Anda di halaman 1dari 12

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL

LINGKUNGAN (Detergent dan Kekeruhan)

Yudha Hanggara/C14170089

Menejemen Sumberdaya Perairan


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Insitut Pertanian Bogor

Abstrak
Kualitas air pada suatu perairan merupakan kunci penting dalam kelangsungan
hidup organisme akuatik. Pencemaran lingkungan perairan biasanya terjadi oleh kekeruhan
dan limbah rumah tangga yaitu deterjen. Kandungan deterjen pada suatu perairan dapat
menyebabkan naiknya pH suatu perairan tersebut. Naiknya pH disebabkan oleh kandungan
LAS (Linier Alkyl Sulfonate) yang mampu mengikat oksigen di udara dan memasukkannya
ke dalam perairan. Praktikum ini bertujuan mempelajari pengaruh detergen dan kekeruhan
terhadap biota akuatik dan mengetahui dosis yang mematikan (lethal dosis). Percobaan
dilakukan dengan menggunakan ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan memberi
perlakuan perbedaan konsentrasi deterjen (0.5 gram, 0.75 gram, 1 gram, dan gradual) serta
kekeruhan (50 gram, 75 gram, 100 gram, dan gradual). Kekeruhan dapat menyebabkan
penurunan bobot pada ikan dan menyebabkan rendahnya kandungan oksigen terlarut.
Kekeruhan dapat menyebabkan rendahnya kandungan oksigen terlarut dan penurunan
bobot ikan. Deterjen dapat menyebabkan kerusakan pada insang ikan, serta mengganggu
proses metabolisme dan fisiologi pada ikan.
Kata kunci: Deterjen, kekeruhan, lingkungan.

Abstract
Water quality in a waters is an important key in the survival of aquatic
organisms. Pollution of the aquatic environment usually occurs by turbidity and
household waste, namely detergent. The detergent content in a waters can cause an
increase in the pH of a waters. Increased pH is caused by the content of LAS (Linear
Alkyl Sulfonate) which is able to bind oxygen in the air and put it into the waters.
This practice aims to study the effect of detergent and turbidity on aquatic biota and
find out the lethal dose (lethal dose). The experiment was carried out using tilapia
(Oreochromis niloticus) by treating the difference in detergent concentration (0.5 gram,
0.75 gram, 1 gram, and gradual) and turbidity (50 gram, 75 gram, 100 gram, and gradual).
Turbidity can cause a decrease in weight in fish and cause low dissolved oxygen. Turbidity
can cause low dissolved oxygen content and decrease in fish weight. Detergents can
cause damage to the gills of fish, and interfere with metabolic processes and
physiology in fish.
Keywords: Detergent, turbidity, environment
Latar Belakang

Kualitas air pada suatu perairan merupakan kunci penting dalam


kelangsungan hidup organisme akuatik. Pencemaran lingkungan perairan biasanya
terjadi oleh kekeruhan dan limbah rumah tangga yaitu deterjen. Deterjen
merupakan bahan kimia membahayakan organisme akuatik yang dapat
mendegradasi atau dapat terakumulasi di dalam tubuh organisme (Chandanshive
2014). Deterjen juga dapat penyebabkan pertumbuhan gulma air dengan cepat.
biasanya air yang sudah tercemar oleh deterjen ditandai munculnya buih-buih pada
permukaan air (Kamiswari et al. 2013).
Pencemaran yang terjadi di lingkungan perairan biasanya munculnya buih
buih atau disebabkan oleh deterjen. Deterjen merupakan zat pembersih yang
biasanya digunakan dalam rumah tangga maupun pabrik. Kandungan deterjen pada
suatu perairan dapat menyebabkan naiknya pH suatu perairan tersebut. Naiknya pH
disebabkan oleh kandungan LAS (Linier Alkyl Sulfonate) yang mampu mengikat
oksigen di udara dan memasukkannya ke dalam perairan. Tingginya kadar oksigen
yang diikat oleh LAS merupakan oksigen yang bersifat toksik bagi ikan (Suparjo
2010). Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh detergen sangatlah berbahaya
karena kandungan dalam deterjen dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh ikan
seperti insang, ginjal, lambung, jantung, dan hati (Adewoye 2010).
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang memiliki nilai
toleransi terhadap lingkungan yang cukup tinggi dan memiliki potensi untuk
dikembangkan dalam kegiatan budidaya. Ikan nila lebih tahan terhadap penyakit
sehingga nilai toleransi yang dimiliki ikan nila dapat membantu kelangsungan
hidup ikan nila dan ikan nila memiliki kemampuan merubah bahan organik menjadi
protein yang berkualitas tinggi (Mulyani et al. 2014).

