Anda di halaman 1dari 39

ANALISIS PERBEDAAN WARNA CAHAYA LACUDA

TERHADAP HASIL TANGKAPAN NELAYAN BAGAN


SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan (Srata 1)
Pada Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi
Universitas Bangka Belitung

Oleh :
Elpa Zuzana
202 09 11 008

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN, DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2013

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Dengan ini saya, Elpa Zuzana menyatakan dengan sebenar-benarnya


bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah Skripsi ini belum pernah
diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar/derajat
kesarjanaan strata satu (S1) dari Universitas Bangka Belitung maupun Perguruan
Tinggi lain.
Semua informasi yang dimuat dalam Karya Ilmiah ini yang berasal dari
penulis lain, baik yang dipublikasikan atau tidak, telah diberikan penghargaan
dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi karya
Ilmiah/Skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis.

Balunijuk 10 September 2013


Penulis,

Elpa Zuzana
NIM. 2020911008

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi

: Analisis Perbedaan Warna Cahaya LACUDA Terhadap Hasil


Tangkapan Nelayan Bagan

Nama

: Elpa Zuzana

Nim

: 202 09 11 008

Skripsi ini, telah disidangkan di hadapan majelis penguji pada Hari Senin, tanggal
26 Agustus 2013 dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Perikanan (Strata 1) pada Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi, Universitas Bangka Belitung.

Mengesahkan,
Tim Pembimbing:
1. Suci Puspita Sari, S.Si., M.Si
2. Umroh, S.T., M.Si

Pembimbing I ()
Pembimbing II ()

Majelis Penguji
1. Suci Puspita Sari, S.Si., M.Si

Ketua

()

2. Umroh, S.T., M.Si

Anggota

()

3. Wahyu Adi, S.Pi., M,Si

Anggota

()

4. Dwi Rosalina, S.Si., M.Si

Anggota

()

Pjs Dekan
Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi
Universitas Bangka Belitung

Muntoro, S.P., M.Sc


NP. 40683017

Balunijuk......September 2013
Pjs Ketua Jurusan
Manajemen Sumberdaya Perairan

Umroh, S.T., M.Si


NP.408006009

iii

ABSTRAK
ELPA ZUZANA (202 0911 008). Analisis Perbedaan Warna Cahaya LACUDA
Pada Hasil Tangkapan Nelayan Bagan. (Pembimbing : SUCI PUSPITA SARI
dan EVA UTAMI).
Cahaya merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
kegiatan penangkapan ikan dengan bagan tancap yang beroperasikan pada malam
hari. Penggunaan lampu yang terletak di atas permukaan kurang efektif dalam
pengunaannya karena cahaya yang masuk terpantul oleh gelombang dan terserap
oleh udara. Lampu Celup Dalam Air (LACUDA) merupakan solusi dalam
penggunaan alat tangkap bagan, karena cahaya yang masuk tidak ada yang
terpantul oleh gelombang dan diserap oleh udara. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui komposisi hasil tangkapan pada bagan tancap dengan LACUDA
menggunakan warna cahaya putih dan biru, serta menganalisis perbedaan warna
putih dan biru LACUDA terhadap hasil tangkapan ikan di bagan tancap.
Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2013, di Desa Kurau, Bangka Tengah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh warna cahaya terhadap
hasil tangkapan pada bagan tancap. Hasil tangkapan cahaya warna putih lebih
banyak yaitu 39,5 kg, dan warna biru yaitu 27,1 kg.
Kata kunci: LACUDA, Bagan Tancap, Warna Cahaya LACUDA

iv

ABSTRACT
ELPA ZUZANA (202 0911 008). LACUDA light color differences analysis
towards liftnet catch result. (Supervised : SUCI PUSPITA SARI and EVA
UTAMI).
Light is one of the factors that determine the success of fishing activities
by liftnet gear operated at night. The use of lights located above the surface is less
effective in its use because of the incoming light is reflected and absorbed by the
air waves. Lights Submersible In Water is a solution in the use of fishing gear
liftnet, because there is no incoming light reflected by the wave and absorbed by
the air. This study aims to determine the composition of the catch in the liftnet by
LACUDA using light colors white and blue, as well as to analyze the differences
in white and blue LACUDA to catch fish in the liftnet. The study was conducted in
March 2013, in the village of Kurau, Bangka Tengah. The results showed that
there are significant color catches the light to liftnet. The catch more white light is
39.5 kg, and 27.1 kg that is blue.

Key words: LACUDA, Liftnet, color Light LACUDA.

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat
dan izinNya penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul
Analisis Perbedaan Warna Cahaya LACUDA Terhadap Hasil Tangkapan
Nelayan Bagan . Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih yang tak terhingga kepada orang tua tercinta Bapakku Jemaun dan Ibuku
Saina atas doa, dukungan, kasih sayang dan materil yang tak terhingga diberikan
kepada penulis. Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1.

Bapak Dr. Eddy Nurtjahya, M.Sc Dekan Fakultas Pertanian, Perikanan dan
Biologi.

2. Ibu Suci Puspita Sari, S.Si, M.Si, Sebagai pembimbing I dan Ibu Eva Utami,
S.Si., M.Si sebagai dosen pembimbing II yang telah meluangkan banyak
waktu, tenaga, pikiran dan kritik saran demi kesempurnaan penelitian skripsi
ini.
3. Seluruh dosen S1 Manajemen Sumberdaya Perikanan turut membatu
menyumbangkan pikiran dan kritik saran demi kesempurnaan skripsi ini :
Bapak Sudirman Adibrata, ST., M.Si, Ibu Umroh, S.T, M.Si, Ibu Dwi
Rosalina, S.Si., M.Si, Bapak Wahyu Adi, S.Pi., M.Si, Bapak Indra Ambalika
Syari, S.Pi, Bapak Khoirul Muslih, S.Pi dan Bapak Rizza Muftiadi, S. Si.
4. Keluarga besarku yang selalu mendoakan, memberikan saran serta dukungan
dan motivasi yang sangat berarti.
5. Sahabat-sahabat terbaikku dan teman-teman seperjuangan selama menjalani
kuliah, Yuyun, Sofyan, Tiko, Usman, Elara, Lani, Novi, Wazi, Sawa, Okta,
Andri, Winto, Suanto, Amin, Handoko, Awalul, Bahar, Rio, faisal, Hema,
Hardianty, Tria, Ilvan,, Abie, Windah, , Emi, Nurul dan Topan.
6. Mang Asok sebagai pemilik Bagan yang selama ini telah banyak membantu
dalam penelitian, memberikan izin dan saran atas kelancaran penelitian.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila ada kesalahan didalam skripsi ini,
kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan agar skripsi ini lebih
baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

vi

7.
8.

Seluruh Mahasiswa Perikanan dan Kelautan angkatan 06,07,08,09,10, 11


dan 12.
Rekan-rekan Anggota Pinguin Diving Club - Perikanan UBB.
Penulis menyadari bahwa isi skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Namun, terlepas dari kesempurnaan tersebut penulis berharap skripsi ini
bisa memberikan manfaat bagi semua pihak. Akhir kata, penulis mohon
maaf apabila ada kesalahan didalam penulisan skripsi ini, kritik dan saran
dari semua pihak sangat diharapkan agar skripsi ini lebih baik. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Balunijuk, 10 September 2013

Penulis

vii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................

