Anda di halaman 1dari 29

PEDOMAN MANAJEMEN FASILITAS

DAN KESELAMATAN

RS DHARMA KERTI
2022
1
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DHARMA KERTI
No. 189/RSDK/KEP-02/MFK/IV/2022

TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

DIREKTUR RS DHARMA KERTI

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan good governance di RS


Dharma Kerti beserta bagian pelaksana kerja diperlukan
ketentuan dasar yang mengatur tentang manajemen fasilitas dan
keselamatan di RS Dharma Kerti
b. bahwa ketentuan tersebut menjadi dasar dalam manajemen bagi
semua unit pelaksana kegiatan
c. bahwa ketentuan tersebut menjadi pedoman bagi manajemen di
RS Dharma Kerti

Mengingat : 1. Undang-Undang RI no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Undang-Undang RI no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Presiden RI no 77 tahun 2015 tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit
4. Peraturan Menteri Kesehatan no 4 tahun 2018 tentang Kewajiban
Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Akreditasi Rumah Sakit

MEMUTUSKAN
Menetapkan
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DHARMA KERTI
TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KEAMANAN
Kedua : Isi semua keputusan ini terlampir pada salinan SK berikut ini, yang
harus dilakukan oleh semua bagian pelaksana RS Dharma Kerti
Ketiga : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan / perubahan dalam
keputusan ini akan dilakukan perubahan sebagai mana mestinya
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan direview
dalam tiga tahun

Ditetapkan di Tabanan
pada tanggal 10 Juni 2022
Direktur,

Dewa Putu Sukandi Jayaningrat

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan karena atas berkat dan rahmat-Nya pada kesempatan ini kami dapat
menyelesaikan pedoman manajemen fasilitas dan keselamatan.
Adapun tujuan dari penyusunan pedoman ini adalah sebagai panduan atau
acuan yang dipergunakan sebagai upaya dalam melakukan kegiatan organisasi
pelayanan unit yang merupakan salah satu syarat suatu unit pelayanan untuk dapat
melakukan aktifitas pelayanan. Dalam penyusunan pedoman ini banyak pihak-pihak
yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan sumbangsih baik
berupa tenaga, pikiran, dorongan moril maupun bantuan lain. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada

1. Bapak Dr. Dewa Putu Sukandi Jayaningrat, MM. selaku Direktur RS Dharma
Kerti
2. Bapak Ns. I Ketut Sudiarta, S.Kep., M.Kep, selaku Manager SDM, Marketing
dan IT yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan selama proses
pembuatan Pedoman pengorganisasian ini sampai dengan selesai dan
diterapkan pada unit pelayanan
3. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan
pedoman pengorganisasian ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan pedoman ini masih banyak


kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak
demi kesempurnaan penyusunan selanjutnya.
Semoga pedoman ini dapat diterima sebagai panduan bagi seluruh unit
keperawatan dalam membuat pedoman.

Tabanan, 10 Juni 2022


Penyusun,

3
DAFTAR ISI

SK Pedoman ……………..……………………………………………………………. 2
Kata Pengantar ………………………………………………………………………… 3
Daftar isi ………………………………………………………………………………… 4
Bab I Pendahuluan ……………………………………………………………………. 5
A. Latar belakang …………………………………………………………………. 5
B. Tujuan……………………………………………………………………………. 5
Bab II Gambaran Umum Rumah Sakit……………………………………………….. 6
A. Sejarah Rumah Sakit Dharma Kerti ………………………………………….. 6
B. Jeni Pelayanan dan fasilitas di rumah sakit …………………………………. 6
C. Kedudukan tugas pokok dan fungsi ………………………………………….. 7
Bab III Visi, Misi dan tujuan Rumah Sakit ……………………………………………. 8
A. Visi rumah sakit …………………………………………………………………. 8
B. Misi rumah sakit …………………………………………………………………. 8
C. Motto ……………………………………………………………………………… 8
D. Nilai Luhur ……………………………………………………………………….. 8
E. Visi Misi dan tujuan Unit kerja ..……………………………………………….. 8
Bab IV Struktur Organisasi Rumah Sakit …………………………………………….. 9
Bab V Tatalaksana Manajemen Fasilitas Dan Keselamatan ………………………. 11
A. Pengertian ……………………………………………………………………….. 11
B. Keselamatan dan Keamanan …………………………………………………. 12
C. Bahan berbahaya dan beracun ……………………………………………….. 13
D. Penanganan bencana …………………………………………………………. 15
E. Proteksi kebakaran …………………………………………………………….. 18
F. Peralatan Medik ………………………………………………………………… 20
G. System Utilitas ………………………………………………………………….. 22
Bab VI Pola Ketenagaan Dan Kualifikasi Personil …………………………………. 24
Bab VII Infeksi Nosokomial Serta Kesehatan Dan Keselamatan kerja (K3) ……. 25
Bab VIII Pencatatan dan Pelaporan…………………………………………………… 27

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan Kamar Operasi, rawat jalan dan Kamar Operasi(Undang-
Undang No. 44 Tahun 2009). Oleh karenanya, sebuah rumah sakit harus memiliki
sarana dan prasana yang memadai baik dari sisi kualitas maupun kuantitas.
Sarana dan prasarana tersebut meliputi sumber daya manusia dan peralatan
lainnya yang digunakan untuk menunjang pelaksanaan pelayanan kepada
masyarakat.
Perubahan sosial budaya masyarakat dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan dan perkembangan informasi yang demikian cepat dan diikuti oleh
tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan lebih baik, mengharuskan sarana
pelayanan kesehatan untuk mengembangkan diri secara terus menerus seiring
dengan perkembangan yang ada pada masyarakat tersebut. Perkembangan yang
dilaksanakan tahap demi tahap berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit tetap dapat mengikuti perubahan yang ada. Salah satu
usaha peningkatan pelayanan rumah sakit adalah dengan meningkatkan mutu
pelayanan di semua unit pelayanan, baik pada unit pelayanan medik, penunjang
medik, ataupun pada unit pelayanan administrasi dan manajemen.
Rumah Sakit Dharma Kerti berusaha meningkatkan kualitas pelayanan
sesuai dengan standar pelayanan kesehatan dan harapan masyarakat. Dalam
rangka memantau dan memotivasi upaya peningkatan kualitas layanan kesehatan
di Rumah Sakit Dharma Kerti dipandang perlu dibentuk Pedoman manajamen
fasilitas dan keamanan

B. Tujuan
Pedoman ini disusun sebagai ketentuan dasar yang memberi arah kegiatan
peningkatan mutu rumah sakit sehingga menjadi dasar untuk menentukan atau
melaksanakan kegiatan

5
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

A. Sejarah Rumah Sakit Dharma Kerti


RS Dharma Kerti didirikan tahun 1981 yang merupakan rumah sakit swasta
bernafaskan Hindu pertama di Tabanan bahkan di Bali. Pendiriannya diprakarsai
oleh Bapak Gubernur Bali pada saat itu yaitu Bapak Prof Dr. Ida Bagus Mantra,
berada dibawah naungan Yayasan Dharma Usada Resi Markandeya.Dalam
perjalanannya, dengan bergabungnya beberapa investor dan dokter spesialis,
pada bulan Maret 2006 RS Dharma Kerti berubah status badan hukum menjadi PT
Surya Dharma Kerti dengan menggandeng RS Surya Husadha, dengan Akte
Notaris No 1 tanggal 1 Maret 2006 Notaris I Ketut Mustika Udaya. Pada Tahun
2012, RS Surya Husadha menjual sahamnya kepada Investor dari Jakarta,
dengan tidak mengubah nama PT Surya Dharma Kerti. RS Dharma Kertisecara
resmi mendapat ijin operasional secara resmi dengan nomor
503/2293/DPMPPTSP dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Tabanan tanggal 24 September 2018. Tahun 2017
Rumah Sakit Dharma Kerti sudah terakreditasi versi 2012 dengan lulus Perdana.
Fasilitas RS Dharma Kerti dilengkapi dengan fasilitas Rawat Jalan, Kamar
Operasi, Laboratorium, Rontgen, IPAL, danAmbulance Transfort dapat
menyakinkan masyarakat lokal untuk lebih percaya kepada RS Dharma Kerti.
Dengan sarana dan prasarana tersebut diatas, RS Dharma Kerti siap memberikan
pelayanan yang terbaik untuk masyarakat yang berada di Tabanan secara khusus
dan Propinsi Bali secara umum.

