PENANGGULANGAN
BAHAYA,
KEGAWATDARURATAN
SERTA BENCANADALAM
RANGKA
KESIAPSIAGAAN
KONDISI DARURAT DAN /
ATAU BENCANA
TENTANG
MEMUTUSKAN
KESATU : Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas yang memberikan layanan
kesehatan bagi korban bencana diharuskan memiliki kesiapan dan
rencana mitigasi untuk menghadapi bencana yang akan terjadi,
mengingat kejadian bencana dapat menimbulkan korban jiwa massal
dan kemungkinan Rumah Sakit tersebut juga terkena dampak
bencana;
Ditetapkan di Bogor
Pada tanggal 21 Juli 2021
DIREKTUR UTAMA,
FIDIANSJAH
LAMPIRAN
SK DIREKTUR UTAMA RSJ. DR. H.
MARZOEKI MAHDI BOGOR
NOMOR: HK.02.03/XXV.3/5755/2021
TENTANG PANDUAN PENANGGULANGAN
BAHAYA, KEGAWATDARURATAN SERTA
BENCANA DALAM RANGKA KESIAPSIAGAAN
KONDISI DARURAT DAN / ATAU BENCANA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, yang disebabkan baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia. Bencana yang
disebabkan faktor alam sering kali terjadi di Indonesia. Hal ini disebabkan secara
geografis Indonesia terletak di cincin api pasifik (wilayah dengan banyak aktivitas
tektonik), sehingga terus menghadapi risiko bencana berupa letusan gunung berapi,
gempa bumi, banjir, dan tsunami. Data BNPB tahun 2019, mengungkapkan bahwa
kejadian bencana alam mengalami peningkatan jumlah tiap tahunnya. Bencana ini
berpotensi merusak bahkan menghancurkan pemukiman, tempat kerja, tempat
ibadah, termasuk fasilitas pelayanan kesehatan.
Selain bencana yang disebabkan oleh alam, bencana juga bisa disebabkan oleh
faktor non alam diantaranya adalah outbreak, epidemic dan wabah penyakit.
Bencana epidemi yang menular hingga lintas negara berubah menjadi pandemi
sehingga perlu diwaspadai. Bencana pandemic sering disebabkan oleh Penyakit
Infeksi Emerging dan Re-emerging (PINERE) atau new - emerging infectious
diseases. Setiap bencana akan menimbulkan kerugian baik harta benda, kerusakan
lingkungan bahkan korban jiwa. Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor
(selanjutnya disebut RSJMM) sebagai salah satu fasilitas yang memberikan layanan
kesehatan bagi korban bencana diharuskan memiliki kesiapan dan rencana mitigasi
untuk menghadapi bencana yang akan terjadi, mengingat kejadian bencana dapat
menimbulkan korban jiwa massal dan kemungkinan rumah sakitpun terkena
dampak bencana.
Manajemen darurat dan/atau bencana harus dapat dilakukan oleh RSJMM sehingga
pada saat terjadi bencana, RSJMM tetap dapat diakses, dapat memberikan layanan
kesehatan terhadap korban bencana dan berfungsi maksimum dengan infrastruktur
yang sama sebelum terjadi bencana, selama bencana, dan segera setelah bencana
(WHO, 2015). Program manajemen bencana RSJMM mengarahkan perkembangan
dan eksekusi kegiatan yang mampu memitigasi, mempersiapkan, merespon, dan
pemulihan situasi dari suatu bencana.
B. Tujuan
Sebagai acuan Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoei Mahdi Bogor dalam melakukan upaya
kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat dan/atau bencana.
C. Sasaran
1. Rumah Sakit
2. Manajemen Rumah Sakit
3. Pengelola K3
4. Pegawai Rumah Sakit
5. Pasien
6. Pihak ketiga di Rumah Sakit / tenant
7. Pengunjung/ keluarga pasien
D. Ruang lingkup
Petunjuk teknis ini mengatur ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan oleh RSJMM
Bogor dalam menghadapi kondisi darurat dan/atau bencana dari aspek pengelolaan
sumber daya yang ada untuk menghadapi bencana baik internal maupun bencana
eksternal. Lingkup kesiapsiagaan RSJMM dalam menghadapi bencana ekternal
sebatas fungsi Rumah Sakit yaitu menerima rujukan korban bencana dari luar.
BAB II KONDISI DARURAT DAN/ATAU BENCANA
A. Pengertian
• Darurat adalah suatu keadaan tidak normal/tidak diinginkan yang terjadi pada
suatu tempat/kegiatan yang cenderung membahayakan manusia, merusak
peralatan/harta benda atau merusak lingkungan sekitarnya yang masih dapat
ditangani oleh sumber daya internal RSJMM.
• Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologi yang tidak dapat ditangani sendiri oleh
sumber daya internal RSJMM.
• Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi kondisi darurat dan/atau bencana melalui pengorganisasian serta
melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
• Tanggap darurat dan bencana adalah serangkaian upaya yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian darurat dan bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan, meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi
korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan
korban, penyelamatan, dan pemulihan sarana prasarana.
• Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
• Penyakit Infeksi Emerging (PIE) adalah penyakit yang muncul dan menyerang
suatu populasi manusia untuk pertama kalinya atau telah ada sebelumnya
namun meningkat dengan sangat cepat, baik dalam jumlah kasus baru di dalam
satu populasi, ataupun penyebarannya ke daerah geografis yang baru (re-
emerging infectious disease) yang dapat berasal dari virus, bakteri dan parasit.
Termasuk kelompok PIE adalah penyakit yang pernah terjadi di suatu daerah di
masa lalu, kemudian menurun atau telah dikendalikan, namun kemudian
dilaporkan lagi dalam jumlah yang meningkat. Bentuk lainnya lagi adalah
penyakit lama yang muncul dalam bentuk klinis yang baru, yang bisa jadi lebih
parah atau fatal.
• Kedaruratan Kesehatan Masyarakat adalah kejadian kesehatan masyarakat
yang bersifat luar biasa dengan ditandai penyebaran penyakit menular dan/atau
kejadian yang disebabkan oleh radiasi nuklir, pencemaran biologi, kontaminasi
kimia, bioterorisme dan pangan yang menimbulkan bahaya kesehatan dan
berpotensi menyebar ke lintas wilayah atau lintas negara.
B. Kriteria Kondisi darurat di Rumah Sakit
Beberapa kondisi darurat yang kemungkinan terjadi di RSJMM antara lain
1. Kedaruratan keselamatan dan keamanan (demonstrasi/huru-hara, penculikan bayi,
kekerasan dalam Rumah Sakit dan risiko kecelakaan yang diakibatkan oleh kondisi
gedung dan fasilitas lainnya)
2. Tumpahan bahan dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
3. Kegagalan peralatan medik dan non medik
4. Kedaruratan utilitas Rumah Sakit meliputi kegagalan kelistrikan, kegagalan
ketersediaan air, kegagalan informasi teknologi/ IT, dan kegagalan sistem tata udara
5. Outbreak/wabah/pandemi penyakit
Kondisi darurat di RSJMM dapat berkembang menjadi bencana apabila tidak dapat
ditangani oleh sumber daya internal Rumah Sakit.
3. Bencana Sosial
− Konflik sosial dipicu oleh kecemburuan sosial, budaya, ekonomi dan SARA −
Demonstrasi/ huru-hara
− Aksi teror
− Sabotase
BAB III
IDENTIFIKASI DAN PENILAIAN RISIKO KONDISI DARURAT DAN/ATAU BENCANA
DI RUMAH SAKIT dr. H. MARZOEKI MAHDI BOGOR
Program manajemen risiko keadaan darurat dan/ atau bencana rumah sakit dilakukan
melalui beberapa tahapan, sebagai berikut:
1. Penetapan Konteks
Manajemen bencana rumah sakit dimulai dari penetapan konteks yaitu menetapkan
ruang lingkup jenis kondisi darurat dan/atau bencana yang akan dikendalikan.
2. Identifikasi risiko
Identifikasi risiko meliputi segala jenis bahaya dan kelemahan sistem yang dapat
menyebabkan kondisi darurat dan/atau bencana dan berdampak pada penghentian
proses kerja atau layanan rumah sakit serta identifikasi sumber daya internal dan
ekternal yang dimiliki atau telah dipersiapkan oleh rumah sakit untuk menghadapai
kondisi darurat dan/ataubencana. Beberapa dokumen dan sumber data yang perlu
dipersiapkan saat melakukan identifikasi diantaranya sebagai berikut:
a. Analisis catatan rekaman data kejadian darurat dan/atau bencana
Analisis data insiden/kejadian darurat dan/atau bencana yang pernah terjadi
sebelumnya baik pada Rumah Sakit itu sendiri maupun di tempat lain termasuk
wabah/endemi.
b. Survey potensi risiko
Survey terhadap semua kondisi yang dapat menimbulkan kejadian darurat
dan/atau bencana. Survey dapat dilakukan dengan menggunakan daftar periksa
yang tidak terbatas pada :
1) Bahan
Melakukan analisis potensi risiko yang berasal dari bahan-bahan yang ada di
Rumah Sakit seperti Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan limbahnya.
2) Peralatan
Melakukan analisis semua peralatan yang berpotensi untuk terjadinya kondisi
darurat dan/atau bencana seperti peralatan radiologi/radioterapi, instalasi gas
medis sentral, peralatan laboratorium, genset, boiler, panel listrik dan
sebagainya.
