i
Hospital Disater Plan
Rumah Sakit Al Islam Bandung
TIM PENYUSUN
Tim Disaster
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Disahkan di : Bandung
Tanggal : 28 Desember 2021 / 24 Jumadil Awwal 1443 H
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi Rahmat
dan sebaik-baik nikmat berupa Iman dan Islam. Salawat dan salam semoga selalu
dilimpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW berserta keluarga, para sahabat dan
umatnya hingga akhir jaman. Aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin
Rumah Sakit Al-Islam Bandung berperan dalam membantu Program Pemerintah dalam
bidang kesehatan, salah satunya dalam penanggulangan bencana baik internal maupun
eksternal. Pada situasi bencana aspek koordinasi dan kolaborasi diperlukan untuk mengatur
proses pelayanan terhadap korban dan mengatur unsur penunjang yang mendukung proses
pelayanan sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya. Maka guna menunjang
kelancaran penanggulangan bencana, Rumah Sakit Al-Islam Bandung menyusun Hospital
Disaster Plan.
Akhir kata, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
bekerjasama sehingga panduan ini dapat kami susun.
Wassalaamu'alaikum wR.wB.
Tim Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana baik alam maupun ulah
manusia. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya bencana ini adalah kondisi
geografis, iklim, geologis dan faktor-faktor lain seperti keragaman sosial budaya dan
politik. Wilayah Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Secara geografis merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan
empat lempeng tektonik lapis bumi.
2. Terdapat 130 gunung api aktif
3. Terdapat lebih dari 5.000 sungai besar dan kecil
Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan struktur geologi yang kompleks
dengan wilayah pegunungan berada di bagian tengah dan selatan serta dataran rendah di
wilayah utara. Memiliki kawasan hutan dengan fungsi hutan konservasi, hutan lindung dan
hutan produksi yang proporsinya mencapai 22,10% dari luas Jawa Barat; curah hujan
berkisar antara 2000-4000 mm/th dengan tingkat intensitas hujan tinggi; memiliki 40
Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan debit air permukaan 81 milyar m3/tahun dan air tanah
150 juta m3/th.
Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga bentuk morfologi wilayahnya
bagaikan sebuah "mangkokraksasa". Bandung terletak pada koordinat 107° BT and 6° 55’
LS. Luas Kota Bandung adalah 16.767 hektare. Kota ini secara geografis terletak di tengah-
tengah Provinsi Jawa Barat. Dengan demikian, sebagai ibu kota provinsi, kota Bandung
mempunyai nilai strategis terhadap daerah-daerah disekitarnya.
Kota Bandung terletak pada ketinggian ±768 m di atas permukaan laut rata-rata (mean sea
level), dengan di daerah utara pada umumnya lebih tinggi daripada di bagian selatan.
Ketinggian di sebelah utara adalah ±1050 msl, sedangkan di bagian selatan adalah ±675
msl. Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga Bandung merupakan suatu cekungan
(Bandung Basin). Melalui Kota Bandung mengalir sungai utama seperti Sungai
Cikapundung dan Sungai Citarum serta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir
ke arah selatan dan bertemu di Sungai Citarum, dengan kondisi yang demikian, Bandung
selatan sangat rentan terhadap masalah banjir.
1
Rumah sakit Al Islam (RSAI) Bandung terletak di bandung timur yang berada pada
lingkungan penduduk yang mulai padat dengan semakin berkembangnya perumahan
penduduk, berada pada dataran rendah dan di samping rumah sakit mengalir sungai yang
besar yaitu sungai cidurian yang merupakan. RSAI Bandung merupakan rumah sakit kelas
tipe B swasta dengan kapasitas tempat tidur 227 dan menjadi rujukan bagi pelayanan
kesehatan yang berada di bawah kelas RSAI atau sederajatnya dan pada saat pandemic
COVID 19 menjadi rumah sakit rujukan yang merawat pasien COVID 19 .
Sebagai rumah sakit rujukan maka diperlukan sebuah pedoman penanganan
bencana yang mengatur kerja dan koordinasi rumah sakit untuk mengoptimalkan
pelayanan.
Secara umum RSAI telah memiliki tim medis yang siap menangani bencana, tetapi
tim medis tidak akan dapat bekerja optimal tanpa dukungan semua unsur di rumah sakit.
Untuk mengatur kinerja dan koordinasi semua unsur di rumah sakit diperlukan sebuah
pedoman yang dipahami bersama.
Pengalaman terjadinya bencana gempa bumi yang berpusat di Tasikmalaya, kejadian
keracunan serta adanya bencana pandemi COVID 19 menunjukkan bahwa betapa sangat
diperlukannya sebuah pedoman penanganan bencana dan pelatihan petugas untuk
penanganannya.
Manajemen penanganan bencana di RSAI dituangkan dalam buku pedoman yang
menjelaskan tentang Struktur Organisasi untuk penanganan bencana baik internal maupun
eksternal, alur respon bencana internal dan eksternal, uraian tugas masing-masing unit dan
personal petugas, serta prosedur standar, data pendukung dan formulir yang digunakan
untuk kelengkapan data dan dokumentasi
Pedoman ini menyediakan framework penanganan bencana internal maupun
external yang kemungkinan bisa terjadi baik di internal RS maupun eksternal RS.
Penanganannya tergantung dari situasi yang ada.
2.3. Sasaran
Pedoman ditujukan bagi manager, staf dan seluruh golongan masarakat di RSAI, sebagai
Pedoman Perencanaan Penyiagaan Bencana (P3B) RSAI.
Sebelum mengingat, melatih dan melaksanakan tugas / kewajiban anda disaat pelayanan
gawat darurat bencana di RSAI, FAHAMI HAL-HAL berikut terlebih dahulu :
1) Objektif
Sadari perlunya P3B-RSAI.
Mengetahui cara menilai komponen utama P3B-RSAI.
Mengerti akan tahapan tanggap bencana.
Mengetahui dan mengapa tanggap bencana gagal.
