Program Studi Manajemen sumber Daya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Halu Oleo Jl. HEA Mokodompit Kampus Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93232
*Koresponden penulis : kadekayuwulandari2021@gmail.com
Abstrak
Rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan oleh
masyarakat di perairan Bungin Permai. Salah satu masalah utama yang dialami oleh petani rumput laut
adalah penurunan produksi akibat adanya filamentous alga yang menempel pada thallus. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui laju penempelan dan jumlah tegakan filamentous alga pada thallus K. alvarezii
yang dibudidayakan menggunakan basket net di perairan Bungin Permai. Penelitian dilakukan pada Bulan
November-Desember 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penempelan tertinggi terjadi pada hari ke-
35 yaitu jenis Gastrolocnium reflexum sebesar 57 ind/m2/hari dengan jumlah tegakan filamen 76,7
tegakan/cm2 dan laju penempelan terendah terjadi pada hari ke-7 jenis Acinetospora crinita dengan 0,5
ind/m2/hari dan jumlah tegakan 0,7 tegakan/cm2. Hasil pengukuran parameter fisika-kimia perairan
menunjukkan bahwa suhu perairan berkisar antara 29-320C, kecepatan arus 0,03-0,24 m/detik, kecerahan 25-
68%, salinitas 20-28‰, Nitrat 0,1 08-0,185 mg/L, Fosfat 0,032-0,058 mg/L, Oksigen terlarut 5,3-6,4 mg/L,
serta pH 7,21-7,70. Hasil uji korelasi Pearson antara laju penempelan dengan parameter kualitas air
menunjukkan nilai kedalaman, kecerahan, salinitas, pH dan suhu berkorelasi positif terhadap laju
penempelan. Sedangkan kecepatan arus, nitrat, dan fosfat berkorelasi negatif terhadap laju penempelan.
Kata Kunci: filamentous alga, jumlah tegakan, kappaphycus alvarezii, laju penempelan
Abstract
Kappaphycus alvarezii is one of seaweed species cultivated by most people in Bungin Permai waters. One of
the main challenges experienced by seaweed farmers is a decrease in production due to the presence of
filamentous algae attached to their thallus. This study aimed at determineing the attachment rate and the
number of filamentous algae stands found on the thallus of K. alvarezii cultivated using basket nets in
Bungin Permai Waters. This research was conducted in November-December 2022. The results showed that
the highest attachment rate found on day 35, of Gastrolocnium reflexum of 57 ind/m 2/day with number of
filamentous stands 76.7 stands/cm2. The lowest attachment rate occurred on day 7 of Acinetospora crinita
with 0.5 ind/m2/day with the number of stands 0.7 stands/cm 2. The water quality measurement of physical-
chemical parameters showed that the water temperature ranged from 29-320C, current speed at 0.03-0.24
m/s, brightness 25-86%, salinity 20-28‰, nitrate 0.08-0.185 mg/L, phosphate 0.032-0.058 mg/L, dissolved
oxygen 5.3-6.4 mg/L, and pH 7.21-7.70. A Pearson test conducted to measure correlation between the
attachment rate and water quality parameters showed that depth, brightness, salinity, pH and temperature are
positively correlated with the attachment rate. While current velocity, nitrate, and phosphate were negatively
correlated to the attachment rate.
Key words: attachment rate, filamentous algae, kappaphycus alvarezii, number of stand
2 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research
laut dilakukan secara acak. Pada masing - bantuan aplikasi SPSS versi 20, yaitu salah
masing basket net diambil sebanyak 5 satu ukuran korelasi yang digunakan untuk
thallus. Thallus yang telah diambil kemudian mengukur kekuatan dan arah hubungan linier
dipotong 3 cm dan dihitung jumlah filamen antara dua variabel.
dengan menggunakan kaca pembesar (loup)
serta dihitung jumlah individu pada setiap Jumlah Tegakan Filamentous Alga
thallus.
Jumlah tegakan filamentous alga
Pengukuran parameter kualitas air
dihitung dengan menghitung kepadatan
meliputi parameter fisika dan kimia perairan
filamen makroepifit terlebih dahulu dengan
yakni seperti suhu, kecerahan, kedalaman,
menggunakan rumus yang dikutip dalam [9].
kecepatan arus, salinitas dan pH diukur
secara langsung di lokasi penelitian.
