Oleh :
Elpa Zuzana
202 09 11 008
Elpa Zuzana
NIM. 2020911008
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi
Nama
: Elpa Zuzana
Nim
: 202 09 11 008
Skripsi ini, telah disidangkan di hadapan majelis penguji pada Hari Senin, tanggal
26 Agustus 2013 dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Perikanan (Strata 1) pada Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung.
Mengesahkan,
Tim Pembimbing:
1. Suci Puspita Sari, S.Si., M.Si
2. Umroh, S.T., M.Si
Pembimbing I ()
Pembimbing II ()
Majelis Penguji
1. Suci Puspita Sari, S.Si., M.Si
Ketua
()
Anggota
()
Anggota
()
Anggota
()
Pjs Dekan
Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi
Universitas Bangka Belitung
Balunijuk......September 2013
Pjs Ketua Jurusan
Manajemen Sumberdaya Perairan
iii
ABSTRAK
ELPA ZUZANA (202 0911 008). Analisis Perbedaan Warna Cahaya LACUDA
Pada Hasil Tangkapan Nelayan Bagan. (Pembimbing : SUCI PUSPITA SARI
dan EVA UTAMI).
Cahaya merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
kegiatan penangkapan ikan dengan bagan tancap yang beroperasikan pada malam
hari. Penggunaan lampu yang terletak di atas permukaan kurang efektif dalam
pengunaannya karena cahaya yang masuk terpantul oleh gelombang dan terserap
oleh udara. Lampu Celup Dalam Air (LACUDA) merupakan solusi dalam
penggunaan alat tangkap bagan, karena cahaya yang masuk tidak ada yang
terpantul oleh gelombang dan diserap oleh udara. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui komposisi hasil tangkapan pada bagan tancap dengan LACUDA
menggunakan warna cahaya putih dan biru, serta menganalisis perbedaan warna
putih dan biru LACUDA terhadap hasil tangkapan ikan di bagan tancap.
Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2013, di Desa Kurau, Bangka Tengah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh warna cahaya terhadap
hasil tangkapan pada bagan tancap. Hasil tangkapan cahaya warna putih lebih
banyak yaitu 39,5 kg, dan warna biru yaitu 27,1 kg.
Kata kunci: LACUDA, Bagan Tancap, Warna Cahaya LACUDA
iv
ABSTRACT
ELPA ZUZANA (202 0911 008). LACUDA light color differences analysis
towards liftnet catch result. (Supervised : SUCI PUSPITA SARI and EVA
UTAMI).
Light is one of the factors that determine the success of fishing activities
by liftnet gear operated at night. The use of lights located above the surface is less
effective in its use because of the incoming light is reflected and absorbed by the
air waves. Lights Submersible In Water is a solution in the use of fishing gear
liftnet, because there is no incoming light reflected by the wave and absorbed by
the air. This study aims to determine the composition of the catch in the liftnet by
LACUDA using light colors white and blue, as well as to analyze the differences
in white and blue LACUDA to catch fish in the liftnet. The study was conducted in
March 2013, in the village of Kurau, Bangka Tengah. The results showed that
there are significant color catches the light to liftnet. The catch more white light is
39.5 kg, and 27.1 kg that is blue.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan izinNya penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul
Analisis Perbedaan Warna Cahaya LACUDA Terhadap Hasil Tangkapan
Nelayan Bagan . Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang tak terhingga kepada orang tua tercinta Bapakku Jemaun dan Ibuku
Saina atas doa, dukungan, kasih sayang dan materil yang tak terhingga diberikan
kepada penulis. Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1.
Bapak Dr. Eddy Nurtjahya, M.Sc Dekan Fakultas Pertanian, Perikanan dan
Biologi.
2. Ibu Suci Puspita Sari, S.Si, M.Si, Sebagai pembimbing I dan Ibu Eva Utami,
S.Si., M.Si sebagai dosen pembimbing II yang telah meluangkan banyak
waktu, tenaga, pikiran dan kritik saran demi kesempurnaan penelitian skripsi
ini.
