang dijumpai adanya bercak kehitaman pada sisi tubuh
sebelah atas tepat di bawah awal sirip punggung berjari lunak. Umumnya 6
berukuran panjang antara 25 – 50 cm, walaupun tidak jarang mencapai 90 cm
(Gunarso, 1995).
Ikan kakap merah (Lutjanus sp.) umumnya menghuni daerah perairan
karang ke daerah pasang surut di muara, bahkan beberapa spesies cenderung
menembus sampai ke perairan tawar. Jenis kakap merah berukuran besar
umumnya membentuk gerombolan yang tidak begitu besar dan beruaya ke dasar
perairan menempati bagian yang lebih dalam dari pada jenis yang berukuran kecil.
Selain itu biasanya kakap merah tertangkap pada kedalaman dasar antara 40–50
meter dengan substrat sedikit karang dan salinitas 30–33 ppt serta suhu antara 5-
32ºC (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, 1991).

35
 Ikan Kurisi

Gambar 17 Ikan Kurisi

Menurut (Bloch, 1791) dalam FAO (2001), klasifikasi ikan kurisi adalah sebagai
berikut :
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Super kelas : Osteichthyes
Kelas : Actinopterygii
Sub Kelas : Actinopterygii
Super ordo : Acanthopterygii
Ordo : Perciformes
Sub ordeo : Percoidei
Family : Nemipteridae
Genus : Nemipterus
Spesies : Nemipterus japonicus (Bloch 1791)
Nama Internasional : Japanese threadfine bream
Nama Indonesia : Kurisi
Ikan kurisi dicirikan dengan bentuk mulut yang letaknya agak kebawah dan
adanya sungut yang terletak didagunya yang digunakan untuk meraba dalam
usaha pencarian makanan (Burhanuddin et al. 1994 dalam Siregar 1997). Ciri-ciri
ikan kurisi menurut Ficcher & Whitehead (1974) dalam Siregar (1997) adalah

36
berukuran kecil, badan langsing dan padat. Tipe mulut terminal dengan bentuk gigi
kecil membujur dan gigi taring pada rahang atas (kadang-kadang ada juga pada
rahang bawah). Bagian depan kepala tidak bersisik. Sisik dimulai dari pinggiran
depan mata dan keping tutup insang. Bentuk tubuh ikan kurisi yaitu badan
memanjang, bentuk mulut terminal dan lubang hidung terletak di kedua sisi
moncong, berdekatan satu sama lain.Rahang atas dan bawah ukurannya hampir
sama dengan rahang bawah lebih menyembul. Pada kedua rahang terdapat
barisan gigi berbentuk kerucut yakni gigi canin dan gigi viliform. Selain itu, ikan
kurisi memiliki 7-8 tulang tapis insang pada bagian lengkung atas dan 15-18 tulang
tapis insang pada lengkung bawah, dengan jumlah total 22-26 tulang tapis insang
(Hukom et al. 2004 dalam Harahap et al.2008 ).
Ikan Kurisi termasuk kedalam jenis ikan damersal. Habitat ikan kurisi meliputi
perairan estuari dan perairan laut. Tipe substrat sangat mempengaruhi kondisi
kehidupan ikan kurisi untuk dapat berkembang dengan baik, karena sedimen
dasar laut mempengaruhi kehidupan organisme yang hidup di dasar perairan.
Kebanyakan ikan ini hidup di dasar laut dengan jenis substrat berlumpur atau
lumpur bercampur pasir (Burhanuddin et al. 1984 dalam Siregar 1997). Hidup di
dasar, karang-karang, dasar lumpur atau lumpur berpasir pada kedalaman 10-50
m (Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan 2005 dalam Sulistiyawati 2012). Ikan
kurisi ditemukan pada kedalaman lebih dari 100 m (Masuda 1984 dalam Harahap
et al. 2008). Menurut Allen (1999), ikan ini terdapat pada lingkungan laut pada
kedalaman mencakup 100-330 m. Hukom et al. (2004) dalam Harahap et al. (2008)
mengatakan bahwa ikan kurisi terdapat pada kedalaman lebih dari 100 m (antara
100-500 m). Selain itu, ikan kurisi tidak melakukan migrasi dan biasanya hidup
berasosiasi dengan karang (Fishbase 2011).

37
2.7.2 Ikan Air Tawar

 Ikan Nila

Gambar 18. Ikan Nila

Menurut Saanin (1984), ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai


klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Saanin (1968),


mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh bulat pipih, punggung lebih tinggi, pada badan
dan sirip ekor (caundal fin) ditemukan garis lurus (vertikal). Pada sirip punggung
ditemukan garis lurus memanjang. Ikan Nila (Oreochormis niloticus) dapat hidup
diperairan tawar dan mereka menggunakan ekor untuk bergerak, sirip perut, sirip

38
dada dan penutup insang yang keras untuk mendukung badannya. Nila memiliki
lima buah Sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip data (pectoral fin) sirip perut
(ventral fin), sirip 3 anal (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggungnya
memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip ekor. Terdapat
juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang
hanya satu buah berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya
hanya satu buah dengan bentuk bulat.
Ikan nila merupakan ikan konsumsi yang umum hidup di perairan tawar,
terkadang ikan nila juga ditemukan hidup di perairan yang agak asin (payau). Ikan
nila dikenal sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada kisaran
salinitas yang lebar). Ikan nila mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk
saluran air yang dangkal, kolam, sungai dan danau. Ikan nila dapat menjadi
masalah sebagai spesies invasif pada habitat perairan hangat, tetapi sebaliknya
pada daerah beriklim sedang karena ketidakmampuan ikan nila untuk bertahan
hidup di perairan dingin, yang umumnya bersuhu di bawah 21 ° C (Harrysu, 2012).
Menurut Mudjiman (2001), Ikan Nila (Oreochormis niloticus) adalah termasuk
campuran ikan pemakan campuran (omnivora).

 Ikan Bandeng

Gambar 19. Ikan Bandeng

Menurut Sudrajat (2008) taksonomi dan klasifikasi ikan bandeng adalah


sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Osteichthyes
Ordo : Gonorynchiformes

39
Family : Chanidae
Genus : Chanos
Spesies : Chanos chanos
Nama dagang : Milkfish
Nama lokal : Bolu, muloh, ikan agam
Sirip dada ikan bandeng terbentuk dari lapisan semacam lilin, berbentuk
segitiga, terletak di belakang insang di samping perut. Sirip punggung pada ikan
bandeng terbentuk dari kulit yang berlapis dan licin, terletak jauh di belakang tutup
insang dan, berbentuk segiempat. Sirip punggung tersusun dari tulang sebanyak
14 batang. Sirip ini terletak persis pada puncak punggung dan berfungsi untuk
mengendalikan diri ketika berenang. Sirip perut terletak pada bagian bawah tubuh
dan sirip anus terletak di bagian depan anus. Di bagian paling belakang tubuh ikan
bandeng terdapat sirip ekor berukuran paling besar dibandingkan sirip-sirip lain.
Pada bagian ujungnya berbentuk runcing, semakin ke pangkal ekor semakin lebar
dan membentuk sebuah gunting terbuka. Sirip ekor ini berfungsi sebagai kemudi
laju tubuhnya ketika bergerak (Purnomowati, dkk., 2007).
Ikan bandeng termasuk jenis ikan eurihalin, sehingga ikan bandeng
dapat dijumpai di daerah air tawar, air payau, dan air laut. Selama masa
perkembangannya, ikan bandeng menyukai hidup di air payau atau daerah muara
sungai. Ketika mencapai usia dewasa, ikan bandeng akan kembali ke laut untuk
berkembang biak (Purnomowati, dkk., 2007). Pertumbuhan ikan bandeng relatif
cepat, yaitu 1,1-1,7 % bobot badan/hari (Sudrajat, 2008), dan bisa mencapai
berat rata-rata 0,60 kg pada usia 5-6 bulan jika dipelihara dalam tambak (Murtidjo,
2002).

40
 Ikan Gurami

Gambar 20. Ikan Gurami

Menurut Sitanggang dan Sarwono (2006), ikan gurami (Osphronemus


gouramy Lac.) diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Actinopterygii
Super Ordo : Perciformes
Ordo : Labyrinthici
Sub-Ordo : Anabantoidea
Famili : Anabantidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus gouramy Lac.
Menurut Nijiyati (1992), ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) memiliki
lima jenis sirip yaitu sirip dada, punggung, perut, anal, dan ekor. Sirip punggung
(dorsal) bentuknya memanjang dan terletak di bagian permukaan tubuh,
berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Terdapat jari-jari keras di
9 bagian belakang sirip punggung dan sirip anal dengan bagian akhir berbentuk
gerigi. Sirip ekor berbentuk cagak dan berukuran cukup besar dengan tipe sisik
berbentuk lingkaran (cycloid) yang terletak beraturan. Gurat sisi (linea lateralis)
ikan gurame berada di pertengahan badan dengan posisi melintang dari tutup

41
insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor. Morfologi ikan gurami
(Osphronemus gouramy Lac.)
Habitat asli gurami (Osphronemus gouramy Lac.) adalah perairan tawar
yang tenang dan tergenang seperti rawa dan sungai dengan kadar oksigen yang
cukup dan mutu air yang baik. Apabila dibudidayakan di daerah dataran rendah
dengan ketinggian 50–600 m dari permukaan laut ikan gurami akan berkembang
dengan baik. Ikan gurami juga akan menunjukkan pertumbuhan optimal apabila
dikembangkan di dataran dengan ketinggian 50-400 m dari permukaan laut
dengan suhu 24-28 ˚C (Agri, 2011).

2.8 Nilai Jual Ikan

Dari hasil survey yang dilakukan diperoleh hasil bahwa industri pengolahan
ikan yang terdapat di PPN pengambengan umumnya bergerak di bidang
pengealengan ikan dan tepung ikan. Jenis ikan yang di olah meliputi ikan laying,
ikan lemuru. Kapasitas produksi rata-rata 30 ton / hari. Suplay bahan baku ratarata
saat musim puncak 30 – 40 ton per hari, dengan ukuran rata-rata 10 – 15 cm,
kondisi ikan yang dijasikan bahan baku adalah ikan segar. Proses mendapatkan
bahan baku sangat mudah. Wilayah pemasaran produk olahan Nasional (pulau
jawa), ekspor. Harga beli ikan per kg antara Rp. 2.000- Rp. 6.000 dengan harga
jual per kg tidak tentu antara Rp. 3.000 – Rp. 10.000. (Suherman dan Adyaksa,
2009)
Menurut Permen-KP Nomor 37 tahun 2016 Bab 1 Pasal 1 Ayat 6,7, dan 8
Pengolahan Ikan adalah rangkaian kegiatan dan/atau perlakuan dari bahan baku
Ikan sampai menjadi produk akhir untuk konsumsi manusia. Usaha Pengolahan
Ikan adalah usaha perikanan yang berbasis pada kegiatan Pengolahan Ikan. Nilai
Tambah Hasil Perikanan adalah pertambahan nilai Hasil Perikanan sebagai akibat
dari kegiatan penanganan, pengolahan, Distribusi atau penyimpanan dalam suatu
proses produksi.
Pengolahan ikan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki cita
rasa dan meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimumkan manfaat
hasil tangkapan maupun hasil budidaya. Pengolahan ikan meliputi cara memilih
ikan segar, perlakuan pada ikan, dan cara menghambat kebusukan. Dalam proses
Pengolahan, penanganan, penyimpanan sehingga terjadi nilai tambah hasil
perikanan yang mengakibatkan pertambahan nilai hasil perikanan.