3) Proses/ Metode
Melakukan analisis semua proses dan metode kerja yang berpotensi untuk
terjadinya kondisi darurat dan/atau bencana seperti tidak menutup dengan
rapat tabung gas medis, proses penyimpanan tabung gas yang tidak tepat,
ketidakpatuhan terhadap SPO, pengujian alat yang tidak sesuai standar dan
sebagainya.
4) Kondisi Lingkungan
Melakukan analisis semua kondisi lingkungan kerja yang berpotensi
menimbulkan kondisi darurat dan/atau bencana seperti suhu ekstrim, penataan
ruangan kerja yang tidak sesuai standar dan sebagainya.
5) Faktor manusia
Melakukan analisis faktor manusia yang mempunyai kemungkinan
menimbulkan kondisi darurat dan/atau bencana seperti perilaku yang tidak
aman dan sebagainya.
Penilaian risiko adalah kegiatan untuk menilai tingkat kemungkinan dan tingkat
keparahan/kerusakan/penghentian proses pelayanan Rumah Sakit akibat kondisi
darurat dan/atau bencana. Ada beberapa metode penilaian risiko, diantaranya sebagai
berikut:
a. What if analysis (Analisis ‘Bagaimana Jika’);
b. Process Hazard Analysis (PHA);
c. Hazard Identification Risk Assessment and Determine Control (HIRADC);
d. Failure Mode and Effects Analysis (FMEA);
e. Hazard Vulnerability Analysis (HVA);
f. Hospital Safety Index (HSI);
g. Fire Safety Risk Assesment (FSRA); dan lainnya
3. Analisis Risiko
Hasil penilaian risiko dilakukan analisis sehingga didapatkan informasi yang menjadi
dasar Rumah Sakit dalam menentukan prioritas bahaya yang perlu segera
dikendalikan, serta menentukan cara pengendalian terbaik untuk meminimalkan
risiko. Informasi hasil analisis penilaian risiko juga dapat menghasilkan data yang
digunakan
Tabel 2. Contoh Matriks Risiko berdasarkan hasil identifikasi dan penilaian risiko
2 Membutuhkan P3K
5 Menyebabkan kematian
Catatan : Untuk kategori dampak dapat disesuaikan definisi operasionalnya dengan
kondisi dan kejadian yang dapat ditimbulkan baik untuk keselamatan maupun kesehatan
KATEGORI KETERANGAN
Penilaian risiko kondisi darurat dan/atau bencana dilakukan dengan instrumen HVA
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menyiapkan instrumen HVA seperti pada tabel 1
b. Mengumpulkan data potensi bahaya yang ada di Rumah Sakit
c. Memasukkan data potensi bahaya ke dalam tabel HVA
d. Menginput data yang menggambarkan situasi dan kondisi yang sebenarnya di
Rumah Sakit
e. Menghitung tingkat risiko semua kondisi darurat dan/atau bencana yang telah
diidentifikasi
f. Menentukan prioritas kondisi darurat dan/atau bencana sesuai dengan hasil HVA
g. Menyelenggarakan pertemuan untuk penyebaran informasi prioritas hasil HVA
dengan melibatkan pimpinan dan satuan kerja/unit/instalasi terkait
h. Melaporkan hasil penilaian HVA kepada pimpinan tertinggi Rumah Sakit
i. Melakukan review hasil penilaian HVA minimal 1 (satu) tahun sekali atau jika
terjadi perubahan/ kejadian yang berdampak pada HVA
Proses penilaian risiko dengan instrumen HVA di Rumah Sakit sesuai tabel dibawah
ini :
HVA diisi oleh tim kewaspadaan bencana yang Sebagian besar terdiri dari unsur
direksi, manajemen, K3, Mutu, PPI (terkait wabah) bagian umum/logistik, IGD/Medis,
pemeliharaan sarana, sanitasi, penunjang medik dan penunjang non medik serta
yang dimungkinkan terlibat dalam kondisi bencana.
Pengisian angka dalam kolom dapat mengacu beberapa hal antara lain:
• Probabilitas (kemungkinan) terjadinya suatu kondisi darurat dan/atau bencana.
Untuk menentukan probabilitas dapat dipertimbangkan risiko yang diketahui, dan
data historis (apakah pernah terjadi sebelumnya).
- Poin 0 tidak pernah (NA) : kondisi darurat atau bencana tidak mungkin terjadi
- Poin 1 jarang (rare) : kondisi darurat atau bencana terjadi < 30 tahun sekali
- Poin 2 kadang-kadang (occasional) : bencana terjadi setiap 5 tahun sekali tapi
lebih dari sekali dalam setiap 30 tahun
- Poin 3 sering (frequent) : bencana terjadi lebih sering dari sekali setiap 5 tahun
• Dampak manusia yaitu potensi cedera atau kematian pada staf atau pada
pasien
- Poin 0 tidak ada dampak : Tidak ada dampak yang berarti/bahaya yang
mempengaruhi masyarakat, kalaupun terjadi pengaruhnya minimal
- Poin 1 rendah : Dampak rendah berarti kejadian bencana umumnya
melibatkan ancaman terhadap sejumlah masyarakat. Mungkin ada beberapa
penduduk yang luka ringan dan membutuhkan pertolongan pertama.