3. Seluruh dosen S1 Manajemen Sumberdaya Perikanan turut membatu
menyumbangkan pikiran dan kritik saran demi kesempurnaan skripsi ini :
Bapak Sudirman Adibrata, ST., M.Si, Ibu Umroh, S.T, M.Si, Ibu Dwi
Rosalina, S.Si., M.Si, Bapak Wahyu Adi, S.Pi., M.Si, Bapak Indra Ambalika
Syari, S.Pi, Bapak Khoirul Muslih, S.Pi dan Bapak Rizza Muftiadi, S. Si.
4. Keluarga besarku yang selalu mendoakan, memberikan saran serta dukungan
dan motivasi yang sangat berarti.
5. Sahabat-sahabat terbaikku dan teman-teman seperjuangan selama menjalani
kuliah, Yuyun, Sofyan, Tiko, Usman, Elara, Lani, Novi, Wazi, Sawa, Okta,
Andri, Winto, Suanto, Amin, Handoko, Awalul, Bahar, Rio, faisal, Hema,
Hardianty, Tria, Ilvan,, Abie, Windah, , Emi, Nurul dan Topan.
6. Mang Asok sebagai pemilik Bagan yang selama ini telah banyak membantu
dalam penelitian, memberikan izin dan saran atas kelancaran penelitian.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan didalam skripsi ini,
kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan agar skripsi ini lebih
baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
vi
7.
8.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................
ii
iii
ABSTRAK .................................................................................................
iv
ABSTRACT ..............................................................................................
vi
vi
viii
xii
I.
PENDAHULUAN ..............................................................................
1
2
2
3
3
4
5
7
7
7
7
7
7
7
8
8
8
8
9
9
9
9
viii
10
11
18
18
18
19
LAMPIRAN ..............................................................................................
21
27
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Parameter Fisika dan Kimia Perairan ......................................... 13
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Ilustrasi Pengoperasian LACUDA ..........................................
12
12
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
21
22
23
25
26
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pemanfaatan sumberdaya perikanan, khususnya perikanan tangkap, sampai
saat ini masih didominasi oleh usaha perikanan rakyat yang umumnya memiliki
karakteristik skala usaha kecil, menggunakan teknologi yang sederhana, dengan
area penangkapan yang terbatas di sekitar pantai dan produktivitas yang relatif
masih rendah. Salah satu desa pesisir yang memiliki karakteristik demikian adalah
Desa Kurau Kecamatan Koba Bangka Tengah. Alat tangkap di desa ini dibagi
dalam 3 kelompok alat tangkap yaitu bagan apung, bagan tancap, dan pancing
(kecamatan Koba dalam angka, 2012).
Desa Kurau memiliki wilayah yang masih alami dan belum terdapat
kegiatan penambangan di laut dan sebagian besar masyarakatnya berprofesi
sebagai nelayan bagan. Nelayan bagan pada umumnya, menggunakan cahaya
lampu berwarna putih sebagai alat bantu untuk melakukan penangkapan ikan
berupa teri, tamban, cumi-cumi, tongkol, tenggiri, selar, pepetek dan lainnya.
Lampu yang digunakan oleh nelayan bagan terletak di atas permukaan air.
Penggunaaan lampu yang terletak di atas air memerlukan waktu yang lama untuk
menarik perhatian ikan berkumpul dan kurang efisien dalam penggunaan cahaya.
Cahaya yang dipancarkan akan menyebar di permukaan perairan sehingga ikan
yang naik ke permukaan akan berpencar dan setelah ikan berkumpul karena
tertarik oleh sumber cahaya di atas permukaan air, akan sulit untuk menjaga ikan
tetap tenang karena pantulan cahaya pada permukaan air yang terus bergerak.
Sebagian dari cahaya akan diserap oleh udara, terpantul oleh permukaan
gelombang dan diserap oleh air.
Keuntungan Lampu yang terletak di dalam air adalah waktu yang
diperlukan untuk menggumpulkan ikan lebih sedikit dan cahaya tidak ada yang
terpantul dan terserap oleh udara (Ayodhyoa, 1976 dalam Sudirman dan Mallawa,
2004).
Berdasarkan hasil penelitian Adinda, (2011) dan Hamzah, (1993) yang
menggunakan lampu yang terletak di atas permukaan air menunjukkan bahwa
warna yang baik untuk penangkapan ikan di bagan ialah biru, sehingga perlu
adanya penelitian tentang penggunaan lampu yang terletak di bawah air dengan
penggunaan warna cahaya yang berbeda yaitu warna biru yang merupakan warna
yang terbaik berdasarkan hasil penelitain sebelumnya dan putih sebagai
pembanding yang biasa digunakan oleh nelayan.