B. Jenis pelayanan dan fasilitas di Rumah Sakit Dharma Kerti


1. Klinik umum
2. Medical check up
3. Poliklinik spesialis
a. Interna
b. Anak
c. Bedah umum
d. Kebidanan dan kandungan
e. Mata
f. Jiwa
g. THT
h. Gigi
4. OK
a. 1 Bed Tindakan
b. 1 bed resusitasi
c. 1 bed observasi
d. Oncall 24 jam

5. Ruang bersalin
a. Obstetri : 2 bed
b. Gynecology : 1 bed
6. Kamar Operasi
a. HCU : 2 bed
b. Kelas III : 6 bed
c. Kelas II : 10 bed
d. Kelas I : 12 bed

6
7. Medical
a. Farmasi
b. Laboratorium
c. Radiologi
d. Ruang sterilisasi
e. Ambulance transfort
f. Ruang penyimpanan obat
8. Non medical
a. Tempat parkir
b. IPAL
c. Fire system (APAR)
d. Generator dengan total capacity 4.800 KVa
e. Ruang Aula dengan 60 orang
f. Power supply PLN
g. Unit Gizi
h. Ruang penitipan jenazah

C. Kedudukan, tugas pokok dan fungsi rumah sakit


1. Kedudukan
a. Rumah Sakit Dharma Kerti merupakan rumah sakit swasta yang dipimpin
oleh seorang direktur Rumah Sakit berada dibawah Direktur PT Surya
Dharma Kerti
b. Rumah Sakit Dharm Kerti merupakan Rumah Sakit yang menjadi pusat
rujukan bagi puskesmas dan dokter serta bidan yang praktik mandiri.

2. Tugas Pokok
a. Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan behasil guna
dengan mengutamakan upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) serta melaksanakan
upaya rujukan
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standar pelayanan rumah sakit

3. Fungsi
a. Menyelenggarakan pelayanan medis
b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis
c. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan
d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan
e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
f. Menyelenggarakan pelayanan administrasi umum dan keuangan

7
BAB III
VISI, MISI NILAI DAN TUJUAN RUMAH SAKIT

A. Visi
Menjadi Rumah Sakit Swasta Pilihan Utama di Tabanan.

B. Misi
1. Memberikan pelayanan berkualitas dan terjangkau oleh semua lapisan
masyarakat .
2. Melakukan pengelolaan yang efektif, efisien dan produktif.
3. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan
yang berkelanjutan

C. Motto
BERARTI (Bersih, Rapi, Ramah, Responsif dan Terampil)

D. Nilai luhur
Nilai luhur Rumah Sakit Dharma Kerti, kami jabarkan dalam tiga langkah tegas
yaitu
Input
1. Integitas
Kami bekerja berlandaskan karakter, moral dan etika
2. Profesional
Kami bekerja dengan seluruh kompetensi sesuai tuntutan profesi dan
kebutuhan perusahaan.
3. Kreatif dan inovatif
Kami selalu berusaha menemukan cara-cara baru untuk menjadi lebih baik

Proses
1. Fokus pada pelanggan
Kami menempatkan pelanggan sebagai pihak yang paling penting
2. Tim Kerja yang Solid
Kami berkeyakinan bahwa kualitas unggul hanya mampu diwujudkan oleh tim
yang solid

Output
1. Excellence
Dalam setiap aktivitas, orientasi kami adalah keunggulan dan kesempurnaan

E. Visi, Misi dan Tujuan Unit kerja


Visi dan Misi serta tujuan unit kerja mengacu pada Visi, Misi dan Tujuan rumah
sakit, sehingga tidak ada lagi Visi, Misi dan tujuan unit kerja agar menjadi lebih
fokus untuk mencapai tujuan rumah sakit.

8
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT

Sesuai dengan surat keputusan direktur No: 003/PTSDK/KEP-02/XII/2019 tentang


penetapan struktur organisasi RS Dharma Kerti, maka ditetapkan;
A. Berdasarkan pada
1. Bahwa dalam usaha menyesuaikan dan melaksanakan Undang-undang
Rumah Sakit, telah dibentuk RS Dharma Kerti yang bergerak di bidang
kesehatan;
2. Bahwa untuk lebih jelasnya tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-
masing jabatan sesuai dengan Unit Kerja masing-masing;
3. Bahwa untuk kelancaran operasional, kelancaran pelayanan kesehatan di
unit-unit usaha tersebut dipandang perlu menerbitkan Surat Keputusan
tentang Penetapan Struktur Organisasi RS Dharma Kerti.

B. Memperhatikan
1. Undang-Undang RI no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang RI no. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Presiden RI no 77 tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No: 81/MENKES/SK/I/2004, tentang
Pedoman Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Provinsi/
Kabupaten/ Kota/ Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 971/MENKES/PER/IX/2009 tentang
Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan
Perijinan Rumah Sakit
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 12 Tahun 2012 tentang Akreditasi
Rumah Sakit

C. Menetapkan
1. Keputusan Direktur Rumah Sakit tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit
Dharma Kerti
2. Dengan diterbitkannya surat keputusan ini, maka surat keputusan no
008/RSDK/III/2017 Tentang Struktur Organisasi RS Dharma Kerti tidak berlaku
lagi.
3. Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan / perubahan dalam keputusan ini akan
dilakukan perubahan sebagai mana mestinya
4. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan direview dalam tiga tahun
kedepan

