Anda di halaman 1dari 48

HOSPITAL DISASTER PLAN

Program Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun serta Limbahnya i


Rumah Sakit Umum Daerah Batang Tahun 2021
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BATANG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Jalan dr. Soetomo 42 Batang 51215
Telp.(0285) 391033, 4493033, 4493034, 449035 Fax. (0285) 391206
Email : rsudkabbatang@yahoo.co.id, Web : rsud.batangkab.go.id
2021

Program Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun serta Limbahnya ii


Rumah Sakit Umum Daerah Batang Tahun 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas rahmat dan inayah-Nya sehingga penyusunan Pedoman Hospital
Disaster Plan (HDP) Rumah Sakit dapat terselesaikan.
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat, harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang
lebih bermutu dan terjangkau agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Selain itu, rumah sakit juga dituntut harus
melaksanakan pedoman penanggulangan bencana rumah sakit.Pedoman
HDP Rumah Sakit ini disusun oleh Tim K3RS dan Instalasi pendukung
lainnya.
Akhir kata semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi seluruh
komponen pelayanan di RSUD Batang dalam memberikan pelayanan yang
aman dan bermutu menuju kepuasan pasien. Kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan sehingga akan
menambah kesempurnaan penyusunan pedoman dimasa mendatang.

Batang, Januari 2021


Tim Penyusun

Page 46
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................... i
Kata Pengantar ....................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................... iii
BAB I. Pendahuluan............................................................................. 1
I.1. Latar Belakang .................................................................. 1
I.2. Tujuan............................................................................... 2
I.3. Pengertian .......................................................................... 2
I.3.1. Kewaspadaan Bencana ............................................. 2
I.3.2. Pandemi .................................................................... 3
I.3.3. Covid-19 ................................................................... 3
I.3.4. Mitigasi ..................................................................... 3
I.3.5. Hospital Vulnerability Assesment ............................... 3
I.3.6. Hospital Safety Indeks ............................................... 4
I.4. Dasar Hukum .................................................................... 4
BAB II. Pelaksanaan ............................................................................. 6
II.1. Ruang Lingkup ................................................................. 6
II.1.1. Zonasi Area.............................................................. 6
II.1.2. Sistem ..................................................................... 6
II.1.3. Keuangan dan Penganggaran .................................. 7
II.1.4. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Covid-19 ...... 7
II.1.5. Komunikasi ............................................................. 7
II.1.6. Perlindungan dan Kesehatan Karyawan .................. 7
II.2. Tata Laksana .................................................................... 8
II.2.1. Asesmen Risiko ....................................................... 8
II.2.2. Kewaspadaan .......................................................... 28
II.2.3. Respon .................................................................... 34
II.2.4. Recovery ................................................................. 47
BAB III. Pelaporan dan Evaluasi ............................................................ 48
III.1. Evaluasi ........................................................................... 48
III.2. Indikator Outcome ………………………………………........... 48

Page 46
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus
2 (SARSCoV-2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang
belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya
dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang
dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan
pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa
inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari.
Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia,
sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.Virus
dan penyakit ini diketahui berawal di kota Wuhan, Cina sejak
Desember 2019. Per tanggal 21 Maret 2020, jumlah kasus penyakit ini
mencapai angka 275,469 jiwa yang tersebar di 166 negara, termasuk
Indonesia.
Presiden Republik Indonesia telah menyatakan status
penyakit ini menjadi tahap Tanggap Darurat pada tanggal 17
Maret 2020. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menetapkan
status tanggap darurat bencana Virus Corona (Covid-19) di Propinsi
Jawa Tengah tertanggal 27 Maret 2020 seperti yang tertuang pada
Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 360/3/Tahun 2020. Situasi
darurat tersebut berdampak pada rumah sakit menyebabkan lonjakan
kunjungan pasien infeksius, lonjakan kebutuhan sarana rawat inap,
sarana alat kesehatan, Alat Pelindung Diri (APD), obat–obatan, serta
hambatan staf masuk kerja karena sakit.
Sampai saat ini, situasi COVID-19 di tingkat global maupun
nasional masih dalam risiko sangat tinggi. Oleh karena itu perlu

Page 46
disusun Program Penanggulangan Bencana (Hospital Disaster Plan) di
rumah sakit untuk memberikan panduan bagi petugas kesehatan agar
tetap sehat, aman, dan produktif, dan pasien mendapatkan pelayanan
kuratif yang sesuai standar. Program Penanggulangan Bencana
(Hospital Disaster Plan) ini disusun berdasarkan rekomendasi
Kementerian Kesehatan tentang pedoman pencegahan dan
pengendalian COVID-19.

I.2 Tujuan
I.2.1.Tujuan Umum
Untuk kesamaan pola pikir dan pola tindakan sebagai acuan
petugas terkait dalam menghadapi kemungkinan terjadinya
bencana di lingkungan rumah sakit. Sebelum terjadi bencana
rumah sakit sudah menyiapkan langkah-langkah preventif untuk
meminimalisir dampak yang terjadi terkait korban pada pasien,
staf, reputasi, dan bisnis rumah sakit.

I.2.2. Tujuan Khusus

a. Memahami strategi dan indikator penanggulangan


b. Melaksanakan pembagian zonasi area di rumah sakit
c. Melaksanakan penyediaan sumber daya manusia
d. Melaksanakan penyediaan sarana prasarana
e. Melaksanakan sistem manajemen klinis
f. Melaksanakan diagnosis dan respon time laboratorium
g. Melaksanakan komunikasi risiko
h. Melaksanakan pencegahan dan pengendalian penularan
i. Melaksanakan perlindungan terhadap tenaga kesehatan
j. Melaksanakan pelayanan kuratif

Page 46
I.3. Pengertian

I.3.1. Kewaspadaan Bencana


Setiap kejadian luar biasa yang menyebabkan kerusakan,
gangguan ekologi, hilangnya kehidupan manusia atau kerusakan
layanan kesehatan dan kesehatan pada skala besar,untuk
menjaminnya dibutuhkan respon yang luar biasa dan komunitas
efektif dalam dan luar daerah.

I.3.2. Pandemi
Merupakan persebaran penyakit yang terjadi secara global di
seluruh dunia, lebih tinggi levelnya dibanding epidemik.

I.3.3. Covid 19
COVID-19 (coronavirus disease 2019) adalah penyakit yang
disebabkan oleh jenis coronavirus baru yaitu Sars-CoV-2, yang
dilaporkan pertama kali di Wuhan Tiongkok pada tanggal 31
Desember 2019 dan ditetapkan sebagai wabah di Indonesia pada
tanggal 17 Maret 2020.

I.3.4. Mitigasi
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi dana atau
menghapuskan kerugian dan korban yang mungkin terjadi
akibat bencana, yaitu dengan cara membuat presiapan sebelum
terjadinya bencana. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2007 tentang penanggulanagn bencana, pengertian
mitigasi adalah suatu rangkaian upaya yang dilakukan untuk
meminimalisir risiko dan dampak bencana, baik melalui
pembangunan infrastruktur maupun memberikan kesadaran
dan kemampuan dalam menghadapi bencana.

I.3.5. Hospital Vulnerability Assesment

Page 46
Hazard Vulnerability Analysis (HVA) rumah sakit adalah suatu
tools/alat untuk identifikasi bahaya dan penilaian resiko dalam
kesiapsiagaan menghadapi bencana di rumah sakit. Tools HVA
yang dipakai di rumah sakit Indonesia banyak yang bersumber
atau mengadopsi dari Kansas Department of Health and
Environment.

I.3.6. Hospital Safety Index


Hospital Safety Index (HSI) merupakan salah satu alat bantu
manajemen untuk memastikan kesiapan terhadap keselamatan
rumah sakit ketika terjadi bencana. Melalui hospital safety
index ini akan dapat dinilai sejauh mana kesiapan rumah sakit
dalam menghadapi bencana.

