Anda di halaman 1dari 32

Mata Kuliah : Sistem Manajemen Mutu

Dosen Pembimbing : Dr. H. Herman, S.Pd., M.Kes

MAKALAH JAMINAN MUTU LABORATORIUM PADA


MASA PANDEMI COVID-19 BAGI TENAGA ATLM

OLEH:

ANDI NATASYA SALZABILAH


PO.71.4.203.17.1.008

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur senantiasa penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis diberi kemudahan
dalam penyusunan Makalah Sistem Manajemen Mutu ini dan mampu
menyelesaikan dengan tepat pada waktunya yang berjudul “Jaminan Mutu
Laboratorium Pada Masa Pandemi Covid-19 Bagi Tenaga ATLM”. Tidak lupa
juga shalawat serta salam atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw. serta
kepada keluarga, saudara, sahabat dan kerabatnya.
Selain sebagai tugas, penulis membuat makalah ini untuk memberikan
pengetahuan tambahan kepada pembaca tentang jaminan mutu laboratorium pada
masa pandemi Covid-19 bagi tenaga ATLM.
Dalam penyusunan makalah ini saya selaku penulis banyak
mendapatkan bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu
dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penyelesaian makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak
kesalahan yang dilakukan. Oleh karena itu, penulis meminta saran dan kritik yang
membangun sehingga kedepannya penulis akan lebih baik lagi. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan pembaca dan kita semua.

Makassar, 03 Agustus 2020

Penulis

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Five-Q dalam Pemantapan Mutu (Sukorini dkk,


2010)........................................................................................................................5

Gambar 1. Struktur genom virus. ORF: open reading frame, E: envelope, M:


membrane,N:nucleocapsid....................................................................................11

Gambar 3. Skema replikasi dan patogenesis virus, diadaptasi dari berbagai


sumber...................................................................................................................14

Gambar 4. Skema perjalanan penyakit COVID-19, diadaptasi dari


berbagai
sumber.............................................................................................................21

Gambar 5. Perjalanan penyakit pada COVID-19


berat.......................................................................................................................21

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Persistensi berbagai jenis coronavirus pada berbagai permukaan


benda mati.............................................................................................................14

Tabel 2. Profil klinis dan laboratorium pasien COVID-


19............................................................................................................................19

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ii

DAFTAR TABEL............................................................................................. iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1


A. LATAR BELAKANG .............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.........................................................................2

C. TUJUAN MAKALAH ............................................................................2

D. MANFAAT MAKALAH ........................................................................2

BAB II ..................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................3
A. PENGERTIAN JAMINAN MUTU LABORATORIUM .................3
B. PENDEKATAN MUTU .........................................................................4
C. PENGERTIAN PEMANTAPAN MUTU INTERNAL .....................6

D. TUJUAN DAN TAHAPAN PEMANTAPAN MUTU INTERNAL 7

G. MANIFESTASI KLINIS......................................................................15

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG ........................................................17

BAB III PENUTUP ..........................................................................................22

A. KESIMPULAN ......................................................................................22
B. SARAN ....................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................23

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ditengah gempuran wabah Covid-19, peran tenaga medis berada di
garda terdepan dan berinteraksi langsung dengan pasien. Sejauh ini, publik
umumnya familiar dengan dokter dan perawat sebagai tenaga medis.
Padahal dalam penanganan pandemi corona ini ada satu profesi medis lain
yang tak kalah penting yakni Ahli Teknologi Laboratorium Medik
(ATLM).
Salah satu tenaga kesehatan penting di era pandemi Corona Virus
Disease (COVID-19) adalah analis kesehatan atau sekarang dikenal
dengan Ahli Teknologi Laboratrium Medis (ATLM). Bagaimana tidak,
ATLM memiliki peran kunci dalam penegakan diagnosa COVID-19
melalui perannya dalam melakukan analisis terhadap cairan tubuh pasien
baik melalui sampel usap (swab) dari tenggorokan pasien, maupun sampel
darah pasien. ATLM memiliki peran sentral dalam penanganan kasus
COVID-19. Pemeriksaan yang dilakukan oleh ATLM menentukan
tindakan selanjutnya yang akan diberikan pada pasien.
Pelayanan Laboratorium Kesehatan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Laboratorium
Kesehatan sebagai unit pelayanan penunjung medis, diharapkan dapat
memberikan informasi yang teliti dan akurat tentang aspek laboratoris
terhadap spesimen/sampel yang pengujiannya dilakukan di laboratorium.
Masyarakat menghendaki mutu hasil pengujian laboratorium terus
ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta perkembangan penyakit. Ahli teknologi laboratorium kesehatan yang
terdiri dari para analis kesehatan dan praktisi laboratorium lainnya harus
senantiasa mengembangkan diri dalam menjawab kebutuhan masyarakat

1
akan adanya jaminan mutu terhadap hasil pengujian laboratorium dan
tuntutan diberikan pelayanan yang prima.
Dalam era globalisasi, tuntunan standarisasi mutu pelayanan
laboratorium tidak dapat dielakkan lagi. Peraturan perundang-undangan
sudah mulai diarahkan kepada kesiapan seluruh profesi kesehatan dalam
menyongsong era pasar bebas tersebut. Ahli teknologi laboratorium
kesehatan Indonesia harus mampu bersaing dengan ahli-ahli teknologi
laboratorium (Medical Laboratory Technologist) dari negara lain yang
lebih maju.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian jaminan mutu?
2. Apa saja pendekatan mutu yang digunakan?
3. Apa pengertian pemantapan mutu internal?
4. Apa tujuan serta tahapan dari pemantapan mutu internal?
5. Apa pengertian Covid-19?
6. Apa patogenesis pada Covid-19?
7. Bagaimana Manifestasi Klinis Covid-19?
8. Apa saja Pemeriksaan Penunjang pada Covid-19?