9
Struktur Organisasi RS Dharma Kerti

Gambar 1. Struktur Organisasi RS Dharma Ker

10
BAB V
TATALAKSANA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

A. PENGERTIAN
1. Kepemimpinan dan perencanaan adalah Rumah sakit selalu menjaga
fasilitas fisik dan lingkungan yang dimiliki dengan melakukan inspeksi fasilitas
secara berkala dan secara proaktif mengumpulkan data serta membuat strategi
untuk mengurangi risiko dan meningkatkan kualitas fasilitas keselamatan,
kesehatan dan keamanan lingkungan pelayanan dan perawatan serta seluruh
area rumah sakit.
2. Keselamatan RS Dharma Kerti adalah mengelola aktivitas staf untuk
mengruangi risiko cedera pekerjaan dan lingkungan rumah sakit
3. Keamanan RS Dharma Kerti adalah usaha untuk meminimalkan risiko dan
bahaya yang dapat terjadi dalam lingkungan fisik Rumah Sakit serta mengelola
aktivitas staf untuk mengurangi risiko cedera pekerjaan dan lingkungan rumah
sakit.
4. Bahan Dan Limbah Berbahaya adalah bahan dan limbah yang memiliki
potensi membahayakan bagi manusia maupun lingkungan. Pedoman ini
bertujuan untuk meminimalkan risko bahaya maupun cidera. Proses yang
dilaksanakan meliputi edukasi, informasi prosedur untuk penggunaan yang
aman, penyimpanan dan pembuangan seta pengelolaan bila terpapar dengan
jatuhan bahan berbahaya ini. Dan proses ini dibuat juga untuk mengevaluasi
risiko yang dapat mengancam hidup maupun kesehatan pasien, pengunjung
dan staf rumah sakit
5. Manajemen Kedaruratan Dan Bencana adalah upaya kesiapan rumah sakit
untuk merespon secara efektif kejadian bencana yang ada baik bencana
internal maupun ekternal
6. Penanganan Kebakaran adalah suatu upaya pencegahan terjadinya
kebakaran di Rumah Sakit dan memastikan penghuni Rumah Sakit selamat
dan aman dari risiko adanya cedera maupun kemungkinan kehilangan nyawa
saat terjadinya kebakaran.
7. Manajemen Peralatan medis atau alat kesehatan adalah kegiatan untuk
mengelola dengan baik instrument, apparatus, mesin, implant yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur
memperbaiki fungsi tubuh
8. Utilitas adalah suatu system pendukung yang bersifat vital untuk membantu
pelayanan pasien di sebuah Rumah Sakit. Di RS Dharma Kerti, system utilitas
yang dimaksud adalah :
a. Instalasi Air Bersih
b. Instalasi Listrik dan penggantinya
9. Konstruksi dan Renovasi : risiko terhadap pasien, staf , dan pengunjung
diidentifikasi dan dinilai selama konstruksi, renovasi, pembingkaran dan
aktivitas pemeilharaan launnya
10. Pelatihan : seluruh staf di rumah sakit dilatih dan memiliki pengetahuan
tentang pengelolaan fasilitas rumah sakit

11
B. KESELAMATAN DAN KEAMANAN
a. Identifikasi penghuni RS Dharma Kerti
Mengidentifikasi penghuni RS Dharma Kerti dapat mengurangi dampak
terjadinya kasus pencurian di dalam rumah sakit baik pencurian harta benda
pasien maupun pencurian terhadap bayi. Identifikasi penghuni di RS Dharma
Kerti dilakukan terhadap :
1. Pasien
Pasien diberikan identifikasi dengan gelang identitas yang berisikan
nama, nomor rekam medis dan tanggal laihr. Gelang ini juga diberikan
kepada bayi yang baru lahir. Gelang identitas ada 5 warna tergantung dari
kondisi pasien. Warna merah mudah pasien perempuan, warna biru untuk
pasien laki-laki. Warna merah untuk pasien dengan alergi, warna kuning
untuk pasien berisiko jatuh, warna ungu untuk pasien DNR (Do Not
Resusitasi). Dengan penggunaaan gelang tersebut, dengan mudah dikenali
bahwa orang tersebut adalah pasien RS Dharma Kerti dengan kondisi
kesehatannya saat itu. Ini memudahkan membedakan dari orang yang
bermaksud buruk (menyamar).
2. Penunggu Pasien
Penunggu pasien mendapat sebuah kartu penunggu yang dibagikan oleh
petugas perawatan. Selama di dalam rumah sakit, penunggu pasien wajib
menggunakan kartu penunggu tersebut untuk membedakannya dari
pengunjung lainnya.
3. Karyawan
Setiap karyawan RS Dharma Kerti, selama berada di dalam RS Dharma
Kerti wajib menggunakan tanda pengenal (name tag). Hal ini berlaku pula
untuk tenaga outsourching, dan tenaga dalam masa orientasi
4. Tamu
Tamu diberikan tanda pengenal berupa kalung tamu untuk
membedakan dengan pengunjung pada saat jam-jam berkunjung. Dengan
adanya tanda identitas tersebut, dapat diketahui bahwa orang yang berada
di dalam rumah sakit tanpa tanda identitas adalah pengunjung, dan jika
berada di dalam rumah sakit pada bukan jam berkunjung, maka patut
diwaspadai.

b. Pemeriksaan Fasilitas bangunan secara Berkala


Kegiatan pemeriksaan fasilitas dilakukan setiap 1 bulan sekali yang
merupakan kerjasama antara Unit Pemeliharaan Sarana dengan Tim K3 RS
Dharma Kerti. Bila ditemukan fasilitas yang membahayakan bagi keselamatan
dan keamanan serta kenyamanan pasien, pengunjung dan karyawan, maka
sesegera mungkin dilakukan kegiatan perbaikan atau penggantian untuk
meminimalisir terjadinya insiden
c. Pembatasan Jam Berkunjung.
Penerapan jam berkunjung dapat memberikan kenyamanan kepada pasien
dan penunggunya demi mempercepat penyembuhan pasien. Di samping itu
memudahkan bagi pihak keamanan untuk memantau keamanan di dalam RS
Dharma Kerti. Penutupan pintu berkunjung setelah jam malam menyebabkan
pihak keamanan dapat mengontrol pengunjung kedalam RS Dharma Kerti.

12
d. Menerapkan akses satu pintu keluar masuk rumah sakit
Banyaknya akses keluar masuk rumah sakit memudahkan orang
bermaksud jahat untuk melaksankan niatanya karena akses kabur sangat
mudah. Untuk mencegah hal tersebut, RS Dharma Kerti menerapkan akses
satu pintu bagi pengunjung pasien. Akses lain yang masih ada adalah akses
bagi rekanan untuk mengirimkan barang ke dalam RS Dharma Kerti. Akses itu
tertutup untuk umum dan akan dikunci /digembok pada pukul Sembilan malam
oleh petugas satpam. Akses keluar lainnya adalah melalui ruangan UGD yang
tidak boleh dilalui oleh pengunjung serta akses gas medis di bagian barat UGD
yang tidak mungkin dilalui pengunjung karena terlihat mencolok oleh petugas
satpam.
e. Penggunaan alat CCTV
Untuk memudahkan memonitor keamanan di dalam rumah sakit, maka
dilakukan pemasangan CCTV. Pemasangan CCTV dapat digunakan untuk
mempelajari kebiasaan pengunjung di dalam RS Dharma Kerti dan lokasi-lokasi
yang mungkin dipakai untuk menyembunyikan diri bagi orang yang bermaksud
jahat (pencuri).
f. Perbaikan terhadap fasilitas yang mendukung kegiatan keselamatan dan
keamanan
Untuk mendukung kegiatan keselamatan dan keamanan di RS Dharma Kerti,
makan dilakukan beberapa renovasi yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kepada pasien, keluarga pasien, pengunjung, karyawan dan
stik holder lainnya. Kegiatan renovasi yang dimaksud antara lain :
1. Renovasi rutin
Kegiatan ini misalnya melakukan pengecatan secara rutin untuk
mempercantik ruangan pasien maupun areal umum. Kegiatan lainnya
adalah melakukan perbaikan jika terjadi kerusakan seperti mengganti lantai
yang pecah, karet selasar lepas, pintu yang lepas, plavon yang bocor dan
sebagainya
2. Renovasi untuk meningkatkan pelayanan
Kegiatan ini merupakan renovasi skala yang lebih besar, seperti
pembuatan kamar pasien baru, pembuatan ruangan khusus CSSD,
Laboratorium, poliklinik dan sebagainya untuk dapat memenuhi standar
pelayanan rumah sakit

g. Kebijakan saat terjadinya renovasi bangunan dan kegiatan pembersihan


areal umum
Pembuatan Asesmen Pra Kontruksi merupakan kegiatan awal yang akan
dilakukan untuk dapat melakukan kegiatan renovasi/pembangunan gedung di
RS Dharma Kerti. Asesmen Pra Krontruksi memberikan rambu-rambu bagi
pelaksana pembangunan dalam melaksanakan kegiatan renovasi. Selanjutnya
dalam proses renovasi, dilakukan kegiatan pengawasan/audit kepatuhan
kontraktor terhadap implementasi PCRA
C. BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
Kegiatannya meliputi :
1. Identifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Dalam proses identifikasi B3 ada tiga hal yang perlu diperhatikan disini :

13
a. Mengklasifikasi/mengidentifikasi apakah limbah tersebut termasuk limbah
B3 atau bukan.
b. Mengetahui sifat dan karakteristik limbah sehingga dapat mengetahui
metode pengelolaannya.
c. Menganalisis potensi bahayannya terhadap lingkungan, dan mahkluk hidup
lain.

