Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN MAGANG

PEMIJAHAN IKAN GABUS HARUAN (Channa striata) SECARA ALAMI


TERKONTROL DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR
(BPBAT) MANDIANGIN

Disusun Oleh :

AHMAD IKMAN

193020406027

PRODI BUDIDAYA PERAIRAN

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2022
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pemijahan ikan Gabus Haruan (Channa striata)


di

Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin

Nama : Ahmad Ikman

NIM : 193020406027

Jurusan : Perikanan

Fakultas : Pertanian

Universitas : Universitas Palangka Raya

Lokasi Kegiatan : BPBAT Mandiangin

Waktu Pelaksananaan : 20 juni – 29 juli 2022

Mandiangin, 29 juli 2022

Menyetujui :

Pembimbing lapangan Sub Bagian Umum

Rohana Hidayati, M.Sc Webby, M.Si


NIP. 19840607 200701 2 001 NIP. 19790526
200801 1 009
Mengetahui :

Kepala BPBAT Mandiangin

Evalawati, S.P., M.M.


NIP 19670608 198901 2 008

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Magang yang
berjudul "Pemijahan Ikan Gabus Haruan (Channa striata)", Di Balai Perikanan
Budidaya Air Tawar Mandiangin, Kalimantan Selatan Dapat terselesaikan dengan
baik dan tepat waktu. Dalam penyusunan Laporan magang ini banyak pihak yang
telah membantu, oleh karena itu tidak lupa Saya ucapkan terima kasih banyak
kepada:
1. Bapak Ir. Noor Yasin, M.P (pembimbing I) dan Bapak Dr. Ir. Mohamad Rozik,
M.Si (pembimbing II) yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan
saran serta mengarahkan saya dalam menyelesaikan penulisan laporan ini dengan
Baik.
2. Ibu Dr. Ir. Sosilawaty, M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian, Bapak Dr. Noor
Syarifuddin Yusuf, S.Pi., M.Si selaku Ketua Jurusan Perikanan dan ibu Shinta
Sylvia monalisa, S.Pi selaku Ketua Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas
Pertanian, Universitas Palangka Raya.
3. Ibu Evalawati, S.P., M.M selaku Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Tawar
(BPBAT) Mandiangin.
4. Ibu Rohana Hidayati M.Sc sebagai pembimbing Lapangan dan Pak Sarmani
pendamping di lapangan yang telah bersedia membantu dan sabar mengajari saya
dalam pelaksanaan Magang dan membantu saya dalam mengarahkan penyusunan
laporan magang ini dengan baik.
5. Kepada orang tua dan keluarga dan teman yang telah banyak memberikan
semangat dan motivasi sehingga dapat menyelesaikan laporan magang ini.
Penulis menyadari bahwa dalam kegiatan magang dan penulisan laporan ini
masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi substansi maupun penyajiannya.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala masukan baik berupa saran maupun
kritik dari semua pihak untuk perbaikan penulisan pada masa yang akan datang.
Mandiangin, 27 Juli 2022

ii
Ahmad Ikman
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah Magang 2

1.3 Tujuan Dan Manfaat 2

1.3.1 Tujuan 2

1.3.2 Manfaat 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan morfologi ikan Gabus (Channa Striata) 3

2.2 Habitat dan Kebiasan hidup Ikan Gabus (Channa Striata) 4

2.3 Kebiasaan Makan Ikan Gabus (Channa Striata) 5

III. METEDOLOGI MAGANG

3.1 Tempat dan Waktu Magang 6

3.2 Alat dan Bahan Magang 6

3.3 Metode Pelaksanaan Magang 7

3.3.1 Metode Partisipatif 7

3.3.2 Observasi 7

iii
3.3.3 Diskusi 8

3.3.4 Studi Pustaka 8

3.4 Prosedur magang 8

3.4.1 Persiapan Media 8

3.4.2 Pemeliharaan Induk 8

3.4.3 Seleksi Induk 9

3.4.4 Pemijahan 9

3.4.5 Penetasan Telur 10

IV. PROFIL BALAI

4.1 Keadaan Umum BPBAT Mandiangin 12

4.2 Sejarah Berdirinya BPBAT Mandiangin 13

4.3 Tugas dan Fungsi BPBAT Mandiangin 15

4.4 Sumber Daya Manusia 19

4.5 Sarana dan Prasarana 20

4.6 Komoditas di BPBAT Mandiangin 20

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Persiapan Wadah dan Media 21

5.2 Pemeliharaan Induk 21

5.3 Seleksi Induk 22

5.4 Pemijahan 23

5.4.1 Fekuenditas 23

5.4.2 Fertilization Rate (HR) 24

iv
5.4.3 Hatching Rate (H23) 24

5.6 Pemeliharaan Larva 25

5.7 Kualitas Air 26

VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan 28

6.2 Penutup 28

DAFTAR PUSTAKA 29

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Ikan Gabus (Channa striata) 3

Gambar 2 Kantor Kerja BPBAT Mandiangin 13

Gambar 3 Wilayah Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jendral


Perikanan Budidaya di 8 Provinsi 14

Gambar 4 Bagan Struktur Organisasi BPBAT Mandiangin 17

Gambar 5 Jumlah Pegawai BPBAT Mandiangin Berdasarkan Tingkat

Pendidikan 19

Gambar 6 Urogenital Induk Jantan dan Betina 22

Gambar 7 Menghitung Larva Manggunakan Gelas kaca 32

Gambar 8 Pengangkatan Larva yang Sudah Menetas ke dalam Baskom 32

Gambar 9 Grading 32

Gambar 10 Pemberian Garam pada Kolam 32

Gambar 11 Menguras kolam Indukan 32

Gambar 12 Memasangkan Induk Jantan dan Betina yang sudah di Seleksi 32

Gambar 13 Pengukuran pH pada Bak pemijahan 33

Gambar 14 Pengambilan Kutu air Pada Kolam Pembesaran 33

Gambar 15 Mengurangi eceng gondok pada kolam pembesaran 33

Gambar 16 peletakan induk jantan dan betina pada bak pemijahan 33

Gambar 17 Seleksi Induk 33

Gambar 18 Mencabut kutu jangkar pada induk di kolam induk 33

vi
Gambar 19 peremukan mengkudu untuk obat indukan 34

Gambar 20 Peletakan eceng gondok pada bak pemijahan 34

Gambar 21 Pengukuran DO pada bak pemijahan 34

Gambar 22 Penebaran larva pada kolam pendederan 1 34

Gambar 23 Pellet apung (pakan Ikan) 35

Gambar 24 Bak pemijahan 35

Gambar 25 larva ikan Gabus 35

Gambar 26 telur gabus 35

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 alat yang digunakan Dalam Magang 6