Pengukuran parameter nitrat, fosfat dan KAF= ¿ (3)
A
oksigen terlarut dilakukan pengambilan
sampel di lapangan, kemudian dianalisis di Dimana :
laboratorium Pengujian Fakultas Perikanan KAF = Kepadatan alga filamen
dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo. (Tegakan/cm2);
Penentuan laju penempelan ni=Jumlah filamen (tegakan);
filamentous alga dalam penelitian ini A = Luas Thallus (cm2).
dilakukan dengan terlebih dahulu
menghitung nilai kepadatan filamentous alga
HASIL DAN PEMBAHASAN
pada masing-masing thallus K. alvarezii
dengan ukuran individu/m2, kemudian dari
data kepadatan tersebut dihitung nilai laju Jenis-Jenis Filamentous Alga yang
penempelan filamentous dengan rumus yang
dikutip dalam [8]. Menempel pada Thallus K. alvarezii
3 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research
menempel pada rumput laut jenis K. alvarezii jaringan inangnya; filamentous alga yang
di perairan Jeneponto [10]. Empat jenis alga menyebar pada permukaan lapisan luar
filamen yang sama juga ditemukan dinding sel inang dan tidak merusak sel
menempel pada rumput laut jenis K. alvarezii kortikal; filamentous alga yang menyebar ke
di perairan Tanjung Tiram kabupaten lapisan dinding luar sel inang dan
Konawe Selatan [4], serta alga filamen yang berhubungan dengan kerusakan sel kortikal
sama ditemukan di perairan Lakorua inang dan filamentous alga yang menyerang
kabupaten Buton Tengah [5]. jaringan inang dan tumbuh interseluler, juga
Sementara filamentous alga jenis G. terkait dengan kerusakan kortika dan sel
reflexum yang banyak ditemukan menempel meduler. H. flagelliformis, C. crassa, A.
pada thallus di lokasi penelitian, ternyata crinita merupakan jenis filamentous alga
sangat jarang, bahkan tidak ditemukan di pertama, sedangkan E. flaccida, G. reflexum,
tempat lain di Indonesia. Berdasarkan hasil Ceramium sp, C. virgatum, E. intestinalis
penelitian sebelumnya mengenai studi merupakan jenis filamentous alga kedua [10].
morfologi dan anatomi spesies G. relexum Jenis-jenis filamentous alga yang
menjelaskan bahwa G. reflexum tersebar di ditemukan menempel pada thallus K.
Samudra Atlantik, di negara Inggris, Irlandia, alvarezii yang dibudidaya menggunakan
Prancis, Portugal, Spanyol, Maroko, vertikal net yaitu Acanthopora spicifera, C.
Kepulauan Canari, Italia dan Korsika [11]. crassa, Codium ecorticatumd, Papillosa,
Jenis filamentous alga yang Chondrophycus, Padina pavonica, Padina
ditemukan di lokasi penelitian juga minor, sargassum cristaefolium,
ditemukan menempel pada thallus K. phaeophyceae, dan Boegeseniella sp. jenis
alvarezii di perairan Tanjung Tiram pada filamentous tersebut ditemukan menempel di
penelitian-penelitian sebelumnya, diantara- perairan Tanjung Tiram, Kabupaten Konawe
nya yaitu C. crassa, E. flaccida dan Selatan [14]. Selanjutnya di temukan 3 jenis
Cladophora sp [4]. Jenis filamentous alga filamentous alga yakni C. crassa, E. flaccida,
tersebut juga diperoleh di perairan Lakorua dan Cladophora sp [4]. Kemudian 6 jenis
Kabupaten Buton Tengah ditemukan 8 jenis juga ditemukan menempel antara lain
filamentous alga yang menempel pada Chondrophycus papillosa, A. spicifera,
thallus K. alvarezii yaitu C. crassa, Ulva Laurencia papillosa, S. cristoefolium,
lactuca, Codium tomentosum, E. flaccida, Dictyota dichotoma dan C. crassa [15].
