Anda di halaman 1dari 53

SKRIPSI

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN PATUNG (Pristolepis grootii)


DI SUNGAI SELAMBUK DESA SUBAH KECAMATAN
TAYAN HILIR KABUPATEN SANGGAU

Oleh:

Arkabinus Hengki
NIM. C1101151031

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
SKRIPSI

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN PATUNG (Pristolepis grootii)


DI SUNGAI SELAMBUK DESA SUBAH KECAMATAN
TAYAN HILIR KABUPATEN SANGGAU

Oleh:

Arkabinus Hengki
NIM. C1101151031

Skripsi Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh


Gelar Sarjana dalam Bidang Perikanan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
BIOLOGI REPRODUKSI IKAN PATUNG (Pristolepis grootii)
DI SUNGAI SELAMBUK DESA SUBAH
KECAMATAN TAYAN HILIR
KABUPATEN SANGGAU

Tanggung Jawab Yuridis Material pada:

Arkabinus Hengki
NIM. C1101151031

Jurusan Budidaya Pertanian

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat dan Lulus Ujian Skripsi


Pada tanggal: ..……….Berdasarkan SK Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura Nomor: ………./………./………./……….

Tim Pembimbing:

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Dr. FX. Widadi Padmarsari, S.Si, M.Si Dra. Sri Rahayu, M.Si
NIP:197012031998022001 NIP: 195812161993032001

Penguji Pertama Penguji Kedua

Drs. Inpurwanto, M. Si Yeni Hurriyani, S.Pi, M.Si


NIP:195803201987101001 NIP: 198610252015042004

Disahkan Oleh

Ketua Jurusan Budidaya Pertanian

Dr. Ir. Fadjar Rianto. MS


NIP:196101261985031002
PERNYATAAN HASIL KARYA ILMIAH SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi “Biologi reproduksi ikan


patung (Pristolepis grootii) di Sungai Selambuk Desa Subah Kecamatan Tayan
Hilir Kabupaten Sanggau”, adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang dikutip
dari karya yang diterbitkan dan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan di dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Pontianak, 13 April 2021


Penulis

Arkabinus Hengki
C1101151031
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Arkabinus Hengki dilahirkan di Kabupaten


Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat pada tanggal 28 April 1994. Penulis adalah anak
dari Bapak Arkabinus Bari dan Ibu Yupita yang merupakan anak ke pertama dari tiga
bersaudara. Penulis memulai pendidikan Taman Kanak-Kanak pada tahun 1998 di
Taman Kanak-Kanak Swasta Erna Kayu Tunu dan dinyatakan lulus pada tahun 2000.
Setelah, itu penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di Sekolah Dasar Swasta
Erna Kayu Tunu dan dinyatakan lulus pada tahun 2009. Penulis melanjutkan
pendidikan Sekolah Menengah Pertama di Sekolah Menengah Pertama 02 Sanggau
dan dinyatakan lulus pada tahun 2012. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan
Sekolah Menengah Atas dan di Sekolah Menengah Atas 02 Sanggau dan dinyatakan
lulus pada tahun 2015. Penulis melanjutkan pendidikan S1 di Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura
melalui jalur mandiri 1.
Pada tahun 2018 penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
dengan judul “Hubungan panjang–berat ikan tenggiri batang (Scomberomorus
commerson) yang didaratkan di Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Provinsi
Kalimantan Barat” selama 1 bulan. Penulis juga pernah aktif dalam Himpunan
Mahasiswa Jurusan sebagai anggota di Himpunan Mahasiswa Manajemen
Sumberdaya Perairan (HIMMASDA) Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura,
Pontianak. Untuk menyelesaikan Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian, Universitas Tanjungpura, penulis melaksanakan penelitian
sebagai skripsi dengan judul “Biologi reproduksi ikan patung (Pristolepis grootii) di
Sungai Selambuk Desa Subah Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau” yang
dibimbing oleh Ibu Dr. FX. Widadi Padmarsari, S.Si, M.Si dan Ibu. Dra. Sri Rahayu,
M.Si.
RINGKASAN SKRIPSI

Kecamatan Tayan Hilir merupakan kecamatan yang memiliki aliran sungai


yang mengalir di sepanjang perkebunan kelapa sawit. Sungai ini merupakan salah
satu perairan umum yang sangat penting bagi berbagai kehidupan masyarakat yang
tinggal disekitarnya, baik untuk keperluan rumah tangga dan perikanan. Perairan
Tayan Hilir juga menjadi habitat bagi berbagai biota air yang hidup tinggal di
dalamnya termasuk juga ikan patung (Pristolepis grootii).
Ikan patung adalah salah satu jenis ikan air tawar memiliki potensi yang
cukup besar dalam aspek konsumsi dan ikan olahan. Saat ini, ikan patung belum
dilakukan budidaya, untuk melakukan budidaya harus dilakukan domestikasi.
Kegiatan domestikasi memerlukan informasi-informasi biologi reproduksi yang
terdiri dari rasio kelamin, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad,
indeks hepatosomatik dan fekunditas.
Pengelolaan sumber daya ikan patung perlu dilakukan, mengingat
keberadaannya yang semakin sulit diperoleh di alam. Hal-hal yang perlu dilakukan
untuk memaksimalkan produksi pada aspek biologi reproduksi yaitu mengetahui
rasio kelamin, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, indeks
hepatosomatik dan fekunditas. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji biologi
reproduksi ikan patung yang mencakup rasio kelamin, tingkat kematangan gonad,
indeks kematangan gonad, indeks hepatosomatik dan fekunditas.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Systematic Random
Sampling. Pengambilan sampel ikan, dilakukan pada setiap stasiun dengan rentang
waktu 2 minggu sekali sebanyak 6 kali. Lokasi sampling adalah Sungai Selambuk
bagian tengah, dan lokasi dibagi menjadi 3 stasiun secara sistematik. Setiap stasiun
berjarak 870 meter dengan kondisi lingkungan yang sama berdekatan dengan hutan
dan perkebunan sawit. Alat tangkap yang digunakan dalam penelitian ini adalah jala
dan pukat.
Berdasarkan hasil penelitian ikan patung yang diperoleh sebanyak 127 ekor,
terdiri dari 83 ekor jantan dan 44 ekor betina. Rasio kelamin ikan patung jantan dan
betina secara keseluruhan menunjukkan perbandingan 1.9:1 dengan proporsi
seimbang di Perairan Sungai Selambuk. Indeks Kematangan Gonad ikan patung
betina (2.48%) lebih besar dibandingkan ikan jantan (1.03%), dimana gonad ikan
betina lebih berkembang dibandingkan ikan jantan. IKG yang didapatkan lebih kecil
dari 20%, artinya ikan patung dapat memijah lebih dari satu kali pada setiap
tahunnya. Indeks Hepatosomatik ikan patung betina (4.11%) lebih besar
dibandingkan ikan jantan (3.87%). Hubungan IKG dan IHS menunjukan kesamaan
dimana ikan betina lebih besar dibandingkan ikan jantan, artinya sebagian besar
energi pada ikan betina lebih banyak dipakai untuk reproduksi. Fekunditas ikan
patung berkisar 241.14-4268.98 butir telur dengan kisaran panjang total ikan 100-
160 mm dan berat total ikan 8-32 g. Hubungan analisis regresi Fekunditas total dan
relatif terhadap panjang dan berat total ikan patung menunjukkan hubungan yang
tidak erat ditandai dengan nilai koefisien korelasi dan determinasi yang rendah.
Pengamatan parameter lingkungan di Sungai Selambuk selama penelitian
dengan mengamati suhu, pH, DO, kecerahan dan kecepatan arus. Suhu pada perairan
Sungai Telabang berkisar antara 27-29˚C, menunjukkan bahwa suhu baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan ikan patung. Nilai DO pada habitat Ikan patung
adalah 1.07-2.92 berada pada kategori kurang baik dan pH adalah 5.1-5.8 berada
pada kategori baik, baik atau buruknya DO dan pH air menunjukkan tidak
berpengaruh nyata terhadap kehidupan ikan patung. Pengukuran kecerahan Sungai
Selambuk pada setiap stasiun kisarannya adalah 111.1-157.2 cm, ini berarti perairan
di S. Selambuk tingkat kecerahanya tergolong rendah. Kecepatan arus Sungai
Selambuk selama penelitian berkisar 0.03-0.1 m/s dikategorikan arus sangat lambar
dimana sungai dengan arus air yang sangat lambat substrat dasarnya terdiri dari pasir
atau lumpur.
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis Panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Karena
Berkat dan Kasih-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan, Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Tanjungpura,
Pontianak, Kalimantan Barat.
Penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bimbingan dari Dosen
Pembimbing Pertama yaitu Ibu Dr. FX. Widadi Padmarsari, S.Si, M.Si dan Dosen
Pembimbing Kedua Ibu Dra. Sri Rahayu, M.Si. Pada kesempatan ini penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua saya Ayah dan Ibu tercinta, keluarga besar, saudara-saudara ku
yang amat kukasihi, untuk doa dan dukungannya.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Hj. Denah Suswati, M.P. Selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura Pontianak.
3. Bapak Dr. Ir. Fadjar Rianto, M.S. Selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak.
4. Bapak Drs. Inpurwanto, M.Si selaku Dosen Penguji Pertama serta Ketua Program
Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan Ibu Yeni Hurriyani, S.Pi, M.Si
selaku Dosen Penguji Kedua.
5. Bapak Tamam Selaku Nelayan Desa Subah, Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten
Sanggau, Kalimantan Barat beserta keluarga besar.
6. Teman-teman mahasiswa angkatan 2015 yang memberikan bantuan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Pontianak, 13 April 2021

Arkabinus Hengki
NIM: C1101151031

i
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. iv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan....................................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ......................................................................................... 4
B. Kerangka Konsep ..................................................................................... 7
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 10
B. Bahan dan Alat Penelitian ........................................................................ 10
C. Metode pengumpulan data ....................................................................... 10
D. Prosedur Penelitian ................................................................................... 11
E. Variabel pengamatan ................................................................................ 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil.......................................................................................................... 17
B. Pembahasan .............................................................................................. 22
V. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 27
B. Saran ......................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 28
LAMPIRAN ...................................................................................................... 34

ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Ikan patung ..................................................................................... 4
Gambar 2. Kerangka konsep penelitian ........................................................... 9
Gambar 3. Pengambilan sampling jala tebar pada setiap stasiun ..................... 11
Gambar 4. MorfologiTingkat Kematang Gonad Ikan Jantan dan TKG I(a),
TKG II(b),TKG III(c), TKG IV(d) Dan TKG V(e) ........................ 18
Gambar 5. Indeks Kematangan Gonad Ikan Patung terhadap jantan dan
betina .............................................................................................. 19
Gambar 6. Indeks Hepatosomatik ikan patung terhadap jantan dan betina .... 20
Gambar 7. Hubungan Fekunditas Total dengan panjang ikan patung ............. 20
Gambar 8. Hubungan Fekunditas Total dengan berat ikan patung .................. 20
Gambar 9. Hubungan Fekunditas Relatif dengan panjang ikan patung ........... 21
Gambar 10. Hubungan Fekunditas Relatif dengan berat ikan patung.............. 21
Gambar 11. Gonad ikan jantan ......................................................................... 36
Gambar 12. Gonad ikan betina ......................................................................... 36
Gambar 13. Panjang ikan patung ..................................................................... 36
Gambar 14. Berat ikan patung.......................................................................... 36
Gambar 15. Berat hati ikan patung................................................................... 36
Gambar 16. Berat gonad ikan patung ............................................................... 36

iii
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1. Alat penelitian .................................................................................... 10


Tabel 2. Tingkat Kematangan Gonad ikan berdasarkan modifikasi Siregar
(1991) dalam dalam Ernawati (2009) ................................................. 14
Tabel 3. Rasio kelamin ikan patung (P. grootii) di sungai selambuk dalam
periode penelitian ................................................................................ 17
Tabel 4. Junlah ikan patung berdasarkan Tingkat Kematangan Gonad jantan
dan betina ........................................................................................... 17
Tabel 5. Deskripsi Tingkat Kematangan Gonad ikan patung (P. grootii) ...... 18
Tabel 6. Indeks Kematangan Gonad ikan patung............................................. 19
Tabel 7. Indeks Hepatosomatik ikan patung .................................................... 19
Tabel 8. Kisaran kualitas perairan sungai selambuk selama periode
penelitian .............................................................................................
22

iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1. Peta Lokasi penelitian .................................................................. 34


Lampiran 2. Peta Titik Pengambilan Sampling................................................ 35
Lampiran 3. Morfologi ikan patung ................................................................. 36
Lampiran 4. Hasil Chi Square pada Rasio Kelamin ......................................... 37
Lampiran 5. IKG dan IHS ikan patung ............................................................ 38
Lampiran 6. Fekunditas ikan patung ................................................................ 39
Lampiran 7. Fekunditas total dan relatif terhadap panjang dan berat ikan
patung .......................................................................................... 40

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sumberdaya perikanan yang terdapat di perairan masih belum dimanfaatkan
secara optimal dan seimbang bagi lingkungan. Masyarakat awam hanya mengambil
sumberdaya perikanan tanpa mengetahui akibat dari eksploitasi yang tidak
memperhatikan aspek kelestarian, sehingga dapat menyebabkan penurunan populasi.
Eksploitasi yang terus-menerus tanpa memperhatikan keberlanjutannya dapat
menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya yang secara tidak
langsung dapat menyebabkan kepunahan spesies (Safarini et al., 2017), salah satunya
ikan patung yaitu dari famili Pristolepididae.
Ikan patung (Pristolepis grootii) atau yang lebih dikenal dengan Leaffish
termasuk dalam famili Pristolepididae dan masih berkerabat dekat dengan Nandidae.
Di Indonesia, genus Pristolepis ini terdiri dari 2 spesies, yaitu P. fasciata dan P.
grootii dan yang membedakan keduanya yaitu pada sirip pelvic atau perut terhadap
jangkauan kloaka (Sukmono et al., 2017). Ikan patung merupakan ikan air tawar asli
Indonesia yang banyak dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi maupun ikan hias.
Hingga saat ini, informasi terkait biologi ikan patung terbilang sedikit dan penelitian
yang sudah dilakukan, contohnya: biologi reproduksi di Sungai Musi (Ernawati et
al., 2009), dan studi pola lingkaran pertumbuhan otolith di Hilir Sungai Siak,
Provinsi Riau (Chahyadi et al., 2016).
Biologi reproduksi ikan adalah aspek mendasar dari biologi ikan yang sangat
penting untuk keperluan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan.
Dalam mempertahankan keturunannya, suatu organisme pastinya perlu dalam
melakukan kegiatan reproduksi. Reproduksi adalah kemampuan individu untuk
menghasilkan keturunan sebagai upaya untuk melestarikan jenis atau kelompoknya
(Yuniar., 2012). Adanya kegiatan reproduksi sendiri, sangat erat kaitanya dengan
rasio kelamin, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, indeks
hepatosomatik dan fekunditas. Penelitian tentang biologi reproduksi sudah banyak
dilakukan antara lain penelitian ikan sepatung (Pristolepis grootii Bleeker) di Sungai
Musi (Ernawati et al., 2009), dan ikan sepatung (Marosatherina ladigesi Ahl, 1936)
di Sungai Kelekar (Muslim et al., 2019). Dari penelitian-penelitian tersebut dikaji

1
2

beberapa informasi biologi reproduksi antara lain nisbah kelamin, tingkat


kematangan gonad, indeks kematangan gonad, dan fekunditas. Pada penelitian ini
sangat diperlukan penambahan parameter antara lain indeks hepatosomatik. Indeks
hepatosomatik merupakan aktivitas metabolisme yang membutuhkan cadangan
energi didalam hati, dipengaruhi oleh intensitas makanan untuk proses perkawinan
dan reproduksi (Jan et al., 2016). Hasil dari penelitian diatas menunjukkan parameter
nisbah kelamin yang berbeda, pada penelitian Ernawati (2009) menunjukkan nisbah
kelamin ikan sepatung jantan lebih dominan daripada betina dan pada penelitian
Muslim (2019) menunjukan nisbah kelamin sepatung betina lebih dominan daripada
jantan. Hasil parameter sama ditemukan untuk fekunditas, penelitian Ernawati (2009)
menunjukkan fekunditas ikan sepatung adalah 2.301 butir telur dan Muslim (2019)
menunjukan fekunditas ikan 5.827 butir telur dengan fekunditas tergolong sedang.
Salah satu daerah yang menyimpan potensi sumber daya ikan patung yang
cukup besar berada di Sungai Selambuk, Desa Subah, Kecamatan Tayan Hilir,
Kabupaten Sanggau. Perairan Sungai Selambuk membentang dari Kampung Adong
sampai Kuala Selambuk dengan panjang mencapai 5 Km. Potensi ikan patung di
Sungai Selambuk sendiri masih terbilang cukup besar dan pada musim-musim
tertentu ikan ini cukup sulit untuk didapatkan dalam jumlah besar. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui biologi reproduksi ikan patung (P. grootii)
di Sungai Selambuk, Desa Subah, Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau.

B. Rumusan masalah
Ikan patung mempunyai potensi untuk dibudidayakan, mengingat potensinya
sebagai ikan konsumsi dan hias. Hingga saat ini, masyarakat sekitar masih
memanfaatkan ikan ini dari hasil alam dalam jumlah besar, tanpa memperhatikan
konsep keberlanjutan yang dapat mengakibatkan ikan tersebut punah. Perlunya peran
pemerintah dalam memberikan kontribusi terkait kegiatan pengelolaan kearah
keberlanjutan dengan mempertimbangkan pada pemenuhan kebutuhan domestikasi
dan informasi terkait ikan patung. Oleh sebab itu, penelitian terkait biologi
reproduksi ikan patung perlu dilakukan dengan melihat aspek-aspek yang diteliti
mulai dari rasio kelamin, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad,
indeks hepatosomatik dan fekunditas agar kelestarian ikan tersebut tetap terjaga.
3

C. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi beberapa aspek biologi
reproduksi ikan patung di Sungai Selambuk, Desa Subah, Kecamatan Tayan Hilir,
Kabupaten Sanggau yang mencakup rasio kelamin, tingkat kematangan gonad,
indeks kematangan gonad, indeks hepatosomatik dan fekunditas.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan patung (Pristolepis grootii)

Sirip punggung kasar


Gurat sisi
Sirip punggung halus
Mata

Mulut

Sirip ekor

Operkulum
Sirip anal halus
Sirip dada
Sirip anal kasar
Sirip perut

Gambar 1. Ikan patung (Pristolepis grootii)


Klasifikasi ikan patung (Pristolepis grootii) menurut (Kotellat et al., 1993)
adalah sebagai berikut:
Phylum : Chordata
Classis : Pisces
Ordo : Labyrinthici
Familia : Pristolepididae
Genus : Pristolepis
Species : Pristolepis grootii
Nama lokal : Indonesian Leaffish (Global), Patung (Desa Nanga Lauk, Dayak
Punan), Katung dan Batuang (Riau).

Ikan patung memiliki karakteristik tubuh yang berbeda dengan kembarannya


Pristolepis fasciata yaitu pada sirip ventralis yang tidak mencapai kloaka dengan
profil punggung bagian depan sedikit mencembung dan terdapat pula 8-10 pita tegak
warna coklat di sepanjang badan, tetapi pada saat dewasa hanya bagian belakang
yang tampak jelas. Pada saat dewasa ikan ini memiliki panjang totalnya hingga

4
5

mencapai 18,4 cm dengan jumlah sirip punggung (Dorsal) mencapai XII pada bagian
jari-jari kasar sedangkan 16 pada jari-jari tipis dan sirip dubur (Anal) mencapai III
pada bagian jari-jari kasar sedangkan 8 pada jari-jari tipis sedangkan sisik melintang
badan (SMB) dengan jumlah sisik antar sirip dorsal dengan lateral line sebesar 4,5
(Sukmono et al., 2017).

