Anda di halaman 1dari 58

PEDOMAN PELAYANAN

UNIT LABORATORIUM
UPTD. RUMAH SAKIT NYITDAH

DINAS KESEHATAN KABUPATEN TABANAN


UPTD. RUMAH SAKIT NYITDAH
TAHUN 2018 1
2
3
PEDOMAN PELAYANAN UNIT LABORATORIUM
UPTD. RUMAH SAKIT NYITDAH

Penulis Dokumen : Unit Laboratorium


Tanggal : 20 Desember 2018

Status Revisi : 00

Jumlah Halaman : 55 Halaman

4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Ruang Lingkup Pelayanan .................................................................................2
C. Batas Operasional...............................................................................................3
D. Landasan Hukum................................................................................................4
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia....................................................................5
B. Distribusi Ketenagaan........................................................................................5
C. Pengaturan Jaga.................................................................................................5
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan..................................................................................................6
B. Standar Fasilitas.................................................................................................7
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN........................................................................9
BAB V LOGISTIK............................................................................................................29
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian........................................................................................................34
B. Tujuan..............................................................................................................35
C. Tata Laksana Keselamatan Pasien...................................................................36
BAB VII KESELAMATAN KERJA .................................................................................38
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU..................................................................................42
BAB IX PENUTUP.............................................................................................................55

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila
dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan,
persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien,
serta mempunyai fungsi sosial.
UPTD. Rumah Sakit Nyitdah merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan,
mempunyai visi menjadi rumah sakit yang berintegritas tinggi. Dalam rangka
mewujudkan visi tersebut UPTD. Rumah Sakit Nyitdah memiliki misi:
1. Berkomitmen untuk menjaga dan meningkatkan kwalitas pelayanan dengan selalu
mengoptimalkan kwalitas sumber daya manusia, sumber daya alat, sarana dan
prasarana.
2. Menciptakan manajemen yang akuntabel, transparan dan komunikatif bagi pelanggan
internal maupun eksternal.
3. Berkomitmen untuk selalu menampilkan informasi terbaru dalam sistem informasi
rumah sakit.
4. Menjaga dan membuat lingkungan rumah sakit yang ramah dan bersahabat di dalam
maupun di sekitar rumah sakit.

5. Pelayanan Laboratorium Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan


dari
6. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Laboratorium kesehatan sebagai
unit
7. pelayanan penunjang medis, diharapkan dapat memberikan informasi yang teliti dan
8. akurat tentang aspek laboratoris terhadap spesimen/sampel yang
pengujiannya
9. dilakukan di laboratorium. Masyarakat menghendaki mutu hasil pengujian
laboratorium
10. terus ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta
11. perkembangan penyakit. Ahli teknologi laboratorium kesehatan yang terdiri dari para
12. analis kesehatan dan praktisi laboratorium lainnya harus senantiasa mengembangkan
13. diri dalam menjawab kebutuhan masyarakat akan adanya jaminan mutu terhadap hasil
14. pengujian laboratorium dan tuntutan diberikan pelayanan yang prima.
15. Dalam era globalisasi, tuntutan standarisasi mutu pelayanan laboratorium tidak dapat
1
16. dielakkan lagi peraturan perundang-undangan sudah mulai diarahkan kepada seluruh
17. profesi kesehatan dalam menyongsong era pasar bebas tersebut. Ahli
teknologi
18. laboratorium kesehatan indonesia harus mampu bersaing dengan ahli ahli
teknologi
19. laboratorium ( Medical Laboratory Technologist ) dari negara lain yang lebih maju.
Untuk
Pelayanan laboratorium merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Laboratorium rumah sakit sebagai unit pelayanan
penunjang medis diharapkan dapat memberikan informasi yang teliti dan akurat tentang
aspek laboratoris terhadap spesimen/sampel yang pengujiannya dilakukan di
laboratorium. Masyarakat menghendaki mutu hasil pengujian laboratorium terus
ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangan penyakit.
Sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, pelayanan laboratorium sangat
dibutuhkan dalam pelaksanaan berbagai program dan upaya kesehatan, dan dimanfaatkan
untuk keperluan penegakan diagnosis, pemberian pengobatan dan evaluasi hasil
pengobatan serta pengambilan keputusan lainnya.
Laboratorium UPTD. Rumah Sakit Nyitdah beroperasi sejak bulan Juni tahun
2018, merupakan salah satu unit penunjang medis di UPTD. Rumah Sakit Nyitdah. Dalam
menjamin mutu hasil pemeriksaan laboratorium yang baik diperlukan pemahaman yang
baik tentang manajemen dan tata laksana pelayanan laboratorium. Pedoman Pelayanan
Unit Laboratorium ini kemudian disusun sebagai acuan semua staff laboratorium dalam
bekerja, yakni sesuai ketentuan yang tercantum dalam pedoman. Penerapan tata laksana
pelayanan yang sesuai dengan pedoman diharapkan memberikan keseragaman dalam
pelayanan di unit laboratorium sehingga mutu hasil laboratorium tetap terjaga dan
kepuasan pelanggan tercapai.
Tujuan diterbitkannya pedoman ini adalah sebagai acuan bagi tenaga laboratorium
dalam mengelola dan memberikan pelayanan laboratorium di rumah sakit. Dengan
diberlakukannya pedoman ini penyelenggaran pelayanan laboratorium di UPTD. Rumah
Sakit Nyitdah diharapkan dapat berjalan secara baku dan terpadu.
Melalui pedoman ini diharapkan tenaga laboratorium dapat:
1. Menerapkan tata laksana pelayanan laboratorium di UPTD. Rumah Sakit Nyitdah
dengan baik
2. Menerapkan tata kelola logistik laboratorium dengan baik

2
3. Menerapkan tata laksana keselamatan pasien laboratorium dengan baik
4. Menerapkan tata laksana keselamatan kerja di laboratorium
5. Memahami manajemen mutu dan menerapkan kegiatan pemantapan mutu
laboratorium dengan baik

B. Ruang Lingkup Pelayanan


Laboratorium UPTD. Rumah Sakit Nyitdah melayani pemeriksaan Bahan
Pemeriksaan (BP) dalam rangka penyaringan, diagnostik dan prognostik suatu penyakit
dari unit-unit berikut di UPTD. Rumah Sakit Nyitdah :
1. Unit gawat darurat
2. Unit rawat inap
3. Poliklinik
4. Medical Check Up (Poliklinik Umum)

C. Batasan Operasional
Laboratorium UPTD. Rumah Sakit Nyitdah beroperasi selama 24 jam setiap hari.
Melayani parameter pemeriksaan sesuai yang tertera dalam Form Permintaan Pemeriksaan
Laboratorium UPTD. Rumah Sakit Nyitdah. Lingkup pelayanan meliputi bidang
hematologi, kimia klinik, urinalisa, imuno-serologi, dan mikrobiologi.
1. Bidang hematologi melayani pemeriksaan Hematologi Lengkap 5 diff (DL), golongan
darah, Laju Endap Darah (LED), Pemeriksaan Hapusan Darah, Bleeding Time (BT)
dan Clotting Time (CT).
2. Bidang kimia klinik melayani pemeriksaan glukosa darah sewaktu, glukosa darah
puasa, glukosa darah 2 jam PP, Cholesterol total, Trigliserida, SGOT, SGPT, Ureum,
Creatinine, Asam Urat dan Elektrolit (Na, K, Cl).
3. Bidang Urinalisa dan feses melayani pemeriksaan urine rutin, sedimen urine, tes
kehamilan, pemeriksaan narkoba (amphetamine, coccain, benzodiazepine, THC,
morfin) dan feses rutin.
4. Bidang imuno-serologi melayani pemeriksaan widal, anti HIV (screening), HBsAg,
Anti Dengue IgG-IgM, dan RPR antigen.
5. Bidang Mikrobiologi melayani pemeriksaan Darah Malaria

3
Parameter yang tidak dapat dikerjakan di UPTD. Rumah Sakit Nyitdah akan
dirujuk ke Laboratorium Badan Rumah Sakit Umum Tabanan sebagai laboratorium
rujukan. Pemeriksaan yang tidak dapat dikerjakan dan perlu dirujuk diantaranya:
1. Pemeriksaan status besi (Serum Iron, TIBC, Ferritin dan Saturasi)
2. Pemeriksaan faal hemostasis (PT, APTT)
3. Pemeriksaan kimia klinik (HbA1C, kolesterol HDL, kolesterol LDL, Bilirubin total,
Bilirubin direk, Bilirubin indirek, Protein total, Albumin, Globulin, Alkali Phospatase,
Gamma GT dan Amilase)
4. Pemeriksaan imuno-serologi (Anti HAV, Anti HCV, Dengue NS1Ag)
5. Pemeriksaan feses (darah samar)
6. Pemeriksaan mikrobiologi (Tes Cepat Molekular (TCM), Kultur)
7. Pemeriksaan patologi anatomi (papsmear, dll)
Rujukan juga dapat dilakukan apabila terdapat gangguan teknis seperti kerusakan alat,
yang menyebabkan pemeriksaan tertentu tidak bisa dikerjakan di laboratorium UPTD.
Rumah Sakit Nyitdah.
D. Landasan Hukum
Landasan hukum penyusunan pedoman pelayanan unit laboratorium ini
diantaranya:
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 411/Menkes/PER/III/2010
tentang Laboratorium Klinik
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik yang Baik
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 241/Menkes/SK/IV/2006
tentang Standar Pelayanan Laboratorium Kesehatan Pemeriksaan HIV dan Infeksi
Oportunistik
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 370/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan.

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Pelayanan instalasi laboratorium sebagai bagian dari pelayanan di rumah sakit
perlu pengelolaan manajemen agar dapat melaksanakan pelayanan yang optimal secara
profesional, efektif dan efisien. Salah satunya melalui perencanaan SDM tenaga
laboratorium rumah sakit. Kebutuhan dan spesifikasi tenaga untuk pelayanan di Instalasi
Laboratorium diantaranya: dokter spesialis Patologi Klinik, dokter spesialis Mikrobiologi,
dokter spesialis Patologi Anatomi, analis kesehatan/ATLM (Ahli Teknologi Laboratorium
Medik), dan tenaga administrasi.
Tenaga yang tersedia pada saat ini di Laboratorium UPTD. Rumah Sakit Nyitdah
adalah 5 orang, yang terdiri dari satu (1) orang dokter spesialis patologi klinik dan ATLM
(Ahli Teknologi Laboratorium Medik) sebanyak 4 orang. Status kepegawaiannya yaitu 1
orang tenaga PNS dan 4 orang tenaga kontrak.

B. Distribusi Ketenagaan

5
Dokter spesialis patologi klinik sebagai penanggung jawab di Laboratorium Patologi
Klinik yaitu sebagai Kepala Unit Laboratorium. Laboratorium dibagi menjadi beberapa
sub lab yang dikoordinir oleh staf analis kesehatan:
1. Sub Lab Hematologi : 1 (satu) orang
2. Sub Lab Kimia Klinik : 1 (satu) orang
3. Sub Lab Urinalisa dan Imunologi : 1 (satu) orang
4. Sub Administrasi dan Sampling : 1 (satu) orang

C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga petugas laboratorium terbagi menjadi 3 shift yaitu :
- Shif pagi (pukul 07.00 – pukul 14.00)
- Shift sore (pukul 14.00 – pukul 21.00)
- Shift malam (pukul 21.00 – pukul 07.00)

BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
Denah Ruangan Laboratorium UPTD. Rumah Sakit Nyitdah

3 4

2 5

Keterangan:
1 = Administrasi
2 = Hematologi
3 = Kimia 1Klinik
4 = Imunoserologi
5 = Urinalisa 6 7
6
6 = Sampling
7 = Toilet Petugas
B. Standar Fasilitas
B.1. Ruangan
Ruangan laboratorium UPTD Rumah Sakit Nyitdah berupa satu ruangan dengan
luas 20 m2. Dinding terbuat dari tembok permanen warna terang. Lantai terbuat dari
bahan yang kuat, mudah dibersihkan, berwarna terang, permukaan rata dan tidak licin.
Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan pintu yang rapat dan kuat.
Tatanan Ruangan Laboratorium UPTD. Rumah Sakit Nyitdah terdiri atas
beberapa bagian diantaranya: administrasi, sampling, hematologi, kimia klinik, imuno-
serologi, urinalisa. Ruangan laboratorium di sekat menjadi 2 bagian menggunakan tirai.
Dibagian depan/pintu masuk merupakan bagian sampling dan penerimaan sampel
laboratorium. Bagian ini disekat menggunakan tirai dengan bagian teknis pemeriksaan
(bagian hematologi, kimia klinik, imunoserologi, urinalisa dan feses). Setiap bagian alat
pemeriksaan berada di atas meja yang terbuat dari bahan yang kuat, permukaan yang rata,
kedap air dan mudah dibersihkan.

