Anda di halaman 1dari 59

PANDUAN

TEKNIS KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT

KEPUTUSAN DIREKTUR
JUDUL KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR ........
RS AWAL BROS PEKANBARU
Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru 2022
Halaman1dari59
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2
RIWAYAT DOKUMEN 3
SK DIREKTUR TENTANG PEMBERLAKUAN PANDUAN 4
BAB I DEFINISI 7
BAB II RUANG LINGKUP 10
BAB III KEBIJAKAN 11
BAB IV TATA LAKSANA 12
BAB V DOKUMENTASI 58

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman2dari59


Nomor Dokumen
PANDUAN TEKNIS K3RS 520/02.01.DIR/RSAB-PKU/SK/IV/2022

Level Kategori Tanggal Terbit


√ Rumah Sakit √ Klinis 30 April 2022

√ Departemen √ Manajemen
Tanggal Efektif
30 April 2022
√ Unit √ Regulasi

Tanggal Review:
Siklus Review √ 1 tahun √ 3 tahun 11 Juni 2024

Revisi No Dokumen RingkasanPerubahan Diusulkan oleh


00 099/RSAB- - Komite K3RS
SK/DIR/III//2020
01 520/02.01.DIR/RSAB- ● Penambahan regulasi pada ● Komite K3RS
PKU/SK/IV/2022 poin G untuk Permit To
Work
02 520/02.02.DIR/RSAB- ● Penambahan regulasi ● Komite K3RS
PKU/SK/IV/2022 audit internal

Persetujuan
Nama Nama
Dr. Linda Devita, MHKes Dr. Gina Adriana, MARS, MHKes

Jabatan Jabatan:
Ketua Komite Mutu & KPRS Ketua Komite K3RS
Tanda tangan Tanda Tangan

Tanggal Tanggal
12 April 2022 12 April 2022

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman3dari59


KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT AWAL BROS PEKANBARU

NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK/IV/2022

TENTANG
PANDUAN TEKNIS KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA
RUMAH SAKIT AWAL BROS PEKANBARU

DIREKTUR RUMAH SAKIT AWAL BROS PEKANBARU

Menimbang : a. Bahwa dalam kegiatan Rumah Sakit berpotensi


menimbulkan bahaya fisik, kimia, biologi, ergonomik dan
psikososial yang dapat membahayakan kesehatan dan
keselamatan baik terhadap Karyawan, pasien, pengunjung
maupun masyarakat di lingkungan Rumah Sakit
b. Bahwa untuk mencegah dan mengurangi bahaya kesehatan
dan keselamatan khususnya terhadap Karyawan, perlu
dilakukan upaya-upaya kesehatan dan keselamatan kerja
c. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas perlu
ditetapkan surat keputusan Direktur tentang Panduan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di RS Awal Bros
Pekanbaru
Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
2. Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenaga Kerjaan.
3. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan.
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5059)
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.
6. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman4dari59


7. Peraturan Presiden Republik Indonesia No 7 Tahun 2019
Tentang Penyakit Akibat Kerja
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 tahun
2000 tentang Keselamatan dan Kesehatan terhadap
Pemanfaatan Radiasi Pengion.
9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 tahun
1993 tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan Kerja.
10. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun
1999 tentang Wajib Laporan Penyakit Akibat Hubungan
Kerja.
11. Pertauran Menteri Kesehatan Republik Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2016 tentang Penggunaan Gas Medis dan
Vakum Medis pada Sarana PelayananKesehatan.
12. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 01
Tahun 1981 Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat
Kerja
13. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun 2008
tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan
Berbahaya dan Beracun
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2000 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan
MEMUTUSKA
N

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RS AWAL BROS PEKANBARU


TENTANG PANDUAN KESELAMATAN & KESEHATAN
KERJA
Kesatu : Memberlakukan Panduan Keselamatan & Kesehatan KerjaRS
Awal Bros Pekanbaru tersebut sebagaimana terlampir dalam
Surat Keputusan ini.
Kedua : Panduan Keselamatan & Kesehatan Kerjaharus dilaksanakan
oleh manajemen maupun karyawan di RS Awal Bros Pekanbaru
sebagai acuan dalam melakukan upaya pencegahan insiden.

Ketiga : Dengan berlakunya Keputusan ini, Keputusan Direktur Rumah


Sakit Awal Bros Pekanbaru, Nomor 099/RSAB-SK/DIR/III/2020
tentang Panduan Teknis K3RS Rumah Sakit Awal Bros
Pekanbaru sudah tidak berlaku lagi.

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman5dari59


Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan
dievaluasi dalam tiga (3) tahun atau terdapat kekeliruan dalam
penetapan keputusan ini.
Kelima : Keputusan ini akan dilakukan pemantauan, evaluasi, dan
perbaikan sesuai dengan kebutuhan organisasi dan mengacu
pada peraturan perundangan serta evidence-based practice
lainnya yang relevan.

Ditetapkan di : Pekanbaru
Pada tanggal : 30 April 2022
DIREKTUR RS. AWAL BROS PEKANBARU,

dr. JIMMY KURNIAWAN, MKK

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman6dari59


BAB I
DEFINISI

A. Latar belakang
Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang,
tergores/terpotong, luka bakar, penyakit infeksi dan lain-lain. Di Australia, diantara 813
Perawat, 87% pernah low back pain, prevalensi 42% dan di AS, insiden cedera
musculoskeletal 4.62/100 Perawat per tahun. Khusus di Indonesia, data penelitian
sehubungan dengan bahaya-bahaya di Rumah Sakit belum tergambar dengan jelas,
namun diyakini bahwa banyak keluhan-keluhan dari para Petugas di Rumah Sakit
sehubungan dengan bahaya-bahaya yang ada.
Di Indonesia, data Instalasi Bedah Sentral RSUD di Jakarta pada tahun 2006
menyebutkan bahwa gaya berat yang ditanggung pekerja rata-rata lebih dari 20 kg.
Keluhan subjektif low back pain didapat pada 83.3% pekerja dengan rata-rata usia
terbanyak 30–49 tahun. Gun (1983) juga menyatakan bahwa insiden akut secara
signifikan lebih besar terjadi pada Petugas Rumah Sakit dibandingkan dengan seluruh
pekerja di semua kategori (jenis kelamin, ras, umur dan status pekerjaan).
Pekerja Rumah Sakit berisiko 1,5 kali lebih besar dari golongan pekerja lain.
Probabilitas penularan HIV setelah luka tusuk jarum suntik yang terkontaminasi HIV 4
: 1000. Risiko penularan HBV setelah luka tusuk jarum suntik yang terkontaminasi HBV
27 – 37 : 100. Risiko penularan HCV setelah luka tusuk jarum suntik yang mengandung
HCV 3 – 10 : 100.
Dari berbagai potensi bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk
mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu
Rumah Sakit dituntut untuk melaksanakan upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) yang dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko terjadinya
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) di Rumah Sakit dapat
dihindari.Agar penyelenggaraan K3RS lebih efektif, efisien dan terpadu, diperlukan
sebuah Panduan manajemen K3 di Rumah Sakit, baik bagi pengelola maupun
Karyawan Rumah Sakit.
Definisi :
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yangselanjutnya disingkat
K3RS adalah segala kegiatan untukmenjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatanbagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien,pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkunganrumah sakit melalui upaya pencegahan
kecelakan kerjadan penyakit akibat kerja di rumah sakit.

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman7dari59


2. Kesehatan Kerja Menurut WHO/ILO (1995). Kesehatan Kerja bertujuan untuk
peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang
setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap
gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan,
perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam
suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan
psikologisnya. Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada
manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.
3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Upaya untuk memberikan jaminan
keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan
cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya
di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
4. Manajemen K3 Rumah Sakit. Suatu proses kegiatan yang dimulai dengan tahap
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian yang
bertujuan untuk membudayakan K3 di Rumah Sakit.
5. Konsep Dasar K3 Rumah Sakit. Upaya terpadu seluruh Karyawan Rumah Sakit,
pasien, pengunjung/pengantar orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja,
tempat kerja Rumah Sakit yang sehat, aman dan nyaman baik bagi Karyawan,
pasien, pengunjung/pengantar orang sakit maupun bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar Rumah Sakit.