Cordylec cladia, Nemalion sp, Achantophora Filamentous alga yang menempel
spicifera, dan Gymnogongrus tetricum [5]. pada thallus K. alvarezii menggunakan alat
Filamentous alga jenis C. crassa dan budidaya rakit jaring apung (horizontal net)
Ceramium Sp juga ditemukan menempel di juga ditemukan beberapa jenis antara lain:
perairan Teluk Gerupuk Lombok tengah. Neosiphonia sp, C. crassa, Polysiphonia sp,
Pada penelitiannya dijelaskan bahwa dan A. spicifera [16]. Sepuluh jenis juga
filamentous alga didominasi berasal dari ditemukan menempel di perairan Lakorua
filum Rhodophyta dibandingkan dengan yang terdiri dari 3 spesies kelompok alga
Clorophyta. Anggota filum Clorophyta hijau (clorophyta) yaitu C. crassa, Ulva
ditemukan 3 jenis sementara filum lactuca dan Codium tomentosum. Tiga
Rhodophyta ditemukan sebanyak 10 jenis spesies alga merah (rhodophyta) yaitu E.
[12]. Jenis Ceramium Sp juga menjadi salah flaccida, Cordylec cladia, dan Nemalion sp,
satu filamentous alga yang ditemukan di serta 4 alga jenis alga coklat (phaeophyta)
sentra budidaya dusun Pengantap, Lombok yakni A. spicifera, Gymnogongrus
Barat [13]. crenulatus, Laurencia natelantis dan
Filamentous alga yang menempel Callithamnion tetricum [5].
pada thallus rumput laut mempunyai
beberapa sifat yaitu filamentous alga yang
melekat lemah pada permukaan rumput laut
dan tidak menyebabkan kerusakan jaringan
inang; filamentous alga yang melekat kuat
pada thallus rumput laut dan tidak merusak
4 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research
100.0 100.0
Basket net I
(tegakan/m2/hari)
90.0 Basket net II
90.0
80.0 80.0
70.0 70.0
60.0 60.0
50.0 50.0
40.0 40.0
30.0 30.0
20.0 20.0
10.0 10.0
0.0 0.0
21- 28- 05- 12- 19- 21- 28- 05- 12- 19-
Nov Nov Des Des Des Nov Nov Des Des Des
100.0 TOTAL
100.0 Basket net III
90.0 90.0
80.0 80.0
(tegakan/m2/hari)
70.0 70.0
60.0 60.0
50.0 50.0
40.0 40.0
30.0 30.0
20.0 20.0
10.0
10.0
0.0
21- 28- 05- 12- 19- 0.0
Nov Nov Des Des Des 21- 28- 05- 12- 19-
Waktu Pengamatan (2022) Nov Nov Des Des
Waktu Pengamatan (2022) Des
keterangan:
5 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research
yang sama ditemukan menempel pada thallus bertumbuh lalu menutupi semua lapisan
yakni jenis C. crassa, E flaccida, H. permukaan luar thallus [3].
flagelliformis dan Ceramium sp. Tingginya laju penempelan E.
flaccida juga dapat disebabkan oleh adanya
vegetasi lamun di lokasi penelitian, area
Laju Penempelan Filamentous Alga
budidaya yang dekat dengan lamun
Penempelan jenis-jenis filamentous ditemukan penempelan jenis E. Flaccida
alga di perairan memiliki waktu dan dampak sedangkan yang jauh dengan lamun E.
yang berbeda-beda. Beberapa jenis flaccida tidak ditemukan menempel pada
filamentous alga mempunyai waktu thallus. filamentous alga E. flaccida dibawa
penempelan dan memberikan dampak infeksi oleh lamun mati yang tersangkut di alat
yang berbeda pada thallus rumput laut [18]. budidaya [20].