LEMBARAN PERNYATAAN ...............................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................

iii

ABSTRAK .................................................................................................

iv

ABSTRACT ..............................................................................................

KATA PENGANTAR ..............................................................................

vi

DAFTAR ISI .............................................................................................

vi

DAFTAR TABEL .....................................................................................

viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................

xii

I.

PENDAHULUAN ..............................................................................

1.1 Latar Belakang ..............................................................................


1.2 Tujuan Penelitian ..........................................................................
1.3 Manfaat Penelitian ........................................................................

1
2
2

II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................

2.1 Lampu Celup Dalam Air ...............................................................


2.2 Bagan .............................................................................................
2.3 Bagan Tancap.................................................................................
2.4 Ketertarikan Ikan Dengan Cahaya .................................................

3
3
4
5

III. METODE PENELITIAN ................................................................

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .....................................................


3.2 Alat dan Bahan .............................................................................
3.2.1 Alat .....................................................................................
3.2.2 Bahan ..................................................................................
3.3 Metode Pengambilan Sampel .......................................................
3.3.1 Prosedur Pelaksanaan .........................................................
3.3.2 Tahap Persiapan .................................................................
3.3.3 Tahap Pelaksanaan ..............................................................
3.4 Pengukuran Parameter Lingkungan .............................................
3.4.1 Suhu ....................................................................................
3.4.2 Penetrasi Cahaya .................................................................
3.4.3 Kecepatan Arus ..................................................................
3.4.4 Salinitas ...............................................................................
3.4.5 Potensial Hidrogen (pH) .....................................................
3.4.6 Total Suspended Solid (TSS) ..............................................

7
7
7
7
7
7
7
8
8
8
8
9
9
9
9

viii

3.4 Analisis Data ................................................................................

10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................

11

4.1 Hasil ............................................................................................. 11


4.1.1 Pengaruh Warna Cahaya Terhadap Hasil Tangkapan ......... 11
4.1.2 Komposisi Hasil Tangkapan ............................................... 11
4.1.2.1 Komposisi Hasil Tangkapan LACUDA Biru .................. 11
4.1.2.2 Komposisi Hasil Tangkapan LACUDA Putih.................. 12
4.1.3 Parameter Fisika dan Kimia Perairan .................................. 12
4.2 Pembahasan .................................................................................. 13
4.2.1 Komposisi Hasil Tangkapan ................................................ 13
4.2.2 Pengaruh Warna Cahaya Terhadap Hasil Tangkapan ......... 15
V. SIMPULAN DAN SARAN ...............................................................

18

5.1 Simpulan .......................................................................................


5.2 Saran...............................................................................................

18
18

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

19

LAMPIRAN ..............................................................................................

21

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................

27

ix

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Parameter Fisika dan Kimia Perairan ......................................... 13

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Ilustrasi Pengoperasian LACUDA ..........................................

Gambar 2. Hasil Tangkapan LACUDA Cahaya Biru ..............................

12

Gambar 3. Hasil Tangkapan LACUDA Cahaya Putih .............................

12

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian ..........................................................

21

Lampiran 2. Alat dan Bahan .....................................................................

22

Lampiran 3. Hasil Tangkapan Bagan .......................................................

23

Lampiran 4. Hasil Tangkapan ..................................................................

25

Lampiran 5. Alat dan Bahan .....................................................................

26

xii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pemanfaatan sumberdaya perikanan, khususnya perikanan tangkap, sampai

saat ini masih didominasi oleh usaha perikanan rakyat yang umumnya memiliki
karakteristik skala usaha kecil, menggunakan teknologi yang sederhana, dengan
area penangkapan yang terbatas di sekitar pantai dan produktivitas yang relatif
masih rendah. Salah satu desa pesisir yang memiliki karakteristik demikian adalah
Desa Kurau Kecamatan Koba Bangka Tengah. Alat tangkap di desa ini dibagi
dalam 3 kelompok alat tangkap yaitu bagan apung, bagan tancap, dan pancing
(kecamatan Koba dalam angka, 2012).
Desa Kurau memiliki wilayah yang masih alami dan belum terdapat
kegiatan penambangan di laut dan sebagian besar masyarakatnya berprofesi
sebagai nelayan bagan. Nelayan bagan pada umumnya, menggunakan cahaya
lampu berwarna putih sebagai alat bantu untuk melakukan penangkapan ikan
berupa teri, tamban, cumi-cumi, tongkol, tenggiri, selar, pepetek dan lainnya.
Lampu yang digunakan oleh nelayan bagan terletak di atas permukaan air.
Penggunaaan lampu yang terletak di atas air memerlukan waktu yang lama untuk
menarik perhatian ikan berkumpul dan kurang efisien dalam penggunaan cahaya.
Cahaya yang dipancarkan akan menyebar di permukaan perairan sehingga ikan
yang naik ke permukaan akan berpencar dan setelah ikan berkumpul karena
tertarik oleh sumber cahaya di atas permukaan air, akan sulit untuk menjaga ikan
tetap tenang karena pantulan cahaya pada permukaan air yang terus bergerak.
Sebagian dari cahaya akan diserap oleh udara, terpantul oleh permukaan
gelombang dan diserap oleh air.
Keuntungan Lampu yang terletak di dalam air adalah waktu yang
diperlukan untuk menggumpulkan ikan lebih sedikit dan cahaya tidak ada yang
terpantul dan terserap oleh udara (Ayodhyoa, 1976 dalam Sudirman dan Mallawa,
2004).
Berdasarkan hasil penelitian Adinda, (2011) dan Hamzah, (1993) yang
menggunakan lampu yang terletak di atas permukaan air menunjukkan bahwa
warna yang baik untuk penangkapan ikan di bagan ialah biru, sehingga perlu

adanya penelitian tentang penggunaan lampu yang terletak di bawah air dengan
penggunaan warna cahaya yang berbeda yaitu warna biru yang merupakan warna
yang terbaik berdasarkan hasil penelitain sebelumnya dan putih sebagai
pembanding yang biasa digunakan oleh nelayan.
Lampu Celup Dalam Air (LACUDA) merupakan salah satu solusi untuk
permasalahan nelayan bagan yang menggunakan lampu di atas permukaan air.
LACUDA ini memiliki keunggulan cahaya terserap seluruhnya oleh perairan
karena tidak ada yang memantul ataupun diserap oleh udara sehingga ikan-ikan
yang bergerak menuju sumber cahaya akan berkumpul dan tidak berpencar. Akan
tetapi, belum pernah dilakukan uji coba LACUDA di Desa Kurau sehingga
dibutuhkan penelitian tentang LACUDA. Penggunaan LACUDA dengan
perbedaan warna cahaya belum pernah di terapkan khususnya di perairan Desa
Kurau sehingga peneliti mencoba untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh
warna cahaya LACUDA terhadap hasil tangkapan bagan dengan menggunakan
warna cahaya yang berbeda, yaitu warna putih dan biru. Warna putih biasa
digunakan oleh para nelayan dan warna biru merupakan warna yang efektif untuk
menggumpulkan ikan teri, cumi-cumi, pepetek dan masih banyak lagi dimana
ikan-ikan tersebut merupakan hasil tangkapan yang besar di bagan tancap. Cahaya
biru yang mempunyai panjang gelombang kecil akan menembus jauh ke dalam
perairan daripada warna lainnya dan warna biru sangat sedikit dapat di absorbsi
oleh air sehingga penetrasinya ke dalam air sangat tinggi. Hal ini diharapkan
dapat meningkatkan hasil tangkapan nelayan serta menerapkan cara baru dalam
pengoprasian bagan tancap.
1.1.

