Anda di halaman 1dari 6

POLA PERTUMBUHAN IKAN KAKAP MERAH Lutjanus sebae DI KJA MELALUI PAKAN YANG BERBEDA Hirmawan Tirta Yudha,

Tatam Sutarmat, dan N. Asmara Giri Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Ds. Gondol, Kec. Gerokgak, Kab. Buleleng-Bali Telp (0362) 92278; Fax (0362) 92272

Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan kakap merah Lutjanus sebae yang dipelihara di KJA dengan pakan yang berbeda. Wadah yang digunakan 4 buah jaring berukuran 1 x 1 x 1 m3. Benih yang digunakan berukuran 50-60 gram dengan kepadatan 60 ekor/m3. Perlakuan adalah pemberian pakan dengan pelet komersial dan ikan segar, dengan 2 kali ulangan. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari pagi dan sore dengan lama pemeliharaan selama 3 bulan. Pada akhir percobaan berat rata-rata ikan pada perlakuan dengan pemberian pakan pelet komersial adalah 180 gram/ekor, berbeda nyata dengan ikan yang diberi pakan ikan segar adalah 219 gram/ekor. Laju pertumbuhan kakap merah pada pemberian pakan ikan rucah (1,76 0,06 g/hari) lebih cepat dibandingkan dengan pemberian pakan pelet komersial (1,37 0,03 g/hari) dengan sintasan masing-masing 85 dan 88 %. Konversi pakan pelet komersial adalah 1,59 sedangkan pakan ikan rucah adalah 4,91. Dengan demikian, perlakuan dengan pakan ikan rucah memberikan hasil yang lebih baik terhadap pertumbuhan ikan kakap merah.

Kata Kunci: Pertumbuhan, pelet komersial, pakan ikan rucah, kakap merah, Lutjanus sebae. Pendahuluan Kakap merah (Famili Lutjanidea) merupakan jenis ikan laut ekonomis penting yang banyak diminati, baik di pasaran domestik maupun luar negeri. Termasuk jenis ikan demersal yang dapat hidup di perairan dangkal sampai perairan dalam, banyak ditemui diperairan estuarin, perairan hutan mangrove dan perairan karang (Anonim, 1993). Sebagai sifat dari kakap merah yang menguntungkan usaha budidaya adalah pertumbuhan relatif cepat, toleran terhadap kekeruhan, ruang terbatas dan salinitas, dapat dipelihara dalam kepadatan yang tinggi, sifat kanibalismenya rendah serta dapat menerima pakan buatan. Dalam kegiatan budidaya, ketersediaan pakan, baik secara kualitas maupun kuantitas, merupakan syarat mutlak untuk mendukung pertumbuhan ikan budidaya, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produksi dan mempersingkat masa pemeliharaan. Menurut Huet (1971), pakan merupakan faktor yang berpengaruh secara domoinan terhadap pertumbuhan ikan

karena pakan berfungsi sebagai pemasuk energi untuk memacu pertumbuhan dan mempertahankan kelangsungan hidup. Kajian mengenai pembesaran ikan kakap merah Lutjanus sebae di karamba jaring apung belum banyak diketahui. Dalam budidaya produksi, ketersediaan informasi mengenai data pertumbuhan hewan budidaya sangat diperlukan untuk menghitung analisis ekonomi kelayakan usaha. Peranan pakan dalam budidaya ikan merupakan sarana yang vital yang dibutuhkan disamping benih, karena proposinya paling tinggi dalam biaya produksi (Sunaryanto, A. et al., 2001). Untuk itu perlu diupayakan pemilihan jenis pakan yang tepat guna menekan biaya produksi, namun tanpa mengurangi performansi pertumbuhan ikan budidaya. Pakan yang digunakan dalam kegiatan budidaya dapat berupa pakan buatan maupun ikan segar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan yang berbeda terhadap pola pertumbuhan ikan kakap merah Lutjanus sebae.

Metodologi Hewan uji yang digunakan untuk pengamatan ini berasal dari pembenihan yang dilakukan di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, dengan ukuran rata-rata 5060 gram. Pemeliharaan dilakukan di Karamba Jaring Apung yang berupa 4 buah jaring berukuran 1 x 1 x 1 m3 dengan padat tebar 60 ekor/m3. Pemeliharaan dilakukan selama 3 bulan. Perlakuan yang dilakukan adalah pemberian jenis pakan yang berbeda, yaitu pemberian pelet komersial dan ikan segar, masing-masing 2 ulangan. Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari dan diberikan sampai kenyang. Jumlah pakan yang diberikan dihitung per hari dengan melihat selisih berat pakan sebelum dan sesudah pemberian pakan. Untuk mengetahui kandungan nutrisi dalam pakan dilakukan uji proksimat. Tabel 1. Analisa proksimat komposisi kimia pakan (% bahan kering) Kandungan Nutrisi Protein Lemak Serat Abu Kadar Air Pelet komersial 49,18 17,55 16,81 15,56 7,46 Jenis Pakan Ikan segar 53,07 27,51 2,92 8,87 69,45

Parameter yang diamati meliputi pertambahan bobot, laju pertumbuhan ikan, konsumsi pakan harian, konversi pakan dan sintasan. Pengamatan pertumbuhan dilakukan dengan

penimbangan biomas ikan setiap 2 minggu sekali. Pada saat itu juga dilakukan penggantian jaring karamba dan perendaman dalam air tawar selama 5 menit untuk menanggulangi serangan parasit. Untuk membandingkan perbedaan pengaruh jenis pakan tersebut diatas terhadap parameter-parameter pertumbuhan digunakan analisa varian satu arah.

