Oleh:
Kelompok 4
Kelompok : 4 (Empat)
Fakultas : Pertanian
Universitas : Lampung
ABSTRAK
Praktikum kali ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui keadaan suatu lingkungan
atau ekosistem perairan tawar, laut, maupun perairan payau. Dalam praktikum ini hal
yang di amati adalah beberapa parameter dari berbagai komponen, yaitu komponen fisika,
komponen kimia, dan komponen biologi. Praktikum kali ini bertempat di Pantai
Sebalang, Desa Sebang Tarahan, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan,
Lampung ,lokasi ini di jadikan sebagai lokasi praktikum dikarenakan dinilai mencakup
semua kriteria yang terdapat di dalam parameter, akses menuju lokasi yang cukup mudah,
dan lokasi yang tidak jauh dari kota Bandar Lampung sehingga mudah di jangkau. Dalam
praktikum hali ini didapati beberapa sample biologi seperti bentos, plankton, serta
beberapa data hasil pengukuran komponen fisika dan kimia seperti suhu, pH, kecerahan,
serta kadar oksigen atau DO yang terdapat di perairan yang didapat dari pengukuran
dengan alat dan bahan yang telah di sediakan dan juga dengan arahan serta bantuan dari
asisten dosen. Data yang telah di dapatkan kemudian di amati lagi di Laboratorium
Perikanan dan Kelautan Universitas lampung dan di analisis datanya dengan rumus yang
sudah di tetapkan
Kata kunci: praktikum, perairan, komponen fisika, komponen biologi, komponen kimia
I. PENDAHULUAN
Sungai merupakan jalan air alami, mengalir menuju samudera, danau, laut, atau ke
sungai yang lain. Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir
meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Melalui sungai
merupakan cara yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke
laut atau tampungan air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa
bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak
sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya
berbatasan dengan saluran dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung
sungai di mana sungai bertemu laut dikenal sebagai muara sungai. Manfaat
terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum,
sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya
potensial untuk dijadikan objek wisata sungai (Widianti, D. 2010).
Sungai adalah suatu saluran drainase yang terbentuk secara alamiah. Akan tetapi
disamping fungsinya sebagai saluran drainase dan dengan adanya aliran air di
dalamnya, sungai menggerus tanah dasarnya secara terus-menerus sepanjang
masa eksistensinya dan terbentuklah lembah-lembah. Pada definisi lain, yang lain
alur sungai adalah suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat
mengalirnya air yang berasal dari hujan. Bagian yang senantiasa tersentuh aliran
air ini disebut aliran air. Dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air di
dalamnya disebut sungai (Rodda, 2012).
Sungai merupakan saluran terbuka yang terbentuk secara alami di atas permukaan
bumi, tidak hanya menampung air tetapi juga mengalirkannya dari bagian hulu
menuju ke bagian hilir dan ke muara. Sungai dapat diartikan sebagai aliran
terbuka dengan ukuran geometrik (tampak lintang, profil memanjang dan
kemiringan lembah) berubah seiring waktu, tergantung pada debit, material dasar
dan tebing, serta jumlah dan jenis sedimen yang terangkut oleh air. sungai
merupakan wadah atau alur alami maupun buatan yang didalamnya tidak hanya
menampung air akan tetapi juga mengalirkan mulai dari hulu menuju muara.
(Asdak, 2010).
2.1.2 Pantai
Daerah pantai sering juga disebut daerah pesisir atau wilayah pesisir. Daerah
pantai atau pesisir adalah suatu daratan beserta perairannya dimana pada daerah
tersebut masih dipengaruhi baik oleh aktivitas darat maupun oleh aktivitas
kelautan. Pantai secara umum diartikan sebagai batas antara wilayah yang bersifat
daratan dengan wilayah yang bersifat lautan. Pantai merupakan daerah di tepi
perairan yang dipengaruhi oleh air pasang tertinggi dan air pasang surut terendah.
Terjadi pada pantai di daerah mana saja (Ramadhani, 2013).
Pantai merupakan gambaran nyata interaksi dinamis antara air, gelombang dan
material (tanah). Angin dan air bergerak membawa material tanah dari satu tempat
ke tempat lain, mengikis tanah dan kemudian mengendapkannya lagi di daerah
lain secara terus-menerus. Dengan kejadian ini menyebabkan terjadinya
perubahan garis pantai. Dalam kondisi normal, pantai selalu bisa menahan
gelombang dan mempunyai pertahanan alami (sand dune, hutan bakau, terumbu
karang) untuk melindungi diri dari serangan arus dan gelombang (Irwan, Z.D.
2015).
Merupakan batas antara wilayah yang bersifat daratan dengan wilayah yang
bersifat lautan. Pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air
pasang tertinggi dan surut terendah Pantai. Dimana daerah daratan adalah daerah
yang terletak diatas dan dan dibawah permukaan daratan dimulai dari batas garis
pasang tertinggi. Sedangkan daerah lautan adalah daerah yang terletak diatas dan
dibawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk
dasar laut dan bagian bumi dibawahnya (Triadmodjo,2013).
Pantai merupakan daerah batas antara wilayah yang bersifat daratan dengan
wilayah yang bersifat lautan. Pantai juga merupakan wilayah yang sangat dinamis
artinya bentuk dan lokasi berubah dengan cepat sebagai respon terhadap alam dan
aktivitas manusia. Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
dinamisnya lingkungan pantai. Diantaranya seperti iklim (temperatur, hujan),
hidro-oseanografi (gelombang, arus, pasang surut), pasokan sedimen (sungai,erosi
pantai), perubahan muka air laut (tektonik, pemanasan global) dan aktivitas
manusia seperti reklamasi pantai dan penambangan pasir. Pantai adalah jalur yang
merupakan batas antara darat dan laut, diukur pada saat pasang tertinggi dan surut
terendah, dipengaruhi oleh fisik laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan ke arah
darat dibatasi oleh proses alami dan kegiatan manusia di lingkungan darat
(Solihuddin, 2011).
2.1.3 Mangrove
Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forestcoastal woodland,
vloedbos dan hutan payau yang terletak di perbatasan antara darat dan laut atau di
daerah pantai dan di sekitar muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air
laut. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang terdiri atas organisme yang
berinteraksi dengan faktor lingkungan. Karakteristik ekosistem mangrove
dipengaruhi oleh keadaan tanah, salinitas, penggenangan, pasang surut, dan
kandungan oksigen. Adaptasi dari tumbuhan mangrove terhadap habitat tampak
pada morfologi dan komposisi struktur tumbuhan mangrove, mangrove juga
toleran terhadap garam (Kusmana, 2010).
Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan yang diamati secara visual dengan
menggunakan keping Secchi. Kecerahan perairan dipengaruhi oleh kandungan
bahan-bahan halus yang terdapat dalam air baik berupa bahan organik seperti
plankton, jasad renik, detritus maupun bahan anorganik seperti partikel pasir dan
lumpur. Prinsip penentuan kecerahan air dengan keping Secchi adalah
berdasarkan batas pandangan kedalam air untuk melihat warna putih yang berada
didalam air. Semakin keruh suatu badan air akan semakin dekat batas pandangan,
sebaliknya apabila semakin jernih suatu badan air maka batas pandangan akan
semakin jauh (Effendi, 2013).
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis
pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus
cahaya matahari yang jauh ke dalam perairan. Begitu juga sebaliknya. Kecerahan
adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air yang dinyatakan dalam %
dari beberapa panjang gelombang di daerah spektrum yang terlihat cahaya melalui
lapisan 1 meter jauh agak lurus pada permukaan air. Apabila kecerahan tidak baik,
berarti perairan itu keruh. Kekeruhan ( turbidity ) air sangat berpengaruh terhadap
ikan. Kekeruhan terjadi karena plankton, humus dan suspensi lumpur, tau bisa
juga diakibatkan oleh suspensi hidroksida besi. Kekeruhan perairan dapat
menghambat pertumbuhan ikan budidaya baik langsung maupun tidak langsung.
Kecerahan air laut ditentukan oleh kekeruhan air laut itu sendiri dari kandungan
sedimen yang dibawa oleh aliran sungai. Pada laut yang keruh, radiasi sinar
matahari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis tumbuhan akan kurang
dibandingkan dengan air laut jernih (Kustanti,2013).
2.2.2 Suhu
Suhu merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan organisme dilautan.
Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan dari
organisme-organisme tersebut. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika
banyak dijumpai bermacam-macam jenis hewan yang terdapat diberbagai tempat
didunia. Sebagai contoh hewan karang di mana penyebarannya sangat dibatasi
oleh perairan yang hangat yang terdapat di daerah tropik dan subtropik (hutabarat,
2012).
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari
permukaan laut (altidude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan,
dan aliran serta kedalaman badan air. Peningkatan suhu mengakibatkan
peningkatan viskoditas, reaksi kimia, evaporasi, dan volatilisasi. Peningkatan suhu
juga menyebabkan penurunan larutan gas dalam air, misalnya gas O2, CO2, N2,
CH4, dan sebagainya (Effendi, 2013).