Tujuan Penelitian

1.

Menganalisis perbedaan warna putih dan biru LACUDA terhadap hasil


tangkapan ikan di bagan tancap.

2.

Mengetahui komposisi hasil tangkapan pada bagan tancap dengan


LACUDA menggunakan warna cahaya putih dan biru.

1.2.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan sebagai bahan informasi mengenai perikanan

tangkap yang ada di Desa Kurau Kabupaten Bangka Tengah. Hal ini diharapkan
dapat meningkatkan hasil tangkapan nelayan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lampu Celup Dalam Air (LACUDA)


LACUDA adalah alat daya tarik mengumpulkan ikan sekaligus untuk
meningkatkan hasil tangkapan bagi para Nelayan, serta dapat digunakan juga bagi
para pemancing pemula maupun professional. LACUDA dipasang pada perahu,
bagan tancap maupun bagan apung dan dicelupkan ke dalam air. Cara kerja dari
LACUDA ialah dengan memanfaatkan sifat fisik dari cahaya tersebut, dimana
masuknya cahaya ke dalam air, yang sangat erat hubungannya dengan panjang
gelombang yang di pancarkan oleh cahaya tersebut. Semakin besar panjang
gelombangnya maka semakin kecil daya tembusnya kedalam perairan (Bambang
dan Masrul, 2004).
2.2. Bagan
Istilah bagan mula-mula diperkenalkan oleh nelayan Makassar dan Bugis
sekitar tahun 1950-an. Bagan adalah salah satu jenis alat tangkap yang digunakan
nelayan di Indonesia untuk menangkap jenis-jenis ikan pelagis kecil. Bagan
merupakan alat tangkap yang dioperasikan dengan cara ditarik ke permukaan air
pada posisi horizontal, selanjutnya ditenggelamkan kembali untuk melakukan
penangkapan ikan yang telah terkumpul di pusat cahaya yang berada di atas
waring. Pada saat pengangkatan waring ke permukaan terjadi proses penyaringan
air, ikan yang berukuran lebih besar dari ukuran mata waring akan tersaring pada
waring (Fridman dan Carrothers, 1986 dalam Baskoro et al., 2007).
Bagan diklasifikasikan ke dalam lift net atau jaring angkat yang dalam
pengoperasiannya menggunakan atraktor cahaya lampu sehingga ikan

yang

menjadi tujuan penangkapannya adalah ikan yang bersifat fototaksis positif


(Brand, 1986 dalam Baskoro et al., 2007).
Bagan merupakan salah satu jaring angkat yang dioperasikan di perairan
pantai pada malam hari dengan menggunakan cahaya lampu faktor penarik ikan.
Biasanya bagan dioperasikan pada kedalaman rata-rata 8 meter, ada juga pada
daerah tertentu yang memasang pada kedalaman 15 meter, karena ditancapkan ke

dasar perairan maka substrat yang baik untuk pemasangan adalah lumpur campur
pasir (Baskoro dan Suherman, 2007).
Bagan dalam perkembangannya telah banyak mengalami perubahan baik
bentuk maupun ukuran yang di modifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan daerah penangkapannya. Berdasarkan cara pengoperasiannya, bagan
dikelompokkan ke dalam jaring angkat (lift net), namun karena menggunakan
cahaya lampu untuk menggumpulkan ikan maka disebut juga light fishing (Subani
dan Barus, 1989).
2.3. Bagan Tancap
Bagan tancap adalah alat penangkap ikan terdiri dari susunan bambu
berbentuk persegi empat yang ditancapkan dengan konstruksi tetap sehingga
berdiri kokoh di atas perairan dan pada bagian tengah bangunan dipasang jaring
yang berfungsi sebagai alat untuk menangkap ikan, dioperasikan dengan cara
diangkat. Alat tangkap ini pertama kali diperkenalkan oleh nelayan Bugis
Makasar pada tahun 1950an. Berdasarkan cara pengoperasiannya, bagan tancap
dikelompokkan kedalam jaring angkat (Lift net), (Subani, 1972).
Bangunan bagan yang terbuat dari bambu, jaring yang berbentuk segi empat
yang diikatkan pada bingkai yang terbuat dari bambu. Pada keempat bagian pada
bagan terdapat bambu-bambu menyilang dan melintang yang bertujuan untuk
memperkuat berdirinya bagan. Di atas bangunan bagan di bagian tengah terdapat
bangunan rumah yang berfungsi sebagai tempat istirahat, pelindung lampu dari
hujan dan tempat untuk melihat ikan. Di atas bangunan ini terdapat roller yang
terbuat dari bambu yang berfungsi untuk menarik jaring. Umumnya alat tangkap
ini berukuran 9x9 m sedangkan tinggi dari dasar perairan rata-rata 12 m. Dengan
demikian, kedalaman perairan untuk tempat pemasangan alat tangkap ini rata-rata
pada kedalaman 8 m, namun pada daerah tertentu ada yang memasang pada
kedalaman 15 m, karena ditancapkan pada dasar perairan maka substrat yang baik
untuk pemasangan adalah lumpur campur pasir (Baskoro dan Suherman, 2007).
Jaring yang biasa digunakan pada alat tangkap ini adalah jaring yang terbuat
dari waring dengan mesh size 0,4 cm. Posisi jaring dari bagan ini terletak di
bagian bawah dari bangunan bagan yang diikatkan pada bingkai bambu yang
berbentuk segi empat. Bingkai bambu tersebut dihubungkan dengan tali pada