I.4.Dasar Hukum
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2018 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
3. Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan masyarakat
COVID-19 di Indonesia, Jakarta, Gugus Tugas Percepatan
Penanganan COVID-19, 2020.
4. Pedoman Standar Perlindungan Dokter di Era Covid-19, Jakarta,
Ikatan Dokter Indonesia, 2020.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/413/2020
Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Disease 2019 (Covid-19).
6. Laboratory Biosavety Guidance Related To Coronavirus Disease
(COVID-19), World Health Organization, 2020.
7. Rational Use Of Personal Protective Equipment For Coronavirus
Disease (COVID-19) and Considerations During Severe Shortages,
World Health Organization, 2020.

Page 46
8. Pedoman Penapisan dan Tindak Lanjut Bagi Tenaga Kesehatan dan
Karyawan Lainnya Yang Kontak Dengan Kasus Positif COVID-19 dan
Contoh Penggunaannya, Edisi 1, Satgas COVID-19 RSUD BATANG,
2020.
9. Keputusan Presiden Nomor 12 tahun 2020 tentang Penetapan
Bencana Non Alam Corona Virus Disease 19 ( Covid 19 ) sebagai
Bencana Nasional.
10. Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor
13.A tahun 2020, tentang Perpanjangan Status Tertentu Darurat
Bencana Wabah Penyakit Akibat virus Corona di Indonesia.
11. Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 360/3 Tahun 2020
tentang Penetapan Tanggap Darurat Bencana Corona Virus Desease
(Covid-19) di Propinsi Jawa Tengah.
12. Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah Nomor 440/0005942 tanggal
14 Maret 2020 tentang Peningkatan Status Kewaspadaan Terhadap
Risiko Penularan Infeksi Covid di Jateng.
13. Surat Edaran Gubernur Jateng Nomor 440/0006405 tanggal 19
Maret 2020 tentang Antisipasi Risiko Penularan Infeksi Covid pada
Area Tempat Kerja, Fasilitas Umum dan Transportasi Publik di
Jateng.
14. Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Batang Nomor :
445/58/2020 tentang Tim Gerak Cepat Kesiapsiagaan menghadapi
Coronavirus Desease di Rumah Sakit Umum Daerah Batang.

Page 46
BAB II

PELAKSANAAN

II.1.Ruang Lingkup

II.1.1. Zonasi Area


Membagi area rumah sakit berbasis pada risiko paparan infeksi
kuman corona virus 19 menjadi :
a. Zona merah ( Infeksius )
b. Zona Kuning ( campuran infeksius dan non infeksius )
c. Zona Hijau ( non Infeksius )

II.1.2. Sistem : Space, Staf, Supply, Standart of Care


Mengantisipasi situasi darurat rumah sakit dengan
mengembangkan pendekatan sistem terutama berbasis pada
sumberdaya yang ada. Sistem ini melibatkan lintas direktorat,
instalasi dan unit kerja, dan seluruh stake holder Rumah Sakit.
Dalam kondisi konvensional, kontigensi dan krisis rumah sakit
menyiapkan dan terus mengembangkan sistem meliputi :
a. Space (kesiapan ruang pelayanan pasien): dibutuhkan
fleksibilitas dalam mempersiapkan ruang perawatan sesuai
kebutuhan dengan tetap mempertimbangkan aspek safety
baik kepada pasien, staf, maupun lingkungan sekitar.
b. Staf (kesiapan dan mobilisasi): melakukan mobilisasi staf dari
ruang low care, high care maupun intensive care, melibatkan
DPJP dan diluar DPJP utama yang merawat pasien Covid-19.
c. Supply (ketersediaan sarpras): melakukan identifikasi
kebutuhan sarpras terutama pada ruangan yang baru
dialokasikan sebagai ruang perwatan/isolasi pasien Covid-
19, ruang high care, intensive care, pemenuhan sarana
penunjang diagnostik (laboratorium dan radiologi) serta

Page 46
berkoordinasi dengan instansi di luar RSUD Batang seperti :
BNPB, BPBD dan Pemerintah Kabupaten Batang.
d. Standart of Care : Melakukan pendekatan multidisipliner
yaitu pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan
menggunakan berbagai sudut pandang banyak ilmu yang
relevan.

II.1.3. Keuangan dan Penganggaran


Pengelolaan keuangan rumah sakit dalam masa pandemi adalah
refokusing efisiensi anggaran diutamakan untuk pemenuhan
kebutuhan terhadap penanganan Virus Covid-19.

II.1.4. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Covid-19


a. Kewaspadaan standar
b. Ruang isolasi
c. APD, Donning, dan Doffing
d. Pengawasan cara kerja dan lingkungan kerja
e. Pemulasaran jenazah

II.1.5. Komunikasi

Komunikasi dalam hal ini meliputi pemberian informasi dan


edukasi pada pasien, staf rumah sakit, masyarakat dan
Pemerintah Daerah serta bagaimana rumah sakit
mengkomunikasikan pelayanan pasien dengan corona virus
pada masyarakat dan pemerintah daerah dan seluruh stake
holder.

II.1.6. Perlindungan dan Kesehatan Karyawan


Karyawan/staf RSUD Batang adalah aset yang berharga, dengan
kondisi fisik dan psikis yang sehat, mereka akan mampu

Page 46
memberikan pelayan yang prima pada pasien. Upaya
memberikan perlindungan pada karyawan di masa pandemi
adalah Skrinning Covid-19, Medical Check Up, pemantauan
kesehatan staf, dukungan terhadap hak staf rumah sakit dalam
masa pandemi.

II.2. Tata Laksana


II.2.1. Asesmen Risiko
Asesmen risiko adalah langkah pertama yang dilakukan rumah
sakit untuk memprediksi berapa besar dampak dan kesiapan
apa saja yang perlu diantisipasi Rumah Sakit agar operasional
tidak lumpuh, beberapa instrument asesmen risiko yang
digunakan adalah :

a. Menentukan Kemungkinan Bencana (HVA/Hazard


Vulnerability Assesment).
Dalam melakukan analisis terhadap kerentanan bahaya
fasilitas dan keselamatan di rumah sakit atau yang sering
disebut dengan Hazard Vulnerability Analysis (HVA). Hal
pertama yang dilakukan yaitu dengan:
1) Identifikasi HVA, yang meliputi :
a) Peristiwa atau kejadian alam,
b) Teknologi yang digunakan
c) Peristiwa yang berhubungan dengan manusia dan
d) Penggunaan bahan berbahaya
2) Review data historis :
3) Susun kategori penilaian berdasarkan
a) Kategori untuk menentukan Probabilitas
b) Kategori untuk menentukan Dampak / Impact :
- Pada Manusia / Human impact
- Pada Properti / Property Impact
- Pada Bisnis /Business Impact
c) Kategori untuk menentukan Mitigasi

Page 46
- Kesiapsiagaan (preparedness)
- Kategori untuk menentukan Sumber Internal
- Kategori untuk menentukan Sumber Eksternal

Langkah-langkah membuat Hazard Vulnerabelity Analysis


(HVA)
1. Menyusun tim penyusun HVA di tingkat Rumah Sakit dan
masing-masing unit kerja.
2. Membuat daftar dan identifikasi semua potensi bahaya dan
bencana yang mungkin terjadi. Menuliskan semua
kejadian/hazard yang bisa terjadi di lingkungan Rumah
Sakit.
3. Membuat analisa risiko bahaya/bencana yang teridentifikasi
berdasarkan:
a. Kategori kemungkinan terjadinya (probability ofoccurance)
Isu yang dipertimbangkan dalam membuat analisa
probabilitas, tidak terbatas pada :
1) Risiko yang diketahui/knownrisk
2) Data historis/Historicaldata
3) Data pabrik / vendorstatistik
(Manufacturer/Vendorstatistics)
Penentuan probabilitas untuk masing-masing kejadian
adalah 0 – 3, makin sering probabilitasnya, maka semakin
tinggi nilainya. Pertanyaan kunci pada tahap ini adalah
“berapa besar kemungkinan dampak ini akan terjadi ?”.
Contoh dampak yang terjadi misalnya : kejadian banjir di
rumah sakit saat terjadinya hujan.
b. Kategori dampaknya (magnitude):
1) Pada manusia (human impact), yaitu tidak terbatas pada:
a) Potensi cidera atau kematian pada staff (Potential for
staff death or injury)
b) Potensi cedera atau kematian pada pasien (Potential
for patient death orinjury)