Tabel 2 Bahan yang digunakan 7

Tabel 3 Ciri-ciri Induk Jantan dan Betina 8

Tabel 4 Jumlah Pegawai BPBAT Mandiangin 16

Tabel 5 Fekunditas 21

Tabel 6 Fertilization Rate 22

Tabel 7 Hatching Rate 22

Tabel 8 Kualitas Air 24

viii
LAMPIRAN TABEL

Lampiran 1 Dokumentasi Kegiatan 31

ix
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan gabus (Channa striata) merupakan salah satu komoditas air tawar
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Ikan ini memiliki bentuk kepala
menyerupai ular sehingga disebut Snake head dan juga dikenal dengan nama lokal
ikan delak atau ikan harun. Ikan gabus menjadi komoditas budidaya ekonomis
penting, karena ikan ini memiliki nilai jual tinggi, selain itu daging ikan gabus
juga mengandung albumin. Albumin bermanfaat untuk mempercepat
penyembuhan jaringan sel yang terbelah, akibat luka atau pasca operasi. Manfaat
lain dari albumin yaitu untuk membangun dan memperbaiki jaringan sel yang
mati, seperti pada luka diabetes mellitus, luka bakar, jaringan kulit yang mati, luka
lambung yang disebabkan maag dan meningkatkan daya tahan tubuh
(Rahmawanty et al, 2014).

Berbagai manfaat yang dimiliki ikan gabus menyebabkan ikan ini banyak
diminati masyarakat dan memiliki potensi untuk dibudidayakan. Kendala yang
dihadapi dalam budidaya ikan ini adalah benih ikan gabus masih mengandalkan
tangkapan dari alam. Dengan adanya keunggulan aspek biologi dan aspek
ekonomi, maka ikan gabus patut untuk dikembangbiakan untuk menghasilkan
benih yang siap untuk di tebar ke perairan sebagai upaya konservasi sumberdaya
ikan dan meningkatkan populasi alam. Selain itu benih ikan gabus hasil
pengembangbiakan dapat digunakan untuk usaha budidaya secara terkontro
(Muslim dan Syaifudin, 2012).

Penelitian yang telah dilakukan dalam upaya menjadikan ikan gabus ini
sebagai ikan budidaya, antara lain penelitian tentang biologi reproduksi ikan
gabus, upaya mendomestikasi ikan gabus dari alam liar kedalam media budidaya,
penelitian tentang biologi reproduksi ikan gabus hasil domestikasi serta upaya
pemijahan ikan gabus yang bertujuan untuk melestarikan sumber daya alam atau
sumber daya agar tidak punah serta menjaga ekosistem dan menambah bahan
pangan.

1
Pemijahan merupakan proses perkawinan yang terjadi antara indukan
jantan dan indukan betina yang mengeluarkan sel sperma dan sel telur dan terjadi
diluar tubuh ikan (ekstemal). Umumnya pemijahan dalam usaha pembenihan
dilakukan yaitu untuk usaha pembesaran pemijahan dilakukan untuk mendapatkan
calon indukan baru yang lebih berkualitas.

1.2. Rumusan Permasalahan Magang

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka dapat diambil suatu
rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana teknik pemijahan yang baik pada
ikan Gabus Haruan (Channa striata) untuk meningkatkan produksi maupun untuk
mendapatkan larva yang berkualitas.

1.3. Tujuan dan Manfaat

1.3.1. Tujuan

Tujuan pelaksanaan magang ini untuk 1). Mengetahui dan mampu


melakukan tahapan pemijahan Ikan Gabus Haruan (Channa striata) Secara Alami
Terkontrol, 2). Mendapatkan larva ikan gabus Haruan (Channa striata) hasil dari
pemijahan di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin,
Kalimantan Selatan.

1.3.2. Manfaat

Adapun manfaat dari kegiatan pemijahan ini yaitu untuk menambah


pengetahuan dan wawasan bagi pembaca dan juga pengalaman bagi peserta
magang serta dapat menjadi acuan ataupun referensi bagi pembaca lainnya untuk
meningkatkan pengetahuan, dan keterampilan.

2
II. TINJAUN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Gabus (Channa striata)

Klasifikasi ikan Gabus (Channa striata) Ardianto (2015) adalah :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Class : Actinopterygii

Superordo : Teleostei

Ordo : Perciformes

Subordo : Channoidei

Family : Channidae

Genus : Channa

Spesies : Channa striata

Gambar 1. Ikan Gabus (Channa striata)

3
Ikan Gabus tergolong labirintchy yaitu memiliki organ napas tambahan
pada bagian atas insangnya, sehingga mampu menghirup udara langsung dari
atmosfer. Ikan ini juga mampu bergerak dalam jarak jauh pada musim kemarau
untuk mencari sumber air. Ikan Gabus (Channa striata) dan jenis ikan air tawar
lainnya melakukan pemijahan pada awal atau pertengahan musim hujan (Santoso,
2009).

Ikan gabus (Channa striata) memiliki ciri-ciri morfologi seluruh tubuh


dan kepala ditutupi sisik cycloid dan cetenoid, bentuk badan dibagian depan
hampir bundar dan pipih tegak kearah belakang sehingga disebut ikan berkepala
ular (snake head fish) (Kottelat et al., 1993). Ikan ini memiliki diverticula yaitu
suatu alat pernafasan tambahan yang terletak dibagian atas insang sehingga
mampu menghirup udara dari atmosfer (Lagler et al., 1962), juga mampu berjalan
jauh dimusim kemarau untuk mencari air (Kottelat et al., 1993). Bahkan ikan ini
dapat mempertahankan hidup dengan cara menguburkan diri dalam lumpur saat
musim kemarau dimana rawa-rawa habitat ikan gabus lagi kering (Muslim, 2005).

Organ Labyrinth ikan gabus berupa bilik-bilik insang yang mempunyai


kantong-kantong kecil yang terlipat dan dilengkapi dengan pembuluh-pembuluh
darah guna menyerap oksigen. Betina biasanya ditandai dengan bentuk kepala
yang membulat. perutnya lembek dan membesar, warna tubuhnya cenderung
terang, dan bila diurut akan keluar telur. Pejantan sendiri ditandai dengan bentuk
kepala yang lonjong, warna tubuhnya cenderung gelap, lubang pada kelamin
memerah, serta akan mengeluarkan cairan putih agak bening ketika diurut.