Memahami telaah ulang pasca aksi.
3
2) Bencana
Setiap kedaruratan yang merusak fungsi masyarakat normal yang membangkitkan
tanggapan atas keamanan masyarakat termasuk nyawa dan kepemilikan.
3) Kejadian Bencana Massal
Semua kejadian yang berakibat terjadinya korban dalam jumlah besar.
4) Kedokteran Bencana
Ilmu bagaimana manusia menyesuaikan diri dengan kejadian (alam maupun ulah
manusia) yang secara serius merusak fungsi masyarakat normal DAN
membangkitkan tanggapan untuk memelihara keamanan (termasuk kesehatan)
masyarakat.
Petugas Kesehatan
Harus memahami konsep dasar kedokteran bencana dan harus mampu memimpin RS
serta komunitasnya dalam persiapan dan tanggap bencana
1. Tahap Pengaktifan :
a. Mengumumkan terjadinya bencana dan melaksanakan tanggap awal.
b. Mengorganisasi komando dan pengendalian.
2. Tahap Penerapan :
a. SAR.
b. Triase, stabilisasi awal dan transport.
c. Pengelolaan definitif atas pasien dan sumber bahaya.
4
3. Tahap Pemulihan :
a. Menghentikan kegiatan.
b. Kembali ke operasi normal.
c. Debriefing.
1) Kesederhanaan
Tempatkan "kegiatan saat bencana" sedekat mungkin dengan kegiatan sehari-hari
petugas RS.
Orang akan melakukan yang terbaik dari apa yang dilakukannya sehari-hari.
2) Kefleksibelan
Memungkinkan menyesuaikan reaksi sesuai situasi.
Gunakan perencanaan sebagai landasan dalam membuat keputusan.
3) Koordinasi
Mengetahui apa yang akan dilakukan saat krisis, juga memahami pengertian dasar
dari bagaimana orang lain akan bereaksi.
Memerlukan pengetahuan lanjut akan kemampuan dan sumber, internal dan
eksternal.
Mencegah keterlambatan dan saling mengandalkan.
4) Kepemimpinan
Elemen tenaga ditentukan pada setiap perencanaan dan sering merupakan faktor
penentu keberhasilan atau kegagalan.
Posisi harus berdasar kewenangan, bukan pribadi.
Pimpinan
Harus tetap tenang.
Harus memberi perintah jelas dan tegas (arahan); terutama bila berhadapan dengan
5
orang yang tidak dikenal.
Harus terus menilai ulang prioritas berdasar kebutuhan dan manfaat terbesar.
5) Komunikasi
Internal dan eksternal. Sering membingungkan dan mengganggu.
Komunikasi efektif sering diduga sebagai elemen reaksi yang paling sering gagal.
Komunikasi buruk berarti ketidak-efisienan (dan terkadang, panik).
Komunikasi Efektif
Pengiriman informasi yang tepat pada orang yang tepat pada saat yang tepat dengan
formulir yang dapat dimengerti dan efektif.
Anda ingin mengetahui sesuatu ???
Sekitar 50% informasi yang anda terima pertama mungkin salah.
6
9. PERENCANAAN TERHADAP BENCANA : REAKSI BERTAHAP
Reaksi RS dirancang atas elemen spesifik dari cakupan bencana, jumlah pasien, jenis
pasien dsb, serta kemampuan RS.
Bertahap artinya bukan "semua atau tidak".
Khususnya berlaku pada RS dengan masyarakat besar atau RS pendidikan.
Tahap I : Petugas on-call.
Tahap II : Petugas on-call dan kelompok yang ditunjuk.
Tahap III : Mobilisasi semua petugas.
10. TELAAH PASCA AKSI
1. Kebutuhan mutlak untuk memperbaiki reaksi RS.
2. Harus dilakukan pada semua unit dan hasilnya ditulis.
3. Harus mengarahkan kita pada perubahan perencanaan.
4. "Kepemimpinan dan Komunikasi"
11. PEMIKIRAN UMUM PASCA AKSI
1. Orang, dan apa yang dikerjakannya.
2. Peralatan, dan bagaimana ia berfungsi.
3. Waktu, dan bagaimana ia dikelola.
4. Perencanaan, dan bagaimana ia bekerja.
5. Perintah, dan bagaimana ia dipertahankan.
7
BAB II
BATASAN DISASTER/BENCANA
2.1. PENGERTIAN
1. Persiapan Siaga Bencana : Persiapan akan kemungkinan Siaga Bencana. Biasanya
mengawali kewaspadaan. Siapkan petugas agar berada ditempat yang ditentukan bila ada
tanda, panggil semua petugas on-call, tutup semua pintu kecuali Pintu Masuk Utama dan
Pintu UGD.
2. Siaga Bencana : Ancaman bencana dan sejumlah korban yang harus ditolong di RS dan
ditransfer ke RS. Siapkan area tindakan dan triase, lanjutkan dengan menyiagakan P3B-
RS, mulai memanggil petugas, siapkan triase untuk menindak korban. Tetapkan Pusat
Komando
3. Semua Selesai : Hentikan P3B-RS. Bencana berakhir. Semua korban sudah ditindak.
Daerah tindakan saat bencana dapat ditutup
4. Penjaga : Berdiri dipintu dan memeriksa identitas orang yang berusaha masuk fasilitas.
Perintahkan orang dengan identitas tidak jelas ke Pusat Komando untuk identifikasi.
6. Bencana Eksternal : Bencana yang terjadi diluar RS, disuatu wilayah masarakat, dimana
berakibat jumlah petugas tidak memadai untuk melayani korban di UGD.
7. Staf on-call : Anggota berbagai departemen / unit dalam RS yang bertugas bila di
panggil dengan basis 24-48 jam.