Tujuan
Praktikum ini bertujuan mempelajari pengaruh detergen terhadap biota
akuatik dan mengetahui dosis yang mematikan (lethal dosis) dan mempelajari
pengaruh kekeruhan terhadap ikan serta mengetahui tingkat kekeruhan yang dapat
mematikan ikan.

Metode Percobaan
Waktu dan Tempat
Praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan Air dilaksanakan pada hari Senin
pada tanggal 4 Februari 2019 pukul 15.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB.
Praktikum dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat.

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan
acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan, yakni perbedaan konsentrasi
detergen (0,5 gram, 0,75 gram, 1 gram, dan gradual) dan perbedaan konsentrasi
kekeruhan ( 50 gram, 75 gram, 100 gram dan grdual).

Prosedur Percobaan
Perlakuan Deterjen
Akuarium disiapkan sebanyak 4 buah dan diisi dengan air sebanyak 5 liter,
timbang ikan nila dan dimasukkan dimasukan kedalam akuarium 2 ikan nila.
Sebeluim ikan dimasukan pada akuarium, pada ketiga akuarium pertama
diberiperlakuan deterjen sebanyak 0.5g, 0.75g, 1g, dan pada akuarium ke-empat
dijadikan sebagai gradual. Selanjutnya, deterjen dilarutkan terlebih dahulu dengan
cara diaduk hingga larut. Pengamatan dilakukan dengan waktu 15 menit sekali
selama 60 menit dan dicatat tingkah laku ikan selama percobaan. Setelah
permberian perlakuan selesai bobot aktir ikan ditimbang dan di catat.

Perlakuan Kekeruhan
Akuarium disiapkan sebanyak 4 buah dan diisi dengan air sebanyak 5 liter,
timbang ikan nila dan dimasukkan dimasukan kedalam akuarium 2 ikan nila.
Sebelum ikan dimasukan pada akuarium, pada ketiga akuarium pertama diberi
perlakuan lumpur sebanyak 50g, 75g, 100g, dan pada akuarium ke-empat dijadikan
sebagai gradual. Selanjutnya, lumpur dilarutkan terlebih dahulu dengan cara
diaduk hingga larut. Pengamatan dilakukan dengan waktu 15 menit sekali selama
60 menit dan dicatat tingkah laku ikan selama percobaan. Setelah permberian
perlakuan selesai bobot aktir ikan ditimbang dan di catat.

Pengambilan Data
Hasil yang didapat terhadap pengukuran parameter kelangsungan hidup
(SR) dan perubahan bobot (∆B) saat melakukan percobaan deterjen :

Tabel 1 parameter biologi ikan yang diamati


Parameter Satuan Alat/Metode Lokasi
Pengamatan
Kelangsungan Hidup (SR) % Perhitungan Laboratorium
Perubahan bobot (∆B) Gram Perhitungan Laboratorium

Parameter yang Diukur

1. Kelangsungan hidup (Affandi 2002)

SR (%) = (Nt /No) × 100

Keterangan :
S = persentase udang uji yang hidup (%)
Nt = jumlah individu udang uji pada akhir penelitian (individu)
N0 = jumlah individu udang uji pada awal penelitian (individu)
2. Perubahan bobot