Filamentous alga ditemukan menempel Banyaknya bagian lamun mati yang
pada thallus K. alvarezii yakni pada hari ke-7 terbawa ke daerah budidaya rumput laut juga
pengamatan. Jenis yang menunjukkan waktu di pengaruhi oleh kecepatan arus di lokasi
penempelan yang cukup lama dan terus penelitian yakni berkisar antara 0,03-0,24
meningkat dari tiap-tiap pengamatan adalah m/detik. Kecepatan arus tersebut tergolong
spesies G. reflexum. Spesies lain seperti E. normal sehingga filamentous alga dapat
flaccida, Ceramium sp, C. Virgatum, dan C. menempel dengan mudah pada thallus
crassa baru ditemukan menempel di rumput laut, sebaliknya jika kecepatan arus
pertengahan penelitian, sedangkan jenis E. pada lokasi penelitian di atas normal/-cepat
intestinalis hanya muncul di hari terakhir maka akan menyebabkan filamentous alga
penelitian. tidak mempunyai kesempatan untuk
Laju penempelan tertinggi menempel pada thallus rumput laut karena
filamentous alga pada thallus K. alvarezii akan mudah terbawa arus [4]. Kecepatan arus
sebesar 56,9 ind/m2/hari yaitu jenis G. merupakan salah satu parameter yang
reflexum. Tingginya laju penempelan jenis G. mempengaruhi laju penempelan filamentous
reflexum disebabkan kandungan unsur nitrat alga di perairan dikarenakan hal tersebut
dan fosfat yang optimum dan mendukung dapat mempengaruhi daya lekat holdfast dan
keberadaan jenis tersebut. Serta filamentous penyebaran spora di perairan [21].
alga jenis lain juga akan tumbuh dengan baik Filamentous alga yang ditemukan
jika nitrat di lokasi penelitian berkisar antara dengan penempelan terendah yaitu jenis A.
0,108-0,126 mg/l dan fosfat berkisar antara crinita dengan laju penempelan sebesar 0,5
0,032-0,058 mg/l. Kandungan nitrat bagi ind/m2/hari dan jenis C. crassa dengan laju
pertumbuhan makroalga yang optimum penempelan sebesar 1 ind/m2/hari.
berkisar 0,0120- 0,3748 mg/l, sedangkan Rendahnya laju penempelan kedua jenis
kandungan fosfat yang baik untuk filamentous alga tersebut disebabkan oleh
produktivitas K. alvarezii adalah 0,02-1,0 morfologi dari A. crinita dan C. crassa yang
mg/l [19]. menyerupai benang atau rambut yang
Sementara jenis E. flaccida juga menggumpal. Thallus membentuk rumpun
ditemukan menempel dengan laju dengan konstruksi filamen yang tidak
penempelan sebesar 43,1 ind/m 2/hari. Laju bercabang (alga yang sederhana), memiliki
penempelan jenis ini dikategorikan sedang holdfast rhizoid yang ukurannya sangat kecil
dibandingan dengan laju penempelan dan melakukan penempelan dengan cara
filamentous alga jenis lain yang ditemukan melilit organisme inang yang ditemui, salah
menempel pada thallus K. alvarezii selama satunya yaitu thallus rumput laut.
pengamatan. E. flaccida terlihat seperti Selain itu sifat penempelan yang
rambut yang berwarna hitam kecoklatan, membedakan kedua jenis tersebut dengan
menempel pada thallus, seluruh bagian jenis filamentous alga lainnya yaitu dari segi
tubuhnya tertanam di permukaan thallus. Hal cara hidup yang mengapung bebas di
ini mengakibatkan permukaan thallus perairan dengan obyek penempelan atau
menjadi kasar seperti terdapat tonjolan- habitat asli pada bebatuan [22]. Hal tersebut
tonjolan, filamentous alga ini dapat sesuai dengan kenyataan bahwa makroepifit
yang menyerupai rambut yang menggumpal
6 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research
akan lebih cepat sampai di permukaan atau oleh perubahan unsur hara dan ruang hidup.
substrat yang ingin ditempelinya sehingga Keberadaan filamentous alga mampu
kemungkinan spora alga lain tidak cukup menjadi pesaing bagi rumput laut budidaya
mendapatkan tempat atau ruang untuk karena dapat menempel pada thallus, yang
menempel [23]. dapat menganggu dan menghalangi rumput
Total laju penempelan filamentous laut budidaya untuk memperoleh makanan,
alga selama penelitian diperoleh laju tempat dan cahaya. Filamentous alga juga
penempelan tertinggi yaitu jenis G. reflexum dapat mengundang kehadiran organisme
dengan laju penempelan tinggi di awal pemakan thallus yang merugikan rumput laut
penelitian kemudian menurun di tengah- budidaya, seperti salah satunya adalah ikan
tengah penelitian dan meningkat kembali di baronang (Siganus javus) [26].
