Unit Hemodialisa
RS Awal Bros Pekanbaru
Salah satu unit penunjang non medis dalam rumah sakit yang memiliki potensi
bahaya bagi pekerja yaitu unit hemodialisa. Dimana terdapat beberapa jenis bahaya pada
unit HD, mulai dari bahaya fisik, kimia seperti untuk cairan reuse dan bahaya biologis
seperti terpapar darah pasien. Selain 3 bahaya diatas, bahaya ergonomi dan psikososial
juga dapat terjadi pada pekerja di unit hemodialisa.
b. Identifikasi hazard
Proses Identifikasi bahaya dilakukan secara kuantitatif (untuk yang telah
terdapat hasil pengukurang lingkungan) dan kualitatif melalui proses rapat walk
through survey dan wawancara terhadap pekerja di unit HD.
c. Penilaian risiko
Dalam proses penilaian risiko, RS Awal bros berdasarkan dokumen
rumahsakit mengenai health risk assessment maka RS awalbros menggunakan
matriks probability dan severity 5x.5, tabel mengenai penjelasan tingkatan risiko
probability dan severity terlampir dalam tabel 2.1, setelah dinilai maka
selanjutkan akan dimasukan kedalam matrix risiko yang terlampir pada tabel 2.2
Probability
Leve Category Descriptio
l n
5 Frequent Hampir pasti terjadi, terjadi lebih dari sekali dalam 12 bulan.
4 Probable Sangat sering terjadi, terjadi sekali dalam setahun.
3 Occasiona Sering terjadi, terjadi dalam 2 tahun sekali.
l
2 Moderate Mungkin terjadi, terjadi dalam 3 tahun sekali.
1 Unlikely Jarang sekali terjadi, terjadi dalam 5 tahun sekali.
Severity (S)
Tingkat Deskripsi Dampak Penyakit Kerja Dampak Kecelakaan
Kerja
Risiko
5 Katastropik Kematian atau kecacatan Kematian atau kecacatan
permanen permanen
4 Mayor Terjadi penyakit akibat kerja Terjadi cidera akibat
dengan kehilangan hari kerja kerja dengan kehilangan
dengan disabilitas permanen hari kerja dengan ada
disabilitas permanen
3 Moderate Terjadi penyakit akibat kerja Terjadi cidera akibat
dengan kehilangan hari kerja kerja dengan kehilangan
tanpa ada disabilitas permanen hari kerja tanpa ada
disabilitas permanen
2 Minor Ada penyakit akibat kerja tanpa Ada cedera ringan tanpa
disertai hilang hari kerja disertai kehilangan hari
kerja
1 Insignifikan Tidak ada penyakit akibat kerja Ada kecelakaan kerja
Tabel 2.2 Tabel Matrix Risiko Aspek Kesehatan
Severity
Probability
Insignifikan Minor Moderate Mayor Katastropik
(1) (2) (3) (4) (5)
Frequent
Moderate (5) Moderate (10) High (15) Extreme (20) Extreme (25)
(5)
Probable
Low (4) Moderate (8) High (12) High (16) Extreme (20)
(4)
Occasional
Low (3) Moderate (6) Moderate (9) High (12) High (15)
(3)
Moderate
Low (2) Low (4) Moderate (6) Moderate Moderate
(2)
(8) (10)
Unlikely
Low (1) Low (2) Low (3) Low (4) Moderate (5)
(1)
Proses kerja:
- Melakukan assessment kondisi TTV Pasien intradialisa + pemberian obat jika diperukan
Kesimpulan: Risiko sedang pada siku, bahu, leher, dan punggung
- Perawat melakukan terminasi (mengakhiri proses terminasi, melepas dan merapikan jalur
HD di cimino / CDL dan TTV Ulang)
- Jika ada pasien immobilisasi maka akan dibantu oleh perawat untuk mobilisasi selama
perawatan
Kesimpulan: Risiko sedang pada bahu, leher dan punggung.
- Nurse aid melakukukan re-use dialyzer menggunakan satolin dan persiapan alat HD,
termasuk pengolahan asam sitrat dan pengambilan barang di gudang
-
Kesimpulan: Risiko sedang pada kedua tangan, siku, leher, bahu dan punggung.
- JIka kondisi pasien tidak stabil maka akan dilakukan transfer pasien ke UGD. dan jika
pasien dari rawat inap atau unit lain perawat membantu memindahkan perawat
Kesimpulan: Risiko tinggi pada kedua tangan dan punggung, Risiko Sedang pada kedua bahu.
2. Tingkat Kebisingan
Tim K3L Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru telah melakukan pemeriksaan
tingkat kebisingan di seluruh unit kerja Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru, pada laporan
hasil pemeriksaan didapatkan bahwa tingkat kebisingan di ruang hemodialisa 57.5 dB,
hasil ini dapat diintrepetasikan bahwa hasil pemeriksaan kebisingan dalam batas normal
atau dibawah nilai ambang batas ruangan HD yaitu 65 dB.
3. Tingkat pencahayaan
Tim K3L Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru telah melakukan pemeriksaan
tingkat pencahayaan di seluruh unit kerja Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru, pada
laporan hasil pemeriksaan didapatkan bahwa tingkat pencahayaan di ruang hemodialisa
214.2 lux, hasil ini dapat diintrepetasikan bahwa hasil pemeriksaan pencahayaan diatas
nilai minimal ruang rawat jalan untuk tindakan, yaitu 200 lux.
d. Identifikasi hazard dan risiko pekerja pada unit hemodialisa RSAB:
Pencahayaan
kurang
2. Pasien melakukan timbang berat badan, terkadang diangkat perawat untuk pasien handicap saat sebelum HD dan setelah HD
Kategori Bahaya Tingkat Pajanan Risiko efek Risiko Pengendalian Hasil RR
kesehatan kecelakaan pengukuran
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psikososial P S R kerja (jika ada)
3 2 6 Pasien
terjatuh
3 2 6 Pasien
terjatuh
3. Pasien berbaring di bed HD, terkadang dibantu oleh perawat, periksa TTV + general assessment saat sebelum HD &
Pasien pindah dari bed ke kursi roda saat selesai proses HD
Kategori Bahaya Tingkat Pajanan Risiko efek Risiko Pengendalian Hasil RR
kesehatan kecela pengukuran
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psikososial R kaan (jika ada)
kerja
3 2 6 Pasien
terjatu
h
3 2 6 Pasien
terjatu
h
4. Pemasangan, pencopotan jalur HD di cimino / CDL serta menyuntik obat jika diperlukan
Kategori Bahaya Tingkat Pajanan Risiko efek Risiko Pengendalian Hasil RR
kesehatan kecela pengukuran
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psikososial P S R kaan (jika ada)
kerja
5. Melakukan assessment kondisi TTV Pasien intradialisa + pemberian obat jika diperukan
Aliran 1 5 5 Aritmia 5
elektromagnet jantung
ik (listrik)
3 4 12 Luka bakar 12
2 5 10 Kebak 10
aran
Bising 1 2 2 NIHL 2
Aliran 1 5 5 Aritmia 5
elektromagn jantung
etik (listrik)
3 4 12 Luka 12
bakar
2 5 10 Kebak 10
aran
Hand 3 2 6 CTS 6
extended >
450
Ulnar 3 2 6 Ulnar 6
deviation Neuropathy
Radial 3 2 6 Radial 6
deviation Neuropathy
Pasien 4.2
terjatu
h
Pasien 4.2
terjatu
h
Pasien 4.2
terjatu
h
3. Seluruh proses kerja Beban kerja berlebih Stres Kerja 8.7 Medium
10. Seluruh proses kerja Konflik dengan rekan kerja Stres Kerja 7.3 Medium
13. Seluruh proses kerja Bakteri, virus, jamur Other ISPA 5.7 Medium
17. 2,3,6, dan 7 Arm behind body Shoulder pain 5.6 Medium
f. Rekomendasi Pengendalian
No. Proses kerja Hazard Pengendalian
1. Seluruh proses kerja Virus SARS COV-2 (H) Teknik:
Other ISPA (M) - Menambah jumlah exhaust atau
mengupayakan ventilasi tambahan
Administratif:
- Melakukan pemeriksaan IAQ,
minimal menggunakan anemometer
untuk melihat aliran udara
diruangan
APD:
- Menggunakan APD masker
minimal KN95 untuk antisipasi
opprtunistic airborne (jika belum
dapat melakukan rekomendasi
tekhnik dan administratif)
2. 1,2,3,4,5,7 Konflik dengan pasien (M) Administrasi:
- Pihak Rumah Sakit membuat
3. Seluruh proses kerja Beban kerja berlebih (M)
kebijakan untuk mengikuti arahan
ahli (Sp.KJ / Psikolog dan Sp.Ok)
jika memang diperlukan
penyesuaian pada pekerja terkait
pekerjaan di rumah sakit
4. 6 Asam sitrat (M) Subtitusi:
- Menggantikan asam sitrat bubuk
dengan asam sitrat cair
Tekhnik:
- Memberikan penutup pada dirijen
yg digunakan untuk asam sitrat saat
sedang digunakan
- Menggunakan penadah yang sesuai
untuk peletakan dirijen asam sitrat
jika belum dapat menggunakan
dirijen yang sesuai.