keempat sisinya yang berfungsi untuk menarik jaring. Pada keempat sisi jaring ini
diberi pemberat yang berfungsi untuk memberikan posisi jaring yang baik selama
dalam air. Ukuran jaring biasanya satu meter lebih kecil dari ukuran bagunan
bagan (Sudirman dan Mallawa, 2004).
2.4. Ketertarikan Ikan Dengan Cahaya
Ikan tertarik pada cahaya melalui penglihatan (mata) dan rangsangan
melalui otak (pineal region pada otak). Peristiwa tertariknya ikan terhadap cahaya
disebut fototaksis. (Ayodhyoa, 1976 dalam Sudirman dan Mallawa, 2004). Ikan
yang tertarik oleh cahaya hanyalah ikan-ikan fototaksis, yang umumnya adalah
ikan-ikan pelagis dan sebagian kecil ikan demersal, sedangkan ikan-ikan yang
tidak tertarik pada cahaya atau menjauhi cahaya biasanya disebut fotophobi atau
ada pula yang menyebutnya fototaksis negatif (Baskoro dan Suherman, 2007).
Ada beberapa alasan mengapa ikan tertarik oleh cahaya, antara lain adalah
penyesuaian intensitas cahaya dengan kemampuan mata ikan untuk menerima
cahaya. Kemampuan ikan untuk tertarik pada suatu sumber cahaya sangat
berbeda-beda. Ada ikan yang senang terhadap intensitas cahaya yang rendah,
tetapi ada pula yang senang terhadap intensitas cahaya yang tinggi. Namun ada
ikan yang tertarik pada intensitas cahaya mulai dari yang rendah sampai yang
tinggi (Sudirman dan Mallawa, 2004).
Ada dua pola reaksi ikan terhadap cahaya, yaitu fototaksis dan fotokinesis.
Fototaksis merupakan gerakan spontan dari ikan yang mendekati atau menjauhi
cahaya. Gerakan spontan yang mendekati sumber cahaya dinamakan fototaksis
positif dan yang menjauhi cahaya dinamakan fototaksis negatif. Fotokinesis
merupakan gerakan yang ditimbulkan oleh hewan dalam kebiasaan hidupnya.
Aktivitas ikan akan meningkat dengan meningkatnya cahaya (Ben Yami, 1976
dan Clarke, 1962 dalam Holil, 2000).
Ikan yang menjadi tujuan penangkapan dengan menggunakan atraktor
cahaya adalah ikan pelagis. Sebagaimana kita ketahui bahwa ikan-ikan pelagis
umumnya tertarik dengan adanya cahaya. Apabila cahaya yang masuk ke dalam
kolom air sudah cukup, maka ikan akan tetap berada pada posisi atau pada
kedalaman dengan kondisi cahaya yang masuk dirasakan ikan cukup memadai
(Baskoro dan Effendy, 2005).

Menurut Nomura dan Yamazaki (1977) bahwa dengan menggunakan


cahaya untuk pemikat ikan, maka :
1.

Nelayan tidak sulit lagi untuk mencari gerombolan ikan;

2.

Hasil tangkapan cenderung lebih pasti jumlahnya dan cenderung meningkat,


tetapi tergantung pada pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja;

3.

Hemat waktu dan biaya operasional.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.

Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2013 di perairan Desa Kurau

Kabupaten Bangka Tengah. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.


3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah LACUDA sebagai alat bantu
penangkapan,

bagan tancap sebagai alat tangkap, GPS (Global Positioning

System) digunakan untuk menentukan titik koordinat penelitian dan buku


identifikasi ikan. Alat lain sebagai penunjang penelitian dan kegunaannya dapat
dilihat pada Lampiran 2.
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ikan sebagai hasil
tangkapan dan tali Polyprophylene sebagai alat bantu penurunan LACUDA.
Bahan lain sebagai penunjang penelitian dan kegunaannya dapat dilihat pada
Lampiran 2.
3.3. Metode Pengambilan Sampel
3.3.1. Prosedur pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode experimental
fishing yaitu melakukan kegiatan uji coba pengoperasian LACUDA di bagan
tancap dengan perbedaan warna cahaya LACUDA. Peneliti melakukan kegiatan
dan pengamatan secara langsung terhadap objek-objek penelitian. Objek
penelitian yaitu data hasil tangkapan yang diuji dengan menggunakan cahaya
LACUDA warna putih dan biru.
3.3.2. Tahap Persiapan
Persiapan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu persiapan peralatan
seperti LACUDA dan peralatan lainnya. Selain itu, melakukan survei dan
pengambilan titik lokasi yang tepat untuk dijadikan obyek penelitian.

3.3.3. Tahap Pelaksanaan


Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer dikumpulkan melalui kegiatan dan pengamatan langsung.
Proses pengambilan data primer dilakukan dengan membentuk dua kelompok
kegiatan, yaitu yang pertama pengambilan sampel LACUDA berwarna putih dan
yang kedua pengambilan sampel berwarna biru. Pengambilan sampel dilakukan 4
kali hauling tiap kali kegiatan, pengambilan data secara bergantian dimana dalam
satu hauling berjarak waktu 3 jam. Kegiatan dilakukan selama tiga hari.
Proses pengambilan sampel menggunakan metode experimental fishing
dapat dilihat pada Gambar 1.

Bagan Tancap
LACUDA

Ikan

Perairan

Dasar Perairan

Gambar 1. Ilustrasi Pengoperasional LACUDA di Bagan Tancap


3.4.Pengukuran Parameter Lingkungan
3.4.1 Suhu
Suhu perairan diukur menggunakan termometer batang. Termometer
batang dimasukkan ke dalam air selama kurang lebih 2 menit, kemudian
dilakukan pembacaan nilai suhu pada saat termometer di dalam air agar nilai
suhu yang diukur tidak dipengaruhi oleh suhu udara (Hutagalung et al.,
1997).
3.4.2 Penetrasi Cahaya
Penetrasi cahaya atau daya tembus cahaya terhadap perairan diukur
menggunakan Secchi disk. Secchi disk ini dicelupkan perlahan-lahan ke

dalam air kemudian diamati saat secchi disk tidak terlihat warna hitam dan
putih dan diukur kedalamannya.
3.4.3 Kecepatan Arus
Alat yang digunakan dalam pengukuran kecepatan arus adalah layanglayang arus dan stopwatch. Layang-layang arus yang telah diberi tali dengan
panjang tertentu dihanyutkan dan stopwatch dihidupkan secara bersamaan,
setelah panjang tali menegang dan layang-layang arus berhenti, stopwatch
dimatikan (Hutagalung et al.,1997).

V=

l
t

3.4.4 Salinitas
Salinitas diukur dengan menggunakan alat refraktometer, yaitu dengan
cara meneteskan sampel air laut pada alat tersebut kemudian dilakukan
pembacaan skala yang terdapat pada alat teropong yang dilengkapi kaca
pembesar di dalamnya. Sebelum sampel air diteteskan dalam refraktometer
alat ini dikalibrasi dahulu dengan akuades (Hutagalung et al., 1997).
3.4.5 Potensial Hidrogen (pH)
Pengukuran pH perairan menggunakan pH meter. Caranya dengan
mencelupkan pH meter ke dalam perairan, kemudian dilakukan pembacaan
nilai pH pada pH meter.
3.4.6 Total Suspended Solid (TSS)
Total Suspended Solid (TSS) atau padatan tersuspensi adalah jumlah
partikel-partikel yang melayang dalam air (Hutagalung et al., 1997). Sampel
air dimasukkan kedalam botol sampel 1 liter hingga penuh, botol sampel
kemudian ditutup rapat lalu dianalisis di laboratorium.
Rumus yang digunakan untuk menganalisis TSS adalah sebagai
berikut :
TSS =

Keterangan :
TSS

= Total Suspended Solid (mg/l)