2.2. Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Gabus (Channa striata)

Ikan gabus (Channa Striata) terdapat pada perairan yang dangkal, seperti
sungai dan rawa dengan kedalaman 40 cm dan menyukai tempat yang gelap,
berlumpur, berarus tenang, ataupun wilayah bebatuan untuk bersenbunyi. Ikan
gabus juga sering didapati di danau, saluran air atau sawah. Ikan gabus termasuk
salah satu jenis ikan air tawar yang mempunyai penyebaran yang luas, dan secara

4
alami dapat hidup di danau, sungai, rawa air tawar, dan sawah dan benih ikan
gabus banyak ditemukan di daerah perairan yang banyak rerumputan atau
tanaman air dan belukar yang terendam air.

Ikan gabus (Channa striata) merupakan ikan labirin yang mampu bertahan
di luar air, karena mempunyai alat pernafasan tambahan yang berupa lipatan kulit
tipis yang berliku-liku seperti labirin Ikan ini biasa hidup di sungai, danau, dan
kolam/tambak, serta biasa membuat sarang di daerah rawa-rawa atau diantara
belukar yang terdapat pada tepi tambak dan sungai. Pemijahan ikangabus bersifat
musiman, memijah pada musim hujan dari Bulan Oktober hingga Desember. Pada
musim kawin, ikan gabus jantan dan betina bekerjasama menyiapkan sarang
diantara tumbuhan di tepi air. Anak-anak ikan berwarna merahjinggabergaris
hitam, berenang dalam kelompok yang bergerak bersama-sama untuk mencari
makanan.

2.3. Kebiasaan Makan Ikan Gabus (Channa striata)

Ikan gabus (Channa striata) merupakan ikan yang bersifat predator (pemangsa)
yang memakan cacing, katak, anak-anak ikan, udang, siput, katam, dan
sebagainya. Pada masa larva ikan gabus (Channa striata) memakan zooplankton
seperti daphnia dan cyclops (Makmur et al., 2003). Pada ukuran benih fingerling
makanan berupa serangga, udang dan ikan kecil, sedangkan ukuran dewasa
memakan udang, serangga, katak, cacing, dan ikan (Sinaga et al., 2000; Muflikha
et al., 2005). Perbedaan komposisi makanan antara anak ikan gabus dengan ikan
gabus dewasa disebabkan perbedaan bukaan mulut.

Hal ini didukung oleh pernyataan Nikolsky (1963), bahwa perbedaan bukaan
mulut, jenis pakan dan ukuran pakan disebabkan oleh proses adaptasi terhadap
pencernaan dan perubahan komposisi enzim. Selain itu Lagler et al., (1962)
mengatakan bahwa organisme yang dimakan disesuaikan dengan perkembangan
pencernaan.

5
III. METEDOLOGI MAGANG

3.1 Tempat dan Waktu Magang

Kegiatan magang ini dilaksanakan di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar


(BPBAT) Mandiangin Jl. Tahura Sultan Adam Km 14, Mandiangi Barat,
Kecamatan Karang Intan, Cempaka, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan
Selatan. Kegiatan magang ini dilaksanakan selama 40 hari.

3.2 Alat dan Bahan Magang

Alat dan bahan yang digunakan pada kegiatan magang dapat dilihat pada
Tabel 1 dan Tabel 2 :

Tabel 1. Alat yang Digunakan Selama Kegiatan Magang

No Nama alat dan Bahan Fungsi


1 Kolam Induk Wadah pemeliharaan induk

2 Kolam pemijahan Wadah pemijahan ikan gabus


3 Baskom Plastik diameter 50 Wadah pemeliharaan larva ikan
cm gabus
4 Seser Untuk menangkap induk dan larva

5 Ember plastik diameter 25 cm Untuk menampung pakan

6 Gayung Untuk pengambilan air


7 Penggaris Untuk mengukur panjang induk

8 Timbangan Untuk mengukur bobot indukan

9 pH meter Untuk mengukur kadar pH pada


media
10 Do meter Untuk mengukur kadar DO dan
suhu pada media

6
11 Alat tulis Untuk mencatat semua kegiatan
yang dilakukan
12 Gelas kaca Untuk menghitung telur dan larva

13 Baskom kecil Untuk wadah sampel telur dan larva

Tabel 2 Bahan yang digunakan

No Nama Fungsi

1 Induk Jantan dan Betina Untuk dipijahkan

2 Pellet Untuk pakan induk

3 Air Tawar Media hidup ikan

4 Eceng Gondok Tempat menempelnya telur


saat memijah

3.3 Metode Pelaksanaan Magang

Model magang yang dilakukan oleh penulis :

3.3.1 Metode Partisipatif

Model magang yang penulis lakukan berupa uji coba menggunakan


metode partisipatif yaitu, dimana terlibat langsung di lapangan terhadap objek
atau judul magang yang akan dilakukan.

3.3.2 Observasi

Observasi, yaitu dalam pelaksanaan praktik kerja lapang (PKL) mahasiswa


mengadakan pengamatan terhadap berbagai kegiatan yang berlangsung di
lapangan.

7
3.3.3 Diskusi

Metode diskusi yaitu dalam pelaksanaan praktik kerja lapang (PKL)


mahasiswa mengadakan berbagai diskusi dengan dosen pembimbing maupun
pembimbing di lapangan terkait materi yang didapatkan.

3.3.4 Studi Pustaka

Metode studi pustaka, yaitu dalam pelaksanaan praktik kerja lapang


(PKL). mahasiswa menggunkan berbagai bahan pustaka tambahan yang
menambah dan mendukung pengetahuan terkait praktik di lapangan.

3.4. Prosedur Magang

3.4.1. Persiapan Media

Persiapan wadah yang dilakukan pembersihan wadah pemijahan dengan


menggunakan sikat untuk menghilangkan kotoran dan lumut yang menempel pada
wadah pemeliharaan, kemudian dilakukan penjemuran wadah agar steril. Wadah
yang digunakan untuk kolam pemijahan yaitu kolam bundar dengan diameter 1 m
yang terbuat dari beton.

Setelah prosess penjemuran selesai selama 1 hari, maka dilakuka pengisian


air ½ dari ketingian bak agar bak pemijahan tidak bocor dan diberi tanaman eceng
gondok.

3.4.2. Pemeliharaan Induk

Kolam pemeliharaan induk yaitu kolam bundar dengan diameter 3 m dan kolam
permanen dengan ukuran 1,5 x 2. Pemberian pakan induk sebanyak 2 kali sehari
yaitu pada pukul 08.00 dan 16.00 waktu setempat dan dosis pemeberian pakan
sebanyak 1,5% dari biomassa. Induk diberikan pellet apung dengan kandungan
protein minimal 31%, lemak 5%, abu 12%, serat kasar 4%, kadar air 10%
(Kemasan pakan) agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ikan, kemudian
penambahan vitamin E pada pakan ikan.

8
3.4.3. Seleksi Induk

Seleksi induk dilakukan dengan cara ditangkap satu persatu induknya.