2. Alur Distribusi Bahan Berbahaya dan Beracun

Pemisahan, Pewadahan,
Labeling,

Timbulan Sampah Pengangkutan oleh Pengumpulan Pada


B3 Pada Sumber CS (Cleaning TPS B3
serfis)

Pencatatan Volume
Pengangkutan dan
Limbah B3
Pengiriman Limbah
B3

Pelaporan

3. Tata Laksana Pengelolaan


a. Pengurangan
Substitusi bahan dilakukan melalui pemilahan bahan baku atau bahan
penolong yang semula mengandung B3 digantikan dengan bahan baku
yang tidak mengandung B3.
b. Penyimpanan
Penghasil limbah B3 wajib melakukan penyimpanan limbah B3. Untuk
dapat melakukan penyimpanan limbah B3, setiap penghasil limbah wajib
memiliki izin Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan limbah
B3. Lokasi penyimpanan limbah B3 bebas banjir dan tidak rawan bencana
alam. Laporan penyimpanan limbah paling sedikit memuat:
• Sumber, nama, jumlah, dan karakteristik limbah B3
• Pelaksanaan penyimpanan limbah B3

14
• Pemanfaatan limbah B3, Pengelolaan limbah B3 atau penimbunan
limbah B3 yang dilakukan sendiri oleh pemegang izin atau
menyerahkan limbah B3 kepada pengumpul limbah B3, pemanfaat
limbah B3, Pengolah Limbah B3 atau penimbun limbah B3.

c. Pemasangan label
Pemasangan label berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal
usul limbah, karakteristik, identitas limbah serta kuantifikasi limbah dalam
suatu kemasan. Label limbah B3 paling sedikit memuat keterangan
mengenai:
• Nama Limbah B3
• Identitas Penghasil Limbah B3
• Tanggal dihasilkan Limbah B3
• Tanggal pengemasan Limbah B3

d. Pengangkutan
Pengangkutan Limbah B3 wajib dilakukan dengan menggunakan alat
angkut yang tertutup untuk limbah B3 kategori 1. Pengangkutan Limbah B3
dapat dilakukan dengan menggunakan alat angkut yang terbuka untuk
Limbah B3 kategori 2. Jika rumah sakit menjalin kerjasama dengan pihak ke
3 dalam proses pengangkutan limbah B3 maka pengangkut limbah B3 wajib
memiliki:
a. Rekomendasi pengangkut limbah B3
b. Izin pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan pengangkutan limbah B3.

e. Kerjasama
Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat
bahaya dan resiko yang mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar
ke lingkungan. Sehingga untuk pengangkutan dan pemusnahan limbah b3
rumah sakit bekerjasama dengan pihak ke 3 yang telah mendapatkan ijin
operasional dari lembaga berwenang.

D. PENANGANAN BENCANA
a. Identifikasi Bencana
Identifikasi risiko bencana internal dan eksternal, berupa hasil Hasard and
vulnerability Assessment (HVA). Kegiatan ini dilakukan oleh Tim K3 RS
Dharma Kerti dengan cara memasukkan semua kemungkinan bencana yang
terjadi di dalam dan di luar rumah sakit kemudian memperhitungkan dampak
yang mungkin terjadi, frekwensi kejadian dan kecepatan pemulihannya
Jenis dan Kemungkinan terjadinya bencana dan konsekwensinya :
NO JENIS KEMUNGKINAN KONSEKWENSI
BENCANA TERJADI
INTERNAL
1 Ledakan tabung Bisa terjadi tapi Terjadinya kebakaran dan
belum pernah korban luka bakar sehingga

15
gas ada. perlu disiapkan ruangan
perawatan luka bakar dan
logistic medis/non medis
dengan jumlah yang memadai
2 Keracunan gas Bisa terjadi tapi Sesak nafas sehingga
belum pernah ada dibutuhkan penanganan
tambahan O2 dan kemungkinan
perawatan intensif
3 Keracunan Bisa terjadi tapi Terjadinya gangguan pada
makanan belum pernah ada pencernaan dan kekurangan
cairan sehingga dibutuhkan
terapi cairan
4 Kebakaran Bisa terjadi tapi Kehilangan material dan
belum pernah ada dibutuhkan ruangan perawatan
luka bakar, persiapan tindakan
operasi untuk kemungkinan
kasus cedera
5 Gempa bumi Kadang-kadang Disiapkan area aman
(3 kali dalam berkumpul dan area luas untuk
setahun) penanganan pasien
6 Ancaman bom Bisa terjadi tapi Kehilangan material dan
belum pernah ada dibutuhkan ruangan perawatan
luka bakar, persiapan tindakan
operasi untuk kemungkinan
kasus cedera
EKSTERNAL
1 Gempa bumi Kadang-kadang Disiapkan area aman
berkumpul dan Disiapkan
Ruangan perawatan emergency
dan logistic medis/non medis
dan kamar operasi
2 Ledakan bom Jarang Disiapkan Ruangan perawatan
emergency dan logistic
medis/non medis dan kamar
operasi
3 Kecelakaan lalu Jarang Disiapkan Ruangan perawatan
lintas (missal) emergency dan logistic
medis/non medis dan kamar
operasi
4 Keracunan Jarang Terjadinya gangguan pada
makanan pencernaan dan kekurangan
cairan sehingga dibutuhkan
terapi cairan
5 Wabah penyakit Jarang Disiapkan ruangan rawat
khusus sesuai jenis penyakit