8
2.2.1. BENCANA INTERNAL
Bencana internal adalah bencana yang terjadi didalam rumah sakit dan bencana eksternal
yang berdampak di dalam rumah sakit. Potensi jenis bencana (Hazard) yang mungkin
terjadi di rumah sakit Al Islam adalah sebagai berikut:
1. Kebakaran
Sumber kebakaran bisa berasal dari dalam gedung bisa juga terjadi di luar gedung. Detail
respon penanganannya ada pada bab Penanganan Bencana Internal –Kebakaran
2. Gempa Bumi
Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga bentuk morfologi wilayahnya
bagaikan sebuah "mangkokraksasa". Dampak terjadinya gempa ini dapat juga terjadi di
Bandung dan sekitarnya yang akan merupakan bencana external namun bila dampak gempa
pada areal bangunan di RS maka hal ini merupakan situasi bencana yang terjadi di RS.
Detail respon penanganannya ada pada bab Penanganan Bencana Internal-Gempa Bumi
3. Kebocoran Gas
Kebocoran gas dapat terjadi pada tabung-tabung besar gas maupun central gas rumah sakit
yang dapat disebabkan karena adanya kecelakaan maupun kerusakan dan sabotase. Dan
tabung-tabung gas maupun salurannya itu sendiri merupakan sumber dari kebocoran. Detail
respon penanganannya ada pada bab Penanganan Bencana Internal-Kebocoran gas.
4.Ledakan
Ledakan dapat dihasilkan dari kebocoran gas maupun karena ledakan bahan berbahaya yang
ada di RSAI. Detail respon penanganannya ada pada bab Penanganan Bencana Internal-
Ledakan.
5. Penyakit Menular
Penyakit menular yang potensial terjadi adalah diare, demam berdarah, serta new emerging
disease akibat pembauran peradaban global.
2.2.2. BENCANA EKSTERNAL
RSAI sebagai rumah sakit tipe B, sangat memungkinkan untuk menerima korban
bencana eksternal, maupun memberikan bantuan terhadap korban bencana keluar rumah
sakit di sekitar Bandung maupun diluar Bandung. Potensi bencana eksternal yang
berdampak kepada rumah sakit adalah : ledakan/bom, kecelakaan transportasi, gempa bumi,
9
tsunami, banjir, kebakaran, tanah longsor dan letusan gunung berapi, kasus keracunan
massal.
Apabila terjadi bencana eksternal, maka sistem penanggulangan bencana di rumah sakit
diaktifkan, antara lain :
Pusat Komando diaktifkan oleh Komandan Bencana
Korban hidup dimasukkan melalui satu pintu di Instalasi Gawat Darurat, sedangkan
korban meninggal langsung ke kamar jenazah
Semua korban di triase di ruangan Triase IGD
Petugas keamanan bersama dengan kepolisian mengatur alur lalu lintas di sekitar
rumah sakit. Alur menuju IGD akan dijaga ketat.
Pengunjung diarahkan ke pusat informasi kehumasan untuk informasi korban
Petugas tambahan akan dikontak oleh masing-masing penanggungjawab.
Tidak seorangpun dari petugas dapat meninggalkan rumah sakit pada situasi
penanganan korban bencana tanpa ijin dari Komandan Bencana
Semua media/ informasi kepada pers hanya melalui Komandan Rumah Sakit
(Direktur) selanjutnya informasi diperoleh dari Komandan Bencana. Ruang
pertemuan dipersiapkan untuk jumpa pers.
Form pemeriksaan; form permintaan obat, alat habis pakai dan kebutuhan lainnya
menggunaan form yang ada. Gudang dan farmasi dibuka sesuai keperluan untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan.
Pasien non disaster yang berada di Triase IGD tetap mendapatkan pelayanan sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
Komunikasi dan informasi untuk situasi yang tebaru akan disampaikan pada
keluarga/ yang berkepentingan.
11
BAB III
KESIAPSIAGAAN
Dalam penanganan bencana yang terjadi RSAI siap melakukan penanganan pasien termasuk
kesiapan system untuk mendukung proses penanganan tersebut. Sistem ini disusun berupa :
1. Struktur Organisasi Penanganan Bencana
2. Uraian Tugas
3. Pos Penanganan Bencana :
a. Pos Komando
b. Pos Pengolahan Data
c. Pos Informasi
d. Pos Penanganan Jenazah
e. Pos Relawan
4. Pengosongan Ruangan
5. Area Dekontaminasi
6. Area dan Ruang Berkumpul (Assembly Area)
7. Aktifasi Sistem Bencana
8. Garis Komunikasi
9. Peran Instansi Jejaring
Persiapan untuk dibangunnya posko baik berupa tenda maupun pengalihan fungsi beberapa
ruangan sebagai posko penanganan bencana,diaktifkannya Posko Komando sebagai sentral
aktifitas selama proses penanganan bencana, dan proses komunikasi dengan instansi
jejaring untuk proses penanganan korban di Rumah Sakit Al Islam
12
STRUKTUR ORGANISASI PENANGANAN BENCANA
RS AL ISLAM BANDUNG
Komandan RS
Komandan Bencana
CSSD Kamar
Jenazah
Rekam Medik
Donasi
2. URAIAN TUGAS
Uraian tugas yang dimaksud disini adalah tugas dan tanggung jawab yang dimiliki oleh
setiap personal dalam sistem penanganan bencana di rumah sakit sesuai dengan struktur
13
yang telah disusun. Struktur ini diaktifkan saat terjadinya situasi bencana baik di dalam
rumah sakit maupun penanganan korban bencana dari luar rumah sakit.
KOMANDAN BENCANA
(Wakil Direktur Medik dan Keperawatan)
Bertanggung Jawab Kepada : Komandan Rumah sakit
Bertanggung jawab Untuk :
Mengkoordinir pelaksanaan pelayanan medical support dan management support
Memberitahukan Ketua SMF / Instalasi atau penggantinya.
Memberitahu keluarga pasien segera. Atau menunjuk dokter, Ketua Relawan, atau
petugas lain untuk melakukannyaMerencanakan dan mengendalikan pelayanan medical
14
support dan management support
TUGAS:
1. Memberikan laporan kepada Komandan Rumah Sakit terkait proses tersebut
diatas.