Untuk membedakan induk jantan dan induk betina dapat dilihat dari karakteristik
tubuhnya. Induk jantan berwarna lebih gelap dibandingkan induk betina, tubuh
lebih ramping dan memanjang. Ciri pada bagian genital papilla terlihat adanya
tonjolan kecil dengan lubang urogenital memanjang. Induk betina memiliki
bentuk tubuh yang membulat dan lebar serta warna tubuh lebih cerah bagian
bawah perut membesar dan lembek, urogenital berwarna kemerah-merahan dapat
kita liat pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Ciri-ciri induk jantan dan Betina matang gonad

No Induk Jantan Induk betina


1 Tubuh ramping memanjang Tubuh lebar membulat kesamping

2 Memiliki warna tubuh lebih Warna tubuh lebih cerah


gelap
3 Bagian bawah perut rata Bagian bawah perut agak
melengkung
4 Alat kelamin berwarna Alat kelamin berwarna merah muda
kemerahan

3.4.4, Pemijahan

Pemijahan ikan gabus dilakukan dengan metode alami terkontrol. Induk


yang telah diseleksi dan matang gonadnya ditebar dalam bak pemijahan dengan
perbandingan 1:1 induk betina akan mengeluarkan telurnya kedalam air dan pada
saat hampir bersamaan induk jantan mengeluarkan sperma dan membuahinya.
Mulainya pemijahan yaitu Induk jantan yang bergerak mendekati dan
mengelilingi induk betina sebagai tanda mulai terjadi pemijahan. Telur ikan gabus

9
mengapung pada permukaan air apabila di kolam telur ikan gabus mengapung dan
menempel di akar eceng gondok.

Setelah pemijahan selesai maka pasangan induk ikan gabus menjaga telur
dengan cara bergerak berputar di bawah permukaan air. Ikan gabus bersifat
partial spawning yaitu memijah sebagian dimana seluruh telur tidak dikeluarkan
semua.

3.4.5. Penetasan Telur

Penetasan telur ikan gabus terjadi pada bak pemijahan, sehingga tidak
dilakukan pemanenan telur. Telur akan menetas 24-38 jam setelah fertilisasi.
Telur yang terbuahi berwarna bening, sementara telur yang tidak terbuahi
berwarna putih.

1. Jumlah Telur (Fekuenditas)


Fekuenditas total dihitung dengan menggunakan metode gravimetric
dengan rumus sebagai berikut (effendie, 1997).

Bg
F = Bs × Fs

Keterangan :
F = jumlah seluruh telur (butir)
Fs = jumlah telur pada sebagian gonad (butir)
Bg = bobot seluruh gonad (g)
Bs = bobot sebagian gonad kecil (g)
selanjutnya fekuenditas dihubungkan dengan panjang tubuh ikan dan
bobot tubuh dengan menggunakan analisis regresi (Effendie, 2002)
2. Fertilization Rate (FR)
Effendie (1979) manyebutkan bahwa untuk mengetahui derajat fertilisasi
telur ikan dapat menggunakan rums sebagai berikut :
po
F= ×100 %
p

10
Keterangan :
FR = Derajat pembuahan telur (%)
P = jumlah telur sampel
Po = jumlah telur yang dibuahi
3. Hatching Rate (HR)
Menurut menunggal, A (2018) Haching Rate (HR) adalah daya tetas telur
atau jumlah telur yang menetas. Penetasan telur dapat disebabkan oleh
factor gerakan telur, perubahan suhu, intensitas cahaya, dan kadar oksigen
terlarut dalam air. Rumus yang digunakan untuk menghitung Haching
Rate (Alawi, 1994) sebagai berikut :

∑ telur yang menetas


HR = ×100 %
∑telur yang terbuahi

11
IV. PROFIL BALAI

4.1 Keadaan Umum Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin

Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin berlokasi di Jl. Tahura


Sultan Adam Km. 14 Mandiangin Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar
Provinsi Kalimantan Selatan, dengan batas-batas wilayah berbatasan secara
langsung, antara lain:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Padang Panjang,

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kiram,

3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Mandiangm Timur dan

4. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cempaka.

Sebagian besar wilayah sekitar BPBAT Mandiangin merupakan daerah


berbukit dengan keadaan lingkungan dikelilingi oleh hutan alam yang luasnya 518
Ha BPBAT Mandiangin terdiri dari lokasi utama dan tiga instalasi budidaya ikan,
yaitu:

1. Lokasi utama seluas 10 Ha yang terletak di Desa Mandiangin,


Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan

2. Instalasi Budidaya Ikan di Bincau seluas 3,442 Ha yang terletak di Desa


Bincau, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar yang berjarak 10 KM
dari Mandiangin,

3. Instalasi Awang Bangkal (mempunyai karamba sebanyak 60 unit)


terletak di Desa Awang Bangkal, Kecamatan Karang Intan berjarak 5 KM
dari Mandiangin, dan

12
4. Instalasi Budidaya Lahan Gambut Pulang Pisau seluas = 26,415 Ha
berada di Desa Garung, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang
Pisau.

Kondisi lahan pada BPBAT Mandiangin ini dapat dibedakan dalam tiga
topografi lahan, yakni: lahan sebelah barat, tengah dan timur. Lahan sebelah barat
seluas 4 Ha merupakan lahan yang relatif rata dan merupakan bagian yang
tertinggi Pada lahan ini dimanfaatkan sebagai lokasi kantor, laboratorium asrama
dan bangunan gedung lamnya. Lahan seluas 2 Ha yang ada dalam bagian tengah
relatif lebih rendah, di areal ini dibuat untuk unit-unit perkolaman. Lahan sebelah
timur memiliki luas 4 Ha dengan topografi dibandingkan dengan lahan bagian
tengah lebih tinggi antara 1 hingga 3 m.

4.2 Sejarah Berdirinya Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin


(BPBAT)

Gambar 2. Kantor Kerja BPBAT Mandiangin

Sejarah Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin dimulai dengan


dibentuknya Loka Budidaya Air Tawar berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian Nomor : 346/Kpts/OT.210/1994. Pada tanggal 12 januari 2006 status
Loka Budidaya Air Tawar Mandiangin menjadi Balai Budidaya Air Tawar

13
Mandiangin berdasarkan berdasarkan SK Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor: PER 09/MEN/2006. Dengan beban tugas dan tanggung jawab yang
semakin meningkat, maka sejak tanggal 3 Februari 2014, dengan Peraturan
Menteri Keluatan dan Perikanan Nomor: 6/PERMEN-KP/2014 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Perikanan Budidaya Air Tawar, Perikanan
Budidaya Air Payau, dan Perikanan Budidaya Laut, nama Balai Budidaya Air
Tawar Mandiangin berubah menjadi Balai Perikanan Budidaya Air Tawar
Mandiangin. Kemudian direvisi dengan Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor: 67/PERMEN-KP/2021 tanggal 28 Desember 2021 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Perikanan Budidaya, Balai
Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin.