6. Audit digunakan untuk meninjau dan menilai kinerja serta efektivitas Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan. Audit internal
dilaksanakan oleh Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk
mengetahui dimana Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
telah diterapkan dan dipelihara secara tepat. Pelaksanaan audit didasarkan
pada hasil penilaian resiko dari aktivitas operasional perusahaan dan hasil
audit (audit-audit) sebelumnnya. Hasil penilaian resiko juga menjadi dasar
dalam menentukan frekuensi pelaksanaan audit internal pada sebagian
aktivitas operasional perusahaan, area ataupun suatu fungsi atau bagian
mana saja yang memerlukan perhatian manajemen Perusahaan terkait resiko
K3 dan Kebijakan K3 Perusahaan.
7. Upaya K3 di RS. Upaya K3 di Rumah Sakit menyangkut tenaga kerja,
cara/metode kerja, alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini
meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman8dari59


petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resultan dari tiga komponen
K3 yaitu:
a. Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik pada suatu tempat kerja
dalam waktu tertentu.
b. Beban kerja adalah suatu kondisi yang membebani pekerja baik
secara fisik maupun non fisik dalam menyelesaikan pekerjaannya,
kondisi tersebut dapat diperberat oleh kondisi lingkungan yang tidak
mendukung secara fisik atau non fisik.
c. Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi
faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial yang
mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.

B. Tujuan
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk Sumber
Daya Manusia (Karyawan) Rumah Sakit, aman dan sehat bagi pasien,
pengunjung/pengantar pasien, masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah sakit
sehingga proses pelayanan Rumah Sakit berjalan baik dan lancar.

C. Sasaran
Kepada seluruh unit karyawan Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru.

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman9dari59


BAB II
RUANG LINGKUP

1. Pelaksanaan rencana K3RS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c


meliputi:
a. Manajemen risiko K3RS;
b. Hirarki Pengendalian resiko;
c. Keselamatan dan keamanan di rumah sakit;
d. Pelayanan kesehatan kerja;
e. Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) dari Aspek
keselamatan dan kesehatan kerja;
f. Stop Work Authority (SWA)
g. Management Of Change (MOC)
h. Permit To Work (PTW)
i. Pencegahan dan pengendalian kebakaran;
j. Pengelolaan prasarana rumah sakit dari aspekkeselamatan dan
kesehatan kerja;
k. Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatandan kesehatan
kerja; dan
l. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana.
m. Audit internal rumah sakit.
2. Karyawan Rumah Sakit.
3. Pasien.
4. Pengunjung.
5. Masyarakat sekitar Rumah Sakit.

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman10dari59


BAB III
KEBIJAKAN

1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja


2. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kesehatan RI Nomor 66 Tahun 2016 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Rumah Sakit.
4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2019 tentang Penyakit Akibat Kerja.
5. Permenaker No. 1 tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor PAK
6. Permenaker No. 2 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
7. Permenakertrans No.Per.08/Men/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri (APD)
8. SNI 19-1958-1990 tentang Pedoman Alat Pelindung Diri
9. Permenkes No. 56 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayan Penyakit
Akibat Kerja.
10. Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Prorgram
Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 48 Tahun2016 tentang
Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran.
12. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 5 Tahun 2018
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja.
13. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 5 Tahun 2021
tentang Tata Cara Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja,
Jaminan Kematian dan Jaminan Hari Tua.

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman11dari59


BAB IV
TATA LAKSANA

A. Manajemen Risiko K3RS


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah usaha pencegahan yang dibuat
untuk pekerja atau buruh maupun pengusaha sebagai pencegahan timbulnya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja di dalam lingkungan kerja
dengan cara mengenali potensi yang akan menimbulkan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja (PAK). Adapun syarat-syarat keselamatan kerja telah diatur
dalam Pasal 3 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat
K3RS adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan RS melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja
daan penyakit akibat kerja di rumah sakit.
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang
selanjutnya disebut SMK3 Rumah Sakit adalah bagian dari manajemen RS secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan aktifitas
proses kerja di Rumah Sakit memiliki kewajiban meciptakan lingkungan kerja yang
sehat, selamat, aman, dan nyaman bagi sumber daya manusia Rumah Sakit,
pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit. Untuk
melaksanakan kewajiban tersebut harus sesuai dengan standar K3RS yaitu
manajemen risiko K3RS. (Peraturan Menteri Kesehatan NO.PER 66/MEN/2016).
Menurut Peraturan Pemerintah Kesehatan No.66 Tahun 2016 Manajemen
risiko K3RS adalah proses yang bertahap dan berkesinambungan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja secara komperhensif
di lingkungan Rumah Sakit. Manajemen risiko merupakan aktifitas klinik dan
administrasi yang dilakukan Rumah Sakit untuk melakukan identifikasi, evaluasi
dan pengurangan risiko keselamatan dan kesehatan kerja untuk mengembangkan
dan mengimplementasikan program K3RS di RS Awal Bros Pekanbaru dengan
kerjasama seluruh pihak yang berada di RS. Identifikasi potensi bahaya, penilaian
risiko dan pengendalian risiko potensi bahaya dapat dilakukan dengan
menggunakan Hazard Identification, Risk Assesment, and Determining Control
(HIRADC). HIRADC bertujuan untuk mengidentifikasi risiko bahaya di tempat kerja

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman12dari59


yaitu dengan mengaitkan antara pekerja, tugas, peralatan kerja dan lingkungan
kerja (Setyaningsih dkk,2010).

B. Hirarki Pengendalian Risiko


Hierarki pengendalian bahaya pada dasarnya berarti prioritas dalam pemilihan dan
pelaksanaan pengendalian yang berhubungan dengan bahaya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Ada beberapa kelompok kontrol yang dapat dibentuk untuk
menghilangkan atau mengurangi bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yakni
diantaranya:

1. Eliminasi – memodifikasi desain untuk menghilangkan bahaya; misalnya,


memperkenalkan perangkat mengangkat mekanik untuk menghilangkan
penanganan bahaya manual;
2. Subtitusi – pengganti bahan kurang berbahaya atau mengurangi energi sistem
(misalnya, menurunkan kekuatan, ampere, tekanan, suhu, dll);
3. Kontrol teknik / Perancangan – menginstal sistem ventilasi, mesin penjagaan,
interlock, dll .;
4. Kontrol administratif – tanda-tanda keselamatan, daerah berbahaya tanda,
tanda-tanda foto-luminescent, tanda untuk trotoar pejalan kaki, peringatan
sirene / lampu, alarm, prosedur keselamatan, inspeksi peralatan, kontrol akses,
sistem yang aman, penandaan, dan izin kerja, dll .;
5. Alat Pelindung Diri (APD) – kacamata safety, perlindungan pendengaran,
pelindung wajah, respirator, dan sarung tangan.

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman13dari59


C. Keselamatan & Keamanan di Rumah Sakit
Upaya K3 di Rumah Sakit menyangkut tenaga kerja, cara/metode kerja, alat
kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan,
pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap petugas kesehatan dan
non kesehatan merupakan resultan dari tiga komponen K3 yaitu:
1. Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk menyelesaikan
pekerjaannyadenganbaikpadasuatutempatkerjadalamwaktutertentu.
2. Beban kerja adalah suatu kondisi yang membebani pekerja baik secara fisik
maupun non fisik dalam menyelesaikan pekerjaannya, kondisi tersebut
dapat diperberat oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung secara fisik
atau non fisik.
3. Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi
faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial yang mempengaruhi
pekerja dalam melaksanakanpekerjaannya.
Bahaya potensial di Rumah Sakit dapat mengakibatkan penyakit akibat
kerja dan kecelakaan akibat kerja, yaitu disebabkan oleh faktor biologi (virus,
bakteri dan jamur), faktor kimia (antiseptik, reagent, gas anestesi), faktor

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman14dari59


ergonomi (lingkungan kerja, cara kerja dan posisi kerja yang salah), faktor fisik
(suhu, cahaya, bising, listrik, getaran dan radiasi), faktor psikososial (kerja bergilir,
beban kerja, hubungan sesama Karyawan/Atasan). Bahaya potensial yang
dimungkinkan ada di Rumah Sakit, diantaranya adalah mikrobiologik, desain/fisik,
kebakaran, mekanik, kimia/gas/karsinogen, radiasi dan risiko hukum/keamanan.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) di Rumah Sakit, umumnya berkaitan dengan
faktor biologi (kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien), faktor kimia
(pemaparan dalam dosis kecil namun terus-menerus seperti antiseptik pada kulit,
gas anestasi pada hati, faktor ergonomi (cara duduk salah, cara mengangkat
pasien salah), faktor fisik dalam dosis kecil yang terus-menerus (panas pada kulit,
tegangan tinggi pada sistem reproduksi, radiasi pada sistem produksi darah), faktor
psikologis (ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien, gawat darurat dan
lain-lain).
Sumber bahaya yang ada di Rumah Sakit harus diidentifikasi dan dinilai
untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolak ukur kemungkinan
terjadinya KAK dan PAK. Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit dapat
dikelompokkan seperti dalam tabel berikut:

