Anda di halaman 1dari 27

Health Risk Assessment

Unit Hemodialisa
RS Awal Bros Pekanbaru

2.1 Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu ilmu pengetahuan mengenai
upaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan
kerja diartikan sebagai upaya yang bertujuan untuk melindungi pekerja; menjaga
keselamatan orang lain; melindungi peralatan, tempat kerja dan bahan produksi; menjaga
kelestarian lingkungan hidup dan melancarkan proses produksi. Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah merupakan bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan, yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian risiko yang yang terjadi seminimal
mungkin berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman
efisien dan produktif.
Salah satu penerapan K3 di rumah sakit dapat melibatkan tenaga kerja,
cara/metode kerja, alat kerja, proses kerja, dan lingkungan kerja. Program K3 di rumah
sakit bertujuan untuk meningkatkan produktifitas pekerja, melindungi keselamatan
pasien, pengunjung, dan masyarakat di sekitar rumah sakit. Perencanaan yang tepat
dalam manajemen sistem K3 di RS berawal dengan identifikasi sumber bahaya, penilaian
dan pengendalian faktor risiko melalui penilaian risiko kesehatan.
Health risk assessment (HRA) adalah penilaian risiko kesehatan yang merupakan
kuesioner dalam mengevaluasi faktor gaya hidup dan risiko kesehatan individu. Petugas
kesehatan dapat mengumpulkan data penting guna mengidentifikasi risiko kondisi kronis,
menginformasikan upaya intervensi, dan mengukur keberhasilan program kesehatan
pekerja. HRA yang berkualitas akan membantu organisasi dalam memperbaiki kesehatan
3

komunitas pekerja, berkontribusi terhadap budaya kesehatan, meningkatkan hubungan,


dan mengurangi biaya kesehatan. Dalam melakukan penilaian risiko kesehatan dapat
mencakup empat langkah dasar perencanaan dan proses yang dimulai dengan identifikasi
potensi bahaya, penilaian efek (penilai respon dosis terutama pada bahan kimia),
penilaian pajanan, dan karakteristik risiko.  
4

Rumah sakit memiliki berbagai potensi bahaya termasuk penyakit infeksi


terhadap para karyawan, pasien, dan pengunjung. Beberapa penyakit infeksi yang umum
ada di rumah sakit adalah tuberkulosis, hepatitis B, dan hepatitis C. Selain penyakit
infeksi, di rumah sakit juga memiliki risiko atau bahaya lain yang mempengaruhi situasi
dan kondisi di rumah sakit, seperti kecelakaan (meliputi kejadian ledakan, kebakaran,
kecelakaan yang diakibatkan adanya masalah pada instalasi listrik, serta faktor-faktor
yang dapat membuat cidera lainnya), radiasi, paparan bahan kimia beracun dan
berbahaya, gas-gas anastesi.  
5

Salah satu unit penunjang non medis dalam rumah sakit yang memiliki potensi
bahaya bagi pekerja yaitu unit hemodialisa. Dimana terdapat beberapa jenis bahaya pada
unit HD, mulai dari bahaya fisik, kimia seperti untuk cairan reuse dan bahaya biologis
seperti terpapar darah pasien. Selain 3 bahaya diatas, bahaya ergonomi dan psikososial
juga dapat terjadi pada pekerja di unit hemodialisa.

2.2 Pelaksanaan Program


a. Persiapan
Kegiatan Penilaian Risiko Kesehatan Kerja pada di unit hemodialisa RS Awal
Bros Pekanbaru yang diwakili oleh kepala ruangan HD dan tim K3RS Awal bros
Pekanbaru dipersiapkan dengan melakukan hal-hal dibawah ini :
● Menentukan ruang lingkup kegiatan manajemen resiko
● Menyiapkan tim penilaian risiko keselamatan dan kesehatan kerja
● Menyiapkan prosedur dan mekanisme pelaporan
● Menyiapkan Dokumentasi

b. Identifikasi hazard
Proses Identifikasi bahaya dilakukan secara kuantitatif (untuk yang telah
terdapat hasil pengukurang lingkungan) dan kualitatif melalui proses rapat walk
through survey dan wawancara terhadap pekerja di unit HD.
c. Penilaian risiko
Dalam proses penilaian risiko, RS Awal bros berdasarkan dokumen
rumahsakit mengenai health risk assessment maka RS awalbros menggunakan
matriks probability dan severity 5x.5, tabel mengenai penjelasan tingkatan risiko
probability dan severity terlampir dalam tabel 2.1, setelah dinilai maka
selanjutkan akan dimasukan kedalam matrix risiko yang terlampir pada tabel 2.2

