UNIT LABORATORIUM
UPTD. RUMAH SAKIT NYITDAH
Status Revisi : 00
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Ruang Lingkup Pelayanan .................................................................................2
C. Batas Operasional...............................................................................................3
D. Landasan Hukum................................................................................................4
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia....................................................................5
B. Distribusi Ketenagaan........................................................................................5
C. Pengaturan Jaga.................................................................................................5
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan..................................................................................................6
B. Standar Fasilitas.................................................................................................7
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN........................................................................9
BAB V LOGISTIK............................................................................................................29
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian........................................................................................................34
B. Tujuan..............................................................................................................35
C. Tata Laksana Keselamatan Pasien...................................................................36
BAB VII KESELAMATAN KERJA .................................................................................38
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU..................................................................................42
BAB IX PENUTUP.............................................................................................................55
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila
dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan,
persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien,
serta mempunyai fungsi sosial.
UPTD. Rumah Sakit Nyitdah merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan,
mempunyai visi menjadi rumah sakit yang berintegritas tinggi. Dalam rangka
mewujudkan visi tersebut UPTD. Rumah Sakit Nyitdah memiliki misi:
1. Berkomitmen untuk menjaga dan meningkatkan kwalitas pelayanan dengan selalu
mengoptimalkan kwalitas sumber daya manusia, sumber daya alat, sarana dan
prasarana.
2. Menciptakan manajemen yang akuntabel, transparan dan komunikatif bagi pelanggan
internal maupun eksternal.
3. Berkomitmen untuk selalu menampilkan informasi terbaru dalam sistem informasi
rumah sakit.
4. Menjaga dan membuat lingkungan rumah sakit yang ramah dan bersahabat di dalam
maupun di sekitar rumah sakit.
2
3. Menerapkan tata laksana keselamatan pasien laboratorium dengan baik
4. Menerapkan tata laksana keselamatan kerja di laboratorium
5. Memahami manajemen mutu dan menerapkan kegiatan pemantapan mutu
laboratorium dengan baik
C. Batasan Operasional
Laboratorium UPTD. Rumah Sakit Nyitdah beroperasi selama 24 jam setiap hari.
Melayani parameter pemeriksaan sesuai yang tertera dalam Form Permintaan Pemeriksaan
Laboratorium UPTD. Rumah Sakit Nyitdah. Lingkup pelayanan meliputi bidang
hematologi, kimia klinik, urinalisa, imuno-serologi, dan mikrobiologi.
1. Bidang hematologi melayani pemeriksaan Hematologi Lengkap 5 diff (DL), golongan
darah, Laju Endap Darah (LED), Pemeriksaan Hapusan Darah, Bleeding Time (BT)
dan Clotting Time (CT).
2. Bidang kimia klinik melayani pemeriksaan glukosa darah sewaktu, glukosa darah
puasa, glukosa darah 2 jam PP, Cholesterol total, Trigliserida, SGOT, SGPT, Ureum,
Creatinine, Asam Urat dan Elektrolit (Na, K, Cl).
3. Bidang Urinalisa dan feses melayani pemeriksaan urine rutin, sedimen urine, tes
kehamilan, pemeriksaan narkoba (amphetamine, coccain, benzodiazepine, THC,
morfin) dan feses rutin.
4. Bidang imuno-serologi melayani pemeriksaan widal, anti HIV (screening), HBsAg,
Anti Dengue IgG-IgM, dan RPR antigen.
5. Bidang Mikrobiologi melayani pemeriksaan Darah Malaria
3
Parameter yang tidak dapat dikerjakan di UPTD. Rumah Sakit Nyitdah akan
dirujuk ke Laboratorium Badan Rumah Sakit Umum Tabanan sebagai laboratorium
rujukan. Pemeriksaan yang tidak dapat dikerjakan dan perlu dirujuk diantaranya:
1. Pemeriksaan status besi (Serum Iron, TIBC, Ferritin dan Saturasi)
2. Pemeriksaan faal hemostasis (PT, APTT)
3. Pemeriksaan kimia klinik (HbA1C, kolesterol HDL, kolesterol LDL, Bilirubin total,
Bilirubin direk, Bilirubin indirek, Protein total, Albumin, Globulin, Alkali Phospatase,
Gamma GT dan Amilase)
4. Pemeriksaan imuno-serologi (Anti HAV, Anti HCV, Dengue NS1Ag)
5. Pemeriksaan feses (darah samar)
6. Pemeriksaan mikrobiologi (Tes Cepat Molekular (TCM), Kultur)
7. Pemeriksaan patologi anatomi (papsmear, dll)
Rujukan juga dapat dilakukan apabila terdapat gangguan teknis seperti kerusakan alat,
yang menyebabkan pemeriksaan tertentu tidak bisa dikerjakan di laboratorium UPTD.
Rumah Sakit Nyitdah.
D. Landasan Hukum
Landasan hukum penyusunan pedoman pelayanan unit laboratorium ini
diantaranya:
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 411/Menkes/PER/III/2010
tentang Laboratorium Klinik
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik yang Baik
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 241/Menkes/SK/IV/2006
tentang Standar Pelayanan Laboratorium Kesehatan Pemeriksaan HIV dan Infeksi
Oportunistik
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 370/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan.
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
5
Dokter spesialis patologi klinik sebagai penanggung jawab di Laboratorium Patologi
Klinik yaitu sebagai Kepala Unit Laboratorium. Laboratorium dibagi menjadi beberapa
sub lab yang dikoordinir oleh staf analis kesehatan:
1. Sub Lab Hematologi : 1 (satu) orang
2. Sub Lab Kimia Klinik : 1 (satu) orang
3. Sub Lab Urinalisa dan Imunologi : 1 (satu) orang
4. Sub Administrasi dan Sampling : 1 (satu) orang
C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga petugas laboratorium terbagi menjadi 3 shift yaitu :
- Shif pagi (pukul 07.00 – pukul 14.00)
- Shift sore (pukul 14.00 – pukul 21.00)
- Shift malam (pukul 21.00 – pukul 07.00)
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
Denah Ruangan Laboratorium UPTD. Rumah Sakit Nyitdah
3 4
2 5
Keterangan:
1 = Administrasi
2 = Hematologi
3 = Kimia 1Klinik
4 = Imunoserologi
5 = Urinalisa 6 7
6
6 = Sampling
7 = Toilet Petugas
B. Standar Fasilitas
B.1. Ruangan
Ruangan laboratorium UPTD Rumah Sakit Nyitdah berupa satu ruangan dengan
luas 20 m2. Dinding terbuat dari tembok permanen warna terang. Lantai terbuat dari
bahan yang kuat, mudah dibersihkan, berwarna terang, permukaan rata dan tidak licin.
Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan pintu yang rapat dan kuat.
Tatanan Ruangan Laboratorium UPTD. Rumah Sakit Nyitdah terdiri atas
beberapa bagian diantaranya: administrasi, sampling, hematologi, kimia klinik, imuno-
serologi, urinalisa. Ruangan laboratorium di sekat menjadi 2 bagian menggunakan tirai.
Dibagian depan/pintu masuk merupakan bagian sampling dan penerimaan sampel
laboratorium. Bagian ini disekat menggunakan tirai dengan bagian teknis pemeriksaan
(bagian hematologi, kimia klinik, imunoserologi, urinalisa dan feses). Setiap bagian alat
pemeriksaan berada di atas meja yang terbuat dari bahan yang kuat, permukaan yang rata,
kedap air dan mudah dibersihkan.
7
6. Air bersih menggunakan air PDAM.
7. Pengaman jaringan instalasi listrik, tersedia grounding/arde, tersedia cadangan listrik
(Genset, UPS) untuk mengantisipasi listrik mati.