2. Menindaklanjuti upaya permintaan bantuan oleh Komandan Rumah Sakit
3. Memastikan proses penanganan korban dan sumber pendukungnya terlaksana dan
tersedia sesuai kebutuhan.
4. Melakukan koordinasi kerja kepada instansi lain dan rumah sakit jejaring
5. Ketua Pusat Komando mengkoordinasikan kerjanya dengan Komandan Bencana
dan memberitahukan petugas Humas bila mengumumkan informasi pada pers.
16
Bertanggung Jawab Kepada : Ketua Management Support
Bertanggung Jawab Untuk : Pengelolaan keuangan baik dari sumber anggran RS
maupun donatur
TUGAS:
1. Merencanakan, memobiliasi dan mengevaluasi pengelolaan keuangan untuk
menunjang keperluan penanganan bencana.
2. Melakukan koordinasi kerja dengan tim perencanaan, tim pengadaan terkait
pengelolaan dana bencana.
3. Melaporkan pengelolaan keuangan baik bersumber anggaran maupun donatur
kepada Ketua Management Support dan Komandan Bencana
17
penanganan bencana
TUGAS:
1. Merencanakan dan mengadakan seluruh kebutuhan dalam penanganan bencana
2. Mengkoordinir penyediaan dan pengelolaan logistik
3. Menindaklanjuti bantuan logistik dari instansi terkait dan donatur
4. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan logistik
5. Memastikan penyediaan sarana transportasi (termasuk ambulance), kebersihan
lingkungan dan keamanan rumah sakit serta ketertiban lalu lintas.
6. Mengkoordinir pengelolaan jenazah di kamar jenazah
7. Memastikan berfungsinya gedung dan alat serta melaksanakan pemeliharaannya.
8. Menyelesaikan urusan administrasi bantuan luar negeri
18
POS LOKASI
POS KOMANDO Komite Medik /kantor lt 6
POS PENGOLAHAN DATA Komite Medik /kantor lt 6
POS INFORMASI Komite Medik /kantor lt 6
POS LOGISTIK DAN DONASI Ruangan Logistik
POS PENANGANAN JENAZAH Ruang Jenazah
POS RELAWAN Area yang mudah dijangkau pada saat
kejadian
19
3. Komputer
4. Peta Area berkumpul
5. Peta ruangan perawatan pasca emergency
6. Peta Instansi Pelayanan Kesehatan di Bandung
7. Peta area Hazard di rumah sakit
8. White Board
9. Meja Pertemuan
10. Radio Komunikasi
11. Emergency kit medis dan non medis
20
Tempat tersedianya informasi untuk data korban, data kebutuhan relawan, data
perencanaan kebutuhan obat, alat medis, non medis, barang habis pakai medis/ non
medis, perbaikan gedung, data donatur. Informasi yang disiapkan di pos ini didapatkan
dari pos pengolahan data.
Lingkup Kerja:
1. Memberikan informasi data korban, data kebutuhan relawan, data perencanaan
kebutuhan obat, alat medis, non medis, barang habis pakai medis/ non medis,
perbaikan gedung, data donatur.
2. Mengexpose hanya data korban saja, baik korban sedang dirawat, korban hilang,
korban meninggal, hasil identifikasi jenazah, korban yang telah dievakuasi ke luar
RS.
Fasilitas :
1. Telepon (lokal, SLI)
2. Komputer, internet
3. Papan informasi
21
3.5. POS PENANGANAN JENAZAH
Tempat: Ruang Jenazah dan Ruang Pilah linen
Fungsi:
1. Tempat penampungan, penyimpanan korban meninggal dan atau body part serta
proses pengeluarannya.
2. Tempat identifikasi jenasah.
3. Tempat penyimpanan barang bukti.
Lingkup kerja:
1. Pada eksternal disaster penekanan pada korban masuk terutama ketepatan data
korban sehingga identifikasi lebih cepat.
2. Menunjang pelayanan medis dalam mengungkapkan kejadian sehingga
penanganan pelayanan medis lebih tepat (korban bencana mekanikal/biologis)
3. Koordinasi dengan jajaran terkait (tim DVI) terutama dalam identifikasi
4. Menyiapkan segala hal yang terkait dengan evakuasi jenazah baik dalam/luar
negeri.
5. Menjaga barang bukti.
6. Membangun komunikasi dengan keluarga korban terkait identifikasi.
7. Melakukan penyelesaian jenazah yang tidak ada keluaga (Upacara, kremasi,
pemusnahan jenazah yang beresiko penularan)
8. Menyiapkan tempat penyimpanan jenazah untuk waktu lama.
9. Membuat laporan yang informatif terutama pada kasus internal disaster yang
melibatkan korban dari pasien dan petugas.(untuk melihat gambaran proses
kejadian penyelamatan oleh petugas rumah sakit dalam upaya mengurangi
korban meninggal).
Fasilitas:
1. Komputer, internet
2. Telepon
3. Radio komunikasi
4. Papan informasi
5. X-ray mobile
6. Cold storage
22
3.6. POS RELAWAN
Tempat: Area yang mudah dijangkau pada saat kejadian
Fungsi:
1. Tempat pendaftaran dan pengaturan tenaga relawan, baik orang awam, awam
khusus maupun tenaga profesional.
2. Tempat informasi relawan.
Lingkup kerja:
1. Menyiapkan informasi yang dibutuhkan, yang sesuai kompetensinya.
2. Mengatur schedule kerja sesuai tempat dan waktu yang diperlukan.
3. Menyiapkan ID card relawan.
4. Memberikan penjelasan prosedur tetap sesuai keinginan rumah sakit.
Fasilitas.