akhir penelitian. Kondisi laju penempelan Filamentous alga juga dapat menjadi
tersebut disebabkan oleh sifat dari masing- kontaminan penyakit yang pada akhirnya
masing jenis filamentous alga [10], dan juga menyebabkan infeksi pada thallus, dan
dipengaruhi oleh bentuk (morfologi) dari kualitas bibit menjadi tidak layak budidaya.
jenis-jenis filamentous alga, jenis yang Oleh karena itu ketahanan rumput laut
menyerupai helaian/tegakan akan lebih kuat terhadap penempelan filamentous alga
menempel pada thallus K. alvarezii jika merupakan indikator keberhasilan usaha
dibandingkan dengan filamentous alga yang budidaya rumput laut. Keberadaan organisme
berbentuk seperti helaian rambut yang penempel ini secara tidak langsung akan
mengumpal [24]. Rendahnya jenis G. menyebabkan timbulnya penyakit rumput
reflexum pada pertengahan penelitian dapat laut seperti kerusakan pada thallus [27].
disebabkan adanya persaingan tempat Berdasarkan hasil korelasi antara laju
menempel pada thallus dengan jenis penempelan dengan parameter kualitas air
filamentous alga lain yang baru muncul di dianalisis menggunakan uji pearson
pertengahan penelitian. Kemudian pada akhir menunjukan bahwa kedalaman, kecerahan,
penelitian laju penempelan filamentous alga salinitas, pH berkorelasi positif terhadap laju
jenis G. reflexum kembali tinggi setelah penempelan sedangkan kecepatan arus, nitrat,
menurun di pertengahan penelitian, hal fosfat dan suhu berkorelasi negatif terhadap
tersebut dapat dipengaruhi oleh daya lekat laju penempelan. [14] dalam penelitiannya
holdfast G. reflexum lebih kuat jika menjelaskan hasil analisis korelasi laju
dibandingkan dengan filamentous alga jenis penempelan dan parameter kualitas air
lain, sehingga G reflexum dapat bersaing didapatkan bahwa parameter yang
dalam perebutan tempat menempel pada berhubungan secara nyata dengan laju
thallus K alvarezii [25]. penempelan adalah suhu dan salinitas dimana
Berdasarkan kondisi laju penempelan hubungan yang terjadi adalah sangat kuat dan
yang diperoleh selama penelitian positif dengan koefisien korelasi sebesar
menunjukkan adanya perbedaan laju 0,894 dan 0,891.
penempelan dari beberapa jenis alga filamen Berkorelasi positif artinya laju
yang mengawali kolonisasi baru pada thallus penempelan dengan kualitas air searah
K. alvarezii yang dibudidayakan. Perbedaan sedangkan berkorelasi negatif laju
laju penempelan tersebut mengambarkan penempelan dengan kualitas air saling
perbedaan sifat masing-masing jenis alga berlawanan. Kedalaman perairan berkorelasi
filamen dalam mengawali penempelan pada positif terhadap laju penempelan yang artinya
habitat dan juga dalam merespon kondisi
kedalaman dengan laju penempelan memiliki
lingkungan yang terjadi. Pengamatan tersebut
sifat yang searah dimana semakin dalam
memberikan isyarat adanya pola pergantian
yang terjadi pada jenis-jenis filamentous alga dangkal perairan maka laju penempelan
yang menempel [25]. cenderung rendah, begitu juga sebaliknya
Penempelan filamentous alga dapat [48]. Sementara itu, kecepatan arus
memberikan dampak buruk bagi thallus berkorelasi negatif terhadap laju penempelan
rumput laut. Pertumbuhan rumput laut akan yang artinya kecepatan arus dengan laju
relatif sama dari hari ke hari dan bobot penempelan berlawanan arah, dimana jika
harian, pun akan semakin rendah diakibatkan
7 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research
kecepatan arus rendah maka laju penempelan pada saat spora dilepaskan maka spora akan
cenderung tinggi, begitu pula sebaliknya menempel pada basket net kemudian akan
semakin cepat kecepatan arus maka laju menempel kembali pada thallus. Namun
penempelan cenderung rendah. Hal tersebut sebaliknya jika kecepatan arus tergolong
dipengaruhi oleh daya lekat holdfast dan cepat maka dapat menyebabkan filamentous
penyebaran spora di perairan [21]. Jika alga tidak mempunyai kesempatan untuk
kecepatan arus rendah maka filamentous alga menempel pada thallus karena akan mudah
dapat menempel dengan mudah pada thallus, terbawa oleh arus [4].