Suhu merupakan pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara
sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh
vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur
perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di
akibatkan oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air
pendingin pabrik, penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya
perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung (Barus,
2012).
Suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat
melakukan metabolisme dan berkembang biak. Suhu merupakan faktor fisika
yang sangat penting di air. Dalam Pengukuran suhu, alat yang digunakan adalah
Thermometer. Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
mengatur proses kehidupan dan penyerapan organisme. Proses kehidupan vital
yang sering disebut proses metabolisme. Hanya berfungsi dalam kisaran suhu
yang relatif sempit (Irwan, 2015).
Suhu air sungai yang tinggi dapat ditandai dengan munculnya ikan dan hewan air
lainnya ke permukaan untuk mencari oksigen. Suhu air tergantung dari
sumbernya, untuk sistem air bersih suhu ideal berkisar antara 5°C sampai 10°C.
begitupun dengan suhu air laut, tetapi jika di laut, air dengan salinitas tinggi juga
mempunyai oksigen yg tinggi, ketika air masih terkena cahaya matahari (Hanif,
2010).
2.2.3 Kedalaman
Kedalaman air merupakan parameter yang penting dalam memecahkan masalah
tertentu berbagai pesisir seperti erosi, pertambakan, stabilitas garis pantai,
pelabuhan dan konsekuensi pelabuhan dan konsekuensi pelabuhan, evaluasi
penyimpanan pasang surut, pengerukan, pemeliharaan dan lain-lain. Kedalaman
juga sangat berpengaruh terhadap penentuan teknologi budidaya perairan yang
dilakukan di laut ataupun di perairan tergenang ataupun mengalir. Kedalaman
berhubungan erat dengan Batimetri yang berarti ilmu yang mempelajari
kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga dimensi lantai samudra atau danau.
(Purba, 2014).
Batimetti (dari bahasa Yunani. Barus, berarti kedalam dan ukuran) adalah ilmu
yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga dimensi lantai
samudra atau danau. Sebuah peta gatimetri umumnya menampilkan relief pantai
atau daratan dengan garis-garis kontor (Contor lines) yang disebut kontor
kedalaman (depth contous atau subath) (Aridianto, 2010).
2.2.4 Arus
Arus dapat mempengaruhi perpindahan sedimen dan mengikis substrat dasar
perairan sehingga dapat dibedakan menjadi substrat batu, pasir, liat. Hal ini
memerlukan kecepatan arus untuk membawa makanan, oksigen dan lain-lain.
Kejadian ini berdampak secara tidak langsung pada makrozoobenthos karena
semakin besar kecepatan arus maka akan terjadi kekeruhan pada perairan (Bada,
2011).
Salah satu faktor pembangkit arus permukaan disebabkan oleh adanya angin yang
bertiup diatasnya sekitar 2% dari kecepatan angin itu sendiri. Besaran arus
biasanya dinyatakan dengan kecepatan dan arah. Untuk kecepatan arus dapat
dihitung volume transpor, yaitu suatu besaran yang menyatakan besarnya volume
air yang dipindahkan setiap satuan waktu. Ketika terjadi arus maka akan ada
perubahan pula di susbtrat (Bada, 2011).
Arus adalah massa air dipermukaan yang selalu bergerak. Gerakan ini ditimbulkan
oleh angin yang tertiup di atas permukaan air gerakan tersebut merupakan resultan
dari beberapa gaya yang bekerja dan beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Contoh gerakan ini seperti gaya coriolis, yaitu gaya yang membelok arah arus dari
tenaga rotasi bumi. Massa air akan berubah-ubah seiring perubahan angin
(Pramudji, 2015).
Arus laut terjadi karena adanya perbedaan massa air laut yang dipengaruhi oleh
perubahan angin. Arus laut merupakan arus permukaan yang terdiri dari lapisan-
lapisan yang setiap lapisannya memiliki massa air dan densitas yang berbeda-
beda. Hal ini membuat biota yang hidup di dasar laut mengalami perubahan
mekanisme dalam memperoleh makanan. Sehingga ketika arus berubah dengan
perbedaan yang besar,organisme yang berada di dasar perairan akan bergeser
(Adrianto, 2009).
Substrat dasar yang berupa batuan merupakan habitat yang penting baik
dibandingkan dengan substrat pasir dan kerikil. Substrat pasir dan kerikil mudah
sekali terbawa oleh arus air. Sedangkan substrat batuan tidak mudah terbawa oleh
arus air. Kandungan bahan organik menggambarkan tipe dan substrat dan
kandungan nutrisi di dalam perairan. Tipe substrat berbeda-beda seperti pasir
Lumpur dan tanah liat (Sembiring, 2008).
Substrat dasar perairan berperan penting bagi kehidupan biota yang hidup di
daerah dasar perairan. Dasar perairan adalah habitat bagi bentos, ikan demersal
dan juga biota laut lainnya. Oleh karena itu, akurasi dan kecermatan yang tinggi
untuk mengklasifikasikan substrat dasar menjadi penting. Sudah berkembang
metode baru untuk mendapatkan informasi mengenai tipe substrat dasar perairan,
yaitu metode hidroakustik. Substrat dasar laut, sedimen, bentos dan vegetasi dapat
diakses dengan menggunakan echosounder dan diproses secara digital. Perbedaan
tipe substrat dasar perairan dapat diketahui melalui kekasaran topografi dan
kekerasan substrat dasar perairan yang terdiri dari karang, batu, pasir, lumpur dan
tanah liat. Penelitian ini mengkaji keterkaitan antara tipe substrat dasar perairan
dengan komunitas ikan demersal dengan pendekatan metode hidroakustik (Harini,
2017).
Tipe substrat pada perairan mengalir pada sungai hulu berupa batu-batuan dan
pasir, sedangkan pada sungai hilir tipe substratnya merupakan endapan lumpur.
Batu-batuan didapat banyak di sungai,dan sungai pun banyak yang berlumpur,
dengan kedalaman yang tidak dapat di perkirakan terlebi dahulu, karena lumpur
akan semakin banyak menyedot jika terinjak. Sedangkan untuk substrat pasir,
rata-rata nya yaitu di daerah pantai, juga substrat pantai berlumpur akan dapat
ditemukan, ketika letaknya berdekatan dengan sungai (Riyana,2009).
Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion Hidrogen dalam suatu larutan dalam air
pH adalah ukuran tingkat keasaman dari air atau besarnya konsentrasi ion H
dalam air dan merupakan gambaran keseimbangan antara asam (H +) dan basa (H-)
dalam air. Nilai sangat dipengaruhi oleh daya produktifitas suatu perairan. PH
yang normal adalah sekitar antara 6-8. O 2 terlarut merupakan kebutuhan dasar
untuk kehidupan hewan dan tanaman dalam air. Derajat keasaman (pH)
mempunyai pengaruh yang besar terhadap biota air sehingga sering digunakan
sebagai parameter atau sebagai petunjuk untuk menyatakan baik buruknya
keadaan perairan sebagai lingkungan hidup (Hanif, 2010).
2.3.2 DO
DO (dissolved oxygent) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari
fotosintesa dan absorbsi atmosfer / udara. Semakin banyak jumlah DO maka
kualitas air semakin baik. b. BOD (biological oxygent demand), BOD adalah
banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme untuk menguraikan
bahan-bahan organik (zat pencerna) yang terdapat di dalam air buangan secara
biologi. Nilai BOD hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang di
butuhkan untuk mengoksidasi bahan–bahan pencemar (Barus, 2012).
Oksigen terlarut ( DO ) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari
fotosintesis dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu perairan sangat
berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup dalam air.
Umtuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan
mengamati beberapa parameter kimia seperti aksigen terlarut (DO) (Wetzel,
2008).
Kecepatan difusi oksigen dari udara tergantung dari beberapa faktor seperti
kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arcs,
gelombang dan pasang surut. Kadar oksigen dalam air laut akan bertambah
dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya
salinitas. Pada lapisan permukaaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena
adanya proses difusi antar air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis
(Graber, 2008).
2.3.3 Salinitas
Salinitas merupakan tingkat keasinan atau kadar garam yang terlarut dalam air.
Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan
garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil
sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam
sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air
dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3%
sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine (Djoko, 2011).
Nilai salinitas dilakukan dengan cara menghitung jumlah kadar kalor dalam
sampel air laut. Karena untuk menentukan salinitas senyawa terlarut secara
keseluruhan sangatlah susah. Oleh sebab itu dilakukan peninjauan pada
komponen terbesar yaitu klorida. Kandungan klorida ditetapkan sebagai jumlah
dalam gram ion klorida pada satu kilogram air laut jika semua helogen digantikan
oleh klorida. Salinitas juga sangat berpengaruh dengan H2O (Nationo, 2010).