Lampu Celup Dalam Air (LACUDA) merupakan salah satu solusi untuk
permasalahan nelayan bagan yang menggunakan lampu di atas permukaan air.
LACUDA ini memiliki keunggulan cahaya terserap seluruhnya oleh perairan
karena tidak ada yang memantul ataupun diserap oleh udara sehingga ikan-ikan
yang bergerak menuju sumber cahaya akan berkumpul dan tidak berpencar. Akan
tetapi, belum pernah dilakukan uji coba LACUDA di Desa Kurau sehingga
dibutuhkan penelitian tentang LACUDA. Penggunaan LACUDA dengan
perbedaan warna cahaya belum pernah di terapkan khususnya di perairan Desa
Kurau sehingga peneliti mencoba untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh
warna cahaya LACUDA terhadap hasil tangkapan bagan dengan menggunakan
warna cahaya yang berbeda, yaitu warna putih dan biru. Warna putih biasa
digunakan oleh para nelayan dan warna biru merupakan warna yang efektif untuk
menggumpulkan ikan teri, cumi-cumi, pepetek dan masih banyak lagi dimana
ikan-ikan tersebut merupakan hasil tangkapan yang besar di bagan tancap. Cahaya
biru yang mempunyai panjang gelombang kecil akan menembus jauh ke dalam
perairan daripada warna lainnya dan warna biru sangat sedikit dapat di absorbsi
oleh air sehingga penetrasinya ke dalam air sangat tinggi. Hal ini diharapkan
dapat meningkatkan hasil tangkapan nelayan serta menerapkan cara baru dalam
pengoprasian bagan tancap.
1.1.
Tujuan Penelitian
1.
2.
1.2.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan sebagai bahan informasi mengenai perikanan
tangkap yang ada di Desa Kurau Kabupaten Bangka Tengah. Hal ini diharapkan
dapat meningkatkan hasil tangkapan nelayan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang
dasar perairan maka substrat yang baik untuk pemasangan adalah lumpur campur
pasir (Baskoro dan Suherman, 2007).
Bagan dalam perkembangannya telah banyak mengalami perubahan baik
bentuk maupun ukuran yang di modifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan daerah penangkapannya. Berdasarkan cara pengoperasiannya, bagan
dikelompokkan ke dalam jaring angkat (lift net), namun karena menggunakan
cahaya lampu untuk menggumpulkan ikan maka disebut juga light fishing (Subani
dan Barus, 1989).
2.3. Bagan Tancap
Bagan tancap adalah alat penangkap ikan terdiri dari susunan bambu
berbentuk persegi empat yang ditancapkan dengan konstruksi tetap sehingga
berdiri kokoh di atas perairan dan pada bagian tengah bangunan dipasang jaring
yang berfungsi sebagai alat untuk menangkap ikan, dioperasikan dengan cara
diangkat. Alat tangkap ini pertama kali diperkenalkan oleh nelayan Bugis
Makasar pada tahun 1950an. Berdasarkan cara pengoperasiannya, bagan tancap
dikelompokkan kedalam jaring angkat (Lift net), (Subani, 1972).
Bangunan bagan yang terbuat dari bambu, jaring yang berbentuk segi empat
yang diikatkan pada bingkai yang terbuat dari bambu. Pada keempat bagian pada
bagan terdapat bambu-bambu menyilang dan melintang yang bertujuan untuk
memperkuat berdirinya bagan. Di atas bangunan bagan di bagian tengah terdapat
bangunan rumah yang berfungsi sebagai tempat istirahat, pelindung lampu dari
hujan dan tempat untuk melihat ikan. Di atas bangunan ini terdapat roller yang
terbuat dari bambu yang berfungsi untuk menarik jaring. Umumnya alat tangkap
ini berukuran 9x9 m sedangkan tinggi dari dasar perairan rata-rata 12 m. Dengan
demikian, kedalaman perairan untuk tempat pemasangan alat tangkap ini rata-rata
pada kedalaman 8 m, namun pada daerah tertentu ada yang memasang pada
kedalaman 15 m, karena ditancapkan pada dasar perairan maka substrat yang baik
untuk pemasangan adalah lumpur campur pasir (Baskoro dan Suherman, 2007).