Page 46
Menentukan dampak terhadap manusia untuk masing-
masing kejadian digunakan angka 0 – 3, semakin buruk
dampaknya maka semakin makin tinggi nilainya.
2) Barang (property impact)
Isu yang dipertimbangkan dalam penentuan dampak
pada barang atau property adalah, namun tidak terbatas
pada biaya untuk menggantikan/membangun lagi (Cost
toreplace)
a) Biaya untuk pengganti sementara (sewa, pembelian) /
Cost to set up temporary replacement (rental,purchase)
b) Biaya untuk memperbaiki (Cost torepair)
c) Waktu untuk pulih / bertahan dalam bisnis,
melanjutkan pelayanan secara normal (Time to recover
(stay in business, resume normal operations
3) Pada bisnis (business impact) : isu yang
dipertimbangkan dalam penentuan dampak pada bisnis
adalah, namun tidak terbatas pada:
a) Gangguan bisnis (berapa lama?)
b) Staf tidak dapat melaporkan pekerjaan
c) Pelanggan tidak dapat mencapai fasilitas
d) Perusahaan yang melanggar perjanjian kontrak
e) Pengenaan denda dan hukuman atau biaya hukum
f) Gangguan pasokan yang kritis
g) Gangguan distribusi pada produk
Menentukan dampak untuk masing-masing kejadian
digunakan angka 0 – 3, semakin buruk dampaknya
maka semakin makin tinggi nilainya

4. Mitigasi
a. Kategori penentuan kesiapan (preparedness) aktivitas RS
untuk identifikasi. Isu yang perlu dipertimbangkan untuk
menilai kesiapan, tidak terbataspada:
1) Status rencana saat ini
2) Frekuensi latihan

Page 46
3) Status pelatihan
4) Asuransi
5) Ketersediaan sumber alternatif untuk
pelayanan/pasokan kritis Menentukan nilai kesiapan RS
untuk masing-masing kejadian digunakan angka 0 – 3,
semakin siap RS maka semakin rendah nilainya.
b. Kategori penentuan respon (tindakan yang dilakukan
manajemen dan staf Rumah Sakit bila terjadi kedaruratan:
Isu untuk menentukan respon, tidak terbatas pada waktu
untuk merespon kejadian ke TKP (Time to organize an on-
scene response), lingkup kemampuan respon dan riwayat
evaluasi keberhasilan respon
1) Respon internal, isu yang dipertimbangkan dalam
penentuan respon terkait sumber daya internal, tetapi
tidak terbatas pada:
- Jenis persediaan yang ada / apakah memenuhi
kebutuhan?
- Volume persediaan yang ada/apakah memenuhi?
- Distribusi pasokan
- Ketersediaan staff
- Ketersediaan sistem cadangan
- Kemampuan Sumber daya internal untuk bertahan
terhadapbencana
Menentukan nilai respon internal RS untuk masing –
masing kejadian ( 0 – 3 ), makin baik respon internal,
makin rendah nilainya.
2) Respon eksternal, isu yang dipertimbangkan dalam
penentuan sumber daya eksternal, tidak terbataspada :
- Jenis perjanjian dengan lembaga masyarakat /
latihan
- Koordinasi dengan lembaga lokal dan nasional
- Koordinasi dengan fasilitas perawatan kesehatan yang
lebih tinggi

Page 46
- Koordinasi dengan fasilitas pengobatan khusus
- Sumber daya masyarakat (Communityresourches)
Menentukan nilai respon eksternal RS untuk masing-
masing kejadian digunakan angka 0 – 3, semakin baik
respon eksternal maka semakin rendah nilainya.
5. Menghitung Risiko
Perhitungan risiko dilakukan dengan cara menghitung
frekuensi kejadian dikalikan dengan dampak kejadian
6. Menentukan Prioritas
Setelah setiap jenis bahaya/bencana selesai dievaluasi, maka
akan didapat nilai total risiko untuk setiap bahaya/ bencana
tersebut. Dalam menentukan prioritas penanganan
bahaya/bencana dan keperluan penyusunan emergensi
planning, pertimbangannya adalah sebagai berikut :
a. Bahaya/bencana yang nilai total risikonya ≥ 55%
b. Bahaya/bencana yang meskipun nilai total risikonya
<55%, tapi harus dibuat penanganannya sesuai
rekomendasi dan ketentuan.
c. Bahaya/bencana yang meskipun nilai total resikonya di
bawah <55%, tetapi merupakan bahaya/bencana dengan
nilai total resiko terbesar pertama dan terbesar kedua.

Page 46
HAZARD AND VULNERABILITY ASSESSMENT TOOL
NATURALLY OCCURRING EVENTS TAHUN 2020
 

    SEVERITY = (MAGNITUDE - MITIGATION)        


PROBABILITY DAMPAK RISK
DAMPAK PD DAMPAK PD PREPARED- RESPON RESPON
PADA
MANUSIA BANGUNAN NESS INTERNAL EKSTERNAL
KEJADIAN BISNIS
  Possibility of Physical Time, Community/
Likelihood this Interuption of Relative
death or losses and Preplanning effectivness, Mutual Aid staff
will occur services threat*
injury damages resouces and supplies
0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A
1 = Low 1 = Low 1 = Low 1 = Low 1 = High 1 = High 1 = High
SCORE 0 - 100%
2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate
3 = High 3 = High 3 = High 3 = High 3 = Low or none 3 = Low or none 3 = Low or none
Putting beliung 1 0 1 1 0 3 0 9%

Petir 2 0 1 1 3 3 0 30%

Gempa Bumi 0 1 0 0 3 3 0 13%

Banjir eksternal 2 1 1 1 1 2 3 33%

Wabah Penyakit
3 3 1 3 3 3 2 83%
(Covid-19)

Kebakaran ekst 1 3 3 3 1 1 1 22%

Page 46
Gunung Meletus 0 3 0 0 0 0 3 0%

AVERAGE SCORE 0,63 0,69 0,44 0,56 0,69 0,94 0,56 4%

* Makin besar persentase makin tinggi ancaman


RISK = PROBABILITY * SEVERITY
0,04 0,21 0,22

HAZARD AND VULNERABILITY ASSESSMENT TOOL


TECHNOLOGIC EVENTS
SEVERITY = (MAGNITUDE - MITIGATION)
 
     
PROBABILITY HUMAN PROPERTY BUSINESS PREPARED- INTERNAL EXTERNAL RISK
EVENT IMPACT IMPACT IMPACT NESS RESPONSE RESPONSE
  Likelihood this will Possibility of Physical losses Interuption of
Time, Community/
Preplanning effectivness, Mutual Aid staff Relative threat*
occur death or injury and damages services
resouces and supplies
0 = N/A 1= 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A
Low 2= 1 = Low 1 = Low 2 1 = Low 2 1 = High 1 = High 1 = High
SCORE Moderate 3= 2 = Moderate = Moderate 3 = Moderate 3 2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate 0 - 100%
High 3 = High = High = High 3 = Low or none 3 = Low or none 3 = Low or none