2. Biologi Reproduksi
Perkembangan biologi reproduksi ikan disebabkan oleh adanya perbedaan
pola pertumbuhan (Prianto et al., 2015). Dalam suatu spesies ikan jantan dan betina
dapat dibedakan dari morfologi tubuhnya. Pada umumnya ikan jantan memiliki
warna yang lebih cerah dibandingkan ikan betina, hal ini sebagai upaya untuk
menarik perhatian lawan jenisnya (Yuniar., 2012). Pengetahuan mengenai biologi
reproduksi dalam populasi berkaitan erat dengan pengelolaan ikan sebagai sumber
daya suatu perairan (Asriyana et al., 2013). Biologi reproduksi merupakan aspek
penting dalam biologi perikanan maupun dinamika populasi. Dalam mempelajari
biologi reproduksi ada beberapa aspek lain yang mendasari meliputi rasio kelamin,
tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad (TKG), indeks
hepatosomatik (IHS) dan fekunditas.

a. Rasio Kelamin
Rasio kelamin merupakan frekuensi relatif dari ikan jantan dan betina setelah
dilakukan penentuan jenis kelamin (Susanto et al., 2017). Penentuan jenis kelamin
ikan dilakukan berdasarkan ciri seksual primer yaitu dengan cara membedah dan
melihat perbedaan gonad antara ikan jantan dan betina (Suhendra et al., 2017). Rasio
kelamin dilakukan untuk melihat perbandingan antar jenis kelamin ikan jantan dan
ikan betina dalam suatu populasi, dimana perbedaan pola tingkah laku bergerombol
antara jantan dan betina, perbedaan laju mortalitas, pertumbuhan, penyebaran ikan
jantan dan betina yang tidak merata, kondisi lingkungan serta faktor penangkapan
sering kali menjadi pembeda terhadap pola 1:1 yang kondisi ideal (Bal et al., 1984)
6

b. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)


Tingkat kematangan gonad adalah tahap-tahap tertentu perkembangan gonad
sebelum dan sesudah memijah (Tarigan et al., 2017). Penentuan tingkat kematangan
gonad (TKG) ikan jantan dan betina ditentukan melalui pengamatan secara
morfologi dengan membedakan jenis kelamin yakni untuk ikan betina adalah bentuk
ovari, besar kecil ukuran ovari, pengisian ovari dalam rongga tubuh, warna ovari
sebaliknya untuk ikan jantan yakni testis, ukuran testis, pengisian testis dalam rongga
tubuh serta warna testis (Chadijah., 2014) dengan melihat perkembangan gonad
secara kualitatif. Ukuran gonad bervariasi sesuai dengan TKG ikan, pada umumnya
pertambahan berat gonad ikan betina pada saat matang gonad (tingkat kematangan
gonad IV) dapat mencapai 10-25% dari berat tubuh ikan (Asyari et al., 2011).
Semakin meningkat TKG ikan, umumnya ukuran gonad juga semakin besar
(Dewantoro et al., 2019). Siklus kematangan gonad dan pemijahan ikan didasarkan
pada 4 tahap kematangan: Immature (belum matang), maturing (sedang matang),
mature (matang) dan spent (pulih) (Alawi et al., 2015).

c. Indeks Kematangan Gonad (IKG)


Indeks kematangan gonad digunakan sebagai parameter pemijahan ikan
(Widiyastuti et al., 2017) dengan melihat perubahan yang terjadi di dalam gonad
secara kuantitatif (Rochmatin et al., 2014). IKG akan mencapai nilai maksimum
pada saat terjadi pemijahan, setelah memijah akan menurun drastis (Sangadji., 2014).
Menurut Hasibuan (2018) menjelaskan bahwa indeks kematangan gonad betina lebih
tinggi dibandingkan dengan jantan disebabkan oleh perbedaan ukuran antara gonad
jantan dan gonad betina. Umumnya ikan yang hidup di perairan tropis memiliki nilai
IKG yang kecil yaitu < 20% artinya kelompok ikan yang dapat memijah lebih dari
satu kali setiap tahunnya (Dahlan et al., 2015).

d. Indeks Hepatosomatik (IHS)


Indeks hepatosomatik pada saat perkembangan kematangan gonad menjadi
salah satu aspek penting. Pentingnya aspek tersebut menggambarkan cadangan
energi yang ada pada tubuh ikan sewaktu ikan mengalami perkembangan
kematangan gonad (Sari et al., 2017). Indeks hepatosomatik akan menurun pada saat
7

pemijahan, dan mencapai titik terendah pada masa pasca pemijahan yang kemudian
meningkat kembali pada fase istirahat dimana ikan mulai makan sebanyak-
banyaknya yang menyebabkan peningkatan cadangan lemak di hati. Peningkatan
cadangan lemak di hati ini kemudian digunakan untuk bereproduksi, dimana lemak
tersebut merupakan energi untuk melangsungkan pemijahan (Tresnati et al., 2018).
Di alam, ada tiga strategi reproduksi yang paling menonjol dalam memijah, yaitu:
bilamana energi (lipit) cukup tersedia, ikan dalam proporsi ketersediaan energi dan
ikan mengorbankan semua fungsi yang lain, dan sesudah itu individu tersebut akan
mati (Yuniar., 2012).

e. Fekunditas
Jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas. Dalam
ovarium biasanya ada dua macam ukuran telur, yaitu telur yang berukuran besar dan
yang berukuran kecil. Ada telur yang berukuran besar akan dikeluarkan tahun ini,
dan telur yang berukuran kecil akan dikeluarkan pada tahun berikutnya, tetapi sering
terjadi apabila kondisi perairan baik telur yang sekecil apapun akan dikeluarkan
menyusul telur yang besar (Effendie., 1979). Ikan di setiap ekosistem pastinya
menghasilkan nilai fekunditas yang dipengaruhi ukuran panjang total dan berat bobot
ikan (Kusmini et al., 2016). Menurut Harianti (2013), menyatakan bahwa fekunditas
pada setiap individu betina bergantung pada umur, ukuran, spesies dan kondisi
lingkungan (ketersediaan makanan, suhu air dan musim). Besarnya fekunditas salah
satunya ditentukan oleh ukuran induk, semakin panjang atau besar ukuran induk
biasanya diikuti oleh besarnya gonad (Karyaningsih., 2008).

B. Kerangka Konsep
Ikan patung (Pristolepis grootii) merupakan ikan lokal yang dominan
ditemukan di perairan umum Desa Subah Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten
Sanggau. Sampai saat ini, belum banyak informasi yang mendukung tentang biologi
reproduksi ikan patung, khususnya untuk aspek budidaya, sehingga permintaannya
dipenuhi dengan mengandalkan hasil tangkapan dari alam dalam jumlah besar, tanpa
memperhatikan konsep keberlanjutan yang dapat mengakibatkan ikan tersebut
punah. Penangkapan dalam jumlah besar pada ikan berukuran kecil dan sedang
8

sampai saat ini terus terjadi, perlunya peran pemerintah dalam memberikan
kontribusi terkait kegiatan pengelolaan kearah keberlanjutan dengan
mempertimbangkan pada pemenuhan kebutuhan domestikasi dan informasi terkait
ikan patung. Informasi reproduksi ikan penting diketahui dalam kaitannya untuk
menyusun rencana pengelolaan dan pengembangan yang mengarah ke keberlanjutan
ikan sebagai salah satu informasi dasar yang perlu diketahui adalah biologi
reproduksi ikan. Menurut Ernawati (2009), hasil penelitian “Biologi Reproduksi Ikan
Sepatung, Pristolepis grootii Bleeker (Nandidae) di Sungai Musi” menunjukan nilai
rasio kelamin pada angka 1:1.7, dengan ikan yang paling banyak ditemukan untuk
TKG I pada selang ukuran 50-85 mm dan Indeks Kematangan Gonad ikan jantan
berkisar 0%-2.25% dan betina berkisar 0.04%-4.22%, untuk fekunditas yang
diperoleh ikan patung adalah 2.301 butir telur. Informasi yang sedikit mengenai
biologi reproduksi ikan patung perlu untuk dikaji lebih lanjut dengan
membandingkan hasil penelitian tersebut dengan penelitian-penelitian lainnya.
Menurut Lisna (2016), hasil penelitian “Biologi Reproduksi Ikan Tambakan,
Helostoma temminckii di perairan umum Kec. Kumpeh Ulu Kab. Muaro Jambi”
menunjukan nilai rasio kelamin pada angka 1.25:1, dengan ikan yang paling banyak
ditemukan pada TKG III dan Indeks Kematangan Gonad ikan jantan berkisar 4.84%-
6.80% dan betina berkisar 6.87%-7.59%. Menurut Helmizuryani (2013), hasil
penelitian “Biologi Reproduksi Ikan Betok, Anabas testudineus di perairan alami”
menunjukan nilai rasio kelamin 95% pada ikan jantan, dengan ikan yang paling
banyak ditemukan pada TKG III dan Indeks Kematangan Gonad ikan sampel
berkisar 0.34%-0.95% dan fekunditas yang diperoleh berkisar antara 168-958 butir
telur. Menurut Prianto (2014), hasil penelitian “Biologi Reproduksi Ikan Betok,
Anabas testudineus di Paparan Banjiran Lubuk Lampam” menunjukan nilai rasio
kelamin pada angka 0.57:1, dengan ikan yang paling banyak ditemukan pada TKG
III dan Indeks Kematangan Gonad ikan jantan berkisar 1.3%-15.0% dan betina
berkisar 1.2%-17.1% untuk fekunditas yang diperoleh ikan patung adalah 224-
182.736 butir telur.
9

Ikan Patung (Pristolepis grootii)

Ikan konsumsis,
ikan asin dan ikan Aktifitas penangkapan
hias

Penangkapan berlebih

Aspek biologi dan reproduksi Kondisi


habitat

Seks Rasio TKG IKG IHS Fekunditas Analisis


kualitas air

Keseimbangan Musim Energi Produktivitas


populasi Pemijahan yang & jumlah Arus, Suhu,
dibutuhkan benih DO, pH, dan
Kecerahan

Budidaya dan pelestarian sumberdaya Ikan Patung (Pristolepis grootii)

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian


III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Sungai Selambuk Desa Subah, Kecamatan Tayan
Hilir, Kabupaten Sanggau. Pengambilan sampel dilakukan 2 minggu sekali selama 4
bulan dari Desember 2019 – Januari 2020 dilanjutkan September 2020 dengan
kondisi sungai terdapat tumbuhan air, substrat pasir berlumpur dan memiliki keadaan
arus yang tenang tepatnya di Sungai Selambuk, Desa Subah, Kecamatan Tayan Hilir,
Kabupaten Sanggau.