- Poin 2 moderat : Dampak sedang berarti kejadian bencana menyebabkan
sejumlah besar penduduk cidera yang membutuhkan perawatan medis lebih
lanjut.
- Poin 3 tinggi : Dampak yang lebih besar berarti kejadian bencana terjadi pada
masyarakat luas atau daerah yang terkonsentrasi dengan dampak yang parah.
Ini dapat mengakibatkan sejumlah besar kematian dan cidera yang melibatkan
evakuasi besar-besaran dan atau membutuhkan tempat penampungan.
• Dampak properti yaitu adanya biaya untuk menggantikan atau membangun
kembali, biaya untuk penggantian sementara (sewa, pembelian), biaya untuk
memperbaiki, waktu untuk pulih/bertahan dalam bisnis melanjutkan pelayanan
secara normal
- Poin 0 tidak ada dampak : Tidak ada dampak berarti, ada kemungkinan sedikit
atau tidak ada bahaya yang mempengaruhi masyarakat atau, jika itu terjadi,
kerusakan terhadap kalaupun terjadi pengaruhnya minimal
- Poin 1 rendah : Dampak terbatas berarti kejadian bencana umumnya
melibatkan hanya kerusakan properti publik atau swasta. Sumber daya lokal
dapat memperbaiki atau mengganti properti yang rusak
- Poin 2 moderat : Dampak sedang berarti kejadian bencana menyebabkan
kerusakan moderat di area yang luas atau terkonsentrasi. Kerusakan terhadap
properti publik dan swasta dapat melebihi sumber daya lokal untuk
memperbaiki atau mengganti
- Poin 3 tinggi : Dampak yang lebih luas berarti dampak kejadian menyebabkan
kerusakan berat pada properti publik dan swasta di area yang luas atau daerah
terkonsentrasi dengan dampak yang parah. Besarnya bencana dapat
menghasilkan deklarasi pemerintah bencana besar/ nasional atau darurat
• Dampak bisnis yaitu gangguan bisnis, staf tidak dapat melaporkan pekerjaan,
pelanggan tidak dapat mencapai fasilitas, perusahaan yang melanggar
perjanjian kontrak, pengenaan denda dan hukuman atau biaya hukum,
gangguan pasokan
yang kritis, gangguan distribusi pada produk, reputasi dan citra publik, dan
dampak keuangan/beban
- Poin 0 tidak ada dampak : Tidak ada dampak berarti, ada kemungkinan sedikit
atau tidak ada bahaya yang mempengaruhi masyarakat atau, jika itu terjadi,
tidak akan mengganggu jalannya pelayanan
- Poin 1 rendah : Dampak rendah berarti kejadian bencana umumnya
mempengaruhi pelayanan namun hanya dalam waktu kurang dari 2 jam
- Poin 2 moderat : Dampak sedang berarti kejadian bencana umumnya
mempengaruhi pelayanan namun hanya dalam waktu kurang lebih dari 8 jam
- Poin 3 tinggi : Dampak yang lebih luas berarti dampak kejadian umumnya
mempengaruhi pelayanan namun hanya dalam waktu kurang lebih dari 24 jam
• Kesiapan RSJMM meliputi status rencana saat ini, frekuensi latihan, status
pelatihan, asuransi, ketersediaan sumber alternatif untuk pelayanan
- Poin 0 tidak ada : Tidak ada kesiapan sama sekali untuk menghadapi bencana
yang akan terjadi
- Poin 1 tinggi : Kesiapan yang dilakukan sudah terbentuk, bisa dilihat dari
adanya dokumen, SDM, dan simulasi risiko bencana yang terjadi
- Poin 2 sedang : Kesiapan yang dilakukan sudah terbentuk, namun hanya
berupa dokumen dan SDM
- Poin 3 rendah : Kesiapan yang dilakukan sudah terbentuk namun hanya
berupa dokumen
• Respon internal meliputi jenis persediaan yang ada apakah memenuhi
kebutuhan, volume persediaan yang ada, distribusi pasokan, ketersediaan staf,
ketersediaan sistem cadangan, kemampuan sumber daya internal untuk
bertahan terhadap bencana.