42
2.9 Perumusan Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan/pernyataan sementara yang diungkapkan secara


deklaratif/ yang menjadi jawaban dari sebuah permasalahan. Pernyataan tersebut
diformulasikan dalam bentuk variabel agar bisa di uji secara empiris. Hipotesis
merupakan identik dari perkiraan atau prediksi. Dari sebuah hipotesis maka akan
menimbulkan suatu prediksi, karena prediksi adalah hasil yang diharapkan
diperoleh dari hipotesis. Hipotesis dapat diketahui jika telah melakukan suatu
percobaan sehingga mengetahui hasilnya. Salah satu langkah dalam penelitian
menggunakan metodo ilmiah adalah hipotesis.(Riauwaty, 2014)
Hipotesis adalah suatu perumusan sementara mengenai suatu hal yang
dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat menuntun atau mengarakan
penyelidikan selanjutnya (Husein, 2003).
Berdasarkan definisi tersebut maka perumusan hipotesis dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
H0 = Harga Penjualan di TPI dan Setelah perlakuan Cold Storage tidak berbeda
H1 = Ada perbedaan harga penjualan di TPI dan Setelah proses cold storage

43
3. METODE PENELITIAN

3.1 Teknik Pengambilan Data

Penelitian ini dilaksanakan PPN Brodong Lamongan, Propinsi Jawa Timur,


dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan sentra pendaratan ikan dan
komoditi perikanan lainnya di Kabupaten Lamongan. Pada penelitian ini diperlukan
dua jenis data. Data primer sebagai data utama diperoleh dengan cara wawancara
langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur terhadap
responden (nelayan, pedagang pengumpul, aparat dinas), dan data sekunder
sebagai data penunjang diperoleh dari studi pustaka.
Tabel 1. Bagan Alur Metode Penelitian

Pengamatan/Observasi

Wawancara
Pengambilan data
Primer
Dokumentasi

Pastisipasi Aktif
Metode Penelitian

Pengambilan data
Pengumpulan data
sekunder

Perhitungan data
Uji T
Statistik

3.2 Pengambilan Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung oleh


peneliti dari tempat yang akan diteliti baik melalui observasi, Wawancara secara
langsung maupun dengan cara dokumentasi. Hal ini sesuai yang diungkapkan
Kartini, H., (2013) bahwa data primer merupakan sumber data yang diperoleh
langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat
berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi
terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian.

44
3.2.1 Pengamatan/Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pengambilan data secara langsung


pada suatu obyek tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Aedi, N. (2010), bahwa
observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data.
Jadi observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan
penglihatan, penciuman,pendengaran, perabaan, atau kalau perlu dengan
pengecapan. Instrumen yang digunakan dalam observasi dapat berupa pedoman
pengamatan, tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara. Instrumen
observasi yang berupa pedoman pengamatan, biasa digunakan dalam observasi
sitematis dimana si pelaku observasi bekerja sesuai dengan pedoman yang telah
dibuat. Pedoman tersebut berisi daftar jenis kegiatan yang kemungkinan terjadi
atau kegiatan yang akan diamati.
Observasi atau pengamatan kegiatan yaitu setiap kegiatan untuk
melakukan pengukuran, pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan
yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Keuntungan observasi
yaitu data yang diperoleh adalah data yang segar, keabsahan alat ukur dapat
diketahui secara langsung. Sedangkan kerugian observasi untuk memperoleh
data yang diharapkan, maka pengamat harus menunggu dan mengamati sampai
tingkah laku yang diharapkan terjadi dan beberapa tingkah laku, bahkan bisa
membahayakan jika diamati (Natalia, G., 2012).

3.2.2 Wawancara

Untuk memperoleh data yang lebih akurat maka penulis menggunakan


metode pertanyaan atau wawancara. Metode wawancara merupakan metode atau
cara untuk mengambil suatu data dengan pengajuan pertanyaan secara langsung
dengan responden, hal ini sesuai dengan yang dikatakan Prabowo (1996) dalam
Febriani, R. A. (2013) bahwa wawancara adalah metode pengambilan data
dengan cara menanyakan sesuatu kepada seorang narasumber,caranya adalah
dengan bercakap-cakap secara langsung atau bertatap muka. Wawancara
dilakukan terhadap beberapa sumber.

Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan


secara langsung oleh pewawancara kepada responden, dan jawaban-jawaban
responden dicatat atau direkam dengan alat perekam. Kelebihan wawancara

45
dapat digunakan pada responden yang tidak bisa membaca dan menulis, jika ada
pertanyaan yang belum dipahami, pewawancara dapat segera menjelaskannya,
wawancara dapat mengecek kebenaran jawaban responden dengan mengajukan
pertanyaan pembanding, atau dengan melihat wajah atau gerak-gerik responden.
Sedangkan kelemahan wawancara yaitu wawancara memerlukan biaya yang
sangat untuk perjalanan dan uang harian pengumpulan data, wawancara hanya
dapat menjangkau jumlah responden yang lebih kecil, kehadiran pewawancara
mungkin menggangu responden (Natalia, G., 2012).

3.2.3 Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan metode atau cara pengambilan data dari


tulisan maupun foto gambar yang merupakan bentuk kegiatan atau kejadian yang
sudah terjadi, sesuai yang dikatakan Sugiono (2011) dalam Raharjo, S. (2013)
bahwa dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan,
ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar,
misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya
misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.

Keuntungan studi dokumentasi adalah studi dokumentasi dapat


memberikan jalan untuk melakukan penelitian yang sukar, studi dokumentasi tidak
dilakukan secara langsung dengan orang, maka data yang diperlukan tidak
terpengaruh oleh kehadiran peneliti atau pengumpulan data, analisis longitudinal,
menjangkau jauh ke masa lalu, dengan dokumen-dokumen yang tersedia, teknik
ini memungkinkan untuk mengambil sampel yang lebih besar karena biaya yang
diperlukan relatif kecil. Sedangkan kerugian studi dokumentasi adalah bias, karena
dokumen yang dibuat tidak untuk keperluan penelitian, maka data yang tersedia
mungkin bias, tidak semua dokumen dipelihara untuk dapat dibaca ulang oleh
orang lain, tidak lengkap (Natalia, G., 2012).

3.2.4 Partisipasi Aktif

Partisipasi aktif adalah teknik pengumpulan data yang mengharuskan


peneliti melibatkan diri dalam kehidupan dari masyarakat yang diteliti untuk dapat
melihat dan memahami gejala-gejala yang ada sesuai maknanya (Patilima, 2005).
Sedangkan pengertian lain juga disebutkan bahwa partisipasi aktif adalah

46
melakukan pengamatan dengan cara melibatkan diri secara langsung atau
menjadi bagian dari lingkungan sosial atau organisasi yang sedang diamati
(Indiarto dan Supomo, 1999 dalam Kacung, 2008). Partisipasi aktif ini menyangkut
kegiatan inspeksi,pemeliharaan dan perawatan yang akan di lakanakan dan di
kerjakan oleh mahasiswa terkait di bantu dengan pihak intansi.

3.3 Pengambilan Sekunder

Metode sekunder merupakan metode atau cara pengambilan data yang


diperoleh secara tidak langsung dan melalui perantara baik dari literatur yang
berupa buku, jurnal, artikel dan lain sebagainya. Hal ini sesuai yang dikemukakan
Kartini, H., (2013) bahwa data sekunder merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan
dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang
dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
Data Sekunder adalah data normatif terutama yang bersumber dari
perundang-undangan. Dimana data sekunder meliputi skema dan prosedur
perizinan penyelenggaraan reklame, jurnal-jurnal, dan artikel-artikel yang relevan
terhadap masalah tersebut (Bandi, A., 2012).

3.3.1 Metode Pengumpulan Data

Untuk mendukung memperoleh data yang dibutuhkan guna mendukung


penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara metode
survey, yaitu merupakan suatu metode pengumpulan data primer yang
memerlukan adanya komunikasi antara peneliti dan responden. Adapun salah satu
cara pengumpulan data dalam metode survey yaitu teknik kuesioner (Indriantoro
& Supomo, 2002).

Menurut Husein Umar (2003) mengemukakan teknik kuesioner merupakan


suatu pengumpulan data yang diberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut.
Tujuan mengadakan kuesioner ini adalah untuk memperoleh informasi yang
relevan, dimana isi dari kuesioner tersebut mengenai data responden, bukti
langsung, kehandalan, jaminan, daya tanggap, empati dan kepuasan konsumen.

47
Dalam pengambilan sampel penelitian ini, referensi data diambil dari data
instansi saat melakukan survey di lapangan. Dengan data tersebut akan diperoleh
data penjualan di TPI (secara langsung) dan penjualan di cold storage.

Untuk memperoleh data yang baik, tepat dan relevan dengan kebutuhan
penelitian, maka selain menggunakan data instansi dalam pengumpulan data juga
menggunakan metode penggumpulan data yang lainnya yaitu studi kepustakaan
(Library Research). Studi pustaka adalah metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan membaca berbagai buku, jurnal, dokumen dan bacaan lainnya
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3.4 Uji Hipotesis dan Uji T

3.4.1 Uji Hipotesis

Rancangan uji hipotesis berfungsi untuk mengetahui korelasi antara dua


variabel yang diteliti. Dalam lingkup penelitian ini yang diteliti adalah dengan
menggunakan jasa proses cold storage apakah di dapat perbedaan nilai jual ikan
dengan penjualan di TPI menggunakan perhitungan statistik.

Menurut Sugiyono (2014), menyatakan bahwa: “Hipotesis adalah jawaban


sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Kebenaran dari hipotesis itu
harus dibuktikan melalui data yang terkumpul.”

Hipotesis yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah :

H0 = Tidak ada perbedaan antara harga Ikan di TPI dan setelah proses cold
storage
H1 = Ada perbedaan antara harga ikan di TPI dan setelah proses cold storage
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji T.