B. Alat dan Bahan


Tabel 1. Alat-alat Penelitian
No Nama Alat Keterangan
Alat tangkap:
Jala : P : 1 m
MJ: 2 inch
1 Alat untuk menangkap ikan patung
Pukat: P : 10 m
L :1m
MJ: 1.5 dan 2 inch
Timbangan digital:
2 3000 g berskala 0.1 Alat untuk mengukur berat ikan
200 g berskala 0.01 Alat untuk mengukur berat gonad
3 Penggaris 1 mm Alat untuk mengukur panjang ikan
4 Alat bedah Alat untuk membedah sampel ikan
5 Nampan Alat untuk meletakan sampel hasil bedahan ikan
6 Kantong plastic Wadah untuk pengawetan gonad
7 Kertas label Alat untuk menandai gonad yang telah diawetkan
8 Toples Alat untuk meletakan sampel hasil tangkapan
9 Termometer Alat untuk mengukur suhu disetiap stasiun
10 DO meter Alat untuk mengukur oksigen terlarut di setiap stasiun
11 pH meter Alat untuk mengukur derajat keasaman di setiap stasiun
12 Piringan secchi Alat untuk mengukur kecerahan air di setiap stasiun
13 Botol apung Alat untuk mengukur kecepatan arus di setiap stasiun
14 Alat tulis Alat untuk mencatat hasil selama penelitian
15 Kamera Alat untuk dokumentasi selama penelitian
Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel ikan patung yang tertangkap
selama penelitian, alkohol 70% dan aquades.

C. Metode Pengumpulan Data


Penelitian ini, bersifat eksploratif dengan melakukan pengamatan baik di
lapangan maupun laboratorium. Pengambilan sampel ikan, dilakukan pada setiap

10
11

stasiun yang telah dilakukan 2 minggu sekali sebanyak 6 kali, menggunakan metode
Systematic Random Sampling. Lokasi sampling adalah Sungai Selambuk bagian
tengah, dan lokasi dibagi menjadi 3 stasiun secara sistematik. Setiap stasiun berjarak
870 meter dengan kondisi lingkungan yang sama berdekatan dengan hutan dan
perkebunan sawit. Alat tangkap yang digunakan dalam penelitian ini adalah jala dan
pukat. Setiap stasiun dilakukan penebaran jala 100 meter sebanyak 10 kali dengan
jarak tebar 10 meter.

100 m

1 3 5 7 9
10 m

2 4 6 8 10
10 m

Gambar 3. Pengambilan sampling jala tebar pada setiap stasiun

Pemasangan pukat pada setiap stasiun selama 3 jam, dilakukan 2 kali


pengulangan dengan ukuran mata jaring 1.5 dan 2 inci yang dipasang secara vertikal
di bagian tepi sungai. Pengukuran faktor lingkungan dilakukan dengan melihat faktor
fisika dan kimia air. Faktor fisika air terdiri dari suhu, arus, dan kecerahan,
sedangkan faktor kimia air terdiri dari pH dan DO. Kelima faktor lingkungan di atas
dilakukan pengukuran langsung di lokasi penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian yaitu: data primer. Data primer adalah
data yang didapat selama penelitian berlangsung, yang terdiri: jumlah sampel ikan
jantan dan betina, panjang ikan, berat ikan, berat hati, berat gonad, dan jumlah telur.
Selain itu, data primer yang merupakan data penunjang adalah arus, suhu, pH, DO,
dan kecerahan.

D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian biologi reproduksi ikan patung (Pristolepis grootii)
adalah sebagai berikut:
12

1. Survei Lapangan
Survei lapangan dilakukan untuk memperoleh informasi sementara terkait
alat tangkap dan lokasi yang cocok digunakan dalam pengambilan sampel ikan
patung. Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan, lokasi yang menjadi tempat
penelitian yaitu berada di Sungai Selambuh Desa Subah Kecamatan Tayan Hilir
Kabupaten Sanggau. Jenis alat tangkap yang cocok digunakan yaitu pukat dengan
ukuran mata jaring 1.5 dan 2 inch dengan panjang jaring sekitar 10 meter dan jala
tebar dengan mata jaring yang berukuran 1.5 inch. Hasil survei yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa ikan patung banyak berada di sekitar perairan yang kurang
dalam, berlumpur dan berpasir, dan disekitar ranting, maka dipilih titik sampling
yang memiliki kondisi seperti kriteria tersebut.

2. Pengambilan Sampel Ikan


Pengambilan sampel ikan, menggunakan metode Systematic Random
Sampling. Sampel ikan ditangkap langsung dengan pukat yang berukuran mata jaring
1.5 dan 2 inch mengikuti metode random dan panjang jaring sekitar 10 meter serta
jala dengan mata jaring yang berukuran 1.5 inch. Sampel ikan yang didapatkan yaitu
seluruh tangkapan yang diperoleh dalam kondisi segar dan utuh dalam berbagai
ukuran diukur panjang dan beratnya. Kemudian dibedah untuk melihat jenis
kelaminnya. Pengamatan jenis kelaminnya berdasarkan pada parameter gonad
menempati ruang, warna, bentuk, dan ukuran mengacu pada karakteristik Tingkat
Kematangan Gonad ikan kapiek (Puntius schwanenfeldii) berdasarkan modifikasi
Siregar (1991) dalam Ernawati (2009). Hati dan gonad ikan diambil untuk ditimbang.
Gonad yang telah terambil dipisahkan menjadi dua yaitu: anterior dan posterior,
untuk dilakukan perendaman. Gonad yang akan direndam dengan alkohol 70%
dimasukkan ke dalam botol sampel dan diberi label selama 1x24 jam. Selanjutnya,
dilakukan perhitungan telur ikan menurut metode gravimetri.

E. Variabel pengamatan
Variabel pengamatan dibutuhkan dalam memenuhi kriteria aspek biologi
reproduksi ikan antara lain perhitungan rasio kelamin, tingkat kematangan gonad,
indeks kematangan gonad, indeks hepatosomatik dan fekunditas.
13

1. Rasio Kelamin
Rasio kelamin dihitung dengan cara membandingkan jumlah ikan jantan dan
betina (Sinaga et al., 2018) berdasarkan pola 1:1, yang berarti 50% jantan dan 50%
betina (Bal et al., 1984) yang dinyatakan dalam persen dari jumlah individu:
∑𝐽
𝑋=
∑𝐵
Keterangan:
X : Rasio kelamin
∑J : Jumlah ikan jantan
∑B : Jumlah ikan betina
Analisis untuk mengetahui perbandingan kelamin ikan jantan dan betina
digunakan uji chi-kuadrat (X2) (Steel dan Torrie., 1993).
𝑛
2
∑(𝑂𝑖 − 𝐸𝑖 )2
𝑥 =∑
∑ 𝐸𝑖
𝑖=1

Keterangan:
X2 : sebuah nilai bagi peubah acak
Oi: frekuensi ikan jantan dan atau ikan betina yang diamati
Ei: frekuensi harapan, yaitu (ikan jantan + ikan betina) / 2.
Hipotesis :
H0 = Jumlah ikan jantan dan betina tidak berbeda nyata
H1 = Jumlah ikan jantan dan betina berbeda nyata.

2. TKG (Tingkat Kematangan Gonad)


Penentuan tingkat kematangan gonad (TKG) dengan mengetahui morfologi
gonad, mulai dari bentuk, ukuran panjang, warna dan perkembangan isi gonad
(Sunarni et al., 2015).
14

Tabel 2. Tingkat Kematangan Gonad ikan kepik berdasarkan modifikasi Siregar


(1991) dalam Ernawati (2009)
Karakteristik
TKG
Betina Jantan
Gonad membentuk sepasang Gonad ikan membentuk sepasang
benang yang memanjang pada benang yang berukuran lebih
I sisi lateral menuju bagian depan pendek dari ovarium ikan betina
Muda dari rongga peritoneum, pada stadium yang sama dan
memiliki warna bening dan berwarna jernih.
permukaan licin.
II Ukuran gonad lebih besar, Gonad berwarna putih susu dan
Masa berwarna putih kekuningan, terlihat lebih besar dibandingkan
kondisi telur belum dapat dilihat pada gonad tingkat I.
Perkembangan oleh mata telanjang.
Sebagian kecil gonad ikan Sebagian kecil gonad ikan mengisi
mengisi rongga peritoneum, bagian rongga pada peritoneum
III kondisi telur mulai dapat dilihat dengan kondisi gonad memenuhi
Dewasa dengan mata telanjang berupa peritoneum, gonad berwarna putih.
butiran halus, gonad berwarna
kuning kehijauan.
Sebagian besar gonad ikan Ukuran Gonad terlihat lebih besar,
IV mengisi ruang peritoneum, Telur dengan pejal berwarna putih susu
terlihat jelas berbentuk butiran- yang mengisi sebagian besar
Matang
butiran yang jauh lebih besar peritoneum.
dengan warna hijau kecoklatan.
V Gonad sama seperti tingkat IV, Gonad pada bagian anal terlihat
Mijah/ sebagian besar telur telah telah kosong dan kondisi lebih
mengalami proses oviposisi lembut.
Penyusutan dengan kondisi menyusut.