C. TUJUAN MAKALAH
Untuk mengetahui bagaimana jaminan mutu laboratorium pada
masa pandemi covid-19 bagi tenaga atlm.

D. MANFAAT MAKALAH
1. Menambah pengetahuan Penulis dalam menerapkan ilmu yang
diperoleh selama menjalani perkuliahan.
2. Menambah informasi dan literatur mengenai sistem manajemen mutu
3. Dapat memberikan informasi mengenai bagaimana jaminan mutu
laboratorium pada masa pandemi covid-19 bagi tenaga atlm.
4. Dapat dijadikan sumber referensi bagi mahasiswa lain

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN JAMINAN MUTU LABORATORIUM


Mutu adalah pemenuhan persyaratan dengan meminimkan
kerusakan yang timbul atau denga kata lain kepatuhan terhadap standar
dan keinginan pelanggan sehingga memenuhi kepuasan pelanggan
(Sukorini, dkk, 2010).
Pemantapan mutu laboratorium merupakan suatu peralatan mutu
yang digunakan untuk melakukan pengawasan mutu dengan menggunakan
konsep pengawasan proses statistik (statistical process control).
Pengawasan proses dengan statistic adalah sebuah cara yang
memungkinkan operator menentukan apakah suatu proses sedang
berproduksi, dan mungkinterus berproduksi keluaran yang sesuai.
Sedangkan jaminan mutu adalah suatu sistem manajemen yang dirancang
untuk mengawasi kegiatan-kegiatan pada seluruh tahap (desain produk:
produksi, penyerahan produk serta layanan), guna mencegah adanya
masalah-masalah kualitas dan memastikan bahwa hanya produk yang
memenuhi syarat yang sampai ke tangan pelanggan (Faure & Faure, 1999).
Proses pengembangan mutu pada sebuah fasilitas pelayanan kesehatan
dapat dipahami melalui berbagai jenis produk dan jasa pelayanan yang
ditawarkan kepada masyarakat, dan harapan pengguna jasa pelayanan
terhadap kinerja pelayanan kesehatan yang mereka terima (Muninjaya,
2002).
Beberapa batasan mutu produk pelayanan kesehatan dijelaskan
oleh banyak pakar. Josep Juran memberikan penjelasan mutu adalah apa
yang diharapkan atau ditentukan oleh konsumen. Sedangkan menurut
Philip Crosby, mutu adalah pemenuhan persyaratan dengan meminimalkan
kerusakan yang timbul yaitu standard of zero atau memperlakukan prinsip
benar sejak awal (Hadi, 2007).

3
Kemenkes RI memberikan pengertian tentang mutu pelayanan
kesehatan, yang meliputi kinerja yang menunjukkan tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan, tidak saja yang dapat menimbulkan kepuasan bagi
pasien sesuai dengan kepuasan rata-rata penduduk tetapi juga sesuai
dengan standard dan kode etik profesi yang telah ditetapkan (Muninjaya,
2002).

B. PENDEKATAN MUTU
Tujuan laboratorium klinik, adalah tercapainya pemeriksaan yang
bermutu, diperlukan strategi dan perencanaan manajemen mutu. Salah satu
pendekatan mutu yang digunakan adalah Quality Management Science
(QMS) yang memperkenalkan suatu model yang dikenal dengan Five-Q
(Sukorini dkk, 2010). Five-Q meliputi :

a. Quality Planning (QP)


Quality planning adalah untuk menentukan jenis pemeriksaan
yang akan dilakukan di laboratorium, perlu merencanakan dan memilih
jenis metode, reagen, bahan, alat, sumber daya manusia dan
kemampuan yang dimiliki laboratorium.

b. Quality Laboratory Practice (QLP)

Quality laboratorium practice adalah membuat pedoman,


petunjuk dan prosedur tetap yang merupakan acuan setiap pemeriksaan
laboratorium. Standar acuan ini digunakan untuk menghindari atau
mengurangi terjadinya variasi yang akan mempengaruhi mutu
pemeriksaan.
c. Quality Control (QC)
Quality control untuk pengawasan sistematis periodik terhadap :
alat, metode dan reagen. QC lebih berfungsi untuk mengawasi,
mendeteksi persoalan dan membuat koreksi sebelum hasil dikeluarkan.
Quality control adalah bagian dari quality assurance, dimana quality

4
assurance merupakan bagian dari total quality manajement.
d. Quality Assurance (QA)
Quality assurance adalah mengukur kinerja pada tiap tahap
siklus tes laboratorium: pra analitik, analitik dan pasca analitik. Jadi,
QA merupakan pengamatan keseluruhan input-proses-output/outcome,
dan menjamin pelayanan dalam kualitas tinggi dan memenuhi kepuasan
pelanggan. Tujuan QA adalah untuk mengembangkan produksi hasil
yang dapat diterima secara konsisten, jadi lebih berfungsi untuk
mencegah kesalahan terjadi (antisipasi error).
e. Quality Improvement (QI)
Quality improvement adalah penyimpangan yang mungkin
terjadi akan dapat dicegah dan diperbaiki selama proses pemeriksaan
berlangsung yang diketahui dari quality control dan quality assessment.
Masalah yang telah dipecahkan, hasil akan digunakan sebagai dasar
proses qualityplanning dan quality process laboratory berikutnya

Gambar 1. Model Five-Q dalam Pemantapan Mutu (Sukorini dkk, 2010).

5
Pemantapan Mutu (Quality Asurance atau QA) adalah semua
rencana dan tindakan sistematis yang diperlukan untuk menyediakan
keyakinan yang cukup sehingga pelayanan laboratorium memuaskan dan
memenuhi keberterimaan standard mutu dengan tingkat kepercayaan yang
diinginkan. Sedangkan definisi kontrol kualitas (Quality Control atau QC)
adalah operasional teknis dan aktivitas pengujian yang dilakukan untuk
mencapai persyaratan mutu atau memperoleh keberterimaan data yang
valid. Penilaian Mutu (Quality Assesmen) adalah semua aktivitas yang
ditujukan untuk menjamin bahwa semua pekerjaan quality kontrol telah
dilakukan secara efektif.
Pemantapan mutu (quality asurance) laboratorium kesehatan adalah
semua kegiatan yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan
hasil pemeriksaan laboratorium. Kegiatan jaminan mutu atau pemantapan
mutu (quality assurance) mengandung komponen komponen meliputi
pemantapan mutu internal, pemantapan mutu eksternal, verifikasi, validasi
hasil, audit, pelatihan dan pendidikan (Depkes, 2013).