- Mengunakan alat mixer dalam
mencampur asam sitrat bubuk dan
air ketika belum dapat digunakan
asam sitrat cair.
Administrasi:
- Menyediakan MSDS yang sudah di
desain ulang oleh tim K3RS dalam
bentuk leaflet
APD:
- Masker, Google, Sarung tangan
latex, apron kain
5. 3 dan 5 Pencahayaan redup (M) Subtitusi:
- Menggantikan dengan lampu
dengan watt yang lebih terang di
area yang menurut pengukuran
lingkungan tidak memenuhi
standard ketentuan yang berlaku
Tekhnik:
- Membuka penutup tempat lampu di
area yang menurut pengukuran
lingkungan tidak memenuhi
standard ketentuan yang berlaku
- Menggunakan lampu tindakan
setiap ingin melakukan tindakan
kepada pasien, terutama yang
invasif.
Administrasi:
- Memberikan leaflet mengenai
eyestrain dan pencegahannya
- Melakukan senam peregangan otot
mata jika telah terasa gejala eye
strain
6. 1 Posisi janggal admin (M) Subtitusi:
- Mengganti bangku yang digunakan
pekerja(admin) menjadi yang lebih
ergonomis (menggunakan arm rest,
back rest) dan adjustable.
Administratif:
- Pemberi kerja memberikan
pelatihan peregangan otot dan
pekerja melakukan peregangan di
awal- saat periode bekerja dan di
akhir pekerjaan, setiap 2 jam
selama 20 menit.
7. 6 Fully extended elbow (Rep. Move) (M) Subtitusi:
- Menggantikan asam sitrat bubuk
dengan asam sitrat cair
Tekhnik:
- Mengunakan alat mixer dalam
mencampur asam sitrat bubuk dan
air ketika belum dapat digunakan
asam sitrat cair.
Administratif:
- Rotasi pekerja yang mengaduk
cairan asam sitrat setiap 10 menit.
8. 6 Back flexed > 200 (M) Administratif:
Pemberi kerja memberikan pelatihan angkat-
9. 6 Arm Raised > 450 (M)
angkut yang baik dan benar dan pelatihan
peregangan otot
Pekerja melakukan peregangan otot setiap 2
jam bekerja, selama 20 menit.
2.3 Kesimpulan dan Saran
a. Kesimpulan
i. Bahaya potensial yang dapat ditemukan di unit gizi RS Awal Bros Sudirman adalah
bahaya potensial fisik: Pencahayaan kurang dan bising, serta aliran elektromagnetik
(listrik). Bahaya potensial biologi: virus, bakteri, jamur, bahaya potensial ergonomic:
manual handling, postur janggal, gerak repetitive tangan, bahaya potensial psikososial:
beban kerja berlebih, konflik dengan rekan kerja dan konflik dengan pasien.
ii. Risiko kesehatan kerja yang dihadapi pekerja unit gizi RSAB Sudirman adalah
COVID-19, Low Back Pain, Carpal Tunnel Syndrome, penyakit musculoskeletal
lainnya, eye strain, stress kerja, dan lain-lain. Risiko kecelakaan kerja yang dihadapi
oleh pekerja unit gizi RSAB Sudirman antara lain: needle stick injury, tersetrum,
kebakaran, pasien terjatuh.
b. Rekomendasi
i. Bagi Pekerja Unit Hemodialisa RSAB Sudirman: Untuk meminimalisir risiko
terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, lakukan beberapa upaya
pengendalian seperti menghindari postur janggal seperti membungkuk, lakukan
senam peregangan singkat setiap 2 jam bekerja, menjalankan SOP yang telah ada,
tetap disiplin mengenakan APD, melaporkan kepada supervisor apabila terdapat
kejadian kecelakaan kerja seperti needle stick injury.
ii. Untuk pemberi kerja dalam hal ini K3RS, agar dapat menindaklanjuti rekomendasi terkait
yang telah disebutkan sebelumnya bekerja sama dengan pihak lain di dalam manajemen
rumah sakit yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan rekomendasi tersebut.