∆B = Bt – B0

Keterangan :
∆B = Perubahan bobot ikan nila (gram)
B0 = Bobot awal ikan yang diuji (gram)
Bt = Bobot akhir ikan yang diuji (gram)

Analisis Data
Data parameter biologi ikan nila (Oreochromis niloticus) dianalisis secara
statistik menggunakan sidik ragam (ANOVA) rancangan acak lengkap (RAL) yang
diolah dengan program Microsoft Excel 2017 for Windows. Kemudian data
dianalisis lanjut dengan uji Tukey dengan tujuan mengetahui perbedaan diantara
nilai tengah variabel.

Hasil dan Pembahasan


Hasil
Berikut merupakan hasil yang dilakukan terhadap ikan nila (Oreochromis
niloticus) dengan memberi perlakuan kekeruhan dan detergen.

a. Perubahan bobot

0.8
0.7
Penurunan bobot (Gram)

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0,5 0,75 1 Gradual
Deterjen (Gram)

Grafik 1 perubahan bobot ikan nila terhadap deterjen.

Berdasarkan grafik 1 di atas merupakan hasil perubahan bobot ikan terhadap


deterjen yang berbeda beda. Penurunan bobot ikan padasetiap perlakuan yang
diberikan mengalami perbedaan. Perlakuan deterjen 1 gram ikan mengalami
penurunan bobot rata-rata sebesar 0,4733 gram. Perlakuan deterjen 0,75 gram ikan
mengalami penurunan bobot sebesar 0.7168 gram. Perlakuan deterjen 0,5 gram
penurunan bobot ikan sebesar 0.5708 gram, dan ikan yang diberikan perlakuan
gradual mengalami penurunan bobot sebesar 0.28 gram.
1.6

Penurunan bobot (gram) 1.4

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
50 75 100 Gradual
Kekeruhan (gram)

Grafik 1 perubahan bobot ikan nila terhadap kekeruhan.

Berdasarkan grafik 2 di atas merupakan hasil perubahan bobot ikan terhadap


kekeruhan atau diberikan perlakuan pemberian lumpur yang berbeda beda.
Penurunan bobot ikan pada setiap perlakuan yang diberikan mengalami perbedaan.
Perlakuan pemberian lumpur sebanyak 50 gram ikan mengalami penurunan bobot
rata-rata sebesar 0.3167 gram. Perlakuan pemberian lumpur sebanyak 75 gram ikan
mengalami penurunan bobot sebesar 1.375 gram. Perlakuan pemberian lumpur
sebesar 100 gram penurunan bobot ikan sebesar 0.4933 gram, dan ikan yang
diberikan perlakuan gradual mengalami penurunan bobot sebesar 1.095 gram.

b. Survival rate (SR)

120

100
Survival rate (SR)

80

60

40

20

0
0,5 0,75 1 Gradual
Deterjen (gram)

Grafik 3 Survival rate ikan nila terhadap deterjen.

Berdasarkan grafik 3 di atas menunjukkan survival rate (SR)/ kelangsungan


hidup ikan nila terhadap perlakuan deterjen mengalami perbedaan. survival rate
ikan pada perlakuan pemberian deterjen sebanyak 0,5 gram kan dapat bertahan
100%. Survival rate pada perlakuan deterjen sebanyak 0,75 gram ikan dapat
bertahan 91.667%. Survival rate pada perlakuan deterjen sebanyak 1 gram ikan
dapat bertahan 41.667%. Survival rate pada perlakuan deterjen secara gradual ikan
dapat bertahan 66.667%.