Keberadaan Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin sebagai


salah satu Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya mempunyai peran yang sangat strategis dalam mendukung
industrialisasi perikanan budidaya. Wilayah kerja meliputi 8 provinsi yaitu:
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Bali dapat
diliat pada gambar peta di bawah ini.

Gambar 3. Wilayah kerja Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Direktorat Jendral


Perikanan Budidaya di 8 Provinsi

14
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin Provinsi Kalimantan
Selatan memiliki visi dan misi yaitu :

Visi
Mewujudkan Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin sebagai
pusat pelayanan dan pengawalan teknologi budidaya air tawar yang berdaya saing,
berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Misi
1. Mewujudkan kemandirian perikanan pembudidaya melalui pemanfaatan
sumberdaya berbasis pemberdayaan masyarakat.
2. Mewujudkan produk perikanan budidaya berdaya saing melalui peningkatan
teknologi inovatif.
3. Memanfaatkan sumbedaya perikanan budidaya secara berkelanjutan.

4.3 Tugas dan Fungsi Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor :


67/PERMEN-KP/2020 tanggal 28 Desember 2020 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Perikanan Budidaya, Balai Perikanan Budidaya Air
Tawar Mandiangin mempunyai tugas melaksanakan uji terap teknik dan
kerjasama, produksi, pengujian laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan,
bimbingan teknis, dan pengelolaan sistem informasi dibidang perikanan budidaya
air tawar.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Balai Perikanan Budidaya Air Tawar


Mandiangin menyelenggarakan fungsi :

1. penyusunan, pemantauan, dan evaluasi rencana, program, dan anggaran serta


pelaporan di bidang perikanan budidaya air tawar;
2. pelaksanaan uji terap teknik perikanan budidaya air tawar;
3. pelaksanaan penyiapan bahan standardisasi perikanan budidaya air tawar;
4. pelaksanaan sertifikasi sistem perikanan budidaya air tawar;
5. pelaksanaan kerja sama teknis perikanan budidaya air tawar;

15
6. pengelolaan dan pelayanan sistem informasi dan publikasi perikanan
budidaya air tawar;
7. pelaksanaan layanan pengujian laboratorium persyaratan kelayakan teknis
perikanan budidaya air tawar;
8. pelaksanaan pengujian kesehatan ikan dan lingkungan budidaya air tawar;
9. pelaksanaan produksi induk unggul, benih bermutu, dan sarana produksi
perikanan budidaya air tawar;
10. pelaksanaan bimbingan teknis perikanan budidaya air tawar; dan
11. pelaksanaan urusan ketatausahaan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tersebut, struktur


organisasi dan tata kerja Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin terdiri
dari :

1. Sub Bagian Umum, mempunyai tugas untuk melakukan penyusunan,


pemantauan, dan evaluasi rencana, program, dan anggaran, pelaporan, urusan
keuangan, hubungan masyarakat, organisasi dan tata laksana, kepegawaian,
persuratan, kearsipan, dokumentasi, rumah tangga, serta pengelolaan barang
milik negara dan perlengkapan.
2. Kelompok Jabatan Fungsional, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
perekayasaan, pengujian, penerapan dan bimbingan penerapan
standar/sertifikasi perbenihan dan pembudidayaan ikan air tawar,
pengendalian hama dan penyakit ikan, pengawasan benih dan
pembudidayaan, dan penyuluhan serta kegiatan lain sesuai tugas masing-
masing jabatan fungsional berdasarkan peraturan perundang undangan yang
berlaku. Jabatan Fungsional yang ada di Balai Perikanan Budidaya Air
Tawar Mandiangin sampai dengan bulan Maret 2022 adalah Perekayasa,
Teknisi Litkayasa, Pengawas Perikanan, Pengendali Hama Penyakit Ikan,
Analis Budidaya dan Analis Pengelolaan Keuangan.
Susunan organisasi Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin
tergambar pada susunan organisasi seperti pada bagan struktur
organiasasi di bawah ini.

16
KEPALA

SUBBAGIAN UMUM

KOORDINATOR DAN KELOMPOK


JABATAN FUNGSIONAL

Gambar 4 struktur Organisasi BPBAT Mandiangin

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tersebut, struktur


organisasi dan tata kerja Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin terdiri
dari :
1. Sub Bagian Tata Usaha, mempunyai tugas untuk melakukan penyiapan bahan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pelaporan keuangan,
kegiatan teknis, anggaran, pengelolaan kepegawaian, tata laksana, barang
milik negara, rumah tangga, dan ketatausahaan.
2. Seksi Pengujian dan Dukungan Teknis, memiliki tugas untuk melakukan
penyiapan bahan pelaksanaan layanan pengujian laboratorium kelayakan
teknis, kesehatan ikan dan lingkungan, produksi benih-benih unggul dan
bermutu, dan sarana produksi serta bimbingan teknis perikanan budidaya air
tawar.

17
3. Seksi Uji Terap Teknis dan Kerja Sama, memiliki tugas untuk melakukan
penyiapan bahan pelaksanaan uji terap teknik, standarisasi, sertifikasi, kerja
sama teknis, pengelolaan dan pelayanan informasi, serta publikasi perikanan
budidaya air tawar.
4. Kelompok Jabatan Funsional
Pada kelompok ini memiliki fungsi untuk mengembangkan serta
membudidayakan ikan air tawar. Dalam jabatan fungsional ini ada beberapa
divisi yaitu:
a. Divisi Pelayanan Publik, divisi ini memiliki tugas dalam memberikan
informasi dan publikasi yang bertujuan untuk melayani masyarakat, serta
pada divisi ini bertanggung jawab untuk informasi tersedianya benih ikan
atau bibit ikan untuk diperjual belikan.
b. Divisi Tata Usaha, pada divisi ini melaksanakan tugas penyusunan rencana
dan program Bagian Tata Usaha, urusan kepegawaian, keuangan,
persuratan, urusan dalam, perlengkapan dan rumah tangga.
c. Divisi GARUDA Gabus Haruan, Papuyu dan Belida, pada divisi ini
memiliki tugas untuk membudidayakan ikan Gabus Haruan, Papuyu dan
Belida.
d. Divisi Laboratorium, pada divisi ini memiliki peranan dalam mengamati
kesehatan ikan dan lingkungan contohnya adalah kualitas air dan ikan
yang terserang penyakit seperti jamur pada ikan, serta menguji kelayakan
teknis budidaya.
e. Divisi Ikan Hias dan Maggot, pada divisi ini memiliki tugas untuk
membudidayakan ikan hias seperti ikan Arwana, ikan Koi, ikan Komet
serta membudidayakan Maggot.
f. Divisi Pakan Ikan dan Probiotik, pada divisi ini memiliki peranan untuk
memproduksi pakan mandiri dan pembuatan probiotik untuk
memanejemen kesehatan pada budidaya ikan.
g. Divisi Masjakar, divisi ini memiliki tugas untuk mebudidayakan ikan air
tawar seperti ikan Mas, ikan Jelawat, ikan Kelabau dan ikan Gurame.