8. Gudang penyimpanan logistik laboratorium.
Registrasi
Pasien
(UGD, Rawat Inap,
Poliklinik, Kamar Bersalin,
Kamar Operasi)
Sampling/Pengumpulan
Spesimen
Proses Analitik
Post Analitik
Penyerahan hasil
laboratorium ke pasien
B. Pendaftaran/Registrasi Pelayanan Laboratorium
1. Pasien rawat jalan
Pasien rawat jalan meliputi pasien dari Unit Gawat Darurat (UGD) dan
Poliklinik UPTD. Rumah Sakit Nyitdah. Kelengkapan yang diperlukan untuk
pendaftaran pemeriksaan laboratorium yaitu: Form Permintaan Pemeriksaan
Laboratorium dan Kitir Pendaftaran Pasien (dari loket UGD/loket Poliklinik)
- Pasien dari poliklinik menuju laboratorium dengan membawa form permintaan
pemeriksaan laboratorium atas permintaan dokter, dan kitir pendaftaran poliklinik.
Pasien akan diberikan nomor antrian oleh petugas laboratorium kemudian diberi
no antrian.
- Pasien dari UGD: registrasi di laboratorium dilakukan saat petugas UGD menuju
ke laboratorium membawa sampel/bahan pemeriksaan dilengkapi dengan form
permintaan pemeriksaan dan kitir pendaftaran UGD.
C. Sampling/Pengumpulan Spesimen
Sampling merupakan tindakan pengambilan spesimen/bahan pemeriksaan dari
pasien untuk dapat diperiksa secara laboratoris. Merupakan salah satu bagian dari tahap
praanalitik dalam tahapan pelayanan laboratorium. Tahap praanalitik sangat menentukan
kualitas sampel yang nantinya akan diperiksa dan hasil pemeriksaannya. Pada tahapan
sampling, identifikasi pasien merupakan hal yang penting dan harus dilakukan dengan
benar. Identifikasi pasien meliputi identitas pasien (nama, tanggal lahir/umur,
9
mencocokkan nomor RM), kondisi pasien (apakah pasien sudah puasa sesuai waktu yang
ditentukan/belum, riwayat obat yang diminum sebelum pengambilan sampel darah).
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengambilan spesimen pemeriksaan
laboratorium yaitu cara dan waktu pengambilan sampel. Cara pengambilan spesimen
apakah sudah sesuai SPO untuk pengambilan darah, apakah pasien sudah diberikan
informasi mengenai prosedur penampungan sampel urine porsi tengah yang tepat. Waktu
pengambilan spesimen apakah pagi/malam hari, 2 jam PP yang tepat waktu. Tahapan
praanalitik memerikan memberikan kontribusi kesalahan paling besar dalam tahapan
pelayanan laboratorium, oleh karena itu pengambilan spesimen harus sesuai dengan
Standar Prosedur Operasional (SPO) Pengambilan Spesimen yang berlaku di UPTD
Rumah Sakit Nyitdah.
Pemberian label/identitas yang jelas (nama lengkap, no RM, tanggal pengambilan
spesimen) pada tabung darah/pot spesimen dilakukan didepan pasien agar memberikan
rasa aman ke pasien bahwa sampel tidak tertukar.
Untuk sampel pasien dari UGD/Rawat inap yang diambil oleh perawat ruangan,
identifikasi sampel dengan kelengkapan administrasinya sangat penting dilakukan.
Disamping itu kelayakan sampel saat diterima perlu diperhatikan, apakah memenuhi
syarat untuk diperiksa di laboratorium/perlu diinformasikan untuk pengambilan sampel
ulang.
D. Penanganan Spesimen
Pada tahapan ini sampel mulai didistribusikan ke sub bagian laboratorium untuk
dapat diproses sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Penanganan sampel dengan
memperhatikan kewaspadaan standar yakni mengenakan alat pelindung diri sesuai
kebutuhan, seperti masker, sarung tangan, jas laboratorium.
- Bidang kimia klinik: tabung tutup warna kuning dipisahkan serumnya untuk diperiksa
pada alat Indiko Plus Thermo Scientific sesuai parameter permintaan dokter.
- Bidang hematologi: darah lengkap (DL) menggunakan tabung tutup warna ungu
dengan antikoagulan K3EDTA diperiksa pada alat Mindray BC-5380.
- Bidang urinalisa: sampel pada pot urine diperiksa segera pada alat Combi Scan 500.
10
Sampel darah dalam tabung tutup warna kuning didiamkan selama 20 sampai
30 menit kemudian disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Serum
yang diperoleh digunakan untuk pemeriksaan kimia klinik. Pemisahan serum
dilakukan paling lambat dalam waktu 2 jam setelah pengambilan spesimen. Serum
yang diterima untuk pemeriksaan yaitu yang memenuhi syarat tidak lisis dan tidak
lipemik. Dalam pemeriksaan kimia klinik, hal yang perlu diperhatikan antara lain:
- Serum yang digunakan memenuhi syarat.
- Reagen yang digunakan dalam kondisi baik.
- Hasil kontrol alat Indiko Plus ok
- Prosedur pemeriksaan kimia klinik dengan alat Indiko Plus sesuai dengan SPO
yang ditetapkan.
11
Sampel urine yang digunakan untuk pemeriksaan pada pasien berkemih
spontan yakni sampel urine porsi tengah. Pot yang digunakan yakni pot bersih dengan
tutup ulir, diberi label identitas pasien dengan jelas (Nama, No.RM, Jenis Kelamin,
Tanggal & Jam pengambilan spesimen).
Tabel 1.
Waktu Tunggu Hasil Laboratorium
12
- Golongan Darah 30 Menit
- Gambaran Darah Tepi 24 Jam
3 FAAL HEMOSTASIS
- BT (Bleeding Time), CT (Cloting Time) 30 Menit
4 ELEKTROLIT
- Na, K, Cl 1 Jam
5 KIMIA DARAH
- Glukosa Darah 30 Menit
- Lipid Profil 2 Jam
7 ANALISA URINE
- Urine Rutin 1 Jam
- Tes Kehamilan 30 Menit
8 SKRINING NARKOBA 1 Jam
9 ANALISIS FESES
- Feses Rutin 1 Jam
10 MIKROBIOLOGI
- Darah Malaria (rapid test) 1 Jam
14
Pelaporan hasil laboratorium harus dilakukan secara cermat dan teliti, karena
kesalahan dalam pencatatan dan pelaporan akan mengakibatkan kesalahan dalam
menetapkan suatu tindakan. Laporan hasil laboratorium tercatat di buku register masing-
masing sub unit sebagai arsip.
Tabel 2.
Rentang Nilai Normal Hasil Pemeriksaan Laboratorium
UPTD. Rumah Sakit Nyitdah
15
PARAMETER PEMERIKSAAN NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin (HGB)
Eritrosit (RBC)
Hematokrit (PCV)
- Laki-laki 40,7 – 50,3 %
- Perempuan 36,1 – 44,3 %
MCV 82 – 92 fl
MCH 27 – 31 pg
MCHC 32-37 g/dl
Trombosit (PLT)
150 – 400 x 103/μl
Hitung Jenis Lekosit
- Basofil 0%
- Eosinofil 2-4 %
- Netrofil 55-70 %
- Limfosit 20-40 %
- Monosit 2-8 %
KIMIA KLINIK
Ureum 10 - 50 mg/dl 16
Creatinin 0,6 – 1,2 mg/dl
Sumber:Buku Tabel Konversi satuan SI-Kovensional dan Nilai Rujukan Dewasa
Anak Parameter Laboratorium Klinik. Perhimpunan Dokter Patologi Klinik
Cabang Jakarta. 2004
Tabel 3.