16
dan ruang isolasi untuk
penyakit menular
6 Tsunami Belum pernah Disiapkan Ruangan perawatan
emergency dan logistic
medis/non medis dan kamar
operasi

b. Pembuatan Hospital Safety Index


Kegiatan ini dilakukan oleh Tim K3 RS Dharma Kerti untuk menentukan
indeks kesiapan RS Dharma Kerti dalam menghadapi bencana. Unsur kunci
pengembangan menuju rumah sakit yang aman adalah dengan melakukan
pengembangan dan penerapan indeks keamanan rumah sakit (hospital safety
index) yaitu alat diagnostic cepat serta murah untuk menilai kemungkinan
bahwa rumah sakit akana tetap beroperasidlaam keadaan darurat dan
bencana. Evaluasi tersebut menghasilkan informasi yang berguna mengenai
kekuatan dan kelemahan rumah sakit serta akan menunjukkan tindakan yang
diperlukan untuk memperbaiki kapasitas manajemen dan keamanan kerja
dalam keadaan darurat serta bencana di rumah sakit.
Untuk mengukur kesiapsiagaan rumah sakit dalam menghadapi bencana
maka rumah sakit akan melakukan self assessment dengan menggunakan
instrument hospital safety index dari WHO tersebut. Dengan melakukan self
assessment tersebut maka rumah sakit diharapkan dapat mengetahui
kekurangan yang harus dipenuhi untuk menghadapi bencana. Setiap tahunnya
akan terjadi peningkatan indeks dengan melakukan pemenuhan/peningkatan
terhadap persyaratan sarana, SDM, dan system penanganan bencana.
c. Simulasi Bencana
Bencana adalah kejadian yang tidak diharapkan dan waktunya tidak dapat
ditentukan. Simulasi bencana merupakan kegiatan yang sangat penting
dilakukan oleh rumah sakit mengingat rumah sakit merupakan tempat
pelayanan pasien yang rata-rata memiliki ketergantungan terhadap karyawan
terutama pada saat terjadi bencana. Simulasi bencana memungkinkan semua
elemen rumah sakit mempelajari segala kemungkinan yang terjadi saat terjadi
bencana yang sesungguhnya dan kekurangan-kekurangan rumah sakit dalam
menghadapi bencana. Dengan adanya simulasi bencana, diharapkan tiap
karyawan mengetahui apa yang mesti dilakukan bila terjadi bencana
sesungguhnya. Setiap tahun akan dilakukan 1 kali simulasi bencana dalam
skala besar (seluruh unit) dengan menentukan jenis bencana yang berbeda-
beda.
d. Kegiatan Debriefing
Kegiatan debriefing merupakan kegiatan yang dilakukan setelah kegiatan
simulasi bencana untuk mengevalusi kegiatan simulasi yang telah
dilaksanakan. Kegiatan ini memungkinkan kita untuk menggali kelemahan dan
kelebihan yang dapat diambil saat terjadi bencana. Dengan kegiatan ini
diharapkan akan menjadi acuan lebih baik bagi simulasi bencana tahun
berikutnya
e. Pembuatan Ruangan Dekontaminasi Di Ugd

17
Untuk menyiapkan Instalasi Gawat Darurat di rumah sakit dalam
menghadapi bencana eksternal maka di UGD perlu ada ruang dekontaminasi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan sebagai berikut :
1. Ruangan ini ditempatkan di sisi depan/luar ruang gawat darurat atau
terpisah dengan ruang gawat darurat
2. Pintu masuk menggunakan jenis pintu swing membuka kea rah dalam
dan dilengkapi dnegan alat penutup auto automatis
3. Bahan penutup pintu harus dapat mengantisipasi benturan-benturan
brankar
4. Bahan penutup lantai tidak licin dan tahan terhadap air
5. Konstruksi dinding tahan terhadap air sampai dengan ketinggian 120 cm
dari permukaan lantai
6. Ruangan dilengkapi dngan sink dan pancuran air (shower)
RS Dharma Kerti belum memiliki ruang dekontaminasi sesuai dengan
ketentuan di atas. Diharapkan ke depannya akan dilakukan pemenuhan sarana
ruang dekontaminasi secara bertahap

f. Fasilitas Penanganan Bencana


Untuk bencana internal seperti gempa bumi dan kebakaran, RS Dharma
Kerti telah menyiapkan sarana seperti adanya titik aman berkumpul, jalur
evakuasi, denah evakuasi dan system komunikasi yang mempu menjangkau
semua unit. Sistem komunikasi ini diharapkan dapat memandu pasien dan
penunggu dalam melakukan kegatan evakuasi menuju titik aman berkumpul
Titik aman berkumpul yang ditetapkan bila terjadi bencana terutama saat
terjadi gempa antara lain :
1. Halaman depan RS Dharma Kerti
2. Parkiran belakang RS Dharma Kerti

g. Organisasi Penanggulangan Bencana


Organisasi penanggulangan bencana di Rumah Sakit RS Dharma Kerti
merupakan organisasi yang terdiri dari semua lini di dalam RS Dharma Kerti.
Dibentuk tim gerak cepat yang terdiri dari security dan enjenering untuk menuju
ke lokasi bencana. Tiap unit yang menemukan bencana agar melaporkan
secepatnya kepada atasannya, kepada tim gerak cepat dan kepada kepala
bencana.
Penemu kejadian akan menghubungi satpam, kemudian satpam akan
melaporkan kejadian kepada kepala bencana. Sistem ini tidak kaku, dapat pula
atasan yang menemukan kejadian segera melaporkan kepada kepala Bencana.
Bila kondisi tidak mampu menyelesaikan bencana, kepala bencana
menghubungi BPBD Tabanan.
Untuk bencana internal dan eksternal yang membutuhkan perawatan
pasien dalam jumlah banyak, digerakkan tim penanggulangan bencana yang
terdiri dari 2 komponen besar yaitu komponen pelayanan pasien dan komponen
manajemen.
E. PROTEKSI KEBAKARAN
1. Melakukan asesmen risiko kebakaran
Rumah sakit harus waspada terhadap keselamatan kebakaran karena
kebakaran adalah risiko yang selalu dapat terjadi di rumah sakit. Dengan

18
demikian, setiap rmah sakit perlu merencanakan bagaimana agar penghuni
rumah sakit aman apabila terjadi kebakaran termasuk bahaya dari asap.
Rumah sakit perlu mealakukan asesmen terus menerus untuk memenuhi
regulasi keamanan kebakaran sehingga secara efektif dapat mengidentifikasi
risiko dan meminimalkan risiko. Asesmen Risiko meliputi :
1. Tekanan dan risiko lainnya di kamar operasi
2. Sistem pemisahan (pengisolasian) dan kompartemenisasi pengendalian
api dan asap
3. Daerah berbahaya (dan ruang di atas langit-langit di seluruh area) seperti
kamar linen kotor, tempat pengumpulan sampah, dan ruang penyimpanan
oksigen
4. Sarana jalan keluar/exit (evakuasi)
5. Dapur yang berproduksi dan peralatan masak
6. Laudry dan linen
7. Sistem tenaga listrik darurat dan peralatannya
8. Gas medis dan komponen system vakum

2. Pencegahan kebakaran melalui pengurangan risiko


Pencegahan kebakaran melalui pengurangan risiko seperti penyimpanan
dan penanganan bahan-bahan mudah terbakar secara aman. Gas-gas medis
yang mudah terbakar dilakukan pengawasan secara berkala dan penempatan
yang benar. Tempat-tempat yang merupakan gudang penyimpanan
arsip/catatan medis agar selalu dilakukan pengawasan untuk mengurangi
risiko
3. Penanganan bahaya terkait konstruksi bangunan
Penanganan bahaya yang terkait konstruksi apapun di atau yang
berdekatan dengan bangunan yang ditempati pasien. Diharapkan bangunan
yang berdekatan dengan ruangan pasien tidak memberikan halangan atau
bahkan menambah situasi menjadi lebih sulit bila terjadi kebakaran
4. Penyediaan jalur evakuasi yang aman saat kebakaran
Untuk bencana internal seperti gempa bumi dan kebakaran, RS Dharma
Kerti telah menyiapkan sarana seperti adanya titik aman berkumpul, jalur
evakuasi, denah evakuasi dan system komunikasi yang mempu menjangkau
semua unit. Sistem komunikasi ini diharapkan dapat memandu pasien dan
penunggu dalam melakukan kegiatan evakuasi menuju titik aman berkumpul
Titik aman berkumpul yang ditetapkan bila terjadi bencana terutama saat terjadi
gempa antara lain :
a. Halaman depan RS Dharma Kerti
b. Parkiran Belakang RS Dharma Kerti
5. Penyediaan system peringatan dini
Sistem peringatan dini yang ada di RS Dharma Kerti adalah dengan
menggunakan HT. Di RS Dharma Kerti belum ada pemasangan smoke
detector yaitu alat untuk mendeteksi adanya aktivitas asap di dalam ruangan
tersebut. Diharapkan dengan pemberitahuan melalui HT, karyawan/orang di
sekitarnya akan mendengar alarm tersebut dan secepatnya melakukan
tindakan pemadaman api atau mengaktifkan red code.