C. PENGERTIAN PEMANTAPAN MUTU INTERNAL


Pemantapan mutu internal sebagai penanggungjawab laboratorium,
perlu menjamin bahwa hasil pemeriksaan valid dan dapat dipergunakan
oleh klinisi untuk mengambil keputusan klinis. Untuk dapat memberikan
jaminan itu, perlu melakukan suatu upaya sistemik yang dinamakan
kontrol kualitas (quality control/QC). Kontrol kualitas merupakan suatu
rangkaian pemeriksaan analitik yang ditujukan untuk menilai kualitas data
analitik. Dengan melakukan kontrol kualitas akan mampu mendeteksi
kesalahan analitik, terutama kesalahan-kesalahan yang dapat
mempengaruhi kemanfaatan klinis hasil pemeriksaan laboratorium.
Kontrol kualitas ini merupakan bagian dari proses yang lebih besar yaitu
penjaminan mutu (quality assurance/QA).

6
Pemantapan mutu internal (internal quality control) adalah kegiatan
pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh masing- masing
laboratorium secara terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi
kejadian penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
(Sukorini dkk, 2010).
Pemantapan mutu internal akan memberikan jaminan kualitas kepada
hasil analisa secara kontinyu dengan cara mengamati sebanyak mungkin
langkah-langkah dalam prosedur analisa dimulai dari pengambilan
spesimen sampai kepada penentuan hasil akhir.
Pemantapan mutu internal mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang
dimulai sebelum proses pemeriksaan itu sendiri dilaksanakan yaitu dimulai
dari tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik (Depkes, 2013).

D. TUJUAN DAN TAHAPAN PEMANTAPAN MUTU INTERNAL

Tujuan Pemantapan Mutu Internal adalah :


1) Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan
mempertimbangkan aspek analitik dan klinis.
2) Mempertinggi kesiagaan tenaga sehingga pengeluaran hasil yang
salah tidak terjadi dan kesalahan dapat dilakukan segera.
3) Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien,
pengambilan, pengiriman, penyimpanan dan pengolahan spesimen
sampai dengan pencatatan dan pelaporan dilakukan dengan benar.
4) Mendeteksi kesalahan dan mengetahui sumbernya.
5) Membantu perbaikan pelayanan penderita melalui peningkatan mutu
pemeriksaan laboratorium (Depkes, 2013).

Tahapan pemantapan mutu internal meliputi :


1) Tahap pra analitik

7
Pemantapan mutu internal pada tahap pra analitik dilakukan agar
tidak terjadi kesalahan sebelum melakukan analisis spesimen pasien
diperiksa, meliputi :
a) Ketatausahaan
Penulisan formulir pemeriksaan meliputi identitas pasien,
identitas pengirim, nomor laboratorium, tanggal pemeriksaan,
permintaan pemeriksaan harus lengkap dan jelas, konfirmasi
jenis sampel yang harus diambil dengan jelas dan benar
b) Persiapan pasien
Persiapan pasien untuk pengambilan spesimen pada
keadaan basal, seperti: Pemeriksaan tertentu pasien harus
puasa selama 8-12 jam sebelum diambil darah, menghindari
obat-obatan sebelum spesimeen diambil, menghindari aktifitas/
olah raga sebelum spesimen diambil, memperhatikan posisi
tubuh, dan memperhatikan variasi diurnal (perubahan kadar
analit sepanjang hari).
c) Pengumpulan specimen
Spesimen harus diambil secara benar dengan
memperhatikan waktu, lokasi, volume, cara, peralatan, wadah
spesimen, antikoagulan, harus sesuai dengan persyaratan
pengambilan spesimen.
d) Penanganan specimen
Penanganan spesimen harus benar untuk pemeriksaan-
pemeriksaan khusus, pengolahan spesimen harus dilakukan
sesuai persyaratan, kondisi pengiriman spesimen juga harus
tepat.
2) Tahap analitik
a) Pereaksi (Reagen)
Reagen atau media harus dipastikan memenuhi syarat, masa
kadaluarsa tidak terlampaui, cara pelarutan atau pencampuran
sudah benar, cara pengenceran sudah benar, dan pelarutnya

8
harus memenuhi syarat.
b) Peralatan
Peralatan/alat yang akan digunakan dipastikan bahwa semua
bersih dan sudah memenuhi standart, sudah terkalibrasi, pipetasi
dilakukan dengan benar dan urutan prosedur harus diikuti
dengan benar.
c) Kontrol kualitas (qulity control =QC)
Kontrol kualitas (quality control) adalah salah satu kegiatan
pemantapan mutu internal. Kontrol kualitas merupakan suatu
rangkaian pemeriksaan analitik yang ditujukan untuk menilai
data analitik. Tujuan dari dilakukannya kontrol kualitas adalah
untuk mendeteksi kesalahan analitik di laboratorium. Kesalahan
analitik di laboratorium terdiri atas dua jenis yaitu kesalahan
acak (random error) dan kesalahan sistematik (systematic error).
Kesalahan acak menandakan tingkat presisi, sementara
kesalahan sistematik menandakan tingkat akurasi suatu metode
atau alat (Sukorini dkk, 2010).
d) Metode pemeriksaan
Metode pemeriksaan di laboratorium harus memiliki
rencana pengambilan sampel dan metode ketika melakukan
pengambilan sampel, bahan atau produk untuk pengujian
berikutnya atau kalibrasi. Metode pengambilan sampel harus
mengatasi faktor yang harus dikendalikan untuk memastikan
keabsahan pengujian atau kalibrasi hasil berikutnya. Rencana
pengambilan sampel dan metode harus tersedia di lokasi
tempat pengambilan sampel dilakukan.
Metode pengambilan sampel harus:
i. Mengacu pada metode sampling yang digunakan;
ii. Tanggal dan waktu pengambilan sampel;
iii. Data untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan
sampel (misalnya jumlah, jumlah, nama);

9
iv. Identifikasi personil melakukan sampling;
v. Identifikasi peralatan yang digunakan;
vi. Kondisi lingkungan atau transportasi;
vii. Diagram atau setara lainnya berarti untuk
mengidentifikasi lokasi pengambilan sampel, saat yang
tepat;
viii. Penyimpangan, penambahan atau pengecualian dari
metode sampling dan rencana sampling (Persyaratan
umum untuk kompetensi laboratorium pengujian dan
kalibrasi ISO/IEC 17025 2017).
e) Kompetensi Pelaksana
Rekaman yang relevan pendidikan dan profesional
kualifikasi, pelatihan dan pengalaman, dan penilaian
kompetensi semua personil harus terpelihara. Catatan-catatan
ini harus tersedia untuk personil yang relevan dan harus
mencakup:
i.Berpendidikan dan profesional kualifikasi.
ii.Mempunyai salinan sertifikasi atau lisensi.
iii.Memiliki pengalaman kerja sebelumnya;
iv.Deskripsi pekerjaan.
v.Pengenalan staf baru untuk lingkungan laboratorium.
vi.Adanya pelatihan dalam tugas-tugas pekerjaan saat ini.
vii.Penilaian kompetensi.
viii.Catatan melanjutkan pendidikan dan prestasi.

ix.Laporan kecelakaan dan paparan bahaya kerja.

x.Status imunisasi, ketika relevan dengan tugas yang


diberikan (Persyaratan untuk kualitas dan kompetensi ISO
15189 2012).