B.2. Fasilitas Penunjang


Fasilitas penunjang yang tersedia di Laboratorium UPTD. Rumah Sakit Nyitdah
yaitu:
1. Tersedia WC pasien dan petugas yang terpisah.
2. Penampungan/pengolahan limbah laboratorium.
3. Peralatan keselamatan dan keamanan kerja (Alat Pelindung Diri (APD), Hand rub dan
Hand wash, Alkohol 70%, Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
4. Ventilasi: AC 1,5 PK/20 m2 yang disertai dengan system pertukaran udara yang
cukup.
5. Penerangan yang cukup.

7
6. Air bersih menggunakan air PDAM.
7. Pengaman jaringan instalasi listrik, tersedia grounding/arde, tersedia cadangan listrik
(Genset, UPS) untuk mengantisipasi listrik mati.
8. Gudang penyimpanan logistik laboratorium.

B.3. Standar Fasilitas Peralatan


Peralatan laboratorium yang tersedia di Laboratorium UPTD. Rumah Sakit
Nyitdah diantaranya:
1. Mindray BC-5380 untuk pemeriksaan Hematologi/Darah Lengkap (DL) 5 Diff
2. Cobas Indiko Plus untuk pemeriksaan kimia klinik
3. Combi Scan 500 untuk pemeriksaan urine rutin
4. Mikroskop Leica DM 750, Mikroskop Olympus
5. Centrifuge Hettich Eba 200
6. Siemens Rapidchem untuk pemeriksaan elektrolit
7. Roller mixer Merk Wina
8. Pipet volume, ukur, dan mikropipet
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Alur Pelayanan Laboratorium UPTD. Rumah Sakit Nyitdah

Registrasi
Pasien
(UGD, Rawat Inap,
Poliklinik, Kamar Bersalin,
Kamar Operasi)
Sampling/Pengumpulan
Spesimen

Proses Analitik

Post Analitik

Penyerahan hasil
laboratorium ke pasien
B. Pendaftaran/Registrasi Pelayanan Laboratorium
1. Pasien rawat jalan
Pasien rawat jalan meliputi pasien dari Unit Gawat Darurat (UGD) dan
Poliklinik UPTD. Rumah Sakit Nyitdah. Kelengkapan yang diperlukan untuk
pendaftaran pemeriksaan laboratorium yaitu: Form Permintaan Pemeriksaan
Laboratorium dan Kitir Pendaftaran Pasien (dari loket UGD/loket Poliklinik)
- Pasien dari poliklinik menuju laboratorium dengan membawa form permintaan
pemeriksaan laboratorium atas permintaan dokter, dan kitir pendaftaran poliklinik.
Pasien akan diberikan nomor antrian oleh petugas laboratorium kemudian diberi
no antrian.
- Pasien dari UGD: registrasi di laboratorium dilakukan saat petugas UGD menuju
ke laboratorium membawa sampel/bahan pemeriksaan dilengkapi dengan form
permintaan pemeriksaan dan kitir pendaftaran UGD.

2. Pasien rawat inap


Perawat ruangan membawa spesimen ke laboratorium, oleh petugas
laboratorium akan dilakukan identifikasi spesimen dan kelengkapan form permintaan
laboratorium dan blangko tindakan medik.

C. Sampling/Pengumpulan Spesimen
Sampling merupakan tindakan pengambilan spesimen/bahan pemeriksaan dari
pasien untuk dapat diperiksa secara laboratoris. Merupakan salah satu bagian dari tahap
praanalitik dalam tahapan pelayanan laboratorium. Tahap praanalitik sangat menentukan
kualitas sampel yang nantinya akan diperiksa dan hasil pemeriksaannya. Pada tahapan
sampling, identifikasi pasien merupakan hal yang penting dan harus dilakukan dengan
benar. Identifikasi pasien meliputi identitas pasien (nama, tanggal lahir/umur,

9
mencocokkan nomor RM), kondisi pasien (apakah pasien sudah puasa sesuai waktu yang
ditentukan/belum, riwayat obat yang diminum sebelum pengambilan sampel darah).
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengambilan spesimen pemeriksaan
laboratorium yaitu cara dan waktu pengambilan sampel. Cara pengambilan spesimen
apakah sudah sesuai SPO untuk pengambilan darah, apakah pasien sudah diberikan
informasi mengenai prosedur penampungan sampel urine porsi tengah yang tepat. Waktu
pengambilan spesimen apakah pagi/malam hari, 2 jam PP yang tepat waktu. Tahapan
praanalitik memerikan memberikan kontribusi kesalahan paling besar dalam tahapan
pelayanan laboratorium, oleh karena itu pengambilan spesimen harus sesuai dengan
Standar Prosedur Operasional (SPO) Pengambilan Spesimen yang berlaku di UPTD
Rumah Sakit Nyitdah.
Pemberian label/identitas yang jelas (nama lengkap, no RM, tanggal pengambilan
spesimen) pada tabung darah/pot spesimen dilakukan didepan pasien agar memberikan
rasa aman ke pasien bahwa sampel tidak tertukar.
Untuk sampel pasien dari UGD/Rawat inap yang diambil oleh perawat ruangan,
identifikasi sampel dengan kelengkapan administrasinya sangat penting dilakukan.
Disamping itu kelayakan sampel saat diterima perlu diperhatikan, apakah memenuhi
syarat untuk diperiksa di laboratorium/perlu diinformasikan untuk pengambilan sampel
ulang.
D. Penanganan Spesimen
Pada tahapan ini sampel mulai didistribusikan ke sub bagian laboratorium untuk
dapat diproses sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Penanganan sampel dengan
memperhatikan kewaspadaan standar yakni mengenakan alat pelindung diri sesuai
kebutuhan, seperti masker, sarung tangan, jas laboratorium.
- Bidang kimia klinik: tabung tutup warna kuning dipisahkan serumnya untuk diperiksa
pada alat Indiko Plus Thermo Scientific sesuai parameter permintaan dokter.
- Bidang hematologi: darah lengkap (DL) menggunakan tabung tutup warna ungu
dengan antikoagulan K3EDTA diperiksa pada alat Mindray BC-5380.
- Bidang urinalisa: sampel pada pot urine diperiksa segera pada alat Combi Scan 500.

C. Pemeriksaan Spesimen Laboratorium


1. Sub Unit Kimia Klinik

10
Sampel darah dalam tabung tutup warna kuning didiamkan selama 20 sampai
30 menit kemudian disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Serum
yang diperoleh digunakan untuk pemeriksaan kimia klinik. Pemisahan serum
dilakukan paling lambat dalam waktu 2 jam setelah pengambilan spesimen. Serum
yang diterima untuk pemeriksaan yaitu yang memenuhi syarat tidak lisis dan tidak
lipemik. Dalam pemeriksaan kimia klinik, hal yang perlu diperhatikan antara lain:
- Serum yang digunakan memenuhi syarat.
- Reagen yang digunakan dalam kondisi baik.
- Hasil kontrol alat Indiko Plus ok
- Prosedur pemeriksaan kimia klinik dengan alat Indiko Plus sesuai dengan SPO
yang ditetapkan.

2. Sub Unit Hematologi


Pemeriksaan di bidang hematologi diantaranya Darah lengkap (DL) 5 Diff,
LED (laju Endap Darah), Bleeding Time, Clotting Time, dan Golongan Darah.
Menggunakan tabung dengan antikoagulan EDTA yang diproses pada alat Mindray
BC-5380. Darah pada tabung EDTA dihomogenisasi dengan cara membolak-balik
tabung kira-kira 10 – 12 kali secara perlahan dan merata. Parameter diperiksa pada
pemeriksaan darah lengkap antara lain: hemoglobin, WBC (sel darah putih), RBC (sel
darah merah), trombosit, MCV, MCH, MCHC, hematokrit, dan diffcount/hitung jenis
leukosit (neutrofil, batang, eosinofil, limfosit, dan monosit).

3. Sub Unit Urinalisa


Sub unit urinalisa meliputi pengerjaan urine rutin, feses rutin, narkoba, test
kehamilan. Dikerjakan oleh analis, urine diputar terlebih dahulu lalu dibaca
sedimennya. Untuk uji carik celup, urine tidak perlu perlakuan khusus, kecuali
pemeriksaan harus segera dilakukan sebelum 1 jam. Teknik pengumpulan urine
tergantung pada jenis spesimen yang diperlukan. Spesimen urine dapat diperoleh
dengan cara berkemih spontan, katerisasi, aspirasi suprapubik, post operasi urostomi,
atau menggunakan suatu penampungan seperti kantong urine atau wadah khusus untuk
pasien tirah baring, bayi atau anak kecil. Permintaan metode pengumpulan spesimen
harus dicatat sehingga diperoleh koreksi yang benar pada waktu interpretasi hasil
pemeriksaan.

11
Sampel urine yang digunakan untuk pemeriksaan pada pasien berkemih
spontan yakni sampel urine porsi tengah. Pot yang digunakan yakni pot bersih dengan
tutup ulir, diberi label identitas pasien dengan jelas (Nama, No.RM, Jenis Kelamin,
Tanggal & Jam pengambilan spesimen).

4. Sub Unit Imunologi dan Serologi


Sub unit imunologi dan serologi meliputi pemeriksaan screening anti HIV, anti
HCV, HbSAg, Widal, Anti Dengue IgG-IgM, NS1 Antigen. Pemeriksaan
menggunakan bahan serum/ plasma sesuai dengan ketentuan sampel yang
diperbolehkan pada insert kit reagen yang digunakan. Pada bagian imuno-serologi
kelayakan sampel yang digunakan untuk pemeriksaan harus diperhatikan untuk
memperoleh hasil pemeriksaan yang valid, seperti sampel tidak lisis, volume sampel
cukup.

D. Waktu Tunggu Hasil Laboratorium (TAT)


Turn Arround Time (TAT) laboratorium merupakan waktu yang diperlukan
oleh suatu proses pemeriksaan laboratorium sejak sampel diambil hingga hasil
dikeluarkan. Dikenal juga dengan istilah waktu tanggap/response time. Waktu
pengerjaan pemeriksaan rutin di laboratorium patologi klinik disesuaikan dengan
jenis pemeriksaan dan macam permintaan, maksimal 140 menit. Jenis pemeriksaan
dikelompokkan dalam pemeriksaan: kimia klinik, hematologi, urinalisa, imunologi,
serologi.
Pemeriksaan rutin adalah pemeriksaan atas permintaan yang diterima dari
Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap (dari ruangan perawatan) dan dari Instalasi
Rawat Darurat. Waktu pengerjaan pemeriksaan yang dirujuk ke laboratorium luar
disesuaikan dengan waktu pengerjaan laboratorium rujukan. Pemeriksaan Cyto untuk
pemeriksaan darah lengkap maksimal dikerjakan 30 menit.

