Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas rahmat dan inayah-Nya sehingga penyusunan Pedoman Hospital
Disaster Plan (HDP) Rumah Sakit dapat terselesaikan.
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat, harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang
lebih bermutu dan terjangkau agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Selain itu, rumah sakit juga dituntut harus
melaksanakan pedoman penanggulangan bencana rumah sakit.Pedoman
HDP Rumah Sakit ini disusun oleh Tim K3RS dan Instalasi pendukung
lainnya.
Akhir kata semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi seluruh
komponen pelayanan di RSUD Batang dalam memberikan pelayanan yang
aman dan bermutu menuju kepuasan pasien. Kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan sehingga akan
menambah kesempurnaan penyusunan pedoman dimasa mendatang.
Page 46
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................... i
Kata Pengantar ....................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................... iii
BAB I. Pendahuluan............................................................................. 1
I.1. Latar Belakang .................................................................. 1
I.2. Tujuan............................................................................... 2
I.3. Pengertian .......................................................................... 2
I.3.1. Kewaspadaan Bencana ............................................. 2
I.3.2. Pandemi .................................................................... 3
I.3.3. Covid-19 ................................................................... 3
I.3.4. Mitigasi ..................................................................... 3
I.3.5. Hospital Vulnerability Assesment ............................... 3
I.3.6. Hospital Safety Indeks ............................................... 4
I.4. Dasar Hukum .................................................................... 4
BAB II. Pelaksanaan ............................................................................. 6
II.1. Ruang Lingkup ................................................................. 6
II.1.1. Zonasi Area.............................................................. 6
II.1.2. Sistem ..................................................................... 6
II.1.3. Keuangan dan Penganggaran .................................. 7
II.1.4. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Covid-19 ...... 7
II.1.5. Komunikasi ............................................................. 7
II.1.6. Perlindungan dan Kesehatan Karyawan .................. 7
II.2. Tata Laksana .................................................................... 8
II.2.1. Asesmen Risiko ....................................................... 8
II.2.2. Kewaspadaan .......................................................... 28
II.2.3. Respon .................................................................... 34
II.2.4. Recovery ................................................................. 47
BAB III. Pelaporan dan Evaluasi ............................................................ 48
III.1. Evaluasi ........................................................................... 48
III.2. Indikator Outcome ………………………………………........... 48
Page 46
BAB I
PENDAHULUAN
Page 46
disusun Program Penanggulangan Bencana (Hospital Disaster Plan) di
rumah sakit untuk memberikan panduan bagi petugas kesehatan agar
tetap sehat, aman, dan produktif, dan pasien mendapatkan pelayanan
kuratif yang sesuai standar. Program Penanggulangan Bencana
(Hospital Disaster Plan) ini disusun berdasarkan rekomendasi
Kementerian Kesehatan tentang pedoman pencegahan dan
pengendalian COVID-19.
I.2 Tujuan
I.2.1.Tujuan Umum
Untuk kesamaan pola pikir dan pola tindakan sebagai acuan
petugas terkait dalam menghadapi kemungkinan terjadinya
bencana di lingkungan rumah sakit. Sebelum terjadi bencana
rumah sakit sudah menyiapkan langkah-langkah preventif untuk
meminimalisir dampak yang terjadi terkait korban pada pasien,
staf, reputasi, dan bisnis rumah sakit.
Page 46
I.3. Pengertian
I.3.2. Pandemi
Merupakan persebaran penyakit yang terjadi secara global di
seluruh dunia, lebih tinggi levelnya dibanding epidemik.
I.3.3. Covid 19
COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah penyakit yang
disebabkan oleh jenis coronavirus baru yaitu Sars-CoV-2, yang
dilaporkan pertama kali di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31
Desember 2019 dan ditetapkan sebagai wabah di Indonesia pada
tanggal 17 Maret 2020.
I.3.4. Mitigasi
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi dana atau
menghapuskan kerugian dan korban yang mungkin terjadi
akibat bencana, yaitu dengan cara membuat presiapan sebelum
terjadinya bencana. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 tentang penanggulanagn bencana, pengertian
mitigasi adalah suatu rangkaian upaya yang dilakukan untuk
meminimalisir risiko dan dampak bencana, baik melalui
pembangunan infrastruktur maupun memberikan kesadaran
dan kemampuan dalam menghadapi bencana.
Page 46
Hazard Vulnerability Analysis (HVA) rumah sakit adalah suatu
tools/alat untuk identifikasi bahaya dan penilaian resiko dalam
kesiapsiagaan menghadapi bencana di rumah sakit. Tools HVA
yang dipakai di rumah sakit Indonesia banyak yang bersumber
atau mengadopsi dari Kansas Department of Health and
Environment.
I.4.Dasar Hukum
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2018 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
3. Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan masyarakat
COVID-19 di Indonesia, Jakarta, Gugus Tugas Percepatan
Penanganan COVID-19, 2020.
4. Pedoman Standar Perlindungan Dokter di Era Covid-19, Jakarta,
Ikatan Dokter Indonesia, 2020.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020
Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Disease 2019 (Covid-19).
6. Laboratory Biosavety Guidance Related To Coronavirus Disease
(COVID-19), World Health Organization, 2020.
7. Rational Use Of Personal Protective Equipment For Coronavirus
Disease (COVID-19) and Considerations During Severe Shortages,
World Health Organization, 2020.
Page 46
8. Pedoman Penapisan dan Tindak Lanjut Bagi Tenaga Kesehatan dan
Karyawan Lainnya Yang Kontak Dengan Kasus Positif COVID-19 dan
Contoh Penggunaannya, Edisi 1, Satgas COVID-19 RSUD BATANG,
2020.
9. Keputusan Presiden Nomor 12 tahun 2020 tentang Penetapan
Bencana Non Alam Corona Virus Disease 19 ( Covid 19 ) sebagai
Bencana Nasional.
10. Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor
13.A tahun 2020, tentang Perpanjangan Status Tertentu Darurat
Bencana Wabah Penyakit Akibat virus Corona di Indonesia.
11. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 360/3 Tahun 2020
tentang Penetapan Tanggap Darurat Bencana Corona Virus Desease
(Covid-19) di Propinsi Jawa Tengah.
12. Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor 440/0005942 tanggal
14 Maret 2020 tentang Peningkatan Status Kewaspadaan Terhadap
Risiko Penularan Infeksi Covid di Jateng.
13. Surat Edaran Gubernur Jateng Nomor 440/0006405 tanggal 19
Maret 2020 tentang Antisipasi Risiko Penularan Infeksi Covid pada
Area Tempat Kerja, Fasilitas Umum dan Transportasi Publik di
Jateng.
14. Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Batang Nomor :
445/58/2020 tentang Tim Gerak Cepat Kesiapsiagaan menghadapi
Coronavirus Desease di Rumah Sakit Umum Daerah Batang.
Page 46
BAB II
PELAKSANAAN
II.1.Ruang Lingkup
Page 46
berkoordinasi dengan instansi di luar RSUD Batang seperti :
BNPB, BPBD dan Pemerintah Kabupaten Batang.
d. Standart of Care : Melakukan pendekatan multidisipliner
yaitu pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan
menggunakan berbagai sudut pandang banyak ilmu yang
relevan.
II.1.5. Komunikasi
Page 46
memberikan pelayan yang prima pada pasien. Upaya
memberikan perlindungan pada karyawan di masa pandemi
adalah Skrinning Covid-19, Medical Check Up, pemantauan
kesehatan staf, dukungan terhadap hak staf rumah sakit dalam
masa pandemi.
Page 46
- Kesiapsiagaan (preparedness)
- Kategori untuk menentukan Sumber Internal
- Kategori untuk menentukan Sumber Eksternal
Page 46
Menentukan dampak terhadap manusia untuk masing-
masing kejadian digunakan angka 0 – 3, semakin buruk
dampaknya maka semakin makin tinggi nilainya.
2) Barang (property impact)
Isu yang dipertimbangkan dalam penentuan dampak
pada barang atau property adalah, namun tidak terbatas
pada biaya untuk menggantikan/membangun lagi (Cost
toreplace)
a) Biaya untuk pengganti sementara (sewa, pembelian) /
Cost to set up temporary replacement (rental,purchase)
b) Biaya untuk memperbaiki (Cost torepair)
c) Waktu untuk pulih / bertahan dalam bisnis,
melanjutkan pelayanan secara normal (Time to recover
(stay in business, resume normal operations
3) Pada bisnis (business impact) : isu yang
dipertimbangkan dalam penentuan dampak pada bisnis
adalah, namun tidak terbatas pada:
a) Gangguan bisnis (berapa lama?)
b) Staf tidak dapat melaporkan pekerjaan
c) Pelanggan tidak dapat mencapai fasilitas
d) Perusahaan yang melanggar perjanjian kontrak
e) Pengenaan denda dan hukuman atau biaya hukum
f) Gangguan pasokan yang kritis
g) Gangguan distribusi pada produk
Menentukan dampak untuk masing-masing kejadian
digunakan angka 0 – 3, semakin buruk dampaknya
maka semakin makin tinggi nilainya
4. Mitigasi
a. Kategori penentuan kesiapan (preparedness) aktivitas RS
untuk identifikasi. Isu yang perlu dipertimbangkan untuk
menilai kesiapan, tidak terbataspada:
1) Status rencana saat ini
2) Frekuensi latihan
Page 46
3) Status pelatihan
4) Asuransi
5) Ketersediaan sumber alternatif untuk
pelayanan/pasokan kritis Menentukan nilai kesiapan RS
untuk masing-masing kejadian digunakan angka 0 – 3,
semakin siap RS maka semakin rendah nilainya.
b. Kategori penentuan respon (tindakan yang dilakukan
manajemen dan staf Rumah Sakit bila terjadi kedaruratan:
Isu untuk menentukan respon, tidak terbatas pada waktu
untuk merespon kejadian ke TKP (Time to organize an on-
scene response), lingkup kemampuan respon dan riwayat
evaluasi keberhasilan respon
1) Respon internal, isu yang dipertimbangkan dalam
penentuan respon terkait sumber daya internal, tetapi
tidak terbatas pada:
- Jenis persediaan yang ada / apakah memenuhi
kebutuhan?
- Volume persediaan yang ada/apakah memenuhi?
- Distribusi pasokan
- Ketersediaan staff
- Ketersediaan sistem cadangan
- Kemampuan Sumber daya internal untuk bertahan
terhadapbencana
Menentukan nilai respon internal RS untuk masing –
masing kejadian ( 0 – 3 ), makin baik respon internal,
makin rendah nilainya.
2) Respon eksternal, isu yang dipertimbangkan dalam
penentuan sumber daya eksternal, tidak terbataspada :
- Jenis perjanjian dengan lembaga masyarakat /
latihan
- Koordinasi dengan lembaga lokal dan nasional
- Koordinasi dengan fasilitas perawatan kesehatan yang
lebih tinggi
Page 46
- Koordinasi dengan fasilitas pengobatan khusus
- Sumber daya masyarakat (Communityresourches)
Menentukan nilai respon eksternal RS untuk masing-
masing kejadian digunakan angka 0 – 3, semakin baik
respon eksternal maka semakin rendah nilainya.
5. Menghitung Risiko
Perhitungan risiko dilakukan dengan cara menghitung
frekuensi kejadian dikalikan dengan dampak kejadian
6. Menentukan Prioritas
Setelah setiap jenis bahaya/bencana selesai dievaluasi, maka
akan didapat nilai total risiko untuk setiap bahaya/ bencana
tersebut. Dalam menentukan prioritas penanganan
bahaya/bencana dan keperluan penyusunan emergensi
planning, pertimbangannya adalah sebagai berikut :
a. Bahaya/bencana yang nilai total risikonya ≥ 55%
b. Bahaya/bencana yang meskipun nilai total risikonya
<55%, tapi harus dibuat penanganannya sesuai
rekomendasi dan ketentuan.
c. Bahaya/bencana yang meskipun nilai total resikonya di
bawah <55%, tetapi merupakan bahaya/bencana dengan
nilai total resiko terbesar pertama dan terbesar kedua.
Page 46
HAZARD AND VULNERABILITY ASSESSMENT TOOL
NATURALLY OCCURRING EVENTS TAHUN 2020
Petir 2 0 1 1 3 3 0 30%
Wabah Penyakit
3 3 1 3 3 3 2 83%
(Covid-19)
Page 46
Gunung Meletus 0 3 0 0 0 0 3 0%
Page 46
malfungsi sistem
2 0 0 0 1 1 2 15%
komunikasi
kegagalan gas
0 0 0 0 1 1 1 0%
medis
malfungsi sist
0 0 0 0 1 1 2 0%
vacum
kegagalan HVAC 0 0 0 0 1 1 2 0%
kegagalan sistem
1 0 0 0 2 1 2 9%
informasi
Kebakaran,
2 3 3 3 1 1 1 44%
Internal
Banjir Internal 0 0 0 2 1 1 2 0%
pencemaran
0 0 0 0 1 1 1 0%
Hazmat Internal
Gagal suplay
0 0 0 0 1 1 1 0%
logistik
Kerusakan struktur
1 1 0 1 2 1 1 11%
bangunan
Page 46
HAZARD AND VULNERABILITY ASSESSMENT TOOL
Kecelakaan Massal 0 0 0 0 1 1 1 0%
Kecelakaan dengan
0 0 0 0 1 1 1 0%
korban berlipat
Teror bom
0 3 0 0 2 1 1 0%
Kuman/biologis
Penculikan Bayi 0 0 0 0 1 1 1 0%
Penyanderaan 0 0 0 0 2 1 1 0%
Demo pekerja RS 0 0 0 0 2 1 1 0%
Page 46
Ancaman Bom 0 0 0 1 1 1 1 0%
Page 46
Tumpahan B3 skala 0 1 0 0 1 1 1 0%
besar
Terorisme terkait 0 0 0 0 0 0 1 0%
B3
Paparan Radiasi 0 0 0 0 3 3 3 0%
(sinar X) internal
Pencemaran 0 0 0 0 3 1 3 0%
Radioaktif, External
Terorisme terkait 0 0 0 0 0 0 0 0%
bahan radioaktif.
Page 46
Berdasarkan tabel HVA diatas diketahui bahwa kemungkinan
atau yang mungkin terjadi di RSUD BATANG yaitu Wabah
penyakit (pandemi Corona-19) sebesar 83 % dan kebakaran
internal sebesar 44% sehingga diperlukan persiapan dan
perencanaan yang baik dalam menghadapi bencana tersebut
yang kemungkinan besar terjadi di RSUD BATANG.
Page 46
• Nilai komponen struktural 33,3% dari nilai total index,
• Nilai nonstruktural mewakili 33,3%
• Nilai kapasitas fungsional mewakili 33,3%
Agar proses evaluasi HSI lengkap, maka semua item atau elemen harus
dianalisis. Jika tidak dianggap relevan dimungkinkan untuk tidak
mengisi kolom dikarenakan adanya ketidaksesuaian dengan rumah sakit
yang bersangkutan. Namun, komentar harus selalu diberikan untuk
menunjukkan bahwa item tersebut dipertimbangkan. Hanya satu kotak
untuk setiap item yang dievaluasi harus ditandai dengan"X" (rendah,
rata-rata, atau tinggi). Berikut diagram HSI :
29%
72%
Page 46
Nonstructural Safety (MODULE 3)
Unlikely to function Likely to function Highly likely to function
(Safety level = Low) (Safety level = Average) (Safety level = High)
5%
35%
59%
10%
33%
57%
Page 46
terjadi bencana dapat segera teratasi dan pelayanan dapat tetap
berjalan dengan baik.
Berdasarkan dari segala aspek HSI maka RSUD BATANG
termasuk dalam kategori B yaitu Fasilitas kesehatan yang
dilakukan penilaian HSI ini dapat bertahan pada situasi
bencana, tetapi peralatan dan pelayanan penting lainnya
berada dalam risiko.
- FORM 1 : Introduction
Di form ini pengenalan dari RHR
- FORM 2 : Identification
Form ini berguna untuk mengumpulkan informasi tentang
identifikasi dan informasi deskripsi umum dari fasilitas kesehatan.
Ini dimaksudkan untuk digunakan bersama dengan modul lain
dalam rangkaian yang diharmonisasikan. Form ini terdiri dari modul
yang berkaitan dengan kesiapsiagaan dan perencanaan respons,
manajemen pasien COVID-19, dan kontinuitas layanan kesehatan
esensial.
- FORM 3 : Description
Form ini berisi deskripsi fasilitas yang dimiliki oleh Rumah Sakit
dalam menunjang pelayanan yang terdiri dari tempat tidur layanan
spesialis yang dimiliki beserta penunjangnya dan kepegawaian atau
yang berkaitan dengan sumber daya manusia di rumah sakit
tersebut.
Page 46
- FORM 4 : Hospital Readiness Checklist
Form ini terdiri dari 12 komponen diantaranya sebagai berikut :
1. Sistem Manajemen kepemimpinan dan insiden
2. Koordinasi dan komunikasi
3. Surveilance dan manajemen informasi
4. Komunikasi yang cepat dan keterlibatan masyarakat
5. Administrasi, keuangan dan kelangsungan bisnis
6. Sumber daya manusia
7. Surge kapasitas
8. Kesinambungan layanan dukungan penting
9. Manajemen pasien
10. Kesehatan kerja, kesehatan mental dan dukungan
psikososial
11. Identifikasi dan diagnosis cepat
12. Pencegahan dan pengendalian infeksi
Dua belas komponen dengan tindakan rekomendasi yang telah
WHO pergunakan dan kita menyesuaikan denga rumah sakit dengan
mengisi status tidak berfungsi, berfungsi sebagian dan berfungsi
seluruhnya juga ditambahkan informasi tentang cara verifikasi dan
ringkasan tindakan prioritas.
- FORM 5 : Result Overview
Semua pilihan secara otomatis dinilai dan dianalisis, dengan hasil
yang ditampilkan dalam bagan laba-laba pada tab Hasil OVerview
untuk memberikan pemahaman visual yang lebih baik. Bagan
dapat digunakan bersama dengan narasi dari laporan kesiapan.
Laporan tersebut mencerminkan kesiapan rumah sakit dasar
untuk pandemi COVID-19 dan tindakan spesifik yang dapat
digunakan untuk memandu manajemen rumah sakit untuk
meninjau dan mengembangkan rencana aksi sehingga semua
komponen utama dapat dinilai sebagai Fungsional penuh.
Masukan untuk Sarana verifikasi akan membantu dalam
mendefinisikan dan mengembangkan Ringkasan tindakan
prioritas di kolom terakhir.
Page 46
Anda dapat menggunakan daftar periksa ini untuk memantau
kesiapan rumah sakit Anda untuk mengatasi pandemi COVID-19
sepanjang waktu. Berikut diagram RHR :
Page 46
Gambar. 5 Grafik Risiko Terinfeksi Covid 19 pada Tenaga
Kesehatan RSUD Dr. Soetomo Berdasarkan Kajian Risiko
Paparan Covid-19
II.2.2. KEWASPADAAN
Pada fase kewaspadaan bencana Pandemi Covid 19, Rumah
Sakit melakukan mitigasi berupa :
a. Tim Satgas Covid 19 RSUD Batang
Pandemi Corona Virus 19 adalah keadaan darurat yang
harus direspon dan tindak lanjuti oleh fasilitas pelayanan
kesehatan. Untuk itu Pimpinan RSUD Batang menindak
lanjuti dengan menerbitkan Keputusan Direktur RSUD
Batang Nomor : 445/58/2020 tentang Tim Gerak Cepat
Menghadapi Coronavirus Desease Di Rumah Sakit Umum
Daerah Batang, dengan susunan anggota tim terlampir.
b. Aktivasi Organisasi Keadaan Darurat
Aktivasi organisasi dalam keadaan darurat diperlukan agar
Tim Gugus Covid-19 dapat menjalankan tugas operasional
dengan efisien. Pimpinan RSUD Batang memberlakukan
organisasi keadaan darurat wabah penyakit akibat virus
Covid-19. Struktur organisasi keadaan darurat wabah virus
Covid-19 berbasis pada tugas pokok dan fungsi dalam
organisasi Rumah Sakit.
c. Menentukan Peran RS Dalam Pandemi Covid 19
1) RSUD Batang sebagai rumah sakit milik pemerintah
pusat rujukan, sangat memungkinkan untuk menerima
Page 46
korban bencana wabah infeksi menular virus Covid-19,
maupun memberikan bantuan untuk penanganan
spesimen laboratorium pasien dari luar rumah sakit.
2) Apabila terjadi bencana wabah penyakit menular
(pandemi), maka sistem penanggulangan bencana di
rumah sakit diaktifkan, antara lain :
- Pusat Komando diaktifkan oleh Komandan Bencana
- Simulasi bencana wabah virus corona 19
- Edukasi dan informasi virus Corona 19
- Petugas tambahan ( relawan ) akan dikontak oleh
masing-masing penanggungjawab.
- Semua media/ informasi kepada pers hanya melalui
Komandan Rumah Sakit (Dirut) dan petugas yang
ditunjuk, selanjutnya informasi diperoleh dari
Komandan Bencana. Ruang pertemuan dipersiapkan
untuk jumpa pers.
- Form pemeriksaan, form permintaan obat, alat habis
pakai dan kebutuhan lainnya menggunaan form yang
ada. Gudang dan farmasi dibuka sesuai keperluan
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan.
- Pasien non disaster yang berada di Triase IGD tetap
mendapatkan pelayanan sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
- Komunikasi dan informasi untuk situasi yang tebaru
untuk disampaikan pada keluarga dan masyarakat dan
Pemerintah Daerah.
d. Pelayanan Pasien : Regulasi , Standart of Care
1) Morning Report
bertujuan untuk monitoring dan evaluasi kondisi pasien
setiap hari dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu agar
mendapat masukan dari anggota tim yang lain.
2) Penerbitan Kebijakan yang relevan dalam kondisi
pandemi Covid 19.
Page 46
Keputusan Direktur Utama RSUD BATANG nomor
445/58/2020 tentang tim gerak cepat kesiapsiagaan
menghadapi corona virus desease di rumah sakit umum
daerah batang.
3) Skrinning semua pasien di pintu masuk IGD dan rawat
jalan.
4) Pembagian zonasi area
Dalam upaya penanganan pasien Covid-19, wilayah
pelayanan pasien RSUD Batang dibagi dalam 3 ( tiga )
zona berdasarkan risiko paparan infeksi covid 19, seperti
tampak dalam gambar dibawah ini :
Page 46
- Zona infeksius :
adalah area pelayanan di rumah sakit yang mempunyai potensi
penularan penyakit COVID-19 bagi orang yang melewatinya. Area ini
digambarkan dengan warna merah. Area ini terlarang untuk
pengunjung yang beresiko tinggi.
- Zona campuran infeksius & non infeksius :
adalah area pelayanan di rumah sakit dimana terdapat pelayanan
pasien-pasien infeksi dan non infeksi. Area ini mempunyai potensi
penularan penyakit COVID-19 tingkat sedang, dan di gambarkan
dengan warna kuning. Area ini sebaiknya dihindari bagi orang yang
beresiko.
- Zona non infeksius :
adalah area pelayanan (non medis) di rumah sakit dimana tidak
terdapat pasien yang menderita infeksi COVID-19. Pada umumnya
pelayanan di area ini bukan pelayanan medis, sehingga tidak ada
pasien infeksi yang melintas di daerah ini. Daerah ini di gambarkan
dengan warna hijau.
Page 46
Gambar. 7 Denah Zonasi di RSUD BATANG
e. Sistem Komunikasi
1) Internal Rumah Sakit
- Pasien
Kegiatan edukasi yang dilakukan Instalasi PKRS &
Humas fokus pada kegiatan preventif, promotif dan protektif
yang tidak banyak kegiatan interaksi langsung, maka kegiatan
edukasi dilakukan melalui pembuatan media-media edukasi.
Page 46
Media-media tersebut antara lain adalah: leaflet, poster,
spanduk, banner, video, template social media, sticker, radio
spot, Billboard. Sasaran dari edukasi ini adalah pasien,
keluarga pasien, pengunjung rumah sakit, SDM rumah sakit,
dan masyarakat sekitar rumah sakit. Dengan melibatkan
profesional pemberi asuhan (PPA) yang berada di setiap ruang
rawat inap maupun rawat jalan. Selain itu Instalasi PKRS dan
Humas memiliki Koordinator edukator yang ada di masing-
masing SMF, Unit, Bidang, Rawat jalan, dan Rawat inap yang
bertanggung jawab pada semua kegiatan edukasi.
Komunikasi pada pasien dilakukan sejak pasien kontak
dengan pelayanan di Rumah sakit, ketika pertama kali masuk
RS, pasien diberikan orientasi linkungan dan tata tertib RS.
Untuk pasien dengan kondisi baik yang dirawat inap
komunikasi bisa dilakukan sendiri oleh pasien melalui hand
phone masing-masing. Sedangkan pasien kondisi kritis yang
dirawat di ruang isolasi intensif, informasi kondisi pasien
dilakukan secara virtual melalui layar monitor oleh tenaga
kesehatan / dokter yang merawat dengan keluarga pasien
- Staf RS
Sistem komunikasi pada staf ditujukan untuk
pemberian informasi dan edukasi Covid 19, PPI (Program
Pengendalian Infeksi), alur pasien. Informasi untuk
mendapatkan keseragaman pemahaman pada semua staf
RS dalam menjalankan tugas masing-masing. Di masa
Pandemi pemberian informasi dan edukasi pada staf
dilakukan secara virtual.
Page 46
- Akses layanan Customer Care dengan nomor telp :
(0285). 391033, 4493034, 4493034, 4493035.
- Komunikasi eksternal pada tenaga medis dilakukan
melalui telemedicine.
- Pelaporan hasil kegiatan pelayanan pada Pemerintah
Provinsi Jawat Tengah.
II.2.3. RESPON
Pada fase respon bencana pandemi Covid 19, Rumah Sakit melakukan
upaya mitigasi berupa :
Page 46
IGD RSUD BATANG, maka contigensi plan diberlakukan
dengan memperluas ruang isolasi yang berdekatan dengan
lokasi RIK 1 sehingga ruang isolasi menjadi RIK1, RIK2, RIK 3.
Kondisi ini bisa berubah sesuai dengan situasi yang terjadi,
misalnya bilamana lonjakan pasien terus meningkat maka
kondisi contigensi akan berubah jadi krisis, maka Rumah
Sakit akan merubah ruang-ruang pelayanan pasien menjadi
ruang perawatan Covid-19.
Selain ruang rawat inap pasien, pintu masuk pasien ke
RSUD BATANG juga menjadi prioritas untuk dikendalikan.
Pintu masuk pasien ada di Instalasi Rawat Jalan (Poli),
Instalasi Gawat Darurat (IGD), dan Gedung Pusat Diagnostik
Terpadu (GPDT/GDC). Di semua titik masuk pasien
diberlakukan skrinning, tujuan untuk memilah pasien
suspek, konfirm, dan tidak berisiko, sarana yang digunakan
untuk skrinning antara lain : thermogun, form skoring, rapid
test. Pada masa pandemi Covid, RSUD BATANG membuka poli
baru yakni Poli Covid 19, yang melayani rawat jalan bagi
masyarakat tanpa gejala atau gejala ringan. Sedangkan IGD
(Instalasi Gawat Darurat) melayani kasus emergensi Covid 19.
Instalasi Gawat Darurat juga menyiapkan ruangan
penyangga (buffer) untuk mengantisipasi lonjakan pasien,
dimana Ruang Isolasi Khusus sudah penuh pasien.
b. Mengelola Ketersediaan Sarana Prasarana
Rumah sakit menjamin ketersediaan (supply) sarana
yang vital dibutuhkan staf dan pasien selama masa pandemi,
misalnya APD (Alat Pelindung Diri), Perbekalan Farmasi, obat-
obatan, alat kesehatan yang langsung diperlukan pasien
terutama life saving.
Staf RSUD BATANG adalah aset yang penting, Rumah
Sakit fokus memberikan perlindungan pada staf, ini menjadi
prioritas agar mereka tetap bisa memberikan pelayanan
sesuasi standar yang berlaku. Ketersediaan APD dipantau
Page 46
dalam indikator mutu ketersediaan APD, sebagi upaya
mencegah transmisi Covid 19 pada staf RS
Page 46
Gambar. 2 Bagan Distribusi Alat Pelindung Diri (APD)
Page 46
1) Prioritas penempatan staf masa pandemi Covid 19
- Staf dengan ketrampilan kritis tertentu (ventilator, luka
bakar) berkonsentrasi pada ketrampilan itu,
- Menentukan pekerjaan yang dapat dilakukan dengan
aman oleh profesional medis lain
- Perawat dengan ketrampilan khusus mengawasi
perawat lain
- Mengoptimalkan staf terlatih misal : perawat kritis, luka
bakar, tim bantuan bencana
- Manfaatkan telemedicine
2) Ketersedian Dan Kecukupan SDM
Melakukan kontrak dengan tenaga relawan :
- Relawan BTT 1 : 7 driver dan 5 Transporter
- Relawan BTT 2 : 145 orang (Dokter, Perawat, Rekam
Medik, Analis, Psikolog, Apoteker, Asisten Apoteker,
Sanitarian, Radiografer, dan lain lain)
- Relawan Kemenkes : Dokter, perawat dan analis
laboratorium
3) Skrinning SDM
- PNS/PTT-PK yang telah melakasanakan Rapid Test
COVID-19 dan dinyatakan Reaktif cuti sakit selama
7 (tujuh) hari pertama untuk isolasi mandiri
ditindaklanjuti dengan pemeriksaan PCR Swab Test;
- PNS/PTT-PK yang telah melakasanakan PCR Swab Test
COVID-19 dan dinyatakan Positif diberikan cuti
sakit selama 14 hari kerja atau sampai dinyatakan
sembuh;
- RSUD BATANG mengajukan surat kepada Bupati
Batang c.q Sekretaris Daerah untuk melaksanakan
WFH (Work From Home) pada bidang atau unit yang
pegawainya positif COVID-19.
4) Perlindungan SDM
Page 46
Pelaksanaan perlindungan kesehatan pegawai pada saat
pandemi dengan berdasarkan dari pemeriksaan rapid test
dan Swab test pegawai.
- Pemeriksaan rapid test pegawai secara rutin dan berkala
Pemeriksaan rapid test dilaksanakan di Medical Check Up
Gedung Pusat Diagnostik Terpadu Lt. 3. Dalam
pelaksanaan rapid test memiliki alur sebagai berikut :
a. Unit kerja mengusulkan nama pegawai yang akan
dirapid (diutamakan pada pegawai yang memiliki gejala
seperti COVID-19 dan kontak dengan kasus positif
COVID-19);
b. MCU melakukan penjadwalan pada nama yang
diusulkan;
c. Pegawai yang terjadwal datang ke MCU daftar ke loket
dan mengisi form yang disediakan;
d. Analis laboratorium mengambil sampel darah di MCU;
e. Analis laboratorium menganalis sampel di Lab. Patologi
Klinik;
f. Analis laboratorium memasukkan hasil dan cetak hasil
lab;
g. Hasil rapid test dapat diambil di MCU.
1. Apabila terdapat hasil reactive pada rapid test pegawai
maka petugas analis laboratorium akan menghubungi
yang bersangkutan dan Bidang Pelayanan Diagnostik
dan Khusus untuk dilakukan swab test pada pegawai
tersebut
- Pemeriksaan Swab test Pegawai
Pemeriksaan swab test dilaksanakan di Poli Covid RSUD
Batang. Dalam pelaksanaan swab test memiliki alur
sebagai berikut :
a. Pegawai dengan hasil rapid testreactive atau unit kerja
yang mengusulkan pegawai yang akan diswab
(diutamakan pada pegawai yang memiliki gejala seperti
Page 46
COVID-19 dan kontak dengan kasus terkonfirmasi
COVID-19);
b. Bidang Pelayanan menjadwalkan pelaksanaan swab test
disesuaikan dengan kuota tiap harinya;
c. Pegawai yang mendapat panggilan swab wajib mengisi
formulir yang telah disediakan oleh PPI untuk
pendaftaran swab H-1;
d. Pegawai datang ke Poli Covid dan dilakukan swab oleh
petugas pengambil swab (perawat).
e. Analis laboratorium mengambil sampel swab;
f. Instalasi Laboratorium mengirimkan sampel swab ke
laboratorium rujukan sesuai zonasi;
g. Instalasi laboratorium menerima hasil sampel swab;
h. Instalasi laboratorium mendistribusikan hasil swab test
ke DPJP;
i. Apabila terdapat hasil positif pada swab test pegawai
maka Bidang Pelayanan akan menghubungi yang
bersangkutan dan dilaksanakan investigasi.
Pelaksanaan investigasi dan pelacakan pegawai di RSUD
BATANG berdasarkan pada kasus positif swab test
dilakukan oleh Komite PPI RSUD BATANG dibantu
K3RS.
- Pegawai dengan hasil swab positif akan dilakukan
investigasi dan pelacakan dengan alur sebagai berikut:
a. Bagian Kepegawaian menyampaikan hasil kasus positif
swab kepada Tim PPI;
b. Tim PPI dan K3RS melakukan konfirmasi kepada
pegawai yang bersangkutan dengan menghubungi via
telepon;
c. Pegawai yang terkonfirmasi positif diberikan form tracer
berupa form online yang berisi data rekam medik, gejala,
kontak erat dan pertanyaan yang berkaitan dengan
COVID-19;
Page 46
d. Pegawai terkonfirmasi positif mengisi form dan
melakukan konfirmasi kembali pada Tim PPI / K3RS;
e. Tim PPI melakukan analisis dari hasil form tracer online;
f. Tim PPI membuat hasil dan rekomendasi dari analisa
form pelacakan tersebut;
g. Tim PPI membuat laporan hasil investigasi dan
pelacakan kepada Direktur RSUD BATANG.
Pelaporan hasil pemeriksaan pegawai yang meliputi
rapid test dan swab test pegawai akan dilaporkan
kepada Direktur, Badan Kepegawaian Daerah Provinsi
Jawa Tengah dan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa
Tengah sebagai bukti pelaksanaan penanganan pegawai
yang terdampak COVID-19 di lingkungan RSUD
BATANG.