120

100
Survival rate (SR)

80

60

40

20

0
50 75 100 Gradual
Kekeruhan (Gram)

Grafik 4 Survival rate ikan nila terhadap kekeruhan

Grafik 4 diatas menunjukkan survival rate (SR) / kelangsungan hidup ikan


terhadap perlakuan kekeruhan. Ikan yang diberi perlakuan kekeruhan atau dengan
penambahan lumpur dengan tingkat perlakuan kekeruhan yang berbeda dapat
bertahan hingga akhir pengamatan. Hal tersebut dapat dilihat bahwa nilai SR
sebesar 100% pada tabel meskipun dengan pemberian perlakuan yang berbeda
beda.

Pembahasan
Perairan memiliki kualitas yang berbeda beda, sehingga perairan tersebut
sangat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan baik secara fisiologis maupun
morfologis. Kualitas air yang tidak baik dapat menyebabkan ikan mengalami
penurunan bobot bahkan dapat menyebabkan kematian jika tidak sesuai dengan
batas toleransi ikan tersebut (Isyaku & Solomon 2016). Kekeruhan yang terjadi
pada suatu perairan disebabkan oleh adanya partikel tersuspensi atau bahan organic
yang terkandung dalam perairan tersebut. Partikel yang ada dapat menyebabkan air
menjadi keruh atau kotor (Kitchener et al. 2017).
Kekeruhan pada perairairan dapat mempengaruhi respon organisme akuatik
yang ada dalam perairan tersebut. Respon ikan nila (Oreochromis niloticus) pada
perlakuan air yang diberi lumpur awalnya bergerak aktif, namun seiring berjalannya
waktu ikan hanya diam atau pasif di dasar akuarium. Ikan nila mampu mentoleransi
sehingga dapat bertahan hidup meskipun di beri perlakuan kekeruhan lumpur yang
berbeda beda dan dapat dikatakan ekstrim. Sehingga dapat dikatakan ikan nila
cukup kuat dalam kondisi air yang cukup keruh dengan kadar lumpur 50 gram
hingga 100 gram karena ikan nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi
lingkungan (Bawono et al. 2015). Respon ikan nila pada perlakuan air yang diberi
deterjen pada awalnya bergerak aktif, namun siring berjalannya waktu ikan
bergerak lambat dan diam di dasar akuarium. Ikan nila mengeluarkan kotoran
melalui celah insang seperti lendir berwarna pucat. Sebagian ikan dalam percobaan
tidak mampu bertahan hidup. Deterjen yang berada didalam perairan mengandung
zat surfaktan dan fosfat yang sangat beracun dan dapat mempengaruhi metabolism
dan fisiologi pada ikan (Rajan 2015).
Kandungan deterjen yang ada dalam perairan jika melebihi 3 ppm dapat
menyebabkan kerusakan pada insang (Wulansari dan Ardiansyah 2013).
Kandungan deterjen jika dibiarkan atau terjadi terus menerus maka akan berdapak
kepunahan bagi sebagian organisme akuatik jika tidak memiliki toleransi yang
tinggi. Semakin tinggi kadar deterjen dalam perairan maka semakin kecil peluang
organisme untuk bertahan hidup atau dapat dikatakan menurunkan nilai survival
rate (Novitasari et al. 2017).

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Pencemaran perairan yang disebabkan oleh deterjen dan kekeruhan
menyebabkan respon yang berbeda-beda terhdap ikan. Kekeruhan dapat
menyebabkan rendahnya kandungan oksigen terlarut dan penurunan bobot ikan.
Deterjen dapat menyebabkan kerusakan pada insang ikan, serta mengganggu proses
metabolisme dan fisiologi pada ikan.
Saran

Saran jumlah ikan yang digunakan untuk pengamatan harus cukup untuk
setiap perlakuannya dan di persiapkan atau dihitung dari sebelum praktikum
berlangsung.
Daftar Pustaka