Jaring yang biasa digunakan pada alat tangkap ini adalah jaring yang terbuat
dari waring dengan mesh size 0,4 cm. Posisi jaring dari bagan ini terletak di
bagian bawah dari bangunan bagan yang diikatkan pada bingkai bambu yang
berbentuk segi empat. Bingkai bambu tersebut dihubungkan dengan tali pada
keempat sisinya yang berfungsi untuk menarik jaring. Pada keempat sisi jaring ini
diberi pemberat yang berfungsi untuk memberikan posisi jaring yang baik selama
dalam air. Ukuran jaring biasanya satu meter lebih kecil dari ukuran bagunan
bagan (Sudirman dan Mallawa, 2004).
2.4. Ketertarikan Ikan Dengan Cahaya
Ikan tertarik pada cahaya melalui penglihatan (mata) dan rangsangan
melalui otak (pineal region pada otak). Peristiwa tertariknya ikan terhadap cahaya
disebut fototaksis. (Ayodhyoa, 1976 dalam Sudirman dan Mallawa, 2004). Ikan
yang tertarik oleh cahaya hanyalah ikan-ikan fototaksis, yang umumnya adalah
ikan-ikan pelagis dan sebagian kecil ikan demersal, sedangkan ikan-ikan yang
tidak tertarik pada cahaya atau menjauhi cahaya biasanya disebut fotophobi atau
ada pula yang menyebutnya fototaksis negatif (Baskoro dan Suherman, 2007).
Ada beberapa alasan mengapa ikan tertarik oleh cahaya, antara lain adalah
penyesuaian intensitas cahaya dengan kemampuan mata ikan untuk menerima
cahaya. Kemampuan ikan untuk tertarik pada suatu sumber cahaya sangat
berbeda-beda. Ada ikan yang senang terhadap intensitas cahaya yang rendah,
tetapi ada pula yang senang terhadap intensitas cahaya yang tinggi. Namun ada
ikan yang tertarik pada intensitas cahaya mulai dari yang rendah sampai yang
tinggi (Sudirman dan Mallawa, 2004).
Ada dua pola reaksi ikan terhadap cahaya, yaitu fototaksis dan fotokinesis.
Fototaksis merupakan gerakan spontan dari ikan yang mendekati atau menjauhi
cahaya. Gerakan spontan yang mendekati sumber cahaya dinamakan fototaksis
positif dan yang menjauhi cahaya dinamakan fototaksis negatif. Fotokinesis
merupakan gerakan yang ditimbulkan oleh hewan dalam kebiasaan hidupnya.
Aktivitas ikan akan meningkat dengan meningkatnya cahaya (Ben Yami, 1976
dan Clarke, 1962 dalam Holil, 2000).
Ikan yang menjadi tujuan penangkapan dengan menggunakan atraktor
cahaya adalah ikan pelagis. Sebagaimana kita ketahui bahwa ikan-ikan pelagis
umumnya tertarik dengan adanya cahaya. Apabila cahaya yang masuk ke dalam
kolom air sudah cukup, maka ikan akan tetap berada pada posisi atau pada
kedalaman dengan kondisi cahaya yang masuk dirasakan ikan cukup memadai
(Baskoro dan Effendy, 2005).
2.
3.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Bagan Tancap
LACUDA
Ikan
Perairan
Dasar Perairan
dalam air kemudian diamati saat secchi disk tidak terlihat warna hitam dan
putih dan diukur kedalamannya.
3.4.3 Kecepatan Arus
Alat yang digunakan dalam pengukuran kecepatan arus adalah layanglayang arus dan stopwatch. Layang-layang arus yang telah diberi tali dengan
panjang tertentu dihanyutkan dan stopwatch dihidupkan secara bersamaan,
setelah panjang tali menegang dan layang-layang arus berhenti, stopwatch
dimatikan (Hutagalung et al.,1997).
V=
l
t
3.4.4 Salinitas
Salinitas diukur dengan menggunakan alat refraktometer, yaitu dengan
cara meneteskan sampel air laut pada alat tersebut kemudian dilakukan
pembacaan skala yang terdapat pada alat teropong yang dilengkapi kaca
pembesar di dalamnya. Sebelum sampel air diteteskan dalam refraktometer
alat ini dikalibrasi dahulu dengan akuades (Hutagalung et al., 1997).