Tabel 1.
Waktu Tunggu Hasil Laboratorium

NO KATEGORI PEMERIKSAAN WAKTU TUNGGU


1 KASUS CYTO (Pemeriksaan Darah Lengkap) 0 – 30 Menit
2 HEMATOLOGI RUTIN
- DL Otomatis 5 Diff 1 Jam

12
- Golongan Darah 30 Menit
- Gambaran Darah Tepi 24 Jam
3 FAAL HEMOSTASIS
- BT (Bleeding Time), CT (Cloting Time) 30 Menit
4 ELEKTROLIT
- Na, K, Cl 1 Jam
5 KIMIA DARAH
- Glukosa Darah 30 Menit
- Lipid Profil 2 Jam

- Kimia Darah 2 Jam 20 Menit


- Tes fungsi hati (Bilirubin total, bilirubin
direk, bilirubin indirek, SGOT, SGPT,
Albumin)
- Tes fungsi ginjal (Urea, Serum
Kreatinin, Asam Urat)
6 IMUNO-SEROLOGI
Widal, Anti Dengue IgG, IgM, HbSAg, Anti HIV, 2 jam 20 Menit
RPR Antigen

7 ANALISA URINE
- Urine Rutin 1 Jam
- Tes Kehamilan 30 Menit
8 SKRINING NARKOBA 1 Jam
9 ANALISIS FESES
- Feses Rutin 1 Jam
10 MIKROBIOLOGI
- Darah Malaria (rapid test) 1 Jam

E. Penyimpanan dan Pengiriman Spesimen


1. Penyimpanan
Spesimen yang sudah diambil harus segera diperiksa, karena stabilitas
spesimen dapat berubah. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas spesimen
antara lain:
a. Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia lain
b. Terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen
c. Terjadi penguapan
d. Pengaruh suhu
13
e. Terkena paparan sinar matahari.
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan
memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa. Persyaratan penyimpanan
beberapa spesimen untuk beberapa pemeriksaan laboratorium harus
memperhatikan jenis spesimen, antikoagulan/pengawet dan wadah serta
stabilitasnya. Beberapa cara penyimpanan spesimen :
a. Disimpan pada suhu kamar
b. Dsimpan dalam lemari es dengan suhu 2 – 8 derajat celcius
c. Dibekukan suhu -20, -70 atau -120 (jangan sampai terjadi beku ulang)
d. Dapat diberikan bahan pengawet
e. Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum atau lisat.
2. Pengiriman
Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain (dirujuk), sebaiknya
dikirim dalam bentuk yang relatif stabil. Untuk itu perlu diperhatikan persyaratan
pengiriman spesimen antara lain :
a. Waktu pengiriman jangan melampaui masa stabilitas spesimen.
b. Tidak terkena sinar matahari langsung.
c. Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja laboratorium termasuk
pemberian label yang bertuliskan “ Bahan Pemeriksaan Infeksius”.
d. Suhu pengiriman harus memenuhi syarat.
e. Penggunaan media transport untuk pemeriksaan mikrobiologi.

F.Laporan Hasil Pemeriksaan Laboratorium


F.1 Rentang Nilai Normal Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Pelaporan dan pencatatan hasil laboratorium diperlukan dalam perencanaan,
pemantauan dan evaluasi serta pengambilan keputusan untuk peningkatan pelayanan
kesehatan. Rentang nilai normal hasil pemeriksaan laboratorium yang digunakan di
Laboratorium UPTD. Rumah Sakit Nyitdah bersumber dari Tabel Konversi Satuan SI –
Konvensional dan Nilai Rujukan Dewasa–Anak Parameter Laboratorium Klinik,
berdasarkan Commission On Clinical Chemistry of the International Union Of Pure and
Applied Chemistry (IUPAC) dan Expert Panel On Quantities and Units of the
International Federation of Clinical Chemistry.

14
Pelaporan hasil laboratorium harus dilakukan secara cermat dan teliti, karena
kesalahan dalam pencatatan dan pelaporan akan mengakibatkan kesalahan dalam
menetapkan suatu tindakan. Laporan hasil laboratorium tercatat di buku register masing-
masing sub unit sebagai arsip.

Tabel 2.
Rentang Nilai Normal Hasil Pemeriksaan Laboratorium
UPTD. Rumah Sakit Nyitdah

15
PARAMETER PEMERIKSAAN NILAI RUJUKAN

HEMATOLOGI

Hemoglobin (HGB)

- Bayi baru lahir 17 – 22 g/dl


- Bayi 1 minggu 15 - 20 g/dl
- Bayi 1 bulan 11 - 15 g/dl
- Anak-anak 11 – 13 g/dl
- Laki-laki Dewasa 14 – 16 g/dl
- Perempuan Dewasa 12 – 16 g/dl

Eritrosit (RBC)

- Laki-laki 4,7 – 6,1 x 106/μl


- Perempuan 4,2 – 5,4 x 106/μl

Lekosit (WBC) 4 – 10 x 103/μl

Hematokrit (PCV)
- Laki-laki 40,7 – 50,3 %
- Perempuan 36,1 – 44,3 %

Laju Endap Darah


- Laki-laki 0 – 15 mm/jam
- Perempuan 0 – 20 mm/jam

MCV 82 – 92 fl
MCH 27 – 31 pg
MCHC 32-37 g/dl

Trombosit (PLT)
150 – 400 x 103/μl
Hitung Jenis Lekosit
- Basofil 0%
- Eosinofil 2-4 %
- Netrofil 55-70 %
- Limfosit 20-40 %
- Monosit 2-8 %

Waktu Perdarahan (BT) 1 – 4 menit

Waktu Pembekuan (CT) 3 – 15 menit

KIMIA KLINIK

Glukosa Darah Puasa >140 mg/dl


Glukosa Darah 2 Jam PP 80 – 150 mg/dl
Glukosa Darah Sewaktu
- Anak dan Dewasa 80 – 200 mg/dl
- Bayi lahir Prematur 25 – 80 mg/dl
- Bayi baru lahir 30 – 90 mg/dl
-

Ureum 10 - 50 mg/dl 16
Creatinin 0,6 – 1,2 mg/dl
Sumber:Buku Tabel Konversi satuan SI-Kovensional dan Nilai Rujukan Dewasa
Anak Parameter Laboratorium Klinik. Perhimpunan Dokter Patologi Klinik
Cabang Jakarta. 2004

F.2 Nilai Kritis Pemeriksaan Laboratorium


 Pengertian Nilai Kritis
Nilai kritis adalah hasil pemeriksaan laboratorium yang abnormal dan
mengindikasikan kelainan atau gangguan yang dapat mengancam jiwa dan
memerlukan perhatian/tindakan.
 Daftar Nilai Kritis Laboratorium UPTD Rumah Sakit Nyitdah

Tabel 3.
Nilai Ambang Kritis Hasil Pemeriksaan Laboratorium
UPTD. Rumah Sakit Nyitdah

PARAMETER NILAI AMBANG KRITIS NILAI AMBANG KRITIS


RENDAH TINGGI
Hemoglobin (HB) < 8.0 g/dL >18.0 g/dL
WBC (White Blood Cell) / ≤ 1000/uL ≥ 50.000/uL
Leukosit
PLT (patelet)/Trombosit < 100.000 /uL >800.000 /uL
kecuali pasien dengan DHF
Hematokrit (HCT) ≤ 21.0 % ≥ 65.0%
Gula Darah Dewasa < 70 mg/dL >400 mg/dL
Gula Darah anak-anak < 40 mg/dL >400 mg/dL
Ureum >100 mg/ dL
Kreatinin ≥ 10.0 mg/ dL
Natrium < 125 mmol/L >160 mmol/L
Kalium < 2.5 mmol/L >6.0 mmol/L
Chlorida < 70 mmol/L >120 mmol/L

 Pelaporan Nilai Kritis


Merupakan mekanisme pelaporan hasil laboratorium yang berpotensi
mengancam jiwa, dilaporkan oleh petugas jaga (analis) atau dokter PJ laboratorium.
Apabila hasil pasien termasuk ke dalam nilai kritis maka laboratorium harus segera
menghubungi dokter penanggung jawab pasien (DPJP). Hasil kritis pemeriksaan
laboratorium dicatat pada buku catatan pelaporan hasil kritis laboratorium sebagai
arsip.

17
G. Rujukan Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa parameter pemeriksaan yang tidak dapat dikerjakan di Laboratorium
UPTD. Rumah Sakit Nyitdah akan dikerjakan oleh laboratorium rujukan, dimana
laboratorium rujukan yang dipilih yaitu Laboratorium Badan Rumah Sakit Umum
Tabanan. Sebelum menetapkan laboratorium rujukan ada beberapa kriteria pemilihan
laboratorium rujukan yang dilakukan. Kriteria pemilihan laboratorium rujukan ini
merupakan tata cara pemilihan laboratorium yang akan dipakai sebagai pedoman untuk
memilih laboratorium yang sesuai untuk menjadi laboratorium rujukan. Kriteria tersebut
diantaranya:
1. Laboratorium yang digunakan sebagai rujukan adalah yang memiliki hasil Quality
Control (PMI/Pemantapan Mutu Internal) dan PME (Pemantapan Mutu Eksternal)
yang baik.
2. Laboratorium yang digunakan sebagai rujukan adalah yang memiliki sertifikat
kalibrasi serta memiliki sertifikat standar pelayanan sebagai laboratorium klinik yang
sesuai standar pelayanan kesehatan nasional dan atau standar pelayanan internasional.
3. Laboratorium yang digunakan sebagai rujukan adalah yang memiliki parameter yang
lebih lengkap dan atau lebih canggih dari laboratorium UPTD. Rumah Sakit Nyitdah.

Sebelum merujuk pasien, klinisi/petugas ruangan akan menginformasikan kepada


pasien bahwa pemeriksaan akan dirujuk ke laboratorium luar dengan KIE biaya terlebih
dahulu dan perkiraan waktu tunggu hasil laboratorium. Jika pasien setuju, akan disiapkan
untuk dilakukan pengambilan sampel oleh petugas laboratorium UPTD. Rumah Sakit
Nyitdah / petugas dari laboratorium rujukan. Hasil dapat diambil di laboratorium UPTD.
Rumah Sakit Nyitdah.

Evaluasi laboratorium rujukan merupakan kegiatan yang dilakuan oleh


penanggung jawab laboratorium dalam upaya pengawasan terhadap pelayanan
laboratorium rujukan di UPTD. Rumah Sakit Nyitdah. Penanggung jawab laboratorium
memantau pelaksanaan kesepakatan kerja sama dari laboratorium rujukan, diantaranya:
- Hasil laboratorium tepat waktu
- Penanganan cepat terhadap komplain
- Kemudahan dalam pelayanan

18
Hasil evaluasi selama 6 bulan diserahkan kepada Kepala Bidang Penunjang Medis sebagai
pedoman untuk penandatanganan surat kontrak yang diperbaharui setiap 1 tahun sekali.

H. Penanganan Limbah Laboratorium


Laboratorium dapat menjadi salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan
gas yang berbahaya bila tidak ditangani secara benar, karena itu pengolahan limbah harus
dilakukan dengan semestinya agar tidak menimbulkan dampak negatif baik bagi petugas,
pasien, maupun lingkungan rumah sakit.
Limbah laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber, seperti:
- Bahan baku yang sudah kadaluwarsa
- Bahan habis pakai (misalnya medium perbenihan yang tidak terpakai)
- Produk proses laboratorium (sisa – sisa spesimen)
- Peralatan pengambilan spesimen

Penanganan limbah antara lain ditentukan oleh sifat limbah yang digolongkan menjadi:
- Limbah Infeksius
Limbah infeksius di laboratorium berupa limbah padat dan cair. Limbah cair
dapat berupa: bahan kimia untuk pengujian (reagen laboratorium), air bekas pencucian
alat, sisa spesimen (urine), limbah cair alat hematologi dan kimia (limbah processing).
Limbah dibuang ke wastafel yang terhubung ke saluran IPAL Rumah Sakit.
Limbah infeksius padat di laboratorium dapat berupa jarum suntik, sarung
tangan, masker, kapas/alkohol swab bekas pasien, tabung/botol penampung spesimen,
kemasan/botol reagen uji laboratorium, kaca objek, sisa spesimen (ekskreta), tissue
yang terkena darah/cairan tubuh pasien. Untuk limbah medis traumatic (jarum suntik)
dibuang kedalam sharp container/jerigen tebal bertutup ulir. Limbah infeksius lainnya
ditampung pada kantong plastik kuning. Limbah diangkut menuju tempat
pengumpulan limbah, nantinya akan dimusnahkan dengan cara diinsinerasi oleh pihak
ketiga.

- Limbah Non Infeksius/Domestik


Limbah non infeksius/domestik laboratorium berupa kertas bekas, potongan
kertas/plastik, pembungkus reagen, ATK yang sudah habis. Sampah ini ditampung pada
kantong berwarna hitam.