W1

= Berat kertas saring sebelum digunakan untuk menyaring (mg)

W2

= Berat kertas saring setelah digunakan untuk menyaring (mg)

= Volume air yang tersaring (liter)

3.5. Analisa Data


Statistik yang digunakan untuk penarikan kesimpulan atas data primer dan
data sekunder yang diperoleh adalah statistika nonparametrik. Uji yang dilakukan
adalah Uji U Mann Whitney. Pemilihan metode ini dengan pertimbangan banyak
faktor yang tidak dapat dikontrol yang mempengaruhi hasil penelitian seperti
ombak, arus, kecerahan perairan dan musim serta parameter-parameter lainnya
pada lokasi penelitian (Steel dan Torrie, 1993 dalam Holil, 2000).
Rumus Uji U Mann Whitney :
n (n + 1)
R
2
n (n + 1)
U =n n +
R
2
U =n n +

Dimana :

n = jumlah sampel 1

n = jumlah sampel 2

R = jumlah rage pada sampel 1


R = jumlah rage pada sampel 2
Kriteria pengambilan keputusan :
H = diterima bila Uhitung Utabel
H = ditolak bila Uhitung Utabel
Hipotesis :

H0 = semua perlakuan warna cahaya LACUDA memberikan pengaruh nyata


terhadap hasil tangkapan.
H1 = semua perlakuan warna cahaya LACUDA tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap hasil tangkapan.

10

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1

Hasil

4.1.1 Pengaruh Warna Cahaya Terhadap Hasil Tangkapan


Analisis Uji U Mann Whitney hanya digunakan pada data primer yang
diperoleh dari hasil pengamatan yaitu berupa jumlah hasil tangkapan ikan.
LACUDA cahaya putih dan biru diperoleh Uhitung > Utabel dengan nilai Uhitung =
498 dan Utabel = 1,117. Hal ini menunjukkan bahwa pada selang kepercayaan 95%
perlakuan berbagai jenis warna cahaya memberikan pengaruh yang nyata terhadap
jumlah hasil tangkapan terdapat dalam Lampiran 3. Cahaya merupakan faktor
penting yang menentukan keberhasilan penangkapan ikan dengan alat tangkap
yang dioperasikan pada malam hari salah satunya bagan tancap.
Hasil analisis menggunakan Uji U Mann Whitney tersebut menunjukkan
bahwa warna cahaya putih lebih banyak mendapatkan hasil tangkapan yaitu
sebesar 39,5 kg dan warna cahaya biru yaitu 27,1 kg. Penggunaan warna putih
lebih efektif jika dibandingkan dengan warna biru.
4.1.2 Komposisi Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan bagan tancap terdapat 10 (sepuluh) jenis ikan yaitu
Sotong (Sephia sp.), Cumi-cumi (Loligo sp.), Tamban (Sardinella gibbosa), Teri
(Stolephorus

indicus),

Pepetek

(Leiognathus

equulus),

Pepetek

Lendir

(Leiognathus fasciatus), Tamban Sagon (Sardinella melanura), Kacang-kacang


(Sphyraena

obtusata),

Dencis

(Amblygaster

leiogaster)

dan

Sucam

(Hyporhamphus affinis). Sebagian besar dari hasil tangkapan bagan tancap pada
saat penelitian merupakan kelompok ikan

yang pada umumnya dikonsumsi

masyarakat (ikan ekonomis). Hasil tangkapan tersebut merupakan ikan-ikan yang


biasa didapatkan pada bagan tancap.
4.1.2.1 Komposisi Hasil Tangkapan LACUDA Pada Warna Cahaya Biru
Hasil tangkapan yang paling banyak pada LACUDA yang menggunakan
warna cahaya biru adalah ikan teri (Stelophorus indicus), yaitu 33% dan yang
paling sedikit adalah Dencis (Amblygaster leiogaster) dan Sucam (Hyporhamphus
affinis) yaitu 1%.

11

1% 1%
3%

10%

Sephia sp
7%

Loligo sp

3%

Sardinella gibbosa
19%

2%

Stelophorus indicus
Leiognathus equulus
Leiognathus fasciatus
Sardinella melanura

21%

33%

Sphyraena obtusata
Amblygaster leiogaster
Hyporhamphus affinis

Gambar 2. Hasil Tangkapan LACUDA Cahaya Biru


4.1.2.2 Komposisi Hasil Tangkapan LACUDA Pada Warna Cahaya Putih
Hasil tangkapan yang paling banyak pada LACUDA yang menggunakan
warna cahaya putih adalah Stelophorus indicus yaitu 65% dan yang paling sedikit
adalah Hyporhamphus affinis yaitu 1%.
4% 1% 0%
2%
1% 2%

Sephia sp
8%

Loligo sp
Sardinella gibbosa

10%

Stolephorus indicus
7%

Leiognathus equulus
Leiognathus fasciatus
Sardinella melanura
Sphyraena obtusata

65%

Amblygaster leiogaster
Hyporhamphus affinis

Gambar 3. Hasil Tangkapan LACUDA Cahaya Putih


4.1.3 Parameter Fisika dan Kimia Perairan
Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan pada pengamatan
hari pertama dapat diketahui nilai kecepatan arus berkisar antara 0,1-0,2 m/s , nilai
suhu perairan berkisar antara 28,9-29,9 oC, nilai salinitas berkisar antara 34-360/00,
nilai penetrasi cahaya biru berkisar antara 4,89-5,1 m dan penetrasi cahaya putih

12

berkisar antara 5,60-5,71, nilai pH berkisar antara 8,4 dan nilai TSS berkisar
antara 20-40 mg/l.
Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan pada pengamatan
hari kedua dapat diketahui nilai kecepatan arus berkisar antara 0,1-0,2 m/s, nilai
suhu berkisar antara 28,7-30,2 oC, nilai salinitas berkisar antara 34-36 0/00, nilai
penetrasi cahaya biru ialah 4,65 m dan penetrasi cahaya putih 5,60-5,72 m, nilai
pH berkisar antara 8,6-8,7 dan nilai TSS berkisar antara 20-40 mg/l.
Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia perairan pada hari ketiga
didapatkan nilai kecepatan arus memiliki nilai berkisar antara 0,1-0,2 m/s, nilai
suhu berkisar antara 29,7-29,9 oC, salinitas berkisar antara 35-36 0/00, nilai
penetrasi cahaya biru berkisar antara 5,32-5,35 m dan penetrasi cahaya putih ialah
5,89 m, pH berkisar antara 8,6-8,7 dan TSS berkisar antara 20-40 mg/l, dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Parameter Fisika dan Kimia Perairan
No