3.4.5 Potensial Hidrogen (pH)
Pengukuran pH perairan menggunakan pH meter. Caranya dengan
mencelupkan pH meter ke dalam perairan, kemudian dilakukan pembacaan
nilai pH pada pH meter.
3.4.6 Total Suspended Solid (TSS)
Total Suspended Solid (TSS) atau padatan tersuspensi adalah jumlah
partikel-partikel yang melayang dalam air (Hutagalung et al., 1997). Sampel
air dimasukkan kedalam botol sampel 1 liter hingga penuh, botol sampel
kemudian ditutup rapat lalu dianalisis di laboratorium.
Rumus yang digunakan untuk menganalisis TSS adalah sebagai
berikut :
TSS =
Keterangan :
TSS
W1
W2
Dimana :
n = jumlah sampel 1
n = jumlah sampel 2
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
indicus),
Pepetek
(Leiognathus
equulus),
Pepetek
Lendir
obtusata),
Dencis
(Amblygaster
leiogaster)
dan
Sucam
(Hyporhamphus affinis). Sebagian besar dari hasil tangkapan bagan tancap pada
saat penelitian merupakan kelompok ikan
11
1% 1%
3%
10%
Sephia sp
7%
Loligo sp
3%
Sardinella gibbosa
19%
2%
Stelophorus indicus
Leiognathus equulus
Leiognathus fasciatus
Sardinella melanura
21%
33%
Sphyraena obtusata
Amblygaster leiogaster
Hyporhamphus affinis
Sephia sp
8%
Loligo sp
Sardinella gibbosa
10%
Stolephorus indicus
7%
Leiognathus equulus
Leiognathus fasciatus
Sardinella melanura
Sphyraena obtusata
65%
Amblygaster leiogaster
Hyporhamphus affinis
12
berkisar antara 5,60-5,71, nilai pH berkisar antara 8,4 dan nilai TSS berkisar
antara 20-40 mg/l.
Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan pada pengamatan
hari kedua dapat diketahui nilai kecepatan arus berkisar antara 0,1-0,2 m/s, nilai
suhu berkisar antara 28,7-30,2 oC, nilai salinitas berkisar antara 34-36 0/00, nilai
penetrasi cahaya biru ialah 4,65 m dan penetrasi cahaya putih 5,60-5,72 m, nilai
pH berkisar antara 8,6-8,7 dan nilai TSS berkisar antara 20-40 mg/l.
Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan pada hari ketiga
didapatkan nilai kecepatan arus memiliki nilai berkisar antara 0,1-0,2 m/s, nilai
suhu berkisar antara 29,7-29,9 oC, salinitas berkisar antara 35-36 0/00, nilai
penetrasi cahaya biru berkisar antara 5,32-5,35 m dan penetrasi cahaya putih ialah
5,89 m, pH berkisar antara 8,6-8,7 dan TSS berkisar antara 20-40 mg/l, dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Parameter Fisika dan Kimia Perairan
No
Parameter
Satuan
1
2
3
4
5
6
Kecepatan Arus
Suhu
Salinitas
Penetrasi cahaya
pH
TSS
m/s
C
m
mg/l
mg/l
4.2
Hari ke-1
Hari ke-2
Hari ke-3
Biru
Putih
Biru
Putih
Biru
Putih
0,1
29,8-29,9
35-36
4,89-5,1
8,4
20-40
0,1
28,9-29,9
34-36
5,60-5,71
8,4
20-40
0,2
28,7
36
4,65
8,7
40
0,1-0,2
28,8-30,2
34-36
5,60-5,72
8,6
20-40
0,1-0,2
29,7-29,9
35
5,32-5,35
8,6-8,7
20-40
0,1
29,8
36
5,89
8,6
20
Pembahasan
13
14
nilai padatan tersuspensi (TSS) yang masih baik adalah <50 mg/liter, sedang
adalah 50400 mg/liter, dan buruk >400 mg/liter
Cahaya biru dengan panjang gelombang yang tinggi yaitu 4.550-4.920
Angstrom justru mampu merangsang hadirnya predator seperti cumi-cumi yang
bergerak ke arah sumber cahaya karena banyaknya ikan teri yang bergerombolan
di bawah cahaya. Menyebabkan ikan-ikan yang telah terkumpul di bawah lampu
akan menyelamatkan diri dan menghilang di daerah yang gelap.