1. Komputer, telepon, internet
2. Radio komunikasi
3. Buku pencatatan.
4. PENGOSONGAN RUANGAN
Pada keadaan bencana baik internal maupun eksternal, setelah penanganan emergency
korban di triage –IGD maka ruang perawatan untuk melokalisasi korban yang ada diarahkan
ke Ruangan terdekat pada saat kejadian, serta ruangan yang akan menerima pasien adalah :
23
5. AREA DEKONTAMINASI
Adalah area/tempat untuk membersihkan korban dari kontaminasi bahan-bahan yang
bersifat iritasi. Area ini berlokasi di lingkungan IGD dan diperuntukkan bagi korban
terkontaminasi bahan kimia dan atau biologis. Area dekontaminasi yang dimiliki rumah
sakit ditujukan untuk melaksanakan dekontaminasi sekunder, sehingga upaya
dekontaminasi primer diasumsikan telah dilaksanakan ditempat kejadian.
24
PETA AREA BERKUMPUL (TITIK AMAN BERKUMPUL)
25
6.2. RUANGAN BERKUMPUL
Ruangan yang dipilih untuk dimanfaatkan sebagai tempat penampungan pasien
sementara adalah ruangan aman terdekat dengan kejadian.
KOMANDAN BENCANA
AKTIFKAN POSKO
PENANGGULANGAN
BENCANA
EVALUASI PROSES
PENANGGULANGAN YANG
SUDAH DILAKUKAN
26
8. GARIS KOMUNIKASI
Garis komunikasi yang dilaksanakan pada situasi bencana adalah:
1. Aktivasi Sistem Penanganan Bencana RS.
2. Mobilisasi tim medik
3. Mobilisasi tim manajemen
4. Aktifasi Pos Komando
5. Penggunaan media komunikasi yang ada, yaitu Audio line, operator RS
6. Peran dan tanggung jawab inti pada kartu instruksi kerja, yang dilaksanakan oleh tiap
orang sewaktu-waktu sesuai jabatannya
7. Tetap memberikan informasi yang up to date yang telah disetujui oleh Komando
Rumah Sakit.
Agar tim penanggulangan bencana dikenal oleh unit internal maupun eksternal, maka semua
yang terlibat langsung memakai identitas berupa rompi warna orange untuk personal sbb :
1. Komandan RS
2. Komandan bencana
3. Ketua medical support
4. Ketua manajemen support
5. Tim medis
6. Ketua pos
7. Ketua tim dibawah manajemen support
27
9.1.4. Korban diterima oleh tim medis yang ada di IRD, untuk selanjutnya dilakukan
pertolongan korban .
9.1.5. Kendaraan pengangkut pasien yang bukan korban bencana diarahkan ke tempat
parkir.
9.1.6. Kendaraan petugas dan pengunjung masuk melalui hall utama
28
3. Kepolisian : Pengaturan keamanan, ketertiban dan lalu lintas menuju dan keluar RS
Al Islam, khususnya akses menuju ke IGD pada saat kejadian bencana.
4. Satkorlak : Kejadian bencana dikoordinasikan kepada Satkorlak Propinsi Jawa Barat
sebagai upaya antisipasi diperlukannya bantuan logistik, makanan, dsb.
5. PLN : Kejadian bencana memerlukan penambahan daya listrik termasuk
penambahan titik sambungan listrik di unit unit yang diperlukan agar pelayanan
yang diberikan tetap optimal.
6. TELKOM : Tambahan sambungan telepon dan bantuan sambungan telepon
internasional bebas biaya sangat diperlukan pada saat kejadian bencana, terutama
untuk membantu korban/keluarga warga negara asing yang ingin berhubungan
dengan negaranya. Sambungan telepon diperlukan juga untuk membuka akses
internet guna memberikan informasi tentang bencana yang terjadi.
7. PDAM : Kontinuitas pengadaan air bersih sangat diperlukan untuk operasional
penanganan korban.
8. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat : Laporan kepada Dinas Kesehatan Propinsi
Jawa Barat menjadi prioritas pertama pada saat bencana. Hal ini menjadi jembatan
bagi diupayakannya mobilisasi bantuan dari pihak/instansi terkait, khususnya Pemda
dan intansi kesehatan jejaring lainnya.
9. Rumah Sakit Jejaring : Pada situasi korban yang sangat besar dimana RS Al Islam
tidak mampu menampung untuk penanganannya, maka kerja sama penanganan
dengan rumah sakit lain sangat diperlukan. Oleh karena itu perlu diinformasikan
upaya meminta bantuan kepada rumah sakit lain yang menjadi rumah sakit jejaring
RS Al Islam. Rumah sakit yang merupakan jejaring untuk penanganan bencana
adalah rumah sakit Hasan Sadikin, RS Ujung Berung, RS AMC, RS Pindad, RS
Santo Yusuf, RS Muhamadiah, RS Santosa, RS Boromeus, RS Advent, rumah sakit
angkatan darat, rumah sakit POLRI.
10. SAR : Tim SAR sangat diperlukan untuk membantu proses evakuasi dalam
penanganan bencana.
11. Institusi Pendidikan Kesehatan, Perhotelan dan PHRI : Pada situasi korban yang
sangat besar dimana RS Al Islam tidak mampu menampung untuk penanganannya,
maka kerja sama bantuan tenaga relawan untuk membantu penanganan bencana
sangat diperlukan.
29
BAB IV
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN BENCANA
DARI LUAR RUMAH SAKIT
I. METODOLOGI
Bencana dari luar rumah sakit akan mendatangkan korban yang bersifat massal,
karenanya berdasarkan jumlah korban yang datang, bencana dengan korban massal
dibagi menjadi 3 tingkat yaitu:
Siaga 3
- Jumlah pasien/korban yang datang ke IGD 18 orang, dalam waktu serentak sejumlah
tempat tidur yang tersedia di IGD.
- Pasien dengan label merah 2 orang dalam waktu serentak.
- Pasien dengan label kuning yang memerlukan bedah minor 4 orang dalam waktu
serentak.
Siaga 2
- Jumlah pasien/korban yang datang ke IGD 18-36 orang (antara 100%-200% dalam
waktu serentak).