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman15dari59


Bahaya Fisik Diantaranya: radiasi pengion, radiasi non-pengion, suhu
panas, suhu dingin, bising, getaran, pencahayaan.
Bahaya Kimia Diantaranya: ethylene oxide, formaldehyde,
glutaraldehyde, ether, halothane, etrane, mercury,
chlorine.
Bahaya Biologi Diantaranya: Virus (misal: Hepatitis B, Hepatitis C,
Influenza, HIV), Bakteri (misal: S.Saphrophyticus,
Bacillus sp., Parionibacterium sp., H.Influenzae,
S.Pneumoniae, N.Meningitidis, B.Streptococcus,
Pseudomonas), Jamur (misal: Candida) dan Parasit
(misal: S.Scabiei).
Bahaya Ergonomi Cara kerja yang salah, diantaranya posisi kerja statis,
angkat-angkut pasien, membungkuk, menarik,
mendorong.
Bahaya Diantaranya kerja shift, stress beban kerja, hubungan
Psikososial kerja, post traumatic.
Bahaya Mekanik Diantaranya terjepit, terpotong, terpukul, tergulung,
tersayat, tertusuk benda tajam.
Bahaya Listrik Diantaranya sengatan listrik, hubungan arus pendek,
kebakaran, petir, listrik statis.
Kecelakaan Diantaranya kecelakaan benda tajam.
Limbah Rumah Diantaranya limbah medis (jarum suntik, vial obat, nanah,
Sakit darah) limbah non medis, limbah cairan tubuh manusia
(misal: droplet, liur, sputum).

D. Pelayanan Kesehatan Kerja


1. Komitmen dan Kebijakan. Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan
(policy) tertulis, jelas dan mudah dimengerti serta diketahui oleh seluruh
Karyawan Rumah Sakit. Manajemen Rumah Sakit mengidentifikasi dan
menyediakan semua sumber daya esensial seperti pendanaan dan sarana
untuk terlaksananya program K3 di Rumah Sakit.Untuk melaksanakan
komitmen dan kebijakan K3RS, perlu disusun strategi antara lain:
a. Advokasi sosialisasi program K3RS.
b. Menetapkan tujuan yang jelas.
c. Sumber daya yang harus didukung oleh manajemen.

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman16dari59


d. Kajian risiko secara kualitatif dan kuantitatif.
e. Membuat program kerja K3RS yang mengutamakan upaya peningkatan dan
pencegahan.
f. Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara berkala.

2. Perencanaan. Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru harus membuat


perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan penerapan sistem
manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan
meliputi:
● Identifikasi Sumber Bahaya. Identifikasi Sumber Bahaya dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan:
1) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
2) Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi
3) Sumber bahaya yang ada di Rumah Sakit harus diidentifikasi dan
dinilai untuk menentukan tingkat risiko yang merupakan tolok ukur
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja
(PAK).
4) Bahaya potensial berdasarkan lokasi dan pekerjaan di Rumah
Sakit Awal Bros Pekanbaru, meliputi:

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman17dari59


BAHAYA PEKERJA YANG PALING
NO LOKASI
POTENSIAL BERISIKO
1 FISIK: Laundry, dapur, Karyawan yang bekerja di
CSSD, genset lokasi tersebut
Bising

Getaran Ruang mesin- Perawat, Cleaning Service


mesin dan dan lain-lain.
peralatan yang
menghasilkan
getaran

Debu Genset, bengkel Petugas Sanitasi, Petugas


kerja, gudang IPSRS dan Rekam Medis
Rekam Medis

Panas CSSD, dapur, Petugas CSSD, Petugas


Laundry, genset Dapur, Petugas Laundry,
Petugas Sanitasi dan
UPSRS

Radiasi Radiologi Radiografer

2 KIMIA: Semua area Petugas Kebersihan,


Desinfektan Perawat
Cytotoxics Farmasi, tempat Petugas Farmasi, Perawat,
pembuangan Petugas Kebersihan
limbah, bangsal
Ethylene oxide Kamar Operasi Dokter,Perawat CSSD

Formaldehyde Laboratorium, Petugas Laboratorium,


gudang Kamar Bedah, dan Farmasi
Farmasi
Solvents Laboratorium, Teknisi, Petugas
bengkel kerja, Laboratorium,
semua area di Petugas Pembersih
Rumah Sakit

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman18dari59


Gas-gas OK, ruang Perawat, Dokter Operator,
anestesi pemulihan (RR) Dokter/Perawat Anestesi
3 BIOLOGIK: UGD, Kamar Dokter, Perawat, Petugas
AIDS, Operasi, Kamar Laboratorium, Petugas
Hepatitis B dan Bersalin, Ruang Sanitasi dan Laundry
Non A- Non B Rawatan,
Laboratorium,
Laundry
Cytomegalovirus Ruang Perawat, Dokter yang
Kebidanan, bekerja di bagian Ibu dan
Ruang Anak Anak
Ruang Ibu dan
Rubella Dokter dan Perawat
Anak
Tuberculosis Bangsal, Perawat, Petugas
Laboratorium, Laboratorium
Ruang Isolasi
4 ERGONOMIK: Area pasien dan Petugas yang menangani
Pekerjaan yang tempat pasien dan barang
dilakukan secara penyimpanan
manual barang (gudang)
Postur yang Semua area Semua Karyawan
salah dalam
melakukan
pekerjaan
Pekerjaan yang Semua area Petugas Pembersih, Sopir,
berulang Operator Komputer, yang
berhubungan dengan
pekerjaan juru tulis

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman19dari59


5 PSIKOSOSIAL:
Sering kontak
dengan pasien,
kerja bergilir,
kerja berlebih,
ancaman secara
fisik

● Penilaian Faktor Risiko. Proses untuk menentukan ada tidaknya


risiko dengan jalan melakukan penilaian bahaya potensial yang
menimbulkan risiko kesehatan dan keselamatan. Penilaian risiko ini
dilakukan setiap 1 tahun sekali dengan berkoordinasi bersama Tim
Manajemen Risiko.
● Pengendalian Faktor Risiko berdasarkan Permenaker No.5 Tahun
2018 tentang K3 Lingkungan Kerja, dan Permenkes No.66 Tahun
2016 tentang pengendalian di tempat kerja dilakukan sesuai hierarki
pengendalian meliputi upaya eliminasi, substitusi, rekayasa
teknologi, administratif, dan/atau penggunaan APD. Dilaksanakan
melalui 4 tingkatan pengendalian risiko yakni menghilangkan bahaya,
menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang
tingkat risikonya lebih rendah/tidak ada (engineering/rekayasa),
administrasi dan alat pelindung Diri (APD)

3. Jenis dan Penggunaan APD


Sesuai Permenakertrans No.8 Tahun 2010 tentang Alat Pelindung Diri Pasal
2, pengusaha dan/atau pengurus wajib menyediakan APD bagi seluruh
pekerja/buruh di tempat kerja. APD yang disediakan juga harus sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku dan APD wajib
diberikan pengusaha secara cuma-cuma.Jika pengendalian sumber bahaya
secara teknis tidak dapat memberikan perlindungan yang cukup untuk para
pekerja di RS Awal Bros Pekanbaru, maka perusahaan wajib menyediakan
APD yang sesuai untuk meminimalkan risiko dan potensi bahaya di tempat
kerja.