Salinitas air laut adalah jumlah kandungan garam yang ada di air laut. Kadar
garma air laut adalah banyaknya garam (per gram) yang ada pada 1 liter air laut.
Salinitas air laut di dunia rata-rata adalah 35%. Perubahan kadar garam di laut
tidak besar karena kecilnya penguapan bila dibandingkan dengan volume air laut
itu. Garam laut berasal dari hasil pelapukan daratan yang dibawa air sungai ke
laut. Pada umumnya salinitas laut memiliki kadar garam 33-37%. Untuk laut
dalam salinitas bisa mencapai 34-35% (Damaianto, 2014).
Nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh suplai air tawar ke air laut, curah hujan,
musim, topografi, pasang surut, dan evaporasi. Curah hujan biasanya pada di
daerah tropis yang permukaannya lebih rendah daripada kedalamannya.Salinitas
penting artinya bagi kelangsungan hidup organisme, hampir semua organisme laut
hanya dapat hidup pada daerah yang mempunyai perubahan salinitas yang kecil
(Agus, 2010).
Plankton merupakan kumpulan dari organisme pelagis yang sangat mudah hanyut
oleh gerakan massa air. Plankton berbeda dengan nekton (ikan) yang juga
merupakan organisme pelagis yang dapat berenang cukup kuat sehingga dapat
melawan gerakan massa air. Plankton juga memiliki perbedaan dengan bentos
yang terdiri dari organisme yang hidup di dasar perairan Plankton sebagai
bioindikator kualitas suatu perairan terutama perairan menggenang dapat
ditentukan berdasarkan fluktuasi populasi plankton yang mempengaruhi tingkat
tropik perairan tersebut Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu
fitoplankton yang disebut plankton nabati dan zooplankton yang disebut plankton
hewani. Zooplankton merupakan tumbuhan yang amat banyak terdapat di seluruh
massa air, mulai dari permukaan sampai di kealaman dimana intensitas cahaya
masih memungkinkan untuk fotosintesis (Rahma,.2010).
Fitoplankton adalah salah satu organisme perairan yang berukuran kecil yang
mempunyai peran utama dalam siklus kehidupan di perairan. Fitoplankton mampu
melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan senyawa organik yang
merupakan sumber energi yang dimanfaatkan oleh organisme lain yang hidup di
lingkungan perairan. Karena kemampuannya ini fitoplankton disebut sebagai
primer producer. Meski punukurannya sangat kecil, namun fitoplankton dapat
tumbuh dengan sangat lebat dan padat sehingga dapat menyebabkan perubahan
warna pada air laut (Nurfadillah, 2013).
2.4.2 Perifiton
Perifiton dapat tumbuh pada substrat alami dan buatan. Berdasarkan substrat
menempelnya, perifiton dibedakan atas epilithic (perifiton yang tumbuh pada
batu), epipelic (perifiton yang tumbuh pada permukaan sedimen), epiphytic
(perifiton yang tumbuh pada batang dan daun tumbuhan), dan epizoic (perifiton
yang tumbuh pada hewan). Komunitas perifiton berpotensi sebagai indikator
ekologis karena perifiton berperan penting sebagai produsen utama dalam rantai
makanan, dapat bertahan pada perairan dengan kecepatan arus yang besar, dan
kebanyakan jenis-jenis perifiton dapat bersifat sensitif atau toleran terhadap
pencemaran, baik terhadap pencemaran organik maupun logam berat (Graham,
2009).
Perifiton yang memiliki sifat toleran terhadap bahan pencemar organik. Faktor-
faktor yang membatasi produktivitas primer perifiton diperairan di antaranya
adalah intensitas cahaya matahari, suhu, unsur hara danbiomassa perifiton.
Pengukuran produktivitas perifiton lebih sulit dari pada fitoplankton yang relatif
homogen. Perifiton sangat merekat erat dengan substrat mereka sehingga
pemisahan perifiton yang menempel di batuan topografi yang permukaannya tidak
teratur atau daun yang rapuh akan sulit dilakukan. Oleh karena itu penggunaan
substrat buatan seringkali dilakukan untuk pengamatan kolonisasi perifiton
(Syarifuddin, 2010).
Perifiton adalah komunitas organisme yang hidup di atas atau sekitar substrat
yang tenggelam. Substrat tersebut dapat berupa batu-batuan, kayu, tumbuhan air
yang tenggelam, dan kadangkala pada hewan air. Pada umumnya terdiri atas
bakteri berfilamen, protozoa menempel, rotifer dan alga. Keberadaan perifiton
diperairan dapat dijadikan sebagai indikator kesuburan perairan (Alexander dkk,
2013).
2.4.3 Bentos
Hewan benthos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk
kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke
habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya
lingkungan dari waktu ke waktu, karena hewan benthos terus menerus terbawa
oleh air yang kualitasnya berubah-ubah. Diantara hewan benthos yang relatif
mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah
jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini
lebih dikenal dengan makrozoobenthos. Makrozoobenthos berperan sebagai salah
satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga benthosik
sampai konsumen tingkat tinggi (Arfiati, 2009).
Benthos adalah organisme yang hidup di dasar perairan (substrat) baik yang sesil,
merayap maupun menggali lubang. Benthos hidup di pasir, lumpur, batuan,
patahan karang atau karang yang sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman
mempengaruhi pola penyebaran dan morfologi fungsional serta tingkah laku
hewan bentik. Hal tersebut berkaitan dengan karakteristik serta jenis makanan
benthos Keberadaan hewan benthos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang
berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber
makanan bagi hewan benthos. Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air yang
diantaranya: suhu, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD),
(COD), serta kandungan nitrogen (N), kedalaman air, dan substrat dasar (Biggs
2009).
2.4.4 Nekton
Kelompok nekton semuanya adalah hewan, dan dalam hidupnya menduduki
system pelagic, pembagiannya meliputi dua terutama yang hidup pada wilayah
epipelagik yaitu holoepipelagik, dan meroepipelagik. Kelompok nekton yang
hidup pada zona dekat dasar disebut spesies demersal, mereka biasanya
menghabiskan waktu didaerah dekat dasar, terutama pada terumbu karang. Semua
ikan adalah predator, beberapa jenis ikan tertentu hidup didaerah yang didalam,
pada kedalam ini sudah tidak dijumpai adanya cahaya, oleh karena itu hewan-
hewan yang hidup di zona ini mempunyai organ dalam tubuhnya yang dapat
mengeluarkan cahaya. Makan juga sangat terbatas sehingga untuk tetap
mempertahankan hidupnya mereka harus mampu untuk memenfaatkan
bermacam-macam makanan atau mangsa yang tersedia (Soepriyo, 2011).
2.4.5 Neuston
Neuston adalah kumpulan dari zooplankton yang berhubungan erat dengan film
permukaan laut. Komuntas ini memiliki anggotanya sendiri, yang tinggal secara
permanen dihabitat ini, tapi banyak hewan planktonik lainnya juga dapat
ditemukan sementara di lapisan ini, biasanya bermigrasi pada malam Epiplankton
adalah plankton yang hidup di lapisan permukaan sampai kedalaman sekitar
100m. Lapisan laut teratas ini kira-kira sedalam sinar matahari dapat menembus.
Namun dari kelompok epiplankton ini ada juga yang hanya hidup di lapisan yang
sangat tipis di permukaan yang langsung berbatasan dengan udara. Plankton
semacam ini disebut neuston (Ekubo, 2011).
Neuston adalah organisme kecil yang berenang yang mendiami permukaan water
film. Epineuston pada sisi udara hyponeuston pada sisi air. Bathyplankton:
merupakan plankton yang hidup pada kedalaman.Istilah neuston merujuk kepada
kumpulan organisme yang berhubungan dengan permukaan film pada danau, laut,
dan aliran sungai yang bergerak lambat. Umumnya termasuk spesies yang hidup
hanya dibawah permukaan air (hiponeuston), individu yang berada di bagian atas
tetapi terendam dalam air (epineuston) ( Nontji, 2009).
Para anggota sementara neuston tersebut disebut neuston fakultatif. Selain itu,
pentingnya untuk perikanan BST bisa dianggap sebagai spesies kunci untuk
pemantauan dan analisis proses yang sedang berjalan di lingkungan laut hitam.
Melalui rentang hidup SBT penutup hampir semua habitat dari laut hitam: telur
pelagis diangkat setelah pembuahan 50-100 m kedalaman menjadi komponen
neuston sampai menetas. Neuston adalah istilah untuk organisme yang
mengapung di atas air (epineuston) atau tinggal tepat di bawah permukaan
(hyponeuston). Neuston terkadang hanya mengandalkan tegangan permukaan air
untuk mempertahankan posisinya mengapung di atas permukaan air. Neustons
terdiri daribeberapa spesies ikan yang senang hidup di atas permukaan air seperti
ikan terbang. Contoh lain neuston adalah, kumbang, protozoa, bakteri, laba-laba,
serangga air dan Physalie “man o’war” (jelly fish). Neuston jarang ditemui pada
saat di pantai sebalang, mungkin karena pantai tersebut sudah mengalami
pencemaran (James, 2011).