4.2.1 Pengaruh Warna Cahaya Terhadap Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh ikan teri baik pada cahaya biru
maupun putih. Pada LACUDA cahaya warna putih sebesar 65%, sedangkan untuk
warna cahaya biru diperoleh 33%. Pada umumnya teri hidup menyebar pada
permukaan perairan (pelagis) hingga lapisan di bawah permukaan pada kedalaman
20 meter dan ditangkap dengan menggunakan alat bantu penangkapan berupa
cahaya. Teri merupakan ikan yang bersifat fototaksis positif pada malam hari,
maka teri akan tertarik dan mengumpul pada sumber cahaya untuk dilakukan
penangkapan dengan alat jaring, selain ketertarikan ikan teri itu sendiri terhadap
cahaya yang dipancarkan oleh lampu yang digunakan sebagai alat untuk menarik
ikan agar berkumpul di atas jaring juga terdapat adanya sumber makanan, hampir
semua jenis ikan teri pemakan plankton, namun ada beberapa spesies yang
bersifat karnivor. Hal ini sesuai dengan pendapat Herdenberg dalam Baskoro
(2007) bahwa makanan ikan teri umumnya terdiri dari organisme pelagis seperti
plankton, larva dan lainnya. Tingkah laku pergerakan ikan teri terhadap cahaya
pada alat tangkap bagan menunjukkan bahwa ikan teri mudah diamati di
permukaan air dan berada pada kedalaman kolom perairan antara 2-5 m. Saat
lampu secara berangsur-angsur dinaikkan sebelum jaring diangkat, ikan-ikan ini
menunjukkan pergerakan naik turun yang sangat aktif yaitu bergerak dekat
permukaan dan kemudian turun dekat dengan jaring.
Ikan yang didapat paling sedikit adalah ikan Sucam (Hyporhamphus
affinis) dan tertangkap pada warna biru. Ikan ini merupakan ikan karnivor
memakan ikan-ikan kecil salah satunya ikan teri, sehingga ikan ini memanfaatkan
cahaya untuk mencari makan. Umumnya ikan hidup di air laut dan menyukai arus
yang tenang.
15
penangkapan. Hal ini pun sesuai dengan pendapat Romimohtarto dan Juwana,
(2009) yaitu perubahan suhu dapat memberikan pengaruh besar kepada sifat-sifat
air laut lainnya dan kepada biota laut. Menurut Mulyanto (1992) suhu yang baik
untuk kehidupan ikan di daerah tropis berkisar antara 25-32 oC. Nilai baku mutu
yang disarankan dalam perikanan yaitu 25-31 oC (Boyd, 1988).
Nilai salinitas pada lokasi penelitian berkisar antara 34-36 o/oo. Nilai
salinitas ini masih bisa ditoleransi oleh ikan teri dimana nilai salinitas optimum
untuk ikan teri berkisar antara 34-36 o/oo. Pada daerah pesisir salinitas berkisar
antara 32-34 o/oo, sedangkan pada daerah laut terbuka berkisar antara 33-37 o/oo
(Edward dan Marasabessy, 2003).
Kecepatan arus pada lokasi penelitian berkisar antara 0,1-0,2 m/s.
Kuatnya arus tentu akan mempengaruhi hasil tangkapan pada bagan tancap, dan
kedudukan posisis lampu. Sehingga dengan adanya faktor tersebut akan merubah
sinar-sinar cahaya lampu yang awalnya lurus akan berbelok dan bengkok.
Kisaran nilai pH yang terukur pada lokasi penelitian berkisar antara 8,48,7. Kisaran pH ini masih bisa ditoleransi ikan teri dimana nilai optimal pH ikan
teri yaitu 8,3-8,8. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup No. Kep-51/MENKLH/2004 untuk nilai pH yaitu 7-8,5 maka
nilai pH ini masih memenuhi baku mutu air laut yang diperbolehkan untuk biota
laut.