Parameter

Satuan

1
2
3
4
5
6

Kecepatan Arus
Suhu
Salinitas
Penetrasi cahaya
pH
TSS

m/s
C

m
mg/l
mg/l

4.2

Hari ke-1

Hari ke-2

Hari ke-3

Biru

Putih

Biru

Putih

Biru

Putih

0,1
29,8-29,9
35-36
4,89-5,1
8,4
20-40

0,1
28,9-29,9
34-36
5,60-5,71
8,4
20-40

0,2
28,7
36
4,65
8,7
40

0,1-0,2
28,8-30,2
34-36
5,60-5,72
8,6
20-40

0,1-0,2
29,7-29,9
35
5,32-5,35
8,6-8,7
20-40

0,1
29,8
36
5,89
8,6
20

Pembahasan

4.2.1 Komposisi Hasil Tangkapan


Hasil Uji U Mann Whitney didapat Uhitung = 498 sedangkan Utabel = 1,117
yang berarti lebih besar Uhitung daripada Utabel pada tingkat kepercayaan 95%.
Hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh antara warna cahaya terhadap hasil
tangkapan. Perbedaan warna cahaya LACUDA akan berpengaruh terhadap
perbedaan hasil tangkapan ikan di bagan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Hamzah dan Sumandhiharga (1990), yaitu berbeda cahaya lampu yang
digunakan berbeda pula jumlah hasil tangkapan yang akan diperoleh.
Pada dasarnya penggunaan cahaya dalam penangkapan berfungsi untuk
membantu pengumpulan ikan-ikan di dalam perairan untuk mendekati cahaya

13

sehingga lebih mudah dalam penangkapannya. Dapat dikatakan bahwa


penangkapan dengan bantuan cahaya dilakukan dengan memanfaatkan sifat-sifat
alamiah dari ikan itu sendiri yaitu sifat fototaksis positif terhadap cahaya.
Hasil tangkapan bagan tancap yang menggunakan LACUDA dengan
perbedaan warna menunjukkan bahwa, cahaya putih memberikan hasil tangkapan
lebih banyak yaitu 39,5 kg dibandingkan dengan cahaya biru yaitu 27,1 kg. Hasil
ini pun diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Hamzah (1998) yaitu
tentang pemanfaatan warna cahaya lampu neon dalam usaha penangkapan sotong
buluh dengan jigs dan Adinda (2011) yaitu tentang perbedaan warna cahaya
terhadap hasil tangkapan bagan tancap, bahwa cahaya putih cenderung lebih
berhasil untuk membantu penangkapan terutama untuk menangkap ikan teri,
pepetek dan sotong, karena sifat dari cahaya putih yang komplek.
Cahaya putih merupakan cahaya yang komplek dengan panjang
gelombang berkisar antara 3600-7800 Angstrom (1 A=10-10 m) dan memiliki
range frekuensi 3,87x1014 sampai 8,35x1014 Hz (Sudirman dan Mallawa, 2004).
Penetrasi cahaya putih pada lokasi penelitian 5,60-5,89 m, menyebabkan hasil
tangkapan bagan tancap pada warna putih lebih banyak yaitu 39,5 kg. Warna biru
dengan penetrasi cahaya 4,65-5,35 m dengan hasil tangkapan 27,1kg.
Tingginya nilai daya tembus cahaya terhadap perairan maka jangkauan
cahaya semakin jauh. Hal ini akan menyebabkan ikan yang masih jauh dari
catchable area akan mendekat ke sumber cahaya. Selain panjang gelombang
faktor lain yang menentukan penetrasi cahaya adalah TSS atau kandungan
partikel-partikel kecil yang melayang dalam perairan, kecerahan, cahaya bulan
musim dan lintang geografis (Nybakken, 1988).
TSS mengurangi penetrasi cahaya ke perairan sehingga mempengaruhi
regenerasi oksigen melalui fotosintesis dan menyebabkan air menjadi keruh. Nilai
TSS pada pengamatan berkisar 20-40 mg/l. Hasil pengamatan di lokasi penelitian
menunjukkan bahwa nilai TSS tergolong baik. Tingginya nilai TSS sangat
berpengaruh terhadap tingkat penetrasi cahaya yang masuk ke perairan sehingga
berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 tentang
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran perairan bahwa standar

14

nilai padatan tersuspensi (TSS) yang masih baik adalah <50 mg/liter, sedang
adalah 50400 mg/liter, dan buruk >400 mg/liter
Cahaya biru dengan panjang gelombang yang tinggi yaitu 4.550-4.920
Angstrom justru mampu merangsang hadirnya predator seperti cumi-cumi yang
bergerak ke arah sumber cahaya karena banyaknya ikan teri yang bergerombolan
di bawah cahaya. Menyebabkan ikan-ikan yang telah terkumpul di bawah lampu
akan menyelamatkan diri dan menghilang di daerah yang gelap.
4.2.1 Pengaruh Warna Cahaya Terhadap Hasil Tangkapan
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh ikan teri baik pada cahaya biru
maupun putih. Pada LACUDA cahaya warna putih sebesar 65%, sedangkan untuk
warna cahaya biru diperoleh 33%. Pada umumnya teri hidup menyebar pada
permukaan perairan (pelagis) hingga lapisan di bawah permukaan pada kedalaman
20 meter dan ditangkap dengan menggunakan alat bantu penangkapan berupa
cahaya. Teri merupakan ikan yang bersifat fototaksis positif pada malam hari,
maka teri akan tertarik dan mengumpul pada sumber cahaya untuk dilakukan
penangkapan dengan alat jaring, selain ketertarikan ikan teri itu sendiri terhadap
cahaya yang dipancarkan oleh lampu yang digunakan sebagai alat untuk menarik
ikan agar berkumpul di atas jaring juga terdapat adanya sumber makanan, hampir
semua jenis ikan teri pemakan plankton, namun ada beberapa spesies yang
bersifat karnivor. Hal ini sesuai dengan pendapat Herdenberg dalam Baskoro
(2007) bahwa makanan ikan teri umumnya terdiri dari organisme pelagis seperti
plankton, larva dan lainnya. Tingkah laku pergerakan ikan teri terhadap cahaya
pada alat tangkap bagan menunjukkan bahwa ikan teri mudah diamati di
permukaan air dan berada pada kedalaman kolom perairan antara 2-5 m. Saat
lampu secara berangsur-angsur dinaikkan sebelum jaring diangkat, ikan-ikan ini
menunjukkan pergerakan naik turun yang sangat aktif yaitu bergerak dekat
permukaan dan kemudian turun dekat dengan jaring.
Ikan yang didapat paling sedikit adalah ikan Sucam (Hyporhamphus
affinis) dan tertangkap pada warna biru. Ikan ini merupakan ikan karnivor
memakan ikan-ikan kecil salah satunya ikan teri, sehingga ikan ini memanfaatkan
cahaya untuk mencari makan. Umumnya ikan hidup di air laut dan menyukai arus
yang tenang.