Nilai Ambang Kritis Hasil Pemeriksaan Laboratorium
UPTD. Rumah Sakit Nyitdah
17
G. Rujukan Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa parameter pemeriksaan yang tidak dapat dikerjakan di Laboratorium
UPTD. Rumah Sakit Nyitdah akan dikerjakan oleh laboratorium rujukan, dimana
laboratorium rujukan yang dipilih yaitu Laboratorium Badan Rumah Sakit Umum
Tabanan. Sebelum menetapkan laboratorium rujukan ada beberapa kriteria pemilihan
laboratorium rujukan yang dilakukan. Kriteria pemilihan laboratorium rujukan ini
merupakan tata cara pemilihan laboratorium yang akan dipakai sebagai pedoman untuk
memilih laboratorium yang sesuai untuk menjadi laboratorium rujukan. Kriteria tersebut
diantaranya:
1. Laboratorium yang digunakan sebagai rujukan adalah yang memiliki hasil Quality
Control (PMI/Pemantapan Mutu Internal) dan PME (Pemantapan Mutu Eksternal)
yang baik.
2. Laboratorium yang digunakan sebagai rujukan adalah yang memiliki sertifikat
kalibrasi serta memiliki sertifikat standar pelayanan sebagai laboratorium klinik yang
sesuai standar pelayanan kesehatan nasional dan atau standar pelayanan internasional.
3. Laboratorium yang digunakan sebagai rujukan adalah yang memiliki parameter yang
lebih lengkap dan atau lebih canggih dari laboratorium UPTD. Rumah Sakit Nyitdah.
18
Hasil evaluasi selama 6 bulan diserahkan kepada Kepala Bidang Penunjang Medis sebagai
pedoman untuk penandatanganan surat kontrak yang diperbaharui setiap 1 tahun sekali.
Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah yang digolongkan menjadi:
- Limbah Infeksius
Limbah infeksius di laboratorium berupa limbah padat dan cair. Limbah cair
dapat berupa: bahan kimia untuk pengujian (reagen laboratorium), air bekas pencucian
alat, sisa spesimen (urine), limbah cair alat hematologi dan kimia (limbah processing).
Limbah dibuang ke wastafel yang terhubung ke saluran IPAL Rumah Sakit.
Limbah infeksius padat di laboratorium dapat berupa jarum suntik, sarung
tangan, masker, kapas/alkohol swab bekas pasien, tabung/botol penampung spesimen,
kemasan/botol reagen uji laboratorium, kaca objek, sisa spesimen (ekskreta), tissue
yang terkena darah/cairan tubuh pasien. Untuk limbah medis traumatic (jarum suntik)
dibuang kedalam sharp container/jerigen tebal bertutup ulir. Limbah infeksius lainnya
ditampung pada kantong plastik kuning. Limbah diangkut menuju tempat
pengumpulan limbah, nantinya akan dimusnahkan dengan cara diinsinerasi oleh pihak
ketiga.
19
I. Pengelolaan Reagensia Essensial
Evaluasi Reagensia
Dalam pelaksanaan proses pemeriksaan laboratorium baik kimia klinik,
hematologi, imunologi, urinalisa dll, reagen memegang peranan penting terutama dalam
interpretasi hasil pemeriksaan. Sebelum digunakan dalam pemeriksaan setiap reagen harus
dilakukan uji mutu untuk melihat apakah suatu reagen baik digunakan dalam pemeriksaan
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemeriksaan dan didapatkan hasil pemeriksaan
pasien yang baik. Perkembangan ilmu dan teknologi sangat memengaruhi kualitas mutu
reagensia untuk suatu pemeriksaan laboratorium maka perlu evaluasi secara berkala untuk
menjaga dan meningkatkan mutu hasil pemeriksaan yang akan dikeluarkan
Evaluasi reagensia adalah kegiatan dalam melakukan pengendalian reagensia
meliputi penerimaan, penyimpanan dan kontrol kadaluarsa reagensia.
a. Tujuan Umum
Untuk mengawasi operasional laboratorium agar mendapatkan hasil yang optimal dan
berkualitas.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengevaluasi penerimaan reagensia
2) Untuk mengevaluasi penyimpanan reagensia
3) Untuk mengevaluasi kontrol kadaluarsa reagensia
4) Untuk mengevaluasi pemesanan reagensia
20
b. Penyimpanan Reagensia
1. Reagen yang datang disimpan sesuai dengan prosedur penyimpanan yang tertera
dalam kemasan reagen. Tempat penyimpanan, suhu/kelembaban, sirkulasi udara
dan bahan yang tidak boleh bercampur.
2. Perputaran pemakaian reagen dengan menggunakan kaidah:
- Pertama masuk – pertama keluar (FIFO- First In First Out) yaitu barang yang
lebih dahulu masuk harus digunakan lebih dahulu
- Berdasarkan urutan kadaluarsanya, masa kadaluarsa pendek dipakai dahulu
(FEFO – First expired first out)
3. Kulkas tempat penyimpanan reagen harus selalu diperiksa suhunya agar sesuai
dengan syarat penyimpanan reagen dengan cara:
- Letakkan thermometer dalam kulkas
- Atur suhu kulkas sesuai dengan syarat suhu dalam penyimpanan reagen
- Usahakan agar kulkas selalu dalam keadaan hidup.
- Catat suhu setiap pergantian shift dalam check list pemantauan suhu
- Bersihkan kulkas setiap dua bulan
4. Reagen yang sudah dibuka bisa bertahan sampai masa kadaluarsa habis bila
disimpan pada suhu (2-8) derajat Celcius
5. Jika suhu penyimpanan di lemari pendingin di luar (2-8) derajat Celcius, maka
reagen yang belum terbuka dapat bertahan 1 minggu, sedangkan reagen yang
sudah terbuka dapat bertahan 3 hari.
d. Pemesanan Reagensia
1. Petugas laboratorium mengecek persediaan yang akan habis (sisa 1 botol atau 20
test)
2. Reagen yang akan habis dicatat dan dilaporkan kepada Kepala Laboratorium
21
3. Kepala Laboratorium memeriksa kembali laporan yang diberikan dan membuat
daftar amprahan sesuai dengan barang yang dibutuhkan. Daftar amprahan disetujui
oleh Kasubid Penunjang Medis.
4. Kemudian Kepala Laboratorium mengajukan pemesanan reagen ke bagian
pengadaan.
22
- Catat setiap nilai yang diperoleh tiap hari kerja tersebut dalam formulir
periode pendahuluan pada kolom x
- Setelah diperoleh 25 nilai pemeriksaan, hitung nilai rata-ratanya (mean),
standar deviasi (SD), Koefisien variasi (CV), batas peringatan (mean +- 2
SD) dan batas control (mean+-3SD)
- Teliti kembali apakah ada nilai yang melebihi batas mean +-3SD, bila
ada maka nilai tersebut dihilangkan. Hitung kembali nilai mean, SD, CV,
mean +-2SD dan mean +-3SD.
- Nilai Mean dan SD yang diperoleh ini dipakai sebagai nilai rujukan
periode control.
b. Periode Kontrol
Merupakan periode untuk menentukan ketelitian pemeriksaan pada hari
tersebut. Prosedur pada periode kontrol ini tergantung dari bidang
pemeriksaanya. Untuk pemeriksaan kimia klinik dan hematologi adalah
sebagai berikut:
- Periksa bahan kontrol setiap hari kerja atau pada hari parameter yang
bersangkutan diperiksa.
- Catatlah nilai yang diperoleh pada formulir periode kontrol
- Hitung penyimpanan terhadap nilai rujukan dalam satuan SD (Standar
Deviase Index)
- Satuan SD yang diperoleh dari plot pada grafik kontrol menunjukkan
hari/tanggal pemeriksaan sedangkan sumbu Y menunjukkan satuan
c. Evaluasi Hasil
- 1 3S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol
(out of control), apabila hasil pemeriksaan satu bahan control melewati
batas X+-3S
- 2 2S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol,
apabila hasil pemeriksaan 2 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang
sama yaitu x+2S atau X-2S.
- R 4S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari control
apabila perbedaan antara 2 hasil kontrol yang berturut-turut melebihi 4
S(satu control diatas+ 2S, lainnya dibawah -2S
23
- 4 1S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari control
apabila 4 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama baik x+S
maupun x-S.