Tabel 2.1 Tabel Severity dan Probability Aspek Kesehatan

Probability
Leve Category Descriptio
l n
5 Frequent Hampir pasti terjadi, terjadi lebih dari sekali dalam 12 bulan.
4 Probable Sangat sering terjadi, terjadi sekali dalam setahun.
3 Occasiona Sering terjadi, terjadi dalam 2 tahun sekali.
l
2 Moderate Mungkin terjadi, terjadi dalam 3 tahun sekali.
1 Unlikely Jarang sekali terjadi, terjadi dalam 5 tahun sekali.

Severity (S)
Tingkat Deskripsi Dampak Penyakit Kerja Dampak Kecelakaan
Kerja
Risiko
5 Katastropik Kematian atau kecacatan Kematian atau kecacatan
permanen permanen
4 Mayor Terjadi penyakit akibat kerja Terjadi cidera akibat
dengan kehilangan hari kerja kerja dengan kehilangan
dengan disabilitas permanen hari kerja dengan ada
disabilitas permanen
3 Moderate Terjadi penyakit akibat kerja Terjadi cidera akibat
dengan kehilangan hari kerja kerja dengan kehilangan
tanpa ada disabilitas permanen hari kerja tanpa ada
disabilitas permanen
2 Minor Ada penyakit akibat kerja tanpa Ada cedera ringan tanpa
disertai hilang hari kerja disertai kehilangan hari
kerja
1 Insignifikan Tidak ada penyakit akibat kerja Ada kecelakaan kerja
Tabel 2.2 Tabel Matrix Risiko Aspek Kesehatan

Severity
Probability
Insignifikan Minor Moderate Mayor Katastropik
(1) (2) (3) (4) (5)
Frequent
Moderate (5) Moderate (10) High (15) Extreme (20) Extreme (25)
(5)
Probable
Low (4) Moderate (8) High (12) High (16) Extreme (20)
(4)
Occasional
Low (3) Moderate (6) Moderate (9) High (12) High (15)
(3)
Moderate
Low (2) Low (4) Moderate (6) Moderate Moderate
(2)
(8) (10)
Unlikely
Low (1) Low (2) Low (3) Low (4) Moderate (5)
(1)

Setelah didapatkan adanya risiko berdasarkan matrix diatas, selanjut diidentifikasi


pengendalian apa yang telah dilakukan oleh pemberi kerja terhadap hazard terkait, mulai dari
eliminasi hingga APD(gambar terlampir), setelah teridentifikasi selanjutnya dilakukan pengalian
terhadap faktor proteks(terlampir), dimana hasil dari pengalian tersebut disebut sebagai residual
risk (RR).
Gambar 2.1. Pengendalian Risiko
Tabel 2.3 Faktor Proteksi Risiko
Formula risiko
Severity x (Probability x Faktor proteksi)
Eliminasi 0.1
Subtitusi 0.4
Teknik – Multipel 0.6
Teknik – Single 0.7
Tanda peringatan 0.8
Administratif 0.9
APD 0.95

Pada penilaian identifikasi risiko dan stratifikasi risiko kesehatan di RS Awalbros


Pekanbaru menggunakan identifikasi berdasarkan proses kerja, proses kerja di unit hemodialisa
RSAB Pekanbaru adalah sebagai berikut:

Proses kerja:

Perawat melakukan terminasi Jika ada pasien immobilisasi


Pihak Admin menerima pasien (mengakhiri proses terminasi, maka akan dibantu oleh perawat
HD baru untuk pemberkasan melepas dan merapikan jalur HD untuk mobilisasi selama
di cimino / CDL dan TTV Ulang perawatan