- Poin 0 tidak ada : Tidak ada sama sekali
- Poin 1 tinggi : Respon tinggi yaitu sudah ada tim darurat dan sudah mengikuti
pelatihan kegawatdaruratan
- Poin 2 sedang : Respon sedang yaitu sudah ada tim darurat namun belum
diikutsertakan pelatihan
- Poin 3 rendah : Respon rendah yaitu belum ada tim darurat yang jelas
• Respon eksternal meliputi jenis perjanjian dengan lembaga masyarakat/latihan,
koordinasi dengan lembaga lokal/nasional, koordinasi dengan fasilitas perawatan
kesehatan yang lebih tinggi, koordinasi dengan fasilitas pengobatan khusus,
sumber daya masyarakat
- Poin 0 tidak ada : Tidak ada sama sekali
- Poin 1 tinggi : Respon tinggi yaitu Rumah Sakit sudah melakukan kerjasama
dengan semua instansi terkait adanya bencana yang terjadi
- Poin 2 sedang : Respon sedang yaitu Rumah Sakit sudah melakukan
kerjasama dengan beberapa instansi
- Poin 3 rendah : Respon rendah yaitu Rumah Sakit belum melakukan
kerjasama namun sudah ada rencana untuk melakukan kerjasama.
Hospital Safety Index (HSI) merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk
menilai suatu Rumah Sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan tetap beroperasi,
berfungsi dan memberikan pelayanan dalam kondisi darurat dan/atau bencana. HSI
membantu pengambil kebijakan untuk menentukan secara cepat tindakan yang
diambil untuk meningkatkan keamanan dan kemampuan Rumah Sakit dalam
merespon kondisi darurat dan/atau bencana dengan fokus kepada pencegahan,
mitigasi, respon darurat dan pemulihan.
Perhitungan nilai HSI menggunakan formulir (kalkulator HSI) yang dikeluarkan oleh
WHO dan dapat diunduh di media elektronik
(https://www.who.int/hac/techguidance/preparedness/hospital_safety_index_forms.
p df). Langkah pertama yaitu tim evaluasi mengisi dengan lengkap semua aspek
penilaian berdasarkan situasi dan kondisi sebenarnya di RSJMM.
Selanjutnya hasil penilaian semua aspek dimasukkan dalam instrumen dalam link
yang berisi formula rumus perhitungan. Perhitungan berdasarkan bagaimana
penilaian setiap item pertanyaan, pentingnya item dalam masing-masing aspek
penilaian dan kepada keseluruhan keamanan Rumah Sakit dalam menghadapi
kondisi darurat dan/atau bencana. Dalam melakukan perhitungan, tim evaluasi
harus mendapatkan pelatihan terlebih dahulu.
HSI diisi oleh tim kewaspadaan bencana yang didalamnnya ada yang sudah
mendapatkan pelatihan HSI dan Sebagian besar terdiri dari unsur direksi/
manajemen, K3, Mutu, PPI (terkait wabah) bagian umum/logistik, IGD/Medis,
pemeliharaan sarana, sanitasi, penunjang medik dan penunjang non medik serta
yang dimungkinkan terlibat dalam kondisi bencana.
Tim tanggap darurat dan/atau bencana atau Incident Command System harus terdiri dari
sumber daya manusia yang yang memiliki pengetahuan atau sudah terlatih, dengan
jumlah anggota yang memadai dan menunjuk seorang pemimpin/ ketua tim. Setiap
satuan kerja/ unit/ instalasi menugaskan 1 (satu) orang sebagai anggota tim tanggap
darurat dan/ atau bencana.