Kegagalan listrik 3 0 1 2 1 1 2 39%


kegagalan genset 0 0 0 0 1 1 3 0%
Malfungsi
0 0 0 0 3 1 3 0%
Transportasi
Gagal suplay BBM 0 0 0 0 3 1 3 0%
Gagal suplay BBG 0 0 0 0 1 1 3 0%
kegagalan suplai
2 0 2 2 1 1 2 30%
air
Kebocoran limbah 0 0 0 0 1 1 2 0%
kegagalan mesin
0 0 0 2 3 2 0 0%
autoclave
malfungsi alarm 0 0 0 0 3 2 3 0%

Page 46
malfungsi sistem
2 0 0 0 1 1 2 15%
komunikasi
kegagalan gas
0 0 0 0 1 1 1 0%
medis
malfungsi sist
0 0 0 0 1 1 2 0%
vacum
kegagalan HVAC 0 0 0 0 1 1 2 0%
kegagalan sistem
1 0 0 0 2 1 2 9%
informasi
Kebakaran,
2 3 3 3 1 1 1 44%
Internal

Banjir Internal 0 0 0 2 1 1 2 0%
pencemaran
0 0 0 0 1 1 1 0%
Hazmat Internal
Gagal suplay
0 0 0 0 1 1 1 0%
logistik
Kerusakan struktur
1 1 0 1 2 1 1 11%
bangunan

AVERAGE SCORE 0,58 0,21 0,32 0,63 1,53 1,11 1,89 6%

*Threat increases with percentage.

11 RISK = PROBABILITY * SEVERITY


108 0,06 0,19 0,32

Page 46
HAZARD AND VULNERABILITY ASSESSMENT TOOL

HUMAN RELATED EVENTS

  SEVERITY = (MAGNITUDE - MITIGATION)      


   
PROBABILITY HUMAN PROPERTY BUSINESS PREPARED- INTERNAL EXTERNAL RISK

EVENT IMPACT IMPACT IMPACT NESS RESPONSE RESPONSE

  Likelihood this Possibility of Physical losses Interuption of


Time, Community/
Preplanning effectivness, Mutual Aid staff Relative threat*
will occur death or injury and damages services
resouces and supplies
0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A
1 = Low 2 1 = Low 1 = Low 2 1 = Low 2 1 = High 1 = High 1 = High
SCORE = Moderate 2 = Moderate = Moderate = Moderate 3 2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate
0 - 100%
3 = High 3 = High 3 = High = High 3 = Low or none 3 = Low or none 3 = Low or none

Kecelakaan Massal 0 0 0 0 1 1 1 0%

Kecelakaan dengan
0 0 0 0 1 1 1 0%
korban berlipat
Teror bom
0 3 0 0 2 1 1 0%
Kuman/biologis

kunjungan VIP 3 0 0 1 2 1 2 33%

Penculikan Bayi 0 0 0 0 1 1 1 0%

Penyanderaan 0 0 0 0 2 1 1 0%

Gangguan Keamanan 2 0 2 1 1 1 1 22%

Demo pekerja RS 0 0 0 0 2 1 1 0%

Admisi Forensik 2 0 0 0 2 1 1 15%

Page 46
Ancaman Bom 0 0 0 1 1 1 1 0%

AVERAGE 0,70 0,30 0,20 0,30 1,50 1,00 1,10 6%

*Threat increases with percentage.


RISK = PROBABILITY * SEVERITY
7
0,06 0,23 0,27
44

HAZARD AND VULNERABILITY ASSESSMENT TOOL


EVENTS INVOLVING HAZARDOUS MATERIALS

  SEVERITY = (MAGNITUDE - MITIGATION)      


   
PROBABILITY HUMAN PROPERTY BUSINESS PREPARED- INTERNAL EXTERNAL RISK
EVENT IMPACT IMPACT IMPACT NESS RESPONSE RESPONSE
  Likelihood this will Possibility of Physical losses Interuption of
Time, Community/
Preplanning effectivness, Mutual Aid staff Relative threat*
occur death or injury and damages services
resouces and supplies
0 = N/A 1 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A 0 = N/A
= Low 2= 1 = Low 1 = Low 2 1 = Low 2 1 = High 1 = High 1 = High
SCORE Moderate 3= 2 = Moderate = Moderate 3 = Moderate 3 2 = Moderate 2 = Moderate 2 = Moderate 0 - 100%
High 3 = High = High = High 3 = Low or none 3 = Low or none 3 = Low or none

Insiden masal terkait


B3 (dengan jumlah 0 1 0 0 1 1 1 0%
korban >= 5 victims)
Insiden kecil terkait B3
(dengan jumlah korban 0 1 0 0 1 1 1 0%
< 5 victims)
Pencemaran Kimia, 0 0 0 0 2 1 1 0%
External
Tumpahan B3 skala 1 1 0 0 1 1 1 7%
kecil-medium

Page 46
Tumpahan B3 skala 0 1 0 0 1 1 1 0%
besar
Terorisme terkait 0 0 0 0 0 0 1 0%
B3
Paparan Radiasi 0 0 0 0 3 3 3 0%
(sinar X) internal
Pencemaran 0 0 0 0 3 1 3 0%
Radioaktif, External
Terorisme terkait 0 0 0 0 0 0 0 0%
bahan radioaktif.

AVERAGE 0,11 0,44 0,00 0,00 1,33 1,00 1,33 1%

*Threat increases with percentage.


RISK = PROBABILITY * SEVERITY
1
0,01 0,04 0,23
37

Page 46
Berdasarkan tabel HVA diatas diketahui bahwa kemungkinan
atau yang mungkin terjadi di RSUD BATANG yaitu Wabah
penyakit (pandemi Corona-19) sebesar 83 % dan kebakaran
internal sebesar 44% sehingga diperlukan persiapan dan
perencanaan yang baik dalam menghadapi bencana tersebut
yang kemungkinan besar terjadi di RSUD BATANG.

b. Self Assesmen Kemampuan Menghadapi Bencana (Hospital Safety


Index)
Hospital Safety Indeks (HSI) adalah asesmen manajemen risiko
bencana dan darurat dengan fokus pada pencegahan, mitigasidan
kesiapan tanggap darurat dan recovery.
HSI terdiridaribeberapaformulir :
- FORM 1 : Informasi Umum RS
- FORM 2 : Ceklist Keselamatan RS (Safe Hospitals Checklist )

Checklist HSI terdiri dari 4 (empat) Modul:


- Modul 1 : Hazard yang mempengaruhi keselamatan RS dan
peran RS dalam kondisi darurat dan manajemendisaster/
bencana. (Tidak dimasukkan dalam perhitungan HSI)
- Modul 2 : Struktur safety
- Modul 3 : Non structuralsafety
- Modul 4 : Emergency&disaster management

Modul 2, 3 dan 4, dievaluasi dengan mengacu pada Hazard yang


diidentifikasi dalam Modul 1. Sedangkan model pada HSI dua
model direkomendasikan untuk menghitung indeks :
- Model 1 : Untuk negara atau wilayah di mana ada risiko
kegagalan struktural dan nonstruktural yang lebih tinggi, seperti
di daerah yang rawan gempa atau angin kencang.
- Model 2: Untuk negara atau wilayah di mana gempa bumi dan
angin kencang tidak dianggap sebagai bahaya. Ketiga komponen
diberi bobot yang sama: yaitu masing-masing diberi bobot 33,3%

Page 46
• Nilai komponen struktural 33,3% dari nilai total index,
• Nilai nonstruktural mewakili 33,3%
• Nilai kapasitas fungsional mewakili 33,3%
Agar proses evaluasi HSI lengkap, maka semua item atau elemen harus
dianalisis. Jika tidak dianggap relevan dimungkinkan untuk tidak
mengisi kolom dikarenakan adanya ketidaksesuaian dengan rumah sakit
yang bersangkutan. Namun, komentar harus selalu diberikan untuk
menunjukkan bahwa item tersebut dipertimbangkan. Hanya satu kotak
untuk setiap item yang dievaluasi harus ditandai dengan"X" (rendah,
rata-rata, atau tinggi). Berikut diagram HSI :