19
I. Pengelolaan Reagensia Essensial
 Evaluasi Reagensia
Dalam pelaksanaan proses pemeriksaan laboratorium baik kimia klinik,
hematologi, imunologi, urinalisa dll, reagen memegang peranan penting terutama dalam
interpretasi hasil pemeriksaan. Sebelum digunakan dalam pemeriksaan setiap reagen harus
dilakukan uji mutu untuk melihat apakah suatu reagen baik digunakan dalam pemeriksaan
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemeriksaan dan didapatkan hasil pemeriksaan
pasien yang baik. Perkembangan ilmu dan teknologi sangat memengaruhi kualitas mutu
reagensia untuk suatu pemeriksaan laboratorium maka perlu evaluasi secara berkala untuk
menjaga dan meningkatkan mutu hasil pemeriksaan yang akan dikeluarkan
Evaluasi reagensia adalah kegiatan dalam melakukan pengendalian reagensia
meliputi penerimaan, penyimpanan dan kontrol kadaluarsa reagensia.
a. Tujuan Umum
Untuk mengawasi operasional laboratorium agar mendapatkan hasil yang optimal dan
berkualitas.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengevaluasi penerimaan reagensia
2) Untuk mengevaluasi penyimpanan reagensia
3) Untuk mengevaluasi kontrol kadaluarsa reagensia
4) Untuk mengevaluasi pemesanan reagensia

Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


a. Penerimaan Reagensia
1. Petugas laboratorium memeriksa daftar reagen yang datang, disesuaikan dengan
daftar pesanan/amprahan (nama dan jumlah).
2. Memeriksa keadaan pembungkus reagen. Pembungkus reagen dalam keadaan
tersegel, tidak terbuka dan tidak rusak maupun robek
3. Reagen yang datang diperiksa tanggal kadaluarsanya.
4. Reagen yang datang dicatat pada buku penerimaan barang dan kartu stok
kemudian reagen dilabel.
5. Bukti penerimaan reagen (Fraktur Reagen) satu lembar disimpan sebagai arsip di
laboratorium, satu lembar sebagai arsip keuangan dan satu lembar asli sebagai
arsip gudang logistik.

20
b. Penyimpanan Reagensia
1. Reagen yang datang disimpan sesuai dengan prosedur penyimpanan yang tertera
dalam kemasan reagen. Tempat penyimpanan, suhu/kelembaban, sirkulasi udara
dan bahan yang tidak boleh bercampur.
2. Perputaran pemakaian reagen dengan menggunakan kaidah:
- Pertama masuk – pertama keluar (FIFO- First In First Out) yaitu barang yang
lebih dahulu masuk harus digunakan lebih dahulu
- Berdasarkan urutan kadaluarsanya, masa kadaluarsa pendek dipakai dahulu
(FEFO – First expired first out)
3. Kulkas tempat penyimpanan reagen harus selalu diperiksa suhunya agar sesuai
dengan syarat penyimpanan reagen dengan cara:
- Letakkan thermometer dalam kulkas
- Atur suhu kulkas sesuai dengan syarat suhu dalam penyimpanan reagen
- Usahakan agar kulkas selalu dalam keadaan hidup.
- Catat suhu setiap pergantian shift dalam check list pemantauan suhu
- Bersihkan kulkas setiap dua bulan
4. Reagen yang sudah dibuka bisa bertahan sampai masa kadaluarsa habis bila
disimpan pada suhu (2-8) derajat Celcius
5. Jika suhu penyimpanan di lemari pendingin di luar (2-8) derajat Celcius, maka
reagen yang belum terbuka dapat bertahan 1 minggu, sedangkan reagen yang
sudah terbuka dapat bertahan 3 hari.

c. Kontrol Kadaluarsa Reagensia


1. Reagen yang baru datang diperiksa masa kadaluarsanya.
2. Bila mendekati masa kadaluarsanya (tiga bulan) maka segera dilaporkan ke bagian
pengadaan untuk dikembalikan ke supplier.

d. Pemesanan Reagensia
1. Petugas laboratorium mengecek persediaan yang akan habis (sisa 1 botol atau 20
test)
2. Reagen yang akan habis dicatat dan dilaporkan kepada Kepala Laboratorium

21
3. Kepala Laboratorium memeriksa kembali laporan yang diberikan dan membuat
daftar amprahan sesuai dengan barang yang dibutuhkan. Daftar amprahan disetujui
oleh Kasubid Penunjang Medis.
4. Kemudian Kepala Laboratorium mengajukan pemesanan reagen ke bagian
pengadaan.

e. Uji Kualitas Reagen


1. Uji Kualitas Reagen harus dilakukan:
- Setiap kali batch larutan kerja (working solution) dibuat
- Setiap minggu (sangat penting untuk larutan Ziehl Neelsen)
- Bila sudah mendekati masa kadaluarsa
- Bila ditemukan atau terlihat tanda-tanda kerusakan (timbul kekeruhan,
perubahan warna, timbul endapan)
- Bila terdapat kecurigaan terhadap hasil pemeriksaan
2. Pengujian kualitas dapat dilakukan dengan:
- Melakukan pemeriksaan bahan control assayed yang telah diketahui nilainya
dengan menggunakan regen tersebut.
- Menggunakan strain kuman.
3. Uji Ketelitian
Hasil Laboratorium digunakan untuk menentukan diagnosis, pemantauan
pengobatan dan meramalkan prognosis, maka amatlah perlu untuk selalu menjaga
mutu hasil pemeriksaan, dalam arti mempunyai tingkat akurasi dan presisi yang
dapat dipertanggung jawabkan. Dalam melaksanakan uji ketelitian ini dapat
digunakan bahan control assayed atau unassayed. Kegiatan yang harus dilakukan
dalam pengujian ini adalah:
a. Periode pendahuluan
Pada suatu hari ditemukan nilai dasar yang merupakan nilai rujukan untuk
pemeriksaan selanjutnya. Periode ini umumnya dilakukan baik untuk
pemeriksaan kimia klinik, hematologi, imunoserologi maupun kimia
lingkungan. Yaitu dengan cara:
- Periksalah bahan control bersamaan dengan pemeriksaan spesimen setiap
hari kerja atau pada hari parameter yang bersangkutan diperiksa sampai
mencapai 25 hari kerja.

22
- Catat setiap nilai yang diperoleh tiap hari kerja tersebut dalam formulir
periode pendahuluan pada kolom x
- Setelah diperoleh 25 nilai pemeriksaan, hitung nilai rata-ratanya (mean),
standar deviasi (SD), Koefisien variasi (CV), batas peringatan (mean +- 2
SD) dan batas control (mean+-3SD)
- Teliti kembali apakah ada nilai yang melebihi batas mean +-3SD, bila
ada maka nilai tersebut dihilangkan. Hitung kembali nilai mean, SD, CV,
mean +-2SD dan mean +-3SD.
- Nilai Mean dan SD yang diperoleh ini dipakai sebagai nilai rujukan
periode control.
b. Periode Kontrol
Merupakan periode untuk menentukan ketelitian pemeriksaan pada hari
tersebut. Prosedur pada periode kontrol ini tergantung dari bidang
pemeriksaanya. Untuk pemeriksaan kimia klinik dan hematologi adalah
sebagai berikut:
- Periksa bahan kontrol setiap hari kerja atau pada hari parameter yang
bersangkutan diperiksa.
- Catatlah nilai yang diperoleh pada formulir periode kontrol
- Hitung penyimpanan terhadap nilai rujukan dalam satuan SD (Standar
Deviase Index)
- Satuan SD yang diperoleh dari plot pada grafik kontrol menunjukkan
hari/tanggal pemeriksaan sedangkan sumbu Y menunjukkan satuan
c. Evaluasi Hasil
- 1 3S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol
(out of control), apabila hasil pemeriksaan satu bahan control melewati
batas X+-3S
- 2 2S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol,
apabila hasil pemeriksaan 2 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang
sama yaitu x+2S atau X-2S.
- R 4S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari control
apabila perbedaan antara 2 hasil kontrol yang berturut-turut melebihi 4
S(satu control diatas+ 2S, lainnya dibawah -2S

23
- 4 1S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari control
apabila 4 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama baik x+S
maupun x-S.
- 10x : seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari control,
apabila 10 kontrol berturut-turut berada pada pihak yang sama dari nilai
tengah.

Aturan ini mendeteksi gangguan ketelitian (kesalahan acak) yaitu 1 3S, R 4S


atau gangguan ketepatan (kesalahan sistematik) yaitu 2 2S, 4 1S, 10x, 1 3S.
d. Uji Ketepatan
Pada uji ketepatan ini dipakai serum control yang telah diketahui rentang nilai
kontrolnya (assayed). Hasil pemeriksaan uji ketepatan ini dinilai apabila
terletak di dalam atau di luar rentang nilai control menurut periode
pemeriksaan yang sama. Bila terletak di dalam rentang nilai control, maka
dianggap hasil pemeriksaan terhadap spesimen juga tepat. Bila terletak di luar
rentang nilai control, dianggap hasil pemeriksaan bahan control tidak tepat
sehingga hasil pemeriksaan terhadap spesimen juga dianggap tidak tepat.

J. Pengelolaan Peralatan Laboratorium


Pengelolaan peralatan laboratorium merupakan kegiatan untuk menjaga kualitas
alat, agar dapat digunakan secara optimal dan memberikan hasil pemeriksaan yang
akurat. Tujuan Umum dilakukan pengelolaan peralatan laboratorium adalah untuk
Meningkatkan jaminan kualitas pelayanan laboratorium yang baik.
Kegiatan pengelolaan peralatan laboratorium meliputi:
a. Uji Fungsi
b. Inspeksi berkala
c. Pemeliharaan peralatan
d. Kalibrasi berkala
e. Identifikasi dan inventarisasi peralatan laboratorium
f. Monitoring dan tindakan terhadap kegagalan fungsi alat
g. Proses penarikan (recall)
h. Pendokumentasian

24
1. Uji Fungsi
Uji fungsi merupakan kegiatan yang dilakukan pada semua alat baru, yang
dilakukan oleh teknisi alat bersama staf laboratorium. Dalam uji fungsi juga
dilakukan pelatihan meliputi:
a. Menginventarisasi tenaga teknis laboratorium yang memerlukan pelatihan,
melakukan pendataan semua tenaga teknis laboratorium sesuai dengan UTW dan
peralatan.
b. Menentukan tenaga teknis yang memerlukan pelatihan
c. Menentukan jenis pelatihan yang dibutuhkan
d. Mencari dan menentukan narasumber pelatihan
e. Menentukan tempat dan waktu pelatihan
f. Melaksanakan pelatihan
g. Melakukan evaluasi hasil pelatihan tenaga teknis laboratorium yang telah
mengikuti pelatihan dilakukan observasi setelah 1 bulan mengikuti pelatihan
2. Infeksi berkala
Infeksi berkala merupakan kegiatan yang dilakukan oleh vendor atau teknisi
untuk melakukan pengecekan rutin pada alat. Infeksi berkala ini bertujuan untuk
meminimalisir kemungkinan adanya kerusakan pada alat.
3. Pemeliharaan Peralatan
Pemeliharaan dapat dilakukan harian, mingguan, maupun bulanan. Bukti
kegiatan pemeliharaan dapat dilihat melalui pengisian check list maintenance alat.
Setiap kegiatan pemeliharaan yang dilakukan harus terdokumentasi.
4. Kalibrasi Berkala
Kalibrasi alat laboratorium diperlukan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan
yang terpercaya dan menjamin penampilan hasil pemeriksaan. Kalibrasi peralatan
dilakukan pada saat awal, ketika alat baru diinstall dan diuji fungsi, dan selanjutnya
wajib dilakukan secara berkala sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun, atau
sesuai dengan pedoman pabrikan prasarana dan alat kesehatan serta ketentuan
peraturan perundang-undangan sesuai instruksi pabrik. Kalibrasi peralatan dapat
dilakukan oleh teknisi penjual alat, petugas laboratorium yang memiliki kompetensi
dan pernah dilatih, atau oleh institusi yang berwenang. Kalibrasi serta fungsi peralatan
dan system analitik secara berkala harus dipantau dan dibuktikan memenuhi
syarat/sesuai standar.

25
5. Identifikasi dan Inventarisasi Peralatan Laboartorium
Inventarisasi merupakan kegiatan pencatatan atau daftar alat-alat di
laboratorium, baik alat medis maupun non medis. Pencatatan ini dilakukan satu bulan
sekali untuk melihat kelengkapan alat baik jumlah maupun keadaan fisiknya.
6. Monitoring dan Tindakan Terhadap Kegagalan Fungsi alat
a. Monitoring
Kegiatan monitoring merupakan kegiatan pengecekan rutin untuk melihat
kondisi alat apakah sudah siap dan dalam keadaan ready untuk digunakan.

b. Tindakan terhadap kegagalan uji fungsi


Dalam melakukan pemeriksaan seringkali terjadi suatu ketidak cocokan hasil,
malfungsi alat ataupun kondisi yang tidak kita inginkan yang mungkin disebabkan
oleh karena adanya gangguan pada peralatan. Pemecahan masalah
(troubleshooting) adalah proses atau kegiatan untuk mencari penyebab terjadinya
penampilan alat yang tidak memuaskan, dan memilih cara penanganan yang benar
untuk mengatasinya. Makin canggih suatu alat, makin kompleks permasalahan
yang mungkin terjadi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan bila terjadi permasalahan pada peralatan :
1. Tetaplah tenang dan berpikirlah dengan jernih
2. Pastikan masalahnya, jangan membuat asumsi tentang kemungkinan
permasalahan
3. Jika penanganan sederhana gagal, minta bantuan supervisor/atasan atau hubungi
agen untuk menanyakan masalah tersebut
4. Tempelkan label bahwa alat rusak
5. Catat semua tindakan/upaya perbaikan yang telah dilakukan sebelumnya untuk
dapat dilaporkan pada teknisi yang menangani.
7. Proses Penarikan (Recall)
Recall merupakan kegiatan pengambilan alat yang sudah beredar di
laboratorium. Proses recall dilakukan apabila alat mengalami kerusakan dan tidak bisa
diperbaiki lagi.