Pimpinan Kondisi/
Incident Commander
Humas/ Expert team
Public Information
PJ PJ PJ Logistik PJ Keuangan/
4 Tim Ahli / Expert Team Penanggung jawab terkait dengan kejadian adanya
wabah/endemic
Penanggung jawab pencegahan dan pengendalian
wabah/epidemi dengan memonitor respon Rumah
Sakit dalam mengidentifikasi dan memperbaiki
kondisi darurat
Berkewajiban menentukan potensi bahaya terkait
wabah/epidemi yang membahayakan pasien,
karyawan, pengunjung dan lingkungan Rumah Sakit
Bertanggungjawab untuk memastikan keselamatan
semua sumber daya manusia yang sedang bertugas
Bertanggungjawab untuk mengidentifikasi,
melakukan evaluasi dan memecahkan masalah
pengendalian dan pencegahan yang berhubungan
fasilitas dan sarana prasarana
Mengidentifikasi Alat Pelindung Diri (APD) yang
dibutuhkan oleh karyawan berdasarkan potensi
bahaya saat terjadi kondisi darurat dan/atau bencana
yang terkait dengan wabah/endemi
Memiliki tugas untuk melakukan koordinasi dengan
Tim Medis Reaksi Cepat (TMRC) dan mengaktifkan
satuan kerja yang ada di Kelompok Staf Medis
( KSM ), rawat jalan, rawat inap, rawat intensif,
kamar operasi, penunjang medis dan non medis, dan
Forensik untuk kesiapan pelayanan pasien bila
terjadi darurat wabah/epidemi
Mendata kapasitas medis yang berupa jumlah
dokter, perawat dan bidan, kapasitas rawat jalan,
kapasitas rawat inap, kapasitas ICU, kapasitas alat
kedokteran, kapasitas alat kesehatan dan APD untuk
tim medis
2. Natural Disaster:
a. SPO Gempa Bumi
b. SPO Tsunami
c. SPO Banjir
d. SPO Gunung Meletus
e. SPO Kebakaran Hutan
f. SPO Tanah Longsor
g. SPO Angin Kencang
h. SPO Suhu Ekstrim
i. SPO Kekeringan
3. Human Disaster:
a. SPO Kejadian Penculikan Bayi
b. SPO Ancaman Bom
c. SPO Huru-hara dan demonstrasi
d. SPO Sabotase dan Terorisme
e. SPO Kecelakaan Masal
f. SPO Kerusuhan Sipil
g. SPO Penyanderaan
h. SPO Konflik Bersenjata
i. SPO Kerumunan Massa
4. Technological Disater:
a. SPO Kejadian Kebakaran/ Code Red
b. SPO Penggunaan APAR
c. SPO Penggunaan Hidran
d. SPO Penggunaan sensor asap dan pemadam otomatis
e. SPO Penggunaan APD Fire Fighter
f. SPO Mitigasi Kebakaran
g. SPO Kegagalan Kelistrikan
h. SPO Kegagalan Generator
i. SPO Kecelakaan Industri
j. SPO Kegagalan Transportasi
k. SPO Kegagalan Sistem Persediaan Air
l. SPO Kekurangan Gas Medis
m. SPO Kekurangan Supply
n. SPO Kerusakan Struktur Bangunan
o. SPO Kecelakaan Transportasi
5. Hazmat Disaster:
a. SPO Tumpahan B3
b. SPO Tanggap Darurat Tumpahan B3
c. SPO Penggunaan Spillkit
d. SPO Penggunaan APD terkait Disaster Hazmat
e. SPO Kebocoran Radiasi
f. SPO Tanggap Darurat Bencana Radiasi
g. SPO Penggunaan APD terkait Bencana Radiasi
6. Disease Disaster:
a. SPO Keracunan makanan Masal
b. SPO KLB
c. SPO Penggunaan APD terkait Wabah
d. SPO Epidemi, Pandemi dan Emerging Diseases
e. SPO Serangan Hama
Apabila kondisi darurat meningkat menjadi bencana, pihak Rumah Sakit memiliki SPO
untuk mengelola komunikasi dengan pihak eksternal yang terkait.
Kode darurat
Kode darurat di RSJMM digunakan untuk menginformasikan petugas dan pengunjung
akan terjadinya suatu kondisi darurat dan bencana yang terjadi. Kode darurat dibuat
singkat dan dipahami oleh seluruhnya, sehingga dianggap lebih gampang apabila
dipresentasikan dalam warna. Di RSJMM ada beberapa kode kedaruratan yang
secara umum digunakan antara lain:
Pengumuman ini utamanya adalah untuk memanggil tim medis reaksi cepat atau
tim code blue yang bertugas pada saat tersebut, untuk segera berlari secepat
mungkin (Respon time < 10 menit) menuju ke tempat lokasi/ ruangan yang
diumumkan dan melakukan resusitasi jantung dan paru pada pasien.
Untuk kode bencana lainnya yang berupa tambahan selain yang ada pada kode
bencana tersebut diatas dapat ditambahkan sesuai dengan kesepakatan,
pemahaman dan kebijakaan dari RSJMM. Kejadian-kejadian bencana tersebut
seperti : Banjir bandang, Tanah longsor, Angin Puting Beliung/Badai, dan Kejadian
bencana lainnya
Nomor penting
Nomor penting yang dapat dihubungi dibagi menjadi nomor internal Rumah Sakit dan
nomor eksternal RSJMM. Nomor internal RSJMM yang dapat dihubungi antara lain :
111 (Code Red) dan 333 (Code Blue), 135 (Direksi), 100 Operator, dan 125 (IGD).
Nomor penting eksternal RSJMM ketika terjadi bencana antara lain Pusat krisis
Kementerian Kesehatan (Public Safety Center), Ambulan gawat darurat, Polisi/ Kodim,
SAR, PLN, Pemadam kebakaran, Posko bencana, PMI atau nomor lain sesuai
dengan kondisi darurat dan/atau bencana di RSJMM.