Nurse aid melakukukan re-use


Pasien melakukan timbang berat Melakukan assessment kondisi dialyzer menggunakan satolin
badan, terkadang diangkat TTV Pasien intradialisa + dan persiapan alat HD, termasuk
perawat untuk pasien handicap pemberian obat jika diperukan pengolahan asam sitrat dan
penyimpanan barang di gudang

Dan JIka kondisi pasien tidak


stabil maka akan dilakukan
Pasien berbaring di bed HD,
Pemasangan akses HD di cimino / transfer pasien ke UGD. dan jika
perawat melakukan pemeriksaan
CDL pasien dari rawat inap atau unit
TTV + general assesment
lain perawat membantu
memindahkan perawat
1. Brief Survey:

- Admin mengurus administrasi pasien baru untuk pemberkasan

Grand ROSA score 6 : Risiko tinggi


- Pasien melakukan timbang berat badan, terkadang diangkat perawat untuk pasien
handicap

Kesimpulan: Risiko sedang pada bahu, leher dan punggung.

- Pasien berbaring di bed HD terkadang dibantu perawat, perawat melakukan pemeriksaan


TTV + general assesment
Kesimpulan: Risiko sedang pada bahu, leher dan punggung.

- Pemasangan jalur HD di cimino / CDL

Kesimpulan: Risiko sedang pada leher dan punggung.

- Melakukan assessment kondisi TTV Pasien intradialisa + pemberian obat jika diperukan
Kesimpulan: Risiko sedang pada siku, bahu, leher, dan punggung

- Perawat melakukan terminasi (mengakhiri proses terminasi, melepas dan merapikan jalur
HD di cimino / CDL dan TTV Ulang)

Kesimpulan: Risiko sedang pada leher dan punggung

- Jika ada pasien immobilisasi maka akan dibantu oleh perawat untuk mobilisasi selama
perawatan
Kesimpulan: Risiko sedang pada bahu, leher dan punggung.

- Nurse aid melakukukan re-use dialyzer menggunakan satolin dan persiapan alat HD,
termasuk pengolahan asam sitrat dan pengambilan barang di gudang

-
Kesimpulan: Risiko sedang pada kedua tangan, siku, leher, bahu dan punggung.

- JIka kondisi pasien tidak stabil maka akan dilakukan transfer pasien ke UGD. dan jika
pasien dari rawat inap atau unit lain perawat membantu memindahkan perawat
Kesimpulan: Risiko tinggi pada kedua tangan dan punggung, Risiko Sedang pada kedua bahu.

2. Tingkat Kebisingan

Tim K3L Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru telah melakukan pemeriksaan
tingkat kebisingan di seluruh unit kerja Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru, pada laporan
hasil pemeriksaan didapatkan bahwa tingkat kebisingan di ruang hemodialisa 57.5 dB,
hasil ini dapat diintrepetasikan bahwa hasil pemeriksaan kebisingan dalam batas normal
atau dibawah nilai ambang batas ruangan HD yaitu 65 dB.

3. Tingkat pencahayaan
Tim K3L Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru telah melakukan pemeriksaan
tingkat pencahayaan di seluruh unit kerja Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru, pada
laporan hasil pemeriksaan didapatkan bahwa tingkat pencahayaan di ruang hemodialisa
214.2 lux, hasil ini dapat diintrepetasikan bahwa hasil pemeriksaan pencahayaan diatas
nilai minimal ruang rawat jalan untuk tindakan, yaitu 200 lux.
d. Identifikasi hazard dan risiko pekerja pada unit hemodialisa RSAB:

1. Pihak Admin menerima pasien HD baru untuk pemberkasan


Kategori bahaya Tingkat pajanan Risiko efek Risiko Pengendalian Hasil RR
kesehatan kecelakaan pengukuran
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psikososial P S R kerja (jika ada)

Pencahayaan
kurang

Bakteri, 5 4 20 COVID-19 A: Protokol 5M, Kebijakan 13.85


Virus, Jamur RS untuk pekerja selama
pandemi, Kebijakan RS
untuk pasien dan keluarga
selama Pandemi.
APD: Level 1