10
3) Tahap Pasca Analitik
a. Pembacaan hasil
Pemabacaan hasil yaitu dengan perhitungan, pengukuran,
identifikasi dan penilaian harus benar.
b. Pelaporan hasil
Pelaporan hasil yaitu form hasil dipastikan bersih, tidak ada
salah transkrip, tulisan sudah jelas, tidak terdapat
kecenderungan hasil (Depkes, 2013).

E. COVID-19
Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160
nm. Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya
adalah kelelawar dan unta. Sebelum terjadinya wabah COVID-19, ada 6
jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu
alphacoronavirus 229E, alphacoronavirus NL63, betacoronavirus
OC43, betacoronavirus HKU1, Severe Acute Respiratory Illness
Coronavirus (SARS-CoV), dan Middle East Respiratory Syndrome
Coronavirus (MERS-CoV).14
Coronavirus yang menjadi etiologi COVID -19 termasuk dalam
genus betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa
virus ini masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang
menyebabkan wabah Severe Acute Respiratory Illness (SARS) pada
2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus.15 Atas dasar ini, International

Committee on Taxonomy of Viruses mengajukan nama SARS-CoV-2.16

Gambar 1. Struktur genom virus. ORF: open reading frame, E: envelope, M:


membrane, N: nucleocapsid 17

11
Struktur genom virus ini memiliki pola seperti coronavirus pada
umumnya (Gambar 1). Sekuens SARS- CoV-2 memiliki kemiripan
dengan coronavirus yang diisolasi pada kelelawar, sehingga muncul
hipotesis bahwa SARS-CoV-2 berasal dari kelelawar yang kemudian
bermutasi dan menginfeksi manusia. 17 Mamalia dan burung diduga
sebagai reservoir perantara. 1
Pada kasus COVID-19, trenggiling diduga sebagai reservoir
perantara. Strain coronavirus pada trenggiling adalah yang mirip
genomnya dengan coronavirus kelelawar (90,5%) dan SARS-CoV-2
(91%).18 Genom SARS-CoV-2 sendiri memiliki homologi 89%
terhadap coronavirus kelelawar ZXC21 dan 82% terhadap SARS-
CoV.19
Hasil pemodelan melalui komputer menunjukkan bahwa SARS -
CoV-2 memiliki struktur tiga dimensi pada protein spike domain
receptor-binding yang hampir identik dengan SARS-CoV. Pada
SARS-CoV, protein ini memiliki afinitas yang kuat terhadap
angiotensin- converting-enzyme 2 (ACE2). 20 Pada SARS-CoV-2, data
in vitro mendukung kemungkinan virus mampu masuk ke dalam sel
menggunakan reseptor ACE2. 17 Studi tersebut juga menemukan bahwa
SARS-CoV-2 tidak menggunakan reseptor coronavirus lainnya seperti
Aminopeptidase N (APN) dan Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4).17

F. PATOGENESIS
Patogenesis SARS-CoV-2 masih belum banyak diketahui, tetapi
diduga tidak jauh berbeda dengan SARS- CoV yang sudah lebih banyak
diketahui. 30 Pada manusia, SARS-CoV-2 terutama menginfeksi sel-sel
pada saluran napas yang melapisi alveoli. SARS-CoV-2 akan
berikatan dengan reseptor-reseptor dan membuat jalan masuk ke dalam
sel. Glikoprotein yang terdapat pada envelope spike virus akan berikatan
dengan reseptor selular berupa ACE2 pada SARS-CoV-2. Di dalam sel,
SARS-CoV-2 melakukan duplikasi materi genetik dan mensintesis

12
protein-protein yang dibutuhkan, kemudian membentuk virion baru
yang muncul di permukaan sel. 20, 24
Sama dengan SARS-CoV, pada SARS-CoV-2 diduga setelah
virus masuk ke dalam sel, genom RNA virus akan dikeluarkan ke
sitoplasma sel dan ditranslasikan menjadi dua poliprotein dan protein
struktural. Selanjutnya, genom virus akan mulai untuk bereplikasi.
Glikoprotein pada selubung virus yang baru terbentuk masuk ke dalam
membran retikulum endoplasma atau Golgi sel. Terjadi pembentukan
nukleokapsid yang tersusun dari genom RNA dan protein nukleokapsid.
Partikel virus akan tumbuh ke dalam retikulum endoplasma dan Golgi
sel. Pada tahap akhir, vesikel yang mengandung partikel virus akan
bergabung dengan membran plasma untuk melepaskan komponen
virus yang baru.31
Pada SARS-CoV, Protein S dilaporkan sebagai determinan yang
signifikan dalam masuknya virus ke dalam sel pejamu. 31 Telah
diketahui bahwa masuknya SARS-CoV ke dalam sel dimulai dengan
fusi antara membran virus dengan plasma membran dari sel. 32 Pada
proses ini, protein S2’ berperan penting dalam proses pembelahan
proteolitik yang memediasi terjadinya proses fusi membran. Selain fusi
membran, terdapat juga clathrin- dependent dan clathrin-independent
endocytosis yang memediasi masuknya SARS-CoV ke dalam sel
pejamu. 33
Faktor virus dan pejamu memiliki peran dalam infeksi SARS-
CoV.35 Efek sitopatik virus dan kemampuannya mengalahkan respons
imun menentukan keparahan infeksi. 36 Disregulasi sistem imun
kemudian berperan dalam kerusakan jaringan pada infeksi SARS -CoV-
2. Respons imun yang tidak adekuat menyebabkan replikasi virus dan
kerusakan jaringan. Di sisi lain, respons imun yang berlebihan dapat
menyebabkan kerusakan jaringan.35