Neuston adalah organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau
bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air. Neuston adalah organisme
yang beristirahat dan pada permukaan perairan. Neuston adalah organisme yang
tidak melekat pada subtrat namun di dapatkan diatas atau di bawah film air (batas
antara air dan udara) termasuk tumbuhan terapung. hewan yang hidup diatas film
air epineuston sedangkan di bawah film air disebut hyponeuston. Selain itu
terdapat faktor yang mempengaruhi komponen ekologi dalam ekosistem perairan
meliputi komponen biotik dan abiotik. Komponen abiotik berperan dalam
penyediaan habitat bagi organisme-organisme yang hidup di sekitarnya dan
memberi saham awal dalam pembentukan ekosistem. Sedangkan komponen biotik
memberi peran untuk menyediakan keanekaragaman jenis dan proses kehidupan
dalam tingkatan trofiknya. Neuston organisme yang mengapung atau berenang
pada permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air.
Neuston saat ini sudah sulit untuk ditemukan, tetapi mungkin jika diperairan yang
lebih bersih, jernih, dan masih terjangkau dalam kadar oksigennya dapat
ditemukan dengan sangat mudah (Giragosov, 2012).
Tumbuhan air merupakan tumbuhan yang tinggal di sekitar air dan didalam air
yang berfungsi sebagai penghasil energi pada suatu ekosistem. Kehadiran
tumbuhan air pada suatu ekosistem perairan darat adalah penting selama
populasinya masih terkendali. Tumbuhan air adalah tumbuhan yang sebagian atau
seluruh daur hidupnya berada di air, mempunyai peranan sebagai produsen primer
di perairan yang merupakan sumber makanan bagi konsumen primer atau biofag
(antara lain ikan). Di samping itu tumbuhan air juga membantu aerasi perairan
melalui fotosintesis, mengatur aliran air, membersihkan aliran yang tercemar
melalui proses sedimentasi, serta penyerapan partikel dan mineral. Tumbuhan air
merupakan tempat pemijahan ikan, serangga, dan hewan lainnya. Beberapa jenis
tumbuhan air juga memberikan sumber makanan langsung untuk manusia seperti
kangkung (Ipomoea aquatica). Tumbuhan air seperti ilung (Eicchornia crassipes),
purun tikus (Eleochiris dulcis), kumpai minyak (Panicum sp.), dan rumpiang
(Pandanus sp.), bento (Leersia hexandra), ganggeng (Hydrilla verticillata),
jungkal (Hanguana malayana), kangkung (Ipomoea aquatica), kumpai bulu
(Paspalum sp.) merupakan tempat pemijahan ikan pada musim penghujan.
Tumbuhan air tergantung hidupnya pada air, tidak sekadar tanah yang becek dan
kadang-kadang kering, meskipun istilah hidrofit dipakai juga untuk tumbuhan
yang dapat beradaptasi dengan kondisi becek, namun sehari-hari tumbuh pada
kondisi tanah dengan kandungan air normal (Muhsin, 2009).
3.3.1.2 Suhu
Cara kerja pengukuran suhu antara lain, yaitu :
1. Dicelupkan thermometer langsung kedalam air dengan membelakangi
sinar matahari sampai batas skala baca.
2. Dibiarkan sampai skala suhu pada thermometer menunjukkan angka
yang stabil.
3. Dibaca skala thermometer tanpa mengangkat terlebih dahulu
thermometer dari air.
3.3.1.3 Kedalaman
Cara kerja pengukuran kedalaman dilakukan dengan cara sebagi berikut :
1. Secci disk dimasukkan kedalam laut yang telah ditentukan titik
pengamatannya.
2. Kedalaman diamati dengan mengamati tiang pada secci disk.
3. Dicatat hasil pengamatan.
3.3.1.4 Arus
Pengukuran arus dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Botol berisi air diletakkan dipermukaan air pada jarak tertentu dengan
menggunakan tali.
2. Diperhatikan dan dihitung waktu hingga tali tersebut menegang
dengan menggunakan stopwatch
3. Posisi diukur dengan menggunakan kompas ke arah utara dan dibidik
kearah botol aqua
4. Pengukuran dilakukan dibeberapa titik lokasi yang sudah ditentukan
3.3.2.2 DO
Cara kerja pengamatan DO adalah sebagai berikut, yaitu :
1. Diambil botol DO dan dimasukkan ke dalam perairan.
2. Ditunggu hingga terdengar suara “blub” yang menandakan botol DO
penuh.
3. Segera ditutup botol DO agar tidak terkontaminasi oleh udara bebas,
kemudian angkat dan pastikan tidak ada gelembung udara.
4. Ditambahkan 2 ml larutan MnSO4 untuk mengikat O2 dan 2 ml NaOH
+ KI untuk mengikat I2 dan membentuk endapan cokelat.
5. Botol DO ditutup dan di bolak-balik hingga larutan homogen agar
larutan merata.
6. Dibiarkan beberapa menit hinga timulbulnya endapan cokelat.
7. Kemudian ditambahkan 2ml H2SO4 untuk indikator asam secara
perlahan dengan pipet tetes.
8. Ditambahkan 3-4 tetes indikator basa.
9. Dititrasi secara perlahan dengan larutan Na2S2O3 0,025 N dengan
menggunakan biuret hingga berubah menjadi bening.
10. Dicatat volume titran yg digunakan saat larutan bening.
11. Dihitung kadar dengan menggunakan rumus.
3.3.2.3 Salinitas
Cara kerja pengamatan saliniatas yaitu sebagai berikut :
1. Disiapkan sample air.
2. Diamati kadar salinitas dengan refrakto meter.
Keterangan :
H’ : Indeks keanekaragaman plankton
pi : ni/N (proporsi jenis ke-i)
ni : Jumlah individu bentos ke-i
N : Jumlah total individu
3.3.3.2 Perifiton
Cara kerja pengamatan perifiton adalah sebagai berikut, yaitu :
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dimasukkan kedalam plastic, kemudian di semprot dengan aquades
menggunakan pipet tetes secara perlahan.
3. Permukaan objek disikat menggunakan sikat gigi.
4. Diteteskan lugol sampai berwarna kuning teh.
5. Dimasukkan ke dalam botol sample.
6. Diamati di bawah mikroskop dan identifikasi.
7. Dihitung kelimpahan perfiton dengan menggunakan rumus berikut :
Vt 1
N=nx x
Vcg Vd
Keterangan :
N = Kelimpahan perifiton (sel/L)
n = Jumlah perifiton yang tercacah (sel)
Vt = Volume sampel yang tersaring (mL)
Vcg = Volume gelas penutup (mL)
Vd = Volume air yang disaring (L)
3.3.3.3 Bentos
Cara kerja pengamatan bentos adalah sebagai berikut, yaitu :
1. Ditentukan titik tempat penelitian.
2. Diambil sedimen dengan menggunakan ekman grab/paralon.
3. Diletakkan sedimen yang didapat di atas ayakan.
4. Dicuci sedimen tersebut dan ambil hewan-hewan yang ada kemudian
dimasukkan kedalam botol sampel yang telah diisi formalin 4%.
5. Diberi label di setiap botol sampel.
6. Dihitung Indeks keanekaragaman bentos dengan rumus berikut :
s
’
H = -∑ pi log 2 pi
i=1
Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman bentos
pi = ni/N (proporsi jenis ke-i)
ni = Jumlah individu bentos ke-i
N = Jumlah total individu
7. Dihitung Indeks keseragaman bentos dengan rumus berikut :
H' H'
E= =
log 2 s 3,32 log s
Keterangan :
E = Indeks keseragaman
H’ = Indeks keanekaragaman bentos
In = Jumlah individu bentos ke-i
8. Dihitung Indeks keseragaman plankton dengan rumus berikut :
H' H'
E= =
¿ s 2,3 o 3 log s
Keterangan :
E : Indeks keseragaman
H’ : Indeks keanekaragaman bentos
In : Jumlah individu bentos ke-i
9. Dihitung Indeks Dominansi Simpson dengan rumus berikut :
s 2
D = ∑ [ ¿ ¿] ¿
i=1 2
Keterangan
D : Indeks Dominansi
ni : Jumlah individu ke-i
N : Jumlah total individu
3.3.3.4 Nekton
Cara kerja pengamatan nekton dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Sampel dikumpulkan dengan alat tangkap atau di dokumentasi.