3.4.2 Uji T

Uji T digunakan untuk menguji berarti atau tidaknya hubungan variabel-


variabel penjualan di TPI (secara langsung)(X1), dan penjualan di cold storage
(X2),
Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut (Ghozali, 2005)

48
a. Menentukan Formulasi Hipotesis
 H0 : β = 0, artinya variabel X1 dan X2 tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan secara parsial terhadap variabel Y.
 H1 : β = 0, artinya variabel X1, dan X2 mempunyai pengaruh yang
signifikan secara parsial terhadap variabel Y.
b. Menentukan derajat kepercayaan 95% (α =0,05)
c. Menentukan signifikansi
 Nilai signifikasi (P Value) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
 Nilai signifikasi (P Value) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.
d. Membuat kesimpulan
 Bila (P Value) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya
variabel independent secara parsial mempengaruhi variabel dependent.
 Bila (P Value) > 0,05 maka H0 diterima dan ditolak. Artinya
variabel independent secara parsial tidak mempengaruhi variabel
dependent.

49
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Mekanisme TPI dan Cold Storage di Brondong

Dalam KBBI (2019), Mekanisme adalah dunia teknik yang mempunyai artik
pemakaian mesin; alat-alat dari mesin; hal kerja mesin. Secara lengkapnya,
mekanisme dunia teknik digunakan untuk menerangkan teori yang sesuai dengan
gejalan dan prinsip yang digunakan untuk menjelaskan sistem kerja mesin tanpa
bantuan intelegensi suatu sebab maupun juga prinsip kerja.Definisi mekanisme
berdasarkan KBBI bisa dimaknai cara kerja, artinya cara kerja yang mengarah
kepada suatu mesin yang saling menjalankan pekerjaan melalui sistem yang
sudah ada. Mekanisme akan melihat masing-masing fungsi dari bagian sistem
keseluruhan. Mekanisme adalah interaksi bagian satu dengan bagian yang lainya
dalam suatu sistem secara keseluruhan untuk menghasilkan fungsi atau kegiatan
sesuai dengan tujuan.(Bagus,1996).

4.1.1 Mekanisme di TPI

Tabel 2. Bagan Alur mekanisme di TPI Brondong

Sortir Proses
Kapal Bongkar Dijual
Jenis oleh
Datang Kapal kembali
Komoditi Pengepul

50
Gambar 21. Bongkar muatan kapal perikanan

Mekanisme yang dilakukan di PPN Brondong saat adalah kapal datang dari
melaut adalah bongkar muatan hasil tangkap ikan. Kapal yang dibongkar
kemudian muatan tersebut kemudian di sortir jenis ikannya untuk kemudian
diserahkan ke pengepul ikan. Untuk kemudian oleh pengepul ikan ada yang dijual
kembali dan ada yang di proses terlebih dahulu sebelum di jual kembali. Proses
hasil tangkapan seperti mengawetkan ikan dilakukan guna menambah harga nilai
jual ikan. Mengawetkan hasil ikan yang baik dapat menambah nilai jual ikan
apabila dijual kemudian saat tidak musim ikan.

Penjualan ikan secara langsung dilakukan oleh pedagang di pasar ikan


melalui pembelian ke pengepul ikan, hasil tangkap ikan yang telah disortir di jual
oleh pengepul ke pedangang. Untuk kemudian di jual langsung di pasar ikan
ataupun di jual langsung ke luar daerah. Sehingga Peranan TPI di Brondong
Lamongan sangat membantu masyarakat sekitar yang banyak berprofesi sebagai
nealyan, untuk menggerakkan dan meningkatkan kesejahteraan dalam bidang
ekonomi.

51
Hal ini sesuai seperti yang di utarakan oleh Wiyono, (2005). Tempat
Pelelelangan Ikan (TPI) merupakan salah satu fungsi utama dalam kegiatan
perikanan dan juga merupakan salah satu faktor yang menggerakkan dan
meningkatkan usaha dan kesejahteraan nelayan. Menurut sejarahnya Pelelangan
Ikan telah dikenal sejak tahun 1922, didirikan dan diselenggarakan oleh Koperasi
Perikanan terutama di Pulau Jawa, dengan tujuan untuk melindungi nelayan dari
permainan harga yang dilakukan oleh tengkulak/pengijon, membantu nelayan
mendapatkan harga yang layak dan juga membantu nelayan dalam
mengembangkan usahanya.(Wiyono, 2005 dalam Dyah, 2005)

4.1.2 Mekanisme Cold Storage

Tabel 3. Bagan alur Mekanisme di cold storage

Sortir jenis, Pembersihan Penyimpanan penjualan


Ikan datang Proses ABF
ukuran, berat komoditi cold storage komoditi

Ikan yang masuk di cold storage merupakan ikan yang sudah di sortir dari
kapal dan ada dua sistem penjualan jasa. Proses mekanisme yang di lakukan oleh
cold storage adalah saat ikan datang, pertama adalah sortir jenis, ukuran dan berat
komoditi, kedua ikan di bersihkan dari kotoran agar tidak mudah busuk ketika di
proses di ABF (Air Blast Freezer), kemudian ikan di tata di pan untuk kemudian di
proses di ABF, dan kemudian di simpan dalam cold storage, untuk kemudian di
jual kembali.

4.1.2.1 Jasa Cold Storage

Cold storage di PPN Brondong merupakan fasilitas milik Perum Perindo


cab. Brondong yang digunakan untuk jasa pengawetan ikan dalam bentuk ikan
beku untuk membantu masyarakat sekitar PPN Brondong Lamongan. Adapun
syarat untuk dapat menggunakan jasa cold storage adalah :

 Syarat Penggunaan Proses jasa pembekuna Air Blast Freezer (ABF)


1. Komoditi perikanan segar adalah komditi perikanan yang dapat dibekukan
dengam suhu penerimaan minimal 5˚C.
2. Setiap komoditi yang akan mendapatkan pelayanan jasa pembekuan (ABF)
harus bersih kemudian di timbang dan dikemas dalam pan. Pan pembekuan

52
dan tercatat dengan baik, secara bersamaan antara staf Perum Perindo dan
konsumen.
3. Area processing adalah wilayah untuk pencucian dan pengemasan komoditi,
bukan untuk area potong kepala (PK) dan area cooking (tempat memasak
komoditi).
4. Komoditi yang telah beku segera di packing dan dilabeli sesuai jenis dan size.
5. Kemasan yang disediakan oleh Perum Perindo berupa karton dan plastik
berkapasitas 10 kg.
6. Komoditi yang sudah di packing di catat oleh kedua belah pihak (Perum
Perindo dan konsumen), kemudian Perum Perindo mengeluarkan nota
tagihan untuk biaya proses. Selannjutnya komoditi yang telah beku disimpan
di cold storage.
7. Pada hari H+7 setelah proses pembekuan, konsumen wajib melunasi tagihan
proses pembekuan
8. Konsumen diberi kesempatan gratis untuk penyimpanan komoditi di cold
storage selama H+20 setelah proses pembekuan
9. Pada H+21 komoditi yang tersimpan di kenakan biaya penyimpanan sesuai
tarif yang berlaku, yaitu Rp.30/Kg/hari untuk kemasan karton dan
Rp.35/Kg/hari untuk kemasan Plastik/karung.
10. Konsumen wajib memberi informasi terkait stuffing (muat untuk pengiriman),
sejak H-5 rencana stuffing.
11. Konsumen wajib melunasi seluruh tagihan pada saat selesai stuffing.
12. Konsumen wajib membayar biaya penyimpanan setiap H+30 sejak, masa
waktu gratis simpan sebagaimana maksud point 8.
13. Sebelum pelaksanaan stuffing, pemilik komoditi wajib melakukan
pemeriksaan komoditi, berupa ukuran, kemasan, dan berat komoditi.
14. Besaran tarif proses pembekuan adalah sebagai berikut

Tabel 4. Tabel Harga Jasa ABF

No Jenis Tarif/Ton Keterangan


 Batas minimal proses
Pembekuan (ABF)
1 Rp.2.000.000,- adalah 1000 kg/ 1 ton
Perum Perindo
 Termasuk PPN dan biaya
packing menggunakan
Pembekuan (ABF)
2 Rp. 2.500.000,-
Kemitraan

53
plastik/karton kapasitas 10
kg
 Biaya simpan 20 hari
dalam cold storage.
 Tenaga kerja menjadi
tanggung jawab konsumen
 Untuk kemasan dari luar
(yang tidak disediakan oleh
Perum Perindo menjadi
tanggung jawab konsumen
 Syarat Penggunaan jasa Cold Storage
1. Komoditi Perikanan beku adalah komoditi perikanan yang dapat disimpan di
Cold Storage Perum Perikanan Indonesia Cabang Brondong
2. Setiap komoditi yang masuk ke dalam Cold Storage harus ditimbang dan atau
ditelly bersama antara staff Perum Perindo dan konsumen
3. Setelah komoditi ditimbang dan telah diketahui bersama timbangannya, pihak
Perum Perindo akan membuat Nota Pembayaran Awal Penyimpanan Ikan
(NPAPI), yang di tanda tangani kedua belah pihak. Pihak konsumen wajib
membayar NPAPI
4. Setelah 7 hari penyimpanan dan pada hari ke 8 seterusnya, pihak konsumen
dikenankan biaya Tarif x Volume x Hari. Yang di bayarkan pada saat komoditi
keluar.
5. Selambat-lambatnya pada hari ke 30 sejak NPAPI habis waktu (7 hari),
konsumen wajib membayar lunas penyimpanan sebesar Tarif x Volume x 30
Hari, walaupun pada faktanya komoditi belum keluar dari cold storage, dan
dapat di perpanjang untuk 30 hari kedepan tanpa NPAPI baru.
6. Konsumen dilarang keras mengambil sendiri komoditi yang dititipkan tanpa
sepengetahuan petugas.
7. Pada saat pengambilan komoditi konsumen untuk meneliti kembali komoditi
simpanan sesuai timbangan jenis dan size komoditi.
8. Pada saat pengambilan komoditi konsumen wajib untuk meneliti komoditi
simpanan sesuai timbangan, jenis, dan size komoditi
9. Besaran tarif jasa cold storage adalah sebagai berikut

54
Tabel 5. Harga Jasa Penyimpanan cold storage

Besarnya tarif
No Pelayanan Keterangan
minimal
Komoditi perikanan beku dan Rp.300.000/1000  Harga sudah
1 sejenisnya (Karton atau Kg (minimal 2000 termasuk PPN
Plastik @10 Kg) Kg)  Pembayaran
dimuka selama
Rp. 350.000/1000
Komoditi perikanan beku dan waktu
2 Kg (minimal 2000
sejenisnya (Karung) penyimapanan 7
Kg)
Hari
 Hari ke 8 dan
Komodoti perikanan beku dan selanjutnya akan
3 sejenisnya (Karton atau Rp. 30/Kg/Hari dikenakan biaya
Plastik @10 Kg) tambahan perhari
 Tenaga bongkar
muat menjadi
Komoditi perikanan beku dan
4 Rp. 35/Kg/Hari tanggung jawab
sejenisnya (Karung)
konsumen

4.2 Penanganan hasil perikanan di TPI dan cold storage

Menurut KBBI (2019) Penanganan adalah proses, cara, atau perbuatan


menangani, penggarapan dimana kasus itu terkesan lambat. Sistem
Penanganan (Handle System) adalah spesifikasi teknologi untuk menetapkan,
mengelola, dan menyelesaikan pengidentifikasian secara terus menerus untuk
suatu objek digital ataupun sumber daya lainnya.