13
Tabel 1. Persistensi berbagai jenis coronavirus pada berbagai permukaan benda mati 29
Permukaan Virus Titer virus Temperatur Persistensi
5 O
Besi MERS-CoV 10 20 C 48 jam
30 OC 8-24 jam
O
HCoV 10 3 21 C 5 hari
3 O
Alumunium HCoV 5 x 10 21 C 2-8 jam
Metal SARS-CoV 10 5 Suhu ruangan 5 hari
5
Kayu SARS-CoV 10 Suhu ruangan 4 hari
Kertas SARS-CoV (Strain P9) 10 5 Suhu ruangan 4-5 hari
6
SARS-CoV (Strain 10 Suhu ruangan 24 jam
GVU6109) 10 5 3 hari
10 4 < 5 menit
5
Kaca SARS-CoV 10 Suhu ruangan hari
HCoV 10 3 21 OC hari
5 O
Plastik SARS-CoV (Strain 10 22-25 C <5 hari
HKU39849) MERS-CoV 10 5 20 OC 48 jam
O
30 C 8-24 jam
SARS-CoV (Strain P9) 10 5 Suhu ruangan
SARS-CoV (Strain FFM1) 10 7 Suhu ruangan
HCoV (Strain 229E) 10 7 Suhu ruangan
3
PVC HCoV 10 21 OC 5 hari
3
Karet silicon HCoV 10 21 OC 5 hari
Sarung tanga n HCoV 5 x 103 21 OC <8 jam
bedah (lateks)
Gaun bedah SARS-CoV 10 6 Suhu ruangan 2 hari
5
10 24 jam
10 4 1 jam
3 O
Keramik HCoV 10 21 C 5 hari
Teflon HCoV 10 3 21 OC 5 hari
Keterangan: HCOV: Human Coronavirus; SARS: Severe Acute Respiratory Syndrome; MERS: Middle East Respiratory Syndrome

Gambar 3. Skema replikasi dan patogenesis virus, diadaptasi dari berbagai sumber.30-32, 34-37

14
Respons imun yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 juga belum
sepenuhnya dapat dipahami, namun dapat dipelajari dari mekanisme
yang ditemukan pada SARS-CoV dan MERS-CoV. Ketika virus masuk
ke dalam sel, antigen virus akan dipresentasikan ke antigen
presentation cells (APC). Presentasi antigen virus terutama bergantung
pada molekul major histocompatibility complex (MHC) kelas I.
Namun, MHC kelas II juga turut berkontribusi. 30 Presentasi antigen
selanjutnya menstimulasi respons imunitas humoral dan selular tubuh
yang dimediasi oleh sel T dan sel B yang spesifik terhadap virus. 30
Pada respons imun humoral terbentuk IgM dan IgG terhadap SARS-
CoV. IgM terhadap SAR-CoV hilang pada akhir minggu ke-12 dan IgG
dapat bertahan jangka panjang. 30 Hasil penelitian terhadap pasien yang
telah sembuh dari SARS menujukkan setelah 4 tahun dapat ditemukan
sel T CD4+ dan CD8+ memori yang spesifik terhadap SARS-CoV,
tetapi jumlahnya menurun secara bertahap tanpa adanya antigen. 38
Virus memiliki mekanisme untuk menghindari respons imun
pejamu. SARS-CoV dapat menginduksi produksi vesikel membran
ganda yang tidak memiliki pattern recognition receptors (PRRs) dan
bereplikasi dalam vesikel tersebut sehingga tidak dapat dikenali oleh
pejamu. Jalur IFN-I juga diinhibisi oleh SARS-CoV dan MERS-CoV.
Presentasi antigen juga terhambat pada infeksi akibat MERS-CoV.30

G. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pasien COVID -19 memiliki spektrum yang
luas, mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan, pneumonia,
pneumonia berat, ARDS, sepsis, hingga syok sepsis. Sekitar 80% kasus
tergolong ringan atau sedang, 13,8% mengalami sakit berat, dan
sebanyak 6,1% pasien jatuh ke dalam keadaan kritis. Berapa besar
proporsi infeksi asimtomatik belum diketahui. 21 Viremia dan viral load

15
yang tinggi dari swab nasofaring pada pasien yang asimptomatik telah
dilaporkan. 56
Gejala ringan didefinisikan sebagai pasien dengan infeksi akut
saluran napas atas tanpa komplikasi, bisa disertai dengan demam,
fatigue, batuk (dengan atau tanpa sputum), anoreksia, malaise, nyeri
tenggorokan, kongesti nasal, atau sakit kepala. Pasien tidak
membutuhkan suplementasi oksigen. Pada beberapa kasus pasien juga
mengeluhkan diare dan muntah seperti terlihat pada tabel 3. 3, 26 Pasien
COVID-19 dengan pneumonia berat ditandai dengan demam, ditambah
salah satu dari gejala: (1) frekuensi pernapasan >30x/menit (2) distres
pernapasan berat, atau (3) saturasi oksigen 93% tanpa bantuan oksigen.
Pada pasien geriatri dapat muncul gejala-gejala yang atipikal. 57
Sebagian besar pasien yang terinfeksi SARS-CoV-2
menunjukkan gejala-gejala pada sistem pernapasan seperti demam, batuk,
bersin, dan sesak napas. 1 Berdasarkan data 55.924 kasus, gejala
tersering adalah demam, batuk kering, dan fatigue. Gejala lain yang
dapat ditemukan adalah batuk produktif, sesak napas, sakit
tenggorokan, nyeri kepala, mialgia/artralgia, menggigil, mual/muntah,
kongesti nasal, diare, nyeri abdomen, hemoptisis, dan kongesti
konjungtiva. 21 Lebih dari 40% demam pada pasien COVID-19
memiliki suhu puncak antara 38,1-39°C, sementara 34% mengalami
demam suhu lebih dari 39°C.3 Perjalanan penyakit dimulai dengan
masa inkubasi yang lamanya sekitar 3-14 hari (median 5 hari). Pada
masa ini leukosit dan limfosit masih normal atau sedikit menurun dan
pasien tidak bergejala. Pada fase berikutnya (gejala awal), virus
menyebar melalui aliran darah, diduga terutama pada jaringan yang
mengekspresi ACE2 seperti paru-paru, saluran cerna dan jantung.
Gejala pada fase ini umumnya ringan. Serangan kedua terjadi empat
hingga tujuh hari setelah timbul gejala awal. Pada saat ini pasien masih
demam dan mulai sesak, lesi di paru memburuk, limfosit menurun.
Penanda inflamasi mulai meningkat dan mulai terjadi hiperkoa gulasi.