2. Disimpan sampel kedalam botol sampel dan diberi formalin.
3. Diberi label pada setiap botol sampel.
3.3.3.5 Neuston
Pengamatan neuston dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
4. Sampel dikumpulkan dengan alat tangkap atau di dokumentasi.
5. Disimpan sampel kedalam botol sampel dan diberi formalin.
6. Diberi label pada setiap botol sampel
Keterangan
Di : Kerapatan jenis i
ni : Jumlah total tegakan dari jenis i
A : Luas total area pengambilan contoh (luas total kotak)
3. Dihitung kerapatan relative jenis dengan rumus :
¿ x 100
RDi =
∑n
Keterangan
RDi : kerapatan relatife jenis
ni : Jumlah tegakan jenis i
∑n : Jumlah total tegakan seluruh jenis
4. Dihitung frekuensi jenis menggunakan rumus berikut :
Pi
Fi =
∑P
Keterangan
Fi : Frekuensi jenis i
Pi : Jumlah petak contoh dimana di temukan jenis i
∑P : Jumlah total petak yang diamati
5. Dihitung frekuensi relatif jenis menggunakan rumus berikut :
Pi
Fi =
∑P
Keterangan
Fi : Frekuensi jenis i
Pi : Jumlah petak contoh dimana di temukan jenis i
∑P : Jumlah total petak yang diamati
6. Dihitung penutupan jenis menggunakan rumus berikut :
Ci =
∑ BA
A
Keterangan
BA : π DBH2 / 4 (cm)
DBH : Diagram pohon dari jenis i
↓
CBH
DBH =
π
↓
CBH : Lingkaran pohon setinggi dada
A : Luasa total area pengambilan contoh
7. Dihitung penutupan relatip jenis menggunakan rumus berikut :
Ci
RCi =
∑ C x 100
Keterangan
RCi : Penutrupan relative jenis
Ci : Luas artea penutupan jenis i
∑C : Luas total area penutupan untuk seluruh jenis
8. Disimpulkan hasil pengamatan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil yang kami dapatkan dalam pengamatan fisika, kami sajikan dalam
table dan grafik
Table 1. Parameter Fisika
No. Parameter Titik 1 Titik 2 Titik 3
1. Suhu 31 0C 30 0C 300C
2. Kecerahan 45,0 % 37,5 % 32,5 %
3. Kedalaman 60 cm 65 cm 50 cm
4. Arus 0,0045 m/s 0,0045 m/s 0,0060 m/s
5. Tipe Subrat Lumpur Lumpur Lumpur
Berdasarkan tabel diatas kedalaman di perairan sungai memiliki tiga titik yang
berbeda yaitu 60 cm; 65 cm; dan 50 cm sehingga pada kedalaman perairan dapat
menentukan tingkat kemeiringan tanah dan kelimpahan organisme akuatik karena
tiap kedalaman berbeda disebabkan permukaan subrat sungai tersebut. Menurut
(Haffan, 2010) pada kedalaman perairan bebeda karena beberapa faktor
permukaan subrat sungai berbeda tergantung kemiringan tanah pada sungai
tersebut sehingga dapat mengetahui proses pengukuran kedalaman suatu perairan
sering berhubungan dengan beberapa faktor penting seperti gelombang, cahaya
atau kecerahan, tekanan, dan lain-lain. Kedalaman air merupakan parameter yang
penting dalam memecahkan masalah tertentu berbagai pesisir seperti erosi,
pertambakan, stabilitas garis pantai, pelabuhan dan konsekuensi pelabuhan.
Pada tabel periode arus memiliki tiga titik yaitu 52 s, 52 s, dan 54 s dengan
kecepatan 0,0045 m/s, 0,0045 m/s dan 0,0060 m/s 50 0 arah barat sehingga dapat
dilihat bahwa pada tiap titik memiliki kecepatan arus yang berbeda karena faktor
gerakan permukaan air yang ditimbulkan oleh arah angin tersebut. Menurut
(Bada, 2011) dalam hal ini dapat dilihat bahwa arus mempunyai kecepatan
berbeda-beda tergantung arah mata angin hal ini karena gerakan ditimbulkan oleh
angin yang tertiup di atas permukaan air gerakan tersebut merupakan resultan dari
beberapa gaya yang bekerja dan beberapa faktor yang mempengaruhinya. Contoh
gerakan ini seperti gaya coriolis, yaitu gaya yang membelok arah arus dari tenaga
rotasi bumi. Massa air akan berubah-ubah seiring perubahan angin. Arus dapat
mempengaruhi perpindahan sedimen dan mengikis substrat dasar perairan
sehingga dapat dibedakan menjadi substrat batu, pasir, liat. Hal ini memerlukan
kecepatan arus untuk membawa makanan, oksigen dan lain-lain. Kejadian ini
berdampak secara tidak langsung pada makrozoobenthos karena semakin besar
kecepatan arus maka akan terjadi kekeruhan pada perairan.
Adapun hasil yang kami dapatkan dalam pengamatan kimia, kami sajikan dalam
table dan grafik
Tabel 2. Pengamatan Kimia di Sungai
No. Parameter Titik 1 Titik 2 Titik 3
1. Ph 5 5 6
2. Do - - -
3. Salinitas 26 ppt 26 ppt 27 ppt
mempunyai tingkat kosentarasi yang rendah yang disebabkan ion H+ lebih tinggi
konsentrasi ion H+ dan OH-berada dalam keseimbangan sehingga air yang bersih
bereaksi netral. Organisme akuatik dapat hidup dalam suatu perairan yang
mempunyai nilai pH netral dengan toleransi antara asam lemah dengan basa
lemah pH yang ideal umumnya berkisar 7-8, 5, kondisi perairan yang bersifat
sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup
organisme.
Pada tabel diatas Do (dissolved oxygent) tidak dapat terindentifikasi karena dalam
uji coba pengambilan sampel di sungai dengan menggunakan botol terdapat
gelembung saat pereaksi berlangsung dan dalam penggunaan zat pereaksinya
mempunyai kualitas yang tidak bagus disebabkan kualitas zat pereaksi tersebut
seperti Mnso4, Naoh+Ki dan H2SO4 tidak layak (kadaluarsa). Menurut (Boyd,
2015) hal ini menyebabkan saat perekasi berlangsung terdapat endapan dan ketika
ditambah Amilum tidak berwana biru tetapi kuning pudar sehingga hal ini
menyebabkan pereaksi tidak stabil (tidak terindentifikasi) dan saat pengambilan
botol di sungai teesebut mempunyai kualitas air yang tidak bagus karena warna air
tersebut keruh sehingga dapat dilihat, semakin oksigen terlarut yang terlalu
rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang
mungkin saja terjadi.
Pada salinitas di atas menurut termasuk dalam kategori ait tawar karena pada tiap
titik 1, 2 dan 3 rata-rata mempunyai salinitas 26 ppt-27 ppt hal ini dapat dilihat
bahwa kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami
sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Menurut
(Djoko, 2011) Salinitas merupakan tingkat keasinan atau kadar garam yang
terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam
tanah. Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami
sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar.
Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%.
Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila
konsentrasinya 3% sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine.
Adapun hasil yang kami dapatkan dalam pengamatan biologi, kami sajikan dalam
table dan grafik
A. Plankton
Table 3. Data Pengamatan Plankton
No Jenis Plankton Jumlah Kelimpahan
1 Lynopytata 8 53
2 Gonolazygon Monotaedan 12 79
40
30
20
10
0
Titik 1 Titik 2 Titik 3
Grafik 1. Kelimpahan Plankton
Berdasarkan tabel plankton tersebut dapat dilihat bahwa suatu perairan di sungai
masih terbilang tidak baik hal ini dikarenakan masih banyaknya keanekaragaman
spesies plankton sedikit. Dari data tersebut ditemukan 2 jenis spesies dari 3 titik
yang berbeda dan paling banyak ditemukan spesies Gonolazygon Monotaedan.
sedangkan spesies yang paling sedikit ditemukan yaitu Lynopytata, sehingga dari
indeks tersebut bisa dilihat dari keanekaragaman sampai dominasi sedikit.
Menurut (Mukayat, 2012) perairan merupakan suatu ekosistem yang memiliki
peran dan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia dengan adanya
keanekaragaman plankton dalam perairan akan menyebabkan penyedia makanan
pemula bagi seluruh konsumen Sebagai biota mikroskopis perairan, plankton
sangat berperan sebagai produsen primer dan sekunder.
Selanjutnya pada keseragaman pada titik 1 adalah 0,006 titik 2 adalah 0,006 dan
titik 3 adalah 0,0009 dan dapat dilihat pada titik ini keseragamannya sedikit
plankton tersebut, pengamatan ini termasuk golongan yaitu zooplankton yang
disebut plankton hewani. Menurut (Rahma, 2010) Zooplankton merupakan yang
amat banyak terdapat di seluruh massa air, mulai dari permukaan sampai di
kealaman dimana intensitas cahaya masih memungkinkan untuk fotosintesis.
Berdasarkan pada dominasi pada titik 1 adalah 0,20 titik 2 adalah 0,20 dan titik 3
adalah 0,26 dan dapat dilihat pada titik ini dominasinya sedikit plankton tersebut
karena faktor tingkat kekeruhan air sungai dan tempat habitat yang tidak stabil
sehingga fitoplankton sebagai primer producer. Menurut (Nurfadillah, 2013)
meski pungukurannya sangat kecil, namun fitoplankton dapat tumbuh dengan
sangat lebat dan padat sehingga dapat menyebabkan perubahan warna pada air.