26
BAB V
LOGISTIK

A. Pendahuluan
Logistik adalah salah satu subsistem di rumah sakit yang memiliki tugas untuk
menyediakan barang dan bahan dalam jumlah, kualitas, dan pada waktu yang tepat sesuai
kebutuhan dengan harga yang efisien untuk kegiatan operasional rumah sakit. Logistik
merupakan ilmu pengetahuan dan seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan
kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan pemeliharaan, serta penghapusan
material/alat-alat. Pendapat lain mengatakan bahwa logistik merupakan suatu ilmu
pengetahuan dan seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan,
pengadaan, penyimpanan, penyaluran, dan pemeliharaan serta penghapusan material /alat-
alat. Logistik di laboratorium merupakan suatu bagian yang tidak bisa dipisahkan, lancar
tidaknya pelayanan laboratorium terkait dengan reagen yang digunakan. Penyimpanan
atau penataan bahan kimia harus mengutamakan segi keamanan daripada keindahan atau
segi yang lain oleh karena itu pemahaman sifat fisik dan kimia bahan-bahan menjadi
pertimbangan utama. Penyimpanan tidak tepat bila berdasarkan urutan alfabetis, karena
terdapat beberapa senyawa kimia yang apabila disatukan atau didekatkan dapat
menimbulkan bahaya dan masa kadaluwarsa.
Secara umum, logistik memiliki tiga tujuan yaitu :
1. Tujuan operasional adalah agar barang tersedia dengan jumlah yang tepat dan mutu
yang memadai
2. Tujuan keuangan adalah agar tujuan operasional dapat terlaksana dengan biaya yang
serendah-rendahnya.
3. Tujuan pengamanan adalah agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan,
pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian, dan nilai persediaan yang
sesungguhnya dapat tercermin dalam sistem akuntansi.

Logistik di rumah sakit memiliki fungsi-fungsi. Fungsi logistik membentuk


sebuah siklus yang terdiri dari:
1. Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan
Perencanaan merupakan langkah awal dalam melaksanakan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan rumah sakit. Perencanaan adalah proses menetapkan sasaran, pedoman, dan

27
dasar ukuran untuk penyelenggaraan pengelolaan barang logistic dalam mjangka
waktu tertentu. Kegiatan perencanaan ini mempengaruhi kelancaran pelayanan yang
diberikan rumah sakit kepada pasien.
Ada beberapa macam tipe perencanaan :
a. Perencanaan strategis
Perencanaan strategis adalah suatu proses untuk mengalokasikan sumber daya
logistik selama jangka waktu yang panjang, konsisten, dan menunjang bagi
seluruh kebijaksanaan dan tujuan organisasi. Perencanaan strategis merupakan
perencanaan jangka panjang. Jangka waktu perencanaan strategis yaitu 5 sampai
10 tahun.
b. Perencanaan operasional
Perencanaan operasional adalah suatu proses untuk mengembangkan
kebijakasanaan dan rencana logistik untuk menangani tindakan menajemen yang
rutin atau regular dalam suatu organisasi yang berjalan. Jangka waktu perencanaan
operasional hingga satu tahun. Tujuan perencanaan operasional yaitu: modifikasi
sistem, pelaksanaan dan anggaran
c. Perencanaan taktis
Perencanaan taktis adalah suatu proses penyesuaian jangka pendek dari sumber
daya logistik untuk hal- hal yang tidak terduga. Jangka waktu pada perencanaan
taktis pendek karena hanya berorientasi pada kejadian.
2. Fungsi Penganggaran
Penganggaran merupakan kegiatan untuk merumuskan rincian penentuan kebutuhan.
Ada yang perlu diperhatikan dalam penganggaran, yaitu penyesuaian rencana
pembelian dengan dana yang tersedia dan mengenali adanya kendala dan keterbatasan.
3. Fungsi Pengadaan
Pengadaan merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan barang-barang berdasarkan
perencanaan, penentuan kebutuhan, dan penganggaran yang telah dibuat sebelumnya.
Sasaran dalam pengadaan yaitu pemenuhan kebutuhan dengan kualitas terbaik dengan
harga minimal, serta pengiriman barang dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.
4. Fungsi Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan agar persedian dalam keadaan stabil, mudah dicari, mudah
diawasi, dan terjaga keamanannya. Penyimpanan barang logistik dapat dilakukan
dengan metode FIFO (First In First Out).

28
5. Fungsi Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar sarana/barang
logistik selalu dalam kondisi daya guna yang baik dan untuk mempertahankan kondisi
ekonomis dari barang tersebut.
6. Fungsi Pendistribusian
Pendistribusian ialah kegiatan pengurusan, penyelenggaraan, dan pengaturan
pemindahan barang logistik dari tempat penyimpanan (gudang) ke tempat pemakai
(user) sehingga menjamin kelancaran pelayanan yang bermutu.
Sistem pendistribusian barang logistik dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Sentraliasi
Sistem pendistribusian langsung dari gudang penyimpanan ke tempat pemakai
(user). Sistem ini biasanya dipakai oleh instansi yang memiliki organisasi kecil,
barang logistik tidak banyak, dan lokasi gudang tidak jauh dengantempat
pemakaian.
b. Desentralisasi
Sistem pendistribusian yang dilakukan tidak secara langsung. Sistem ini biasanya
dipakai oleh instansi dengan skala besar, jumlah barang banyak, lokasi gudang
jauh, jumlah pengguna (user) barang banyak, dan jenis barang logistik bervariasi.
7. Fungsi Penghapusan
Penghapusan merupakan kegiatan pembebasan barang dari pertanggungjawaban
secara fisik. Kegiatan ini dilakukan jika resiko dan biaya lebih besar daripada manfaat
yang didapat oleh rumah sakit.
8. Fungsi Pengendalian
Pengendalian ialah tindakan untuk memastikan pelaksanaan logistik seseuai dengan
rencana yang telah ditentukan dengan menggunakan umpan balik (feedback) sehingga
tujuan rumah sakit dapat tercapai.
Hal umum yang haru menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan penataan
bahan kimia diantaranya meliputi aspek :
1. Pemisahan
2. Tingkat resiko bahaya (multiple hazards)
3. Pelabelan (labeling)
4. Fasilitas penyimpanan (storage facilities)
5. Bahan kedaluwarsa (outdate chemicals)

29
6. Inventarisasi
7. Informasi resiko bahaya (hazard information)

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pengendalian bahan kimia yaitu:
a. Zat kimia dengan banyak sifat bahaya
Banyak bahan kimia yang memiliki sifat lebih dari satu jenis tingkat bahaya,
penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat resiko bahayanya
yang paling tinggi.

b. Wadah dan label


Wadah bahan kimia dan lokasi penyimpanan harus diberi label yang jelas. Label
wadah harus mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima dan pakai.
Selain label perlu dicantumkan informasi pada botol reagen. Secara umum
pengelompokkan bahan berbahaya yang memerlukan wadah sekunder adalah :
1. Cairan flammable dan combustible serta pelarut terhalogenasi misalnya alcohol,
eter, trikloroetan, perkloroetan dsb.
2. Asam-asam mineral pekat misalnya asam nitrat, asam klorida, asam sulfat, asam
florida, asam fosfat dsb.
3. Basa-basa pekat misalnya ammonium hidroksida, natrium hidroksida, dan kalium
hidroksida.
4. Bahan radioaktif

c. Bahan Kimia
Bahan kimia kadaluwarsa, bahan kimia yang tidak diperlukan, bahan kimia yang
rusak, dan bahan hasil atau sisa pekerjaan di laboratrium harus dibuang melalui unit
pengelolaan limbah yang disesuaikan dengan sifat bahan. Terdapat beberapa bahan
yang harus dibuang terpisah dari bahan lain seperti logam berat yang bersifat toxic dan
tidak dihancurkan. Apabila tidak terdapat pengolahan limbah yang memadai, sediakan
wadah khusus seperti tong plastik untuk menampung dan kemudian buang melalui
perusahaan pengolahan limbah kimia atau incenerator.

d. Inventarisasi
Inventarisasi harus dilakukan terhadap bahan kimia yang ada di laboratorium.
Perbaharui label-label yang rusak secara periodik. Inventarisasi harus melibatkan
30
nama bahan, rumus, jumlah kualitas, lokasi penyimpanan, tanggal penerimaan, nama
industri, bahaya terhadap kesehatan, bahaya fisik, lama dan pendeknya terhadap
kesehatan. Informasi bahaya bahan kimia seperti MSDS (Material Safety Data Sheets)
atau sumber lain yang memberikan informasi tentang resiko bahaya dari setiap bahan
harus ada. Didalam MSDS biasanya terdapat informasi tentang nama produk dan
industry, komposisi bahan, identifikasi tingkat bahaya, pertolongan pertama jika
terkena bahan itu, cara menangani kecelakaan, penanganan dan penyimpanan, cara
perlindungan fisik, kestabilan dan kereaktifan, informasi toksikologi, ekologi,
transportasi, pembuangan dan aturan pemerintah yang diberlakukan.

B. Pengelolaan Logistik Laboratorium


Merupakan suatu tata cara dalam pemesanan barang/reagen, penerimaan, dan
pemutasian bahan-bahan laboratorium baik itu berupa reagen dan bahan-bahan lain yang
digunakan di laboratorium. Alur pelaksanaan pemenuhan barang-barang yang digunakan
di laboratorium didasarkan pada keadaan stok minimum barang. Petugas melakukan
monitoring mengenai keadaan barang, baik dari segi kualitas dan kuantitas.
Petugas membuat daftar pesanan barang yang dibutuhkan dengan persetujuan
Kepala Laboratorium dan tim pengadaan rumah sakit. Kemudian rekanan mengambil
surat pesanan untuk selanjutnya diproses sesuai permintaan. Selanjutnya, pada saat barang
datang, petugas melakukan pengecekan mengenai keadaan barang, kesesuaian barang,
jumlah, dan waktu kadaluarsa. Apabila barang yang datang sesuai dengan pesanan, maka
akan dilakukan penyimpanan.
Dalam operasionalnya barang-barang yang diperlukan akan dimutasikan dari
gudang penyimpanan ke bagian pelayanan, dimana petugas akan mengurangi jumlah stok
dengan mencatat di kartu stok. Pada akhir bulan petugas akan melakukan stock opname
sesuai dengan keadaan barang masuk dan barang keluar (barang yang digunakan) sebagai
dasar untuk perencanaan dan evaluasi pengadaan barang-barang laboratorium pada
periode selanjutnya serta nilai nominal stock opname digunakan untuk mengetahui nilai
persediaan barang laboratorium.

31
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien menjadi lebih aman. Keselamatan pasien telah menjadi
issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima penting issue yang terkait
dengan keselamatan rumah sakit, yaitu:
1. Keselamatan pasien (patient safety)
2. Keselamatan pekerja atau petugas kesehatan
3. Keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak kepada
keselamatan pasien dan petugas
4. keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan
5. Keselamatan bisnis

Keselamatan rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit.
Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap
rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila
ada pasien, karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk
dilaksanakan dan hal tersebut terkait dengan issue mutu dan citra perumahsakitan.
Harus diakui, rumah sakit adalah lembaga yang kompleks yang memiliki tugas utama
memberikan pelayanan kesehatan. Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan
kesehatan selalu dituntut untuk berkualitas dan dilakukan oleh staff professional dan
dedikatif. Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur,
banyak alat dengan tehnologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang
siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan kerutinan
pelayanantersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat menjadi KTD (Kejadian
Tidak Diinginkan).
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka
pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit perlu dilakukan. Karena itu
diperlukan acuan yang jelas untuk melaksanakan keselamatan pasien tersebut.
Visi Misi Tim Keselamatan Pasien UPT Rumah Sakit Nyitdah

32
Visi : Menjadi Rumah Sakit Yang Berintegritas Tinggi.
Misi :
1. Menjaga dan meningkatkan kwalitas pelayanan dengan selalu mengoptimalkan
kwalitas sumber daya manusia, sumber daya alat, sarana dan prasarana.
2. Menciptakan manajemen yang akuntabel, transparan dan komunikatif bagi
pelanggan internal maupun eksternal.
3. Berkomitmen untuk selalu menampilkan informasi terbaru dalam sistem informasi
rumah sakit.
4. Menjaga dan membuat lingkungan rumah sakit yang ramah dan bersahabat
didalam maupun di sekitar rumah sakit.