- 10x : seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari control,
apabila 10 kontrol berturut-turut berada pada pihak yang sama dari nilai
tengah.
24
1. Uji Fungsi
Uji fungsi merupakan kegiatan yang dilakukan pada semua alat baru, yang
dilakukan oleh teknisi alat bersama staf laboratorium. Dalam uji fungsi juga
dilakukan pelatihan meliputi:
a. Menginventarisasi tenaga teknis laboratorium yang memerlukan pelatihan,
melakukan pendataan semua tenaga teknis laboratorium sesuai dengan UTW dan
peralatan.
b. Menentukan tenaga teknis yang memerlukan pelatihan
c. Menentukan jenis pelatihan yang dibutuhkan
d. Mencari dan menentukan narasumber pelatihan
e. Menentukan tempat dan waktu pelatihan
f. Melaksanakan pelatihan
g. Melakukan evaluasi hasil pelatihan tenaga teknis laboratorium yang telah
mengikuti pelatihan dilakukan observasi setelah 1 bulan mengikuti pelatihan
2. Infeksi berkala
Infeksi berkala merupakan kegiatan yang dilakukan oleh vendor atau teknisi
untuk melakukan pengecekan rutin pada alat. Infeksi berkala ini bertujuan untuk
meminimalisir kemungkinan adanya kerusakan pada alat.
3. Pemeliharaan Peralatan
Pemeliharaan dapat dilakukan harian, mingguan, maupun bulanan. Bukti
kegiatan pemeliharaan dapat dilihat melalui pengisian check list maintenance alat.
Setiap kegiatan pemeliharaan yang dilakukan harus terdokumentasi.
4. Kalibrasi Berkala
Kalibrasi alat laboratorium diperlukan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan
yang terpercaya dan menjamin penampilan hasil pemeriksaan. Kalibrasi peralatan
dilakukan pada saat awal, ketika alat baru diinstall dan diuji fungsi, dan selanjutnya
wajib dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun, atau
sesuai dengan pedoman pabrikan prasarana dan alat kesehatan serta ketentuan
peraturan perundang-undangan sesuai instruksi pabrik. Kalibrasi peralatan dapat
dilakukan oleh teknisi penjual alat, petugas laboratorium yang memiliki kompetensi
dan pernah dilatih, atau oleh institusi yang berwenang. Kalibrasi serta fungsi peralatan
dan system analitik secara berkala harus dipantau dan dibuktikan memenuhi
syarat/sesuai standar.
25
5. Identifikasi dan Inventarisasi Peralatan Laboartorium
Inventarisasi merupakan kegiatan pencatatan atau daftar alat-alat di
laboratorium, baik alat medis maupun non medis. Pencatatan ini dilakukan satu bulan
sekali untuk melihat kelengkapan alat baik jumlah maupun keadaan fisiknya.
6. Monitoring dan Tindakan Terhadap Kegagalan Fungsi alat
a. Monitoring
Kegiatan monitoring merupakan kegiatan pengecekan rutin untuk melihat
kondisi alat apakah sudah siap dan dalam keadaan ready untuk digunakan.
26
BAB V
LOGISTIK
A. Pendahuluan
Logistik adalah salah satu subsistem di rumah sakit yang memiliki tugas untuk
menyediakan barang dan bahan dalam jumlah, kualitas, dan pada waktu yang tepat sesuai
kebutuhan dengan harga yang efisien untuk kegiatan operasional rumah sakit. Logistik
merupakan ilmu pengetahuan dan seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan
kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan pemeliharaan, serta penghapusan
material/alat-alat. Pendapat lain mengatakan bahwa logistik merupakan suatu ilmu
pengetahuan dan seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan,
pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan pemeliharaan serta penghapusan material /alat-
alat. Logistik di laboratorium merupakan suatu bagian yang tidak bisa dipisahkan, lancar
tidaknya pelayanan laboratorium terkait dengan reagen yang digunakan. Penyimpanan
atau penataan bahan kimia harus mengutamakan segi keamanan daripada keindahan atau
segi yang lain oleh karena itu pemahaman sifat fisik dan kimia bahan-bahan menjadi
pertimbangan utama. Penyimpanan tidak tepat bila berdasarkan urutan alfabetis, karena
terdapat beberapa senyawa kimia yang apabila disatukan atau didekatkan dapat
menimbulkan bahaya dan masa kadaluwarsa.
Secara umum, logistik memiliki tiga tujuan yaitu :
1. Tujuan operasional adalah agar barang tersedia dengan jumlah yang tepat dan mutu
yang memadai
2. Tujuan keuangan adalah agar tujuan operasional dapat terlaksana dengan biaya yang
serendah-rendahnya.
3. Tujuan pengamanan adalah agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan,
pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian, dan nilai persediaan yang
sesungguhnya dapat tercermin dalam sistem akuntansi.
27
dasar ukuran untuk penyelenggaraan pengelolaan barang logistic dalam mjangka
waktu tertentu. Kegiatan perencanaan ini mempengaruhi kelancaran pelayanan yang
diberikan rumah sakit kepada pasien.
Ada beberapa macam tipe perencanaan :
a. Perencanaan strategis
Perencanaan strategis adalah suatu proses untuk mengalokasikan sumber daya
logistik selama jangka waktu yang panjang, konsisten, dan menunjang bagi
seluruh kebijaksanaan dan tujuan organisasi. Perencanaan strategis merupakan
perencanaan jangka panjang. Jangka waktu perencanaan strategis yaitu 5 sampai
10 tahun.
b. Perencanaan operasional
Perencanaan operasional adalah suatu proses untuk mengembangkan
kebijakasanaan dan rencana logistik untuk menangani tindakan menajemen yang
rutin atau regular dalam suatu organisasi yang berjalan. Jangka waktu perencanaan
operasional hingga satu tahun. Tujuan perencanaan operasional yaitu: modifikasi
sistem, pelaksanaan dan anggaran
c. Perencanaan taktis
Perencanaan taktis adalah suatu proses penyesuaian jangka pendek dari sumber
daya logistik untuk hal- hal yang tidak terduga. Jangka waktu pada perencanaan
taktis pendek karena hanya berorientasi pada kejadian.
2. Fungsi Penganggaran
Penganggaran merupakan kegiatan untuk merumuskan rincian penentuan kebutuhan.
Ada yang perlu diperhatikan dalam penganggaran, yaitu penyesuaian rencana
pembelian dengan dana yang tersedia dan mengenali adanya kendala dan keterbatasan.
3. Fungsi Pengadaan
Pengadaan merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan barang-barang berdasarkan
perencanaan, penentuan kebutuhan, dan penganggaran yang telah dibuat sebelumnya.
Sasaran dalam pengadaan yaitu pemenuhan kebutuhan dengan kualitas terbaik dengan
harga minimal, serta pengiriman barang dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.
4. Fungsi Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan agar persedian dalam keadaan stabil, mudah dicari, mudah
diawasi, dan terjaga keamanannya. Penyimpanan barang logistik dapat dilakukan
dengan metode FIFO (First In First Out).
28
5. Fungsi Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar sarana/barang
logistik selalu dalam kondisi daya guna yang baik dan untuk mempertahankan kondisi
ekonomis dari barang tersebut.
6. Fungsi Pendistribusian
Pendistribusian ialah kegiatan pengurusan, penyelenggaraan, dan pengaturan
pemindahan barang logistik dari tempat penyimpanan (gudang) ke tempat pemakai
(user) sehingga menjamin kelancaran pelayanan yang bermutu.