16
Jika tidak teratasi, fase selanjutnya inflamasi makin tak terkontrol,
terjadi badai sitokin yang mengakibatkan ARDS, sepsis, dan
komplikasi lainnya (Gambar 4) 3, 49, 58, 60, 64-66
Gambar 5 menunjukkan
perjalanan penyakit pada pasien COVID-19 yang berat dan onset
terjadinya gejala dari beberapa laporan. 3, 49, 58, 60, 64

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lain seperti hematologi rutin,
hitung jenis, fungsi ginjal, elektrolit, analisis gas darah,
hemostasis, laktat, dan prokalsitonin dapat dikerjakan sesuai
dengan indikasi. Trombositopenia juga kadang dijumpai, sehingga
kadang diduga sebagai pasien dengue. Yan, dkk.67 di Singapura
melaporkan adanya pasien positif palsu serologi dengue, yang
kemudian diketahui positif COVID-19. Karena gejala awal
COVID-19 tidak khas, hal ini harus diwaspadai. Profil temuan
laboratorium pada pasien COVID-19 dapat dilihat pada Tabel 3.

2. Pencitraan
Modalitas pencitraan utama yang menjadi pilihan adalah foto
toraks dan Computed Tomography Scan (CT- scan) toraks. Pada
foto toraks dapat ditemukan gambaran seperti opasifikasi ground-
glass, infiltrat, penebalan peribronkial, konsolidasi fokal, efusi
pleura, dan atelectasis, seperti terlihat pada Gambar 6. Foto toraks
kurang sensitif dibandingkan CT scan, karena sekitar 40% kasus
tidak ditemukan kelainan pada foto toraks. 49, 63
Studi dengan USG toraks menunjukkan pola B yang difus
sebagai temuan utama. Konsolidasi subpleural posterior juga
ditemukan walaupun jarang. 68 Studi lain mencoba menggunakan

17
18
F-FDG PET/CT, namun dianggap kurang praktis untuk praktik
sehari-hari.69
Berdasarkan telaah sistematis oleh Salehi, dkk. 70 temuan
utama pada CT scan toraks adalah opasifikasi ground-glass (88%),
dengan atau tanpa konsolidasi, sesuai dengan pneumonia viral.
Keterlibatan paru cenderung bilateral (87,5%), multilobular
(78,8%), lebih sering pada lobus inferior dengan distribusi lebih
perifer (76%). Penebalan septum, penebalan pleura, bronkiektasis,
dan keterlibatan pada subpleural tidak banyak ditemukan. Gambar
7 menunjukkan contoh gambaran CT scan toraks pada pasien
COVID-19.
Gambaran CT scan yang lebih jarang ditemukan yaitu efusi
pleura, efusi perikardium, limfadenopati, kavitas, CT halo sign,
dan pneumotoraks. Walaupun gambaran-gambaran tersebut bersifat
jarang, namun bisa saja ditemui seiring dengan progresivitas
penyakit. Studi ini juga melaporkan bahwa pasien di atas 50 tahun
lebih sering memiliki gambaran konsolidasi.
Gambaran CT scan dipengaruhi oleh perjalanan klinis:71
Pasien asimtomatis: cenderung unilateral, multifokal,
predominan gambaran ground-glass. Penebalan septum
interlobularis, efusi pleura, dan limfadenopati jarang ditemukan.
Satu minggu sejak onset gejala: lesi bilateral dan difus,
predominan gambaran ground-glass. Efusi pleura 5%,
limfadenopati 10%.
Dua minggu sejak onset gejala: masih predominan
gambaran ground-glass, namun mulai terdeteksi konsolidasi
Tiga minggu sejak onset gejala: predominan gambaran
ground-glass dan pola retikular. Dapat ditemukan bronkiektasis,
penebalan pleura, efusi pleura, dan limfadenopati.

18
Tabel 2. Profil klinis dan laboratorium pasien COVID-19
Frekuensi (%) atau nilai median (minimum-maksimum)
Studi Guan Ch Hua You Wan Mo Xu Arentz
, en ng ng, g D, , dk M,
dkk49 J, C, dkk. dkk.6 dk k.62 dkk.63
3 59 0 61
dkk dkk. k.
58

Subjek 1.099 249 41 18 138 155 62 21


(kritis)
Lokasi China Sha Wuh Sing Wuh Wu Zh Washi
ngh an apur an han ejia ngton
ai a ng
Temuan
Klinis
Demam 43,4 87, 98 72 98,6 81, 77 52,4
1 3
Batuk 67,8 36, 76 83 59,4 62, 81 47,6
5 6
Pilek 4,8 6,8 - 6 - - - -
Nyeri 13,9 6,4 - 61 17,4 - - -
tenggorok
Fatigue 38,1 15, 44 - 69,6 73, 52 -
7 2
Nyeri 13,6 11, 8 - 6,5 9,8 34 -
kepala 2
Sesak 18,7 7,6 55 11 31,2 32, 3 76,2
3
Diare 3,8 3,2 3 17 10,1 4,5 8 -
Temuan
Laboratori
um
Leukosit 4.700 4.7 6.20 4.60 4.50 4.3 4.7 9.365
(/mm3) 10 0 0 0 60 00 (2.890
(3. (4.10 (1.7 (3.30 (3. (3. -
800 0- 00- 0- 300 500 16.900
- 10.5 6.30 6.20 - - )
5.8 00) 0) 0) 6.0 5.8
60) 30) 00)
Limfosit 1.000 1.1 800 1.20 800 900 1.0 889
absolut (/ 20 (600 0 (600- (66 00 (200-
mm3 ) (79 - (800 1.10 0- (80 2.390)
0- 1.10 - 0) 1.1 0-
1.4 0) 1.70 00) 1.5
90) 0) 00)
Platelet 168.0 - 164. - 163. 170 176 215.00
(/mm3) 00 000 000 .00 .00 0