3. IKG (Indeks Kematangan Gonad)


Indeks kematangan gonad dihitung dengan cara membandingkan berat gonad
dan berat tubuh ikan dalam 100 % (Nugraha et al., 2017):
𝐵𝑔
IKG = 𝑥100%
𝐵𝑡
Keterangan:
IKG : Indeks Kematangan Gonad (%)
Bg : Berat Gonad (gram)
Bt : Berat tubuh (gram)

4. IHS (Indeks Hepatosomatik)


Indeks Hepatosomatik dihitung dengan cara membandingkan berat tubuh dan
berat hati serta dinyatakan dalam persen (Tresnati et al., 2018):
15

𝑊ℎ
IHS = 𝑥100%
𝑊
Keterangan:
IHS : Indeks Hepatosomatik (%)
Wh : Berat hati ikan (gram)
W : Berat tubuh ikan (gram)

5. Fekunditas
a. Fekunditas total
Fekunditas total dihitung dengan metode sub contoh berat gonad atau yang
disebut metode gravimetri (Alamsyah et al., 2013) dengan rumus sebagai berikut
(Saputra et al., 2016):
G
Ft = 𝑥𝑁
𝑄
Keterangan:
Ft : Fekunditas total (butir)
G : Berat gonad (gram)
Q : Berat contoh (gram)
N : Jumlah telur setiap gonad contoh (butir)
Hubungan fekunditas dengan berat maupun panjang ikan dinyatakan dalam
persamaan berikut (Gustomi et al., 2016):
W = 𝑎𝐹 𝑏 dan F = 𝑎𝐿𝑏
Keterangan:
W : Berat tubuh ikan (g)
F : Fekunditas (butir)
L : Panjang tubuh ikan (mm)

b. Fekunditas relatif
Fekunditas relatif diperoleh dengan membagi fekunditas mutlak atau total
dengan berat tubuh ikan (gram) selanjutnya dikaitkan dengan panjang total ikan
(mm) dengan rumus sebagai berikut (Jusmaldi et al., 2018):
𝐹𝑡 𝐹𝑡
Fr = dan Fr =
𝑃𝑡 𝐵𝑡
16

Keterangan:
Fr : Fekunditas relatif (butir)
Ft : Fekunditas mutlak/total (gram)
Pt : Panjang tubuh (mm)
Bt : Berat tubuh (gram)
Hubungan koefisien korelasi secara sistematis pada hubungan panjang dan
berat ikan terhadap fekunditas adalah sebagai berikut (Agustiari et al., 2017):
1. r = 0 berarti tidak ada korelasi
2. r > 0 – 0,5 berarti korelasi lemah/rendah
3. r > 0,5 – 0,8 berarti korelasi sedang
4. r > 0,8 – 1 berarti korelasi kuat/tinggi
5. r = 1 berarti korelasi sempurna
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Rasio Kelamin
Ikan patung (Pristolepis grootii) yang diperoleh sebanyak 127 ekor, terdiri
dari 83 ekor jantan dan 44 ekor betina. Selama penelitian rasio kelamin ikan patung
jantan dan betina setiap bulannya bervariasi, dimana pada bulan Januari dan
September 2020 maupun secara keseluruhan menunjukkan jantan lebih dominan
daripada betina. Populasi ikan patung jantan dan betina secara keseluruhan
berdasarkan chi-square (X kuadrat) menunjukkan nilai ×2 hitung (3.38) lebih kecil
dari ×2 tabel (7.81) yang berarti proporsi ikan betina dan ikan jantan seimbang di
Sungai Selambuk.
Tabel 3. Rasio Kelamin ikan patung di Sungai Selambuk dalam periode penelitian
Waktu Jantan Betina Jumlah Rasio Kelamin
Desember 2019 18 14 32 1.3 : 1
Januari 2020 26 10 36 2.6 : 1
Februari 2020 15 11 26 1.4 : 1
September 2020 24 9 33 2.6 : 1
Total 83 44 127 1.9 : 1

2. Tingkat Kematangan Gonad


Selama penelitian diperoleh 127 ekor ikan, dengan tingkat kematangan gonad
I–V. Tingkat kematangan gonad adalah tahap-tahap perkembangan gonad, tahap ini
diklasifikasikan menjadi 5 tahapan mengikuti modifikasi Siregar (1991) dalam
Ernawati (2009).
Tabel 4. Jumlah ikan patung berdasarkan Tingkat Kematangan Gonad Jantan dan
Betina
TKG Jantan TKG Betina
Waktu
I II III IV V Total I II III IV V Total
Desember 2019 5 5 5 3 0 18 5 2 5 2 0 14
Januari 2020 13 10 1 1 1 26 5 4 1 0 0 10
Februari 2020 10 4 1 0 0 15 0 1 4 5 1 11
September 2020 3 13 3 4 1 24 0 2 5 2 0 9
Total 31 32 10 8 2 83 10 9 15 9 1 44

17
18

(a) (a)

(b) (b)

(c) (c)

(d) (d)

(e) (e)

Gambar 4. Morfologi Tingkat Kematang Gonad Ikan jantan dan betina TKG I(a),
TKG II(b), TKG III(c), TKG IV(d) Dan TKG V(e)

Tabel 5. Deskripsi Tingkat Kematangan Gonad ikan patung (Pristolepis grootii)


Karakteristik
TKG
Betina Jantan
Gonad 25% memenuhi ruang Gonad 25% memenuhi ruang yang
I yang membentuk sepasang membentuk sepasang benang,
Muda benang dengan warna trasparan berukuran lebih pendek dengan
dan permukaan licin. warna trasparan.
II Gonad 50% memenuhi ruang Gonad 50% memenuhi ruang yang
Masa yang membentuk pipet dengan membentuk pipet dengan warna
Perkembangan warna bening merah pekat. putih.
III Gonad 75% memenuhi ruang Gonad 75% memenuhi ruang yang
yang membentuk batang kecil membentuk batang kecil dengan
Dewasa
dengan warna kuning keputihan. warna putih.
IV Gonad 100% memenuhi ruang Gonad 100% memenuhi ruang
yang membentuk batang besar yang membentuk batang besar
Matang
dengan warna putih. dengan warna putih susu.
V Gonad telah mengalami proses Gonad telah mengalami proses
Mijah penyusutan. penyusutan.
19

3. Indeks Kematangan Gonad


Secara keseluruhan, Rata- rata IKG ikan jantan 1.03% dengan kisaran 0.14-
5.48% dan betina 2.46% dengan kisaran 0.29-9.63%.
Tabel 6. Indeks Kematangan Gonad Ikan Patung (%)
IKG Jantan IKG Betina
Waktu
Rata-Rata Kisaran Rata-Rata Kisaran
Desember 2019 1.57 0.19-5.48 2.59 0.29-9.63
Januari 2020 0.77 0.17-4.50 1.26 0.47-2.06
Februari 2020 0.74 0.14-1.92 4.19 0.69-9.05
September 2020 1.05 0.25-2.00 1.78 1.06-2.70
Keseluruhan 1.03 0.14-5.48 2.46 0.29-9.63

Data grafik IKG ikan patung menunjukkan hasil yang tidak sejalan, dimana
jantan mengalami penurunan dari bulan Desember 2019 – September 2020. Namun,
pada ikan betina mengalamin perbedaan adanya penurunan dari bulan Desember
2019 – Januari 2020 dan peningkatan kembali pada bulan Februari 2020 secara
signifikan dengan IKG ikan betina (4.19%) lebih besar daripada jantan (0.74%).

IKG Jantan Dan Betina


5.00
4.00
3.00
IKG

2.00 Jantan
1.00
Betina
0.00
Desember 2019 Januari 2020 Februari 2020 September 2020
Bulan

Gambar 5. Indeks Kematangan Gonad Ikan Patung terhadap jantan dan betina

4. Indeks Hepatosomatik
Secara keseluruhan, rata- rata IHS ikan jantan adalah 3.87% dengan kisaran
1.27-9.67% dan betina 4.11% dengan kisaran 1.50-6.80%.
Tabel 7. Indeks Hepatosomatik Ikan Patung (%)
IHS Jantan IHS Betina
Waktu
Rata-Rata Kisaran Rata-Rata Kisaran
Desember 2019 4.06 2.20-7.95 4.48 3.50-6.80
Januari 2020 3.90 1.27-9.67 4.19 2.29-6.25
Februari 2020 3.79 1.77-7.00 3.99 2.71-6.11
September 2020 3.74 0.67-4.00 3.76 1.50-6.13
Keseluruhan 3.87 1.27-9.67 4.11 1.50-6.80
20

Data grafik IHS ikan patung menunjukkan hasil yang sejalan, dimana jantan
dan betina sama-sama mengalami penurunan setiap bulannya dengan IHS ikan betina
lebih besar daripada jantan setiap bulannya.

IHS Jantan Dan Betina


6.00
5.00
4.00
IHS

3.00
Jantan
2.00
1.00 Betina
0.00
Desember 2019 Januari 2020 Februari 2020 September 2020
Bulan

Tabel 6. Indeks Hepatosomatik Ikan Patung terhadap jantan dan betina

5. Fekunditas
Ikan patung yang diperoleh selama penelitian pada tingkat kematangan gonad
III-IV sebanyak 24 ekor. Rata-rata nilai fekunditas total berkisar antara
241.14-4268.98 butir telur. Fekunditas relatif terhadap panjang total ikan berkisar
antara 1.72-28.46 butir/mm dengan kisaran panjang total ikan 100-160 mm.
Fekunditas relatif terhadap berat total ikan berkisar antara 10.96-200.68 butir/g
dengan kisaran berat total ikan 8-32 g.
a. Fekunditas Total

4 Fekunditas Total dan Panjang y = 1.1501x+0.5612


3.5 R² = 0.0195
3
2.5
Log FT

r = 0.1
2 n = 24
1.5
1
0.5
0
1.95 2 2.05 2.1 2.15 2.2 2.25
Log Panjang

Gambar 7. Hubungan Fekunditas Total dengan panjang Ikan Patung

Fekunditas Total dan Berat


4
3.5
3 y = 0.7158x+2.0817
2.5
Log FT

2 R² = 0.0579
1.5 r = 0.2
1 N = 24
0.5
0
0 0.5 1 1.5 2
Log Berat
Gambar 8. Hubungan Fekunditas Total dengan berat Ikan Patung
21

Persamaan regresi fekunditas total terhadap panjang total menunjukkan


y =1.1501x+0.5612 dengan nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0.0195 dan
koefisien korelasi (r) adalah 0.1 tergolong kategori rendah. Persamaan regresi
fekunditas total terhadap panjang total menunjukkan y = 0.7158x+2.0817 dengan
nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0.0579 dan koefisien korelasi (r) adalah 0.2
tergolong kategori rendah.
b. Fekunditas Relatif
Fekunditas Relatif dan Panjang
2
1.8
1.6 y = 0.1501x+0.5612
1.4
Log FR

1.2 R² = 0.0003
1 r = 0.01
0.8
0.6 N = 24
0.4
0.2
0
1.95 2 2.05 2.1 2.15 2.2 2.25
Log Panjang
Gambar 9. Hubungan Fekunditas Relatif dengan panjang Ikan Patung
Fekunditas Relatif dan Berat
2.5
2 y = -0.2842x + 2.0817
Log FR

1.5 R² = 0.0096
1 r = 0.1
0.5 N = 24
0
0 0.5 1 1.5 2
Log Berat
Gambar 10. Hubungan Fekunditas Relatif dengan berat Ikan Patung
Persamaan regresi fekunditas relatif terhadap panjang total menunjukkan
y = 0.1501x+0.5612 dengan nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0.0003 dan
koefisien korelasi (r) adalah 0.01 tergolong kategori rendah. Persamaan regresi
fekunditas relatif terhadap panjang total menunjukkan y = -0.2842x + 2.0817
dengan nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0.0096 dan koefisien korelasi (r)
adalah 0.1 tergolong kategori rendah.