Sistem pendistribusian barang logistik dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Sentraliasi
Sistem pendistribusian langsung dari gudang penyimpanan ke tempat pemakai
(user). Sistem ini biasanya dipakai oleh instansi yang memiliki organisasi kecil,
barang logistik tidak banyak, dan lokasi gudang tidak jauh dengantempat
pemakaian.
b. Desentralisasi
Sistem pendistribusian yang dilakukan tidak secara langsung. Sistem ini biasanya
dipakai oleh instansi dengan skala besar, jumlah barang banyak, lokasi gudang
jauh, jumlah pengguna (user) barang banyak, dan jenis barang logistik bervariasi.
7. Fungsi Penghapusan
Penghapusan merupakan kegiatan pembebasan barang dari pertanggungjawaban
secara fisik. Kegiatan ini dilakukan jika resiko dan biaya lebih besar daripada manfaat
yang didapat oleh rumah sakit.
8. Fungsi Pengendalian
Pengendalian ialah tindakan untuk memastikan pelaksanaan logistik seseuai dengan
rencana yang telah ditentukan dengan menggunakan umpan balik (feedback) sehingga
tujuan rumah sakit dapat tercapai.
Hal umum yang haru menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan penataan
bahan kimia diantaranya meliputi aspek :
1. Pemisahan
2. Tingkat resiko bahaya (multiple hazards)
3. Pelabelan (labeling)
4. Fasilitas penyimpanan (storage facilities)
5. Bahan kedaluwarsa (outdate chemicals)
29
6. Inventarisasi
7. Informasi resiko bahaya (hazard information)
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengendalian bahan kimia yaitu:
a. Zat kimia dengan banyak sifat bahaya
Banyak bahan kimia yang memiliki sifat lebih dari satu jenis tingkat bahaya,
penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat resiko bahayanya
yang paling tinggi.
c. Bahan Kimia
Bahan kimia kadaluwarsa, bahan kimia yang tidak diperlukan, bahan kimia yang
rusak, dan bahan hasil atau sisa pekerjaan di laboratrium harus dibuang melalui unit
pengelolaan limbah yang disesuaikan dengan sifat bahan. Terdapat beberapa bahan
yang harus dibuang terpisah dari bahan lain seperti logam berat yang bersifat toxic dan
tidak dihancurkan. Apabila tidak terdapat pengolahan limbah yang memadai, sediakan
wadah khusus seperti tong plastik untuk menampung dan kemudian buang melalui
perusahaan pengolahan limbah kimia atau incenerator.
d. Inventarisasi
Inventarisasi harus dilakukan terhadap bahan kimia yang ada di laboratorium.
Perbaharui label-label yang rusak secara periodik. Inventarisasi harus melibatkan
30
nama bahan, rumus, jumlah kualitas, lokasi penyimpanan, tanggal penerimaan, nama
industri, bahaya terhadap kesehatan, bahaya fisik, lama dan pendeknya terhadap
kesehatan. Informasi bahaya bahan kimia seperti MSDS (Material Safety Data Sheets)
atau sumber lain yang memberikan informasi tentang resiko bahaya dari setiap bahan
harus ada. Didalam MSDS biasanya terdapat informasi tentang nama produk dan
industry, komposisi bahan, identifikasi tingkat bahaya, pertolongan pertama jika
terkena bahan itu, cara menangani kecelakaan, penanganan dan penyimpanan, cara
perlindungan fisik, kestabilan dan kereaktifan, informasi toksikologi, ekologi,
transportasi, pembuangan dan aturan pemerintah yang diberlakukan.
31
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien menjadi lebih aman. Keselamatan pasien telah menjadi
issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima penting issue yang terkait
dengan keselamatan rumah sakit, yaitu:
1. Keselamatan pasien (patient safety)
2. Keselamatan pekerja atau petugas kesehatan
3. Keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak kepada
keselamatan pasien dan petugas
4. keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan
5. Keselamatan bisnis
Keselamatan rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit.
Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap
rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila
ada pasien, karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk
dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan issue mutu dan citra perumahsakitan.
Harus diakui, rumah sakit adalah lembaga yang kompleks yang memiliki tugas utama
memberikan pelayanan kesehatan. Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan
kesehatan selalu dituntut untuk berkualitas dan dilakukan oleh staff professional dan
dedikatif. Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur,
banyak alat dengan tehnologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang
siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan kerutinan
pelayanantersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat menjadi KTD (Kejadian
Tidak Diinginkan).
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka
pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit perlu dilakukan. Karena itu
diperlukan acuan yang jelas untuk melaksanakan keselamatan pasien tersebut.
Visi Misi Tim Keselamatan Pasien UPT Rumah Sakit Nyitdah
32
Visi : Menjadi Rumah Sakit Yang Berintegritas Tinggi.
Misi :
1. Menjaga dan meningkatkan kwalitas pelayanan dengan selalu mengoptimalkan
kwalitas sumber daya manusia, sumber daya alat, sarana dan prasarana.
2. Menciptakan manajemen yang akuntabel, transparan dan komunikatif bagi
pelanggan internal maupun eksternal.
3. Berkomitmen untuk selalu menampilkan informasi terbaru dalam sistem informasi
rumah sakit.
4. Menjaga dan membuat lingkungan rumah sakit yang ramah dan bersahabat
didalam maupun di sekitar rumah sakit.
B. Tujuan
Tujuan keselamatan pasien adalah:
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyrakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
Sasaran keselamatan pasien di laboratorium meliputi :
1. Ketepatan Identifikasi Pasien
2. Peningkatan komunikasi efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert)
4. Kepastian tepat-lokasi tepat prosedur, tepat pasien.
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan resiko pasien jatuh
Sembilan Solusi Keselamatan Pasien
1. Perhatikan nama obat, rupa, dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike
medication names).
2. Pastikan identifikasi pasien.
3. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien.
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat.
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan.
33
7. Hindari salah kateter dan salah sambung selang.
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai.
9. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.
34
Background, Assesment, Recommendation). Pada saat pengambilan spesimen/
darah pasien terutama anak-anak.
35
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan
Kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium (K3) laboratorium
merupakan bagian dari pengelolaan laboratorium secara keseluruhan.Laboratorium
melakukan berbagai tindakan dan kegiatan terutama berhubungan dengan spesimen
yang berasal dari manusia maupun bukan manusia. Bagi petugas laboratorium yang
selalu kontak spesimen,maka berpotensi terinfeksi kuman pathogen. Potensi infeksi
juga dapat terjadi dari petugas ke petugas lainnya, atau keluarganya dan ke
masyarakat.Untuk mengurangi bahaya yang terjadi,perlu adanya kebijakan yang ketat.
Petugas harus memahami keamanan laboratorium dan tingkatannya, mempunyai sikap
dan kemampuan untuk melakukan pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya
sesuai SOP, serta mengontrol bahan/spesimen secara baik menurut praktik
laboratorium yang benar.
1. Petugas/Tim K3 Laboratorium
Pengamanan kerja di laboratorium pada dasarnya menjadi tanggung jawab setiap
petugas terutama yang berhubungan langsung dengan proses pengambilan
spesimen, bahan, reagen pemeriksaan.Untuk mengkoordinasikan,
menginformasikan, memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaan keamanan
laboratorium, terutama untuk laboratorium yang melakukan berbagai jenis
pelayanan dan kegiatan pada satu sarana, diperlukan suatu Tim fungsional
keamanan laboratorium.
Kepala laboratorium adalah penanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan K3
laboratorium. Dalam pelaksanaannya kepala laboratorium dapat menunjuk seorang
petugas atau membentuk tim K3 laboratorium.
Petugas tim K3 laboratorium mempunyai kewajiban merencanakan dan memantau
pelaksanaan K3 yang telah dilakukan oleh setiap petugas laboratorium, mencakup :
a. Melakukan pemeriksaan dan pengarahan secara berkala terhadap
metode/prosedur dan pelaksanaannya, bahan habis pakai dan peralatan kerja,
termasuk untuk kegiatan penelitian.