55
4.2.1 Penanganan hasil perikanan di TPI Brondong

Gambar 22. perlakuan ikan di TPI


Penanganan hasil tangkap ikan yang telah disortir jenis nya dari bongkar
muatan kapal di bawa oleh pengepul untuk kemudian di masukkan ke cold storage
dan dijual langsung ke pedangang pasar ikan. Pedagang yang membeli dari dari
pengepul ada yang menjual langsung dengan cara mengawetkannya dengan es
balok, penggaraman, dan pengasapan.

Perlakuan ikan yang dijual langsung di TPI menggunakan cara di dinginkan


menggunakan es balok yang ditaruh dalam keranjang ikan. Kemudian ada juga
yang dijual ke luar daerah menggunakan truck dengan perlakuan menggunakan
es dalam bentuk ikan yang belum diolah, dan ada juga dalam bentuk ikan kering
dengan perlakuan penggaraman. Masyarakat sekitar ada yang membeli dari TPI
untuk kemudian dijual kembali dalam bentuk ikan asap dan ikan kering.

Penggunaan suhu rendah berupa pendinginan dan pembekuan dapat


memperlambat proses-proses biokimia yang berlangsung dalam tubuh ikan yang
mengarah pada kemunduran mutu ikan (Junianto 2003). Prinsip proses
pendinginan dan pembekuan adalah mengurangi atau menginaktifkan enzim dan
bakteri pembusuk dalam tubuh ikan (Afrianto & Liviawaty 2005). Penanganan ikan

56
dengan menggunakan suhu rendah membutuhkan media pemindah panas atau
yang lebih dikenal dengan refrigerant. Bahan-bahan yang dapat digunakan
sebagai media pendingin untuk penanganan ikan di antaranya es batu atau es
balok, es kering, air dingin, es ditambah garam, air laut yang didinginkan dengan
es, air laut yang didinginkan secara mekanis, dan udara dingin (Junianto 2003).

4.2.2 Penanganan Proses ikan Masuk di Cold Storage

Ikan yang masuk cold storage sudah dalam sortir jenis dari bongkar kapal.
Minimal ikan yang di produksi untuk cold storage adalah 2 ton. Proses mekanisme
nya adalah pertama ikan di sortir menurut ukuran dan berat, kemudian di pisahkan
untuk ikan yang masih bagus bentuknya dan yang sudah rusak bentuknya.
Kemudian proses kedua setelah di sortir ikan di bersihkan untuk kemudian ikan di
tata di pan. Kemudian proses ke tiga pan yang berisi ikan di masukkan ke dalam
Air Blast Freezer (ABF) untuk di bekukan. Setelah ikan menjadi beku kemudian
ikan di packing untuk kemudian di simpan ke dalam ke cold storage.

Ikan yang disimpan di cold storage merupakan ikan yang dititipkan oleh
pihak Perum Perindo dan pihak kemitraan. Pihak kemitraan adalah orang yang
bekerja sama dengan Perum Perindo yang menitipkan hasil ikan ke cold storage,
kemudian membayar jasa. Proses Ikan Masuk ABF dan Cold Storage dibagi
menjadi :

57
1. Proses Sortir

Gambar 23 Proses sortir di cold storage

Komoditi yang masuk cold storage di sortir/di pisahkan menurut jenis


komoditi dan ukuran komoditi. Sortir komoditi di maksudkan agar saat
memudahkan saat proses packing. Dengan memisahkan jenis komoditi dan
ukuran komoditi.

58
2. Proses Penimbangan

Gambar 24. Proses timbang komoditi

Komoditi yang telah di sortir menurut jenis dan ukuran kemudian di timbang
beratnya. Fungsi dari menimbang komoditi adalah agar mengetahui jumlah berat
komoditi yang akan di proses, dan juga agar memudahkan dalam
penegelompokkan saat packing.

59
3. Proses Pembersihan ikan

Gambar 25. Proses pembersihan ikan

Ikan yang telah di sortir dan timbang kemudian di bersihkan dan di


pisahkan antara ikan yang bagus dan yang rusak. Pembersihan komoditi berfungsi
untuk membuang kotoran komoditi yang mudah busuk saat di simpan di cold
storage, seperti pembersihan ingsan, kotoran komoditi dan lain-lain, sehingga
komoditi bisa awet dan tidak mudah busuk.

60
4. Proses penataan di Pan dan pelabelan

Gambar 26. Proses penataan di pan dan pelabelan

Komoditi yang telah di bersihkan di tata di pan yang di sediakan oleh


cold storage, kemudian komoditi dalam pan di beri label sesuai jenis dan ukuran
komoditi. Setelah itu pan di tata di rak. Pan yang digunakan untuk proses
pembekuaan terbuat dari stailess, bahan ini dgunakan karena tidak mudah
karatan, sehingga komoditi tetap terjaga keasliaannya. Setelah di tata di pan
kemudian di beri label dalam setiap pan, hal ini agar memudahkan saat packing.

61
5.Proses Pembekuan

Gambar 27. proses pembekuan di ABF

Komoditi yang telah di tata di pan kemudian di tata di rak, setalah itu di
masukkan ke ruang pembekuan (ABF). Selama kurang lebih 7 hari proses
pembekuan. Penataan di rak di maksudkan agar penyimpanan di ABF tertata rapi
dan pembekuaan dapat dilakukan maksimal.

6. Proses Penyimpanan di cold storage

Gambar 28. Penyimpanan di cold storage

62
Komoditi yang telah melewati proses pembekuan, kemudian di packing
dengan menggunakan carton atau pun plastik. Kemudian di masukkan ke ruang
penyimpanan cold storage. Minimal penyimpanan yang di lakukan di cold storage
adalah 20 hari.

4.3 Statistik Produksi TPI

Berikut ini adalah data rekapitulasi pembongkaran ikan di TPI lama dan di
PPDI 3 tahun terakhir di PPN Brondong :

Chart Statistik Produksi TPI


9.000.000
8.000.000
7.000.000
satuan (kg)

6.000.000
5.000.000
4.000.000
3.000.000
2.000.000
1.000.000
-

Bulan

2016 2017 2018

Gambar 29. Diagram Statistik Produksi TPI

Dari data di atas didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan jumlah produksi
pada Bulan Januari sampai dengan Februari. Dikarenakan pada bulan Januari
sampai dengan bulan Februari terjadi musim paceklik ikan. Dimana terjadinya
puncak angin musim barat di indonesia yang menyebabkan ikan bermigrasi. Ikan
bermigrasi dari benua Australia ke utara, dikarenakan suhu di benua Australia
panas. Pada bulan Mei sampai dengam Juli terjadi penurunan prodsuksi,
dikarenakan terjadi angin musim timur yang menyebabkan ikan migrasi ke selatan
ke benua Australia. Produksi ikan banyak terdapat pada bulan Maret dan bulan
Agustus sampai dengan bulan November dikarenakan pada bulan tersebut
terdapat perpindahan musim yang menyebabkan ikan migrasi.

Laut Jawa merupakan pusat suatu kubangan tempat berkumpulnya ikan-


ikan yang berada di laut dalam yang ingin mencari makanan berupa fitoplankton
yang di bawa oleh arus laut atau arlindo mengalir dari laut banda yang dalam

63
hingga ke perairan dangkal di Laut Jawa dari variasi jumlah tangkapan ikan
tersebut memiliki jumlah yang banyak pada dua puncak yaitu maksimum dari
Bulan September dan November yaitu pada musim pancararoba angin muson
timur serta puncaknya minimum dari Bulan Maret dan April yaitu pada musim
pancaroba angin muson barat. Pengaruh cuaca terhadap tangkapan ikan
dipengaruhi oleh sifat fisik air laut dan arus permukaan pada Laut yang mengalir
sesuai dengan aliran arah angin yang berhembus dari Benua Asia ke Australia
sehinnga menghasilkan hujan di sekitar laut aliran arus permukaan yang mengalir
mendorong migrasi ikan-ikan kecil serta campur tangan manusia juga
mempengaruhi fluktuasi tangkapan musiman dari berbagai spesies mencapai
puncaknya sekitar bulan September-November di Laut Jawa (Assad, 2018)

Pada beberapa perairan di Indonesia, seperti Laut Jawa, karakteristik


oseanografis sangat bergantung pada musim barat dan musim timur. Pergerakan
angin muson menyebabkan variasi suhu permukaan Laut Jawa, yang pada saat
periode muson tenggara (musim timur), angin dan arus di Laut Jawa bergerak dari
timur ke barat membawa massa air yang relatif lebih dingin masuk ke arah barat.
Rata-rata suhu permukaan laut di Laut Jawa 27,25 - 28,25o C (Gaol & Sadhotomo,
2007). Hal tersebut juga menunjukkan bahwa musim timur dan barat memiliki
perbedaaan karakterteritik kondisi cuaca dan oseanografi, sehingga
mempengaruhi proses dan hasil tangkapan (Ridha et al., 2013)

PPN Brondong terletak pada jalur migrasi ikan. Sehingga pada


perpindahan musim angin barat dan musim angin timur jumlah produksi ikan di
PPN Brondong Lamongan meningkat pesat.

64
4.4 Stock kapasitas cold storage

Cold storage di PPN Brondong memiliki kapasitas Total 250 ton. Dari
diagram diatas dapat dilihat ikan masuk paling tinggi terdapat pada musim ikan,
yaitu pada bulan perpindahan musim angin barat dan musim angin timur terdapat
pada bulan Oktober sampai dengan bulan November. Stock keluar terjadi pada
bulan Januari hingga bulan April, dimana pada saat itu terjadi musim paceklik ikan,
dimana saat itu terjadi musim angin barat.

Diagram Stock Cold Storage 2018


140%
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Masuk 2% 66% 12% 38% 43% 28% 58% 38% 59% 58% 24% 0%
Keluar 131% 55% 127% 68% 32% 38% 46% 53% 57% 55% 26% 0%

Masuk Keluar

Gambar 30. Diagram Stock Cold storage 2018

Dari data diatas didapatkan hasil rata-rata stock masuk sekitar 36% dalam
setahun sehingga dapat disimpulkan rata-rata cold storage menyimpan sekitar 90
ton dalam setahun. Terdapat 57% stock keluar, sehingga rata-rata cold storage
mengeluarkan stock sekitar 143 ton dalam setahun. Hal ini terjadi dikarenakan ada
komoditi yang tidak masuk cold storage, hanya melalui proses pembekuan
kemudian dikeluarkan.