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman20dari59


APD diklasifikasikan menjadi sembilan jenis, di antaranya:
a. Alat Pelindung Kepala. Alat pelindung kepala berfungsi untuk melindungi
kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam atau
benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi
panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikro organisme) dan
suhu yang ekstrem.Jenis alat pelindung kepala terdiri dari:
● Helm pengaman (safety helmet)
● Topi atau tudung kepala
● Penutup atau pengaman rambut.
b. Alat Pelindung Mata dan Muka. Alat pelindung mata dan muka berfungsi
untuk melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya,
paparan partikel-partikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan
benda-benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang
elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion, pancaran
cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam. Jenis alat
pelindung mata dan muka terdiri dari:
● Kacamata pengaman (spectacles)
● Goggles
● Tameng muka (face shield)
● Masker selam
● Tameng muka
● Kacamata pengaman dalam kesatuan (full face masker).
c. Alat Pelindung Telinga. Alat pelindung telinga berfungsi untuk melindungi
alat pendengaran terhadap kebisingan atau tekanan. Jenis alat pelindung
telinga terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear muff).
d. Alat Pelindung Pernapasan. Alat pelindung pernapasan berfungsi untuk
melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih dan
sehat dan/atau menyaring cemaran bahan kimia, mikro-organisme, partikel
yang berupa debu, kabut (aerosol), uap, asap, gas/fume, dan
sebagainya.Jenis alat pelindung pernapasan dan perlengkapannya terdiri
dari:
● Masker
● Respirator
● Katrit
● Kanister
● Re-breather

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman21dari59


● Airline respirator
● Continues Air Supply Machine/Air Hose Mask Respirator low catridge
● Self-Contained Breathing Apparatus (SCBA)
● Emergency breathing apparatus.
e. Alat Pelindung Tangan. Pelindung tangan (sarung tangan) berfungsi untuk
melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu
dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia,
benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan
jasad renik.Jenis pelindung tangan terdiri dari sarung tangan yang terbuat
dari logam, kulit, kain kanvas, kain atau kain dengan pelapis, karet, dan
sarung tangan yang tahan bahan kimia.
f. Alat Pelindung Kaki. Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari
tertimpa atau berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda
tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang
ekstrem, terkena bahan kimia berbahaya dan jasad renik, serta
tergelincir.Jenis pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan
peleburan, pengecoran logam, industri, konstruksi bangunan, pekerjaan
yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang basah
atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya binatang dan lain-
lain.
g. Pakaian Pelindung. Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan
sebagian atau seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau
dingin yang ekstrem, pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahan-
bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan
mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-organisme
patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus,
bakteri dan jamur.Jenis pakaian pelindung terdiri dari:
● Rompi (vests)
● Celemek (apron/coveralls)
● Jaket
● Pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh bagian
badan.
Alat Pelindung Jatuh Perorangan
h. Alat pelindung jatuh perorangan berfungsi membatasi gerak pekerja agar
tidak masuk ke tempat yang mempunyai potensi jatuh atau menjaga pekerja
berada pada posisi kerja yang diinginkan dalam keadaan miring maupun

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman22dari59


tergantung dan menahan serta membatasi pekerja jatuh sehingga tidak
membentur lantai dasar.RS Awal Bros Pekanbaru menggunakan pihak
ketiga untuk pekerjaan yang berhubungan dengan ketinggian. Jenis alat
pelindung jatuh perorangan terdiri dari :
● Sabuk pengaman tubuh (harness)
● Karabiner
● Tali koneksi (lanyard)
● Tali pengaman (safety rope)
● Alat penjepit tali (rope clamp)
● Alat penurun (decender)
● Alat penahan jatuh bergerak (mobile fall arrester).
i. Pelampung. Pelampung berfungsi melindungi pengguna yang bekerja di
atas air atau di permukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam dan
atau mengatur keterapungan (buoyancy) pengguna agar dapat berada pada
posisi tenggelam (negative buoyant) atau melayang (neutral buoyant) di
dalam air.Jenis pelampung terdiri dari:
● Jaket keselamatan (life jacket)
● Rompi keselamatan (life vest)
● Rompi pengatur keterapungan (bouyancy control device).
j. Memasang rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat

kerja
Sumber :https://safetysignindonesia.id
k. Identifikasi Kebutuhan dan Syarat APD

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman23dari59


No Nama Ruangan Jenis APD

1 Laboratorium

1.1 Laboratorium Patologi Anatomi Penutup kepala

Masker bedah

Jas lab

Handscoen

Handscoen latex

Google

Sepatu boots

Respiratory Mask
berdasarkan
MSDS

1.2 Laboratorium Biomoleculer, Petugas PCR Penutup kepala

Masker N95

Baju Scrub

Coverall

Sepatu boots

Handscoen

Handscoen latex

Google

Face shield

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman24dari59


1.3 Laboratorium Mikrobiologi Penutup kepala

Masker bedah

Jas lab

Handscoen

Google

1.4 Laboratorium Kimia, Mikrobiologi Penutup kepala

Masker bedah

Jas lab

Handscoen

Google

2 CSSD Penutup kepala

Masker bedah

Jas lab

Handscoen

Handscoen latex

Google

Sepatu boots

Respiratory Mask
berdasarkan
MSDS

3 Dokter, Perawat, Nurse aid, Petugas office, Masker bedah


IPSRS

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman25dari59


4 House keeping Ruangan, Petugas linen Penutup kepala

Masker bedah

Apron plastik

Handscoen

Google

5 House keeping TPS Penutup kepala

Masker bedah

Apron plastik

Handscoen

Handscoen lateks

Google

Sepatu boots

6 IPSRS pada saat berada di ruang genset, trafo Helm


dan MDB (main distribution board)
Masker bedah

Google

Sepatu boots

Ear muff

Mechanical gloves

7 Gizi Masker bedah

Sepatu boots

Cut resistance
gloves

Apron

Penutup kepala

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman26dari59


8 Perawat di area terdapat alat laser Eye protector
berdasarkan ANSI
Z136.1-2000

Masker bedah

l. Pelatihan Penggunaan APD. Pelatihan penggunaan APD pada petugas non


medis dilakukan setiap 6 (enam) bukan sekali, namun pada APD Khusus
seperti SCBA, Fire safety box dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali.
m. Perawatan APD. Perawatan APD khusus seperti SCBA dilakukan setiap 3
(tiga) bulan sekali oleh pihak ketiga yakni DAMKAR Kota Pekanbaru, seperti
pengisian ulang oksigen, pemeriksaan kebocoran, pemeriksaan masker
respirator dan pemeriksaan manometer.
n. Pemusnahan. Jika APD atau komponen APD yang digunakan mengalami
kerusakan, retak, sudah kedaluwarsa, tidak berfungsi dengan baik, atau
tidak memenuhi persyaratan, petugas RS Awal Bros Pekanbaru akan
menghubungi Komite K3RS, guna menemukan solusi perlindungan lain atau
model APD yang berbeda. Komite K3RS akan melakukan pemusnahan :
● APD yang mengandung bahan berbahaya dilengkapi dengan berita
acara pemusnahan disaksikan oleh logistic umum.
● APD yang tidak mengandung bahan berbahaya dianggap sebagai
limbah domestic yang pembuangannya berita acara pemusnahan
disaksikan oleh logistic umum.

4. Membuat Peraturan. Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru membuat,


menetapkan dan melaksanakan Standar Prosedur Operasional (SPO) sesuai
dengan peraturan, perundangan dan ketentuan mengenai K3 lainnya yang
berlaku. SPO ini dievaluasi, diperbaharui dan dikomunikasikan serta
disosialisasikan kepada Karyawan dan pihak yang terkait.
● Tujuan dan Sasaran. Rumah Sakit mempertimbangkan peraturan
perundang-undangan, bahaya potensial dan risiko K3 yang bisa diukur,
satuan/indikator pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka waktu
pencapaian (SMART).
● Indikator Kinerja. Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian
kinerja K3 yang sekaligus merupakan informasi mengenai keberhasilan
pencapaian Indikator K3RS.

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman27dari59


5. Membuat Program K3RS.Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru menetapkan dan
melaksanakan program K3RS setiap tahun. Untuk mencapai sasaran,
dilakukan monitoring, evaluasi serta pencatatan dan pelaporan pencapaian
program.
6. Pelaksanaan Program K3RS. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Rumah Sakit (K3RS) Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru dilaksanakan secara
terintegrasi ke dalam Unit masing-masing.
7. Langkah-Langkah Penyelenggaraan. Untuk memudahkan penyelenggaraan
K3 di Rumah Sakit, perlu langkah-langkah penerapannya berupa:
a. Tahap Pelaksanaan. Tahap Pelaksanaan yakni :
- Penyuluhan K3 ke semua Karyawan Rumah Sakit.
- Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kelompok di
dalam organisasi Rumah Sakit. Fungsinya memproses individu dengan
perilaku tertentu agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan
sebelumnya sebagai produk akhir dari pelatihan.
- Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku diantaranya:
1. Pemeriksaan kesehatan Petugas (calon karyawan bekerja,
Karyawan, berkala khusus dan karyawan paska bekerja) sesuai
dengan peraturan menteri kesehatan nomor 66 tahun 2016 tentang
K3RS dan jenis pemeriksaan ditentukan oleh Dokter perusahaan.