(Tegakan/cm2)
90.0
80.0 Basket net I 100.0 Basket net II
70.0
60.0 80.0
50.0
60.0
40.0
30.0 40.0
20.0
10.0 20.0
0.0
21-Nov 28-Nov 05-Des 12-Des 19-Des 0.0
21-Nov 28-Nov 05-Des 12-Des 19-Des
100.0 Basket net III
(Tegakan/cm2)
90.0 100.0
Total
80.0
70.0 80.0
60.0
50.0 60.0
40.0
40.0
30.0
20.0 20.0
10.0
0.0 0.0
21-Nov 28-Nov 05-Des 12-Des 19-Des 21-Nov 28-Nov 05-Des 12-Des 19-Des
Waktu Pengamatan (2022) Waktu Pengamatan (2022)
Keterangan:
3.3. Jumlah Tegakan Filamentous Alga fisika dan kimia perairan. Lambatnya
kecepatan arus dilokasi penelitian berkisar
Berdasarkan hasil penelitian antara 0,06-0,24 m/detik, dapat
ditemukan jumlah tegakan tertinggi memperlambat pergerakan spora jenis G.
filamentous alga yang menempel pada reflexum dan E. flaccida, sehingga spora
thallus K. alvarezii yaitu sebesar 76,7 kembali melekat pada thallus rumput laut
tegakan/cm2 dengan jenis G. reflexum, dan yang berada di dalam alat budidaya basket
diikuti oleh jenis E. flaccida dengan jumlah net.
tegakan sebesar 58,1 tegakan/cm2. Tingginya Rumput laut yang dibudidayakan di
jumlah tegakan kedua jenis filamentous alga Kabupaten Sinjai memperoleh tutupan alga
tersebut dapat dipengaruhi oleh parameter filamen yang tinggi disebabkan oleh
8 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research
kecepatan arus kurang optimal untuk salinitas, misalnya suhu terlalu panas ataupun
pertumbuhan makroalga, yaitu berkisar terlalu tinggi serta salinitas yang terlalu
antara 0,05-0,35 m/s, sehingga spora alga rendah dan meningkat menjadi tinggi.
filamen dapat langsung melekat pada Terlihat pada pengukuran suhu dan salinitas
permukaan thallus [28]. Peningkatan suhu selama penelitian berubah-ubah, suhu dari
perairan juga dapat mempengaruhi jumlah 290C menjadi 31,90C dan salinitas dari 20‰
tegakan filamentous alga, misalnya suhu air menjadi 28‰. Berdasarkan data nilai
laut meningkat dari 270C menjadi 310C, pengukuran suhu dan salinitas tersebut
perubahan suhu dapat bertindak sebagai menunjukan perubahan yang cukup
mekanisme pemicu dan isyarat untuk alga signifikan, menyebabkan rumput laut
filamen menginfeksi rumput laut [9]. menjadi dengan mudah terserang biota
Jumlah tegakan filamentous alga penempel [3].
terendah yang ditemukan menempel pada Selain itu juga di pengaruhi oleh
thallus K. alvarezii yakni sebesar 0,6 adanya pergantian baik jenis maupun
tegakan/cm2 dengan jenis A. crinita. intensitas biota penempel yang berkaitan erat
Rendahnya jumlah tegakan A. crinita dengan jenis-jenis penempel lain yang
dikarenakan bentuk morfologi dari tubuh A. membentuk komunitas dan mempengaruhi
crinita membentuk gumpalan benang halus secara biologis jenis alga filamen yang telah
(jumbai) yang menutupi thallus rumput laut
ada sebelumnya [28]. Jumlah tegakan
sehingga terjadi persaingan tempat menempel
filamentous alga pada thallus K. alvarezii
dengan jenis filamentous alga lainnya [24].