4.5 Uji Hipotesis dan Uji T

Uji Hipotesis dan Uji T di gunakan untuk membuktikan apakah harga


komoditi yang telah diolah oleh cold storage mempengaruhi harga ikan yang di jual
langsung di TPI. Berikut ini adalah hasil Uji test dengan Uji T dengan asumsi 2
sampel memiliki variasi yang sama.

65
Tabel 6. Uji T

t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances

Variable
Variable 1 2
Mean 33800 26000
Variance 0 6107333
Observations 11 11
Pooled Variance 3053666.7
Hypothesized Mean
Difference 0
Df 20
t Stat 10.47
P(T<=t) one-tail 7.29E-10
t Critical one-tail 1.72
P(T<=t) two-tail 1.46E-09
t Critical two-tail 2.09

H0 = Tidak ada perbedaan antara harga Ikan di TPI dan setelah proses cold
storage

H1 = Ada perbedaan antara harga ikan di TPI dan setelah proses cold storage

Thitung = 10,47

Ttabel = 7.92

Dari Uji T diatas didapatkan hasil H1 Diterima dikarekan THitung > TTabel
.Dapat disimpulkan bahwa harga cold storage tidak sama dengan harga jual ikan
di TPI. Harga pembekuan komoditi di Cold storage mempengaruhi harga ikan di
TPI.

66
4.6 Harga Ikan di TPI dan Cold Storage

Berikut ini merupakan data harga ikan yang di jual di TPI PPN Brondong dan Harga ikan yang di jual oleh agen setelah melalui
proses cold storage Pada tahun 2018.
Tabel 7. Harga Ikan di TPI

Nama Harga Ikan Per Bulan TPI Rata-


Ikan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Rata
Cumi-
50,100 46,600 37,000 31,600 38,900 45,000 44,000 42,900 38,300 38,800 38,800 41,091
Cumi
Kuniran 15,000 10,300 10,400 10,800 13,300 15,300 14,300 13,500 12,500 13,600 13,300 12,936
Tongkol 21,800 24,600 21,300 21,000 22,600 25,100 28,300 24,900 25,000 25,100 24,000 23,973
Banyar 18,400 18,000 18,000 18,800 19,100 20,800 21,200 20,900 19,600 20,800 20,300 19,627
Rata-Rata 28,967 27,167 22,900 21,133 24,933 28,467 28,867 27,100 25,267 25,833 25,367 26,000

Tabel 8. Harga Ikan di cold storage

Nama Harga Ikan Per Bulan Cold Storage Rata-


Ikan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Rata
Cumi-
52,600 49,100 39,500 34,100 41,400 47,500 46,500 45,400 40,800 41,300 41,300 43,591
Cumi
Kuniran 20,000 15,300 15,400 15,800 18,300 20,300 19,300 18,500 17,500 18,600 18,300 17,936
Tongkol 28,800 31,600 28,300 28,000 29,600 32,100 35,300 31,900 32,000 32,100 31,000 30,973
Banyar 21,900 21,500 21,500 22,300 22,600 24,300 24,700 24,400 23,100 24,300 23,800 23,127
Rata-Rata 33,800 32,000 27,733 25,967 29,767 33,300 33,700 31,933 30,100 30,667 30,200 30,833

67
Rata-rata harga ikan di TPI dan cold storage tahun
2018
40000
Rata-Rata Harga Ikan dalam satuan 35000
30000
25000
20000
15000
10000
rupiah (Rp)

5000
0

Bulan

TPI CS

Gambar 31. Diagram rata-rata harga Ikan di TPI dan cold storage

Data tabel diatas merupakan harga dari beberapa ikan ikan yang di jual di
TPI dan masuk cold storage. Data diambil dalam kurun waktu 1 tahun pada Bulan
Januari sampai dengan November tahun 2018.

Dari bagan diatas didapatkan bahwa fluktuasi harga ikan di cold storage
naik turunnya mengikuti harga naik turunnya dengan TPI. Dari data diatas dapat
disimpulkan pada saat bulan Mei hingga bulan Agustus harga ikan sedang tinggi,
sehingga lebih menguntungkan untuk ikan di jual secara langsung dan pada bulan
Februari hingga bulan April harga ikan sedang turun sehingga lebih
menguntungkan untuk disimpan di cold storage dan di jual pada bulan berikutnya.
Keuntungan yang diambil dari penjualan ikan beku oleh pihak cold storage per
jenis ikan adalah :

1. Cumi-Cumi Rp. 2500/kg


2. Kuniran Rp. 5000/kg
3. Tongkol Rp. 7000/kg
4. Banyar Rp. 3500/kg

Dari data harga dan fluktuasi harga ikan baik di cold storage dan TPI
didapatkan hasil penyimpanan di cold storage yang sangat menguntungkan
adalah minimal selama 1 bulan. Dapat digambarkan dengan contoh sebagai
berikut, apabila saya membeli komoditi Kuniran pada bulan April dengan harga
Rp.10.800,-/kg dan dengan pengeluaran jasa cold storage sebesar Rp.3000,-/kg

68
dan dijual dengan harga ikan beku pada bulan Mei dengan harga Rp.18.300,-/kg
maka didapatkan keuntungan sebesar Rp.4500,-

4.7 Kajian Ekonomi harga ikan

Rata-Rata Kenaikan Harga ikan/kg


Harga Dalam Satuan Rupiah (Rp)

10000
8000
6000
4000
2000
0 Kenaikan Harga/kg
-2000

Bulan

Gambar 32. Diagram Rata-Rata Kenaikan Harga Ikan/kg tahun 2018

Kajian ekonomi harga ikan di gunakan agar dapat mengetahui keuntungan


ekonomi dari penggunaan jasa cold storage dengan penjualan langsung di
TPI.Berikut ini adalah hasil dari analisis kajian ekonomi keutungan rata-rata dari
beberapa spesies yang ada di cold storage.

69
Tabel 9. Tabel Fluktuasi Harga Rata-Rata Ikan

Kenaikan
Harga Ikan Harga Ikan % Keuntungan
Harga/kg Biaya Jasa CS
Bulan TPI (dalam CS (dalam Bulan kenaikan (dalam satuan
(dalam (dalam satuan Rp)
satuan Rp) satuan Rp) Harga Rp)
satuan Rp)
Januari Rp 8,967 Rp 33,800 Januari-Februari Rp 3,033 10% Rp 2,000 Rp 1,033

Februari Rp 27,167 Rp 32,000 Februari-Maret Rp 567 2% Rp 2,000 Rp (-1,433)

Maret Rp 22,900 Rp 27,733 Maret-April Rp 3,067 13% Rp 2,000 Rp 1,067

April Rp 21,133 Rp 25,967 April-Mei Rp 8,633 41% Rp 2,000 Rp 6,633

Mei Rp 24,933 Rp 29,767 Mei-Juni Rp 8,367 34% Rp 2,000 Rp 6,367

Juni Rp 28,467 Rp 33,300 Juni-Juli Rp 5,233 18% Rp 2,000 Rp 3,233

Juli Rp 28,867 Rp 33,700 Juli-Agustus Rp 3,067 11% Rp 2,000 Rp 1,067


Agustus-
Agustus Rp 27,100 Rp 31,933 Rp 3,000 11% Rp 2,000 Rp 1,000
September
September-
September Rp 25,267 Rp 30,100 Rp 5,400 21% Rp 2,000 Rp 3,400
Oktober
Oktober-
Oktober Rp 25,833 Rp 30,667 Rp 4,367 17% Rp 2,000 Rp 2,367
November
November Rp 25,367 Rp 30,200

70
Data tersebut diambil dari perhitungan harga ikan TPI dan cold storage
pada tahun 2018. Pada data diatas tabel kenaikan harga merupakan harga yang
keuntungan dari jasa cold storage, yang dimaksudkan untuk mengetahui waktu
yang tepat untuk menggunakan jasa cold storage. Tabel kenaikan harga
didapatkan dari hasil selisih harga ikan di TPI bulan sekarang dan cold storage
pada bulan berikutnya. Dari data kenaikan harga diatas didapatakan hasil bahwa
menggunakan jasa cold storage paling optimal pada bulan April, karena kenaikan
harga ikan beku pada bulan Mei naik hingga 34% nilai kenaikan harga rata-rata
ikan sebesar Rp,5.566,-/Kg. Penggunaan jasa cold storage paling tidak optimal
terjadi pada penyimpanan bulan Februari dan dijual pada bulan Maret, karena
harga ikan sedang jatuh dan hanya memperoleh keuntungan hanya sebesar 2%,
pada bulan tersebut mengalami penurunan harga sebesar Rp.2466,-/Kg dari harga
rata-rata ikan pada bulan sebelumnya. Tabel biaya jasa cold storage adalah
pengeluaran yang digunakan untuk menggunakan jasa cold storage. Biaya jasa
cold storage adalah Rp. 2.000.000,-/ton sehingga jika dihitung dalam satuan Kg
adalah Rp. 2000,-/Kg. Tabel keuntungan adalah hasil pendapatan penjualan ikan
dikurangi dengan biaya pengeluaran jasa cold storage. Pada bulan Februari
keuntungan di peroleh cold storage tidak optimal sebesar 2% dengan jumlah Rp.
(-1,433,-), di dapatakan hasil minus di karenakan keutungan yang di peroleh tidak
dapat menutupi biaya produksi cold storage. Menggunakan jasa cold storage
sudah terhitung sangat mengutungkan apabila prosentase cold storage berada
pada angka 20% ke atas.

71
4.7.1 Keuntungan Ekonomi Komoditi Cumi-Cumi Beku

Berikut ini adalah hasil analisa keuntungan komoditi Cumi-Cumi dengan


menggunakan jasa cold storage.