18
h. Divisi Catfish, divisi ini memiliki tugas untuk membudidayakan ikan
catfish seperti ikan Patin dan ikan Lele.

4.4 Sumber Daya Manusia

Jumlah pegawai Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin


Triwulan I tahun 2022 adalah 57 orang. Komposisi pegawai BPBAT Mandiangin
tersebut berdasarkan status dan golongan disajikan pada tabel berikut :

Tabel 4. Jumlah Pegawai BPBAT Mandiangin Berdasarkan Status dan


Golongan
Tahun 2022 (Triwulan I)

Golongan/Ruang

Status I II III IV Jumlah

a b c d a b c d a b c d a b c d

PNS - - - - - 2 3 - 7 7 12 1 5 2 3 - 56
6

CPNS - - - - - - - - 1 - - - - - - - 1

Jumlah 57

Apabila dilihat menurut tingkat pendidikan, komposisi SDM BPBAT


Mandiangin adalah sebagai berikut : (i) S2 sejumlah 12 orang (21,05%); (ii)
S1/D4 sejumlah 27 orang (47,37%); (iii) D3 sejumlah 4 orang (7,02%); (iv)
SLTA sejumlah 11 orang (19,30%); dan (v) SLTP sejumlah 3 orang (5,26%).

Persentase Tingkat Pendidikan

SLTP; 3; 5% S2; 12;


21%
S2
SLTA; 11; 19% S1/D4
D3
D3; 4; 7%
SLTA
SLTP 19

S1/D4; 27; 47%


Gambar 5. Jumlah Pegawai BPBAT Mandiangin Berdasarkan Tingkat Pendidikan

4.5. Sarana dan Prasarana

Beberapa fasilitas yang ada di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar


Mandiangin adalah Kantor utama, laboratorium penguji, ruamh genset,
laboratorium pakan, indoor hatchery I. indoor hatchery II indoor hatchery III
indoor hatchery IV, indoor hatchery V. perkolaman Mandiangin, asrama, mess
operator, auditorium, laboratorium pakan alami, wet lab, sarana olahraga,
musholla, ruang makan, ruang informasi, ruang perpustakaan, kantor utama
Instalasi Bincau, mess operator Instalasi Bincau, indoor hatchery Instalasi Bincau,
perkolaman Instalasi Bincau, keramba Instalasi Awang Bangkal, sarana
transportasi, perkolaman Instalasi Pulang Pisau dan Instalasi Pulang Pisau.

4.6. Komoditas di BPBAT Mandiangin

Komoditas yang ada di BPBAT Mandiangin adalah ikan spesifik lokal dan
ikan introduksi. Ikan spesifik lokal terdiri dari Ikan Gabus, Ikan Papuyu, Ikan
Jelawat, Ikan Baung, Ikan Belida, Ikan Arwana Banjar Red, Ikan Gurame, Ikan
Kelabau. Sedangkan ikan introduksi terdiri dari Ikan Mas, Ikan Nila, Ikan Patin
Siam, Lele Sangkuriang, Ikan Komet, Ikan Arwana Super Red, Ikan Arwana
Silver dan Ikan Koi.

20
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Persiapan wadah dan Media

Persiapan wadah dilakukan yaitu dengan membersihkan wadah


menggunakan peralatan yang memiliki permukaan kasar dan tumpul seperti
matala, spon, atau dengan menggunakan air bertekanan tinggi untuk
menghilangkan lumut dan organisme lain yang menempel pada wadah
pemeliharaan (Armanda, 2019).

Persiapan kolam pemijahan dilakukan sebelum proses pemijahan. Proses


persiapan kolam meliputi kegiatan pengeringan dan pembersihan yaitu menyikat
dinding-dinding kolam untuk membuang lumut yang menempel di dinding-
dinding kolam, Selain itu tahap persiapan air untuk Pengisian kolam yang
digunakan berasal dari sungai dan sumur bor. Air dialirkan ke dalam bak melalui
pipa pemasukan air yang ada pada tiap bak. Pada bak pemijahan setelah media
dimasukkan ke dalam bak lalu diberikan tumbuhan air eceng gondok hingga
menutupi 25% permukaan air yang berfungsi sebagai shelter atau pelindung.

5.2 Pemeliharaan Induk

Kolam pemeliharaan induk yaitu kolam bundar dengan diameter 3 m.


Pemijahan induk ikan gabus dalam kolam diameter 1 m yaitu dengan
perbandingan 1 jantan : 1 betina. Untuk menghasilkan larva ikan gabus yang
berkualitas bagus diawali dengan kualitas induk yang baik. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kualitas induk yang baik adalah pakan. Pakan yang diberikan pada
induk ikan gabus adalah pakan buatan berbentuk pelet apung.

Induk diberikan pakan pelet apung dengan kandungan protein 31%, lemak
5%, abu 12%, serat kasar 4%, kadar air 10%. Pemberian pakan induk sebanyak 2

21
kali sehari yaitu pada pukul 08.00 dan 16.00 waktu setempat dengan dosis
pemberian pakan sebanyak 1,5% dari biomassa. Padat tebar pemeliharaan induk
Ikan Gabus Haruan (Channa striata) adalah 7-10 meter kuadrat pada kolam
bundar dengan diameter 3 m.

5.3 Seleksi induk

Seleksi ikan gabus dilakukan untuk mendapatkan larva ikan yang berkualitas
dan mendukung keberhasilan proses pemijahan. Indukan ikan gabus jantan dan
betina memiliki ciri-ciri yang berbeda. Adapun langkah-langkah untuk melakukan
seleksi induk yaitu:

1. Kolam indukan dikeringkan dengan membuka pintu pengeluaran air atau


outletuntuk penangkapan indukan menunggu air kolam kering, setelah air
kolam kering indukan ikan dapat ditangkap satu persatu atau bisa juga
menggunakan seser lalu dimasukkan ke baskom besar.
2. Penyortiran dilakukan dengan memilih ukuran induk ikan yang sesuai
dengan tujuannya penyeragaman ukuran dan memaksimalkan jumlah telur
yang dihasilkan. Induk yang lolos seleksi sortir ditandai sudah matang
gonad, maka induk dipindahkan ke dalam baskom yang berbeda.
3. Proses seleksi induk jantan dan induk betina ikan gabus dapat diamati
secara visual. Adapun ciri-ciri induk jantan adalah ukuran tubuh lebih
memanjang dari induk betina, Induk jantan berwarna lebih gelap
dibandingkan induk betina, tubuh lebih ramping dan memanjang. Ciri
pada bagian genital papilla terlihat adanya tonjolan kecil dengan lubang
urogenital memanjang. Induk betina memiliki bentuk tubuh yang
membulat dan lebar serta warna tubuh lebih cerah bagian bawah perut
membesar dan lembek, urogenital berwarna kemerah-merahan. Setelah
induk sudah diseleksi kemudian induk tersebut ditampung ke dalam
baskom.