- Pasien dengan label merah 3-5 orang dalam waktu serentak.
- Pasien dengan label kuning yang memerlukan bedah minor 5-8 orang dalam waktu
serentak.
Siaga 1
- Jumlah pasien/korban yang datang ke IGD lebih dari 36 orang (lebih dari 200%
dalam waktu serentak).
- Pasien dengan label merah lebih dari 5 orang dalam waktu serentak.
30
- Pasien dengan label kuning yang memerlukan bedah minor lebih dari 8 orang dalam
waktu serentak.
- Bila pasien lebih dari 40 orang, perlu bantuan penampungan atau di rujuk ke rumah
sakit lain yang terdekat.
Keadaan siaga ini ditentukan oleh Dokter IGD yang berdinas pada saat itu, yang
selanjutnya dilaporkan kepada Pimpinan Disaster (Wadir Medik dan
Keperawatan).
Triage dipimpin oleh dokter IGD bersama perawat IGD.
Penanggulangan awal penderita dilakukan oleh dokter IGD, perawat IGD, tenaga
perawat dari ruangan lain yang dimobilisasikan.
Korban dikelompokkan dalam 4 kelompok korban dan diberi label sebagai berikut :
Label Merah : Penderita/korban yang memerlukan tindakan cepat, yang
mengalami air way, breathing, dan circulation atau memerlukan
tindakan pembedahan, live saving sehingga terhindar dari
kecacatan atau kematian.
Label Kuning : Penderita/korban dengan trauma ringan atau hanya memerlukan
tindakan bedah minor, yang selanjutnya korban diperbolehkan
pulang atau rawat inap.
Label Hijau : Penderita/korban yang tidak mengalami luka atau hanya
mengalami gangguan ringan atau gangguan jiwa dan dan tidak
memerlukan tindakan bedah, bila dibiarkan tidak berbahaya.
Penderita bisa dipulangkan.
Label Hitam : Penderita yang sudah meninggal dunia. Pada label dituliskan:
nama korban, umur, jenis kelamin, alamat pasien. Bila korban
tidak dikenal ditulis “tidak dikenal”.
II. ORGANISASI
Dalam keadaan bencana/disaster plan seperti ini maka secara otomatis
pengorganisasian penanggulangan bencana yang telah ditetapkan menjadi aktif.
31
BAB V
PENANGANAN BENCANA RUMAH SAKIT
Pada situasi bencana aspek koordinasi dan kolaborasi diperlukan untuk mengatur proses
pelayanan terhadap korban dan mengatur unsur penunjang yang mendukung proses
pelayanan sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya. Penanganan bencana di rumah
sakit pada sistem penanganan bencana adalah sebagai berikut:
1. PENANGANAN KORBAN
Proses penanganan yang diberikan kepada korban dilakukan secepatnya untuk
mencegah resiko kecacatan dan atau kematian, dimulai sejak di lokasi kejadian, proses
evakuasi dan proses transportasi ke IGD atau area berkumpul. Kegiatan dimulai sejak
korban tiba di IGD.
Penanggung jawab : Ketua Tim Medical support (Ka IGD)
Tempat : Triage-IGD/lokasi kejadian/ area berkumpul/ tempat perawatan
definitif
Prosedur :
Di lapangan:
1. Lakukan triage sesuai dengan berat ringannya kasus (Hijau, Kuning, Merah)
2. Menentukan prioritas penanganan
3. Evakuasi korban ketempat yang lebih aman
4. Lakukan stabilisasi sesuai kasus yang dialami.
5. Transportasi korban ke IGD.
Di rumah sakit (IRD):
1. Lakukan triage oleh tim medik.
2. Penempatan korban sesuai hasil triage.
3. Lakukan stabilisasi korban.
32
4. Berikan tindakan definitif sesuai dengan kegawatan dan situasi yang ada (Merah,
Kuning,Hijau)
5. Perawatan lanjutan sesuai dengan jenis kasus (ruang perawatan dan OK)
6. Lakukan rujukan bila diperlukan baik karena pertimbangan medis maupun
tempat perawatan.
34
1. Ka. Bidang SDI menginstruksikan Ka Bidang/ Bagian/ Ka Instalasi yang terkait
untuk kesiapan tenaga.
2. Koordinasi dengan pihak lain bila diperlukan tenaga tambahan/ volunteer dari luar
RS.
3. Dokumentasikan semua staf yang bertugas untuk setiap shift.
35
3. Bantuan instansi terkait dapat diminta kepada pemerintah Propinsi, Kabupaten/ Kota
dan Pusat, termasuk lembaga/ instansi/ militer/ polisi dan atau organisasi profesi.
39
4. Setiap lembar informasi yang keluar ditandatangani oleh komandan bencana dan
diserahkan kepada pihak yang membutuhkan oleh penanggung jawab pos informasi.
Prosedur :
1. Jumpa pers dilaksanakan setiap hari setiap jam 11.00 wib untuk 5 hari pertama, dua
hari sekali untuk hari berikutnya dan seterusnya bilamana dipandang perlu.
2. Undangan atau pemberitahuan kepada pers akan adanya jumpa pers dilakukan oleh
Ka Bidang Informasi dan Pemasaran
3. Siapkan dan sebelumnya konfirmasikan informasi yang akan disampaikan pada
jumpa pers kepada Direktur .
4. Jumpa pers dipimpin oleh Komandan Rumah Sakit
42
Atas indikasi medis, sosial, politik dan hukum, maupun permintaan negara yang
bersangkutan atau atas permintaan keluarga seringkali pasien/ korban pindah ataupun keluar
dari Rumah Sakit untuk dilakukan perawatan di rumah sakit tertentu di luar RS Al Islam.
Perpindahan/ evakuasi korban ini dilakukan atas persetujuan tim medis dengan keluarga
maupun negara yang bersangkutan bila korban adalah warga negara asing. Kelengkapan
dokumen medik serta persetujuan keluarga/ negara ybs diperlukan untuk pelaksanaan proses
evakuasi.