B. Tujuan
Tujuan keselamatan pasien adalah:
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyrakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.
Sasaran keselamatan pasien di laboratorium meliputi :
1. Ketepatan Identifikasi Pasien
2. Peningkatan komunikasi efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert)
4. Kepastian tepat-lokasi tepat prosedur, tepat pasien.
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. Pengurangan resiko pasien jatuh
Sembilan Solusi Keselamatan Pasien
1. Perhatikan nama obat, rupa, dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike
medication names).
2. Pastikan identifikasi pasien.
3. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien.
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar.
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat.
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan.

33
7. Hindari salah kateter dan salah sambung selang.
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai.
9. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.

C. Tata Laksana Keselamatan Pasien


1. Ketepatan identifikasi pasien di ruangan laboratorium sangat penting dilakukan
yaitu pada saat pengambilan spesimen, tranfusi darah atau produk darah .
Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
pada saat pengambilan spesimen tanyakan kepada pasien nama lengkap pasien,
tanggal lahir dan apakah pasien sudah puasa (makan, minum terakhir pasien)
cocokkan dengan form permintaan pasien ,jika sudah sesuai lakukan tindakan
pengambilan spesimen.

2. Peningkatan komunikasi yang efektif


Komunikasi efektif adalah pertukaran informasi, ide perasaan yang menghasilkan
perubahan sikap sehingga terjalin sebuah hubungan baik antara pemberi pesan dan
penerima pesan. Pengukuran efektifitas dari suatu proses komunikasi dapat dilihat
dari tercapainya tujuan si pengirim pesan.
Tujuan komunikasi efektif adalah memberi kemudahan dalam memahami pesan
yang diberikan.
Bentuk komunikasi efektif :
a. Komunikasi verbal efektif: berlaku secara timbal balik, makna pesan ringkas
dan jelas, bahasa mudah dipahami, cara penyampaian mudah diterima,
disampaikan secara tulus, mempunyai tujuan yang jelas, memperlihatkan
norma yang berlaku.
b. Komunikasi non verbal: penampilan visik, sikap tubuh dan cara berjalan,
ekspresi wajah, sentuhan.
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi antar pemberi layanan.
Komunikasi efektif di laboratorium dilaksanakan pada saat operan jaga,
pelaporan nilai kritis dengan menggunakan metode SBAR (Situation,

34
Background, Assesment, Recommendation). Pada saat pengambilan spesimen/
darah pasien terutama anak-anak.

3. Kepastian tepat - lokasi, tepat–prosedur, tepat–pasien


Kepastian tepat lokasi pengambilan darah perlu mendapat perhatian agar resiko
kesakitan atau nyeri pada pasien berkurang. Pemilihan vena yang tepat ataupun
arteri sehingga mengurangi pengambilan darah yang berulang kali.

4. Pengurangan resiko infeksi


Pengurangan resiko infeksi bisa dilakukan pada saat petugas akan melakukan
tindakan. Lima langkah dilakukan pengambilan darah adalah sbb :
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Sebelum kontak dengan cairan tubuh pasien
c. Setelah kontak dengan pasien
d. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien
e. Setelah kontak dengan lingkungan di sekitar pasien.

5. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh


Resiko pasien jatuh di unit laboratorium kemungkinan disebabkan oleh kamar
mandi pasien yang licin, sehingga kebersihan kamar mandi sangat memerlukan
perhatian. Penggunaan kursi roda

35
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan
Kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium (K3) laboratorium
merupakan bagian dari pengelolaan laboratorium secara keseluruhan.Laboratorium
melakukan berbagai tindakan dan kegiatan terutama berhubungan dengan spesimen
yang berasal dari manusia maupun bukan manusia. Bagi petugas laboratorium yang
selalu kontak spesimen,maka berpotensi terinfeksi kuman pathogen. Potensi infeksi
juga dapat terjadi dari petugas ke petugas lainnya, atau keluarganya dan ke
masyarakat.Untuk mengurangi bahaya yang terjadi,perlu adanya kebijakan yang ketat.
Petugas harus memahami keamanan laboratorium dan tingkatannya, mempunyai sikap
dan kemampuan untuk melakukan pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya
sesuai SOP, serta mengontrol bahan/spesimen secara baik menurut praktik
laboratorium yang benar.

1. Petugas/Tim K3 Laboratorium
Pengamanan kerja di laboratorium pada dasarnya menjadi tanggung jawab setiap
petugas terutama yang berhubungan langsung dengan proses pengambilan
spesimen, bahan, reagen pemeriksaan.Untuk mengkoordinasikan,
menginformasikan, memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaan keamanan
laboratorium, terutama untuk laboratorium yang melakukan berbagai jenis
pelayanan dan kegiatan pada satu sarana, diperlukan suatu Tim fungsional
keamanan laboratorium.
Kepala laboratorium adalah penanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan K3
laboratorium. Dalam pelaksanaannya kepala laboratorium dapat menunjuk seorang
petugas atau membentuk tim K3 laboratorium.
Petugas tim K3 laboratorium mempunyai kewajiban merencanakan dan memantau
pelaksanaan K3 yang telah dilakukan oleh setiap petugas laboratorium, mencakup :
a. Melakukan pemeriksaan dan pengarahan secara berkala terhadap
metode/prosedur dan pelaksanaannya, bahan habis pakai dan peralatan kerja,
termasuk untuk kegiatan penelitian.

36
b. Memastikan semua petugas laboratorium memahami dan dapat menghindari
bahaya infeksi
c. Melakukan penyelidikan semua kecelakaan di dalam laboratorium yang
memungkinkan terjadinya pelepasan/kebocoran/penyebaran bahan infektif
d. Melakukan pengawasan dan memastikan semua tindakan dekontaminasi yang
ttelah dilakukan jika ada tumpahan/percikan bahan infektif.
e. Memastikan bahwa tindakan disinfeksi telah dilakukan terhadap peralatan
laboratorium yang akan diservis atau diperbaiki.
f. Menyusun jadwal kegiatan pemeliharaan kesehatan bagi petugas laboratorium
g. Memantau petugas laboratorium yang sakit atau absen yang mungkin
berhubungan dengan pekerjaan di laboratorium dan melaporkannya pada
pimpinan laboratorium.
h. Memastikan bahwa bahan bekas pakai dan limbah infektif dibuang secara
aman setelah melalui proses dekontaminasi sebelumnya.
i. Mengembangkan sistem pencatatan, yaitu tanda terima, pencatatan perjalanan
dan pembuangan bahan patogenik serta mengembangkan prosedur untuk
pemberitahuan kepada petugas laboratorium tentang adanya bahan infektif
yang baru di laboratorium.
j. Memberitahu kepala laboratorium mengenai adanya mikroorganisme yang
harus dilaporkan kepada pejabat kesehatan setempat ataupun nasional dan
badan tertentu.
k. Membuat rencana dan melaksankan pelatihan K3 laboratorium bagi seluruh
petugas laboratorium.
l. Mencatat secara rinci setiap kecelakaan kerja yang terjadi di laboratorium dan
melaporkannya kepada seluruh laboratorium.

2. Kesehatan Petugas Laboratorium


Pada setiap calon petugas laboratorium harus dilakukan pemeriksaan kesehatan
lengkap termasuk foto toraks. Keadaan kesehatan petugas laboratorium harus
memenuhi standar kesehatn yang telah ditentukan di laboratorium. Untuk menjamin
kesehatan para petugas laboratorium harus dilakukan hal-hal sebagai berikut :

37
a. Pemeriksaan foto toraks setiap tahun bagi petugas yang bekerja dengan bahan
yang diduga mengandung bakteri tuberculosis, sedangkan bagi petugas
lainnya, foto toraks dilakukan setiap 3 tahun.
b. Pemberian immunisasi
Setiap laboratorium harus mempunyai program immunisasi, terutama bagi
petugas yang bekerja di laboratorium tingkat keamanan biologis 2,3, dan 4
vaksinasi yang diberikan :
- Vaksinasi hepatitis B untuk semua petugas laboratorium
- Vaksinasi rubella untuk petugas wanita usia reproduksi.
Pada wanita hamil dilarang bekerja dengan TORCH (Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirrus dan Herves Virus)
c. Perlindungan terhadap sinar ultraviolet
Petugas laboratorium yang bekerja dengan sinar ultra violet harus
menggunakan pakaian pelindung khusus dan alat pelindung mata.
d. Pemantauan kesehatan
Kesehatan setiap petugas laboratorium harus selalu dipantau, untuk setiap
petugas harus mempunyai kartu kesehatan yang selalu dibawa.

3. Sarana dan prasarana K3 laboratorium umum yang perlu disiapkan di laboratorium


adalah :
a. Jas laboratorium sesuai standar
b. Sarung tangan
c. Masker
d. Masker N95
e. Kacamata goggle
f. Tutup kepala plastik
g. Alas kaki / sepatu tertutup
h. Rubber bulb
i. Kontainer khusus untuk insenerasi jarum, lanset.
j. Pemancur air
k. Kabinet keamanan biologis kelas I,II, atau III.

38
4. Pengamanan pada keadaan darurat
a. Sistem tanda bahaya
b. Sistem evakuasi
c. Perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
d. Alat komunikasi darurat baik di dalam atau keluar laboratorium
e. Sistem imformasi darurat
f. Pelatihan khusus berkala tentang penanganan keadaaan darurat
g. Alat pemadam kebakaran, masker, pasir dan sumber air terletak pada lokasi
yang mudah dicapai.

5. Memperhatikan tindakan pencegahan terhadap hal-hal sebagai berikut :


1. Mencegah penyebaran bahan infeksi, misalnya :
a. Menggunakan peralatan standar. Misal lingkaran sengkelit ose harus jenuh
dan panjang tangkai maksimum 6 cm.
b. Tidak melakukan tes katalase diatas gelas obyek. Sebaiknya gunakan
tabung atau gelas obyek yang memakai penutup. Cara lain adalah dengan
menyentuhkan permukaan koloni mikroorganisme dengan tabung kapiler
hematokrit yang berisi hydrogen peroksida.
c. Menempatkan sisa spesimen dan media biakan yang akan disterillisasi
dalam wadah yang tahan bocor.
d. Melakukan dekontaminasi permukaan meja kerja dengan desinfektan yang
sesuai setiap kali habis bekerja.
e. Mencegah bahan infeksi tertelan atau terkena kulit serta mata selama
bekerja, partikel, dan droplet,
f. Mencuci tangan dengan sabun /desinfektan sebelum dan sesudah bekerja,
jangan menyentuh mulut dan mata selama bekerja.
g. Tidak makan, minum, merokok, mengunyah permen atau menyimpan
makanan/minuman dalam laboratorium.
h. Tidak memakai kosmetik ketika berada dalam laboratorium
i. Menggunakan alat pelindung mata/muka jika terdapat risiko percikan
bahan infeksi saat bekerja.

39
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Pendahuluan
Pelayanan laboratorium kesehatan penting dalam promotion, prevention, diagnosis,
pemantauan pengobatan dan prognosis serta survailance untuk kesehatan perorangan,
masyarakat dan lingkungan. Pada dasarnya setiap aktivitas yang ada di laboratorium,
harus memiliki pedoman baku yang mendukungnya, dari sistem mutu (normatif,
kebijakan) secara keseluruhan sampai dengan proses paling teknis. Demi menjamin
tercapainya dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, diperlukan bakuan mutu berupa
standar/bakuan yang tertulis yang dapat dijadikan pedoman kerja bagi tenaga pelaksana.
1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan
bagaimana prosedur melakukan suatu aktifitas.
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga pelaksana baru
yang akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu aktifitas.
3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis akan
menjamin konsistennya mutu hasil yang dicapai.