36
b. Memastikan semua petugas laboratorium memahami dan dapat menghindari
bahaya infeksi
c. Melakukan penyelidikan semua kecelakaan di dalam laboratorium yang
memungkinkan terjadinya pelepasan/kebocoran/penyebaran bahan infektif
d. Melakukan pengawasan dan memastikan semua tindakan dekontaminasi yang
ttelah dilakukan jika ada tumpahan/percikan bahan infektif.
e. Memastikan bahwa tindakan disinfeksi telah dilakukan terhadap peralatan
laboratorium yang akan diservis atau diperbaiki.
f. Menyusun jadwal kegiatan pemeliharaan kesehatan bagi petugas laboratorium
g. Memantau petugas laboratorium yang sakit atau absen yang mungkin
berhubungan dengan pekerjaan di laboratorium dan melaporkannya pada
pimpinan laboratorium.
h. Memastikan bahwa bahan bekas pakai dan limbah infektif dibuang secara
aman setelah melalui proses dekontaminasi sebelumnya.
i. Mengembangkan sistem pencatatan, yaitu tanda terima, pencatatan perjalanan
dan pembuangan bahan patogenik serta mengembangkan prosedur untuk
pemberitahuan kepada petugas laboratorium tentang adanya bahan infektif
yang baru di laboratorium.
j. Memberitahu kepala laboratorium mengenai adanya mikroorganisme yang
harus dilaporkan kepada pejabat kesehatan setempat ataupun nasional dan
badan tertentu.
k. Membuat rencana dan melaksankan pelatihan K3 laboratorium bagi seluruh
petugas laboratorium.
l. Mencatat secara rinci setiap kecelakaan kerja yang terjadi di laboratorium dan
melaporkannya kepada seluruh laboratorium.
37
a. Pemeriksaan foto toraks setiap tahun bagi petugas yang bekerja dengan bahan
yang diduga mengandung bakteri tuberculosis, sedangkan bagi petugas
lainnya, foto toraks dilakukan setiap 3 tahun.
b. Pemberian immunisasi
Setiap laboratorium harus mempunyai program immunisasi, terutama bagi
petugas yang bekerja di laboratorium tingkat keamanan biologis 2,3, dan 4
vaksinasi yang diberikan :
- Vaksinasi hepatitis B untuk semua petugas laboratorium
- Vaksinasi rubella untuk petugas wanita usia reproduksi.
Pada wanita hamil dilarang bekerja dengan TORCH (Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirrus dan Herves Virus)
c. Perlindungan terhadap sinar ultraviolet
Petugas laboratorium yang bekerja dengan sinar ultra violet harus
menggunakan pakaian pelindung khusus dan alat pelindung mata.
d. Pemantauan kesehatan
Kesehatan setiap petugas laboratorium harus selalu dipantau, untuk setiap
petugas harus mempunyai kartu kesehatan yang selalu dibawa.
38
4. Pengamanan pada keadaan darurat
a. Sistem tanda bahaya
b. Sistem evakuasi
c. Perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
d. Alat komunikasi darurat baik di dalam atau keluar laboratorium
e. Sistem imformasi darurat
f. Pelatihan khusus berkala tentang penanganan keadaaan darurat
g. Alat pemadam kebakaran, masker, pasir dan sumber air terletak pada lokasi
yang mudah dicapai.
39
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pendahuluan
Pelayanan laboratorium kesehatan penting dalam promotion, prevention, diagnosis,
pemantauan pengobatan dan prognosis serta survailance untuk kesehatan perorangan,
masyarakat dan lingkungan. Pada dasarnya setiap aktivitas yang ada di laboratorium,
harus memiliki pedoman baku yang mendukungnya, dari sistem mutu (normatif,
kebijakan) secara keseluruhan sampai dengan proses paling teknis. Demi menjamin
tercapainya dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, diperlukan bakuan mutu berupa
standar/bakuan yang tertulis yang dapat dijadikan pedoman kerja bagi tenaga pelaksana.
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan
bagaimana prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga pelaksana baru
yang akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis akan
menjamin konsistennya mutu hasil yang dicapai.
Bakuan mutu dapat dibagi menurut beberapa jenis berdasarkan jenjang hirarki dalam
suatu organisasi. Setiap jenjang jabatan memiliki kewenangan maupun kewajiban tertentu
dalam menciptakan dan memelihara mutu, dan hal itu tercermin dari jenis dan atau nama
dokumen/bakuan mutu yang digunakan. Semakin tinggi jenjang jabatannya, semakin
normatif sifat dokumen dan aktifitas yang berada dibawah tanggung jawabnya. Semakin
rendah jenjang jabatannya, semakin teknis sifat dokumen dan aktifitas yang menjadi
kewenangan dan tanggung jawabnya. Pada umumnya jenjang dokumen bakuan terbagi
atas tiga jenjang :
1. Normatif
Pedoman Mutu/Kebijakan Mutu yng memuat segala kebijakan dalam hal mutu yang
berlaku dalam lingkungan laboratorium bersangkutan. Dari pedoman seperti ini harus
tercermin secara garis besar sasaran mutu yang ingin dicapai dan segala upaya yang
dilakukan agar sasaran mutu tersebut dapat benar-benar tercapai.
2. Tingkat Menengah
Prosedur operasi baku / Standard Operating Procedure/ Prosedur Tetap, yang memuat
langkah-langkah utama dalam mengerjakan suatu aktivitas, sebagai contoh: Prosedur
40
baku pendaftaran dan penerimaan Pasien/Spesimen, Prosedur Pengendalian mutu
internal dll.
3. Teknis
Petunjuk Teknis/Instruksi Kerja, yang mengatur bagaimana segala langkah teknis
harus dilakukan. Sebagai contoh: dalam prosedur pemeriksaan yang disebutkan diatas
dirinci langkah-langkah yang harus dilakukan.
4. Dokumen Pendukung
Dokumen pendukung adalah setiap informasi, termasuk pernyataan kebijakan, buku
teks, spesifikasi, data kalibrasi, rentang acuan biologis dan sumbernya, grafik poster,
catatan, memorandum, perangkat lunak, gambar, rencana dan dokumen external
seperti peraturan dan standar.
a. Verifikasi
Verifikasi merupakan tindakan pencegahan terjadinya kesalahan dalam melakukan
Verifikasi merupakan tindakan pencegahan terjadinya kesalahan dalam melakukan
kegiatan laboratorium mulai dari tahap pra analitik sampai dengan melakukan
pencegahan ulang setiap tindakan /proses pemeriksaan.
Adapun verifikasi yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Tahap pra analitik
Faktor preanalitik memiliki peran terbesar terhadap kualitas hasil lab
dimana persentase kesalahan pada tahap preanalitik sebesar 46 – 68,2 %
yang terkait didalamnya adalah: (Identifikasi pasien,persiapan pasien
pemilihan dan persiapan lokasi venipuncture). Pada saat identifikasi pasien
sangat penting diperhatikan adalah pengambilan darah dari pasien yang
benar, pengambilan darah dari pasien keliru atau pelabelan yang keliru
laboratory error, perawat, dokter, keluarga pasien membantu identifikasi
pasien yang tidak sadar/tidak mampu berbicara.
Kesalahan preanalitik ringan/tidak berdampak sampai kematian:
pemasangan tourniquet, teknik flebotomi, urutan tabung, dan homogenisasi
sampel.
Pemilihan lokasi flebotomi, lokasi venipuncture: vena mediana cubiti, vena
cephalica, vena basilica dekat dengan saraf dan arteri brachialis, perlu
perhatian.
41
Persiapan Venipuncture: desinfektan dengan alcohol dari pusat keluar
dengan gerakan, tunggu kering. Kontaminasi alcohol dapat menyebabkan
hemolisis (peningkatan potassium, lactate dehydrogenase, iron,
magnesium) nyeri dan rasa seperti terbakar saat venipuncture.