Tempat : IGD, Unit Perawatan
Penanggung jawab : Ketua medical support
Prosedur :
1. Pastikan adanya persetujuan medis, maupun persetujuan keluarga/ negara yang
bersangkutan sebelum proses evakuasi dilakukan.
2. Koordinasikan rencana evakuasi korban kepada pihak/ rumah sakit penerima
3. Pastikan pasien dalam keadaan stabil dan siap untuk dievakuasi.
4. Siapkan ambulance sesuai standar untuk evakuasi pasien
5. Bila diperlukan hubungi pihak penerbangan untuk kesiapan transportasi pasien
6. Pastikan adanya tim medis yang mendampingi selama proses evakuasi
43
BAB VI
BENCANA INTERNAL
44
Depo Farmasi Hall, Pendaftaran, Bank Syariah Mandiri, PINERE, Poliklinik Firdaus lt 1-2,
MCU & Diagnostik, Homecare.
Penanggung jawab: Supervisor Farmasi Rawat Jalan dan Supervisor Poliklinik
Medical
SEKTOR III
Laboratorium, Radiologi, Kamar Jenazah, Gudang Farmasi, Kantor Farmasi, PSPPRS,
Ruang Pengemudi, Garasi, Laundry, CSSD, Central Gas Medis, Gizi, Logistik, Medical
Record.
Penanggung jawab: Supervisor Radiologi dan Supervisor Pelayanan Laboratorium
SEKTOR IV
IGD, Gedung Raudlah, Hemodialisa, Rehab Medik dan tumbuh Kembang, Ruang Sistem
Informasi.
Penanggun jawab: Supervisor Rehabilitasi Medik dan Supervisor Raudhah
SEKTOR V
R. Kebidanan, OK, ICU, Perinatologi (Ibnu Sina lantai 1-2), Ruang Perawatan lantai 3
(Ibnu Sina 3, Firdaus, Anak, HCU), Bidang Keperawatan.
Penanggung jawab: Kepala Instalasi Rawat Inap II dan Kepala Instalasi Rawat Inap
III
SEKTOR VI
Ibnu Sina lantai 4 dan 5.
Penanggung jawab: Kepala Instalasi Rawat Inap I
SEKTOR VII
Lantai 6.
Penanggung jawab: Ka. Bid. Keu & Akt dan Ketua SPI
Untuk sektor-sektor yang berlokasi di ruangan perawatan, diluar jam kerja penanggung
jawab sektor, dialihkan kepada kepala shift yang berdinas.
Penanganan tiap-tiap jenis bencana adalah sebagai berikut :
1. KEBAKARAN
Pada saat kebakaran, kemungkinan jenis korban yang dapat terjadi adalah : luka
bakar, trauma, sesak nafas, histeria (gangguan psikologis) dan korban meninggal.
Langkah –langkah yang dilakukan ketika terjadi kebakaran :
1. Pindahkah korban ke tempat yang aman (lihat pembahasan area berkumpul)
2. Hubungi petugas satpam (ext.735) atau operator (ext.0) untuk menghubungi petugas
kebakaran bahwa :
45
Ada kebakaran
Lokasi kebakaran
Sebutkan nama pelapor
3. Jika memungkinkan batasi penyebaran api, dengan menggunakan APAR
4. Padamkan api jika memungkinkan dan jangan mengambil resiko.
Agar proses penanggulangan bencana kebakaran dapat berjalan dengan baik kita harus tahu:
1. Tempat menaruh alat pemadam kebakaran dan cara menggunakannya.
2. Nomor pemadam kebakaran (telp.113), Operator (ext.0) dan satpam (ext.735)
3. Rute evakuasi dan pintu-pintu darurat.
4. Ada satu orang yang bisa mengambil keputusan dan tahu bagaimana
penanggulangan bencana kebakaran pada setiap shift jaga.
5. Kepala ruangan pada shift pagi / hari kerja dan Ketua tim pada jaga sore atau malam
yang memegang kendali / mengkoordinir bila terjadi bencana.
2. GEMPA BUMI
Jenis korban yang dapat timbul pada saat terjadinya gempa bumi adalah : trauma,
luka bakar, sesak nafas dan meninggal.
46
dalam ruangan sampai goncangan berhenti dan yakin telah aman untuk keluar,
menjauhlah dari jendela. Pasien yang tidak bisa mobilisasi lindungi kepala pasien
dengan bantal
Di luar gedung : Cari titik aman yang jauh dari bangunan, pohon dan kabel.
Rapatkan badan ke tanah. Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari
kepanikan. Ikuti semua petunjuk dari petugas atau satpam.
Di dalam lift
Jangan menggunakan lift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran. Jika anda
merasakan getaran gempa bumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua
tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah. Jika
anda terjebak dalam lift, hubungi petugas dengan menggunakan interphone jika
tersedia.
Tetap di tempat, namun bersiap untuk evakuasi. Tunggu sampai goncangan berhenti
dan aman untuk bergerak.
Perhatikan insturksi dari pimpinan disaster. Tunggu informasi dari tim penilai
gedung, apakah perlu atau tidak perlu dilakukan evakuasi.
3. ANCAMAN BOM
Ancaman bom bisa tertulis dan bisa juga lisan atau lewat telepon. Ancaman bom ada dua
jenis :
1. Ancaman bom yang tidak spesifik : pengancam tidak menyebutkan secara detail
tentang ancaman bom yang disampaikan.
2. Ancaman bom spesifik : pengancam menyebutkan tempat ditaruhnya bom, jenis
bom yang digunakan, kapan bom akan meledak dan lain lain.
Semua ancaman bom harus ditanggapi secara serius sampai ditentukan oleh tim penjinak
bom bahwa situasi aman.
1. Tetap tenang dan dengarkan pengancam dengan baik karena informasi yang diterima
dari pengancam sangat membantu tim penjinak bom.