22
Induk Jantan Induk Betina

Gambar 6. Urogenital Induk Jaantan dan Betina

5.4 Pemijahan

Pemijahan ikan gabus haruan terjadi 1 sampai 3 hari setelah dimasukkan


ke dalam bak pemijahan. Berdasarkan hasil pemijahan yang di dipijahkan dari 20
ekor induk jantan dan 20 ekor induk betina di 20 bak pemijahan dengan
perbandingan 1 : 1 induk jantan dan betina Didapatkan 8 pasang yang memijah.
Sisanya, Pasangan induk yang tidak dapat memijah biasanya disebabkan oleh
kematian salah satu induk, dan kematangan gonad pada induk yang belum
sempurna.

5.4.1 Fekunditas

Fekunditas adalah kemampuan induk ikan untuk menghasilkan telur


berdasarkan bobot tubuh ikan atau jumlah telur yang terdapat dalam ovari ikan
betina yang telah matang gonad dan siap dikeluarkan pada waktu memijah.
Fekuenditas total dihitung dengan menggunakan metode gravimetric dengan
rumus sebagai berikut (Effendie, 1997).

Bg
Rumus : F = Bs × Fs

Tabel 6. Fekunditas

Bak Bobot seluruh Bobot sebagian ∑Telur Jumlah seluruh telur


ke- gonad (g) kecil gonad (g) pada

23
sebagian (Butir/satuan induk)
gonad
1 32 0,50 339 21.696
2 27 0,71 424 16.123
3 31 0,49 336 21.257
4 25 0,64 409 20.867
5 36 0,61 358 21.127
6 15 0,35 254 10.885
7 18 0,42 272 11.657
8 20 0,61 284 9.311
Jumlah 204 4,33 2.946 132.923
Rerata 25,5 0,54 368,25 16.615

5.4.2 Fertilization Rate (FR)

Fertilization Rate atau derajat pembuahan. Setelah melakukan perhitungan


untuk mencari fekuenditas. Selanjutnya adalah menghitung derajat pembuahan
telur atau FR. Sehingga dapat diketahui derajat x pembuahan telur sebagai berikut.

∑ Telur terbuahi
RUMUS : FR = ×100 %
∑Total telur sampel

Tabel 7. Fertilization Rate

Bak ke- ∑Telur terbuahi ∑Telur keseluruhan Persentase (%)


(butir) (butir)
1 19.532 21.696 90
2 15.321 16.123 95
3 18.568 21.257 87,3
4 18.248 20.867 87,4
5 19.256 21.127 91,1
6 9.654 10.885 88,6
7 9.945 11.657 85,3

24
8 7.878 9.311 84,6
jumlah 118.402 132.923 709,3
Rerata 14.800 16.615 88,6

5.4.3 Hatching Rate (HR)

Hatching Rate (HR) adalah daya tetas telur atau jumlah telur yang menetas.
Penetasan telur dapat disebabkan oleh faktor gerakan telur, perubahan suhu,
intensitas cahaya, dan kadar oksigen terlarut. Didalam penekanan mortalitas telur,
yang banyak berperan adalah factor kuantitas air dan kualitas telur selain
penanganan secara intensif. Untuk mendapatkan nilai HR sebelum dilakukan
sampling larva untuk mendapatkan jumlah total larva yang berhasil menetas. Nilai
satuan Hatching Rate dinyatak dengan persen

jumlah telur yang menetas


RUMUS : HR = ×100 %
jumlah telur yang terbuahi

Tabel 8. Hatching Rate

Bak ke- ∑Telur menetas ∑Telur terbuahi Persentase (%)


(butir) (butir)
1 16.724 19.532 85,6
2 13.251 15.321 86,4
3 15.528 18.568 83,6
4 14.458 18.248 79,2
5 16.125 19.256 83,7
6 6.458 9.654 66,8
7 6.984 9.945 70,2
8 5.580 7.878 70,8
jumlah 95.108 118.402 789,2
Rerata 11.888 14.800 98,65

25
5.6 Pemeliharaan Larva

Untuk penetasan telur ikan gabus terjadi di kolam bak pemijahan setelah
2-3 hari di bak pemijahan larva di angkat dan dipindahkan ke ember plastik
diameter 25 cm. Tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva ikan gabus
terbaik masing-masing dapat dicapai pada suhu air pemeliharaan sekitar 25℃ -
30℃.

Sebelum dipindah ke kolam pendederan dan tidak diberi makan , setelah larva di
pindahkan ke kolam pendederan baru di beri pakan. Pakan yang diberi ke larva
selama masa pemeliharaan berupa pakan alami yakni kutu air, pemberian kutu air.

5.7 Kualitas Air

Kualitas air didefinisikan sebagai factor kelayakan suatu perairan untuk


menunjang kehidupan dan pertumbuhan organisme akuatik yang nilainya
ditentukan dalam kisaran tertentu. Kualitas air memegang peranan penting dalam
kegiatan budidaya. Ikan gabus memiliki toleransi yang sangat tinggi terhadap
kondisi lingkungannya yang ekstrim dan bisa bertahan pada kondisi yang bersifat
asam ataupun basa. ikan gabus memiliki kemampuan mengambil oksigen
langsung dari udara. Ikan gabus memiliki alat pernapasan tambahan yaitu labirin
dan masih bisa bertahan hidup di kondisi lingkungan perairan yang buruk.

Penurunan mutu air dapat mengakibatkan kematian, pertumbuhan


terhambat dan timbulnya hama nenyakit. Pengamatan kualitas air dilakukan
selama satu minggu di mulai dari hari senin-minggu dengan mengukur parameter
kualitas air berupa suhu, DO, dan pH di kolam bak pemijahan. Hasil pengukuran
parameter kualitas air dapat dilihat pada tabel 9.