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman28dari59


Nama
Pemeriksaan Keterangan
Paket
Pemeriksaan Fisik
DPL
HBSAG
ANTI HBS Untuk tenaga medis yang berhubungan
dengan pasien yang usianya dibawah 35
PAKET A ANTI HIV tahun (Dokter umum, Dokter spesialis, Perawat
ANTI HCV ruangan dan UGD, nurseaid)
URIN LENGKAP
RONTGEN THORAX

PF
DPL
LIPID PROFILE
GDP
ASAM URAT
HBSAG Untuk tenaga medis yang berhubungan
PAKET B ANTI HBS dengan pasien yang usianya diatas 35 tahun
(Dokter umum, Dokter spesialis, Perawat
ANTI HIV ruangan dan UGD, nurseaid)
ANTI HCV
URIN LENGKAP
RONTGEN
EKG

PF
DPL Untuk karyawan office hour atau pekerja yang
PAKET C URIN LENGKAP tidak berhubungan dengan pasien secara
langsung yang usianya dibawah 35 tahun
RONTGEN

PF
DPL
LIPID PROFILE
GDP Untuk karyawan office hour atau pekerja yang
PAKET D ASAM URAT tidak berhubungan dengan pasien secara
langsung yang usianya diatas 35 tahun
URIN LENGKAP
RONTGEN
EKG

PF
DPL untuk ahli gizi/chef/distribusi gizi dibawah usia
PAKET E
ANTI HAV IGM 35 tahun
FESES SALMONELLA

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman29dari59


SWAB
STAPHYLOCOCCUS
URIN LENGKAP
RONTGEN

PF
DPL
LIPD PROFILE
GDP
ASAM URAT
ANTI HAV IGM untuk ahli gizi/chef/distribusi gizi diatas usia
PAKET F
URIN LENGKAP 35 tahun
FESES SALMONELLA
SWAB
STAPHYLOCOCCUS
RONTGEN
EKG

PF
DPL
GAMBARAN DARAH
TEPI
T3
T4 Untukpetugas berpotensi terpapar radiasi
PAKET G
TSH dibawah usia 35 tahun

URIN LENGKAP
ANALISA SPERMA
RONTGEN

PF
DPL
LIPID PROFILE
GDP
ASAM URAT
GAMBARAN DARAH
TEPI
T3 Untukpetugas berpotensi terpapar radiasi
PAKET H
diatas usia 35 tahun
T4
TSH
URIN LENGKAP
ANALISA SPERMA
RONTGEN
EKG

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman30dari59


PF
DPL
HBSAG
ANTI HBS
ANTI HIV
ANTI HCV
GAMBARAN DARAH Untuk karyawan tenaga medis (dokter,
PAKET I TEPI cathlab, endoskopi dan ESWL) dengan
T3 paparan radiasi dibawah usia 35 tahun
T4
TSH
URIN LENGKAP
RONTGEN THORAX
ANALISA SPERMA

PF
DPL
LIPID PROFILE
GDP
ASAM URAT
HBSAG
ANTI HBS
ANTI HIV
ANTI HCV Untuk karyawan tenaga medis (dokter,
PAKET J GAMBARAN DARAH cathlab, endoskopi dan ESWL) dengan
TEPI paparan radiasi diatas usia 35 tahun
T3
T4
TSH
URIN LENGKAP
ANALISA SPERMA
RONTGEN
EKG

PF
DPL
HBSAG
ANTI HBS
ANTI HIV
PAKET K Untuk driver dibawah usia 35 tahun
ANTI HCV
URIN LENGKAP
OBAT DI URIN
RONTGEN
AUDIOMETRI

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman31dari59


EKG

PF
DPL
HBSAG
ANTI HBS
ANTI HIV
ANTI HCV
LIPID PROFILE
GDP
PAKET L ASAM URAT Untuk driver diatas usia 35 tahun
URIN LENGKAP
OBAT DI URIN
RONTGEN
AUDIOMETRI
EKG

PF
DPL
URIN LENGKAP
PAKET M RONTGEN Untuk maintenance dibawah usia 35 tahun
SPIROMETRI
AUDIOMETRI

PF
DPL
LIPID PROFILE
GDP
ASAM URAT
PAKET N URIN LENGKAP Untukmaintenance diatas usia 35 tahun
RONTGEN
SPIROMETRI
AUDIOMETRI
EKG

PF
DPL
URIN LENGKAP
PAKET O Untukrekam medis dibawah usia 35 tahun
RONTGEN
SPIROMETRI

PF
PAKET P Untukrekam medis di atas usia 35 tahun
DPL

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman32dari59


LIPID PROFILE
GDP
ASAM URAT
URIN LENGKAP
RONTGEN
SPIROMETRI
EKG

PF
DPL
HBSAG
ANTI HBS
ANTI HIV
PAKET Q Untuk kesling dan PPI dibawah usia 35 tahun
ANTI HCV
URIN LENGKAP
RONTGEN
SPIROMETRI

PF
DPL
HBSAG
ANTI HBS
ANTI HIV
ANTI HCV
LIPID PROFILE
PAKET R Untukkesling dan PPI diatas usia 35 tahun
GDP
ASAM URAT
URIN LENGKAP
RONTGEN
SPIROMETRI
EKG

PF
DPL Untukoperator dibawah usia 35 tahun
URIN LENGKAP
PAKET S
RONTGEN
AUDIOMETRI

PF
DPL
LIPID PROFILE
GDP
PAKET T Untukoperator diatas usia 35 tahun
ASAM URAT
URIN LENGKAP
RONTGEN
AUDIOMETRI

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman33dari59


EKG

ANTI HAV IGM


pemeriksaan khusus per-6 bulan untuk ahli
SWAB
PAKET U gizi/chef/distribusi gizi dibawah usia 35
STAPHYLOCOCCUS
tahun

ANTI HAV IGM


pemeriksaan khusus per-6 bulan untuk ahli
PAKET V
FESES SALMONELLA gizi/chef/distribusi gizi diatas usia 35 tahun

PF
DPL
HBSAG
ANTI HBS
ANTI HIV
ANTI HCV
Untukpetugas kemoterapi yang usianya
PAKET W SGOT dibawah 35 tahun
SGPT
UREUM
CREATININ
URIN LENGKAP
RONTGEN THORAX

PF
DPL
LIPID PROFILE
GDP
ASAM URAT
HBSAG
ANTI HBS
ANTI HIV
Untukpetugas kemoterapi yang usianya
PAKET X ANTI HCV diatas 35 tahun
URIN LENGKAP
SGOT
SGPT
UREUM
CREATININ
RONTGEN
EKG

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman34dari59


2. Penyediaan Alat Pelindung Diri dan keselamatan kerja.
3. Penyiapan program pencegahan dan penanggulangan keadaan
darurat.
4. Penempatan Karyawan pada pekerjaan yang sesuai kondisi
kesehatan yang berkoordinasi dengan Dokter perusahaan dan SDM
RS Awal Bros Pekanbaru
5. Pengobatan Karyawan yang menderita sakit.
6. Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur, melalui
monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada.

b. Tahap Pemantauan dan Evaluasi. Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi


K3 di Rumah Sakit adalah salah satu fungsi manajemen K3RS yang berupa
suatu langkah yang diambil untuk mengetahui dan menilai sampai sejauh
mana proses kegiatan K3RS itu berjalan dan mempertanyakan efektifitas
dan efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan K3RS dalam mencapai tujuan
yang ditetapkan.Pemantauan dan evaluasi meliputi:
a. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan
Rumah Sakit dan dokter perusahaan.
- Pencatatan dan pelaporan K3.
- Pencatatan semua kegiatan K3.
- Pencatatan dan pelaporan KAK.
- Pencatatan dan pelaporan PAK.
- Inspeksi dan pengujian
b. Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3
secara umum dan tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3 di Rumah
Sakit dilakukan secara berkala, terutama oleh bidang terkait sehingga
kejadian PAK dan KAK dapat dicegah sedini mungkin. Inpeksi ini
dilakukan setiap tahun bersamaan dengan tim manajemen risiko
c. Melaksanakan audit K3. Tujuan audit K3
- Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan
keselamatan.
- Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan
sesuai ketentuan.
- Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial
serta pengembangan mutu.

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman35dari59


Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit,
identifikasi, penilaian risiko yang direkomendasikan kepada manajemen
puncak.Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen secara
berkesinambungan untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan dalam
pencapaian kebijakan dan tujuan K3.

8. Program K3 RS. Awal Bros Pekanbaru


Program K3RS bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan
serta meningkatkan produktivitas Sumber Daya Manusia (Karyawan) Rumah
Sakit, melindungi pasien, pengunjung/pengantar pasien dan masyarakat serta
lingkungan sekitar Rumah Sakit.