B. Perifiton
Adapun data perifiton yang didapat adalah sebagai berikut
Tabel 5. Hasil pengamatan kelimpahan perifiton di sungai
1 Dinophysis 1 6,6
Keanekaragaman 0 0,12 0
Keseragaman 0 0,11 0
Dominasi 0 0,3 0
Dinophysis
7
6
5
4 Dinophysis
Sel/L
3
2
1
0
Titik 1 Titik 2 Titik 3
Perairan sungai yang diamati masih terbilang bagus pada keseragmannya pada
titik 1 adalah 0 titik 2 adalah 0,11 dan titik 3 adalah 0 hal ini dapat disimpulkan
bahwa tingkat keseragamanya masih kecil karena faktor pencemaran tersebut.
Menurut (Graham, 2009) hal tersebut karena keseragaman perifiton sangat toleran
pada lingkungannya terutama perairan dengan kecepatan arus yang besar, dan
kebanyakan jenis-jenis perifiton dapat bersifat sensitif atau toleran terhadap
pencemaran, baik terhadap pencemaran organik maupun logam berat.
Berdasarkan pada dominasi pada titik 1 adalah 0 titik 2 adalah 0,3 dan titik 3
adalah 0 dominasinya sangat sedikit hal ini tempat habitat dalam sungai tersebut
sedikit karena perifiton adalah komunitas organisme yang hidup di atas atau
sekitar substrat yang tenggelam. Menurut (Alexander, 2013) substrat tersebut
dapat berupa batu-batuan, kayu, tumbuhan air yang tenggelam, dan kadangkala
pada hewan air. Pada umumnya terdiri atas bakteri berfilamen, protozoa
menempel, rotifer dan alga. Keberadaan perifiton diperairan dapat dijadikan
sebagai indikator kesuburan perairan .
C. Bentos
Adapun hasil pengamatan bentos pada ekosistem sungai sebagai berikut
Tabel 7. Hasil pengamatan kelimpahan benthos di sungai
3 Viviparus javanicus 11 73
Kelimpahan Bentos
120
100
Chrysosroma paradoxsum
80
Dolomena marginata
60
Sel/L
Viviparus javanicus
40
20
0
Titik 1 Titik 2 Titik 3
Berdasarkan pada dominasi pada titik 1 adalah 0,9984 titik 2 adalah 0,9984 dan
titik 3 adalah 0,9985 dan dapat dilihat pada titik ini dominasinya termasuk
memiliki dominasi yang cukup banyak, menurut (Setyawan, 2017) karena bentos
di perairan tersebut memiliki hubungan biomonitoring hal ini sesuai dengan
berbagai penelitian menunjukkan bahwa komponen biota akuatik (ikan, plankton
dan bentos) dapat difungsikan untuk biomonitoring kondisi lingkungan.
D. Neuston
Pada pengamatan, tidak di temukan serangga air karena pergerakan serangga air
sangat cepat dan arus perairan sangat kuat. Serangga air merupakan kelompok
arthropoda yang sebagian hidupnya berada di kolom air. Menurut (Ekubo, 2011)
Neuston adalah kumpulan dari zooplankton yang berhubungan erat dengan film
permukaan laut. Komuntas ini memiliki anggotanya sendiri, yang tinggal secara
permanen dihabitat ini, tapi banyak hewan planktonik lainnya juga dapat
ditemukan sementara di lapisan ini, biasanya bermigrasi pada malam Epiplankton
adalah plankton yang hidup di lapisan permukaan sampai kedalaman sekitar
100m. Lapisan laut teratas ini kira-kira sedalam sinar matahari dapat menembus.
Namun dari kelompok epiplankton ini ada juga yang hanya hidup di lapisan yang
sangat tipis di permukaan yang langsung berbatasan dengan udara. Plankton
semacam ini disebut neuston
Tingkat kecerahan yang terdapat diperairan pantai tersebut berbeda yaitu 65,0 %,
62,5 % dan 65,0 % hal ini karena kemampuan cahaya matahari untuk menembus
sampai ke dasar peairan dipengaruhi oleh kekeruhan air. Oleh karena itu, menurut
(Ramadhani, 2013) tingkat kecerahan dan kekeruhan air laut sangat berpengaruh
pada pertumbuhan biota laut. Kecerahan perairan merupakan tingkat transparasi
perairan yang dapat diamati secara visual menggunakan secci disk. Dengan
mengetahui kecerahan suatu perairan kita dapat mengetahui sampai dimana masih
ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan - lapisan mana yang
tidak keruh, dan yang paling keruh. Perairan yang memiliki nilai kecerahan
rendah ketika cuaca normal dapat menunjukan atau mengindikasi banyaknya
partikel - partikel tersuspensi dalam perairan tersebut. Kemampuan cahaya
matahari untuk menembus sampai ke dasar peairan dipengaruhi oleh kekeruhan
air. Oleh karena itu, tingkat kecerahan dan kekeruhan air laut sangat berpengaruh
pada pertumbuhan biota laut.
Berdasarkan tabel diatas kedalaman di perairan pantai memiliki tiga titik yang
berbeda yaitu 60 cm; 70 cm; dan 60 cm, hal ini disebabkan tiap titik berbeda pada
kemiringan pantainya karena faktor subratnya. Menurut (Haffan, 2010) hal ini
karena kedalaman perairan bebeda sebab beberapa faktor permukaan subrat
sungai berbeda tergantung kemiringan tanah pada pantai tersebut sehingga dapat
mengetahui proses pengukuran kedalaman suatu perairan sering berhubungan
dengan beberapa faktor penting seperti gelombang, kecerahan, tekanan, dan lain-
lain.
Selanjutnya pada pengamatan di pantai memiliki tipe subrat yang berpasir baik
pada titik 1, 2 dan 3 hal ini menyebabkan tipe substrat di pantai mempunyai
substrat dasar yang berupa batuan yang dihuni oleh habitat organisme. Menurut
(Sembiring, 2008) substrat dasar yang berupa batuan merupakan habitat yang
penting baik dibandingkan dengan substrat pasir dan kerikil. Substrat pasir dan
kerikil mudah sekali terbawa oleh arus air. Sedangkan substrat batuan tidak
mudah terbawa oleh arus air. Substrat mudah sekali terbawa oleh arus air karena
kandungan bahan organik dan kandungan nutrisi di dalam perairan berbeda-beda.
Pada tabel diatas Do (dissolved oxygent) 19,39 Mg/L dalam hal ini kualitas Do
(dissolved oxygent) di pantai baik namun, kurang berhati-hati dalam pengambilan
dalam uji coba dengan menggunakan botol saat uji berekasi sehingga terdapat
endapan, saat pereaksi terjadi sebelum ditambah H2SO4 hasilnya larutannya
bening bukan berwarana kuning kecoklatan (teh), dan ketika ditambah Naoh+Ki
warnanya bening tidak kuning hal ini membuktikan bahwa masih terdapat sedikit
gelembung di botol tersebut. Menurut (Graber, 2008) dalam hal ini kadar oksigen
dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan tingginya
salinitas karena adanya proses difusi antar air dengan udara bebas
Pada salinitas pantai di atas 30ppt-31ppt hal ini membuktikan bahwa pantai
tersebut mempunyai kandungan klorida yang banyak. Menurut (Setyawan, 2017)
hal ini disebabkan penetuan jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air
laut masih stabil dan salinitas sangat berpengaruh dengan H2O untuk
perkembangan organisme akuatik. Salinitas merupakan salah satu parameter fisika
yang dapat mempengaruhi kualitas air. Salinitas juga sebuah konsentrasi total ion
yang terdapat di air. Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air, setelah
semua karbonat dikonversi menjadi oksida.
A. Plankton
Adapun hasil yang kami dapatkan dalam pengamatan biologi, kami sajikan dalam
table dan grafik
Table 11. Data Pengamatan Plankton
No. Jenis Plankton Jumlah Kelimpahan
1 Diantoms 30 199
2 Basmina Langrostal 5 33
Tabel 12. Indeks Diversitas Plankton
Indeks Titik 1 Titik 2 Titik 3
Keanekaragaman 0,25 0,20 0,29
Keseragaman 0,010 0,010 1,30
Dominasi 0,20 0,25 0,27
Kelimpahan Plankton
250
200
150 Diantoms
Basmina Langrostal
Sel/L
100
50
0
Titik 1 Titik 2 Titik 3
Grafik 4. Kelimpahan Plankton
Berdasarkan tabel plankton tersebut dapat dilihat bahwa suatu perairan di pantai
masih terbilang cukup baik hal ini dikarenakan masih banyaknya keanekaragaman
spesies plankton . Dari data tersebut ditemukan 2 jenis spesies dari 1,2 dan 3 titik
yang berbeda dan paling banyak ditemukan spesies Diantoms. sedangkan spesies
yang paling sedikit ditemukan yaitu Basmina Langrostal sehingga dari indeks
tersebut bisa dilihat dari keanekaragaman mulai dari dari 0,25-0,29 tiap titiknya,
hal ini menunjukan bahwa pantai tesebut mempunyai tingkat tropik yang baik.