Adewoye SO. 2010. Effects of detergent effluent discharges on the aspect of water
quality of ASA River, Ilorin, Nigeria. Agriculture and Biology Journal of
North America. 1(4): 731 – 736.
Affandi R, Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air. Riau, ID: Unri Press p. 153-154.
Bawono WB, Rahardja BS, Prayogo. 2015. Substitusi silase secara kimiawi limbah
padat surimi ikan swanggi (Priacanthus macracanthus) pada tepung ikan
terhadap retensi energi dan rasio konversi pakan benih ikan nila
(Oreochromis niloticus). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 7(2): 177
– 182.
Chandanshive, NE. 2014. Effects of different concentrations of detergents on
dissolve oxygen consumption in fresh water fish Mystus montanus.
International Research Journal of Environment Sciences. 3(8): 1 – 5.
Isyaku B, Solomon JR. Effect of detergent on the growth of african catfish ( Clarias
gariepinus). Direct Research Journals. 4(12): 351-360.
Kamiswari R, Hidayat MT, Yuni SR. 2013. Pengaruh pemberian deterjen terhadap
mortalitas ikan Platy sp. Lentera Bio. 2(1): 139-142.
Kitchener BGB, Wainwright J. Parson AJ. 2017. A review of the principles of
turbidity measurement. Progress in Physical Geography. 41(5): 620 – 642.
Mulyani SY, Yulisman, Fitrani M. 2014. Pertumbuhan dan efisiensi pakan Ikan
Nila (Oreochromis niloticus) yang dipuasakan secara periodik. Jurnal
Akuakultur Indonesia. 2(1): 1-12.
Novitasari E, Rachimi, Prasetio E. 2017. Uji toksisitas detergen cair terhadap
kelangsungan hidup ikan tengadak (Barbonymus schwanenfeldii). Jurnal
Ruaya. 5(2): 11 – 20.
Rajan DS. 2015. An evaluation of the effect of a detergent on dissolved oxygen
consumption rate of Anabas testudineus. International Journal of Fishries
and Aquatic Studies. 2(6): 46-48.
Suparjo MN. 2010. Kerusakan jaringan insang ikan nila (Orechromis niloticus)
akibat deterjen. Jurnal Saintek Perikanan. 5(2): 1-7.
Wulansari FD, Ardiansyah. 2013. Pengaruh deterjen terhadap mortalitas benih ikan
patin sebagai bahan pembelajaran kimia lingkungan. Edusains. 1(2): 1 – 20.
Lampiran
Hasil analisis anova

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance

0.5 6 3.425 0.57083333 0.485244

0.75 6 4.301 0.71683333 0.397512


1 6 2.84 0.47333333 0.498107
Gradual 6 1.68 0.28 0.02917

ANOVA
Source of
SS df MS F P-value F crit
Variation
Between Groups 0.60435 3 0.20144983 0.571476 0.640297 3.098391
Within Groups 7.050165 20 0.35250825

Total 7.654515 23

TABEL ANOVA KEKERUHAN


Anova: Single factor

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
50 5 0.22 0.044 0.20268
75 5 7.83 1.566 8.12528
100 5 -6.06 -1.212 10.92672
Gradual 5 14.76 2.952 34.58612

ANOVA
Source of
SS df MS F P-value F crit
Variation
Between Groups 49.15958 3 16.386525 1.217406 0.335572 3.238872
Within Groups 215.3632 16 13.4602

Total 264.5228 19
TABEL ANOVA DETERJEN
Anova: Single factor

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
100 5 500 100 0
100 5 450 90 500
0 5 250 50 1250
100 5 300 60 3000

ANOVA
Source of
SS df MS F P-value F crit
Variation
Between
8500 3 2833.3333 2.385965 0.10729 3.238871517
Groups
Within
19000 16 1187.5
Groups

Total 27500 19

TABEL ANOVA KEKERUHAN


Anova: Single factor

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
100 5 500 100 0
100 5 500 100 0
100 5 500 100 0
100 5 500 100 0

ANOVA
Source of
SS df MS F P-value F crit
Variation
Between Groups 0 3 0 65535 #DIV/0! 3.238872
Within Groups 0 16 0

Total 0 19

Anda mungkin juga menyukai