26
Tabel 9. Kualitas Air

Hari ke- Parameter


pH DO Suhu
1 7,3 6,6 26,5℃
2 7,1 6,6 26,5℃
3 7,1 6,6 26,4℃
4 7,5 6,7 26,5℃
5 7,3 6,3 26,4℃
6 7,5 6,6 26,5℃
7 7,4 6,3 26,3℃
Nilai rat-rata 7,3 6,5 26,4℃

Berdasarkan data pengamatan kualitas air kolam pemijahan kualitas air di kolam
selama satu minggu pengukuran yaitu dengan rata-rata suhu 26,4℃ , pH 7,3 dan
DO (Disolved Oxygen) 6,5 mg/l. pH optimal yang dibutuhkan dalam
pemeliharaan ikan gabus berada pada kisaran nilai 7-8, sesuai dengan pendapat
pendapat Kumar (2008) menyatakan bahwa pH perairan antara 25-29℃.

27
VI. PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari hasil kegiatan magang yang saya kerjakan di Balai Perikanan Budidaya Air
Tawar (BPBAT) Mandiangin maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Teknik Pemijahan Ikan Gabus Haruan (Channa striata) Secara Alami


Terkontrol di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin dimulai
dari persiapan wadah dan media pemijahan, seleksi induk, pemijahan secara
alami, pemanenan larva dan pemeliharaan larva.

Larva yang dihasilkan dari kegiatan pemijahan adalah 5.550 - 16.724 dari setiap
pasang induk

dengan rata-rata Hatching Rate sebesar 98,65%.

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dalam pelaksanaan magang ini yaitu :

28
 Pemijahan ikan gabus haruan (Channa striata) harus sering-sering
dikontrol agar menghindari terjadinya pelepasan pipa pada
pembuangan air di bak pemijahan yang dapat mengakibatkan
keluarnya air pada saat ikan memijah di bak dan telurnya akan
gagal memijah karena kekeringan.
 Perlu adanya komposisi pakan seperti lemak yang sesuai dengan
kebutuhan induk induk ikan gabus haruan.

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, D. 2015. Buku Pintar Budidaya Ikan Gabus. Yogyakarra: FlashBooks

Allington NI 2002. Channa striatus. Fish capsule report for biology of fishes

Alawi, H.1994. Laboratorium Pengelolaan Balai Ikan Benih


Reproduksi/Pembenihan Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau: Pekanbaru. 114
hlm.

Armanda, E. A., Rahim, A. R., & Dadiono, M. S. (2019). Kinerja Pertumbuhan


Dan Fcr Ikan Patin (Pangasius Sp) Dengan Lama Pemuasaan Yang Berbeda.
Jurnal Perikanan Pantura (JPP), 2(1), 25- 33

Effendie, M.1. 1997. Biolqiperlanan. Yayasan Pr.rstakaNusatama. Yogyakarta.


Effendie, M.I.2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Bogor.
112 hal. Fitriliyani, I. 2005. Pembesaran larva ikan gabus (Channa striata)

29
dan efektifitas induksi hormon gonadotropin untuk pemijahan induk. Institut
Pertanian Bogor: Bogor.

Kottelat M.,Whitten, A.J., Kartikasari, S.N.,and Wirjoatmodjo, S.1993.


Freshwater Allin Fishes of Western Indonesia and Sulawesi.Periplus
Editions Limited. Jakarta.

Kottelat M.and Whitten, A.J.1996. Fresh water Fishes of Western Indonesia and
Sulawesi Addition and Correction. 1996. Periplus Editions. Ltd. Jakarta

Lagler KF., JE. Bardach, and R.R. Miller. 1962. Ichthyology. New York: John
Willeyand Sons, Inc

Lagler, KF Bardach,JE., Miller. 1962.Ichtyology. John Willeey and Sons. Inc


Toppan Printing Company. Japan.

Malik A, Abbas G, Jabbar A, Sajjad SS, Ali MA. 2018. Effect of Different
Salinity Level on Spawning, Fertilization, Hatching and Survival of
Common Carp, Cyprinus carpio(Linnaeus, 1758) in Semi Artificial
Environment. Iranian Journal of Fisheries and Sciences, 17(4): 790-804

Muslim.2005. Analisis Biologi Reproduksi Ikan Gabus (Channa striata) di Rawa


Banjiran Sungai Kelekar Indralaya. Laporan Hasil Penelitian. Lembaga
Penelitian Universitas Sriwijay. Indralaya

Muslim, M. (2017). Budidaya ikan gabus (Channa striata), 170.

Makmur S, M .F. Rahardjo. S Sukimin 2003. Biologi Reproduksi, Makanan dan


Pertumbuhan Ikan Gabus (Channa striata Bloch) di Daerah Banjiran Sungai
Musi Sumatera Selatan Tesis Program Pas-Casarjana Institut Pertanian
Bogor.

Muslim, M. (2019a). Pematangan gonad, pemijahan, penetasan telur dan


perawatan larva ikan gabus (Channa striata). Pena Akuatika, 18(2), 1- 12.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.31941/penaakuatika.v1812.732

30
Nikolsky, G.V. 1963.the ecology of Fishes. Academi press.New York

Sinaga TP, Rahardjo MF. Djaja S. 2000. Biologi ikan gabus (Channa striata)
Pada Aliran Sungai Banjaran Purwakerto. Proseding Seminar Nasional
Keanekaragaman Sumberdaya Hayati Ikan

Surbakti, T., 2015. Performa Sintasan dan Pertumbuhan Larva Ikan Gabus
(Channa striata) pada Perlakuan pH yang Berbeda Skripsi. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

LAMPIRAN

Lampiran 1 dokumentasi kegiatan magang

31
Gambar 7. Menghitung larva Gambar 8. Pengangkatan larva yang
menggunakan gelas kaca sudah menetas ke dalam baskom

Gambar 9. grading Gambar 10. Pemberian garam pada


kolam yang sudah di kuras agar
terhidar dari jamur

32
Gambar 11. Menguras kolam indukan Gambar 12. Memasangkan induk
jantan dan betina yang sudah diseleksi

Gaambar 13. Pengukuran ph pada bak Gambar 14. Pengambilan kutu air
pemijahan pada kolam pembesaran

Gambar 15. Mengurangi eceng gondok Gambar 16. Peletakan induk jantan
pada kolam pembesaran dan betina pada bak pemijahan

33
Gambar 17. Seleksi induk Gambar 18. Mencabut kutu jangkar
pada indukan di kolam indukan

Gambar 19. Peremukan mengkudu Gambar 20. Peletakan eceng gondok


untuk obat indukan yang terkena hama pada bak pemijahan
atau penyakit

34
Gambar 21. Pengukuran DO pada bak Gambar 22. Penebaran larva pada
pemijahan kolam pendederan

Gambar 23. Pellet apung (pakan Ikan) Gambar 24. Bak pemijahan

35
Gambar 25. Larva Ikan Gabus Gambar 26. Telur gabus

36

Anda mungkin juga menyukai