Structural Safety (MODULE 2)


Unlikely to function Likely to function Highly likely to function
(Safety level = Low) (Safety level = Average) (Safety level = High)

29%

72%

Gambar. 1Structural Safety (Module 2)

Page 46
Nonstructural Safety (MODULE 3)
Unlikely to function Likely to function Highly likely to function
(Safety level = Low) (Safety level = Average) (Safety level = High)

5%
35%

59%

Gambar. 2Nonstructural Safety (Module 3)

Emergency and Disaster Management


(MODULE 4)
Unlikely to function Likely to function Highly likely to function
(Safety level = Low) (Safety level = Average) (Safety level = High)

10%
33%

57%

Gambar. 3Emergency and Disaster Management (Module 4)

Berdasarkan tabel HSI diatas diketahui bahwa dari ketiga


diagram tersebut yang tidak siap dalam menghadapi bencana
adalah pada module 4 yang berisi dengan management
emergency dan disaster yaitu kurangnya perencanaan dalam
menghadapi suatu bencana sehingga dapat membuat
perencanaan dan pembentukan tim yang baik dengan segala
bidang didokumentasikan dan disosialisasikan agar pada saat

Page 46
terjadi bencana dapat segera teratasi dan pelayanan dapat tetap
berjalan dengan baik.
Berdasarkan dari segala aspek HSI maka RSUD BATANG
termasuk dalam kategori B yaitu Fasilitas kesehatan yang
dilakukan penilaian HSI ini dapat bertahan pada situasi
bencana, tetapi peralatan dan pelayanan penting lainnya
berada dalam risiko.

b. Self Assesmen Kemampuan Menghadapi Pandemi Covid -19


(Rapid Hospital Readness)
Rapid Hospital Readness (RHR) adalah untuk membantu
menentukan kapasitas rumah sakit saat ini untuk merespon
pandemi COVID-19 dan mengidentifikasi kesenjangan serta
area utama yang memerlukan tindakan
pengembangan/investasi guna meningkatan kesiapan rumah
sakit.
RHR terdiridaribeberapaformulir :

- FORM 1 : Introduction
Di form ini pengenalan dari RHR
- FORM 2 : Identification
Form ini berguna untuk mengumpulkan informasi tentang
identifikasi dan informasi deskripsi umum dari fasilitas kesehatan.
Ini dimaksudkan untuk digunakan bersama dengan modul lain
dalam rangkaian yang diharmonisasikan. Form ini terdiri dari modul
yang berkaitan dengan kesiapsiagaan dan perencanaan respons,
manajemen pasien COVID-19, dan kontinuitas layanan kesehatan
esensial.
- FORM 3 : Description
Form ini berisi deskripsi fasilitas yang dimiliki oleh Rumah Sakit
dalam menunjang pelayanan yang terdiri dari tempat tidur layanan
spesialis yang dimiliki beserta penunjangnya dan kepegawaian atau
yang berkaitan dengan sumber daya manusia di rumah sakit
tersebut.

Page 46
- FORM 4 : Hospital Readiness Checklist
Form ini terdiri dari 12 komponen diantaranya sebagai berikut :
1. Sistem Manajemen kepemimpinan dan insiden
2. Koordinasi dan komunikasi
3. Surveilance dan manajemen informasi
4. Komunikasi yang cepat dan keterlibatan masyarakat
5. Administrasi, keuangan dan kelangsungan bisnis
6. Sumber daya manusia
7. Surge kapasitas
8. Kesinambungan layanan dukungan penting
9. Manajemen pasien
10. Kesehatan kerja, kesehatan mental dan dukungan
psikososial
11. Identifikasi dan diagnosis cepat
12. Pencegahan dan pengendalian infeksi
Dua belas komponen dengan tindakan rekomendasi yang telah
WHO pergunakan dan kita menyesuaikan denga rumah sakit dengan
mengisi status tidak berfungsi, berfungsi sebagian dan berfungsi
seluruhnya juga ditambahkan informasi tentang cara verifikasi dan
ringkasan tindakan prioritas.
- FORM 5 : Result Overview
Semua pilihan secara otomatis dinilai dan dianalisis, dengan hasil
yang ditampilkan dalam bagan laba-laba pada tab Hasil OVerview
untuk memberikan pemahaman visual yang lebih baik. Bagan
dapat digunakan bersama dengan narasi dari laporan kesiapan.
Laporan tersebut mencerminkan kesiapan rumah sakit dasar
untuk pandemi COVID-19 dan tindakan spesifik yang dapat
digunakan untuk memandu manajemen rumah sakit untuk
meninjau dan mengembangkan rencana aksi sehingga semua
komponen utama dapat dinilai sebagai Fungsional penuh.
Masukan untuk Sarana verifikasi akan membantu dalam
mendefinisikan dan mengembangkan Ringkasan tindakan
prioritas di kolom terakhir.

Page 46
Anda dapat menggunakan daftar periksa ini untuk memantau
kesiapan rumah sakit Anda untuk mengatasi pandemi COVID-19
sepanjang waktu. Berikut diagram RHR :

Overview of hospital readiness: key


components

1. Sistem manajemen kepemimpinan dan insiden


12. Pencegahan dan pengendalian infeksi 2. Koordinasi dan komunikasi
100%
80%
11. Identifikasi dan diagnosis cepat 3.Surveillance dan manajemen informasi
60%
40%
20%
10. Kesehatan kerja, Kesehatan mental, dan dukungan psikososial 0% 4. Komunikasi yang cepat dan keterlibatan masyarakat

9. Manajemen pasien 5. Administrasi, keuangan, dan kelangsungan bisnis

8. Kesinambungan layanan dukungan penting 6. Sumber daya manusia


7.Surge kapasitas

Gambar. 4 Overview of Hospital Readiness : Key


Components

Berdasarkan grafik diatas bahwa tingkat kesiapan RSUD


Batang sudah cukup baik tetapi ada beberapa komponen yang
kurang yaitu kesehatan kerja, kesehatan mental dan dukungan
psikososial dalam menghadapi pandemi COVID-19 yaitu sebesar 70
%, Manjemen pasien sebesar 75%, kesinambungan layanan penting
sebesar 75%.
Melakukan skrinning terhadap staf untuk mengetahui risiko
staf terhadap Covid 19 (google form WHO, 2020)

Page 46
Gambar. 5 Grafik Risiko Terinfeksi Covid 19 pada Tenaga
Kesehatan RSUD Dr. Soetomo Berdasarkan Kajian Risiko
Paparan Covid-19

II.2.2. KEWASPADAAN
Pada fase kewaspadaan bencana Pandemi Covid 19, Rumah
Sakit melakukan mitigasi berupa :
a. Tim Satgas Covid 19 RSUD Batang
Pandemi Corona Virus 19 adalah keadaan darurat yang
harus direspon dan tindak lanjuti oleh fasilitas pelayanan
kesehatan. Untuk itu Pimpinan RSUD Batang menindak
lanjuti dengan menerbitkan Keputusan Direktur RSUD
Batang Nomor : 445/58/2020 tentang Tim Gerak Cepat
Menghadapi Coronavirus Desease Di Rumah Sakit Umum
Daerah Batang, dengan susunan anggota tim terlampir.
b. Aktivasi Organisasi Keadaan Darurat
Aktivasi organisasi dalam keadaan darurat diperlukan agar
Tim Gugus Covid-19 dapat menjalankan tugas operasional
dengan efisien. Pimpinan RSUD Batang memberlakukan
organisasi keadaan darurat wabah penyakit akibat virus
Covid-19. Struktur organisasi keadaan darurat wabah virus
Covid-19 berbasis pada tugas pokok dan fungsi dalam
organisasi Rumah Sakit.
c. Menentukan Peran RS Dalam Pandemi Covid 19
1) RSUD Batang sebagai rumah sakit milik pemerintah
pusat rujukan, sangat memungkinkan untuk menerima