Jumlah tegakan filamentous alga dapat dilihat pada Gambar 2.
juga dipengaruhi oleh perubahan suhu dan
Tabel 2. Hasil analisis korelasi antara laju penempelan dan parameter kualitas air [2]
9 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research
10 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research
rumput laut dan filamentous alga. Kandungan 2. Jumlah tegakan filamentous alga tertinggi
fosfat yang sesuai untuk budidaya rumput yang ditemukan menempel pada thallus
laut berkisar antara 0,02-1 mg/l [40]. K. alvarezii yaitu jenis G. reflexum
Konsentrasi fosfat yang tinggi ini disebabkan sebesar 76,7 tegakan/cm2 sedangkan
tingginya difusi fosfat dari sedimen. Sedimen jumlah tegakan terendah yaitu jenis A.
merupakan tempat penyimpanan utama crinita sebesar 0,7 tegakan/cm2. Ciri
fosfor dalam dalam siklus yang terjadi di morfologi menjadi penyebab perbedaan
laut, umumnya dalam bentuk partikulat yang jumlah tegakan pada masing-masing jenis
berkaitan dengan senyawa hidroksida dan filamentous alga. Jenis G. reflexum
oksidasi besi [421]. Sumber antropogenik mempunyai ciri morfologi berupa helaian
fosfat berasal dari detergen, hal tersebut dan memiliki tegakan yang jelas dan tidak
dapat dilihat dari kehidupan masyarakat desa dimiliki oleh filamentous alga jenis lain
terapung limbah detergen dibuang dilaut yang ditemukan selama penelitian.
[42]. 3. Hasil uji korelasi person antara laju
Hasil pengukuran oksigen terlarut penempelan dengan parameter kualitas air
(DO) di perairan Bungin Permai selama menunjukan nilai kedalaman, kecerahan,
penelitian yakni berkisar antara 5,3-6,4 mg/l. salinitas, pH dan suhu berkorelasi positif
Nilai oksigen terlarut tersebut merupakan terhadap laju penempelan. Sedangkan
kondisi yang cukup sesuai untuk budidaya kecepatan arus, nitrat, fosfat berkorelasi
rumput laut K. alvarezii [43]. Kandungan negatif terhadap laju penempelan. Ini
oksigen terlarut yang baik untuk menunjang berarti bahwa parameter kualitas air
kegiatan budidaya rumput laut berkisar mempengaruhi laju penempelan
antara 3-8 mg/l [44]. Baku mutu oksigen filamentous alga.
terlarut (DO) untuk pertumbuhan rumput laut
adalah lebih dari 5 mg/l [45].
Nilai pH yang diperoleh selama DAFTAR PUSTAKA
penelitian yakni berkisar antara 7,21-7,70,
nilai tersebut tergolong baik dan normal. [1] Aslan, L.M., L.O.A.R. Nadia. 2010.
Perairan laut memiliki nilai pH relatif normal Potret Masyarakat Pesisir Sulawesi
karena adanya penyangga cukup kuat dari Tenggara Unhalu Press.
hasil keseimbangan dari karbon dioksida, [2] Arisandi, A., Farid, A., Wahyuni, E. A.,
asam karbonat dan bikarbonat yang disebut & Rokhmaniati, S .2013. Dampak
dengan buffer [46]. Rumput laut tumbuh Infeksi Ice-ice dan Epifit Terhadap
pada pH 7-9 dengan pH optimal bagi Pertumbuhan Eucheuma Cottonii.
pertumbuhan K. alvarezii 7,3-8,2 (Cornelia et Jurnal Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas
al., 2005). Oleh karena itu, nilai pH pada Pertanian, Universitas Trunojoyo.
lokasi penelitian menunjukkan bahwa nilai [3] Yulianti, Y., Kasim, M., Irawati, N.2018.
pH tersebut masih layak untuk mendukung Laju Penempelan dan Jumlah Filamen
pertumbuhan rumput laut K. alvarezii yang Elaschista Falccida Pada Talus
dibudidayakan. Kappaphycus Alvarezii di Perairan
Tanjung Tiram. Jurnal Manajemen
SIMPULAN Sumber Daya Perairan, 3(2): 151-158.