6. Parameter Kualitas Perairan


Parameter kualitas perairan yang diukur yaitu: suhu, DO, pH, kecerahan, dan
arus. Hasil kisaran menunjukan suhu, pH dan kecerahan memenuhi kriteria perairan,
kecuali pada DO dan kecepatan arus.
22

Tabel 8. Kisaran kualitas perairan Sungai Selambuk selama periode penelitian


Baku
Seluruh
Stasiun1 Stasiun 2 Stasiun 3 Mutu Air
Parameter Stasiun
Perikanan
Kisaran Kisaran Kisaran Kisaran Kisaran
Suhu (⁰C) 27-28. 27.8-28.8 27.8-29 27-29 28-32*)
DO (mg/l) 1.23-2.92 1.21-2.56 1.07-2.45 1.07-2.92 >5*)
pH 5.1-5.8 5.1-5.7 5.1-5.7 5.1-5.8 7.0-8.5*)
Kecerahan (cm) 116.7-157.2 113.7-150 111.1-146.6 111.1-157.2 25-40**)
Arus (m/s) 0.04-0.1 0.03-0.1 0.03-0.1 0.03-0.1 0.20-0.50***)

Sumber : *) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 untuk kegiatan budidaya


ikan air tawar (kelas II).
**) Linne (2015)
***) Hasan (2016)

B. Pembahasan
Rasio kelamin merupakan perbandingan antara jumlah jantan dan betina
dalam suatu populasi. Ikan patung (Pristolepis grootii) yang tertangkap di Sungai
Selambuk berjumlah 127 ekor, terdiri dari 83 ekor jantan dan 44 ekor betina. Hasil
uji chi square pada taraf 0.05 menunjukkan ikan jantan dan betina seimbang.
Seimbangnya jumlah ikan jantan dan ikan betina yang tertangkap diduga karena ikan
jantan maupun ikan betina berada pada satu area saat memijah sehingga
menyebabkan peluang tertangkapnya sama (Pratama et al., 2018). Hasil ini, sesuai
dengan penelitian biologi reproduksi ikan sepatung di Sungai Musi (Ernawati et al.,
2009) dan juga pendapat Muslim (2019) yang menunjukkan adanya keseimbangan
jumlah ikan jantan dan ikan betina di habitat yang sama.
Tingkat kematangan gonad adalah tahap tertentu perkembangan gonad
sebelum dan sesudah ikan memijah (Dahlan et al., 2015). Tingkat kematangan gonad
ikan patung jantan dan betina ditentukan melalui pengamatan secara morfologi
dengan modifikasi Siregar (1991) dalam Ernawati (2009). Hasil penelitian
menunjukkan ikan patung tidak matang secara bersamaan, dimana ikan jantan (Bulan
Januari) matang lebih dulu daripada betina (Bulan Februari) yang ditandai dengan
tidak ditemukannya jantan dan betina pada TKG IV dan V setiap bulannya. Menurut
Ernawati (2009), mengemukakan bahwa di daerah tropis, hujan memegang peranan
yang sangat penting dalam mengatur tingkat-tingkat (fase) reproduksi. Hal ini
dipengaruhi musim pada waktu pengambilan sampel ikan patung yaitu musim
23

peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan, sehingga ikan tidak dalam masa
memijah. Ikan sepatung termasuk jenis ikan memijah di rawa-rawa dan setelah
selesai melakukan pemijahan, ikan akan kembali ke sungai. Tipe pemijahan seperti
ini sangat dipengaruhi oleh musim kemarau dan ketinggian permukaan air. Secara
morfologi, TKG ikan patung sudah dapat ditentukan dengan mengklasifikasikan
TKG I-V. Pada TKG I dan II sebagian ikan yang tertangkap masih berukuran kecil
dan belum mencapai fase dewasa, sehingga belum memungkinkan untuk
berkembangnya gonad. Ketika TKG III dan IV diduga hasil tertangkap ikan sudah
berukuran cukup besar, mencapai fase dewasa dan memungkinkan untuk
perkembangan gonad. Pada TKG V, ikan sudah melakukan pemijahan dan kembali
lagi ke TKG II ditandai dengan gonad ikan mengalami penyusutan disertai kerutan.
Indeks kematangan gonad merupakan nilai dalam persen dari perbandingan
antara berat gonad dengan berat tubuh ikan (Suhendra et al., 2017). Indeks
kematangan gonad (IKG) merupakan suatu informasi untuk mengetahui perubahan
yang terjadi dalam gonad secara kuantitatif. Indeks kematangan gonad ikan patung
bervariasi setiap bulan, dengan kisaran ikan jantan 0.14-5.48% dan betina 0.29-
9.63%. Nilai indeks kematangan gonad ikan patung betina (2.46%) lebih besar
dibandingkan ikan jantan (1.03%). Hasil ini, sesuai dengan penelitian biologi
reproduksi ikan sepatung di Sungai Musi (Ernawati et al., 2009) yang menunjukkan
IKG ikan patung betina lebih besar dibandingkan ikan jantan. Menurut Auliyah
(2018), besarnya IKG ikan betina disebabkan pertambahan berat ovarium selalu lebih
besar daripada penambahan berat testis. Pada umumnya pertambahan berat gonad
pada ikan betina berkisar 10-25% dari berat tubuhnya, sedangkan pada ikan jantan
berkisar 10- 15% (Effendie, 2002) atau 5-10% dari berat tubuhnya (Tang et al.,
2001). Indeks kematangan gonad (IKG) ikan patung tertinggi terjadi pada bulan
Februari. Menurut Jusmaldi (2018), nilai puncak pada kurva IKG menunjukkan
bahwa energi sebagian besar digunakan untuk pertumbuhan sel somatik dan
reproduksi. Hal ini sesuai dengan nilai persentase TKG IV dan V tertinggi pada ikan
patung betina yang ditemukan pada bulan Februari saat terjadinya musim penghujan.
Menurut Effendie (2002), IKG akan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat
kematangan gonad, mencapai maksimum pada saat terjadi pemijahan dan akan
menurun setelah ikan selesai memijah. IKG yang didapatkan selama penelitian
24

dibawah 20%, hal ini sesuai dengan pernyataan Fatah (2013), yang menyatakan
bahwa ikan yang mempunyai nilai IKG < 20% adalah kelompok ikan yang dapat
memijah lebih dari satu kali pada setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa
ikan patung merupakan kelompok ikan yang bernilai IKG kecil, sehingga
dikategorikan sebagai ikan yang dapat memijah lebih dari satu kali dalam setiap
tahunnya.
Indeks hepatosomatik merupakan persentase perbandingan antara berat hati
dengan berat tubuh yang menggambarkan proses metabolisme di hati (Sadekarpawar
et al., 2013). Saat proses reproduksi, sebelum terjadi pemijahan sebagian besar hasil
metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad, dimana bertambahnya berat
diimbangi dengan bertambah besar ukuran ikan (Effendie, 2002). IHS ikan patung
bervariasi setiap bulan, dengan kisaran ikan jantang 1.27-9.67% dan betina 1.50-
6.80%. Hubungan IKG dan IHS menunjukan kesamaan, dimana Indeks
Hepatosomatik ikan patung betina (4.11%) lebih besar dibandingkan ikan jantan
(3.87%), artinya sebagian besar energi pada ikan betina lebih banyak dipakai untuk
reproduksi. Besarnya nilai IHS ikan patung betina terhadap jantan dikarenakan pada
saat proses perkembangan dan pematangan gonad ikan, sebagian besar energi
pertumbuhan akan dialihkan dari perkembangan sel somatik menjadi pertumbuhan
sel gamet (Ma’ruf et al., 2019), konversi energi ini sebagian menggunakan energi
cadangan yang ada di hati (Fani et al., 2015).
Fekunditas merupakan semua telur yang akan dikeluarkan pada waktu
pemijahan (Dahlan et al., 2015). Rata-rata nilai fekunditas total ikan patung berkisar
antara 241.14-4268.98 butir tergolong sedang. Menurut Patrick (2010) fekunditas
ikan digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu: rendah (>100 butir), sedang (>1000 butir)
dan tinggi (>10.000 butir). Fekunditas ikan berkisar antara 1.72-28.46 butir/mm
dengan kisaran panjang total ikan 100-160 mm. Fekunditas relatif ikan berkisar
antara 10.96-200.68 butir/g dengan kisaran berat total ikan 8-32 g. Menurut
Djuhanda (1981), bahwa besar dan kecilnya fekunditas sangat dipengaruhi oleh
makanan, ukuran ikan, dan kondisi lingkungan.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak erat
antara fekunditas total terhadap panjang dan berat total tubuh ikan, serta fekunditas
relatif terhadap panjang dan berat total tubuh ikan terlihat dari hasil koefisien
25

korelasi dan determinasi yang kecil. Rendahnya korelasi ini diduga disebabkan
karena ikan memiliki ukuran panjang dan berat tubuh yang hampir sama bahkan
sebagian besar memiliki ukuran yang sama dengan fekunditas (Harianti., 2013)
dengan kurva yang didapatkan berbentuk linear artinya jumlah ikan betina yang
menjadi sampel terbatas (Soekiswo et al., 2014). Hubungan linier antara fekunditas
total dengan panjang tubuh ikan, fekunditas total dengan berat tubuh ikan, fekunditas
relatif dengan panjang tubuh ikan dan fekunditas relatif dengan berat tubuh ikan
mengindikasikan bahwa jumlah telur di dalam ovarium mengikut secara proporsional
terhadap keenam variabel. Hal ini didukung oleh pernyataan Agustiari (2017), yang
menyatakan bahwa jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan akan meningkat sejalan
dengan semakin besarnya gonad. Menurut Wigati (2013), bahwa Nilai determinasi
yang cenderung kecil tidak dapat dijadikan penduga fekunditas.
Pengamatan parameter lingkungan di Sungai Selambuk merupakan faktor
pendukung yang penting di perairan selama penelitian dengan memperhatikan suhu,
pH, DO, Kecerahan dan Kecepatan arus. Hasil kisaran menunjukkan suhu, pH dan
kecerahan memenuhi kriteria perairan, kecuali pada DO dan kecepatan arus. Suhu
perairan optimal memegang peran penting dalam mempengaruhi derajat metabolisme
dalam tubuh ikan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 untuk
kegiatan budidaya ikan air tawar (kelas II), suhu optimal untuk perairan berkisar
antara 28-32˚C. Hasil penelitian menunjukan bahwa suhu pada perairan Sungai
Selambuk berkisar antara 27-29˚C artinya suhu baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan ikan patung. Hal ini, sesuai dengan pernyataan Muslim (2019), bahwa
suhu 25-32 ˚C tergolong baik untuk ikan patung di perairan. Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 untuk kegiatan budidaya ikan air tawar (kelas II),
DO perairan yang optimal untuk perikanan adalah >5 mg/l. Nilai DO yang diperoleh
selama penelitian di Sungai Selambuk jauh lebih rendah berkisar antara 1.07-2.92
mg/l. Hal ini, berbeda dengan pernyataan Muslim (2019), bahwa DO 3.44-65.6 mg/l
tergolong baik untuk ikan patung di perairan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor
82 Tahun 2001 untuk kegiatan budidaya ikan air tawar (kelas II), pH optimal untuk
ikan berkisar 7.0-8.5. Nilai pH yang diperoleh selama penelitian di perairan Sungai
Selambuk berkisar antara 5.1-5.8, kondisi ini tergolong baik bagi ikan. Hal ini, sesuai
dengan pernyataan Muslim (2019), bahwa pH 4.5-6.9 tergolong baik untuk ikan
26