19
6. Penyediaan mekanisme pemadaman api
Mekanisme pemadaman api di RS Dharma Kerti adalah sebagai berikut :
a. Menggunakan APAR (alat pemadam api ringan)
Hampir semua unit dipasangkan APAR yang dapat dijinjing oleh 1
orang. APAR merupakan mekanisme pemadaman api pertama untuk api
kecil. Tiap jarak 10-15 meter di dalam gedung RS Dharma Kerti terdapat
Apar yang telah dilengkapi dengan cara penggunaannya
7. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok
Kegiatan yang dilakukan adalah pemasangan larangan merokok dan
kawasan tanpa rokok serta sosialisasi KTR kepada seluruh karyawan, pasien,
penunggu dan pengunjung. Bagian satpam berhak menegur pengunjung yang
merokok di kawasan RS Dharma Kerti. Kantin tidak diperbolehkan untuk
menjual rokok serta tidak disediakan tempat khusus merokok dan asbak.
Dengan pengawasan dan sosialisasi secara teratur diharapkan benar-benar
tercapai kawasan tanpa rokok di RS Dharma Kerti.
8. Melakukan simulasi kebakaran
Bencana adalah kejadian yang tidak diharapkan dan waktunya tidak dapat
ditentukan. Simulasi kebakaran merupakan kegiatan yang sangat penting
dilakukan oleh rumah sakit mengingat rumah sakit merupakan tempat
pelayanan pasien yang rata-rata memiliki ketergantungan terhadap karyawan
terutama pada saat terjadi bencana. Simulasi bencana kebakaran
memungkinkan semua elemen rumah sakit mempelajari segala kemungkinan
yang terjadi saat terjadi bencana yang sesungguhnya dan kekurangan-
kekurangan rumah sakit dalam menghadapi bencana. Dengan adanya simulasi
bencana, diharapkan tiap karyawan mengetahui apa yang mesti dilakukan bila
terjadi bencana sesungguhnya, terutama dalam hal pembagian tim Red code
(code red)
9. Melakukan pelatihan proteksi kebakaran
Pelatihan proteksi kebakaran meliputi :
a. Pengetahuan dasar tentang api dan penyebab kebakaran
b. APAR dan cara penggunaannya
c. Sistem red code (code red) saat terjadi kebakaran
d. Komunikasi saat terjadi kebakaran
e. Jalur evakuasi
Dengan pelatihan secara kontinyu diharapkan karyawan, tenan,
outshourching dapat mengambil tindakan yang tepat saat terjadi kebakaran.
Diharapkan semua karyawan terpapar kegiatan pelatihan proteksi kebakaran

F. PERALATAN MEDIK
1. Inventarisasi Peralatan Medis
Setiap unit yang menggunakan peralatan medis wajib melakukan
inventarisasi peralatan medis setiap 6 bulan sekali dan melaporkannya kepada
Unit Pemeliharaan Sarana dan Bagian Logistik. Bagian Logistik merekapitulasi
semua peralatan medis di semua Unit di RS Dharma Kerti.
2. Uji Coba Alat Medis

20
Proses pengadaan peralatan medis baru mengikuti alur pengadaan alat
secara umum. Setiap pengadaan alat medis akan dilakukan uji coba terhadap
alat tersebut dan dilakukan pelatihan penggunaan alat oleh rekanan kepada
pengguna alat.
Untuk menjaga kualitas alat medis maka setiap pagi dilakukan kegiatan uji
coba terbadap semua alat medis di masing-masing unit. Kepala Ruangan atau
Kepala Unit melakukan kegiatan uji coba tersebut. Jika kepala Ruangan atau
Kepala Unit berhalangan, ditunjuk petugas lain oleh Kepala Ruangan atau
Kepala Unit atau structural Keperawatan di atasnya.
Hasil uji coba dicatat dalam Buku uji coba alat beserta paraf petugas yang
melakukan uji coba. Jika hasil uji coba meragukan, maka dikirimkan ke Unit
Pemeliharaan Sarana untuk diperbaiki oleh teknisi elektromedik. Pengiriman
inipun dicatat dalam keterangan buku uji coba alat tersebut. Untuk alat yang
tergolong KSO, maka jika terjadi masalah dilaporkan kepada teknisi alat yang
bersangkutan.
3. Pemeliharaan Rutin Peralatan Medis
Pemeliharaan rutin peralatan medis dilakukan setiap sebulan sekali oleh
tenaga elektromedis yang mempunyai kompetensi di bidang pemeliharaan
peralatan medis. Petugas elektromedis akan mendatangi unit-unit pelayanan
untuk melakukan pemeliharaan peralatan medis. Untuk alat yang tergolong
KSO maka pemelhiraan dan kalibrasi rutin dilakukan oleh teknisi peralatan
yang bersangkutan.Untuk jenis alat tertentu, pemeliharaan dilakukan juga oleh
rekanan pemasok alat sebagai program purna jual rekanan tersebut. Hasil dari
pemeliharaan tersebut dilaporkan kepada unit yang bersangkutan dan ke
bagian Logistik.
4. Kalibrasi Peralatan Medis
Kegiatan kalibrasi alat medik dilakukan setiap 1 tahun sekali. RS Dharma
Kerti akan bekerja sama dengan Instansi yang berkompeten untuk melakukan
kalibrasi peralatan medik. Untuk alat yang tergolong KSO maka rekanan KSO
wajib melaporkan hasil kalibrasi kepada pihak RS Dharma Kerti
5. Pemantauan Peralatan Medik
Pemantauan peralatan medik yang bersifat implant dilakukan di Instalasi
farmasi (untuk alat medik implan stock) sedangkan pemantauan peralatan
medik implant yang telah dilakukan proses implant pada pasien dilakukan oleh
Ruang Operasi. Petugas di ruang operasi mencatat pasien yang menggunakan
implant dalam buku catatan operasi. Pemantauan peralatan medik lainnya
dilakukan oleh Unit Pemeliharaan Sarana dengan mencatat nama alat, lokasi,
kondisi alat, dan kalibrasi alat setiap bulannya