Bakuan mutu dapat dibagi menurut beberapa jenis berdasarkan jenjang hirarki dalam
suatu organisasi. Setiap jenjang jabatan memiliki kewenangan maupun kewajiban tertentu
dalam menciptakan dan memelihara mutu, dan hal itu tercermin dari jenis dan atau nama
dokumen/bakuan mutu yang digunakan. Semakin tinggi jenjang jabatannya, semakin
normatif sifat dokumen dan aktifitas yang berada dibawah tanggung jawabnya. Semakin
rendah jenjang jabatannya, semakin teknis sifat dokumen dan aktifitas yang menjadi
kewenangan dan tanggung jawabnya. Pada umumnya jenjang dokumen bakuan terbagi
atas tiga jenjang :
1. Normatif
Pedoman Mutu/Kebijakan Mutu yng memuat segala kebijakan dalam hal mutu yang
berlaku dalam lingkungan laboratorium bersangkutan. Dari pedoman seperti ini harus
tercermin secara garis besar sasaran mutu yang ingin dicapai dan segala upaya yang
dilakukan agar sasaran mutu tersebut dapat benar-benar tercapai.
2. Tingkat Menengah
Prosedur operasi baku / Standard Operating Procedure/ Prosedur Tetap, yang memuat
langkah-langkah utama dalam mengerjakan suatu aktivitas, sebagai contoh: Prosedur
40
baku pendaftaran dan penerimaan Pasien/Spesimen, Prosedur Pengendalian mutu
internal dll.
3. Teknis
Petunjuk Teknis/Instruksi Kerja, yang mengatur bagaimana segala langkah teknis
harus dilakukan. Sebagai contoh: dalam prosedur pemeriksaan yang disebutkan diatas
dirinci langkah-langkah yang harus dilakukan.
4. Dokumen Pendukung
Dokumen pendukung adalah setiap informasi, termasuk pernyataan kebijakan, buku
teks, spesifikasi, data kalibrasi, rentang acuan biologis dan sumbernya, grafik poster,
catatan, memorandum, perangkat lunak, gambar, rencana dan dokumen external
seperti peraturan dan standar.
a. Verifikasi
Verifikasi merupakan tindakan pencegahan terjadinya kesalahan dalam melakukan
Verifikasi merupakan tindakan pencegahan terjadinya kesalahan dalam melakukan
kegiatan laboratorium mulai dari tahap pra analitik sampai dengan melakukan
pencegahan ulang setiap tindakan /proses pemeriksaan.
Adapun verifikasi yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Tahap pra analitik
 Faktor preanalitik memiliki peran terbesar terhadap kualitas hasil lab
dimana persentase kesalahan pada tahap preanalitik sebesar 46 – 68,2 %
yang terkait didalamnya adalah: (Identifikasi pasien,persiapan pasien
pemilihan dan persiapan lokasi venipuncture). Pada saat identifikasi pasien
sangat penting diperhatikan adalah pengambilan darah dari pasien yang
benar, pengambilan darah dari pasien keliru atau pelabelan yang keliru
laboratory error, perawat, dokter, keluarga pasien membantu identifikasi
pasien yang tidak sadar/tidak mampu berbicara.
 Kesalahan preanalitik ringan/tidak berdampak sampai kematian:
pemasangan tourniquet, teknik flebotomi, urutan tabung, dan homogenisasi
sampel.
 Pemilihan lokasi flebotomi, lokasi venipuncture: vena mediana cubiti, vena
cephalica, vena basilica dekat dengan saraf dan arteri brachialis, perlu
perhatian.

41
 Persiapan Venipuncture: desinfektan dengan alcohol dari pusat keluar
dengan gerakan, tunggu kering. Kontaminasi alcohol dapat menyebabkan
hemolisis (peningkatan potassium, lactate dehydrogenase, iron,
magnesium) nyeri dan rasa seperti terbakar saat venipuncture.
 Pemasangan Torniquet :
- Pemasangan tourniquet 3 – 4 inchi diatas, lokasi venipuncture ketika
darah mengalir pada tabung pertama
- Pemasangan tourniquet yang lama bisa terjadi peningkatan hasil
pemeriksaan kimia klinik seperti serum protein, potassium dan asam
laktat.
 Tehnik venipuncture dan urutan tabung :
- Urutan tabung harus sesuai dengan yang ditetapkan yaitu :
pengambilan kultur terlebih dahulu kemudian darah citrate, darah
beku, darah troponin, darah, darah EDTA, dan yang terakhir darah NaF
(pemeriksaan glukosa )
 Homogenisasi tabung: semua tabung dengan bahan aditif dihomogenisasi
untuk tabung serum, tabung SST: bolak-balik 5x, tabung heparin, tabung
EDTA bolak-balik 8 – 10 x mencegah clotting, jangan dikocok terlalu kuat.
 Volume spesimen: perbandingan darah dengan bahan aditif harus sesuai
misal: jika tabung heparin 5 ml diisi hanya 3 ml --- konsentrasi heparin
tinggi. Tabung expired tidak boleh digunakan bisa mengakibatkan: vacuum
menurun, perubahan pada bahan aditif dalam tabung. Tabung marah atau
SST diamkan selama 30 menit posisi tegak agar tabung membeku, biarkan
pada suhu ruang. Untuk sampel plasma tidak perlu menunggu pembekuan
sebelum sentrifugasi.
 Sentrifugasi :
Swinging bucket dengan kecepatan 1.100 - 1.300 RCF.
Sebaiknya tidak dilakukan re-sentrifugasi bisa meningkatkan kadar
potassium.
 Stabilitas Whole Blood, serum dan plasma :
- serum atau plasma dipisahkan dari eritrosit dalam 2 jam setelah
venipuncture

42
- Sampel stabil pada suhu ruang selama 8 jam, dan 48 jam pada suhu 2 – 8
0
C setelah 48 jam sebaiknya dibekukan pada suhu -200C pada tabung
aliquot.
 Penanganan khusus sampel darah :
- Penggunaan ice pack misal: adrenocorticotropic hormone, ACTH,
angiotensin converting enzyme, ACE acetone, ammonia,
catecholamines, free fatty acids, lactic acid, pyruvate dan rennin.
- sensitive terhadap cahaya bungkus tabung
- Formulir permintaan pemeriksaan
Apakah identitas pasien, identitas pengirim (dokter, lab pengirim)
nomor laboratorium, tanggal pemeriksaan, permintaan pemeriksaan
sudah lengkap dan jelas, Apakah semua permintaan pemeriksaaan
sudah ditandai.
- Persiapan pasien
- Pengambilan dan penerimaan spesimen
- Penanganan spesimen:
Apakah pengolahan spesimen dilakukan sesuai persyaratan,apakah
penyimpanan spesimen sudah tepat,penanganan spesimen sudah benar
untuk pemeriksaan – pemeriksaan khusus.
- Persiapan sampel untuk analisa
Apakah kondisi sampel memenuhi persyaratan,apakah volume sampel
sudah cukup dan identifikasi sudah benar.
- Penanganan dan pemerosesan sampel yang tepat.
-
2. Tahap analitik
Faktor analitik : Kesalahan pada tahap analitik sebesar 7 – 13,3 % ,
kompetensi, control, metode pemeriksaan, prosedur pemeriksaan,
pemeliharaan alat,pemantauan bahan/reagen, validasi tes pemeriksaan .
 Faktor kesalahan analitik
- Tidak dilakukan kalibrasi,hasil lab diberikan ketika control di luar
range, pengukuran spesimen dan atau reagen tidak tepat , persiapan
reagen tidak tepat, penyimpanan reagen tidak memenuhi syarat atau

43
reagen digunakan setelah expiration date, pemeliharaan alat tidak
dilakukan.
- In akurasi : reference ranges dan cut-off points tidak tervalidasi ---
misdiagnosis, terapi tidak adekuat,kegagalan terapi.
- Impresisi : Reprodusibilitas yang buruk : pemantauan hasil lab pasien
tidak tervalidasi.
- Insensitivitas : perubahan sensitivitas pemeriksaan --- kemampuan
deteksi menurun, mempengaruhi kemampuan tes yang mendekati limit
deteksi.
- Masalah linearitas : hasil dapat inakurat pada konsentrasi analit atau
aktifitas analit sangat tinggi.
- Persiapan reagen/media
Apakah reagen memenuhi syarat, masa kadaluwarsa tidak terlampai,
apakah cara pelarutan dan pencampurannya sudah benar, apakah
pelarutnya aquadest sudah memenuhi syarat.
- Pipettasi reagen dan sampel
Apakah semua peralatan laboratorium yang digunakan bersih , memenuhi
persyaratan, Apakah pipet yang digunakan sudah dikalibrasi, apakah
pipetasi sudah dlakukan dengan benar, dan urutan prosedur sudah
dilakukan dengan benar.
- Inkubasi
Apakah suhu inkubasi sesuai dengan persyaratan, dan waktu inkubasi
sudah tepat
- Pemeriksaan
Apakah alat /instrumen sudah berfungsi dengan baik (dapat dipercaya)
hasil pemeriksaan fungsi dan hasil perawatannya.
- Pembacaan hasil
Apakah perhitungan pengukuran , identifikasi dan penilaian sudah benar.

3. Tahap Post Analitik


a. Pelaporan hasil :
Perhatikan apakah form hasil bersih, tidak salah transkrip, tulisan sudah
jelas, dan apakah terdapat kecendrungan hasil pemeriksaan atau hasil
44
abnormal. Hasil di laboratorium UPT RS Nyitdah apabila ditemukan hasil
yang kritis maka akan segera dilaporkan yaitu lima menit setelah hasil
keluar dari alat maka lima menit setelah itu kita infomasikan ke perawat
atau dokter DPJP.
Kesalahan pada tahapan Post Analitik seperti :
 Kesalahan transkrip dalam melaporkan hasil
 Kesalahan pengiriman hasil laboratorium
 Hasil laboratorium tidak terbaca
 Hasil laboratorium tidak terkirim
Dampak kesalahan :
 Patient safety menurun
 Penanganan pasien tidak adekuat dan tidak tepat
 Ketidaknyamanan pada pasien
 Misdiagnosis
 Membahayakan pasien
 Kematian
Apa yang harus dilakukan :
 Membangun workflow yang sistematik
 Identifikasi critical processes
 Monitoring berkelanjutan
 Memperkirakan accidental events sehingga dapat dipersiapkan pencegahan
lebih awal
 Memperkuat ketahanan dan menurunkan kerentanan.
b. Audit
Audit adalah proses menilai atau memeriksa kembali secara kritis berbagai
kegiatan yang dilaksanakan di dalam laboratorium. Audit dibagi dalam audit
internal dan audit eksternal.
Audit internal dilakukan oleh tenaga laboratorium yang sudah senior, penilaian
dilakukan haruslah dapat mengukur berbagai indikator penampilan laboratorium
misalnya kecepatan pelayanan, ketelitian laporan hasil pemeriksaan lab, dan
mengidentifikasi titik lemah dalam kegiatan laboratorium yang menyebabkan
sering terjadi.

45
Audit eksternal bertujuan untuk memperoleh masukan dari pihak lain diluar
laboratorium atau pemakai jasa lab terhadap pelayanan dan mutu laboratorium.
Pertemuan antara kepala-kepala laboratorium untuk membahas dan
membandingkan berbagai metode, prosedur kerja,biaya dan lain-lain merupakan
salah satu bentuk dari audit eksternal.
c. Validasi Hasil

Validasi hasil merupakan upaya untuk memantapkan kualitas pemeriksaan yang


telah diperoleh melalui pemeriksaan ulang oleh laboratorium rujukan.
Pemeriksaan ulang ini dapat diperoleh dengan cara :
1. Laboratorium mengirim spesimen dan hasil pemeriksaan ke laboratorium
rujukan untuk diperiksa, dan hasilnya dibandingkan terhadap hasil
pemeriksaan laboratoium pengirim.
2. Persentase tertentu dari hasil pemeriksaan positif dan negatif dikirim
kelaboratorium rujukan untuk diperiksaa ulang.

1. Pendidikan dan Latihan


Pendidikan dan latihan laboratorium merupakan hal yang sangat penting dalam
program pemantapan mutu.
Pendidikan dan latihan tenaga harus direncanakan secara berkelanjutan dan
berkesinambungan, serta dilaksanakan dan dipantau.
2. Panduan Mutu
Panduan mutu adalah dokumen yang menjelaskan seluruh sistem manajemen mutu
dan struktur dokumentasi (pedoman, prosedur, instruksi kerja dll) yang digunakan
dalam sistem manajemen mutu. Panduan mutu dapat digunakan sebagai acuan untuk
pengembangan dan pelaksanaan prosedur lain. Panduan mutu harus menjelaskan peran
dan tanggung jawab manajemen teknis manajer mutu (atau yang ekivalen), termasuk
tanggung jawab mereka untuk menjamin pengelolaan praktek laboratorium kesehatan
yang baik.
Semua petugas harus diberi instruksi tentang penggunaan, penerapan, dan persyaratan
penerapan Panduan mutu berikut dokumen yang diacu . Seorang petugas harus
ditunjuk oleh manajemen laboratorium untuk bertanggung jawab atas pemutakhiran
panduan mutu sehingga panduan mutu yang digunakan setiap saat terjamin
kemutakhirannya terhadap sistem yang ditetapkan oleh manajemen.