Menurut (Rahma, 2010) plankton di pantai ini cukup baik sebagai bioindikator
kualitas suatu perairan terutama perairan menggenang dapat ditentukan
berdasarkan fluktuasi populasi plankton yang mempengaruhi tingkat tropik
perairan tersebut.
Berdasarkan pada dominasi pada titik 1 adalah 0,20 titik 2 adalah 0,25 dan titik 3
adalah 0,27, hal ini dapat dilihat bahwa dominasi titik tersebut cukup banyak
karena faktor lingkungan. Menurut (Nurfadillah, 2013) dominasinya cukup
banyak karena semakin banyak jumlah rata-rata pada dominasi maka akan
berpengaruh pada warna atau kualitas air tersebut. Punukurannya yang sangat
kecil, dengan sangat yang lebat dan padat sehingga dapat menyebabkan perubahan
warna pada air laut tersebut.
B. Perifiton
Adapun hasil pengamatan perifiton pada ekosistem sungai sebagai berikut
Table 13. Data Pengamatan Perifiton
No Spesies Jumlah Kelimpahan
1. Skelethena 2 13
2. Chaetocetos 1 6,6
Tabel 14. Indeks Diversitas Perifiton
Indeks Titik 1 Titik 2 Titik 3
Keanekaragaman 0,5 0,5 0.8
Keseragaman 0.9 0,11 0,6
Dominasi 0.7 0,3 0,8
14
Kelimpahan Perifiton
12
10
8 Skelethena
Sel/L
6 Chaetocetos
4
2
0
Titik 1 Titik 2 Titik 3
Berdasarkan pada dominasi pada titik 1 adalah 0,7 titik 2 adalah 0,3 dan titik 3
adalah 0,8. Menurut (Wijaya, 2009) dominasinya sedikit karena perkembangan
perifiton dapat dianggap sebagai proses akumulasi, yaitu proses peningkatan
biomassa dengan bertambahnya waktu. Akumulasi merupakan hasil kolonisasi
dan komposisi perifiton.
C. Bentos
Adapun hasil pengamatan bentos pada ekosistem sungai sebagai berikut
Tabel 15. Hasil pengamatan kelimpahan benthos di sungai
3 Viviparus javanicus 11 73
Kelimpahan Bentos
120
100
80 Chrysosroma paradoxsum
Dolomena marginata
60
Sel/L
Viviparus javanicus
40
20
0
Titik 1 Titik 2 Titik 3
D.Lamun
Adapun hasil pengamatan lamun pada ekosistem sungai sebagai berikut
Table 17. Kelimpahan Lamun
% Tutupan T.1 T .2 T.3 T.4 T.5
Thalassia hemprichii
70
60
50
40 Thalassia hemprichii
Sel/L
30
20
10
0
T.1 T.2 T.3 T.4 T.5
Berdasarkan data tabel lamun yang didapatkan, terdapat spesies lamun yang
ditemukan dengan kisaran 1 spesies yaitu Thalassia hemprichii dengan masing-
masing transek 60%, 56%, 44%, 40% dan 64%. Menurut (Muhsin, Indrawati.
2009) hal ini jumlah persentase tiap transek banyak hal ini karena perairan pantai
cukup baik dalam pertumbuhan lamun karena faktor kekeruhan, suhu, do, salinitas
dan kecerahan yang baik sehingga lamun memiliki fungsi sebagian atau seluruh
daur hidupnya berada di air, mempunyai peranan sebagai produsen primer di
perairan yang merupakan sumber makanan bagi konsumen primer atau biofag
(antara lain ikan).
E. Neuston
Pada pengamatan, tidak di temukan serangga air karena pergerakan serangga air
sangat cepat dan arus perairan sangat kuat. Serangga air merupakan kelompok
arthropoda yang sebagian hidupnya berada di kolom air. Menurut ( Nontji, 2009)
Neuston adalah organisme kecil yang berenang yang mendiami permukaan water
film. Epineuston pada sisi udara hyponeuston pada sisi air. Bathyplankton:
merupakan plankton yang hidup pada kedalaman.Istilah neuston merujuk kepada
kumpulan organisme yang berhubungan dengan permukaan film pada danau, laut,
dan aliran sungai yang bergerak lambat. Umumnya termasuk spesies yang hidup
hanya dibawah permukaan air (hiponeuston), individu yang berada di bagian atas
tetapi terendam dalam air (epineuston).
Kedalaman di perairan mangrove memiliki tiga titik yang berbeda yaitu 35cm;
37cm; dan 38cm, hal ini berbda karena faktor kemiringan pantai subrat tersebut.
Menurut (Haffan, 2010) hal ini karena kedalaman perairan bebeda sebab beberapa
faktor permukaan subrat sungai berbeda tergantung kemiringan tanah pada pantai
tersebut sehingga dapat mengetahui proses pengukuran kedalaman suatu perairan
sering berhubungan dengan beberapa faktor penting seperti gelombang,
kecerahan, tekanan, dan lain-lain.
Selanjutnya untuk periode arus 60 s, 62 s, dan 67 s dengan 0,130 m/s , 0,130 m/s
dan 0,140 m/s 300 ke arah barat dan mempunyai skala yang berbeda-beda karena
faktor arah angin. Menurut (Harini, 2017) hal ini karena kecepatan arus dapat
berkurang sesuai dengan makin bertambahnya kedalaman perairan hingga angin
tidak berpengaruh pada kedalaman 200 meter. Secara tidak langsung arah arus
mengikuti arah angin yang ada di perairan tersebut. Kecepatan arus akan
menentukan tipe sedimen suatu perairan. Arus laut terjadi karena adanya
perbedaan massa air laut yang dipengaruhi oleh perubahan angin. Arus laut
merupakan arus permukaan yang terdiri dari lapisan-lapisan yang setiap
lapisannya memiliki massa air dan densitas yang berbeda-beda. Hal ini membuat
biota yang hidup di dasar laut mengalami perubahan mekanisme dalam
memperoleh makanan. Sehingga ketika arus berubah dengan perbedaan yang
besar,organisme yang berada di dasar perairan akan bergeser.
Selanjutnya pada pengamatan di pantai memiliki tipe subrat yang berlumpur baik
titik 1, 2 dan 3. Menurut (Harini, 2017) hal ini karena arus mangrove yang kuat
akan menghasilkan perairan dengan dasar pasir dan arus yang lemah akan
menghasilkan perairan dengan dasar lumpur kecepatan arus juga berpengaruh
terhadap distribusi biota yang relatif menetap di perairan, yaitu bentos.
Pada tabel diatas Do (dissolved oxygent) tidak dapat terindentifikasi karena dalam
uji coba pengambilan sampel di sungai dengan menggunakan botol terdapat
gelembung saat pereaksi berlangsung dan dalam penggunaan zat pereaksinya
mempunyai kualitas yang tidak bagus disebabkan kualitas zat pereaksi tersebut
seperti Mnso4, Naoh+Ki dan H2SO4 tidak layak (kada luarsa). Menurut (Boyd,
2015) hal ini menyebabkan saat perekasi berlangsung tidak terdapat endapan dan
ketika ditambah Amilum tidak berwana biru tetapi kuning pudar sehingga hal ini
menyebabkan pereaksi tidak stabil (tidak terindentifikasi) dan saat pengambilan
botol di sungai teesebut mempunyai kualitas air yang tidak bagus karena warna air
tersebut keruh sehingga dapat dilihat, semakin oksigen terlarut yang terlalu rendah
akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang
mungkin saja terjadi.
A.Plankton
Adapun hasil yang kami dapatkan dalam pengamatan biologi, kami sajikan dalam
table dan grafik.
Table 20. Data Pengamatan Plankton
No Jenis Plankton Jumlah Kelimpahan
1 Noushnus Sp 11 73
2 Sandesmus SP 3 19
3 Asteniella Formusa 5 33
40 Asteniella Formusa
30
20
10
0
Titik 1 Titik 2 Titik 3
Grafik 8. Kelimpahan Plankton
Berdasarkan tabel plankton tersebut dapat dilihat bahwa suatu perairan di pantai
masih terbilang cukup baik hal ini dikarenakan masih banyaknya keanekaragaman
spesies plankton. Dari data tersebut ditemukan 2 jenis spesies dari 1,2 dan 3 titik
yang berbeda dan paling banyak ditemukan spesies Noushnus Sp , Sandesmus SP
dan Asteniella Formusa sehingga dari indeks tersebut bisa dilihat dari
keanekaragaman sampai dominasi cukup banyak dari 0,10-0,29. Menurut
(Rahma, 2010) plankton di pantai cukup baik sebagai bioindikator kualitas suatu
perairan terutama perairan menggenang dapat ditentukan berdasarkan fluktuasi
populasi plankton yang mempengaruhi tingkat tropik perairan tersebut.