19
0 0
ALT(U/L) ↑ 23 32 - 24 23 22 273
21,3 (15 (21- (16- (16 (14 (14-
% - 50) 40) - - 4.432)
33) 38) 34)
AST ↑ 25 34 - 31 32 26 108
(U/L) 22,2 (20 (26- (24- (24 (20 (11-
% - 48) 51) - - 1.414)
33) 48) 32)
Kreatinin ↑ - ↑ - 0,8 0,8 0,8 1.45
serum 1,6% 10% (0,67 (0, 1 (0.1-
(mg/ - 67- (0, 4.5)
dL) 0,98) 0,9 67-
8) 0,9
4)
Bilirubin ↑ - 11,7 - 9,8 - - 0.6
total 10,5 (9,5- (8,4- mg/dL
(mmol/L) % 13,9) 14,1) (0.2-
1.1)
LED - 54 - - - 25 - -
(mm/jam) (33 (14
- -
90) 47)
CRP ↑ - 16,3 - - 33 - -
(mg/L) 60,7 (0,9- (16
%≥ 97,5) -
10 74)
mg/L
PCT ≥ 0,5 5,5% - 8% - 35,5 0.0 0,0 1.8
ng/mL % ≥ 5 4 (0.12-
0,05 (0. (0, 9.56)
ng/m 05- 03-
L 0.0 0,0
9) 6)
Laktat - 1,4 - - - - 1.8
(mmol/L) (1, (0.8-
1- 4.9)
2,1
)
IL-6 - - - - - 45 - -
(pg/mL) (17
-
96)
LDH ↑ 229 ↑ 512 261 277 205 -
(U/L) 41,0 (19 73% (285 (182- (19 (18
% 5- > - 403) 5- 4-

20
291 245 796) 404 260
) U/L ) ,5)
D-dimer ↑ - 0,5 - 203 191 0,2 -
46,4 mg/ ng/m ng/ mg
% L L mL /L
(0,3- (121- (12 (0,
1,3) 403) 3- 2-
358 0,5
) )
hs Trop I - - ↑ - 6,4 - - ↑ 14%
12% pg/m
L
(2,8-
18,5)
Keterangan: Hb: hemoglobin, ALT: alanin aminotransferase; AST: aspartate aminotransferase; LED: laju endap darah;
CRP: C-reactive protein; PCT: prokalsitonin; IL-6: interleukin-6; LDH: laktat dehidrogenase; PT: prothrombin time;
aPTT: activated partial thromboplastin time; hs Trop I: high-sensitivity cardiac troponin I.

Gambar 4. Skema perjalanan penyakit COVID-19, diadaptasi dari berbagai sumber. 3, 49, 58, 60, 64-66

Gambar 5. Perjalanan penyakit pada COVID-19 berat. 3, 49, 58, 60, 64

21
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jaminan mutu adalah suatu sistem manajemen yang dirancang
untuk mengawasi kegiatan-kegiatan pada seluruh tahap (desain produk:
produksi, penyerahan produk serta layanan), guna mencegah adanya
masalah-masalah kualitas dan memastikan bahwa hanya produk yang
memenuhi syarat yang sampai ke tangan pelanggan (Faure & Faure, 1999).
Proses pengembangan mutu pada sebuah fasilitas pelayanan kesehatan
dapat dipahami melalui berbagai jenis produk dan jasa pelayanan yang
ditawarkan kepada masyarakat, dan harapan pengguna jasa pelayanan
terhadap kinerja pelayanan kesehatan yang mereka terima.
Coronavirus adalah virus RNA dengan ukuran partikel 120-160
nm. Virus ini utamanya menginfeksi hewan, termasuk di antaranya
adalah kelelawar dan unta. Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-
19 termasuk dalam genus betacoronavirus. Hasil analisis filogenetik
menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam subgenus yang sama
dengan coronavirus yang menyebabkan wabah Severe Acute
Respiratory Illness (SARS) pada 2002-2004 silam.

B. SARAN
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih terdapat
banyak kekurangan dalam penulisan serta penyusunan rumusan
masalahnya. Dimohon kepada dosen pembimbing untuk memberikan
saran yang sebanyak-banyaknya agar kami dapat melakukan penulisan
yang lebih baik dikemudian hari.

22
DAFTAR PUSTAKA

Arentz M, Yim E, Klaff L, Lokhandwala S, Riedo FX, Chong M, et al.


Characteristics and Outcomes of 21 Critically Ill Patients With COVID-19
in Washington State. JAMA. 2020; published online March 19. DOI:
10.1001/jama.2020.4326.

Chan JF-W, Kok K-H, Zhu Z, Chu H, To KK-W, Yuan S, et al. Genomic
characterization of the 2019 novel human-pathogenic coronavirus isolated
from a patient with atypical pneumonia after visiting Wuhan. Emerg
Microbes Infect. 2020;9(1):221-36.
Chen H, Guo J, Wang C, Luo F, Yu X, Zhang W, et al. Clinical characteristics and
intrauterine vertical transmission potential of COVID-19 infection in nine
pregnant women: a retrospective review of medical records. Lancet.
2020;395(10226):809-15.

Chen H, Guo J, Wang C, Luo F, Yu X, Zhang W, et al. Clinical characteristics and


intrauterine vertical transmission potential of COVID-19 infection in nine
pregnant women: a retrospective review of medical records. Lancet.
2020;395(10226):809-15.
Chen J, Qi T, Liu L, Ling Y, Qian Z, Li T, et al. Clinical progression of patients
with COVID-19 in Shanghai, China. J Infect. 2020; published online March
19. DOI: 10.1016/j.jinf.2020.03.004.

de Wit E, van Doremalen N, Falzarano D, Munster VJ. SARS and MERS: recent
insights into emerging coronaviruses. Nat Rev Microbiol. 2016;14(8):523-
34.

Edisi Koran dan Baskoro Septiadi. 15 Juli 2020. Mengenal ATLM, Profesi
Penting di Era Pandemi COVID-
19.https://radarsemarang.jawapos.com/rubrik/opini/2020/07/15/mengenal-
atlm-profesi-penting-di-era-pandemi-covid-19/. Diakses pada 03 Agustus
2020

23
Fan YY, Huang ZT, Li L, Wu MH, Yu T, Koup RA, et al. Characterization of
SARS-CoV-specific memory T cells from recovered individuals 4 years
after infection. Arch Virol. 2009;154(7):1093-9.

Gorbalenya AE, Baker SC, Baric RS, de Groot RJ, Drosten C, Gulyaeva AA, et
al. The species Severe acute respiratory syndrome-related coronavirus:
classifying 2019-nCoV and naming it SARS-CoV-2. Nat Microbiol. 2020;
published online March 2. DOI: 10.1038/s41564-020-0695-z

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/635/4/Chapter%202.pdf
Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al. Clinical features of patients
infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet.
2020;395(10223):497-506.