Cumi-cumi merupakan hasil tangkapan yang paling banyak kedua pada
saat penelitian, hal ini dipengaruhi oleh faktor musim yaitu musim barat, karena
musim ini merupakan musim puncaknya banyak terdapat cumi-cumi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Marzuki et al. (1989) dalam Yudha (1994) yang
menyatakan bahwa pada waktu musim barat cumi-cumi lebih banyak muncul ke
permukaan laut. Hal ini disebabkan cumi-cumi lebih menghindari arus dasar yang
kuat untuk mencari tempat yang aman untuk mencari perlindungan.
16
sumber
cahaya,
maka
cumi-cumi
akan
menjauhinya
untuk
menyelamatkan diri.
Perbedaan panjang gelombang (kualitas cahaya), akan membedakan warna
dari cahaya. Dari hasil penelitian Adinda (2011) dan Hamzah (1993),
menunjukkan bahwa warna cahaya yang baik untuk digunakan pada light fishing
adalah biru, kuning, putih dan merah dengan menggunakan lampu yang terletak di
atas air.
17
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
2.
Komposisi hasil tangkapan yang terdapat pada LACUDA cahaya putih dan
biru adalah Sotong (Sephia sp.), Cumi-cumi (Loligi sp.), Tamban (Sardinella
gibbosa), Teri (Stolephorus indicus), Pepetek (Leiognathus equulus), Pepetek
Lendir (Leiognathus fasciatus), Tamban Sagon (Sardinella melanura),
Kacang-kacang (Sphyraena obtusata), Dencis (Amblygaster leiogaster) dan
Sucam (Hyporhamphus affinis).
5.2
Saran
Diharapkan adanya penelitian lanjutan tentang perbandingan LACUDA
warna cahaya merah dan hijau sehingga mendapatkan warna yang terbaik untuk
meningkatkan hasil tangkapan nelayan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Adinda, Y. 2011. Perbedaan Warna Cahaya Terhadap Hasil Tangkapan Bagan
Tancap. [Skripsi]. Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi. Universitas
Bangka Belitung.
Allen, G. 2010. Marine Fishes of South-East Asia. Periplus. Western Australian.
Ayodhyoa, A. U. 2001. Metode Penagkapan Ikan. Yayasan Dwi Sri. Bogor.
Bambang, N dan Marsul, M. 2007. Perekayasaan Lampu Celup Dalam Air. Jurnal
Ariomma. 21 (4) : 32-42.
Baskoro, M. S dan Effendy, A. 2005. Tingkah Laku Ikan Hubungannya Dengan
Metode Pengoperasian Alat Tangkap Ikan. Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan. Bogor
Baskoro, M. S dan Suherman, A. 2007. Teknologi Penangkapan Ikan Dengan
Cahaya. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Baskoro, M. S., Taurusman, A. A dan Sudirman. 2011. Tingkah Laku Ikan
Hubungannya Dengan Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap. CV
Lubuk Agung. Bandung.
Boyd, C. E. 1988. Water Quality In Warmwater Fish Pond. Fourth Printing.
Auburn University.
Edward dan Marasabessy, M. D. 2003. Kondisi Oseanografi Teluk Cenderawasih,
Irian Jaya Ditinjau Dari Kepentingan Perikanan. Jurnal Marina Chimica
Acta. 4 (1) : 1-4.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Fachrul, M. I. 2006. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta.
Hamzah, M. S dan Sumadhiharga, O. K. 1993. Pengaruh Warna Cahaya Lampu
Terhadap Tangkapan Cumi-cumi (Loligo spp) Dengan Alat Tangkap
Jigs di Teluk Galela, Maluku Utara. Jurnal Fakultas Perikanan
Universitas Sam Ratullangi. II (2) : 55-62.
Harinaldi. 2005. Prinsip-prinsip Statistika Untuk Teknik dan Sains. Erlangga.
Jakarta.
Holil dan Ujang. 2000. Studi Tentang Sebaran Cahaya Lampu TL dalam Air
dengan Sumber Solar Cell System pada Pengoperasian Bagan Apung.
[Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
19
World
Atlas
of
Marine
Kuncoro, E. B dan Ardi Winarto, F. E. 2009. Ensiklopedia Populer Ikan Air Laut.
Lily Publisher. Yogyakarta.
Nybakken, W. J. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi Laut. Gramedia.
Jakarta.