Page 46
korban bencana wabah infeksi menular virus Covid-19,
maupun memberikan bantuan untuk penanganan
spesimen laboratorium pasien dari luar rumah sakit.
2) Apabila terjadi bencana wabah penyakit menular
(pandemi), maka sistem penanggulangan bencana di
rumah sakit diaktifkan, antara lain :
- Pusat Komando diaktifkan oleh Komandan Bencana
- Simulasi bencana wabah virus corona 19
- Edukasi dan informasi virus Corona 19
- Petugas tambahan ( relawan ) akan dikontak oleh
masing-masing penanggungjawab.
- Semua media/ informasi kepada pers hanya melalui
Komandan Rumah Sakit (Dirut) dan petugas yang
ditunjuk, selanjutnya informasi diperoleh dari
Komandan Bencana. Ruang pertemuan dipersiapkan
untuk jumpa pers.
- Form pemeriksaan, form permintaan obat, alat habis
pakai dan kebutuhan lainnya menggunaan form yang
ada. Gudang dan farmasi dibuka sesuai keperluan
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan.
- Pasien non disaster yang berada di Triase IGD tetap
mendapatkan pelayanan sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
- Komunikasi dan informasi untuk situasi yang tebaru
untuk disampaikan pada keluarga dan masyarakat dan
Pemerintah Daerah.
d. Pelayanan Pasien : Regulasi , Standart of Care
1) Morning Report
bertujuan untuk monitoring dan evaluasi kondisi pasien
setiap hari dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu agar
mendapat masukan dari anggota tim yang lain.
2) Penerbitan Kebijakan yang relevan dalam kondisi
pandemi Covid 19.

Page 46
Keputusan Direktur Utama RSUD BATANG nomor
445/58/2020 tentang tim gerak cepat kesiapsiagaan
menghadapi corona virus desease di rumah sakit umum
daerah batang.
3) Skrinning semua pasien di pintu masuk IGD dan rawat
jalan.
4) Pembagian zonasi area
Dalam upaya penanganan pasien Covid-19, wilayah
pelayanan pasien RSUD Batang dibagi dalam 3 ( tiga )
zona berdasarkan risiko paparan infeksi covid 19, seperti
tampak dalam gambar dibawah ini :

Gambar 6. Zonasi Area Pandemi Covid-19 RSUD BATANG

Page 46
- Zona infeksius :
adalah area pelayanan di rumah sakit yang mempunyai potensi
penularan penyakit COVID-19 bagi orang yang melewatinya. Area ini
digambarkan dengan warna merah. Area ini terlarang untuk
pengunjung yang beresiko tinggi.
- Zona campuran infeksius & non infeksius :
adalah area pelayanan di rumah sakit dimana terdapat pelayanan
pasien-pasien infeksi dan non infeksi. Area ini mempunyai potensi
penularan penyakit COVID-19 tingkat sedang, dan di gambarkan
dengan warna kuning. Area ini sebaiknya dihindari bagi orang yang
beresiko.
- Zona non infeksius :
adalah area pelayanan (non medis) di rumah sakit dimana tidak
terdapat pasien yang menderita infeksi COVID-19. Pada umumnya
pelayanan di area ini bukan pelayanan medis, sehingga tidak ada
pasien infeksi yang melintas di daerah ini. Daerah ini di gambarkan
dengan warna hijau.

Page 46
Gambar. 7 Denah Zonasi di RSUD BATANG

e. Sistem Komunikasi
1) Internal Rumah Sakit
- Pasien
Kegiatan edukasi yang dilakukan Instalasi PKRS &
Humas fokus pada kegiatan preventif, promotif dan protektif
yang tidak banyak kegiatan interaksi langsung, maka kegiatan
edukasi dilakukan melalui pembuatan media-media edukasi.

Page 46
Media-media tersebut antara lain adalah: leaflet, poster,
spanduk, banner, video, template social media, sticker, radio
spot, Billboard. Sasaran dari edukasi ini adalah pasien,
keluarga pasien, pengunjung rumah sakit, SDM rumah sakit,
dan masyarakat sekitar rumah sakit. Dengan melibatkan
profesional pemberi asuhan (PPA) yang berada di setiap ruang
rawat inap maupun rawat jalan. Selain itu Instalasi PKRS dan
Humas memiliki Koordinator edukator yang ada di masing-
masing SMF, Unit, Bidang, Rawat jalan, dan Rawat inap yang
bertanggung jawab pada semua kegiatan edukasi.
Komunikasi pada pasien dilakukan sejak pasien kontak
dengan pelayanan di Rumah sakit, ketika pertama kali masuk
RS, pasien diberikan orientasi linkungan dan tata tertib RS.
Untuk pasien dengan kondisi baik yang dirawat inap
komunikasi bisa dilakukan sendiri oleh pasien melalui hand
phone masing-masing. Sedangkan pasien kondisi kritis yang
dirawat di ruang isolasi intensif, informasi kondisi pasien
dilakukan secara virtual melalui layar monitor oleh tenaga
kesehatan / dokter yang merawat dengan keluarga pasien
- Staf RS
Sistem komunikasi pada staf ditujukan untuk
pemberian informasi dan edukasi Covid 19, PPI (Program
Pengendalian Infeksi), alur pasien. Informasi untuk
mendapatkan keseragaman pemahaman pada semua staf
RS dalam menjalankan tugas masing-masing. Di masa
Pandemi pemberian informasi dan edukasi pada staf
dilakukan secara virtual.

2) Eksternal Rumah Sakit


- Tujuan memberi informasi pada media massa,
masyarakat terkait dengan ruang lingkup pelayanan
RSUD Batang pada masa pandemik, ada beberapa media
informasi yang digunakan yaitu:instagram,websiteRSUD
Batang, wawancara radio dan televisi

Page 46
- Akses layanan Customer Care dengan nomor telp :
(0285). 391033, 4493034, 4493034, 4493035.
- Komunikasi eksternal pada tenaga medis dilakukan
melalui telemedicine.
- Pelaporan hasil kegiatan pelayanan pada Pemerintah
Provinsi Jawat Tengah.

II.2.3. RESPON
Pada fase respon bencana pandemi Covid 19, Rumah Sakit melakukan
upaya mitigasi berupa :

a. Mengelola Kegiatan Klinis (Medical Support)


1) Pelayanan pasien emergensi : menerapkan sistem triage
dan skrining infeksi
2) Pelayanan pasien rawat jalan : melakukan skrining pada
pasien yang datang ke Instalasi Rawat Jalan, Gedung
Pusat Diagnostik Terpadu, Pusat Pelayanan jantung
Terpadu dan Graha Amerta
3) Pelayanan pasien rawat inap, HCU, ICU : melakukan rapid
test atau swab pada pasien yang akan dilakukan rawat
inap
4) Pelayanan operatif : melakukan swab pada pasien sesuai
skor yang sudah dibuat
5) Pelayanan Diagnostik
6) Pelayanan Ambulans 119 untuk pasien Covid-19
- Evakuasi pasien dari emergensi ke RIK
- Evakuasi pasien RSUD Batang ke Rumah Sakit Lapangan
- Melayani panggilan ambulan untuk membawa pasien
Covid-19 ke RSUD Batang
7) Alur pasien
8) Supervisi dan review prosedur
Pada awal pandemi Covid-19 RSUD BATANG memiliki 7
Tempat Tidur pasien di RIK 1 (Ruang Isolasi Khusus). Melihat
perkembangan kasus Covid-19 yang melonjak kunjungan ke