Pemasangan Torniquet :
- Pemasangan tourniquet 3 – 4 inchi diatas, lokasi venipuncture ketika
darah mengalir pada tabung pertama
- Pemasangan tourniquet yang lama bisa terjadi peningkatan hasil
pemeriksaan kimia klinik seperti serum protein, potassium dan asam
laktat.
Tehnik venipuncture dan urutan tabung :
- Urutan tabung harus sesuai dengan yang ditetapkan yaitu :
pengambilan kultur terlebih dahulu kemudian darah citrate, darah
beku, darah troponin, darah, darah EDTA, dan yang terakhir darah NaF
(pemeriksaan glukosa )
Homogenisasi tabung: semua tabung dengan bahan aditif dihomogenisasi
untuk tabung serum, tabung SST: bolak-balik 5x, tabung heparin, tabung
EDTA bolak-balik 8 – 10 x mencegah clotting, jangan dikocok terlalu kuat.
Volume spesimen: perbandingan darah dengan bahan aditif harus sesuai
misal: jika tabung heparin 5 ml diisi hanya 3 ml --- konsentrasi heparin
tinggi. Tabung expired tidak boleh digunakan bisa mengakibatkan: vacuum
menurun, perubahan pada bahan aditif dalam tabung. Tabung marah atau
SST diamkan selama 30 menit posisi tegak agar tabung membeku, biarkan
pada suhu ruang. Untuk sampel plasma tidak perlu menunggu pembekuan
sebelum sentrifugasi.
Sentrifugasi :
Swinging bucket dengan kecepatan 1.100 - 1.300 RCF.
Sebaiknya tidak dilakukan re-sentrifugasi bisa meningkatkan kadar
potassium.
Stabilitas Whole Blood, serum dan plasma :
- serum atau plasma dipisahkan dari eritrosit dalam 2 jam setelah
venipuncture
42
- Sampel stabil pada suhu ruang selama 8 jam, dan 48 jam pada suhu 2 – 8
0
C setelah 48 jam sebaiknya dibekukan pada suhu -200C pada tabung
aliquot.
Penanganan khusus sampel darah :
- Penggunaan ice pack misal: adrenocorticotropic hormone, ACTH,
angiotensin converting enzyme, ACE acetone, ammonia,
catecholamines, free fatty acids, lactic acid, pyruvate dan rennin.
- sensitive terhadap cahaya bungkus tabung
- Formulir permintaan pemeriksaan
Apakah identitas pasien, identitas pengirim (dokter, lab pengirim)
nomor laboratorium, tanggal pemeriksaan, permintaan pemeriksaan
sudah lengkap dan jelas, Apakah semua permintaan pemeriksaaan
sudah ditandai.
- Persiapan pasien
- Pengambilan dan penerimaan spesimen
- Penanganan spesimen:
Apakah pengolahan spesimen dilakukan sesuai persyaratan,apakah
penyimpanan spesimen sudah tepat,penanganan spesimen sudah benar
untuk pemeriksaan – pemeriksaan khusus.
- Persiapan sampel untuk analisa
Apakah kondisi sampel memenuhi persyaratan,apakah volume sampel
sudah cukup dan identifikasi sudah benar.
- Penanganan dan pemerosesan sampel yang tepat.
-
2. Tahap analitik
Faktor analitik : Kesalahan pada tahap analitik sebesar 7 – 13,3 % ,
kompetensi, control, metode pemeriksaan, prosedur pemeriksaan,
pemeliharaan alat,pemantauan bahan/reagen, validasi tes pemeriksaan .
Faktor kesalahan analitik
- Tidak dilakukan kalibrasi,hasil lab diberikan ketika control di luar
range, pengukuran spesimen dan atau reagen tidak tepat , persiapan
reagen tidak tepat, penyimpanan reagen tidak memenuhi syarat atau
43
reagen digunakan setelah expiration date, pemeliharaan alat tidak
dilakukan.
- In akurasi : reference ranges dan cut-off points tidak tervalidasi ---
misdiagnosis, terapi tidak adekuat,kegagalan terapi.
- Impresisi : Reprodusibilitas yang buruk : pemantauan hasil lab pasien
tidak tervalidasi.
- Insensitivitas : perubahan sensitivitas pemeriksaan --- kemampuan
deteksi menurun, mempengaruhi kemampuan tes yang mendekati limit
deteksi.
- Masalah linearitas : hasil dapat inakurat pada konsentrasi analit atau
aktifitas analit sangat tinggi.
- Persiapan reagen/media
Apakah reagen memenuhi syarat, masa kadaluwarsa tidak terlampai,
apakah cara pelarutan dan pencampurannya sudah benar, apakah
pelarutnya aquadest sudah memenuhi syarat.
- Pipettasi reagen dan sampel
Apakah semua peralatan laboratorium yang digunakan bersih , memenuhi
persyaratan, Apakah pipet yang digunakan sudah dikalibrasi, apakah
pipetasi sudah dlakukan dengan benar, dan urutan prosedur sudah
dilakukan dengan benar.
- Inkubasi
Apakah suhu inkubasi sesuai dengan persyaratan, dan waktu inkubasi
sudah tepat
- Pemeriksaan
Apakah alat /instrumen sudah berfungsi dengan baik (dapat dipercaya)
hasil pemeriksaan fungsi dan hasil perawatannya.
- Pembacaan hasil
Apakah perhitungan pengukuran , identifikasi dan penilaian sudah benar.
45
Audit eksternal bertujuan untuk memperoleh masukan dari pihak lain diluar
laboratorium atau pemakai jasa lab terhadap pelayanan dan mutu laboratorium.
Pertemuan antara kepala-kepala laboratorium untuk membahas dan
membandingkan berbagai metode, prosedur kerja,biaya dan lain-lain merupakan
salah satu bentuk dari audit eksternal.
c. Validasi Hasil
46
3. Tujuan
a. Manajemen laboratorium harus bertanggung jawab atas perencanaan,pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi untuk perbaikan sistem manajemen laboratorium.
b. Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan.
c. Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan mempertimbangkan
aspek analitik dan klinis.
d. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak
terjadi dan perbaikan penyimpangan dapat dilakukan segera.
e. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan,
pengiriman, penyimpanan dan pengolahan spesimen sampai dengan pencatatan
dan pelaporan telah dilakukan dengan benar.
f. Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.
B. Latar Belakang
1) Pemantapan mutu ( Quality Assurance ) Laboratorium Klinik
Laboratorium berfungsi baik apabila terjalin dalam suatu jejaring kerja untuk
meningkatkan akses dan mutu pelayanan. Pemantapan mutu laboratorium
(manajemen dan teknis). Semua kegiatan yang ditujukan untuk menjamin
ketelitian dan ketepatan hasil Pemeriksaan laboratorium klinik. Untuk pemantauan
mutu semua aspek harus dilihat antara lain : Prinsip dalam membakukan aktifitas
laboratorium dimana pembakuan disini dibuat berjenjang berdasarkan jenjang
aktifitas yang ada dalam laboratorium. Jenjang tertinggi adalah Pedoman mutu
yang merupakan kebijakan tertinggi dalam menjamin mutu laboratorium dan
dibuat oleh pimpinan laboratorium bersangkutan. Jenjang kedua adalah kelompok
prosedur pada kedua tertinggi misalnya diseksi-seksi, dan dibuat oleh pimpinan
seksi yang bersangkutan. Bakuan yang berkedudukan berbeda sebaiknya diberi
nama berbeda misalnya :
1. Bakuan pada jenjang tertinggi dapat disebut sebagai panduan mutu
2. Bakuan pada jenjang berikutnya disebut prosedur tetap, dan pada jenjang
paling teknis disebut sebagai petunjuk kerja
3. Sistem mutu secara keseluruhan dibuat oleh pimpinan laboratorium ,prosedur
pemeliharaan alat dibuat oleh staf yang diberi tanggung jawab atas
pemeliharaan alat.