Rambu-rambu keselamatan dan tanda darurat harus diletakkan pada tempat yang
mudah dilihat baik oleh petugas RSJMM maupun pengunjung.:
c. Kamar operasi
d. Hemodialisis
Penyediaan dan penggunaan APD (alat pelindung diri) atau PPE (personal
protection equipment) menyesuaian dengan Panduan yang ditetapkan oleh
WHO maupun Kementerian Kesehatan sesuai tingkat risiko penularan penyakit.
Penyediaan APD sesuai area, untuk area yang masuk zona merah, kuning
maupun area hijau. Penyediaan APD diprioritaskan kepada petugas kesehatan
di Rumah Sakit yang termasuk kelompok risiko tinggi, seperti :
1) APD untuk petugas di ruang isolasi adalah APD lengkap (penutup kepala,
kaca mata goggle/Face Shield, masker N95, sarung tangan, apron/pakaian
pelindung/gown, sepatu pelindung)
2) APD untuk petugas di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang
melakukan kontak langsung dengan pasien menggunakan APD lengkap
3) APD untuk petugas yang tidak kontak langsung dengan pasien minimal
terdiri dari masker medis dan sarung tangan
4) APD untuk petugas laboratorium adalah APD lengkap (penutup kepala,
kaca mata goggle/face shield, masker N95, sarung tangan, apron/pakaian
pelindung/gown, sepatu pelindung)
5) Pada situasi dimana telah terjadi penularan wabah penyakit menular udara
antar manusia di lingkungan RSJMM maka semua petugas kesehatan,
baik yang kontak dengan pasien secara langung maupun tidak, diharuskan
menggunakan APD lengkap
Untuk ketentuan APD terkait dengan risiko penularan penyakit dapat mengikuti
apa yang direkomendasikan dari PPI yang mengacu pada standar yang ada.
d. Dekontaminasi Ambulans
Sebelum keluar dari RSJMM, mobil ambulans yang mengantar pasien penyakit
menular kedaruratan kesehatan masyarakat harus didekontaminasi di lokasi
yang disiapkan.
1) Persiapan
Petugas menggunakan APD sarung tangan rumah tangga lateks,
celemek kedap air, kacamata pelindung, sepatu boot
Menyiapkan perlengkapan desinfeksi udara dan Spill Kit darah serta
cairan tubuh
2) Prosedur
Petugas cuci tangan dan menggunakan APD
Langkah pertama dilakukan desinfeksi udara
Selanjutnya jika ada tumpahan darah atau muntah maka dilakukan
pembersihan sesuai prosedur penanganan tumpahan darah dan cairan
tubuh (SpillKit)
Terakhir dilakukan desinfeksi permukaan
5. Kebutuhan Logistik
Logistik yang perlu dipersiapkan meliputi :
a. Kebutuhan peralatan medis (ventilator, bed side monitor, tabung oksigen, tiang
infus, dsb) sesuai kebutuhan
b. Kebutuhan obat untuk pasien
c. Kebutuhan obat profilaksis untuk petugas sesuai kebutuhan
d. Rekam medis
e. Kebutuhan APD lengkap
f. Kebutuhan spill kit
g. Kebutuhan forensik
h. Kebutuhan pakaian harian jaga petugas
i. Makanan untuk pasien dan keluarga yang berada di Rumah Sakit
j. Makanan untuk petugas
k. Kebutuhan logistik lainnya
6. Penyiapan Infrastruktur
a. Menyiapkan ruang isolasi perawatan pasien
b. Menyiapkan eskalasi ruang isolasi bila diperkirakan akan kapasitas terlampaui
c. Menyiapkan ruang triage darurat bila diperlukan
d. Menyiapkan ruang dekontaminasi ambulans
e. Menyiapkan ruang istirahat bagi petugas kesehatan dan non kesehatan bila
diberlakukan penutupan terbatas dalam lingkungan RSJMM
f. Menyiapkan Rumah Sakit lapangan, bila diperlukan
g. Menyiapkan infrastruktur terkait gas medis, air, pembuangan limbah, listrik,
telepon, dan sistem informasi, termasuk jaringan internet untuk memenuhi
kebutuhan di lapangan
7. Manajemen Dan Mobilisasi SDM
a. Pendataan tenaga, baik tenaga kesehatan maupun nonkesehatan di Rumah
Sakit
b. Menyiapkan tenaga cadangan baik tenaga kesehatan maupun non kesehatan
c. Pengerahan bantuan SDM untuk eskalasi di IGD maupun ruang isolasi
mengutamakan SDM yang on site di Rumah Sakit
d. Apabila dibutuhkan SDM yang lebih banyak maka Rumah Sakit memberikan
instruksi bagi petugasyang sedang libur untuk membantu penanganan pasien
e. Rekruitmen dan kredensialing tenaga bantuan atau relawan dari eksternal
dilakukan sesuai prosedur dengan akses koordinasi satu pintu
f. Sebelum terjun ke lapangan dilakukan program pembekalan/pelatihan cepat
terkait penanganan kasus bagi para tenaga bantuan
8. Prosedur Keamanan
a. Memaksimalkan tim petugas keamanan Rumah Sakit untuk meningkatkan
keamanan Rumah Sakit
b. Meningkatkan keamanan wilayah IGD dan ruang isolasi
c. Mengamankan jalur masuk dan keluar ambulans rujukan
d. Melakukan pengawalan bagi ambulans perujuk menuju ruang isolasi.