[4] Devi., Kasim M., & Irawati, N. 2020.
1. Laju penempelan tertinggi jenis G. Perbandingan Jumlah Tegakan
reflexum sebesar 57 tegakan/m2/hari dan Filamentous Alga pada Thallus
laju penempelan terendah yaitu jenis A. Kappaphycus Alvarezii dan Eucheuma
crinita sebesar 0,5 tegakan/m2/hari. G. Dinticulatum di Perairan Desa Tanjung
reflexum ditemukan lebih banyak Tiram. Jurnal Manajemen Suber Daya
menempel pada thallus K. alvarezii Perairan, 5(4): 286-298 hal.
disebabkan filamentous alga yang berupa [5] Almualam, Kasim. M., Salwiyah. 2016.
helaian lebih cepat mengawali Laju Penempelan Makroepifit Pada
penempelan, karena memiliki daya lekat Thallus Kapaphycus Alvarezii di
holdfast yang kuat. Perairan Lakorua Kabupaten Buton
11 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research
12 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research
13 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id
Wulandari, K. A./ Journal of Fisheries and Marine Research
(Eucheuma Cottoni) - Bagian 1: Metode [48] Lobban, C.S. & P.J. Harrison 1997.
Lepas Dasar. Jakarta. Seaweed Mariculture Scope & Potential
[39] Sahrijanna A., & Sutrisyani. 2009. in India. Aquaculture Asia, 8(4): 26-29
Pengamatan Kandungan Nitrat di Hal
Sekitar Perairan lahan Budidaya Rumput
Laut (Kappaphycus alvarezii) di
Tonyaman, Polewali, Sulawesi Barat.
Bul. Tek. Lit. Akuakultur, 8(2): 127-128.
[40] Lase, P. J., Tuhumury, S. F., & Waas, H.
J. 2020. Analisis Kesesuaian Lokasi
Budidaya Rumput Laut (Eucheuma
cottoni) dengan Menggunakan Sistem
Informasi Geografis di Perairan Teluk
Ambon Baguala. TRITON: Jurnal
Manajemen Sumberdaya Perairan,
16(2): 77-83.
[41] Patty, S.I., Hairati, A., & Malik, S. A.
2015. Zat Hara (Fosfat, Nitrat), Oksigen
Terlarut dan pH Kaitannya dengan
Kesuburan di Perairan Jikumerasa,
Pulau Buru. Jurnal Pesisir Laut dan
Tropis, 1(1): 43-50.
[42] Efendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air
Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta:
Kanisius.
[43] Antari, N. P. P. S. D., Watiniasih, N. L.,
& Dewi, A. P. W. K. 2021.
Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma
cottonii) dengan Berat Bibit Awal
Berada di Pantai Pantai Pandawa, Bali.
Jurnal Biologi Udayana, 25(2): 122-
129.
[44] Direktorat Jendral Perikanan Budidaya.
2008. Petunjuk Teknis Budidaya
Rumput Laut Eucheuma spp. DKP RI,
Ditjenkanbud. Jakarta. 41 hal.
[45] Sulistijo & Atmadja, W. S. 1996.
Perkembangan Budidaya Rumput Laut
Di Indonesia. Puslitbang Oseonografi
LIPI. Jakarta.
[46] Kangkan AL. 2006. Studi Penentuan
Lokasi untuk Pengembangan Budidaya
Laut Berdasarkan Parameter Fisika,
Kimia, Biologi di Teluk Kupang, Nusa
Tenggara Timur. [Tesis].PPs. Undip
Semarang. 129 hal.
[47] Cornelia, I. M, H. Suryanto, A.
Dartoyo.2005. Prosedur dan Spesifikasi
Teknis Analisis Kesesuaian Budidaya
Rumput Laut. Pusat Survey Sumberdaya
Alam Laut Bakosurtanal. Cibinong. 36
Hal.
14 ©2023 at http://jfmr.ub.ac.id