Hasil dan Pembahasan

250 Pelet 200 Berat tubuh (g) 150 100 50 0 23-Apr Rucah

11-May

28-May

9-Jun

23-Jun

8-Jul

23-Jul

Waktu pengamatan

Gambar 1. Pola pertumbuhan kakap merah yang di beri pelet dan ikan segar Pola pertumbuhan ikan kakap merah yang dipelihara di KJA yang diberi pakan pelet komersial dan ikan segar dapat dilihat pada gambar 1. Dari grafik terlihat bahwa ikan yang diberi pakan ikan segar memberikan pola pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan pemberian pelet. Pada 2 minggu pertama terlihat bahwa pertumbuhan ikan antar kedua perlakuan masih memiliki tingkat pertumbuhan yang sama, hal ini kemungkinan disebabkan hewan uji masih beradaptasi terhadap jenis pakan yang diberikan. Hasil percobaan yang dilakukan selama 3 bulan menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pakan yang berupa pelet dan ikan segar menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan kakap merah Lutjanus sebae (tabel 2). Berat rata-rata akhir hewan uji yang diberi pakan pelet komersial dan ikan segar berturut-turut 180 dan 219 gram/ekor, yang memberikan laju pertumbuhan yang berbeda nyata (P<0,05) antar perlakuan, yaitu 1,76 0,06 gram/hari untuk ikan yang diberi ikan segar, lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian pakan yang berupa pelet komersial 1,37 0,03 gram/hari. Kaitannya dengan sintasan, kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05).

Tabel 2. Respon pertumbuhan dan pemanfatan pakan selama 3 bulan pemeliharaan Parameter Pelet komersial Bobot awal rata-rata (g/ekor) Bobot akhir rata-rata (g/ekor) Pertambahan bobot (%) Laju Pertumbuhan (g/hari) Konversi Pakan Sintasan (%) 57,15 180a 215a 1,37a 1,59 a 88,33a Jenis Pakan Ikan segar 60,30 219b 263,2b 1,76b 4,91b 85,00 a

Pertumbuhan ikan sangat dipengaruhi oleh kandungan protein di dalam pakan, yang sampai kisaran tertentu akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pertumbuhan. Protein merupakan unsur pokok dari jaringan dan organ tubuh yang diperlukan terus-menerus untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan. Menurut Akiyama, et al (1991), kekurangan protein dalam pakan dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan yang diikuti oleh kehilangan berat yang menyebabkan pemakaian protein tubuh untuk memelihara fungsi vital. Dari uji coba yang dilakukan, diketahui bahwa pemberian pakan berupa pelet komersial dan ikan segar memberikan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan ikan. Berdasarkan uji proksimat terhadap kandungan pakan, ikan segar memiliki kandungan protein yang lebih tinggi (53,07 %) dibanding pelet komersial (49,18 %). Giri, et al (1999) dan Suwirya, et al (2005) , melaporkan bahwa untuk dapat tumbuh dengan optimum, ikan kerapu membutuhkan asupan protein dari pakan 48-55 %, tergantung spesies dan sumber protein yang digunakan. Ikan kakap merah, seperti halnya ikan kerapu, merupakan ikan karnivora sehingga membutuhkan asupan protein yang tinggi dalam pakan untuk pertumbuhannya. Perbedaan kandungan kandungan protein dalam pakan memberikan pertambahan berat ikan kakap merah sebesar 215% untuk pemberian pelet dan 263,2 % untuk pemberian ikan segar, dari berat awal selama 3 bulan pemeliharaan. Selain protein, kandungan lemak dalam pakan tak kalah penting. Menurut Buwono (2000), pemanfaatan penyerapan protein oleh jaringan tubuh akan meningkat secara lebih efisien jika kadar lemak dalam ransum ditingkatkan sampai batas tertentu. Penggunaan lemak sampai batas tertentu (18%) akan meningkatkan efisiensi deposisi (penyerapan) protein serta menghemat energi protein tanpa mempengaruhi pertumbuhan dan komposisi kimia ikan. Kandungan lemak dalam pakan ikan segar (27,51%) yang sangat tinggi dibandingkan pakan