6. Penarikan (recall)
Alur penarikan peralatan medis non implan

Kamar Operasi
UGD Ruang Bersalin

Ruang Bayi
UPS Rawat jalan

Rawat inap Laboratorium

Radiologi Farmasi

21
HCU CSSD

Rekanan

Recall alat diberitahukan oleh pihak pabrik/distributor kepada Manajemen


RS Dharma Kerti. Pihak Manajemen memberi perintah penarikan alat kepada
Unit yang memiliki alat medik tersebut dan Unit Pemeliharaan Sarana. Unit
pelayanan di mana alat itu berada menyerahkan alat medik kepada Unit
Pemeliharaan Sarana. Selanjutnya Unit Pemeliharaan Sarana menyerahkan
alat medik kepada pabrik/distributor dengan mengisi berita acara serah terima
alat medik.
7. Pemusnahan Peralatan medic
Unit – unit pelayanan di mana alat medik digunakan akan menyerahkan alat
medik yang rusak atau sudah tidak bisa dipakai kepada Unit Pemeliharaan
Sarana. Teknisi elektromedik menentukan kondisi alat bias diperbaiki atau
harus diganti baru. Jika alat tidak bias diperbaiki, teknisi elektromedik
menyampaikan hal tersebut kepada Unit pemilik alat. Unit kemudian melakukan
pengamprahan untuk mendapatkan alat medik pengganti.
Alat-alat medic yang sudah rusak dikumpulkan dan dibuatkan laporan
rekapan alat medic yang akan dimusnahkan. Alat medik dan catatannya
diserahkan kepada Tim Pemusnahan Barang. Tim Pemusnahan Barang
kemudian melakukan kegiatan pemusnahan barang setelah mendapat
persetujuan dari direksi
Alur pemusnahan peralatan medis

Kamar Operasi UGD Ruang Bersalin

Ruang Bayi UPS Rawat jalan

Rawat inap Laboratorium

Radiologi Farmasi

ICU CSSD

TIM PEMUSNAHAN
BARANG

G. SYSTEM UTILITAS
1. Instalasi Air Bersih
System instalasi dan penyediaan air bersih di RS Dharma Kerti
menggunakan system DDS (Downfeed Distribution System). Pada system ini
air dari sumber air baik dari air tanah (sumur bor) maupun air PDAM

22
dikumpulkan terlebih dahulu di Suction tank / Ground Water Tank atau tempat
penampungan air bersih pada bagian bawah bangunan. Selanjutnya air dari
Ground Water Tank dipompa ke atas dan ditampung pada House tank / Water
Tower atau tempat penampungan air bersih yang terletak di bagian atas
bangunan sebelum didistribusikan ke konsumen.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan air RS Dharma Kerti, menggunakan
sumber air dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) dan ABT (air bawah
tanah).
2. Instalasi Listrik
Instalasi Listrik di RS Dharma Kerti memakai sumber PLN (Perusahaan
Listrik Negara). Panel induk ditempatkan di lantai I, dekat dapur. Dari panel
induk di alirkan ke beberapa MCB yang ada di tiap lantai. Selanjutnya arus
dibagi ke masing-masing unit pengguna listrik.
Dalam kondisi darurat jika terjadi pemadaman listrik PLN , maka secara
otomatis sumber listrik PLN akan digantikano oleh genzet. Di beberapa alat
medis yang vital, terdapat penyimpan listrik yang digunakan pada kondisi
darurat untuk waktu tertentu. Seperti skema di bawah ini.

23
BAB VI
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

NO JENIS KETENAGAAN PENDIDIKAN KUALIFIKASI


1 Kepala Unit SMF Mampu mengatur semua
Pemeliharaan Sarana kegiatan di Pemeliharaan
Sarana
2 Teknisi/ Enjenering SMK Mampu melakukan
Umum pemeliharaan peralatan
non medik

2. DISTRIBUSI KETENAGAAN
NO JABATAN PENDIDIKAN JUMLAH
1 Kepala Unit SMF 1 orang
Pemeliharaan Sarana
2 Teknisi/ Enjenering SMK 1 orang
Umum

3. PENGATURAN JAGA
NO JABATAN JUMLAH JADUAL JAGA
1 Kepala Unit 1 orang Pagi 07.30 – 16.00 Wita
Pemeliharaan Sarana (Senin –Jumat)
2 Teknisi/ Enjenering 1 orang Pagi 07.30 – 16.00 Wita
Umum (Senin –Sabtu)

24
BAB VII
INFEKSI NOSOKOMIAL SERTA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

A. Pencegahan Infeksi Nosokomial


1. Pengertian
Infeksi adalah proses dimana seseorang yang rentan terkena invasi agen
yang pathogen atau infeksi yang tumbuh, berkembang baik dan menyebabkan
sakit. Yang dimaksud agen adalah bakteri, virus, ricketsia, jamur dan parasit.
Infeksi dapat bersifat lokal atau general (sistemik).
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh ketika seseorang dirawat
di rumah sakit. Infeksi nosokomial dapat terjadi setiap saat dan di setiap tempat
di rumah sakit. Untuk mencegah dan mengurangi kejadian infeksi nosokomial
serta menekan angka infeksi ke tingakat terendah, perlu adanya upaya
pengendalian infeksi nosokomial. Pengendalian infeksi nosokomial bukan
hanya tanggung jawab pimpinan rumah sakit atau dokter/perawat saja tetapi
tanggung jawab bersama dan melibatkan semua unsure/profesi yang ada di
rumah sakit.
2. Batasan
Suatu infeksi dinyatakan sebagai infeksi nosokomial apabila:
a. Waktu mulai dirawat tidak ditemukan tanda-tanda infeksi dan tidak sedang
dalam masa inkubasi infeksi tersebut.
b. Infeksi timbul sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak ia mulai dirawat.
c. Infeksi terjadi pada pasien dengan masa perawatan lebih lama dari masa
inkubasi.
d. Infeksi terjadi setelah pasien pulang dan dapat dibuktikan berasal dari
rumah sakit.
3. Pencegahan

Untuk mencegah/mengurangi terjadinya infeksi nosokomial, dari


pengelolaan Manajemen Fasilitas dan keselamatan perlu diperhatikan :
a. Sumber air bersih memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan
b. Dalam proses pembangunan gedung, agar memperhatikan dampak dari
pembangunan itu sendiri seperti debu.
c. Penyediaan sarana untuk mencuci tangan bagi semua stik holder rumah
sakit
d. Petugas Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan
e. Memperhatikan aseptik dan antiseptik.
f. Bekerja sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP)
g. Bila terjadi kecelakaan akibat kerja segera berobat.
h. Penggunaan APD yang tepat.
i. Alat – alat
- Pemberian kode dan labeling limbah B3 yang tepat sehingga identitas
limbah jelas.
- Standar alat yang sesuai dengan ketentuan sehingga terhindar dari
kontaminasi.
- Penyimpanan limbah B3 yang benar dan memperhatikan batas waktu
penyimpanan.
j. Ruangan penyimpanan limbah B3/lingkungan

25
- Tersedia air yang mengalir untuk cuci tangan
- Penerangan cukup
- Ventilasi/sirkulasi udara baik
- Perhatikan kebersihan dan kelembaban ruangan
- Lantai kering dan kedap air
- Tembok kuat dan kedap air
- Tersedia kotak P3K
- Tersedia APAR (Alat pemadam api ringan)
- Bangunan dilengkapi simbol limbah B3

B. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Kesehatan kerja merupakan penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja
dan lingkungan kerja, bila bahaya di lingkungan kerja tidak diantisipasi dengan baik
akan menjadi beban tambahan bagi pekerjaanya. Khusus untuk petugas rumah
sakit di instalasi pencucian menerima ancaman kerja potensial dari lingkungan bila
keselamatan kerja tidak diperhatikan dengan tepat.
Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen
utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga
komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang optimal. Beban kerja
meliputi beban fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau
kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja
menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
Penyakit akibat kerja dan/atau berhubungan dengan pekerjaan dapat
disebabkan oleh pemajanan di lingkungan kerja. Penggunaan APD yang tidak
tepat dalam melakukan aktifitas kerja dapat mengakibatkan terjadinya penyakit
akibat kerja. Untuk mengantisipasi permasalahan ini langkah awal yang penting
adalah pengenalan/identifikasi bahaya yang dapat ditimbulkan, upaya perlindungan
dan penanggulangan dan evaluasi, kemudian dilakukan pengendalia