Kenaikan Harga Cumi-Cumi/kg


15000
Harga dalam satuan rupiah (Rp)

10000

5000

0 Kenaikan Harga/kg

-5000

-10000
Bulan

Gambar 33. Diagram Fluktuasi Harga Cumi-cumi beku tahun 2018

72
Tabel 10. Fluktuasi Harga Cumi-Cumi

Harga Di
Kenaikan
TPI Harga DI %
Harga/kg Biaya Jasa CS Keuntungan (dalam
Bulan (dalam CS (dalam Bulan kenaikan
(dalam (dalam Satuan Rp) satuan Rp)
satuan satuan Rp) Harga
satuan Rp)
Rp)
Januari-
Januari Rp 50,100 Rp 52,600 Rp (-1,000) -2% Rp 2,000 Rp (-3,000)
Februari
Februari-
Februari Rp 46,600 Rp 49,100 Rp (-7,100) -15% Rp 2,000 Rp (-9,100)
Maret
Maret Rp 37,000 Rp 39,500 Maret-April Rp (-2,900) -8% Rp 2,000 Rp (-4,900)
April Rp 31,600 Rp 34,100 April-Mei Rp 9,800 31% Rp 2,000 Rp 7,800
Mei Rp 38,900 Rp 41,400 Mei-Juni Rp 8,600 22% Rp 2,000 Rp 6,600

Juni Rp 45,000 Rp 47,500 Juni-Juli Rp 1,500 3% Rp 2,000 Rp (-500)


Juli-
Juli Rp 44,000 Rp 46,500 Rp 1,400 3% Rp 2,000 Rp (-600)
Agustus
Agustus-
Agustus Rp 42,900 Rp 45,400 Rp (-2,100) -5% Rp 2,000 Rp(-4,100)
September
September-
September Rp 38,300 Rp 40,800 Rp 3,000 8% Rp 2,000 Rp 1,000
Oktober
Oktober-
Oktober Rp 38,800 Rp 41,300 Rp 2,500 6% Rp 2,000 Rp 500
November
November Rp 38,800 Rp 41,300

73
Dari data diatas didapatkan hasil bahwa menggunakan jasa cold storage
pada komoditi cumi-cumi paling optimal adalah pada bulan April dan di jual pada
bulan Mei, karena pada bulan tersebut harga cumi-cumi beku mengalami
peningkatan sebesar 31% dibandingkan pada bulan lain. Kenaikan harga yang
didapat dari cumi-cumi beku pada bulan Mei sebesar Rp.12.700,-/Kg dari bulan
sebelumya. Penggunaan jasa cold storage kurang optimal pada Cumi-cumi terjadi
pada bulan Februari dan di jual pada bulan Maret penurunan yang terjadi pada
harga Cumi-cumi beku sebesar Rp. 6.100,-/Kg.

4.7.2 Keuntungan Ekonomi Ikan Kuniran Beku

Berikut ini adalah hasil analisa keuntungan komoditi Ikan Kuniran dengan
menggunakan jasa cold storage.

Kenaikan Harga Kuniran/kg


9000
Harga dalam satuan rupiah (Rp)

8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0 Kenaikan Harga/kg
-1000

Bulan

Gambar 34. Diagram Flutuasi Ikan Kuniran beku tahun 2018

74
Tabel 11. Fluktasi Harga Ikan Kuniran

Kenaikan
Harga Di Harga DI Biaya Jasa Keuntungan
Harga/kg % kenaikan
Bulan TPI (dalam CS (dalam Bulan CS (dalam (dalam satuan
(dalam satuan Harga
satuan Rp) satuan Rp) Satuan Rp) Rp)
Rp)
Januari-
Januari Rp15,000 Rp 20,000 Rp 300 2% Rp 2,000 Rp (-1,700)
Februari
Februari Rp10,300 Rp 15,300 Februari-Maret Rp 5,100 50% Rp 2,000 Rp 3,100

Maret Rp10,400 Rp 15,400 Maret-April Rp 5,400 52% Rp 2,000 Rp 3,400

April Rp10,800 Rp 15,800 April-Mei Rp 7,500 69% Rp 2,000 Rp 5,500

Mei Rp13,300 Rp 18,300 Mei-Juni Rp 7,000 53% Rp 2,000 Rp 5,000

Juni Rp15,300 Rp 20,300 Juni-Juli Rp 4,000 26% Rp 2,000 Rp 2,000

Juli Rp14,300 Rp 19,300 Juli-Agustus Rp 4,200 29% Rp 2,000 Rp 2,200


Agustus-
Agustus Rp13,500 Rp 18,500 Rp 4,000 30% Rp 2,000 Rp 2,000
September
September-
September Rp12,500 Rp 17,500 Rp 6,100 49% Rp 2,000 Rp 4,100
Oktober
Oktober-
Oktober Rp13,600 Rp 18,600 Rp 4,700 35% Rp 2,000 Rp 2,700
November
November Rp13,300 Rp 18,300

75
Dari data diatas didapatkan hasil bahwa menggunakan jasa cold storage
pada komoditi ikan Kuniran paling optimal adalah pada bulan April dan di jual pada
bulan Mei, karena pada bulan tersebut harga Ikan Kuniran beku mengalami
peningkatan sebesar 69% dibandingkan pada bulan lain. Kenaikan harga yang
didapat dari Ikan Kuniran Beku pada bulan Mei sebesar Rp.2.100,- dari bulan
sebelumya. Penggunaan jasa cold storage kurang optimal pada ikan Kuniran
terjadi pada bulan Januari dan di jual pada bulan Februari mengalami kanaikan
2% kenakakn harga Ikan Kuniran beku sebesar Rp. 300,-/Kg.

4.7.3 Keuntungan Ekonomi Ikan Tongkol Beku

Berikut ini adalah hasil analisa keuntungan komoditi Ikan Kuniran dengan
menggunakan jasa cold storage.

Kenaikan Harga Tongkol/kg


12000
Harga Dalam Satuan Rupiah (Rp)

10000
8000
6000
4000
2000
0 Kenaikan Harga/kg

Bulan

Gambar 35. Diagram Fluktuasi Harga Ikan Tongkol beku tahun 2018

76
Tabel 12. Fluktuasi Harga Ikan Tongkol

Harga Di TPI Harga DI Kenaikan Biaya Jasa Keuntungan


% kenaikan
Bulan (dalam CS (dalam Bulan Harga/kg (dalam CS (dalam (dalam satuan
Harga
satuan Rp) satuan Rp) satuan Rp) Satuan Rp) Rp)
Januari Rp 21,800 Rp 28,800 Januari-Februari Rp 9,800 45% Rp 2,000 Rp 7,800

Februari Rp 24,600 Rp 31,600 Februari-Maret Rp 3,700 15% Rp 2,000 Rp 1,700

Maret Rp 21,300 Rp 28,300 Maret-April Rp 6,700 31% Rp 2,000 Rp 4,700

April Rp 21,000 Rp 28,000 April-Mei Rp 8,600 41% Rp 2,000 Rp 6,600

Mei Rp 22,600 Rp 29,600 Mei-Juni Rp 9,500 42% Rp 2,000 Rp 7,500

Juni Rp 25,100 Rp 32,100 Juni-Juli Rp 10,200 41% Rp 2,000 Rp 8,200

Juli Rp 28,300 Rp 35,300 Juli-Agustus Rp 3,600 13% Rp 2,000 Rp 1,600


Agustus-
Agustus Rp 24,900 Rp 31,900 Rp 7,100 29% Rp 2,000 Rp 5,100
September
September-
September Rp 25,000 Rp 32,000 Rp 7,100 28% Rp 2,000 Rp 5,100
Oktober
Oktober-
Oktober Rp 25,100 Rp 32,100 Rp 5,900 24% Rp 2,000 Rp 3,900
November
November Rp 24,000 Rp 31,000

77
Dari data diatas didapatkan hasil bahwa menggunakan jasa cold storage
pada komoditi ikan Tongkol paling optimal adalah pada bulan Mei dan di jual pada
bulan Juni, karena pada bulan terebut harga Ikan Tongkol beku mengalami
peningkatan sebesar 42% dibandingkan pada bulan lain. Kenaikan harga yang
didapat dari Ikan Tongkol beku pada bulan Juni sebesar Rp.900,-/Kg dari bulan
sebelumya. Penggunaan jasa cold storage kurang optimal pada ikan Tongkol
terjadi pada bulan Juli dan di jual pada bulan Agustus mengalami kanaikan 13%
kenaikan harga Ikan Tongkol beku sebesar Rp. 3600,-/Kg.

4.7.4 Keuntungan Ekonomi Ikan Banyar Beku


Berikut ini adalah hasil analisa keuntungan komoditi Ikan Banyar dengan
menggunakan jasa cold storage.

Kenaikan Harga Banyar/kg


6000
Harga Dalam Satuan Rupiah (Rp)

5000
4000
3000
2000
1000
0
Kenaikan Harga/kg

Bulan

Gambar 36. Fluktuasi Harga Ikan Banyar Beku tahun 2018

78
Tabel 13. Fluktuasi Harga Ikan Banyar

Harga Di Kenaikan
Harga DI
TPI Harga/kg % Biaya Jasa Keuntungan
CS (dalam
Bulan (dalam Bulan (dalam kenaikan CS (dalam (dalam
satuan
satuan satuan Harga Satuan Rp) satuan Rp)
Rp)
Rp) Rp)
Januari Rp 18,400 Rp 21,900 Januari-Februari Rp 3,100 17% Rp 2,000 Rp 1,100
Februari Rp 18,000 Rp 21,500 Februari-Maret Rp 3,500 19% Rp 2,000 Rp 1,500
Maret Rp 18,000 Rp 21,500 Maret-April Rp 4,300 24% Rp 2,000 Rp 2,300
April Rp 18,800 Rp 22,300 April-Mei Rp 3,800 20% Rp 2,000 Rp 1,800
Mei Rp 19,100 Rp 22,600 Mei-Juni Rp 5,200 27% Rp 2,000 Rp 3,200
Juni Rp 20,800 Rp 24,300 Juni-Juli Rp 3,900 19% Rp 2,000 Rp 1,900
Juli Rp 21,200 Rp 24,700 Juli-Agustus Rp 3,200 15% Rp 2,000 Rp 1,200
Agustus Rp 20,900 Rp 24,400 Agustus-September Rp 2,200 11% Rp 2,000 Rp 200
September Rp 19,600 Rp 23,100 September-Oktober Rp 4,700 24% Rp 2,000 Rp 2,700
Oktober Rp 20,800 Rp 24,300 Oktober-November Rp 3,000 14% Rp 2,000 Rp 1,000
November Rp 20,300 Rp 23,800

79
Dari data diatas didapatkan hasil bahwa menggunakan jasa cold storage
pada komoditi ikan Banyar paling optimal adalah pada bulan Mei dan di jual pada
bulan Juni, karena pada bulan terebut harga Ikan Banyar beku mengalami
peningkatan sebesar 27% dibandingkan pada bulan lain. Kenaikan harga yang
didapat dari Ikan Banyar beku pada bulan Mei sebesar Rp.1.400,-/Kg dari bulan
sebelumya. Penggunaan jasa cold storage kurang optimal pada ikan Banyar
terjadi pada bulan Agustus dan di jual pada bulan September mengalami kanaikan
11% kenaikan harga Ikan Banyar beku sebesar Rp.2200,-/Kg.

Dari Semua data diatas didapatkan hasil prosentase komoditi beberapa


spesies adalah sebagai berikut :

Prosentase Kenaikan Beberapa Komoditi


80%
60%
40%
20%
0%
-20%

cumi-cumi Kuniran Tongkol Banyar

Gambar 37. Diagram Prosentase Beberapa Komoditi Beku tahun 2018

Dari data fluktuasi tersebut didapatkan hasil bahwa tidak semua komoditi
yang di simpan di cold storage tidak selalu menguntungkan karena adanya
fluktuasi harga yang selalu berubah, sebagai contoh pada bulan Februari-Maret
harga beberapa komoditi mengalami penurunan sehingga tidak baik untuk
menyimpan komoditi di cold storage. Sehingga akan merugikan karena banyak
pengeluaran untuk pembayaran jasa cold storage. Sehingga dapat diambil
kesimpulan untuk waktu yang tepat dalam melakukan penyimpanan di cold
storage diantaranya pada bulan April ke Mei dan September ke Oktober.