47
4. Bakuaan harus mengandung komponen yang menjamin bahwa bakuan
tersebut telah benar dan selalu digunakan ditempat yang tepat dan oleh orang
tepat pula.Harus dicegah kemungkinan terjadi penggunaan prosedur yang
sudah kedaluwarsa, yang sudah tidak digunakan lagi karena sudah
mendapatkan revisi baru.
5. Prosedur baku yang dibuat harus mampu menjawab pertanyaan : mengapa
aktivitas itu dilakukan,apa yang dilakukan , dimana aktivitas itu dilakukan,
siapa yang melakukan, kapan dilakukan dan bagaimana pekerjaan itu
dilakukan.
6. Tiap prosedur baku harus didukung oleh dokumen (formulir) yang dalam
aktivitas sehari-hari membuktikan bahwa prosedur tersebut memang ditaati.
Sebagai contoh: bila dibuat prosedur baku untuk setiap hasil pemeriksaan yang
mengandung langkah pemeriksaan ulang untuk setiap hasil menyimpang, maka
perlu disediakan dokumen yang ditandatangani oleh pelaksana pemeriksaan
sehingga akan menjadi bukti bahwa langkah pengulangan benar-benar telah
dilakukan. Dengan demikian terjamin bahwa prosedur yang ditetapkan
memang benar dilaksanakan.
7. Setiap kali ada perubahan pada prosedur kerja, Prosedur tetap harus juga
mengalami penyesuaian.
2) Manajemen Mutu
Suatu organisasi yang baik harus mempunyai sistem manajemen mutu yaitu
kebijakan, prosedur, dokumen dan lainnya yang bertujuan agar mutu pemeriksaan
dan sistem mutu secara keseluruhan berlangsung dengan pengelolaan yang baik
dan terkendali secara terus menerus. Kebijakan, proses, program, prosedur dan
instruksi harus didokumentasikan (berupa dokumen tertulis yang disimpan dan
dipelihara sedemikian rupa sehingga mudah digunakan dan selalu terjaga
kemutakhirannya) dan dikomunikasikan kepada semua petugas yang terkait.
Manajemen harus memastikan melalui proses sosialisasi, pelatihan, penyeliaan,
pengawasan dan cara lain yang menjamin bahwa dokumen itu dimengerti dan
diterapkan oleh mereka yang ditugaskan untuk menggunakannya.
Sistem manajemen mutu mencakup pendidikan dan pelatihan berkelanjutan,
pemantapan mutu internal, pemantapan mutu eksternal, verifikasi, validasi, audit
internal dan akreditasi.
48
Kegiatan Pemantapan Mutu (Quality Assurance) mengandung komponen-
komponen :
1. Pemantapan Mutu Internal ( Internal Quality Control )
Pemantapan Mutu Internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang
dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar tidak
terjadi atau mengurangi kejadian error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil
pemeriksaan yang tepat. Cakupan objek pemantapan mutu internal meliputi
aktivitas: tahap pra-analitik, tahap analitik dan tahap pasca analitik. Bertujuan
untuk mendeteksi adanya kesalahan secara dini. Pemantapan mutu yang efektif
dan bermakna akan terjadi apabila PMI dan PME dilakukan secara bersama.
Beberapa kegiatan pemantapan mutu internal yang dibahas :
a. Persiapan pasien
b. Sebelum spesimen diambil, pasien harus dipersiapkan terlebih dahulu
dengan baik sesuai dengan persyaratan pengambilan spesimen
c. Pengambilan dan pengolahan spesimen
Spesimen harus diambil secara benar dengan memperhatikan waktu, lokasi,
volume, cara, peralatan, wadah spesimen, pengawet/antikoagulan sesuai
dengan persyaratan pengambilan spesimen.
d. Kalibrasi peralatan
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium adalah peralatan laboratorium, oleh karena itu alat perlu
dipelihara dan dikalibrasi secara berkala. Contoh Lemari es
(Refrigerator/Freezer : Catat suhu setiap harinya dengan termometer atau
suhu yang terlihat pada digital display pada freezer, termometer yang
digunakan harus sesuai dengan suhu alat yang dikalibrasi, misal 2-8 oC,
secara berkala periksa dengan termometer standar, cocokkan hasil yang
didapat antara suhu yang ditunjukkan oleh termometer digital display
dengan termometer standar.
e. Uji kualitas air
Air didalam laboratorium digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain
pengenceran reagen,kebutuhan mutu air berbeda-beda tergantung dari
tujuan air tersebut digunakan misalnya air derajat reagen harus bebas dari
zat-zat yang mengganggu analisa.
49
f. Uji Kualitas Reagen
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Etiket/label wadah
Umumnya pada reagen komersial sudah tercantum atau kode bahan,
tanggal produksi dan batas kadaluwarsa serta nomor batch reagen
tersebut.
2. Batas Kadaluwarsa
Masa kadaluwarsa yang tercantum pada kemasan hanya berlaku untuk
reagen yang disimpan pada kondisi baik dan belum pernah dibuka,
karena reagen yang wadahnya sudah pernah dibuka mempunyai masa
kadaluwarsa lebih pendek dari reagen yang belum dibuka.
3. Keadaan fisik
Kemasan harus dalam keadaan utuh, isi tidak mengeras dan tidak ada
perubahan warna,
g. Uji Ketelitian-Uji ketepatan
Hasil laboratorium digunakan untuk menentukan diagnosis, pemantauan
pengobatan dan prognosis, maka amatlah perlu untuk selalu menjaga mutu
hasil pemeriksaan, dalam arti mempunyai tingkat akurasi dan presisi yang
dapat dipertanggungjawabkan.Hal-hal penting yang harus diperhatikan :
- Presisi dan Akurasi
Nilai presisi menunjukkan seberapa dekat suatu hasil pemeriksaan
bila dilakukan berulang dengan sampel yang sama Ketelitian
terutama dipengaruhi oleh kesalahan acak yang tidak dapat
dihindari. Presisi biasanya dinyatakan dalam nilai koefisien variasi
(% KV atau % CV) yang dihitung dengan rumus berikut:
KV % = SD x 100 % dibagi X
SD = Simpangan baku
X = Rata –rata hasil pemeriksaan berulang
- Akurasi ( Ketepatan ) atau inakurasi ( ketidaktepatan )dipakai untuk
menilai adanya kesalahan acak atau sistematik atau keduanya, Nilai
akurasi menunjukkan kedekatan hasil terhadap nilai sebenarnya
yang telah ditentukan oleh metode standar. Distribusi hasil
pemeriksaan yang tersebar disekitar nilai pusat menunjukkan
50
kesalahan acak. Pergeseran hasil pemeriksaan dari hasil sebenarnya
menunjukkan kesalahan sistematik.
- Jenis Kesalahan
Dalam proses analisis ada tiga jenis kesalahan yaitu :
1. Inherent Random Error merupakan kesalahan yang hanya
disebabkan oleh limitasi metodik pemeriksaan.
2. Systematic Shift ( Kesalahan sistematik ): suatu kesalahan yang
terus menerus dengan pola yang sama, hal ini dapat disebabkan
oleh standar, kalibrasi atau instrumentasi yang tidak baik.
Kesalahan ini berhubungan dengan akurasi (ketepatan).
3. Random Error (Kesalahan Acak ): suatu kesalahan dengan pola
yang tidak tetap. Penyebabnya adalah ketidakstabilan, misalnya
pada penangas air, reagen, pipet dan lain-lain. Kesalahan ini
berhubungan dengan presisi (ketelitian).
51
Kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal sangat bermanfaat bagi suatu
laboratorium sebab dari hasil evaluasi yang diperoleh dapat menunjukkan
perfomance (penampilan/proficiency) laboratorium yang bersangkutan dalam
bidang pemeriksaan yang ditentukan. Setiap nilai yang diterima dari
penyelenggara dicatat dan dievaluasi untuk mencari penyebab-penyebab dan
mengambil langkah-langkah perbaikan.
52
BAB IX
PENUTUP
53