e. Mengamankan jalur petugas yang mentranspor pasien penyakit menular
terkait kedaruratan kesehatan masyarakat
f. Berkoordinasi dengan pihak kepolisian
g. Apabila dilakukan penutupan Rumah Sakit untuk karantina maka akses
masuk/keluar pengunjung Rumah Sakit melalui satu pintu dan semua orang
yang masuk/keluar Rumah Sakit harus dicatat, termasuk alamat rumah yang
jelas sesuai dengan tanda pengenal yang sah
9. Komunikasi dan Informasi
a. Menyiapkan satu orang juru bicara RSJMM
b. Melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat dan daerah, dalam hal ini
melalui pusat komunikasi publik, mengenai informasi yang akan diberikan
kepada media yang diatur sesuai dengan aturan yang berlaku
c. Menyiapkan bahan yang akan disampaikan kepada pusat media pemerintah
d. Menyiapkan pesan yang akan disampaikan kepada pasien dan seluruh staf
RSJMM
e. Menyiapkan hotline atau nomor telepon penting RSJMM dan petugas medis
10. Transportasi
a. Menyiapkan kendaraan untuk operasional RSJMM
b. Menyiapkan ambulans untuk rujukan
DI RUMAH SAKIT
Pelatihan dan simulasi kondisi darurat mencakup dua hal penting, yaitu mengenai
penanggulangan pada saat kondisi darurat dan setelah kondisi darurat terjadi. Simulasi
dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Simulasi internal dilakukan oleh staf dan
manajemen Rumah Sakit, di dalam satu area gedung atau untuk keseluruhan area
gedung yang ada di Rumah Sakit tanpa melibatkan pihak luar / eksternal terkait. Simulasi
eksternal dilakukan oleh staf dan manajemen Rumah Sakit dengan melibatkan pihak-
pihak eksternal seperti diantaranya dinas penanggulangan pemadam kebakaran dan
penanggulangan bencana, kepolisian, BPBD/BNPB, dan lainnya.
A. Pelatihan
Pelatihan kesiapsiagaan yang dilakukan Rumah Sakit antara lain:
• Pelatihan HVA Dan HSI
• Pelatihan Darurat Dan Bencana Wabah Internal Dan Eksternal Di Rumah Sakit
• Pelatihan Penanganan Kebakaran Di Ruang Perawatan Rumah Sakit
• Pelatihan Darurat Dan Bencana Di Tumpahan B3 Di Rumah Sakit
• Pelatihan Darurat Keamanan Di Rumah Sakit
• Pelatihan Darurat Peralatan Medis Di Rumah Sakit
• Pelatihan Darurat Sistem Utilitas Di Rumah Sakit
• Pelatihan Darurat Sistem IT Di Rumah Sakit
• Pelatihan Basic Life Support (BLS)
• Pelatihan Triase
• Pelatihan Evakuasi Pasien
B. Simulasi
Simulasi dapat dilakukan dengan table top excercise dan simulasi lapangan. Setiap
pegawai Rumah Sakit setidaknya mengikuti simulasi 1 (satu kali) dalam setahun.
Pelaksanaan simulasi menggunakan skenario umum dan detail. Skenario disesuaikan
dengan kondisi masing-masing Rumah Sakit.
PENUTUP
Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor merupakan salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna kepada
masyarakat. RSJMM dengan karakteristik padat karya, pada modal, padat teknologi dan
padat pakar mempunyai risiko terhadap keselamatan dan kesehatan kerja terhadap
karyawan yang berdampak terhadap kualitas layanan bagi pengguna. Kondisi darurat
dan/atau bencana yang dapat terjadi di RSJMM merupakan suatu kejadian yang dapat
mengancam jiwa dan keselamatan bagi pekerja dan pengguna RSJMM, sehingga perlu
adanya berbagai upaya dalam melakukan identifikasi risiko dan kesiapsiagaandi Rumah
Sakit.
Panduan Kondisi Darurat & Atau Bencana di RSJMM merupakan suatu upaya bagaimana
pekerja dapat memahami dan melakukan tindakan yang semestinya jika terjadi kondisi
darurat dan/atau bencana. Semoga dengan adanya panduan ini dapat menciptakan
RSJMM yang aman, tetap beroperasi dan memberikan pelayanan dalam kondisi darurat
dan/atau bencana.