4.8 Keuntungan Ekonomi Cold Storage

Keuntungan ekonomi jasa cold storage di PPN Brondong lamongan dapat


dilihat dari perhitungan laba rugi, data laba rugi didapat laporan keuangan cold
storage. Dari laporan tersebut didapatkan rumus sebagai berikut :

80
Pendapatan Kotor = (Stock masuk CS x Biaya jasa CS) + (Stock masuk ABF x
biaya jasa ABF)

Contoh perhitungan pendapatan kotor pada bulan Januari 2018

stock masuk CS 327 ton


stock masuk ABF 4.82 ton
biaya jasa CS Rp 300,000,-
biaya jasa ABF Rp 2,000,000,-
pendapatan CS Rp 86,675,274,-
Pendapatan ABF Rp 9,640,000,-
pendapatan kotor Rp 96,315,274,-
Kemudian dari rumus bruto dikurangi dengan biaya beban operasional
sehingga didapatkan Nett (Pendapatan Bersih)

Pendapatan Bersih = Pendapatan kotor - Beban

Beban Rp 90,016,323,-
Pendapatan Kotor-Beban = (Rp.96,315,274,-) –(Rp.90,016,323,-)
Pendapatan Bersih Rp 6,298,951,-

4.8.1 Rekap laba rugi jasa cold storage

Berikut ini adalah data Rekap Laba Rugi dari jasa cold storage di PPN
Brondong Lamongan Jawa Timur oleh Perum Perindo Cab. Brondong pada tahun
2018.

Tabel 14. Rekap Laba Rugi Cold Storage

Pendapatan
Bulan Pendapatan Kotor Beban
Bersih
Januari Rp 96,315,289 Rp 90,016,323 Rp 6,298,966
Februari Rp 115,129,021 Rp 117,453,237 Rp (-2,324,216)
Maret Rp 160,207,495 Rp 115,633,524 Rp 44,573,971
April Rp 182,654,725 Rp 153,818,204 Rp 28,836,521
Mei Rp 97,055,236 Rp 151,931,192 Rp (- 54,875,956)
Juni Rp 104,541,957 Rp 114,357,444 Rp (-9,815,486)
Juli Rp 109,467,509 Rp 145,013,749 Rp (-35,546,240)
Agustus Rp 100,074,168 Rp 137,019,779 Rp (-36,945,610)
September Rp 249,508,697 Rp 176,171,579 Rp 73,337,118
Oktober Rp 232,205,991 Rp 157,147,795 Rp 75,058,196

81
November Rp 232,205,991 Rp 175,652,885 Rp 56,553,106
Total Rp 1,679,366,080 Rp 1,534,215,710 Rp 145,150,370
Rata-rata Rp 152,669,644 Rp 139,474,155 Rp 13,195,488

Data tabel diatas merupakan data laba rugi cold storage tahun 2018. Kolom
bruto merupakan pendapatan kotor dari biaya jasa dari cold storage ditambah
dengan pendapatan kotor biaya jasa ABF. Dan kolom beban merupakan beban
dari bahan untuk operasional, beban biaya pegawai, beban pengeluaran kantor,
beban biaya listrik, beban pemeliharaan alat, dan beban penyusutan. Dan kolom
Nett adalah pendapatan bersih cold storage, di dapatkan dari hasil bruto dikurangi
dengan beban.

Dari tabel diatas didapatkan hasil, ketika tidak musim ikan pendapatan
bersih yang dihasilkan cold storage kurang menguntungkan, karena tidak ada
komoditi yang di simpan dalam cold storage. Pada musim ikan cold storage
memiliki pendapatan yang menguntungkan. Pada tabel diatas bulan yang
menguntungkan cold storage adalah pada bulan Oktiber, keuntungan yang dicapai
hingga Rp. 75,058,196,- dan bulan yang tidak menguntungkan terjadi pada bulan
Mei Rp (- 54,875,956,-), karena pada bulan Mei pendapatan yang di terima tidak
sebanding dengan pengeluaran.
Rata-rata pendapatan kotor yang dihasilkan cold storage setiap bulan
adalah Rp 152.669.644 dan rata-rata beban tiap bulan adalah Rp. 139.474.155
dan rata-rata pendapatan bersih yang didapat tiap bulan adalah Rp. 13.195.488.
Total pendapatan kotor cold storage pada tahun 2018 adalah Rp. 152.669.644.
dan beban total cold storage pada tahun 2018 adalah Rp. 139.474.155. dan total
pendapatan bersih cold storage pada tahun 2018 adalah Rp. 145.150.370.

4.9 Dampak Pembangunan Pelabuhan dan Fasilitas Cold Storage Terhadap


Lingkungan Nelayan dan Masyrakat Sekitar

4.9.1 Nelayan dan Masyarakat sekitar

Peranan Nelayan dalam sistem pengadaan bahan baku perusahaan sangat


penting karena penangana hasil tangkapan udang diatas kapal merupakan
penanganan pertama yang sangat menentukan mutu komoditi untuk pengolahan
selanjutnya. Komoditi yang tertangkap kemudian segera dipisahkan dengan
kotoran-kotoran yang lainnya kemudian segera di sortir berdasarkan nilai

82
ekonominya. Kemudian komoditi dibersihkan dan disimpan pada ruang pendingin
di kapal agar menghindari pembusukkan pada komoditi. Dan setelah kapal
bersanadar nelayan yang bekerja pada pengumpul menyerahkan hasil tangkapan
pada pengumpul, sedangakn untuk nelayan madiri menjual hasil tangkapannya
baik ke perusahaan ataupun menjual ke TPI. Dari hasil wawancara didapatkan
hasil bahwa banyak nelayan yang menjual hasil tangkapan ke pedangang
pengumpul dari pada dijual mandiri, dikarenakan kurangnya modal nelayan untuk
melakukan penjualan seccara madiri. Bagi perusahaan nelayan sangat penting
untuk menyediakan bahan baku. Sehingga perusahaan membantu untuk memberi
fasilitas untuk membantu nelayan.(Lina,1995)

Dari dampak lingkungan dengan terbangunnya fasilitas di PPN akan


membuka lapangan kerja baru seperti bagian marketing di TPI, karyawan untuk
Pabrik es, sopir, kuli, dan lain-lain, dengan adanya fasilitas tersebut didapatkan
manfaat sebagai berikut :

a. Penurunan biaya operasional kapal karena harga, antara lain bahan bakar, es
dan air akan menjadi relatif lebih rendah dibandingkan dengan sebelumnya.
b. Penambahan waktu penangkapan, sebagai akibat kemudahan yang diperoleh
untuk mendapatkan keperluan operasional dan waktu bongkar yang menjadi
relatif singkat.
c. Peningkatan kualitas ikan.
d. Peningkatan dan/atau kestabilan harga yang diterima nelayan.
e. Peningkatan produksi ikan yang diharapkan sebagai akibat hal-hal tersebut di
atas dan bertambahnya jumlah kapal penangkap

Dampak pembangunan PPN dengan fasilitas penunjang dapat membantu


daerah pesisir dalam memajukan tingkat ekonomi, membantu nelayan dalam
keperluan melaut untuk medapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak, dan
dapat menjaga kualitas ikan. Dan dengan adanya cold storage sebagai salah satu
bentuk cara pengawetan komoditi nelayan dapat terus menjual ke pengepul, dan
pedangang pengempul dapat memilih opsi dalam penyimpanan komoditinya.

4.9.2 Investor/Pengusaha/Pengepul

Pedagang pengumpul menghimpun hasil tangkapan nelayan, kemudian hasil


tangkapan ditimbang dan disortir lagi untuk menentukan harga berdasarkan jenis
dan ukurannya. Saat system setor hasil timbangan nelayan dilibatkan dalam

83
proses penimbangan dan penyortiran serta nelayan dapat melihat table harga
yang telah disepakati oleh pengepul dan nelayan. Oleh pengumpul hasil
Tangkapan ada yang disimpan 2 sampai 3 hari untuk di jual dan ada yang
dimasukkan ke Cold Storage untuk mendapatkan harga yang bagus saat musim
paceklik ikan. Bagi perusahaan pedagang pengumpul. Hubungan pedagang
pengumpul adalah memberikan modal kepada nelayan dengan bantuan fasilitas
dari perusahaan, kapal untuk melaut, alat tangkap dan lain-lain. Bagi perusahaan
dengan adanya pedagang pengumpul bahan baku yang didapatkan akan semakin
besar.(Lina,1995)
Dengan adanya cold storage pedagang pengumpul bisa menyimpan komoditi
hasil tangkapan lebih lama dan bias menjual ikan dengan harga lebih tinggi saat
ikan tidak musim.

84
5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diberikan pada kegiatan penelitian Skripsi ini


adalah sebagai berikut :

1. Mekanisme yang dilakukan di PPN Brondong saat adalah kapal datang dari
melaut adalah bongkar muatan hasil tangkap ikan. Kapal yang dibongkar
kemudian muatan tersebut kemudian di sortir jenis ikannya untuk kemudian
diserahkan ke pengepul ikan. Ikan yang diambil ada yang di jual langsung dan
ada yang disimpan dengan cara mengawetkannya dengan es balok,
penggaraman, dan pengasapan dan pembekuan di cold storage.
2. Ikan yang masuk cold storage sudah dalam sortir jenis dari bongkar kapal.
Minimal ikan yang di produksi untuk cold storage adalah 2 ton. Proses
mekanisme nya adalah pertama ikan di sortir menurut ukuran dan berat,
kemudian di pisahkan untuk ikan yang masih bagus bentuknya dan yang sudah
rusak bentuknya. Kemudian proses kedua setelah di sortir ikan di bersihkan
untuk kemudian ikan di tata di pan. Kemudian proses ke tiga pan yang berisi
ikan di masukkan ke dalam Air Blast Freezer (ABF) untuk di bekukan. Setelah
ikan menjadi beku.
3. kemudian ikan di packing untuk kemudian di simpan ke dalam ke cold
storage.Kenaikan harga Ikan didapatakan hasil bahwa menggunakan jasa cold
storage paling optimal pada bulan April, karena kenaikan harga ikan beku pada
bulan Mei naik hingga 34% nilai kenaikan harga rata-rata ikan sebesar
Rp,5.566,-/Kg, dibandingkan dengan penjualan di TPI. Penggunaan jasa cold
storage paling tidak optimal terjadi pada penyimpanan bulan Februari dan dijual
pada bulan Maret, karena harga ikan sedang jatuh dan hanya memperoleh
keuntungan hanya sebesar 2%, pada bulan tersebut mengalami penurunan
harga sebesar Rp.2466,-/Kg dari harga rata-rata ikan pada bulan sebelumnya,
di bandingkan dengan ikan yang dijual langsung. Keuntungan yang diambil dari
penjualan ikan beku oleh pihak cold storage per jenis ikan adalah :
 Cumi-Cumi Rp. 2500/kg
 Kuniran Rp. 5000/kg
 Tongkol Rp. 7000/kg