patung di perairan dimana, ikan patung dapat hidup di habitat perairan dengan
kualitas air terutama oksigen terlarut dan keasaman (pH) rendah, bahkan dapat hidup
di lingkungan yang ekstrim seperti lahan rawa gambut.
Pada perairan alami kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan
aktivitas fotosintesis. Menurut Linne (2015), kisaran kecerahan perairan yang
optimal untuk air tawar 25-40 cm. Pengukuran kecerahan air di Sungai Selambuk
berkisar antara 111.1-157.2 cm, hal ini menunjukkan perairan tersebut tergolong
tinggi untuk ikan patung. Hal ini, berbeda dengan pernyataan Muslim (2019), bahwa
kecerahan 20-50 cm tergolong baik untuk ikan patung di perairan. Kecerahan yang
tinggi merupakan syarat untuk berlangsungnya proses fotosintesis oleh fitoplankton.
ketika fitoplanton tergangunggu yang disebabkan oleh kekurangan cahaya tentunya
organisme diatasnya ikut terganggu. Kondisi perairan yang kecerahanya rendah dan
kecerahannya yang terlalu tinggi akan menurunkan kelimpahan zoobenthos di
perairan (Goldman, 1984). Menurut Hasan (2016), kisaran kecepatan arus perairan
yang optimal untuk air tawar 0.20-0.50 m/s. Nilai kecepatan arus yang diperoleh
selama penelitian di Sungai Selambuk berkisar antara 0.03-0.1 m/s tergolong sangat
rendah. Pembagian kategori kecepatan arus di dasari oleh Dharmawibawa (2014)
bahwa perairan yang mempunyai arus > 1 m/s di kategorikan sebagai arus sangat
deras, perairan dengan arus > 0.5-1 m/s dikategorikan sebagai arus deras, kecepatan
arus 0.25-0.5 m/s dikategorikan arus sedang, kecepatan arus 0.1-0.25 m/s di
kategorikan arus lambat dan kecepatan arus < 0.1 dikategorikan sebagai arus sangat
lambar. Kecepatan arus mempengaruhi keberadaan dan komposisi makrozoobenthos
secara tidak langsung mempengaruhi substrat dasar perairan. Menurut Juita (2019),
Sungai dengan arus air yang cepat, substrat dasarnya terdiri dari batuan dan kerikil
sedangkan sungai dengan arus air yang lambat substrat dasarnya terdiri dari pasir
atau lumpur.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian biologi reproduksi ikan patung (P. grootii)
memiliki kesimpulan sebagai berikut:
1. Rasio kelamin ikan patung secara keseluruhan menunjukkan perbandingan 1.9:1,
dengan proporsi ikan jantan dan betina seimbang di perairan.
2. Tingkat Kematangan Gonad ikan patung jantan dan betina di klasifikasikan
menjadi 5 tingkatan yaitu: TKG I (Muda), II (Masa Perkembangan), III
(Dewasa), IV (Matang) dan V (Pemiijahan).
3. Indeks Kematangan Gonad ikan patung betina (2.46%) lebih besar dibandingkan
ikan jantan (1.03%), dimana gonad ikan betina lebih berkembang dibandingkan
ikan jantan.
4. Indeks Hepatosomatik ikan patung betina (4.11%) lebih besar dibandingkan ikan
jantan (3.87%), artinya sebagian besar energi pada ikan betina lebih banyak
dipakai untuk reproduksi.
5. Fekunditas total ikan patung betina secara keseluruhan berkisar antara 241.14-
4268.98 butir telur dengan kisaran panjang total antara 100-160 mm dan berat 8-
32 g. Fekunditas ikan patung memiliki hubungan yang tidak erat dengan panjang
total dan berat total.

B. Saran
Penelitian lebih lanjut mengenai biologi reproduksi ikan patung diharapkan
dapat berjalan pada jangka waktu yang lebih lama, agar diperoleh data yang lebih
lengkap terkait biologi reproduksi ikan patung. Penangkapan ikan patung harus
dengan pengelolaan yang didasari oleh informasi beberapa aspek reproduksi,
sehingga sumber daya ikan patung di Sungai Selambuk dapat stabil dan
berkelanjutan.

27
DAFTAR PUSTAKA

Agustiari, A. M. S. W. Saputra dan A. Solichin. 2017. Beberapa aspek biologi ikan


swanggi (Priacanthus tayenus) yang didaratkan di PPP Tawang Kabupaten
Kendal. Journal of maquares, 6 (1): 33-42.

Alamsyah, A. S. L Sara, dan A Mustafa. 2013. Studi biologi reproduksi ikan kerapu
sunu (Plectropomus areolatus). Jurnal Mina Laut Indonesia, 01(01): 73-83.

Alawi, H. N Aryani dan N Asiah. 2015. Pengaruh kadar protein pakan terhadap
penampilan pertumbuhan, kematangan gonad dan fekunditas ikan katung
(Pristolepis grooti Bleeker) matang gonad pertama. Jurnal Akuakultur
Indonesia, 3(1): 10-22.

Anonimus. 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 untuk kegiatan


budidaya ikan air tawar (kelas II). PP No. 82 Tahun 2001, Indonesia.

Asriyana, dan L. Sara. 2013. Beberapa aspek biologi reproduksi ikan Siro (Sardinella
longiceps Val.) di Perairan Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara. Jurnal
Iktiologi Indonesia, 13(1):1-11.

Asyari dan Khoirul Fatah. 2011. Kebiasaan makan dan biologi reproduksi ikan
motan (Thynnichthys polylepis) di Waduk Koto Panjang, Riau. BAWAL, 3(4):
1-10.

Auliyah, N. dan M. Y. U. P. Olii. 2018. Hubungan Tingkat Kematangan Gonad


(TKG) dan Fekunditas Ikan Huluu (Gurius margaritacea). Gorontalo
Fisheries Journal, 1(2): 22-29.

Bal, D. V. and K. V. Rao. 1984. Marine Fisheries. Tata Mc Graw-Hill Publishing


Company Limited. New Delhi. 470 hal.

Chadijah, A. 2014. Studi pendahuluan biologi reproduksi ikan belut (Monopterus


albus zuiew, 1793) di Danau Sidenreng Kabupaten Sidenreng Rappang.
jurnal ilmu perikanan, 3(1): 228-235.

Chahyadi, E. dan Windarti. 2016. Studi Pola Lingkaran Pertumbuhan Otolith pada
Ikan Katung (Pristolepis grooti) yang Ditangkap di Hilir Sungai Siak
Provinsi Riau. Jurnal perikanan dan kelautan, 21 (1): 39-46.

Dahlan, M. A. S B A Omar, J Tresnati, M Nur, dan M T Umar. 2015. Beberapa


aspek reproduksi ikan layang deles (Decapterus macrosoma BLEEKER,
1841) yang tertangkap dengan bagan perahu di Perairan Kabupaten Barru,
Sulawesi Selatan. Jurnal IPTEKS PSP, 2(3): 218-227.

28
29

Dewantoro, E. H Yanto, E I Raharjo dan A L Juniandy. 2019. Aspek biologi


reproduksi ikan kebali (Osteochilus schlegelii) dari sungai kapuas dan sungai
sekayam kalimantan barat. Jurnal Ruaya, 7(1): 70-78.Effendie, M. I. 1997.
Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.

Dharmawibawa, I. D. Hunaepi dan H. Fitriani3. 2014. Analisis kualitas air sungai


ancar dalam upaya bioremidiasi perairan. Jurnal Pengkajian Ilmu dan
Pembelajaran, 2(2): 101-120.

Djuhanda, T. 1981. Dunia ikan. Bandung: Armico.

Effendie, M. I. 2002. Biologi perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.

Ernawati, Y. S N Aida dan H. A. Juwaini. 2009. Biologi reproduksi ikan sepatung,


Pristolepis grootii Blkr. 1852 (Nandidae) di Sungai Musi. Jurnal Iktiologi
Indonesia, 9(1):13-24.

Fani, A. R. U. Bijaksana dan A. Murjani. 2015. Intervensi follicle stimulating


hormone (FSH) dalam proses rematurasi induk ikan gabus haruan Channa
striata blkr di dalam wadah budidaya. Fish Scientiae, 5(9): 1-14.

Fatah, K. dan S Adjie. 2013. Biologi reproduksi ikan betutu (Oxyeleotris marmorata)
di Waduk Kedung Ombo Provinsi Jawa Tengah. Bawal, 5 (2): 89-96.

Goldman, C. R. and A. J. Horne. 1984. Limnology. Tokyo: Mc.Graw Hill.


International BookCompany.

Gustomi, A. Sulistiono dan Yonvitner. 2016. Biologi Reproduksi Ikan Belida


(Notopterus notopterus (Pallas 1769) di Kolong-Bendungan Simpur, Pulau
Bangka. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 21(1): 5662.

Harianti. 2013. Fekunditas dan diameter telur ikan Gabus (Channa Striata BLOCH,
1793) di Danau Tempe, Kabupaten Wajo. Jurnal Saintek Perikanan, 8(2):18-
24.