3 2 6 Other ISPA APD: Masker 5.7

Posisi 4 2 8 Back pain Risiko 8


janggal tinggi

Konflik 4 3 12 Stres kerja Konseling pekerja oleh Sedang 9.72


dengan psikolog, pertemuan rutin
pasien karyawan

Beban kerja 4 3 12 Stres kerja Mekanisme untuk Berat 8.7


berlebih pengaturan jam lembur,
konseling pekerja oleh
psikolog, pertemuan rutin
karyawan

2. Pasien melakukan timbang berat badan, terkadang diangkat perawat untuk pasien handicap saat sebelum HD dan setelah HD
Kategori Bahaya Tingkat Pajanan Risiko efek Risiko Pengendalian Hasil RR
kesehatan kecelakaan pengukuran
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psikososial P S R kerja (jika ada)

Pencahayaan 4 2 8 Eye strain T: Menggunakan alat yang 214.2 5.6


redup memberikan tambahan
cahaya pada angka
timbangan

Bakteri, 5 4 20 COVID-19 A: Protokol 5M, Kebijakan 13.85


Virus, Jamur RS untuk pekerja selama
pandemi, Kebijakan RS
untuk pasien dan keluarga
selama Pandemi.
APD: Level 1

3 2 6 Other APD: Masker 5.7


ISPA

3 2 6 Penyakit APD: Handscoen, masker 5.7


kulit

Back flexed 4 2 8 Back pain T: Menggunakan alat 5.6


> 200 timbang dalam posisi duduk
3 2 6 Pasien
terjatuh

Arm behind 4 2 8 Shoulder 5.6


body pain

3 2 6 Pasien
terjatuh

Shruged 4 2 8 Shoulder 5.6


shoulder pain

3 2 6 Pasien
terjatuh

Konflik 4 3 12 Stres kerja Konseling pekerja oleh Sedang 9.72


dengan psikolog, pertemuan rutin
pasien karyawan

Konflik 3 3 9 Stres kerja SOP penyelesaian masalah, Ringan 7.29


dengan rekan konseling pekerja oleh
kerja psikolog, pertemuan rutin
karyawan

Beban kerja 4 3 12 Stres kerja Mekanisme untuk Berat 8.7


berlebih pengaturan lembur,
konseling pekerja oleh
psikolog, pertemuan rutin
karyawan

3. Pasien berbaring di bed HD, terkadang dibantu oleh perawat, periksa TTV + general assessment saat sebelum HD &
Pasien pindah dari bed ke kursi roda saat selesai proses HD
Kategori Bahaya Tingkat Pajanan Risiko efek Risiko Pengendalian Hasil RR
kesehatan kecela pengukuran
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psikososial R kaan (jika ada)
kerja

Pencahayaan 4 2 8 Eye Strain 214.4 8


redup

Bakteri, 5 4 20 COVID-19 A: Protokol 5M, Kebijakan RS 13.85


Virus, Jamur untuk pekerja selama pandemi,
Kebijakan RS untuk pasien HD
selama Pandemi.
APD: Sesuai level 1

3 2 6 Other APD: Masker 5.7


ISPA

3 2 6 Penyakit APD: Handscoen 5.7


kulit

Back flexed 4 2 8 Back pain T: Menggunakan adjustable bed 5.6


> 200
3 2 6 Pasien 4.2
terjatu
h

Neck flexed 4 2 8 Neck pain 5.6


> 300
3 2 6 Pasien
terjatu
h

Arm behind 4 2 8 Shoulder 5.6


body pain

3 2 6 Pasien
terjatu
h

Shruged 4 2 8 Shoulder 5.6


shoulder pain

3 2 6 Pasien
terjatu
h

Konflik 4 3 12 Stres kerja Konseling pekerja oleh psikolog, Sedang 9.72


dengan pertemuan rutin karyawan
pasien

Konflik 3 3 9 Stres kerja SOP penyelesaian masalah, Ringan 7.29


dengan rekan konseling pekerja oleh psikolog,
kerja pertemuan rutin karyawan

Beban kerja 4 3 12 Stres kerja Mekanisme untuk pengaturan Berat 8.7


berlebih lembur, konseling pekerja oleh
psikolog, pertemuan rutin
karyawan

4. Pemasangan, pencopotan jalur HD di cimino / CDL serta menyuntik obat jika diperlukan
Kategori Bahaya Tingkat Pajanan Risiko efek Risiko Pengendalian Hasil RR
kesehatan kecela pengukuran
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psikososial P S R kaan (jika ada)
kerja