15

Berdasarkan pengamatan di lapangan (Tabel 1) secara fisik suhu pada


lokasi penelitian berkisar antara 28,7-30,2 oC. Suhu ini masih bisa ditoleransi oleh
ikan teri dimana suhu optimum ikan teri yaitu 25-31 oC. Perubahan suhu akan
mempengaruhi penyebaran

serta kelimpahan ikan teri pada suatu daerah

penangkapan. Hal ini pun sesuai dengan pendapat Romimohtarto dan Juwana,
(2009) yaitu perubahan suhu dapat memberikan pengaruh besar kepada sifat-sifat
air laut lainnya dan kepada biota laut. Menurut Mulyanto (1992) suhu yang baik
untuk kehidupan ikan di daerah tropis berkisar antara 25-32 oC. Nilai baku mutu
yang disarankan dalam perikanan yaitu 25-31 oC (Boyd, 1988).
Nilai salinitas pada lokasi penelitian berkisar antara 34-36 o/oo. Nilai
salinitas ini masih bisa ditoleransi oleh ikan teri dimana nilai salinitas optimum
untuk ikan teri berkisar antara 34-36 o/oo. Pada daerah pesisir salinitas berkisar
antara 32-34 o/oo, sedangkan pada daerah laut terbuka berkisar antara 33-37 o/oo
(Edward dan Marasabessy, 2003).
Kecepatan arus pada lokasi penelitian berkisar antara 0,1-0,2 m/s.
Kuatnya arus tentu akan mempengaruhi hasil tangkapan pada bagan tancap, dan
kedudukan posisis lampu. Sehingga dengan adanya faktor tersebut akan merubah
sinar-sinar cahaya lampu yang awalnya lurus akan berbelok dan bengkok.
Kisaran nilai pH yang terukur pada lokasi penelitian berkisar antara 8,48,7. Kisaran pH ini masih bisa ditoleransi ikan teri dimana nilai optimal pH ikan
teri yaitu 8,3-8,8. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan
Lingkungan Hidup No. Kep-51/MENKLH/2004 untuk nilai pH yaitu 7-8,5 maka
nilai pH ini masih memenuhi baku mutu air laut yang diperbolehkan untuk biota
laut.
Cumi-cumi merupakan hasil tangkapan yang paling banyak kedua pada
saat penelitian, hal ini dipengaruhi oleh faktor musim yaitu musim barat, karena
musim ini merupakan musim puncaknya banyak terdapat cumi-cumi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Marzuki et al. (1989) dalam Yudha (1994) yang
menyatakan bahwa pada waktu musim barat cumi-cumi lebih banyak muncul ke
permukaan laut. Hal ini disebabkan cumi-cumi lebih menghindari arus dasar yang
kuat untuk mencari tempat yang aman untuk mencari perlindungan.

16

Cumi-cumi merupakan hasil tangkapan alat tangkap yang menggunakan


cahaya. Cumi-cumi akan berenang di bawah cahaya lampu pada permukaan
perairan, kemudian menyelam dan menghilang lagi. Cumi-cumi mulai muncul
pada saat matahari mulai tenggelam bersamaan dengan waktu cumi-cumi mencari
makan dan adanya cahaya lampu yang menyebabkan keadaan yang berbeda bagi
cumi-cumi yang secara alami hanya mengenal perubahan siang dan malam,
adanya keadaan tersebut menarik perhatian cumi-cumi yang bersifat fototaksis
positif untuk mendekati cahaya. Cumi-cumi termasuk kelas cephalopoda yang
hidup berenang dalam kolom permukaan perairan sehingga dapat digolongkan
kedalam perikanan pelagis. Daya tembus cahaya yang lebih besar, kedalaman
renang cumi-cumi dibawah cahaya biru lebih meningkat. Namun demikian cahaya
memberikan pengaruh sangat baik terhadap ketertarikan ikan-ikan lainnya yang
menjadi predator bagi cumi-cumi sehingga dengan adanya predator yang
mendekati

sumber

cahaya,

maka

cumi-cumi

akan

menjauhinya

untuk

menyelamatkan diri.
Perbedaan panjang gelombang (kualitas cahaya), akan membedakan warna
dari cahaya. Dari hasil penelitian Adinda (2011) dan Hamzah (1993),
menunjukkan bahwa warna cahaya yang baik untuk digunakan pada light fishing
adalah biru, kuning, putih dan merah dengan menggunakan lampu yang terletak di
atas air.

17

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1

Simpulan

Hasil penelitian tentang Analisis Perbedaan Warna Cahaya LACUDA Terhadap


Hasi Tangkapan Nelayan Bagan, dapat disimpulkan :
1.

Hasil tangkapan bagan tancap yang menggunakan LACUDA, menunjukkan


bahwa cahaya putih memberikan hasil tangkapan lebih banyak daripada
cahaya biru.

2.

Komposisi hasil tangkapan yang terdapat pada LACUDA cahaya putih dan
biru adalah Sotong (Sephia sp.), Cumi-cumi (Loligi sp.), Tamban (Sardinella
gibbosa), Teri (Stolephorus indicus), Pepetek (Leiognathus equulus), Pepetek
Lendir (Leiognathus fasciatus), Tamban Sagon (Sardinella melanura),
Kacang-kacang (Sphyraena obtusata), Dencis (Amblygaster leiogaster) dan
Sucam (Hyporhamphus affinis).

5.2

Saran
Diharapkan adanya penelitian lanjutan tentang perbandingan LACUDA

warna cahaya merah dan hijau sehingga mendapatkan warna yang terbaik untuk
meningkatkan hasil tangkapan nelayan.

18

DAFTAR PUSTAKA
Adinda, Y. 2011. Perbedaan Warna Cahaya Terhadap Hasil Tangkapan Bagan
Tancap. [Skripsi]. Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi. Universitas
Bangka Belitung.
Allen, G. 2010. Marine Fishes of South-East Asia. Periplus. Western Australian.
Ayodhyoa, A. U. 2001. Metode Penagkapan Ikan. Yayasan Dwi Sri. Bogor.
Bambang, N dan Marsul, M. 2007. Perekayasaan Lampu Celup Dalam Air. Jurnal
Ariomma. 21 (4) : 32-42.
Baskoro, M. S dan Effendy, A. 2005. Tingkah Laku Ikan Hubungannya Dengan
Metode Pengoperasian Alat Tangkap Ikan. Departemen Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan. Bogor
Baskoro, M. S dan Suherman, A. 2007. Teknologi Penangkapan Ikan Dengan
Cahaya. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Baskoro, M. S., Taurusman, A. A dan Sudirman. 2011. Tingkah Laku Ikan
Hubungannya Dengan Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap. CV
Lubuk Agung. Bandung.
Boyd, C. E. 1988. Water Quality In Warmwater Fish Pond. Fourth Printing.
Auburn University.
Edward dan Marasabessy, M. D. 2003. Kondisi Oseanografi Teluk Cenderawasih,
Irian Jaya Ditinjau Dari Kepentingan Perikanan. Jurnal Marina Chimica
Acta. 4 (1) : 1-4.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.
Fachrul, M. I. 2006. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta.
Hamzah, M. S dan Sumadhiharga, O. K. 1993. Pengaruh Warna Cahaya Lampu
Terhadap Tangkapan Cumi-cumi (Loligo spp) Dengan Alat Tangkap
Jigs di Teluk Galela, Maluku Utara. Jurnal Fakultas Perikanan
Universitas Sam Ratullangi. II (2) : 55-62.
Harinaldi. 2005. Prinsip-prinsip Statistika Untuk Teknik dan Sains. Erlangga.
Jakarta.
Holil dan Ujang. 2000. Studi Tentang Sebaran Cahaya Lampu TL dalam Air
dengan Sumber Solar Cell System pada Pengoperasian Bagan Apung.
[Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

19

Hutagalung, H. P., Setiapermana, D dan Riyono, S. H. 1997. Metode Analisis Air


Laut, Sedimen dan Biota. PO3 LIPI. Jakarta.
Kuiter,

R. H and Helmut, D. 2007.


Fishes.Unterwasserarchiv. Germany.