85
 Banyar Rp. 3500/kg
Dari beberapa komoditi yang disimpan di cold storage, komoditi ikan
Kuniran merupakan Komoditi yang paling menguntungkan, karena kenaikan
harga paling tinggi hingga 70% pada bulan April-Mei dibandingkan dengan
komoditi yang lain. Dan komoditi yang kurang menguntungkan adalah komoditi
Cumi-cumi, karena penurunan yang terjadi pada bulan Februari-Maret
mencapai hingga (-15%) dibandingkan komoditi yang lain.
4. Karena adanya fluktuasi didapatkan hasil bahwa tidak semua komoditi yang di
simpan di cold storage tidak selalu menguntungkan karena adanya fluktuasi
harga yang selalu berubah, sebagai contoh pada bulan Februari-Maret harga
beberapa komoditi mengalami penurunan sehingga tidak baik untuk
menyimpan komoditi di cold storage. Sehingga akan merugikan karena banyak
pengeluaran untuk pembayaran jasa cold storage. Sehingga dapat diambil
kesimpulan untuk waktu yang tepat dalam melakukan penyimpanan di cold
storage diantaranya pada bulan April ke Mei dan September ke Oktober.
5. Rata-rata pendapatan kotor yang dihasilkan cold storage setiap bulan adalah
Rp 152.669.644 dan rata-rata beban tiap bulan adalah Rp. 139.474.155 dan
rata-rata pendapatan bersih yang didapat tiap bulan adalah Rp. 13.195.488.
6. Dampak pembangunan PPN dan cold storage sangat bedampak bagi nelayan
dan lingkungan sekitarnya karena dengan adanya fasilitas yang di bangun
nelayan sangat terbantu dalam perlengkapan melaut dan hasil tangkapan laut.
Karena dengan adanya cold storage investor atau pengempul dapat memiliki
berbagai pilihan untuk menympan hasil tangkapan tanpa perlu memberhentikan
nelayan melaut.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan pada kegiatan penelitian Skripsi ini adalah
sebagai berikut :

1. Pengoptimalan dalam produksi cold storage dan meminimalisasi beban agar


pendapatan bersih cold storage tidak minus.
2. Kurangnya waktu dalam pemberian materi pada saat pelaksanaan Penelitian
dari instansi. Kurangnya pemberian materi dikarenakan padatnya jadwal dari
pemateri. Hal ini berakibat kurang lengkapnya materi yang diberikan.

86
3. Data yang tersedia hanya 1 Tahun, Sehingga data acuan hasil penelitian
kurang akurat. Jika data acuan tersedia dalam beberapa tahun terakhir, hasil
penelitian bisa lebih terperinci dan keakuratan hasil penelitian akan meningkat.

87
DAFTAR PUSTAKA

Aedi Nur, 2010. Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data. Bandung :


Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Agustini, S. D. 2000. Aplikasi Metode Schaefer : Analisis Potensi Sumberdaya


Tongkol (Scombridae) di Perairan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Jawa
Barat. Skripsi. Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 67 hal.

Assad, Imanudin Sutan. 2018. “ANALISIS PERAN CUACA DAN IKLIM


TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN NELAYAN DI PESISIR UTARA
JAWA (PANTURA) DI TPI (TEMPAT PELELANGAN IKAN) TAMBAK
LOROK KELURAHAN TANJUNG MAS KECAMATAN SEMARANG UTARA”
. Skripsi. Fak. Geografi. UNS. Semarang Jawa Tengah

Dahuri, H.Rokhmin. 2003. Paradigma baru pembangunan Indonesia berbasis


kelautan. IPB. Bogor

Darmadi, Bimo, Wahyu Sulistyowati, M.A. Sofijanto, dan Budi Rianto, 2016.
Pemberdayaan UKM Pengolah Ikan Melalui Aplikasi Coldchain system pada
Produksi Ikan Olahan Bersertifikasi di kecamatan Paciran, Kabupaten
Lamongan, Jawa Timur. Lembaga Penelitian dan Pemberdayan Masyarakat
(LPPM), UNMAS Denpasar

Febriani, R. A., 2013. Pengertian Cara Pengumpulan dan Jenis-Jenis Data dan
Sample. http://rizkiamaliafebriani.wordpress.com/2013/04/19/pengertian-
cara-pengumpulan-dan-jenis-jenis-data-dan-sample/. Diakses pada 4 April
2017, Pukul 19.10 WIB.

Gaol, J. L dan B. Sadhotomo. 2007. Karakteristik dan Variabilitas Parameter


Oseanografi Laut Jawa Hubungannya dengan Distribusi Hasil Tangkapan
Ikan. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Vol. 13. No.3: 1-12.

Guntari,VW. 2010. Strategi Pemasaran

Gustina,Lina.1995.DAMPAK BEROPERASINYA PERUSAHAAN PENYIMPAN


DINGIN (COLD STORAGE) TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN
UDANG.IPB.BOGOR

88
Harahap, Hotmaia, 2018. Pemanfaatan Fasilitas Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)
Air Bangis Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatra Barat. Pekanbaru,
Universitas Riau

Husein, Umar, 2003, Riset Sumber Daya Manusia dalam organisasi, cetakan
ketiga, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Indriantoro,Supomo, 2002, Metodologi Penelitian bisnis untuk Akuntansi dan


Manajemen, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta

Irianto, Hari Eko dan Indroyono Soesilo, 2007. Dukungan Teknologi Penyediaan
Produk Perikanan. Badan Riset Kelautan dan Perikan, DEPARTEMEN
KELAUTAN DAN PERIKANAN

Johnston. W.A., F.J. Nicholson, A. Roger and G.D. Stroud dalam FAO (1994).
FAO FISHERIES TECHNICAL PAPER – 340 FOOD AND AGRICULTURE
ORGANIZATION OF THE UNITED NATIONS. CSL Food Science
Laboratory Torry, Aberdeen, Scotland, UK

Juanda dan Martunis, 2014. Analisa Kelayakan Finansial Pengembangan Cold


Storage Plant di Pelabuhan Perikanan Lampulo Baru Banda Aceh. Banda
Aceh, Universitas Syiah Kuala.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Tahun 2019

Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2018. http://www.kkp.go.id/VISI-MISI-


TUJUAN-DAN-SASARANSTRATEGIS.Jakarta.Diakses pada 24 September
2018. Pukul 22.00

Manurung, Victor T. dan Mat Syukur 1989. DAMPAK PELELANGAN TERHADAP


STABILISASI HARGA IKAN PADA TINGKAT PRODUSEN DI PANTAI
UTARA JAWA. IPB. Bogor.

Natalia Ghita, 2012. Metode Pengumpulan Data.


http://ghitanatalia.blogspot.com/2012/11/metode-pengumpulan-data.html.
Diakses pada 3 April 2017, Pukul 22.00 WIB
Oktaviani, A. 2008. Studi Keragaman Cacing Parasitik pada Saluran Pencernaan
Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) dan Ikan Tongkol (Euthynnus spp.).
Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 51
halOktaviani, A. 2008. Studi Keragaman Cacing Parasitik pada Saluran

89
Pencernaan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) dan Ikan Tongkol
(Euthynnus spp.). Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 51 hal

Pandit, I. G. S. 2014. Perbaikan Cara Pengolahan Ikan Pindang (Innovation


Process of boiled fish). Denpasar: Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Warmadewa. 1-15.

Permen-KP Tahun 2016 Tentang Usaha Pengolahan Ikan

Perumnas,2017http://www.perumnas.co.id/sejarah-perumnas/. Diakses pada


tanggal 2 Oktober 2017 Jam 09.42

PerumPerido,2017http://www.perumperindo.co.id/2-profil-perusahaan. Diakses
pada tanggal 2 Oktober 2017 Jam 09.35

Raharjo Sahid, 2013. Pengumpulan Data Penelitian dengan Dokumentasi.


http://www.konsistensi.com/2013/04/pengumpulan-data-penelitian-
dengan.html. Diakses pada 3 April 2017, Pukul 20.00 WIB.

Rahmani., Yunianta dan Erryana. 2007. Pengaruh metode penggaraman basah


terhadap ikan asin gabus (Ophiocephalus striatus). Jurnal Teknologi
Pertanian. 3 (2): 142-152.

Riawaty, Anggun, 2014. ANALISIS PENGARUH LEVERAGE DAN MARKET TO


BOOK RATIO TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN GO
PUBLIC DI BEI TAHUN 2009-2011.SKRIPSI.UNMUH.Surakarta

Ridha, Urfan, M.R. Muskananfoia dan A. Hartoko. 2013. Analisa Sebaran


Tangkapan Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) Berdasarkan Data Satelit Suhu
Permukaan Laut Dan Klorofil-a Di Perairan Selat Bali. Diponegoro Journal of
Maquares. Vol 2 No. 4: 53 – 60.

Sanger, G. 2010. Mutu kesegaran ikan tongkol (Auxis tazard) Warta Wiptek. 35 :
39-43.

Suherman, Agus dan Adhyaksa Dault. 2009. DAMPAK SOSIAL EKONOMI


PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PELABUHAN PERIKANAN
NUSANTARA (PPN) PENGAMBENGAN JEMBRANA BALI. Universitas
Diponegoro Semarang

90
Swastawati, F. 2013. Studi kelayakan dan efisiensi usaha pengasapan ikan
dengan asap cair limbah pertanian. Semarang: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Diponegoro. 18-24.

Syafril, Muhamad.2009. KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN COLD


STORAGE DI DESA SENAKEN KABUPATEN PASER.Unmul. Samarinda
Tuyu, A.,H. Onibala dan D. M. Makapedua. 2014. Studi lama pengeringan ikan
selar (Selaroides sp) asin dihubungkan dengan kadar air dan
organoleptik. Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan. 2(2): 20-26.

Wicaksana, B. R. A., Y. S. Darmanto dan L. Rianingsih. 2013. Pengaruh


penambahan starter Pediococcus spp. Pada pembuatan kecap ikan
terhadap jumlah kimia dan koloni bakteri. Jurnal Pengolahan dan
Bioteknologi. 2 (3): 31-41.

Zulham, Armen. 2011. Industri Perikanan Di Bintung. Buletin Sosek Kelautan dan
Perikanan Vol. 6 No. 2, 2011.

91
LAMPIRAN

Suasana Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

92
Suasana cold storage
Saat ikan datang dan proses sortir ikan

93
Proses pembersihan ikan

94
Suasana di ABF dan tempat penyimpanan beku (cold storage)

95

Anda mungkin juga menyukai