Pencahayaan 4 2 8 Eye strain T: Penggunaan senter HP masing- 214.4 5.6


masing pekerja

5 2 8 Bleedi T: Penggunaan senter HP masing- 5


ng masing pekerja
A: Pelatihan menyuntik pada
pasien dengan pengencer darah
(sertifikasi HD)

3 2 6 Needl T: Penggunaan senter HP masing- 3.6


e stick masing pekerja
injury A: Pelatihan pencegahan needle
stick injury
APD: handscone

Bakteri, 5 4 20 COVID-19 A: Protokol 5M, Kebijakan RS 13.85


Virus, Jamur untuk pekerja selama pandemi,
Kebijakan RS untuk pasien HD
selama Pandemi.
APD: Sesuai level 1

3 2 6 Other APD: Masker 5.7


ISPA

3 2 6 Penyakit APD: Handscoen 5.7


kulit

2 5 10 Blood A: Kebijakan vaksinasi Hep B, 6.9


borne dis. Pelatihan pencegahan needle stick
injury, Pedoman pelayanan HD
bagi pasien dengan HepB, HepC,
dan HIV
APD: Handscoene

Back flexed 4 2 8 Back pain T: Menggunakan adjustable bed / 5.6


> 200 kursi kecil jika kondisi pekerja
cukup tinggi
Neck flexed 3 2 6 Neck pain 4.2
> 300

Konflik 4 3 12 Stres kerja Konseling pekerja oleh psikolog, Sedang 9.72


dengan pertemuan rutin karyawan
pasien

Konflik 3 3 9 Stres kerja SOP penyelesaian masalah, Ringan 7.29


dengan rekan konseling pekerja oleh psikolog,
kerja pertemuan rutin karyawan

Beban kerja 4 3 12 Stres kerja Mekanisme untuk pengaturan Berat 8.7


berlebih lembur, konseling pekerja oleh
psikolog, pertemuan rutin
karyawan

3 2 6 Needl A: Mekanisme untuk pengaturan 4.2


e stick lembur, konseling pekerja oleh
injury psikolog, pertemuan rutin
karyawan
APD: Handscone

5. Melakukan assessment kondisi TTV Pasien intradialisa + pemberian obat jika diperukan

Kategori Bahaya Tingkat Pajanan Risiko efek Risiko Pengendalian Pemeriksaa RR


kesehatan kecela n
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psikososial P S R kaan lingkungan
kerja (jika ada)

Pencahayaan 4 2 8 Eye Strain 214.4 8

Bising 1 2 4 NIHL T: Mengontrol suara bising dari 57.5 dB


TV

Aliran 1 5 5 Aritmia 5
elektromagnet jantung
ik (listrik)
3 4 12 Luka bakar 12

2 5 10 Kebak 10
aran

Bakteri, 5 4 20 COVID-19 A: Protokol 5M, Kebijakan RS 13.85


virus, jamus untuk pekerja selama pandemi,
Kebijakan RS untuk pasien HD
selama Pandemi.
APD: Sesuai level 1

3 2 6 Other APD: Masker 5.7


ISPA

3 2 6 Penyakit APD: Handscoen 5.7


kulit
2 5 10 Blood A: Kebijakan vaksinasi Hep B, 6.9
borne dis. Pelatihan pencegahan needle stick
injury, Pedoman pelayanan HD
bagi pasien dengan HepB, HepC,
dan HIV
APD: Handscoene