Nadir, M. 2000. Teknologi Light Fishing di Perairan Baru Selat Makassar :
Deskripsi, Sebaran Cahaya dan Hasil Tangkapan [Tesis]. Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Spiegel, M. R dan Srephens, L. J. 2007 Statistik ( Edisi 3). Erlangga. PT Glora
Aksara Pratama.
Subani, W. 1983. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia (Jilid 1). LPPL.
Jakarta.
Subani, W. dan Barus, H. R. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
Sudirman, H. dan Mallawa, A. 2004. Tehnik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta.
Jakarta.
20
LAMPIRAN
21
Kegunaan
Penentuan titik koordinat lokasi penelitian
Alat ukur hasil tangkapan
Pencatatan hasil tangkapan
Generator penyalur listrik
Alat bantu penangkapan
Penyambung Arus listrik dari generator ke Lacuda
Transportasi selama penelitian
Wadah hasil tangkapan
Penurun Lampu
hasil tangkapan
Alat tangkapan
Dokumentasi
Mengidentifikasi jenis ikan
Untuk mengukur arus dan suhu
Untuk mengukur penetrasi cahaya
Mengukur Salinitas
22
No
Hari 1
Perlakuan
Hasil Tangkapan
Putih
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Sephia sp
Loligo sp
Sardinella gibbosa
Stolephorus indicus
Leiognathus equulus
Leiognathus fasciatus
Sardinella melanura
Sphyraena obtusata
Amblygaster leiogaster
Hyporhamphus affinis
Total Hasil Tangkapan/Perlakuan
0,8
0,7
0,3
9,5
0
0
0
0
0,4
0
Biru
0
1,2
1,2
3
0
0
0,5
0
0,3
0
Biru
Total Tangkapan
Putih
0,3
0,4
4
0,3
0
0
0
0
0
0,2
0,4
0,6
0
3,2
0,4
0
0
0
0,2
0
Putih
1,2
1,3
0,3
12,7
0,4
0
0
0
0,6
0
16,5
Biru
0,3
1,6
5,2
3,3
0
0
0,5
0
0,3
0,2
11,4
No
Hari 2
Perlakuan
Hasil Tangkapan
Putih
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Sephia sp
Loligo sp
Sardinella gibbosa
Stolephorus indicus
Leiognathus equulus
Leiognathus fasciatus
Sardinella melanura
Sphyraena obtusata
Amblygaster leiogaster
Hyporhamphus affinis
Total Hasil Tangkapan/Perlakuan
0,7
0,5
0
5,4
0
0
0,7
0,4
0
0
23
Putih
0,6
0,7
1,2
3,7
0
0
0,5
0
0,3
0
Biru
0,5
0,8
0
3,7
0,2
0,6
0
0
0,1
0
Total Tangkapan
Putih
0,6
1,2
1
3,3
0,2
0,6
0
0
0
0
Putih
1,9
2,4
2,2
12,4
0,2
0,6
1,2
0,4
0,3
0
21,6
Biru
0,5
0,8
0
3,7
0,2
0,6
0
0
0
0
5,8
No
Hari 3
Perlakuan
Hasil Tangkapan
Biru
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Sephia sp
Loligo sp
Sardinella gibbosa
Stolephorus indicus
Leiognathus equulus
Leiognathus fasciatus
Sardinella melanura
Sphyraena obtusata
Amblygaster leiogaster
Hyporhamphus affinis
Total Hasil Tangkapan/Perlakuan
0,4
0,9
0,4
0
0,2
0
0
0
0
24
Putih
0,2
0,1
0,2
0,5
0
0
0,3
0
0
0,1
Total Tangkapan
Biru
0,3
0,9
0,2
0,7
0,2
0
0
1,5
0
0,1
Biru
0,3
0,9
0,2
1
0,2
0
0,2
1,3
0
0
Putih
0,2
0,1
0,2
0,5
0
0
0,3
0
0
0,1
1,4
Biru
1
2,7
0,4
2,1
0,4
0,2
0,2
2,8
0
0,1
9,9
Amblygaster leiogaster
Leiognathus equulus
Spratelloides gracilis
Sardinella gibbosa
Leiognathus fasciatus
Hyporhamphus affinis
Sephia sp
25
Sardinella melanura
Sphyraena obtusata
Loligo sp
Hasil Tangkapan
Genset
Kapal
Roller
Bola Pemberat
Serok
Bagan Tancap
LACUDA
26
27