Hasan, H. E. Prasetio dan S. Muthia. 2016. Analisis kualitas perairan Sungai


Ambawang di Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya untuk
budidaya perikanan. Jurnal Ruaya, 4(2): 34-40.

Hasibuan, J S. M Boer, dan Y Ernawati. 2018. Hubungan Panjang Bobot dan Potensi
Reproduksi Ikan Kurau (Polynemus dubius Bleeker, 1853) di Teluk
Palabuhanratu. Jurnal Pengelolaan Perikanan Tropis, 2(1): 37-42.

Helmizuryani. 2013. Analisis biologi reproduksi ikan betok (Anabas testudineus)


dari perairan alami. Fiseries, 2(1): 35-39.
30

Jan, M. dan I Ahmed. 2016. Assessment of fecundity, gonadosomatic index and


hepatosomatic index of snow trout, Schizothorax plagiostomus in river
Lidder, from Kashmir Himalaya, India. International Journal of Fisheries
and Aquatic Studies, 4(2): 370-375.

Juita, R. dan Mawardi. 2019. Analisis kualitas sungai batanghari aliran sungai dareh
kecamatan pulau punjang ditinjau dari sedimennya. Journal of Residu, 3(16):
64-69.

Jusmaldi, D D Solihin, R Affandi, MF Rahardjo dan R Gustiano. 2018. Biologi


reproduksi ikan Lais Ompok miostoma (Vaillant 1902) di Sungai Mahakam
Kalimantan Timur. Jurnal Iktiologi Indonesia, 19(1): 13-29.

Karyaningsih, S. 2008. Kajian fekunditas dan daya tetas telur ikan Betutu
(Oxyeleotris marmorata) pada wadah pemijahan yang berbeda. Berita
biologi, 9(2):163-168.

KepMen-LH No. 51. 2004. Baku mutu air laut. Jakarta: Kementerian Lingkungan
Hidup Republik Indonesia.

Kottellat M., A. Whitten, S.N Kartikasari, dan S. Wirjoatmojo. 1993. Freshwater


Fish cf Western Indonesia and Sulawesi. Periplus edition limited.

Kusmini, I. I, F. P. Putri, dan V. A. Prakoso. 2016. Bioreproduksi dan hubungan


panjang berat terhadap fekunditas pada ikan Lalawak (Barbonymus
balleroides). Jurnal Riset Akuakultur, 11(4):339-345.

Linne, E. R. D. A. Suryanto dan M. R. Muskananfola. 2015. Tingkat kelayakan


kualitas air untuk kegiatan perikanan di Waduk Pluit, Jakarta Utara.
Diponegoro Journal Of Maquares, 4(1): 35-45.

Lisna. 2016. Aspek Biologi Reproduksi Ikan Tambakan (Helostoma temminckii) di


Perairan Umum Kecamatan Kumpeh Ulu Kabupaten Muaro Jambi.
Biospecies, 9(1): 15-22.

Ma’ruf, M. M. A. F. Syarif dan E. Bidayani. 2019. Performa reproduksi ikan betok


(Anabas testudineus) betina dengan pemberian pakan buatan berbahan baku
tepung keong mas (Pomacea canaliculata). Jurnal Perikanan, 9(1): 30-49.

Masuku. M. A. 2013. Studi aspek bioreproduksi ikan lolosi biru (C. caerulaureus)
yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Ternate. Jurnal Ilmiah
agribisnis dan perikanan, 6(2): 58-65.

Muslim, M. H. A. Sahusilawane, B. Heltonika, R. Rifai, W. W. Wardhani, dan E.


Harianto. 2019. Mengenal ikan sepatung (Pristolepis grootii), spesies asli
31

Indonesia, kandidat komoditi akuakultur. Jurnal akuakultur sungai dan


danau, 4(2): 40-45.

Nugraha, M R. Anhar S dan B Hendrarto. 2017. Aspek reproduksi ikan Wader Ijo
(Ostheochilus hasselti) di danau Rawa Pening Ambarawa, Kabupaten
Semarang. Journal Of Maquares, 6(1): 77-86.

Patrick, W. S. Paul S. Jason L. Jason C. John F. Donald K. Peter L. Todd G. Enric C.


Olav O. Keith B. William O. 2010. Using productivity and susceptibility
indices to assess the vulnerability of United States fish stocks to overfishing.
Fish bull, 108: 305–322.

Pratama, R. Jusmaldi dan N. Hariani. 2018. Pola pertumbuhan, faktor kondisi dan
habitat ikan tewaring Barbodes binotatus (valenciennes, 1842) di Sungai
Hutan Berambai Samarinda. Bioprospek 13(1):40-49.

Prianto, E, M. M. Kamal, I. Muchsin dan E. S. Kartamihardja. 2014. Aspek biologi


reproduksi Betok (Anabas testudineus) di Paparan Banjiran Lubuk Lampam
Kabupaten Ogan Komering Ilir. BAWAL, 6(3): 137-146.

Prianto, E, M. M. Kamal, I. Muchsin dan E. S. Kartamihardja. 2015. Aspek biologi


reproduksi ikan Baung (Hemibagrus nemurus) di Paparan Banjiran Lubuk
Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir. BAWAL, 7(3):137-146.

Rochmatin, S Y. Anhar S dan Suradi W S. 2014. Aspek pertumbuhan dan reproduksi


ikan Nilem (Osteochilus hasselti) di perairan Rawa Pening Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang. Management of aquatic resources, 3(3):153-
159.

Sadekarpawar, S. and P. Parikh. 2013. Gonadosomatic and Hepatosomatic Indices of


Freshwater Fish Oreochromis mossambicus in Response to a Plant Nutrient.
World Journal of Zoology, 8 (1): 110-118.

Safarini, D. dan A Mashar. 2017. Kematangan Gonad dan Potensi Reproduksi Ikan
Banyar (Rastrelliger kanagurta, Cuvier 1817). Jurnal Pengelolaan Perikanan
Tropis, 1(1): 1-66.

Sangadji, M. 2014. Biologi ikan selar (Selar crumenophthalmus BLOCH, 1793) di


Perairan Selat Haruku Kab. Maluku Tengah. Jurnal Ilmiah agribisnis dan
Perikanan, 7(2): 46-50.

Saputra, Y H. M. Syahrir R, dan A Aditya B. 2016. Biologi reproduksi ikan Jelawat


(Leptobarbus hoevenii, Bleeker 1851) di Rawa Banjiran Sungai Mahakam
Kecamatan Muara Wis Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan
Timur. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis, 21(2): 48–54.
32

Sari, M R. Windarti dan Sukendi. 2017. Manipulasi fotoperiod untuk memacu


perkembangan gonad ikan Selais (Ompok hypopthalmus). Berkala Perikanan
Terubuk, 4(1): 112 – 124.

Sinaga, F. F F Tilaar, dan N. E. Bataragoa. 2018. Karakteristik reproduksi ikan Selar


Kuning Selaroidae leptolepis (CUVIER, 1833) di Perairan Teluk Manado.
Jurnal Ilmiah Platax, 6(2): 46-57.

Soekiswo, Y. A. N. Widyorini dan A. Solichin. 2014. Aspek biologi ikan mendo


(Acentrogobius sp) di Waduk Malahayu Kabupaten Brebes. Diponegoro
Journal of Maquares, 3(4): 154-160.

Steel RGD dan Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Sumantri B,
penerjemah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari:
Principle and Statistics Procedure.

Suhendra, C. E Utami, dan Umroh. 2017. Biologi reproduksi ikan keperas


(Cyclocheilichthys Apogon) di Perairan Sungai Menduk Kabupaten Bangka.
Akuatik, 11(1): 1-11.

Sukmono, T. dan M. Margaretha. 2017. Ikan Air Tawar di Ekosistem Bukit


Tigapuluh. Jambi: Yayasan Konservasi Ekosistem Hutan Sumatera dan
Frankfurt Zoological Society.

Sunarni. 2015. Aspek reproduksi ikan Blodok (b. Boddarti) di perairan kabupaten
Merauke. Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan, 8(2): 8-12.

Susanto dan S N Fadlilah. 2017. Profil Reproduksi Ikan di Sungai Logawa Wilayah
Kabupaten Banyumas. SAINTEKS, 14(2): 95-103.

Tarigan A, D. Bakti dan Desrita. 2017. Tangkapan dan tingkat kematangan gonad
Ikan selar kuning (Selariodes leptolepis) di Perairan Selat Malaka. Acta
Aquatica, 4(2): 44-52.

Tang, U. M. dan R. Affandi. 2001. Biologi Reproduksi Ikan. Pekanbaru: Pusat


Penelitian Kawasan Pantai dan Perairan Universitas Riau.

Tresnati, J. M T Umar, dan Sulfirayana. 2018. Perubahan hati terkait pertumbuhan


oosit ikan sebelah (Psettodes erumei). Jurnal Pengelolaan Perairan, 1(1): 31-
36.

Widiyastuti, H. dan A Zamroni. 2017. Biologi reproduksi ikan malalugis


(Decapterus macarellus Cuvier, 1833) di Teluk Tomini. Bawal, 9 (1): 63-71.
33

Wigati, K.N, dan Syafei, L.S. 2013. Biologi reproduksi ikan belanak (Moolgarda
engeli, bleeker 1858) di Pantai Mayangan Jawa Barat. Jurnal Iktiologi
Indonesia. 13(2): 125-132.

Yuniar, I. 2012. Biologi Reproduksi Ikan. Surabaya: Hang Tuah University Press.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

34
35

Lampiran 2. Peta Titik Pengambilan Sampling


36

Lampiran 3. Morfologi Ikan Patung

Gonad jantan Gonad betina

Gambar 11. Ikan patung jantan Gambar 12. Ikan patung betina

Gambar 13. Panjang ikan patung


Gambar 14. Berat ikan patung

Gambar 15. Berat hati ikan patung Gambar 16. Berat gonad ikan patung
37

Lampiran 4. Hasil Chi Square pada Rasio Kelamin


38

Lampiran 5. IKG dan IHS ikan patung


a. IKG dan IHS ikan patung jantan

b. IKG dan IHS ikan patung betina


39

Lampiran 6. Fekunditas ikan patung


40

Lampiran 7. Fekunditas total dan relatif terhadap panjang dan berat ikan patung
a. Fekunditas total terhadap panjang

b. Fekunditas total terhadap berat


41

c. Fekunditas relatif terhadap panjang

d. Fekunditas relatif terhadap berat

Anda mungkin juga menyukai