Fully 3 2 6 Elbow pain T: Menggunakan adjustable tiang 4.2


extended infus, Menggunakan adjustable
elbow bed,

Arm Raised 3 2 6 Shoulder 4.2


> 450 pain

Neck flexed 3 2 6 Neck pain 4.2


> 300

Extended 3 2 6 Neck pain 4.2


neck

Back flexed 3 2 6 Back pain 4.2


> 200

Konflik 4 3 12 Stres kerja Konseling pekerja oleh psikolog, Sedang 9.72


dengan pertemuan rutin karyawan
pasien

Konflik 3 3 9 Stres kerja SOP penyelesaian masalah, Ringan 7.29


dengan rekan konseling pekerja oleh psikolog,
kerja pertemuan rutin karyawan

Beban kerja 4 3 12 Stres kerja Mekanisme untuk pengaturan Berat 8.7


berlebih lembur, konseling pekerja oleh
psikolog, pertemuan rutin
karyawan

6. Perawat melakukan re-use dialyzer dan persiapan alat serta bahan HD


Kategori Bahaya Tingkat Pajanan Risiko efek Risiko Pengendalian Pemeriksaa RR
kesehatan kecela n
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psikososial R kaan lingkungan
kerja (jika ada)

Pencahayaan 2 2 4 Eye Strain 214.4 4

Bising 1 2 2 NIHL 2

Aliran 1 5 5 Aritmia 5
elektromagn jantung
etik (listrik)

3 4 12 Luka 12
bakar

2 5 10 Kebak 10
aran

Satolin 2 3 6 Asma T : Teknik penyimpanan dan 3.6


penggunaan cairan yang baik dan
4 3 12 Skin burn benar 7.2
A: MSDS
APD: Handscone, masker, apron
plastik.

Asam Sitrat 3 3 9 Skin burn APD: Handscone, masker 8.55

Asam asetat 2 3 6 Asma T : Teknik penyimpanan dan 3.6


penggunaan cairan yang baik dan
benar
A: MSDS
APD: Handscone, masker

Bicarbonat 2 3 6 Iritasi kulit, T : Teknik penyimpanan cairan 3.6


mata dan yang baik dan benar
sal. napas A: MSDS
APD: Handscone, masker

Bakteri, 5 4 20 COVID-19 A: Protokol 5M, Kebijakan RS 13.85


virus, jamur untuk pekerja selama pandemi,
Kebijakan RS untuk pasien HD
selama Pandemi.
APD: Sesuai level 1

4 2 8 Other APD: Masker 5.7


ISPA
Hand flexed 3 2 6 CTS 6
> 450

Hand 3 2 6 CTS 6
extended >
450

Ulnar 3 2 6 Ulnar 6
deviation Neuropathy

Radial 3 2 6 Radial 6
deviation Neuropathy

Arm raised 4 2 8 Shoulder 8


pain

Fully 4 2 8 Elbow pain 8


extended
elbow
(repetitive
movement)

Neck flexed 3 2 6 Neck pain 6


> 300

Back flexed 4 2 8 Back pain 8


> 200

Konflik 3 3 9 Stres kerja Konseling pekerja oleh psikolog, Sedang 7.3


dengan pertemuan rutin karyawan
rekan kerja

Beban kerja 4 3 12 Stres kerja SOP penyelesaian masalah, Ringan 8.7


berlebih konseling pekerja oleh psikolog,
pertemuan rutin karyawan

7. Memindahkan pasien menggunakan bed pasien ke IGD / Rawat Inap


Kategori Bahaya Tingkat pajanan Risiko efek Risiko Pengendalian Pemeriksaa RR
kesehatan kecela n
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psikososial P S R kaan lingkungan
kerja (jika ada)

Bakteri, 5 4 20 COVID-19 A: Protokol 5M, Kebijakan RS 13.85


virus, jamus untuk pekerja selama pandemi,
Kebijakan RS untuk pasien HD
selama Pandemi.
APD: Sesuai level 1