46
3. Tujuan
a. Manajemen laboratorium harus bertanggung jawab atas perencanaan,pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi untuk perbaikan sistem manajemen laboratorium.
b. Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan.
c. Pemantapan dan penyempurnaan metode pemeriksaan dengan mempertimbangkan
aspek analitik dan klinis.
d. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak
terjadi dan perbaikan penyimpangan dapat dilakukan segera.
e. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan,
pengiriman, penyimpanan dan pengolahan spesimen sampai dengan pencatatan
dan pelaporan telah dilakukan dengan benar.
f. Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya.

B. Latar Belakang
1) Pemantapan mutu ( Quality Assurance ) Laboratorium Klinik
Laboratorium berfungsi baik apabila terjalin dalam suatu jejaring kerja untuk
meningkatkan akses dan mutu pelayanan. Pemantapan mutu laboratorium
(manajemen dan teknis). Semua kegiatan yang ditujukan untuk menjamin
ketelitian dan ketepatan hasil Pemeriksaan laboratorium klinik. Untuk pemantauan
mutu semua aspek harus dilihat antara lain : Prinsip dalam membakukan aktifitas
laboratorium dimana pembakuan disini dibuat berjenjang berdasarkan jenjang
aktifitas yang ada dalam laboratorium. Jenjang tertinggi adalah Pedoman mutu
yang merupakan kebijakan tertinggi dalam menjamin mutu laboratorium dan
dibuat oleh pimpinan laboratorium bersangkutan. Jenjang kedua adalah kelompok
prosedur pada kedua tertinggi misalnya diseksi-seksi, dan dibuat oleh pimpinan
seksi yang bersangkutan. Bakuan yang berkedudukan berbeda sebaiknya diberi
nama berbeda misalnya :
1. Bakuan pada jenjang tertinggi dapat disebut sebagai panduan mutu
2. Bakuan pada jenjang berikutnya disebut prosedur tetap, dan pada jenjang
paling teknis disebut sebagai petunjuk kerja
3. Sistem mutu secara keseluruhan dibuat oleh pimpinan laboratorium ,prosedur
pemeliharaan alat dibuat oleh staf yang diberi tanggung jawab atas
pemeliharaan alat.

47
4. Bakuaan harus mengandung komponen yang menjamin bahwa bakuan
tersebut telah benar dan selalu digunakan ditempat yang tepat dan oleh orang
tepat pula.Harus dicegah kemungkinan terjadi penggunaan prosedur yang
sudah kedaluwarsa, yang sudah tidak digunakan lagi karena sudah
mendapatkan revisi baru.
5. Prosedur baku yang dibuat harus mampu menjawab pertanyaan : mengapa
aktivitas itu dilakukan,apa yang dilakukan , dimana aktivitas itu dilakukan,
siapa yang melakukan, kapan dilakukan dan bagaimana pekerjaan itu
dilakukan.
6. Tiap prosedur baku harus didukung oleh dokumen (formulir) yang dalam
aktivitas sehari-hari membuktikan bahwa prosedur tersebut memang ditaati.
Sebagai contoh: bila dibuat prosedur baku untuk setiap hasil pemeriksaan yang
mengandung langkah pemeriksaan ulang untuk setiap hasil menyimpang, maka
perlu disediakan dokumen yang ditandatangani oleh pelaksana pemeriksaan
sehingga akan menjadi bukti bahwa langkah pengulangan benar-benar telah
dilakukan. Dengan demikian terjamin bahwa prosedur yang ditetapkan
memang benar dilaksanakan.
7. Setiap kali ada perubahan pada prosedur kerja, Prosedur tetap harus juga
mengalami penyesuaian.

2) Manajemen Mutu
Suatu organisasi yang baik harus mempunyai sistem manajemen mutu yaitu
kebijakan, prosedur, dokumen dan lainnya yang bertujuan agar mutu pemeriksaan
dan sistem mutu secara keseluruhan berlangsung dengan pengelolaan yang baik
dan terkendali secara terus menerus. Kebijakan, proses, program, prosedur dan
instruksi harus didokumentasikan (berupa dokumen tertulis yang disimpan dan
dipelihara sedemikian rupa sehingga mudah digunakan dan selalu terjaga
kemutakhirannya) dan dikomunikasikan kepada semua petugas yang terkait.
Manajemen harus memastikan melalui proses sosialisasi, pelatihan, penyeliaan,
pengawasan dan cara lain yang menjamin bahwa dokumen itu dimengerti dan
diterapkan oleh mereka yang ditugaskan untuk menggunakannya.
Sistem manajemen mutu mencakup pendidikan dan pelatihan berkelanjutan,
pemantapan mutu internal, pemantapan mutu eksternal, verifikasi, validasi, audit
internal dan akreditasi.
48
Kegiatan Pemantapan Mutu (Quality Assurance) mengandung komponen-
komponen :
1. Pemantapan Mutu Internal ( Internal Quality Control )
Pemantapan Mutu Internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang
dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus agar tidak
terjadi atau mengurangi kejadian error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil
pemeriksaan yang tepat. Cakupan objek pemantapan mutu internal meliputi
aktivitas: tahap pra-analitik, tahap analitik dan tahap pasca analitik. Bertujuan
untuk mendeteksi adanya kesalahan secara dini. Pemantapan mutu yang efektif
dan bermakna akan terjadi apabila PMI dan PME dilakukan secara bersama.
Beberapa kegiatan pemantapan mutu internal yang dibahas :
a. Persiapan pasien
b. Sebelum spesimen diambil, pasien harus dipersiapkan terlebih dahulu
dengan baik sesuai dengan persyaratan pengambilan spesimen
c. Pengambilan dan pengolahan spesimen
Spesimen harus diambil secara benar dengan memperhatikan waktu, lokasi,
volume, cara, peralatan, wadah spesimen, pengawet/antikoagulan sesuai
dengan persyaratan pengambilan spesimen.
d. Kalibrasi peralatan
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium adalah peralatan laboratorium, oleh karena itu alat perlu
dipelihara dan dikalibrasi secara berkala. Contoh Lemari es
(Refrigerator/Freezer : Catat suhu setiap harinya dengan termometer atau
suhu yang terlihat pada digital display pada freezer, termometer yang
digunakan harus sesuai dengan suhu alat yang dikalibrasi, misal 2-8 oC,
secara berkala periksa dengan termometer standar, cocokkan hasil yang
didapat antara suhu yang ditunjukkan oleh termometer digital display
dengan termometer standar.
e. Uji kualitas air
Air didalam laboratorium digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain
pengenceran reagen,kebutuhan mutu air berbeda-beda tergantung dari
tujuan air tersebut digunakan misalnya air derajat reagen harus bebas dari
zat-zat yang mengganggu analisa.

49
f. Uji Kualitas Reagen
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Etiket/label wadah
Umumnya pada reagen komersial sudah tercantum atau kode bahan,
tanggal produksi dan batas kadaluwarsa serta nomor batch reagen
tersebut.
2. Batas Kadaluwarsa
Masa kadaluwarsa yang tercantum pada kemasan hanya berlaku untuk
reagen yang disimpan pada kondisi baik dan belum pernah dibuka,
karena reagen yang wadahnya sudah pernah dibuka mempunyai masa
kadaluwarsa lebih pendek dari reagen yang belum dibuka.
3. Keadaan fisik
Kemasan harus dalam keadaan utuh, isi tidak mengeras dan tidak ada
perubahan warna,
g. Uji Ketelitian-Uji ketepatan
Hasil laboratorium digunakan untuk menentukan diagnosis, pemantauan
pengobatan dan prognosis, maka amatlah perlu untuk selalu menjaga mutu
hasil pemeriksaan, dalam arti mempunyai tingkat akurasi dan presisi yang
dapat dipertanggungjawabkan.Hal-hal penting yang harus diperhatikan :
- Presisi dan Akurasi
Nilai presisi menunjukkan seberapa dekat suatu hasil pemeriksaan
bila dilakukan berulang dengan sampel yang sama Ketelitian
terutama dipengaruhi oleh kesalahan acak yang tidak dapat
dihindari. Presisi biasanya dinyatakan dalam nilai koefisien variasi
(% KV atau % CV) yang dihitung dengan rumus berikut:
KV % = SD x 100 % dibagi X
SD = Simpangan baku
X = Rata –rata hasil pemeriksaan berulang
- Akurasi ( Ketepatan ) atau inakurasi ( ketidaktepatan )dipakai untuk
menilai adanya kesalahan acak atau sistematik atau keduanya, Nilai
akurasi menunjukkan kedekatan hasil terhadap nilai sebenarnya
yang telah ditentukan oleh metode standar. Distribusi hasil
pemeriksaan yang tersebar disekitar nilai pusat menunjukkan

50
kesalahan acak. Pergeseran hasil pemeriksaan dari hasil sebenarnya
menunjukkan kesalahan sistematik.
- Jenis Kesalahan
Dalam proses analisis ada tiga jenis kesalahan yaitu :
1. Inherent Random Error merupakan kesalahan yang hanya
disebabkan oleh limitasi metodik pemeriksaan.
2. Systematic Shift ( Kesalahan sistematik ): suatu kesalahan yang
terus menerus dengan pola yang sama, hal ini dapat disebabkan
oleh standar, kalibrasi atau instrumentasi yang tidak baik.
Kesalahan ini berhubungan dengan akurasi (ketepatan).
3. Random Error (Kesalahan Acak ): suatu kesalahan dengan pola
yang tidak tetap. Penyebabnya adalah ketidakstabilan, misalnya
pada penangas air, reagen, pipet dan lain-lain. Kesalahan ini
berhubungan dengan presisi (ketelitian).

2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)


Pemantapan mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara
periodik oleh pihak lain di luar laboratorium yang bersangkutan untuk
memantau dan menilai penampilan suatu laboratorium dalam bidang
pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal
dilaksanakan oleh pihak pemerintah, swasta atau internasional.
Setiap laboratorium wajib mengikuti Pemantapan Mutu Eksternal yang
diselenggarakan oleh pemerintah secara teratur dan periodik meliputi semua
bidang ini pemeriksaan laboratorium.
Dalam pelaksanaannya kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal ini
mengikutsertakan semua laboratorium baik milik pemerintah maupun swasta
dan dikaitkan dengan akreditasi lboratorium kesehatan serta perizinan
laboratorium kesehatan. Pemerintah menyelenggarakan pemantapan mutu
eksternal untuk berbagai bidang pemeriksaan dan diselenggarakan pada
berbagai tingkatan, yaitu :
- Tingkat nasional/tingkat pusat
- Tingkat regional
- Tingkat provinsi/wilayah

51
Kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal sangat bermanfaat bagi suatu
laboratorium sebab dari hasil evaluasi yang diperoleh dapat menunjukkan
perfomance (penampilan/proficiency) laboratorium yang bersangkutan dalam
bidang pemeriksaan yang ditentukan. Setiap nilai yang diterima dari
penyelenggara dicatat dan dievaluasi untuk mencari penyebab-penyebab dan
mengambil langkah-langkah perbaikan.

52
BAB IX
PENUTUP

Buku Pedoman Pelayanan Laboratorium UPTD. Rumah Sakit Nyitdah merupakan


buku panduan untuk semua petugas laboratorium yang nantinya dapat digunakan dan
diterapkan. Secara garis besar buku ini bisa dijabarkan mengenai jenis pelayanan, alur
penerimaan pasien, keselamatan pasien dan petugas. Laboratorium rujukan berperan apabila
Laboratorium UPTD. Rumah Sakit Nyitdah tidak mampu mengerjakan maka akan dikirim ke
laboratorium rujukan. Demi lancarnya pelayanan laboratorium didukung dengan logistik
yang memadai.
Dengan adanya Buku Pedoman Pelayanan Laboratorium UPTD. Rumah Sakit Nyitdah
ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan di Laboratorium UPTD. Rumah Sakit Nyitdah
secara berdaya guna dan berhasil guna.

53

Anda mungkin juga menyukai