26
BAB VIII
PENCATATAN DAN PELAPORAN

A. KESELAMATAN DAN KEAMANAN


1. Pencatatan dilakukan oleh semua Petugas yang berhubungan dengan
Keselamatan dan kemananan sebagai berikut :
a. Pencatatan pemeriksaan fasilitas dilakukan oleh Unit Pemeliharaan Sarana
b. Pencatatan/audit kepatuhan PCRA dilakukan oleh Tim K3RS
c. Laporan kejadian yang berhubungan dengan keselamatan dan keamanan
dilakukan oleh unit Satpam
d. Pencatatan perbaikan fasilitas yang berhubungan dengan keselamatan dan
keamanan dilakukan oleh Unit Pemeliharaan Sarana
2. Pelaporan dilakukan oleh Unit Pemeliharaan Sarana kepada Asmen Umum dan
Manajer ADM, SDM dan Umum bekerja sama dengan Tim K3 meliputi :
a. Laporan pemeriksaan fasilitas
b. Laporan audit kepatuhan PCRA
c. Lapaoran insiden/kecelakaan dan tindak lanjutnya
d. Laporan perbaikan/penggantian fasilitas
3. Evaluasi kegiatan dilakukan Unit Pemeliharaan Sarana dan Tim K3RS yaitu
evaluasi Program seperti yang diuraikan pada pada tabel evaluasi tiap 6 bulan
sekali kepada Direktur Utama. Laporan insiden dilakukan tiap 3 bulan sekali
oleh Tim K3RS

B. BAHAN BERBAHAYA BERACUN


1. Pencatatan dilakukan oleh semua Petugas yang berhubungan dengan
Keselamatan dan kemananan sebagai berikut :
a. Pencatatan pemeriksaan fasilitas
b. Laporan kejadian yang berhubungan dengan bahan berbahaya dan
beracun dilakukan oleh Tim K3RS
c. Pencatatan jumlah limbah B3
d. Pencatatan pemeliharaan IPAL
2. Pelaporan dilakukan oleh Unit Pemeliharaan Sarana kepada Asmen Umum dan
Manajer ADM, SDM dan Umum bekerja sama dengan Tim K3 meliputi :
a. Laporan pemeriksaan fasilitas
b. Laporan insiden paparan/tumpahan
c. Lapaoran jumlah limbah B3
d. Laporan pemeliharaan IPAL
3. Evaluasi kegiatan dilakukan Unit Pemeliharaan Sarana dan Tim K3RS yaitu
evaluasi Program seperti yang diuraikan pada pada tabel evaluasi tiap 6 bulan
sekali kepada Direktur Utama. Laporan insiden dilakukan tiap 3 bulan sekali
oleh Tim K3RS

C. PENANGANAN BENCANA
1. Pencatatan dilakukan oleh semua Petugas yang berhubungan dengan bencana
sebagai berikut :
a. Kejadian bencana dicatat oleh tim bencana dan Tim K3 RS
b. Pengecekan sarana evakuasi bencana
c. Untuk bencana skala besar, kegiatan pencatatan perkembangan pasien
untuk kebutuhan media dilakukan oleh Unit Rekam Medis dan Humas

27
d. Kegiatan pencatatan simulasi bencana dilakukan oleh Bagian Diklat bekerja
sama dengan Tim K3RS
2. Pelaporan dilakukan oleh Tim K3 meliputi :
a. Kejadian bencana/insiden
b. Pemeliharaan Sarana bencana
c. Simulasi bencana
d. Debrifing
3. Evaluasi kegiatan dilakukan Tim K3RS yaitu evaluasi Program seperti yang
diuraikan pada pada tabel evaluasi tiap 6 bulan sekali kepada Direktur Utama

D. PROTEKSI KEBAKARAN
1. Pencatatan dilakukan oleh semua Petugas yang berhubungan dengan Proteksi
kebakaran sebagai berikut :
a. Pencatatan inventaris system proteksi kebakaran
b. Pencatatan uji coba dan pemeliharaan sarana kebakaran
c. Pencatatan kejadian bencana kebakaran dilakukan oleh Tim K3RS
d. Pencatatan kegiatan simulasi dilakukan oleh Bagian Diklat dan Tim K3RS
e. Pencatatan kegiatan pelatihan proteksi kebakaran dilakukan oleh Bagian
Diklat dan Tim K3RS
2. Pelaporan kegiatan dilakukan oleh Unit Pemeliharaan Sarana kepada Asmen
Umum dan Manajer ADM, SDM dan Umum bekerja sama dengan Tim K3
meliputi :
a. Laporan pemeliharaan sarana kebakaran
b. Laporan uji coba sarana kebakaran
c. Pelaporan kejadian kebakaran
3. Evaluasi kegiatan dilakukan Unit Pemeliharaan Sarana dan Tim K3RS yaitu
evaluasi Program seperti yang diuraikan pada pada tabel evaluasi tiap 6 bulan
sekali kepada Direktur Utama. Kejadian/insiden dilaporkan tiap 3 bulan sekali

E. PERALATAN MEDIK
1. Pencatatan dilakukan oleh semua Petugas yang berhubungan dengan alat
medik sebagai berikut :
a. Pencatatan inventaris alat medis dilakukan oleh Kepala Ruangan / Kepala
Unit
b. Pencatatan uji coba harian alat dilakukan oleh Kepala Ruangan / Kepala
Unit atau petugas yang ditunjuk jika berhalangan
c. Pencatatan pemakaian alat dilakukan oleh Kepala / Kepala Unit atau
petugas yang ditunjuk jika berhalangan
d. Pencatatan pemeliharaan alat dilakukan oleh teknisi elektromedik yang
melakukan kegiatan pemeliharaan alat medis
e. Pencatatan kalibrasi alat
f. Pencatatan pemusnahan alat medis
2. Pelaporan dilakukan oleh Unit Pemeliharaan Sarana kepada Asmen Umum dan
Manajer ADM, SDM dan Umum bekerja sama dengan Tim K3 meliputi :
a. Inventaris alat medis
b. Pemeliharaan alat
c. Pemantauan alat medik
d. Kalibrasi alat medis
e. Pemusnahan alat medis
3. Evaluasi kegiatan dilakukan Unit Pemeliharaan Sarana dan Tim K3RS yaitu
evaluasi Program seperti yang diuraikan pada pada tabel evaluasi tiap 6 bulan
sekali kepada Direktur Utama

28
F. SISTEM UTILITAS
1. Pencatatan dilakukan oleh semua Petugas yang berhubungan dengan system
utilitas seperti pencatatan inventaris utilitas, pengujian, pemeliharaan dan lain-
lain
2. Pelaporan dilakukan oleh Unit Pemeliharaan Sarana kepada Asmen Umum dan
Manajer ADM, SDM dan Umum bekerja sama dengan Tim K3 meliputi :
inventaris, pengujian, pemeliharaan dan lain-lain
3. Evaluasi kegiatan dilakukan Unit Pemeliharaan Sarana dan Tim K3RS yaitu
evaluasi Program seperti yang diuraikan pada pada tabel evaluasi tiap 6 bulan
sekali kepada Direktur Utama

29

Anda mungkin juga menyukai