2. Plantoneiela 9 59
3. Bidolphia 2 13
Tabel 23.Indeks Diversitas Perifiton
Indeks Titik 1 Titik 2 Titik 3
Keanekaragaman 0,10 0,5 0.9
Keseragaman 0.5 0,15 0,6
Dominasi 0.7 0,8 0,7
Kelimpahan Perifiton
70
60
50 Rhizosorish sp
40 Plantoneiela
Sel/L
Bidolphia
30
20
10
0
Titik 1 Titik 2 Titik 3
Perairan mangrove yang diamati masih terbilang tidak bagus pada keseragmannya
pada titik 1 adalah 0.5 titik 2 adalah 0,15 dan titik 3 adalah 0,6 keseragamannya.
Menurut (Graham, 2009) hal tersebut karena perifiton sangat toleran pada
lingkungannya terutama perairan dengan kecepatan arus yang besar, dan
kebanyakan jenis-jenis perifiton dapat bersifat sensitif atau toleran terhadap
pencemaran.
Berdasarkan pada dominasi pada titik 1 adalah 0,7 titik 2 adalah 0,8 dan titik 3
adalah 0,7. Menurut (Alexander, 2013) dominasinya sangat sedikit hal ini tempat
habitat dalam sungai tersebut sefikit karena perifiton adalah komunitas organisme
yang hidup di atas atau sekitar substrat yang tenggelam. Substrat tersebut dapat
berupa batu-batuan, kayu, tumbuhan air yang tenggelam, dan kadangkala pada
hewan air. Pada umumnya terdiri atas bakteri berfilamen, protozoa menempel,
rotifer dan alga. Keberadaan perifiton diperairan dapat dijadikan sebagai indikator
kesuburan perairan .
C.Bentos
Adapun hasil yang kami dapatkan dalam pengamatan biologi, kami sajikan dalam
table dan grafik
Table 24. Data Pengamatan Perifiton
No Spesies Jumlah Kelimpahan
1 Telescopion sp 5 33
2. Scylla sp 5 33
3. Pungurus B 5 33
Scylla sp
15
Pagurus B
10
5
0
Titik 1 Titik 2 Titik 3
Grafik 10. Kelimpahan Bentos
Berdasarkan pada dominasi pada titik 1 adalah 0 ,titik 2 adalah 0,95 dan titik 3
adalah 0,95, hal ini karena dominasi dipengaruhi oleh tingkat dasar perairan
terhadap cahaya. Menurut (Haryado, 2010) dominasinya sedikit karena
perkembangan karena makro zoobenthos tersebut mempunyai dasar perairan
dengan pergerakan relative lambat yang sangat dipengaruhi oleh substrat dasar
serta kualitas perairan.
D.Neuston
Pada pengamatan, tidak di temukan serangga air karena pergerakan serangga air
sangat cepat dan arus perairan sangat kuat. Menurut (James, 2011) Serangga air
merupakan kelompok arthropoda yang sebagian hidupnya berada di kolom
airterkadang hanya mengandalkan tegangan permukaan air untuk
mempertahankan posisinya mengapung di atas permukaan air. Neustons terdiri
daribeberapa spesies ikan yang senang hidup di atas permukaan air seperti ikan
terbang. Contoh lain neuston adalah, kumbang, protozoa, bakteri, laba-laba,
serangga air dan Physalie “man o’war” (jelly fish). Neuston jarang ditemui pada
saat di pantai sebalang, mungkin karena pantai tersebut sudah mengalami
pencemaran
D.Mangrove
Adapun hasil yang kami dapatkan dalam pengamatan biologi, kami sajikan dalam
table dan grafik
Tabel 26. Pengamatan Mangrove
Jenis Mangrove
No. Parameter
Bruguiera Avicennia sp.
Pada pengamatan mangrove didapatkan dua jenis mangrove yaitu avicenia dan
bruguiera. Pada jenis mangrove avicenia terdapat hasil perhitungan Kerapatan
jenis 0,09, kerapatan relatif jenis 60, Frekuensi jenis 1, Frekuensi relative jenis
50 ,Penutupan jenis 13,18 Penutupan relative jenis 0,57 sehingga 𝞢BA = 1.318,23
dengan CI = 13,18 dan RCI = 0,57 dengan hasil akhir INP = 110,57.Dan bullgeria
perhitungan Kerapatan jenis 0,06, kerapatan relative jenis 40, Frekuensi jenis 1 ,
Frekuensi relative jenis 50, Penutupan jenis 9,80 Penutupan relative jenis 9,80
sehingga pada jenis mangrove Bruguiera 𝞢BA = 980,22 dengan CI = 9,80 dan
INP = 90,42. Pada pengamatan mangrove ini, menggunakan kuadran transek
dengan ukuran 10x10m dan 5x5m. Menurut (Yusuf, 2009) dalam hal ini
karakteriktik dari avicenia dan bruguiera hampir sama baik kerapatan jenis,
frenkuensi rekatif dll, karena avicennia dan bruguiera merupakan pohon
mangrove pionir. Tumbuhnya selalu di tepi laut maupun di tepi sungai. Avicennia
atau bulgeria merupakan pohon tinggi yang berukuran sedang sampai besar.
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum lapangan ekologi perairan ini adalah sebagai
berikut :
1. Ekologi perairan merupakan ilmu yang mempelajari tentang ekosistem
yang hidup di perairan, baik air tawar, payau, maupun laut.
2. Terdapat varietas yang berbeda pada setiap parameter pada saat
pengambilan yang berbeda.
3. Salinitas perairan sungai, payau, dan laut berbeda: pada sungai 26-27 ppt
sedangkan pada laut yakni 30-35 ppt, dan pada perairan payau aykni 31-
32 ppt.
4. Terdapat pH yang berbeda pada tiap-tiap perairan sungai, payau, dan
laut: pada sungai yakni 5-6 , pada payau yakni 7, sedangkan pada
perairan laut yakni 5-6.
5. Komunitas benthos sangatlah sensitif pada perubahan kualitas air yang
berbatasan dengan motilitas dan kemampuan yang relatif karena
merupakan fungsi indikasi kualitas perairan yang efektif.
6. Untuk pengamatan plankton kali ini, perairan masih tergolong baik karna
masih memiliki kelimpahan serta jenis plankton yang banyak di temui
kisaran 2-3 jenis.
7. Pada perifiton pada beberapa titik jumlah perifiton sangat sedikit
ditemukan dan mungkin alasannya karna arus pada perairan, seperti yang
kita ketahui bahwa perifiton sangat peka terhadap pencemaran, baik itu
pencemaran organik maupun logam.
5.2 Saran
Adapun saran pada praktikum lapangan ekologi perairan ini adalah sebagai
berikut :
1. Sebaikanya praktikan lebih teliti terhadap parameter yang diamati.
2. Sebaiknya praktikan lebih hati-hati pada saat praktikum.
3. Sebaiknya praktikan lebih kondusif agar praktikum terlaksana dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ariana. 2011. Kimia dalam Perairan. Penerbit Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Aridianto. 2017. Geografi Jelajah Bumi dan Alam Semesta. Bandung. Citra Praya.
Effendi, KE. 2013. Fisika Perairan. Penerbit Grafindo Media Pratama. Bandung
Ekubo, A. A. 2011. Review of Some Water Quality Management Principles In
Culture.USA: FisheriesEngineering and Technology.
Fajri. 2013. Plankton and Benthos Research, Volume 4 Issues 1. Plankton Society
of Japan. Japan.
Gupta, R.S and Desa, E. 2009. The Indian Ocean-a Perspective Volume 2. India:
Zeitlinger Publisher.
Hutabarat. 2012. Dasar – dasar ekologi perairan jilid II. Yogyakarta: Kansius.
Kordi dan Andi , 2010. Pengantar Ekologi. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya.
Magdalena, dkk . 2014. Jenis dan Biomassa Lamun (Seagrass) Di Perairan Pulau
Belakang Padang Kecamatan Belakang Padang Kota Batam Kepulauan
Riau.Pekan baru. Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau.
Ningsih, S.S. 2009. Inventarisasi Hutan Mangrove Sebagai Bagian dari Upaya.
Jakarta: Erlangga.
Odum, E. P., 2009. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Yogyakarta: UGM Press.
Riyana. 2009. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta:
Erlangga.
Rodda, J.C., Downing, R. A., Law, F. M. 2012. Systematic Hydrology. London:
Butterworth & Co (Publisher) Ltd.
Mengukur Kedalaman
2.
Mengukur pH
3.
Mengukur Kerapatan
Mangrove
4.
Mengukur Kelimpahan
Bentos
5.
Mengukur Kadar DO
6.
Mengukur Keanekaragaman
Perifiton
7.
Mengukur Keanekaragaman
Plankton
9.
Mengukur Suhu
10.
Mengukur Kelimpahan
Lamun