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman36dari59


PELAKSANA
NO PROGRAM/KEGIATAN
(UNIT/BIDANG)

1 Pembudayaan Perilaku K3RS

a. Advokasi sosialisasi K3 pada seluruh


jajaran Rumah Sakit, baik bagi Karyawan
Rumah Sakit, pasien maupun
pengunjung/pengantar pasien.
Komite K3RS
b. Penyebaran media komunikasi,informasi,
edukasi (KIE) melalui leaflet, poster dan
lain-lain.
c. Promosi K3 pada setiap Karyawan yang
bekerja disetiap Unit Kerja dan kepada
pasien serta pengunjung/pengantar pasien.
2 Pengembangan Karyawan K3

a. Pelatihan internal Rumah Sakit.


b. Pengiriman Karyawan untuk mengikuti Komite K3RS
pendidikan formal/pelatihan
lanjutan/seminar/workshop yang berkaitan
dengan K3RS.
3 Pengembangan Standar Prosedur
Operasional

a. Penyusunan Panduan Pelaksanaan


Tanggap Darurat di Rumah Sakit.
b. Penyusunan Petunjuk Teknis Pencegahan
Kecelakaan dan Penanggulangan
Komite K3RS
Bencana.
c. Penyusunan Petunjuk Teknis Kontrol
terhadap Penyakit Infeksi.
d. Penyusunan SPO Penanganan Bahan
Beracun dan Berbahaya (B3).
e. Penyusunan SPO Kerja dan Peralatan di
masing-masing Unit Kerja Rumah Sakit.

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman37dari59


4 Pemantauan dan Evaluasi Kesehatan
Lingkungan Tempat Kerja

a. Mapping lingkungan tempat kerja yang


dianggap berisiko dan berbahaya, tempat
kerja yang belum melaksanakan program
K3RS, tempat kerja yang sudah
melaksanakan program K3RS, tempat kerja
Komite K3RS
yang sudah melaksanakan dan
mendokumentasikan pelaksanaan program
K3RS.
b. Evaluasi lingkungan tempat kerja (walk
through dan observasi, wawancara
Karyawan, survei dan kuesioner, checklist
dan evaluasi lingkungan tempat kerja
secara rinci).
5 Pelayanan Kesehatan Kerja

a. Melakukan pemeriksaan kesehatan


sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan
berkala dan pemeriksaan kesehatan
khusus bagi seluruh Karyawan Rumah
Sakit.
b. Memberikan pengobatan dan perawatan
serta rehabilitasi bagi Karyawan yang
menderita sakit.
Komite K3RS
c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi
mental (rohani) dan kemampuan fisik
Karyawan.
d. Perlindungan spesifik dengan pemberian
imunisasi pada Karyawan yang bekerja
pada area yang berisiko dan berbahaya.
e. Melaksanakan kegiatan surveilans
kesehatan kerja.

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman38dari59


6 Pelayanan Keselamatan Kerja

a. Pembinaan dan pengawasan keselamatan


dan keamanan sarana, prasarana dan
peralatan kesehatan di Rumah Sakit.
BAGIAN UMUM,
b. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan
Komite K3RS
keselamatan kerja di Rumah Sakit.
c. Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi
sarana, prasarana dan peralatan di Rumah
Sakit.
d. Pengadaan peralatan K3RS.
7 Pengembangan program pemeliharaan,
pengelolaan limbah padat, cair dan gas
BAGIAN UMUM
a. Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan
pengelolaan limbah padat, cair dan gas.
b. Pengelolaan limbah medis dan non medis.
8 Pengelolaan Bahan Beracun dan Berbahaya

a. Membuat kebijakan dan prosedur


pengadaan, penyimpanan dan
Komite K3RS
penanggulangan bila terjadi kontaminasi
dengan acuan Lembar Data Keselamatan
Bahan (MSDS–Material Safety Data
Sheet).
9 Pengembangan Manajemen Tanggap Darurat

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman39dari59


a. Menyusun rencana tanggap darurat.
b. Pembentukan Tim Tanggap Darurat.
c. Pelatihan dan uji coba terhadap kesiapan
Petugas tanggap darurat.
d. Inventarisasi tempat-tempat yang berisiko
dan berbahaya serta membuat denahnya.
e. Menyiapkan sarana dan prasarana tanggap
darurat.
f. Membuat kebijakan dan prosedur
kewaspadaan, upaya pencegahan dan
pengendalian bencana pada tempat-tempat BAGIAN UMUM,

yang berisiko. Komite k3RS

g. Membuat rambu-rambu/tanda khusus jalan


keluar untuk evakuasi apabila terjadi
bencana.
h. Memberikan Alat Pelindung Diri (APD) pada
Karyawan di tempat-tempat yang berisiko.
i. Sosialisasi dan penyuluhan ke seluruh
Karyawan.
j. Pembentukan sistem komunikasi internal
dan eksternal tanggap darurat.
k. Evaluasi sistem tanggap darurat.
10 Pengumpulan, Pengolahan, Dokumentasi
Data dan Pelaporan Kegiatan K3

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman40dari59


a. Menyusun prosedur pencatatan dan
pelaporan serta penanggulangan
kecelakaan kerja, PAK, kebakaran dan
bencana.
b. Pembuatan sistem pelaporan kejadian dan
tindak lanjutnya.
c. Pendokumentasian data:
- Data seluruh SDM Rumah Sakit.
- Data SDM Rumah Sakit yang sakit yang
dilayani.
- Data pemeriksaan kesehatan SDM
Rumah Sakit :
● Sebelum bekerja (Calon Karyawan)
● Berkala
● Khusus
- Cakupan MCU bagi SDM Rumah Sakit. Komite K3RS,
- Angka absensi SDM Rumah Sakit. BAGIAN UMUM
- Kasus penyakit umum pada SDM DAN SDM
Rumah Sakit.
- Jenis penyakit yang terbanyak di
kalangan pekerja Rumah Sakit.
- Kasus penyakit akibat kerja (SDM
Rumah Sakit).
- Kasus diduga penyakit akibat kerja (SDM
Rumah Sakit).
- Kasus kecelakaan akibat kerja (SDM
Rumah Sakit).
- Kasus kebakaran/peledakaan akibat
bahan kimia.
- Data kejadian nyaris cedera (near miss)
dan celaka.
- Data sarana, prasarana dan peralatan
keselamatan kerja.
- Data perizinan.

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman41dari59


- Data kegiatan pemantauan keselamatan
kerja.
- Data pelatihan dan sertifikasi.
- Data pembinaan dan pengawasan
terhadap kantin dan pengelolaan
makanan di Rumah Sakit (dapur).
- Data promosi kesehatan dan
keselamatan kerja bagi SDM di Rumah
Sakit, pasien dan pengunjung/pengantar
pasien.
- Data Karyawan Rumah Sakit yang
berpendidikan formal kesehatan kerja
dan sudah dilatihKeselamatan dan
Kesehatan Kerja dan sudah dilatih
tentang Diagnosis PAK.
- Data kegiatan pemantauan APD (jenis,
jumlah, kondisi dan penggunaannya).
- Data kegiatan pemantauan kesehatan
lingkungan kerja dan pengendalian
bahaya di tempat kerja.
11 Review Program Tahunan

a. Melakukan internal audit K3 dengan


menggunakan instrumen self assessment
akreditasi Rumah Sakit.
b. Umpan balik SDM Rumah Sakit melalui
Komite K3RS,
wawancara langsung, observasi singkat,
BAGIAN SDM
survei tertulis dan kuesioner, dan evaluasi
ulang.
c. Analisis biaya terhadap SDM Rumah Sakit
atas kejadian penyakit dan kecelakaan
akibat kerja.
d. Mengikuti Akreditasi Rumah Sakit.