2. Jangan tutup telepon sampai pengancam selesai berbicara.
3. Panggil teman lain untuk ikut mendengarkan telepon ancaman, atau jika
memungkinkan gunakan Hp anda untuk menghubungi orang lain.
4. Hubungi satpam (ext.735) bahwa :
Ada ancaman bom
Tempat / ruangan yang menerima ancaman
Nama petugas yang melaporkan adanya ancaman bom.
Kecelakaan oleh karena zat-zat berbahaya meliputi kebocoran atau tumpahan atau sengaja
mengeluarkan cairan dan gas yang mudah terbakar, zat-zat yang bersifat korosif, beracun,
zat-zat radioaktif. Kemungkinan jenis korban yang terjadi adalah : keracunan, luka bakar,
trauma dan meninggal.
49
5. KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) PENYAKIT
Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB, adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada
terjadinya wabah. Wabah penyakit menular yang selanjutnya disebut Wabah, adalah
kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah
tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
I. SEKTOR-SEKTOR
Terdiri dari 7 sektor yang dipimpin oleh penanggung jawab sektor. Setiap sektor
bertugas :
Mengkoordinasikan kegiatan pertolongan di sektornya masing-masing
Melaporkan jumlah korban yang ada
Mengkoordinir pengamanan aset di setiap sektor
Memimpin proses evakuasi pasien/pengunjung ke arah yang sesuai dengan
instruksi pimpinan disaster.
BAB VII
50
PENUTUP
Alhamdulillah Pedoman Penanggulangan Bencana (disaster plan) ini telah selesai direvisi.
Disaster Plan ini masih belum sempurna, namun besar harapan kami bahwa pedoman ini
dapat bermanfaat bagi seluruh karyawan Rumah Sakit Al Islam dalam penanggulangan
bencana.
Selain adanya disaster plan, niat dan kemauan dari seluruh karyawan untuk berperan aktif
pada saat terjadi bencana adalah hal yang sangat diperlukan. Oleh karena itu perlu adanya
kesadaran dari seluruh komponen yang ada di Rumah Sakit Al Islam, untuk membentuk
barisan yang rapi dalam penanggulangan bencana.
Sebagai pedoman untuk pelaksanaan, diperlukan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang
akan memudahkan prosedur kerja di lapangan.
Semoga tidak ada bencana yang menimpa kita, namun bila Allah SWT. menghendaki
bencana, semoga Rumah Sakit Al Islam dapat menanggulangi dengan cepat dan tepat, amin.
DAFTAR PUSTAKA
51
1. Gempa Bumi, Cerita tentang Peran masyarakat Desa saat menghadapi bencana
Gempa. 2007. Bali: Yayasan IDEP. Kerjasama dengan Bakornas Penanggulangan
Bencana, MPBI, UNESCO, USAID, ISDR, IFRC, PMI, OXFAM GB dan
Masyarakat Indonesia.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
52
1. KARTU INSTRUKSI KERJA
DIREKTUR
(KOMANDAN RS)
1. Kontak para wakil direktur untuk penyiapan tim RS
2. Kontak kepala dinas Propinsi Jawa Barat untuk informasi kejadian bencana
3. Pimpin proses penanganan korban dan manajemennya untuk tingkat RS
53
3. Monitoring Pastikan kelengkapan obat, alat/ bahan medis habis pakai dan
kepastian fungsi alat medis
4. Koordinasikan kesiapan IGD
54
KEPALA BIDANG PENUNJANG NON MEDIK
1. Kontak kepala instalsi farmasi gizi dan Linen untuk penyiapan tim dan proses
kegiatan.
2. Koordinasikan proses penanganan korban di IGD dengan pelayanan penunjang
yang diperlukan
3. Pastikan ketersediaan obat dan alat/ bahan medis habis pakai,bahan makanan,
linen
1. Kontak kepala instalsi radiologi dan laboratorium untuk penyiapan tim dan
proses kegiatan.
2. Koordinasikan proses penanganan korban di IGD dengan pelayanan penunjang
yang diprelkukan
3. Pastikan ketersediaan bahan medis habis pakai
KEPALA IGD
(KETUA MEDICAL SUPPORT)
1. Siapkan pos komando
2. Siapkan pos pengolahan data
3. Siapkan tim medis pra hospital dan intra hospital
4. Kontak KaBid Pelayanan Keperawatan untuk penyiapan tim keperawatan dan
pengaturan penempatan korban
5. Atur penugasan tim IGD
6. Koordinasikan pelaksanaan penanganan pasien umum dan korban di IGD
7. Koordinasikan ketersediaan obat emergency, alat dan bahan medis habis pakai
serta alat medis yang diperlukan
55
KEPALA IBS
1. Siapkan pemakaian OK
2. Kontak Supervisor OK untuk penyiapan tim OK
3. Koordinasikan dengan ketua tim medical support rencana korban yang akan
dioperasi
4. Koordinasikan ketersediaan alat/ bahan dan obat untuk pelaksanaan operasi
dengan Supervisor CSSD dan ka instalasi farmasi
56
KEPALA INSTALASI GIZI
SUPERVISOR IGD
SUPERVISOR NURUSHAALIHAT
57
firdaus
58
1. Kontak tim kerja
2. Siapkan tambahan obat dan alat/ bahan medis habis pakai di IGD dan unit rawat
inap penanganan pasca emergency
OPERATOR
59
1. Kontak Ka IGD untuk kepastian keadaan bencana
2. Sambungkan ke pos yang dimaksud untuk kepastian informasi
3. Umumkan situasi bencana atas instruksi komandan bencana
4. Umumkan bahwa situasi bencana telah dapat diatasi, atas instruksi komandan
bencana
RENCANA
PENERIMAAN PENGENDALIAN
PELAKSANAAN PELAYANAN
INFORMASI DAN TINDAK AWAL DAN MEDIS AKHIR TUGAS
PENGOLAHAN BERITA PEMBERANGKATAN (OPERASIONAL)
UNSUR
Keadaan korban
61