3 2 6 Other APD: Masker 5.7


ISPA

3 2 6 Penyakit APD: Handscoen 5.7


kulit

Arm behind 4 2 8 Shoulder T: Menggunakan adjustable bed 5.6


body pain

Pasien 4.2
terjatu
h

Back flexed 4 2 8 Back pain 5.6


> 200

Pasien 4.2
terjatu
h

Hand 4 2 8 CTS 5.6


extended >
450

Pasien 4.2
terjatu
h

Konflik 4 3 12 Stres kerja Konseling pekerja oleh psikolog, Sedang 9.72


dengan pertemuan rutin karyawan
pasien

Konflik 3 3 9 Stres kerja SOP penyelesaian masalah, Ringan 7.29


dengan konseling pekerja oleh psikolog,
rekan kerja pertemuan rutin karyawan
Beban kerja 4 3 12 Stres kerja Mekanisme untuk pengaturan Berat 8.7
berlebih lembur, konseling pekerja oleh
psikolog, pertemuan rutin
karyawan

e. Risk register unit hemodialisa RSAB Pekanbaru

No. Proses kerja Hazard Risiko penyakit RR Tingkat risiko

1. Seluruh proses kerja Virus SARS COV-2 COVID-19 13.9 High

2. 1,2,3,4,5,7 Konflik dengan pasien Stres kerja 9.7 Medium

3. Seluruh proses kerja Beban kerja berlebih Stres Kerja 8.7 Medium

4. 6 Asam sitrat Skin Burn 8.6 Medium

5. 3 dan 5 Pencahayaan redup Eye strain 8 Medium

6. 1 Posisi janggal admin Myalgia 8 Medium

7. 6 Fully extended elbow (Rep. Move) Elbow pain 8 Medium

8. 6 Back flexed > 200 Back pain 8 Medium

9. 6 Arm Raised > 450 Shoulder pain 8 Medium

10. Seluruh proses kerja Konflik dengan rekan kerja Stres Kerja 7.3 Medium

11. 6 Satolin Skin burn 7.2 Medium

12. 4 dan 5 Virus Blood Br. Dis. 6.9 Medium

13. Seluruh proses kerja Bakteri, virus, jamur Other ISPA 5.7 Medium

14. 1,2,3,4,5,7 Bakteri, virus, jamur Penyakit kulit 5.7 Medium


15. 2 dan 3 Pencahayaan redup Eye Strain 5.6 Medium

16. 2,3,4,6,dan 7 Back flexed 200 Back Pain 5.6 Medium

17. 2,3,6, dan 7 Arm behind body Shoulder pain 5.6 Medium

18. 2 dan 3 Shruged shoulder Shoulder pain 5.6 Medium

19. 3, 5, 6 Neck flexed > 300 Neck pain 5.6 Medium

20. 4 Neck flexed > 300 Neck pain 4.2 Medium

21. 5 Fully extended elbow Elbow pain 4.2 Medium

22. 5 Arm Raised > 450 Shoulder pain 4.2 Medium

23. 5 Neck flexed > 300 Neck pain 4.2 Medium

24. 5 Extended neck Neck pain 4.2 Medium

25. 5 Back flexed > 200 Back pain 4.2 Medium

26. 4 dan 5 Pencahayaan redup Needle stick injury 3.2 Low

27. 6 Asam asetat Asma 3.6 Low

28. 6 Bicarbonat Iritasi kulit, mata 3.6 Low


dan sal. napas

29. 6 Satolin Asma 3.6 Low

f. Rekomendasi Pengendalian
No. Proses kerja Hazard Pengendalian
1. Seluruh proses kerja Virus SARS COV-2 (H) Teknik:
Other ISPA (M) - Menambah jumlah exhaust atau
mengupayakan ventilasi tambahan
Administratif:
- Melakukan pemeriksaan IAQ,
minimal menggunakan anemometer
untuk melihat aliran udara
diruangan
APD:
- Menggunakan APD masker
minimal KN95 untuk antisipasi
opprtunistic airborne (jika belum
dapat melakukan rekomendasi
tekhnik dan administratif)
2. 1,2,3,4,5,7 Konflik dengan pasien (M) Administrasi:
- Pihak Rumah Sakit membuat
3. Seluruh proses kerja Beban kerja berlebih (M)
kebijakan untuk mengikuti arahan
ahli (Sp.KJ / Psikolog dan Sp.Ok)
jika memang diperlukan
penyesuaian pada pekerja terkait
pekerjaan di rumah sakit
4. 6 Asam sitrat (M) Subtitusi:
- Menggantikan asam sitrat bubuk
dengan asam sitrat cair
Tekhnik:
- Memberikan penutup pada dirijen
yg digunakan untuk asam sitrat saat
sedang digunakan
- Menggunakan penadah yang sesuai
untuk peletakan dirijen asam sitrat
jika belum dapat menggunakan
dirijen yang sesuai.