Page 46
IGD RSUD BATANG, maka contigensi plan diberlakukan
dengan memperluas ruang isolasi yang berdekatan dengan
lokasi RIK 1 sehingga ruang isolasi menjadi RIK1, RIK2, RIK 3.
Kondisi ini bisa berubah sesuai dengan situasi yang terjadi,
misalnya bilamana lonjakan pasien terus meningkat maka
kondisi contigensi akan berubah jadi krisis, maka Rumah
Sakit akan merubah ruang-ruang pelayanan pasien menjadi
ruang perawatan Covid-19.
Selain ruang rawat inap pasien, pintu masuk pasien ke
RSUD BATANG juga menjadi prioritas untuk dikendalikan.
Pintu masuk pasien ada di Instalasi Rawat Jalan (Poli),
Instalasi Gawat Darurat (IGD), dan Gedung Pusat Diagnostik
Terpadu (GPDT/GDC). Di semua titik masuk pasien
diberlakukan skrinning, tujuan untuk memilah pasien
suspek, konfirm, dan tidak berisiko, sarana yang digunakan
untuk skrinning antara lain : thermogun, form skoring, rapid
test. Pada masa pandemi Covid, RSUD BATANG membuka poli
baru yakni Poli Covid 19, yang melayani rawat jalan bagi
masyarakat tanpa gejala atau gejala ringan. Sedangkan IGD
(Instalasi Gawat Darurat) melayani kasus emergensi Covid 19.
Instalasi Gawat Darurat juga menyiapkan ruangan
penyangga (buffer) untuk mengantisipasi lonjakan pasien,
dimana Ruang Isolasi Khusus sudah penuh pasien.
b. Mengelola Ketersediaan Sarana Prasarana
Rumah sakit menjamin ketersediaan (supply) sarana
yang vital dibutuhkan staf dan pasien selama masa pandemi,
misalnya APD (Alat Pelindung Diri), Perbekalan Farmasi, obat-
obatan, alat kesehatan yang langsung diperlukan pasien
terutama life saving.
Staf RSUD BATANG adalah aset yang penting, Rumah
Sakit fokus memberikan perlindungan pada staf, ini menjadi
prioritas agar mereka tetap bisa memberikan pelayanan
sesuasi standar yang berlaku. Ketersediaan APD dipantau

Page 46
dalam indikator mutu ketersediaan APD, sebagi upaya
mencegah transmisi Covid 19 pada staf RS

Gambar. 1 Bagan Alur Permintaan APD (Alat Pelindung Diri)

Page 46
Gambar. 2 Bagan Distribusi Alat Pelindung Diri (APD)

c. Mengelola Sumber Daya

Page 46
1) Prioritas penempatan staf masa pandemi Covid 19
- Staf dengan ketrampilan kritis tertentu (ventilator, luka
bakar) berkonsentrasi pada ketrampilan itu,
- Menentukan pekerjaan yang dapat dilakukan dengan
aman oleh profesional medis lain
- Perawat dengan ketrampilan khusus mengawasi
perawat lain
- Mengoptimalkan staf terlatih misal : perawat kritis, luka
bakar, tim bantuan bencana
- Manfaatkan telemedicine
2) Ketersedian Dan Kecukupan SDM
Melakukan kontrak dengan tenaga relawan :
- Relawan BTT 1 : 7 driver dan 5 Transporter
- Relawan BTT 2 : 145 orang (Dokter, Perawat, Rekam
Medik, Analis, Psikolog, Apoteker, Asisten Apoteker,
Sanitarian, Radiografer, dan lain lain)
- Relawan Kemenkes : Dokter, perawat dan analis
laboratorium
3) Skrinning SDM
- PNS/PTT-PK yang telah melakasanakan Rapid Test
COVID-19 dan dinyatakan Reaktif cuti sakit selama
7 (tujuh) hari pertama untuk isolasi mandiri 
ditindaklanjuti dengan pemeriksaan PCR Swab Test;
- PNS/PTT-PK yang telah melakasanakan PCR Swab Test
COVID-19 dan dinyatakan Positif diberikan cuti
sakit selama 14 hari kerja atau sampai dinyatakan
sembuh;
- RSUD BATANG mengajukan surat kepada Bupati
Batang c.q Sekretaris Daerah untuk melaksanakan
WFH (Work From Home) pada bidang atau unit yang
pegawainya positif COVID-19.

4) Perlindungan SDM

Page 46
Pelaksanaan perlindungan kesehatan pegawai pada saat
pandemi dengan berdasarkan dari pemeriksaan rapid test
dan Swab test pegawai.
- Pemeriksaan rapid test pegawai secara rutin dan berkala
Pemeriksaan rapid test dilaksanakan di Medical Check Up
Gedung Pusat Diagnostik Terpadu Lt. 3. Dalam
pelaksanaan rapid test memiliki alur sebagai berikut :
a. Unit kerja mengusulkan nama pegawai yang akan
dirapid (diutamakan pada pegawai yang memiliki gejala
seperti COVID-19 dan kontak dengan kasus positif
COVID-19);
b. MCU melakukan penjadwalan pada nama yang
diusulkan;
c. Pegawai yang terjadwal datang ke MCU daftar ke loket
dan mengisi form yang disediakan;
d. Analis laboratorium mengambil sampel darah di MCU;
e. Analis laboratorium menganalis sampel di Lab. Patologi
Klinik;
f. Analis laboratorium memasukkan hasil dan cetak hasil
lab;
g. Hasil rapid test dapat diambil di MCU.
1. Apabila terdapat hasil reactive pada rapid test pegawai
maka petugas analis laboratorium akan menghubungi
yang bersangkutan dan Bidang Pelayanan Diagnostik
dan Khusus untuk dilakukan swab test pada pegawai
tersebut
- Pemeriksaan Swab test Pegawai
Pemeriksaan swab test dilaksanakan di Poli Covid RSUD
Batang. Dalam pelaksanaan swab test memiliki alur
sebagai berikut :
a. Pegawai dengan hasil rapid testreactive atau unit kerja
yang mengusulkan pegawai yang akan diswab
(diutamakan pada pegawai yang memiliki gejala seperti

Page 46
COVID-19 dan kontak dengan kasus terkonfirmasi
COVID-19);
b. Bidang Pelayanan menjadwalkan pelaksanaan swab test
disesuaikan dengan kuota tiap harinya;
c. Pegawai yang mendapat panggilan swab wajib mengisi
formulir yang telah disediakan oleh PPI untuk
pendaftaran swab H-1;
d. Pegawai datang ke Poli Covid dan dilakukan swab oleh
petugas pengambil swab (perawat).
e. Analis laboratorium mengambil sampel swab;
f. Instalasi Laboratorium mengirimkan sampel swab ke
laboratorium rujukan sesuai zonasi;
g. Instalasi laboratorium menerima hasil sampel swab;
h. Instalasi laboratorium mendistribusikan hasil swab test
ke DPJP;
i. Apabila terdapat hasil positif pada swab test pegawai
maka Bidang Pelayanan akan menghubungi yang
bersangkutan dan dilaksanakan investigasi.
Pelaksanaan investigasi dan pelacakan pegawai di RSUD
BATANG berdasarkan pada kasus positif swab test
dilakukan oleh Komite PPI RSUD BATANG dibantu
K3RS.
- Pegawai dengan hasil swab positif akan dilakukan
investigasi dan pelacakan dengan alur sebagai berikut:
a. Bagian Kepegawaian menyampaikan hasil kasus positif
swab kepada Tim PPI;
b. Tim PPI dan K3RS melakukan konfirmasi kepada
pegawai yang bersangkutan dengan menghubungi via
telepon;
c. Pegawai yang terkonfirmasi positif diberikan form tracer
berupa form online yang berisi data rekam medik, gejala,
kontak erat dan pertanyaan yang berkaitan dengan
COVID-19;

Page 46
d. Pegawai terkonfirmasi positif mengisi form dan
melakukan konfirmasi kembali pada Tim PPI / K3RS;
e. Tim PPI melakukan analisis dari hasil form tracer online;
f. Tim PPI membuat hasil dan rekomendasi dari analisa
form pelacakan tersebut;
g. Tim PPI membuat laporan hasil investigasi dan
pelacakan kepada Direktur RSUD BATANG.
Pelaporan hasil pemeriksaan pegawai yang meliputi
rapid test dan swab test pegawai akan dilaporkan
kepada Direktur, Badan Kepegawaian Daerah Provinsi
Jawa Tengah dan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa
Tengah sebagai bukti pelaksanaan penanganan pegawai
yang terdampak COVID-19 di lingkungan RSUD
BATANG.