Kampf G, Todt D, Pfaender S, Steinmann E. Persistence of coronaviruses on


inanimate surfaces and their inactivation with biocidal agents. J Hosp
Infect. 2020;104(3):246-51.
Keputusan Menteri Kesehatan RI NO. 370 Tentang Standar Profesi Ahli
Teknologi Laboratorium Kesehatan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
http://www.pdpersi.co.id/peraturan/kepmenkes/kmk3702007.pdf. Diakses
pada 03 Agustus 2020.
Li G, Fan Y, Lai Y, Han T, Li Z, Zhou P, et al. Coronavirus infections and immune
responses. J Med Virol. 2020;92(4):424-32.
Li X, Geng M, Peng Y, Meng L, Lu S. Molecular immune pathogenesis and
diagnosis of COVID-19. J Pharm Anal. 2020; published online March 5.
DOI: 10.1016/j.jpha.2020.03.001

Liu Y, Gayle AA, Wilder-Smith A, Rocklöv J. The reproductive number of


COVID-19 is higher compared to SARS coronavirus. J Travel Med.
2020;27(2).

Malut Post. 14 April 2020. Peran ATLM yang Terlupakan di Tengah Pandemi
Covid-19.http://www.pdpersi.co.id/peraturan/kepmenkes/kmk3702007.pdf.
Diakses pada 03 Agustus 2020
Poggiali E, Dacrema A, Bastoni D, Tinelli V, Demichele E, Mateo Ramos P, et al.

24
Can Lung US Help Critical Care Clinicians in the Early Diagnosis of Novel
Coronavirus (COVID-19) Pneumonia? Radiology. 2020; published online
March 13. DOI: 10.1148/ radiol.2020200847.

Qin C, Liu F, Yen TC, Lan X. 18 F-FDG PET/CT findings of COVID-19: a series
of four highly suspected cases. Eur J Nucl Med Mol Imaging. 2020;
published online February 22. DOI: 10.1007/ s00259-020-04734-w.
Qin C, Zhou L, Hu Z, Zhang S, Yang S, Tao Y, et al. Dysregulation of immune
response in patients with COVID-19 in Wuhan, China. Clin Infect Dis.
2020; published online March 12. DOI: 10.1093/ cid/ciaa248.
Riedel S, Morse S, Mietzner T, Miller S. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Medical
Microbiology. 28th ed. New York: McGraw- Hill Education/Medical;
2019. p.617-22.

Rothan HA, Byrareddy SN. The epidemiology and pathogenesis of coronavirus


disease (COVID-19) outbreak. J Autoimmun. 2020; published online
March 3. DOI: 10.1016/j.jaut.2020.102433.

Salehi S, Abedi A, Balakrishnan S, Gholamrezanezhad A. Coronavirus Disease


2019 (COVID-19): A Systematic Review of Imaging Findings in 919
Patients. AJR Am J Roentgenol. 2020:1-7.
Shi H, Han X, Jiang N, Cao Y, Alwalid O, Gu J, et al. Radiological findings from
81 patients with COVID-19 pneumonia in Wuhan, China: a descriptive
study. Lancet Infect Dis. 2020; published

Simmons G, Reeves JD, Rennekamp AJ, Amberg SM, Piefer AJ, Bates P.
Characterization of severe acute respiratory syndrome- associated
coronavirus (SARS-CoV) spike glycoprotein-mediated viral entry. Proc
Natl Acad Sci U S A. 2004;101(12):4240-5.
Wang D, Hu B, Hu C, Zhu F, Liu X, Zhang J, et al. Clinical Characteristics of 138
Hospitalized Patients With 2019 Novel Coronavirus-Infected Pneumonia in
Wuhan, China. JAMA. 2020; published online February 7. DOI:
10.1001/jama.2020.1585.

Wang H, Yang P, Liu K, Guo F, Zhang Y, Zhang G, et al. SARS coronavirus entry

25
into host cells through a novel clathrin-and caveolae-independent
endocytic pathway. Cell Res.

Wang J, Zhou M, Liu F. Exploring the reasons for healthcare workers infected
with novel coronavirus disease 2019 (COVID-19) in China. J Hosp Infect.
2020; published online March 5. DOI: 10.1016/j.jhin.2020.03.002.

Woelfel R, Corman VM, Guggemos W, Seilmaier M, Zange S, Mueller


MA, et al. Clinical presentation and virological assessment of hospitalized
cases of coronavirus disease 2019 in a travel-associated transmission cluster.
medRxiv. 2020; published online March 8. DOI:
10.1101/2020.03.05.20030502.
World Health Organization. Clinical management of severe acute respiratory
infection when novel coronavirus (nCoV) infection is suspected. Geneva:
World Health Organization; 2020.

World Health Organization. Report of the WHO-China Joint Mission on


Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Geneva: World Health
Organization; 2020.

Yan G, Lee CK, Lam LTM, Yan B, Chua YX, Lim AYN, et al. Covert COVID-19
and false-positive dengue serology in Singapore. Lancet Infect Dis. 2020;
published online March 4. DOI: 10.1016/ S1473-3099(20)30158-4.
Zhang H, Penninger JM, Li Y, Zhong N, Slutsky AS. Angiotensin- converting
enzyme 2 (ACE2) as a SARS-CoV-2 receptor: molecular mechanisms and
potential therapeutic target. Intensive Care Med. 2020; published online
March 3. DOI: 10.1007/s00134-020- 05985-9

Zhang T, Wu Q, Zhang Z. Probable Pangolin Origin of SARS- CoV-2 Associated


with the COVID-19 Outbreak. Curr Biol. 2020; published online March 13.
DOI: 10.1016/j.cub.2020.03.022

Zhou F, Yu T, Du R, Fan G, Liu Y, Liu Z, et al. Clinical course and risk factors for
mortality of adult inpatients with COVID-19 in Wuhan, China: a
retrospective cohort study. Lancet. 2020; published online March 20. DOI:
10.1016/S2468-1253(20)30084-4.

26
Zhou P, Yang X-L, Wang X-G, Hu B, Zhang L, Zhang W, et al. A pneumonia
outbreak associated with a new coronavirus of probable bat origin. Nature.
2020;579(7798):270-3.

Zhu N, Zhang D, Wang W, Li X, Yang B, Song J, et al. A Novel Coronavirus


from Patients with Pneumonia in China, 2019. N Engl J Med.
2020;382(8):727-33.

27

Anda mungkin juga menyukai