Page 46
h. Hak SDM
- APD
Mendapatkan APD selama menjalankan tugas sesuai
dengan area zonasi
- Extra Fooding
Vitamin, Jamu, extra food (telur, susu, roti)
- Rumah Singgah
Rumah Sakit menyiapkan beberapa kamar di rumah
sakit sebagai tempat relaksasi
- Pendampingan Psikologi
Program penguatan psikologis bagi nakes
- Insentif : pemberian insentif dan santunan kematian
bagai nakes yang menangani Covid 19 sesuai dengan:
o Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK
01.07/278/2020
o Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK
01.07/392/2020
d. Mengelola Konflik
1) Pelayanan Komunikasi Pengaduan Publik
Setiap pengaduan yang masuk ke RSUD BATANG
diterima oleh petugas dan dicatat data pengadu dan isi
pengaduan (nama, alamat dan telepon). Pengaduan dari
masyarakat yang masuk akan dipilah, apabila
pengaduan dari masyarakat tersebut dapat dijawab
maka petugas penerima akan menjawab pengaduan
masyarakat tersebut secara langsung. Dan apabila
pengaduan dari masyarakat tidak dapat dijawab
langsung maka pengadu (masyarakat) diminta
menelepon ulang 10-60 menit kemudian. Adapun
langkah-langkah dalam pelayanan pengaduan publik
adalah:
a) Petugas akan mencari informasi langsung
menghubungi sumber informasi yang dikenal dan
Page 46
diketahui (Dokter, paramedik, staf RSUD BATANG)
sehingga pengadu sewaktu menelepon ulang petugas
sudah dapat menjawab;
b) Dan apabila petugas tidak dapat mendapat sumber
informasi maka petugas akan berkonsultasi dengan
koordinator pelayanan publik (Prof. IGB Adria
Hariastawa, dr,SpB.SpBA(K), telp : 08123560485,
031.5023585 atau Pesta Parulian Maurid Edwar, dr.
Sp.An-KIC telp : 08123197118;
c) Setelah dikonsultasikan dengan koordinator
pelayanan publik dan dapat menjawab langsung
pengaduan dari masyarakat maka petugas dapat
menyampaikan kepada pengadu;
d) Dan apabila setelah dikonsultasikan dengan
koordinator pelayanan publik juga tidak dapat
menjawab maka, pengadu diminta untuk menunggu
selama 1- 3 x 24 jam hari kerja;
e) Selama menunggu 1 - 3 x 24 jam hari kerja
koordinator pelayanan publik akan mencarikan
sumber informasi utama / supervisor PKRS & Humas;
f) Setelah dari sumber informasi utama / supervisor
PKRS & Humas atau dilakukan rapat koordinasi dari
banyak bidang, jawaban akan disampaikan kembali
ke koordinator pelayanan publik yang kemudian akan
diinformasikan kepada petugas penerima pengaduan
untuk disampaikan kembali kepada pengadu. Bagi
pengaduan yang lewat media cetak / kotak
surat/website/email/facebook, akan dibuat surat
jawaban tertulis kemedia yang bersangkutan. Untuk
kelalaian tindakan medis akan ditangani oleh Komite
Medis sendiri;
g) Jawaban kepada pengadu / masyarakat harus
disampaikan kembali maksimum dalam 5 hari kerja.
Page 46
Jawaban yang tidak dapat diselesaikan dalam waktu 5
hari kerja, baik pengaduan secara langsung, lewat
telepon dan melalui media
cetak/website/email/facebook, maka pengadu dapat
menindak lanjuti ke Ombudsman;
h) Untuk pengaduan yang tidak dapat diselesaikan akan
diberikan kompensasi dengan perlakuan khusus
sesuai kebijakan dari RSUD BATANG / Instalasi
masing-masing;
i) Jawaban ditulis didalam form laporan yang sudah
ditetapkan.
j) Semua laporan dikirim ke PKRS tiap bulan, sebelum
tanggal 5 bulan berikutnya;
k) Semua pengaduan yang masuk Ke RSUD BATANG
baik secara langsung, lewat telepon maupun media
masa beserta jawabannya akan dilaporkan ke
Sekretaris Daerah Propinsi Jawa Timur sebelum
tanggal 10 bulan berikutnya;
l) Bila jawaban lebih dari 5 hari kerja, pengadu dapat
mengajukan masalahnya ke Ombudsman;
Page 46
Adapun Alur Pengaduan Publik adalah sebagai
berikut :
Page 46
keluhannya ( speak up ) , seluruh level Pimpinan Rumah Sakit juga
konsisten mengembangkan budaya speak up untuk staf RS.
Budaya keselamatan menciptakan suasana yang aman bagi staf
untuk melaporkan insiden pasien dan kondisi / kejadian tidak
aman & nyaman yang dialami oleh petugas RS.
Staf RS bisa melaporkan keluhan tersebut ( lisan dan
tertulis ) pada atasan langsung dan atau pada bagian UP (urusan
Kepegawaian). Pimpinan akan merespon keluhan tersebut agar
beban fisik / psikis menurun . Staf yang bekerja dalam suasana
yang aman dan nyaman mendukung pemberian pelayanan yang
aman bagi pasien. Uapaya untuk menurunkan stress kerja akibat
konflik yang dilakukan Pimpinan RSUD BATANG :
- Pendampingan Psikologi : program penguatan psikososial
bagi nakes
- Menyediakan tempat relaksasi untuk istirahat nakes
- Memberikan extra fooding dan vitamin
II.2.4. RECOVERY
Jangka Pendek
Page 46
BAB III
III.1. Pelaporan
III.2. Evaluasi
- Indikator outcome :
1) Angka kematian (mortalitas) pasien Covid-19
2) Angka kesakitan (morbiditas) Covid 19 padastaf RS
3) Respon time hasil pemeriksaan swab PCR
4) Angka ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD)
5) Angka kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Page 46