Page 46
h. Hak SDM
- APD
Mendapatkan APD selama menjalankan tugas sesuai
dengan area zonasi
- Extra Fooding
Vitamin, Jamu, extra food (telur, susu, roti)
- Rumah Singgah
Rumah Sakit menyiapkan beberapa kamar di rumah
sakit sebagai tempat relaksasi
- Pendampingan Psikologi
Program penguatan psikologis bagi nakes
- Insentif : pemberian insentif dan santunan kematian
bagai nakes yang menangani Covid 19 sesuai dengan:
o Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK
01.07/278/2020
o Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK
01.07/392/2020
d. Mengelola Konflik
1) Pelayanan Komunikasi Pengaduan Publik
Setiap pengaduan yang masuk ke RSUD BATANG
diterima oleh petugas dan dicatat data pengadu dan isi
pengaduan (nama, alamat dan telepon). Pengaduan dari
masyarakat yang masuk akan dipilah, apabila
pengaduan dari masyarakat tersebut dapat dijawab
maka petugas penerima akan menjawab pengaduan
masyarakat tersebut secara langsung. Dan apabila
pengaduan dari masyarakat tidak dapat dijawab
langsung maka pengadu (masyarakat) diminta
menelepon ulang 10-60 menit kemudian. Adapun
langkah-langkah dalam pelayanan pengaduan publik
adalah:
a) Petugas akan mencari informasi langsung
menghubungi sumber informasi yang dikenal dan

Page 46
diketahui (Dokter, paramedik, staf RSUD BATANG)
sehingga pengadu sewaktu menelepon ulang petugas
sudah dapat menjawab;
b) Dan apabila petugas tidak dapat mendapat sumber
informasi maka petugas akan berkonsultasi dengan
koordinator pelayanan publik (Prof. IGB Adria
Hariastawa, dr,SpB.SpBA(K), telp : 08123560485,
031.5023585 atau Pesta Parulian Maurid Edwar, dr.
Sp.An-KIC telp : 08123197118;
c) Setelah dikonsultasikan dengan koordinator
pelayanan publik dan dapat menjawab langsung
pengaduan dari masyarakat maka petugas dapat
menyampaikan kepada pengadu;
d) Dan apabila setelah dikonsultasikan dengan
koordinator pelayanan publik juga tidak dapat
menjawab maka, pengadu diminta untuk menunggu
selama 1- 3 x 24 jam hari kerja;
e) Selama menunggu 1 - 3 x 24 jam hari kerja
koordinator pelayanan publik akan mencarikan
sumber informasi utama / supervisor PKRS & Humas;
f) Setelah dari sumber informasi utama / supervisor
PKRS & Humas atau dilakukan rapat koordinasi dari
banyak bidang, jawaban akan disampaikan kembali
ke koordinator pelayanan publik yang kemudian akan
diinformasikan kepada petugas penerima pengaduan
untuk disampaikan kembali kepada pengadu. Bagi
pengaduan yang lewat media cetak / kotak
surat/website/email/facebook, akan dibuat surat
jawaban tertulis kemedia yang bersangkutan. Untuk
kelalaian tindakan medis akan ditangani oleh Komite
Medis sendiri;
g) Jawaban kepada pengadu / masyarakat harus
disampaikan kembali maksimum dalam 5 hari kerja.

Page 46
Jawaban yang tidak dapat diselesaikan dalam waktu 5
hari kerja, baik pengaduan secara langsung, lewat
telepon dan melalui media
cetak/website/email/facebook, maka pengadu dapat
menindak lanjuti ke Ombudsman;
h) Untuk pengaduan yang tidak dapat diselesaikan akan
diberikan kompensasi dengan perlakuan khusus
sesuai kebijakan dari RSUD BATANG / Instalasi
masing-masing;
i) Jawaban ditulis didalam form laporan yang sudah
ditetapkan.
j) Semua laporan dikirim ke PKRS tiap bulan, sebelum
tanggal 5 bulan berikutnya;
k) Semua pengaduan yang masuk Ke RSUD BATANG
baik secara langsung, lewat telepon maupun media
masa beserta jawabannya akan dilaporkan ke
Sekretaris Daerah Propinsi Jawa Timur sebelum
tanggal 10 bulan berikutnya;
l) Bila jawaban lebih dari 5 hari kerja, pengadu dapat
mengajukan masalahnya ke Ombudsman;

Page 46
Adapun Alur Pengaduan Publik adalah sebagai
berikut :

Gambar.12 Alur Tatalaksana Pengaduan Publik (Complain)


RSUD Batang Lewat Langsung/ Telepon/ Media
Cetak/ Media Elektronik

2) Konflik pada Staf Rumah Sakit


Pandemi COVID-19 telah memunculkan tantangan
besar dan risiko yang dihadapi petugas kesehatan secara
global termasuk perawatan kesehatan terkait : infeksi,
kekerasan, stigma, Ketidak hadiran staf lain, gangguan
psikologis dan emosional, penyakit dan bahkankematian.
Tekanan fisik dan psikis tersebut diatas dapat memunculan
stress dan konflik . Staf mempunyai hak untuk didengarkan

Page 46
keluhannya ( speak up ) , seluruh level Pimpinan Rumah Sakit juga
konsisten mengembangkan budaya speak up untuk staf RS.
Budaya keselamatan menciptakan suasana yang aman bagi staf
untuk melaporkan insiden pasien dan kondisi / kejadian tidak
aman & nyaman yang dialami oleh petugas RS.
Staf RS bisa melaporkan keluhan tersebut ( lisan dan
tertulis ) pada atasan langsung dan atau pada bagian UP (urusan
Kepegawaian). Pimpinan akan merespon keluhan tersebut agar
beban fisik / psikis menurun . Staf yang bekerja dalam suasana
yang aman dan nyaman mendukung pemberian pelayanan yang
aman bagi pasien. Uapaya untuk menurunkan stress kerja akibat
konflik yang dilakukan Pimpinan RSUD BATANG :
- Pendampingan Psikologi : program penguatan psikososial
bagi nakes
- Menyediakan tempat relaksasi untuk istirahat nakes
- Memberikan extra fooding dan vitamin

II.2.4. RECOVERY
Jangka Pendek

- Melokalisir rawat inap Covid


- Mengembalikan fungsi ruangan rawat inap seperti semula
- Menyiapkan Adaptasi Kebiasan Baru (New Normal)
Jangka Panjang
- Memisahkan IGD infeksi dan non infeksi
- Mengembangkan P3PSR

Page 46
BAB III

PELAPORAN & EVALUASI

III.1. Pelaporan

Pelaporan dilakukan kepada Bidang Perencanaan dan Data


Informasi. Setelah satu tahun, dilakukan pelaporan tahunan kepada
Direktur.

III.2. Evaluasi

Rumah sakit melaksanakan monitoring evaluasi secara rutin,


meliputi evaluasi terkait :
a. Staf ( SDM ) :
- Ketersediaan dan kecukupan SDM
- Perlindungan SDM
- Pemantauan kesehatan kerja
b. Pelayanan pasien meliputi :
- Standart of Care
- Tempat pelayanan pasien
- Ketersedian sarana
c. Indikator hasil kegiatan

- Indikator outcome :
1) Angka kematian (mortalitas) pasien Covid-19
2) Angka kesakitan (morbiditas) Covid 19 padastaf RS
3) Respon time hasil pemeriksaan swab PCR
4) Angka ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD)
5) Angka kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Page 46

Anda mungkin juga menyukai