- Mengunakan alat mixer dalam
mencampur asam sitrat bubuk dan
air ketika belum dapat digunakan
asam sitrat cair.
Administrasi:
- Menyediakan MSDS yang sudah di
desain ulang oleh tim K3RS dalam
bentuk leaflet
APD:
- Masker, Google, Sarung tangan
latex, apron kain
5. 3 dan 5 Pencahayaan redup (M) Subtitusi:
- Menggantikan dengan lampu
dengan watt yang lebih terang di
area yang menurut pengukuran
lingkungan tidak memenuhi
standard ketentuan yang berlaku
Tekhnik:
- Membuka penutup tempat lampu di
area yang menurut pengukuran
lingkungan tidak memenuhi
standard ketentuan yang berlaku
- Menggunakan lampu tindakan
setiap ingin melakukan tindakan
kepada pasien, terutama yang
invasif.
Administrasi:
- Memberikan leaflet mengenai
eyestrain dan pencegahannya
- Melakukan senam peregangan otot
mata jika telah terasa gejala eye
strain
6. 1 Posisi janggal admin (M) Subtitusi:
- Mengganti bangku yang digunakan
pekerja(admin) menjadi yang lebih
ergonomis (menggunakan arm rest,
back rest) dan adjustable.
Administratif:
- Pemberi kerja memberikan
pelatihan peregangan otot dan
pekerja melakukan peregangan di
awal- saat periode bekerja dan di
akhir pekerjaan, setiap 2 jam
selama 20 menit.
7. 6 Fully extended elbow (Rep. Move) (M) Subtitusi:
- Menggantikan asam sitrat bubuk
dengan asam sitrat cair
Tekhnik:
- Mengunakan alat mixer dalam
mencampur asam sitrat bubuk dan
air ketika belum dapat digunakan
asam sitrat cair.
Administratif:
- Rotasi pekerja yang mengaduk
cairan asam sitrat setiap 10 menit.
8. 6 Back flexed > 200 (M) Administratif:
Pemberi kerja memberikan pelatihan angkat-
9. 6 Arm Raised > 450 (M)
angkut yang baik dan benar dan pelatihan
peregangan otot
Pekerja melakukan peregangan otot setiap 2
jam bekerja, selama 20 menit.
2.3 Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
i. Bahaya potensial yang dapat ditemukan di unit gizi RS Awal Bros Sudirman adalah
bahaya potensial fisik: Pencahayaan kurang dan bising, serta aliran elektromagnetik
(listrik). Bahaya potensial biologi: virus, bakteri, jamur, bahaya potensial ergonomic:
manual handling, postur janggal, gerak repetitive tangan, bahaya potensial psikososial:
beban kerja berlebih, konflik dengan rekan kerja dan konflik dengan pasien.
ii. Risiko kesehatan kerja yang dihadapi pekerja unit gizi RSAB Sudirman adalah
COVID-19, Low Back Pain, Carpal Tunnel Syndrome, penyakit musculoskeletal
lainnya, eye strain, stress kerja, dan lain-lain. Risiko kecelakaan kerja yang dihadapi
oleh pekerja unit gizi RSAB Sudirman antara lain: needle stick injury, tersetrum,
kebakaran, pasien terjatuh.

b. Rekomendasi
i. Bagi Pekerja Unit Hemodialisa RSAB Sudirman: Untuk meminimalisir risiko
terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, lakukan beberapa upaya
pengendalian seperti menghindari postur janggal seperti membungkuk, lakukan
senam peregangan singkat setiap 2 jam bekerja, menjalankan SOP yang telah ada,
tetap disiplin mengenakan APD, melaporkan kepada supervisor apabila terdapat
kejadian kecelakaan kerja seperti needle stick injury.
ii. Untuk pemberi kerja dalam hal ini K3RS, agar dapat menindaklanjuti rekomendasi terkait
yang telah disebutkan sebelumnya bekerja sama dengan pihak lain di dalam manajemen
rumah sakit yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan rekomendasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai