Anda di halaman 1dari 6

Nannochloropsis sp.

Mikroalga diartikan berbeda dengan tumbuhan yang biasa dikenal walaupun secara struktur tubuh
keduanya memiliki klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis. Fitoplankton Nannochloropsis sp.,
adalah salah satu jenis mikroalga yang dapat melakukan fotosintesis. (Bold and Wynne, 1985).

Sel Nannochloropsis sp. bersifat non-motil, berbentuk bulat telur, berdiameter 2-4 μm, memiliki
pyrenoid dalam kloroplas tunggal dan mengandung klorofil-a (Biondi, 2011). Sedangkan (Hoek et.al.
1998) menjelaskan bahwa Nannochloropsis sp. merupakan fitoplankton berwarna hijau yang berukuran
2-4 μm dan tidak memiliki flagel. Nannochloropsis sp. dapat melakukan fotosintesis karena memiliki
klorofil-a yang terdapat di kloroplas. Tiap satu sel Nannochloropsis sp. hanya memiliki satu kloroplas
yang mengandung pyrenoid.

Gambar Koloni Nannochloropsis sp. (Biondi, 2011)

Gambar Morfologi Sel Nannochloropsis sp. (Hoek et.al., 1998)


Nannochloropsis sp. dapat hidup di banyak tempat (kecuali tempat yang kritis bagi kehidupannya)
sehingga bersifat kosmopolit dan dapat hidup pada salinitas optimum sekitar 20 – 25 ‰.
Nannochloropsis sp. Selain itu Nannochloropsis sp. masih dapat bertahan hidup pada suhu 40 o C namun
pertumbuhannya tidak normal (Balai Budidaya Laut, 2002).

Manfaat Nannochloropsis sp.

Nannochloropsis sp. merupakan salah satu jenis mikroalga yang banyak dimanfaatkan sebagai pakan
alami, terutama untuk pakan larva ikan. Nannochloropsis sp. memerlukan beberapa unsur hara makro
dan mikro untuk dapat hidup. Unsur makro yang diperlukan Nannochloropsis sp. seperti N, P, K
sedangkan unsur mikro yang dibutuhkan Nannochloropsis sp. diantaranya Mg, Mn, S, Zn dan Cu. Unsur
hara makro dapat digunakan dalam media kultur dengan bentuk yang berbeda misalnya dalam bentuk
NO3-, NO2- dan NH4 (Bold and Wynne, 1985). Nitrogen (N) merupakan unsur makro yang paling
dibutuhkan oleh Nannochloropsis sp. dalam jumlah banyak dibandingkan unsur yang lain karena
nitrogen merupakan senyawa yang mudah larut di dalam air sehingga mudah dimanfaatkan oleh
Nannochloropsis sp. sebagai sumber nutrien (Purwitasari et.al, 2012).
Isochrysis sp.

Isochrysis sp. merupakan mikroalga bersel tunggal, berbentuk bulat hingga elips dan bersifat motil.
Isochrysis sp. memiliki panjang tubuh 5-6 μm dan lebar 2-4 μm. Isochrysis sp. memiliki dua flagela yang
sama panjang atau lebih panjang yaitu sekitar 7 μm yang disebut haptonema (Natassya, 2008).

Flagelnya ini merupakan alat gerak yang memungkinkan organisme ini untuk bergerak meski
pergerakannya lambat. Isochrysis sp. yang termasuk dalam kelas Prymnesiophyceae memiliki pigmen α
karoten, β karoten, fluxochanthin, diadinoxanthin, dan diatoxanthin yang menjadikan mikroalga ini
berwarna kekuningan. Kandungan proksimat Isochrysis sp. terdiri dari 46,69 % protein, 24,15 %
karbohidrat, dan 17,07 % lemak (Rusyani, 2001). Sementara itu kandungan asam lemak dari Isochrysis
sp. berkisar antara 14 % hingga 26 % (Natassya, 2008).

Gambar. Isochrysis sp. (Hortus, 2011)

Manfaat Isochrysis

Manfaat mikroalga lainnya yaitu sebagai sumber obat-obatan dengan memanfaatkan Isochrysis Sp.
untuk menyembuhkan penyakit tuberkolosis. sebagai produk pangan dan organik karena dapat
dijadikan sebagai bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi, serta sebagai produk pengolahan limbah
karena menyerap kandungan senyawa organik dan nutrien yang masih tersisa dalam limbah, dan
menghasilkan oksigen yang dapat menurunkan kadar COD dan BOD dalam limbah lewat bantuan bakteri
pengurai zat organik (Hadiyanto & Azim, 2012).
Chaetoceros Sp.

Chaetoceros sp. berbentuk bulat dengan diameter 4 sampai 6 mikron dan ada yang berbentuk segi
empat dengan ukuran 8 sampai 12 x 7 sampai 18 mikron. Sel pembungkus diatom ini dibentuk dari
silikat. Pigmen yang dominan pada diatom ini adalah karotenoid dan diatomin, sehingga pada kultur,
fitoplankton ini berwarna kuning keemasan hingga coklat karena karotenoid akan menyerap warna biru
dan memantulkan warna lain seperti merah, jingga dan kuning (Manurung, 2008).

Menurut Tantikawulan (2011), Chaetoceros sp. termasuk dalam kelompok diatom (Bacillariophyceae)
yang mempunyai banyak species yang dimungkinkan untuk pakan larva udang. Susunan tubuhnya ada
yang berbentuk sel tunggal dan ada juga yang berbentuk koloni dengan bentuk tubuh simetri bilateral
(pennales) dan simetri radial (centrals). Terdapat dinding sel yang disebut frustula yang tesusun dari
bagian dasar yang dinamakan hipoteka dan bagian tutup dinamakan epiteka dan juga sabuk atau
singulum. Frustula ini tersusun oleh zat pectin yang dilapisi oleh silicon. Cadangan makanan berupa
tepung krisolaminarin.

Species yang sering digunakan adalah Chaetoceros calcitrans yakni mempunyai karakteristik toleransi
yang tinggi terhadap temperatur. Bila kulturnya dilakukan pada temperatur 40°C, tidak terdapat
pigmentasi, sedangkan pada temperatur 20 -30°C pertumbuhan terjadi secara normal, sedangkan
temperatur yang optimal adalah 25 - 30°C. Salinitas minimal yaitu 6 ppt akan tetapi yang optimal adalah
17 - 28 ppt (Manurung, 2008).

Gambar . Morfologi Chaetoceros sp. (Sumber : Rines, J. E. B. & Hargraves, P. E., 1988).

Manfaat Chaetoceros Sp.

Chaetoceros merupakan mikroalga yang sering di jumpai di tambak atau pembenihan udang. Mikroalga
ini memiliki seta yang digunakan untuk memperluas permukaan di air dan memberikan rasio yang lebih
besar antara permukaan dan volume sehingga menunjang kemampuannya dalam mengapung di air.
Faktor yang mendukung pertumbuhan Chaetoceros antara lain zat hara serta kondisi lingkungan. Oleh
karena itu media kultur perlu di beri pupuk untuk menunjang ketersediaan unsur hara. Kondisi
lingkungan yang mempengaruhi antara lain intensitas cahaya, suhu, PH dan salinitas. Mikroalga ini
memiliki banyak potensi dan manfaat, antara lain sebagai pakan alami larva udang. Ada beberapa
spesies Chaetoceros yang umum di gunakan sebagai pakan larva udang, antara lain C. amami dan C.
muelleri. Chaetoceros banyak di gunakan pada unit pembenihan karena mempunyai kandungan protein
tinggi, mempunyai toleransi tinggi terhadap suhu air, serta mempunyai pertumbuhan yang cepat.
Menurut Brown et al. (1989 ; 1997) di acu dalam Bang et al. (2004), C. muelleri memiliki kandungan
vitamin B2 sebanyak 100 µg per g dan vitamin C sebanyak 15 µg per g yang lebih tinggi di bandingkan
dengan mikroalga laut lainnya. Selain itu, C. muelleri juga memiliki kandungan n-3 (High Unsaturated
Fatty Acid) HUFA yang tinggi dan sangat esensial untuk larva ikan laut. Manfaat lain yang di miliki oleh
mikroalga ini ialah berperan dalam pengendalian kualitas air dan meminimalkan kontaminasi dari dari
siliata (Bang et al. 2004).
Literatur atau referensi

- Nannochloropsis sp.
Bold, H.C. and M.J. Wynne. 1985. Introduction to the Algae: Structure and Reproduction.
Prentice-Hall Inc. United States of America. 718 hal.

Biondi, N. and M. Tredici. 2011. Algae and Aquatic Biomass for a Sustainable Production of 2nd
Generation Biofuels. UNIFI. Page 148-150.

Hoek, C.V.D., D.G. Mann and H.M. Jahns. 1998. Algae: An Introduction to Phycology. Cambridge
University Press. Melbourne.

Balai Budidaya Laut. 2002. Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Direktorat Jendral
Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. 9: 7-8.

Purwitasari, A.T., M.A. Alamsjah dan B.S. Rahardja. 2012. Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur
Tumbuh (Asam-2,4-Diklorofenoksiasetat) Terhadap Pertumbuhan Nannochloropsis oculata.
Journal of Marine and Coastal Science. Vol. 1 (2): 61 – 70

- Isochrysis sp.
Rusyani, E. 2001. Pengaruh Dosis Zeolit Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Isochrysis galbana
klon Tahiti Skala Laboratoruim Dalam Media Komersial. Skripsi. IPB. Bogor.

- Chaetoceros Sp.

Manurung, A. I. 2008. Karakterisasi Awal Protein Diatom Chaetoceros Gracilis Yang


Terlibat Dalam Pembentukan Biosilika. Fakultas Pertanian. Medan: Universitas Darma
Agung.

Anda mungkin juga menyukai