pelet (17,55%) dapat mempengaruhi performansi pertumbuhan ikan. Menurut Huisman (1987) dalam Suhendra et al (2003), kadar lemak yang tinggi dalam pakan akan menyebabkan penyimpanan lemak pada tubuh, penurunan konsumsi pakan dan pertumbuhan, serta degenerasi hati. Berdasarkan tingkat pemanfaatan pakan, menunjukkan bahwa pemberian pelet memiliki nilai rasio konversi lebih rendah 1,59 dibandingkan pemberian ikan segar 4,91. Hal ini menunjukkan bahwa ikan kakap merah jauh lebih efisien memanfaatkan pelet untuk pertumbuhannya dibandingkan pemberian ikan segar. Efisiensi pakan berkaitan dengan tingkat pertambahan biomass ikan dan jumlah konsumsi pakan. Semakin tinggi nilai pertumbuhan pada konsumsi pakan yang sama, maka efisiensi pakan semakin tinggi. Menurut Fujaya (2004), semakin rendah nilai rasio konversi suatu pakan maka semakin baik pakan tersebut, karena sedikit jumlah pakan yang dihabiskan untuk menghasilkan bobot tertentu dari ikan. Dalam budidaya produksi, biaya untuk pakan merupakan biaya terbesar dalam usaha budidaya. Pemilihan jenis pakan kaitannya dengan pertumbuhan, perlu memperhatikan: kandungan nutrisi, ketersediaan dan harga pakan. Berdasarkan hasil pengamatan selama 3 bulan untuk menghasilkan ikan kakap merah 1 kg dibutuhkan pakan ikan rucah sebanyak 4,91 kg, sedangkan pelet hanya dibutuhkan 1,59 kg. Sehingga biaya pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg ikan kakap merah sekitar Rp. 24.550 bila menggunakan ikan segar, dan sekitar Rp. 17.200 apabila menggunakan pelet komersial. Penggunaan pelet komersial untuk produksi kakap merah dianggap lebih menguntungkan karena harga pakan bisa ditekan. kandungan nutrisi pakan berupa pelet cenderung stabil karena diformulasikan secara khusus, mudah dalam pemberiannya, dan selalu tersedia karena dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Tabel 3. Biaya pakan per kg produksi ikan kakap merah. Jenis Pakan Pelet komersial Harga Pakan Uji per kg (Rp) Ratio konversi pakan Biaya pakan per kg produksi ikan (Rp) 10.800 1,59 17.200 Ikan segar 5.000 4,91 24.550

Kesimpulan 1. Penggunaan pakan ikan segar memberikan pola pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan penggunaan pelet komersial. 2. Secara ekonomis, penggunaan pellet lebih efisien pada pembesaran ikan kakap merah.

Daftar Pustaka Akiyama, D.M., W.G. Dominy, and A.L. Lawrence. 1991. Penaeid shrimp nutrition for the commercial feed industry. In. Proceedings of the Aquaculture Feed Processing and Nutrition Workshop. Thailand and Indonesia. September 19-25, 1991 (Akiyama, D.M. and Tan, R.K.H. Eds). American Soybean Association Singapore, 80-98. Anonim, 1993. Penelitian, penyebaran dan kelimpahan induk ikan (kakap, kerapu) untuk menunjang budidaya (domestika dan aquaculture). Sub Balitkanlut Semarang dalam Laporan hasil penelitian Sub Balitkanlut Semarang. Buwono, I.D. 2000. Kebutuhan Asam Amino Essensial dalam Ransum Ikan. Penerbit Kanisius. 66 hal. Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan. PT. Rineka Cipta Jakarta. 179 hal. Huet, M., 1979. Textbook of Fish Culture, Fishing News (Bosh) Ltd, Surrey, England, 436p. Giri, N.A.,K. Suwirya, dan M. Marzuki. 1999. Kebutuhan protein, lemak, dan vitamin C untuk yuwana ikan kerapu tikus (Cromileptes altivelis). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 5 (3). 38-46. Suhendra, N., L. Setijaningsih, dan Y. Suryanti. 2003. Penentuan rasio antara kadar karbohidrat dan lemak pada pakan benih ikan patin jambal (Pangasius djambal). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Edisi Akuakultur. Vol. 9 (1). Hal 21-28. Sunaryanto, A. Sulistyo, I. Chaidir, dan Sudjiharno. Pengembangan teknologi budidaya kerapu : Permasalahan dan kebijaksanaan. Prosiding Lokakarya Nasional Pengembangan Agribisnis Kerapu. Peningkatan Daya Saing Agribisnis Kerapu Yang Berkelanjutan Melalui Penerapan IPTEK Jakarta, 28-29 Agustus 2001. Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pertanian, BPPT Jakarta, 2001 hal 1-15. Suwirya, K., M. Marzuki, N.A. Giri, Kaspriyo, dan A. Priyono. 2005. Pengaruh kadar protein terhadap pertumbuhan benih ikan kerapu lumpur, epinephelus coioides. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Edisi Akuakultur. Vol. II (3). Hal 7-10.

Anda mungkin juga menyukai