World

Atlas

of

Marine

Kuncoro, E. B dan Ardi Winarto, F. E. 2009. Ensiklopedia Populer Ikan Air Laut.
Lily Publisher. Yogyakarta.
Nybakken, W. J. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi Laut. Gramedia.
Jakarta.
Nadir, M. 2000. Teknologi Light Fishing di Perairan Baru Selat Makassar :
Deskripsi, Sebaran Cahaya dan Hasil Tangkapan [Tesis]. Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Spiegel, M. R dan Srephens, L. J. 2007 Statistik ( Edisi 3). Erlangga. PT Glora
Aksara Pratama.
Subani, W. 1983. Alat dan Cara Penangkapan Ikan di Indonesia (Jilid 1). LPPL.
Jakarta.
Subani, W. dan Barus, H. R. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di
Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
Sudirman, H. dan Mallawa, A. 2004. Tehnik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta.
Jakarta.

20

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

21

Lampiran 2. Alat dan Bahan


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Alat dan Bahan


GPS
Timbangan
Alat Tulis
Genset
LACUDA
Kabel
Kapal
Cool Box
Tali Polyprophylene (pp)
Ikan
Bagan
Kamera
Buku Identifikasi
Curren Meter
Sechi disk
Refrakto Meter

Kegunaan
Penentuan titik koordinat lokasi penelitian
Alat ukur hasil tangkapan
Pencatatan hasil tangkapan
Generator penyalur listrik
Alat bantu penangkapan
Penyambung Arus listrik dari generator ke Lacuda
Transportasi selama penelitian
Wadah hasil tangkapan
Penurun Lampu
hasil tangkapan
Alat tangkapan
Dokumentasi
Mengidentifikasi jenis ikan
Untuk mengukur arus dan suhu
Untuk mengukur penetrasi cahaya
Mengukur Salinitas

22

Lampiran 3. Hasil Tangkapan Bagan


Data Hasil Tangkapan Bagan Tancap Dengan LACUDA Hari Pertama.

No

Hari 1
Perlakuan

Hasil Tangkapan
Putih

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Sephia sp
Loligo sp
Sardinella gibbosa
Stolephorus indicus
Leiognathus equulus
Leiognathus fasciatus
Sardinella melanura
Sphyraena obtusata
Amblygaster leiogaster
Hyporhamphus affinis
Total Hasil Tangkapan/Perlakuan

0,8
0,7
0,3
9,5
0
0
0
0
0,4
0

Biru
0
1,2
1,2
3
0
0
0,5
0
0,3
0

Biru

Total Tangkapan
Putih

0,3
0,4
4
0,3
0
0
0
0
0
0,2

0,4
0,6
0
3,2
0,4
0
0
0
0,2
0

Putih
1,2
1,3
0,3
12,7
0,4
0
0
0
0,6
0
16,5

Biru
0,3
1,6
5,2
3,3
0
0
0,5
0
0,3
0,2
11,4

Data Hasil Tangkapan Bagan Tancap Dengan LACUDA Hari Kedua.

No

Hari 2
Perlakuan

Hasil Tangkapan
Putih

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Sephia sp
Loligo sp
Sardinella gibbosa
Stolephorus indicus
Leiognathus equulus
Leiognathus fasciatus
Sardinella melanura
Sphyraena obtusata
Amblygaster leiogaster
Hyporhamphus affinis
Total Hasil Tangkapan/Perlakuan

0,7
0,5
0
5,4
0
0
0,7
0,4
0
0

23

Putih
0,6
0,7
1,2
3,7
0
0
0,5
0
0,3
0

Biru
0,5
0,8
0
3,7
0,2
0,6
0
0
0,1
0

Total Tangkapan
Putih
0,6
1,2
1
3,3
0,2
0,6
0
0
0
0

Putih
1,9
2,4
2,2
12,4
0,2
0,6
1,2
0,4
0,3
0
21,6

Biru
0,5
0,8
0
3,7
0,2
0,6
0
0
0
0
5,8

Data Hasil Tangkapan Bagan Tancap Dengan LACUDA Hari Ketiga

No

Hari 3
Perlakuan

Hasil Tangkapan
Biru

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Sephia sp
Loligo sp
Sardinella gibbosa
Stolephorus indicus
Leiognathus equulus
Leiognathus fasciatus
Sardinella melanura
Sphyraena obtusata
Amblygaster leiogaster
Hyporhamphus affinis
Total Hasil Tangkapan/Perlakuan

0,4
0,9
0,4
0
0,2
0
0
0
0

24

Putih
0,2
0,1
0,2
0,5
0
0
0,3
0
0
0,1

Total Tangkapan

Biru
0,3
0,9
0,2
0,7
0,2
0
0
1,5
0
0,1

Biru
0,3
0,9
0,2
1
0,2
0
0,2
1,3
0
0

Putih
0,2
0,1
0,2
0,5
0
0
0,3
0
0
0,1
1,4

Biru
1
2,7
0,4
2,1
0,4
0,2
0,2
2,8
0
0,1
9,9

Lampiran 4. Gambar Hasil Tangkapan

Amblygaster leiogaster

Leiognathus equulus

Spratelloides gracilis

Sardinella gibbosa

Leiognathus fasciatus

Hyporhamphus affinis

Sephia sp

25

Sardinella melanura

Sphyraena obtusata

Loligo sp

Lampiran 5. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian

Hasil Tangkapan

Genset

Kapal

Roller

Bola Pemberat

Serok

Bagan Tancap

LACUDA

26

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Desa Mancung Kecamatan Kelapa
Kabupaten Bangka Barat Provinsi Kep. Bangka Belitung,
pada tanggal 22 Juli 1990 dari pasangan Bapak Jemaun dan
Ibu Saina. Penulis merupakan anak kelima dari enam
bersaudara. Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SDN
006 Mancung tahun 2003 dan pada tahun yang sama
melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di MTsN 001
Kelapa. Setelah menamatkan sekolah selama tiga tahun, pada tahun 2006 penulis
melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas hingga tahun 2009 di SMAN
1 Kelapa.
Pada tahun 2009 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Bangka
Belitung pada Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan dan mengambil
peminatan Ilmu Kelautan. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagai
organisasi diantaranya Anggota Kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa
Penelitian (PKM-P) Dikti tahun 2013 dan Anggota Himpunan Mahasiswa
Perikanan Universitas Bangka Belitung 2011-2012.
Sebagai tugas akhir penulis melakukan penelitian dengan judul Analisis
Perbedaan Warna Cahaya LACUDA Terhadap Hasil Tangkapan Nelayan Bagan.

27

Anda mungkin juga menyukai