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman42dari59


E. Stop Work Authority (SWA)
Pada saat terjadi atau ditemukan perilaku tidak aman dan atau kondisi tidak aman,
dengan nilai risiko tinggi maka RS Awal Bros Pekanbaru menetapkan ketentuan
perhentian pekerjaan hingga batas waktu yang ditentukan oleh Komite K3RS.
Adapun langkah penetapan SWA di RS Awal Bros Pekanbaru, yaitu:
1) Karyawan RS Awal Bros Pekanbaru, Vendor, Tenant melaporkan perilaku
tidak aman dan atau kondisi tidak aman kepada Safety Officer.
2) Karyawan RS Awal Bros Pekanbaru, Vendor, Tenant mengisi formulir SWA
dan menyerahkan kepada safety officer
3) Safety officer melakukan pemeriksaan, wawancara, dokumentasi dan
analisa perlaku, kondisi dan lingkungan tidak aman.
4) Apabila ditemukan perilaku tidak aman atau kondisi tidak aman, maka
petugas safety officer melaporkan kepada Ketua Komite K3RS dan
menginstruksikan lakukan SWA
5) Komite K3RS membuat kronologis kejadian, melakukan grading, dan
menetapkan langkah perbaikan hingga berkoordinasi dengan unit ataupun
dengan departemen terkait untuk mencapai nilai risiko rendah dan
melakukan management of change yang disetujui oleh Direktur RS Awal
Bros Pekanbaru.
6) Apabila nilai risiko dinyatakan rendah, komite K3RS akan mencabut status
SWA
7) Dalam kondisi Karyawan RS Awal Bros Pekanbaru, Vendor, dan Tenant
terpajan kondisi yang tidak aman maka Komite K3RS melaporkan kepada
Dokter Perusahaan untuk melakukan biomonitoring ataupun pemeriksaan
lain sesuai indikasi dari Dokter Perusahaan
8) Karyawan RS Awal Bros Pekanbaru, Vendor, Tenant dinyatakan dapat
bekerja kembali dengan adanya bukti fit for duty dari Dokter Perusahaan

F. Management of Change
RS Awal Bros Pekanbaru menjalankan sistem Management Of Change
(MOC). Management Of Change (MOC) atau Manajemen Perubahan adalah
suatu proses kerja yang terstruktur untuk mengidentifikasi suatu perubahan
yang terjadi, di mana di dalam suatu perubahan perlu dilakukan kajian potensi
bahaya dan risiko yang terkait dengan perubahan tersebut. Proses perubahan
mengatur tentang alasan mengapa perubahan dilakukan, tujuan dilakukannya
perubahan serta perubahan seperti apa yang sesuai yang akan dilakukan.

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman43dari59


Tujuan dari manajemen perubahan ini adalah untuk memastikan perubahan
yang terjadi berjalan dengan baik dan terdokumentasikan, tersosialisasikan
bahkan bila diperlukan dilakukan training atau refreshing training terhadap
karyawan yang akan menjalankan perubahan tersebut. Didalam suatu proses
perubahan yang akan dilakukan, ada beberapa tahapan ketentuan yang akan
dilalui, diantaranya :
1. Membuat implementasi perubahan yang konsisten
● Perubahan harus didokumentasikan sesuai dengan kebijakan dan
standar MOC dengan tingkat detailnya ke dalam prosedur atau
program tertulis.
● Ruang lingkup dari sistem MOC harus membahas semua tipe dari
perubahan (Teknis dan Non Teknis)
2. Menentukan sebuah proses atau mekanisme untuk mengidentifikasi,
melacak, menerapkan, dan memonitor pengendalian risiko yang terkait
dengan perubahan sementara, permanen atau darurat.
3. Melibatkan personil yang berkompeten
● Semua personil yang dilibatkan dari berbagai lini departemen
harus memiliki pengetahuan dasar untuk sistem MOC.
● Karyawan yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan MOC
harus memiliki pelatihan yang lebih terperinci mengenai sistem
MOC
4. Pengesahan perubahan. Personil yang ditunjuk untuk mengizinkan
perubahan harus ditetapkan secara jelas dan minimal, persetujuan MOC
dilakukan oleh facility owner dan subject matter expert di aspek terkait
(organisasi dan engineering) dan aspek SHE.
5. Informasi yang cukup untuk mengelola perubahan.
● Pada setiap perubahan yang diusulkan harus dilakukan
peninjauan dampak yang mungkin terjadi (penilaian risiko) secara
terperinci, yang mana peninjauan tersebut harus dilakukan
berdasarkan gambar dan prosedur yang akurat dan lengkap.
● Seluruh hasil dari proses peninjauan harus didokumentasikan
didalam sistem baku yang dimiliki oleh perusahaan tersebut
seperti SAP (System Application and Product in data processing).
● Ketegasan teknis yang sesuai pada proses peninjauan MOC

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman44dari59


● Proses peninjauan (safety review) yang tepat harus dibuat untuk
setiap tipe perubahan yang akan dilakukan. Minimal,
dilakukannya safety-related checklist untuk setiap tipe perubahan.
6. Memastikan pemeriksa MOC memiliki kompetensi.
● Pemeriksa harus memiliki pengalaman teknis yang cukup dan
sesuai dengan tipe perubahan dan risiko yang akan ditangani
untuk memudahkan peninjauan risiko yang lengkap.
● Penilaian risiko harus dilaksanakan oleh ahli dari perusahaan
tersebut dan/atau ahli dari pihak luar/ketiga.
7. Memperbaharui dokumen
● Beberapa dokumen terkait seperti prosedur, informasi
keselamatan proses, dan lainnya yang terkait kegiatan MOC
harus diperbaharui sebelum desain dan sesudah perubahan
dilakukan (as-built).
8. Mengkomunikasikan perubahan ke personil. Karyawan dan kontraktor
yang dapat terpengaruh karena perubahan harus diinformasikan dan
dilatih dalah prosedur terkait sebelum dan sesudah perubahan
dilakukan.
9. Memastikan efektivitas pelaksanaan MOC
● Indikator kinerja dan efisiensi sistem MOC harus dilaksanakan
untuk mengevaluasi status MOC kapanpun diperlukan.
● Audit MOC harus dilaksanakan untuk memantau kinerja dari
pelaksanaan MOC secara berkelanjutan.
● Kekurangan yang ditemukan dalam sistem MOC sebaiknya
dilakukan tindakan perbaikan dengan tepat waktu dan benar.

G. Permit To Work
RS Awal Bros memiliki aturan perihal izin kerja yang mengacu pada
sistem manajemen yang digunakan untuk memastikan bahwa pekerjaan
dilakukan dengan aman dan efisien. Work permit ini mempunyai tujuan untuk
menyatakan bahwa kondisi tempat dimana pekerjaan akan dilakukan sudah
aman dan juga diketahui identifikasi bahaya tahap awal serta tindakan-tindakan
pencegahan yang dilakukan oleh pekerja serta peralatan pekerja yang

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman45dari59


digunakan oleh pekerja ataupun vendor yang akan bekerja diarea RS Awal Bros
Pekanbaru. Macam-macam Permit to Work :
a. Hot Work Permit. Surat izin kerja panas diperlukan untuk setiap jenis
pekerjaan yang berkaitan dengan penggunaan sumber penyalaan yang
dapat menyalakan bahan yang mudah terbakar. Surat ijin ini diberikan
untuk pekerjaan yang memerlukan api terbuka atau bunga api. Secara
definisi, Hot Work Permit adalah setiap aktivitas atau pekerjaan yang
bersifat sementara atau permanen yang melibatkan api terbuka (open-
flame) atau menghasilkan permukaan panas dan/atau menghasilkan
bunga api yang mempunyai energi cukup untuk mampu menyulut atau
memulai kebakaran atau ledakan.
b. Cold Work Permit. Surat izin kerja dingin diperlukan untuk pekerjaan
yang berhubungan dengan pekerjaan konstruksi, perawatan, perbaikan
yang sifatnya tidak rutin dengan ketentuan bahwa dalam pekerjaan
tersebut. dan tidak menggunakan peralatan yang dapat menimbulkan api
terbuka atau sumber nyala. Contohnya pengecatan, pekerjaan
bangunan, dan pekerjaan sipil.
c. Entry Permit. Surat izin kerja memasuki ruang terbatas ini diperlukan
apabila seseorang baik seluruh atau sebagian tubuhnya harus masuk ke
dalam ruangan terbatas, pekerjaan ini meliputi sebagai berikut
Memasuki tangki, vessel, separator dan memasuki sewer, bak (pit),
lubang galian dengan kedalaman lebih dari 1,3 meter
d. Excavation Permit. Surat izin kerja penggalian diperlukan untuk
melakukan setiap pekerjaan penggalian, pembuatan saluran atau
pekerjaan pekerjaan penggalian yang membahayakan pipa bawah
tanah, kabel listrik, kabel telepon dan lain sebagainya. contoh perbaikan
atau pemasangan pipa, perbaikan kabel listrik/telepon, jaringan fiber
optic, pemancangan.
e. Electric Work Permit. Surat izin pekerjaan listrik/instrumen diperlukan
untuk melakukan setiap pekerjaan yang berkaitan dengan sistem
kelistrikan atau instrumen yang diperkirakan mempunyai resiko bahaya
sengatan listrik, contoh perbaikan atau pemasangan kontaktor, peralatan
kontrol, relay panel, power supply, electric heater.
f. Radiography Permit. Surat izin pekerjaan radiografi diperlukan untuk
melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan penggunaan peralatan

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman46dari59


x-ray atau sumber zat radio aktif seperti pada pekerjaan non destructive
testing.

H. Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) DariAspek Keselamatan


Dan Kesehatan Kerja
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek
keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah upaya meminimalkan risiko
penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) terhadap sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit. Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang
karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlah, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat membahayakan kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup serta mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup
sekitarnya. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah adalah sisa
suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3. Untuk di Rumah Sakit,
limbah medis termasuk limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Berikut ini
yang termasuk katagori Bahan Berbahaya dan Beracun yang mengacu pada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 tahun 2008 tentang Tata Cara
Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun:

1) Mudah meledak : Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat


tanpa disertai pengimbangan kehilangan panas, sehingga kecepatan reaksi,
peningkatan suhu dan tekanan meningkat pesat dan dapat menimbulkan
peledakan. Bahan mudah meledak apabila terkena panas, gesekan atau
bantingan dapat menimbulkan ledakan.
2) Mudah menyala atau terbakar : Bahan yang mudah membebaskan panas
dengan cepatdisertai dengan pengimbangan kehilangan panas, sehingga
tercapai kecepatan reaksi yang menimbulkan nyala. Bahan mudah menyala
atau terbakar mempunyai titik nyala (flash point) rendah (210C).
3) Oksidator : Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan sehingga
terjadi reaksi oksidasi, mengakibatkan reaksi keluar panas(eksothermis).
4) Racun : Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan yang
dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke
dalam tubuh melalui pernapasan kulit atau mulut.

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman47dari59


5) Korosif : Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan
proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi lebih
besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur uji 550C, mempunyai pH
sama atau kurang dari 2 (asam), dan sama atau lebih dari 12,5 (basa).
6) Karsinogenik : Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang
dapatmerusak jaringan tubuh.
7) Iritasi : Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan selaput
lendir.
8) Berbahaya bagi lingkungan (dangerous for environment) : Bahan kimia ini
dapat merusak atau menyebabkan kematian pada ikan atau organisme
aquatic lainnya atau bahaya lain yang dapat ditimbulkan, seperti merusak
lapisan ozon (misalnya CFC=Chlorofluorocarbon), persistent di
lingkungan(misalnya PCBs=Polychlorinated Biphenyls)
9) Gas bertekanan (pressure gas) : Bahaya gas bertekanan yaitu bahan ini
bertekanan tinggi dan dapat meledak bila tabung dipanaskan/terkena panas
atau pecah dan isinya dapat menyebabkan kebakaran.

Sedangkan yang termasuk dalam limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
adalah sebagai berikut:

1. Infeksius;
2. Benda tajam;
3. Patologis;
4. Bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa kemasan;
5. Radioaktif;
6. Farmasi;
7. Sitotoksik;
8. Peralatan medis yang memiliki kandungan logam berat tinggi;
9. Tabung gas atau kontainer bertekanan

Identifikasi dan Inventarisasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang di Rumah
Sakit

1. Mengidentifikasi jenis, lokasi, dan jumlah semua Bahan Berbahaya dan


Beracun (B3) dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri dan
karakteristiknya. Diperlukan penataan yang rapi dan teratur, hasil identifikasi
diberi label atau kode untuk dapat membedakan satu dengan lainnya.

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman48dari59


2. Mengawasi pelaksanakan kegiatan inventarisasi, penyimpanan,
penanganan, penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

Menyiapkan dan Memiliki Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety Data
Sheet) Informasi mengenai bahan-bahan berbahaya terkait dengan penanganan
yang aman, prosedur penanganan tumpahan, dan prosedur untuk mengelola
pemaparan sudah yang terbaru dan selalu tersedia.

Menyiapkan sarana keselamatan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3):

1. Lemari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3);


2. Pencuci mata (eyewasher);
3. Alat Pelindung Diri (APD);
4. Rambu dan Simbol Bahan Berbahaya dan Beracun (B3); dan
5. Spill Kit

Pembuatan Pedoman dan Standar Prosedur Operasional. Pengelolaan Bahan


Berbahaya dan Beracun (B3) yang Aman

1. Menetapkan dan menerapkan secara aman bagi petugas dalam


penanganan, penyimpanan, dan penggunaan bahan-bahan dan limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
2. Menetapkan dan menerapkan cara penggunaan alat pelindung diri yang
sesuai dan prosedur yang dipersyaratkan sewaktu menggunakannya.
3. Menetapkan dan menerapkan pelabelan bahan-bahan dan limbah
berbahaya yang sesuai.
4. Menetapkan dan menerapkan persyaratan dokumentasi, termasuk surat
izin, lisensi, atau lainnya yang dipersyaratkan oleh peraturan yang berlaku.
5. Menetapkan mekanisme pelaporan dan penyelidikan (inventigasi) untuk
tumpahan dan paparan, Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
6. Menetapkan prosedur untuk mengelola tumpahan danpaparan.

Penanganan Keadaan Darurat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

1. Melakukan pelatihan dan simulasi tumpahan Bahan Berbahaya dan


Beracun (B3).
2. Menerapkan prosedur untuk mengelola tumpahan dan paparan Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3).

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman49dari59


3. Menerapkan mekanisme pelaporan dan penyelidikan (inventigasi) untuk
tumpahan dan paparan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

I. Pencegahan Dan Pengendalian Kebakaran


Mengacu pada panduan keselamatan tahun 2022

J. Pengelolaan Prasarana Rumah Sakit Dari Aspek Keselamatan Dan Kesehatan


Kerja
Prasarana atau sistem utilitas Rumah Sakit adalah sistem dan peralatan yang
mendukung pelayanan mendasar perawatan kesehatan yang aman. Sistem ini
mencakup distribusi listrik, air, ventilasi dan aliran udara, gas medis, pipa air,
pemanasan, limbah, dan sistem komunikasi dan data. Pengelolaan prasarana
Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah upaya
memastikan sistim utilitas aman bagi sumber daya manusia Rumah Sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan Rumah Sakit

Menciptakan lingkungan kerja yang aman dengan memastikan kehandalan


prasarana atau sistem utilitas dan meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi.
Aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja pada sistim utilitas mencakup strategi-
strategi untuk pengawasan pemeliharaan utilitas yang memastikan komponen-
komponen sistem kunci, seperti listrik, air, lift, limbah, ventilasi, dan gas medis dan
lain lain diperiksa, dipelihara, dan diperbaiki secara berkala. Pengelolaan
prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja antara lain
meliputi:

1. penggunaan listrik;
2. penggunaan air;
3. penggunaan tata udara;
4. penggunaan genset;
5. penggunaan lift;
6. Penggunaan gas medis;
7. Penggunaan jaringan komunikasi;
8. Penggunaan mekanikal dan elektrikal; dan
9. Penggunaan instalasi pengelolaan air limbah.

Sasaran Prasarana atau Sistem Utilitas Rumah Sakit:

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman50dari59


1. Air bersih dan listrik tersedia 24 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu
2. Rumah Sakit mengidentifikasi area dan layanan yang memiliki risiko
terbesar jika terjadi pemadaman listrik atau kontaminasi atau gangguan air
3. Rumah Sakit merencanakan sumber-sumber listrik dan air alternatif dalam
keadaan darurat
4. Tata udara, gas medis, sistim kunci, sistem perpipaan limbah, lift, boiler
dan lain lain berfungsi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

K. Pengelolaan Peralatan Medis Dari Aspek Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.


Komite K3RS dalam hal pengelolaan sarana medis inventori berkoordinasi dengan
Unit SMI. Adapun hal tersebut mencakup :
● Pengujian alat kesehatan adalah merupakan keseluruhan tindakan meliputi
pemeriksaan fisik dan pengukuran untuk menentukan karakteristik alat
kesehatan, sehingga dapat dipastikan kesesuaian alat kesehatan terhadap
keselamatan kerja dan spesifikasinya.
● Memastikan kesesuaian karakteristik terhadap spesifikasi dari suatu bahan
ukur atau instrument.
● Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukan suatu
besaran ukur atau deviasi dimensi nominal yang seharusnya untuk suatu
bahan ukur.
● Menjamin hasil - hasil pengukuran sesuai dengan standar Nasional
maupun Internasional.
● Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan pengujian dan
kalibrasi adalah kondisi alat ukur dan bahan ukur tetap terjaga sesuai
dengan spesifikasinya.
● Memastikan pemeliharaan peralatan medis adalah suatu upaya yang
dilakukan agar peralatan medis selalu dalam kondisi layak pakai, dapat
difungsikan dengan baik dan menjamin usia pakai lebih lama. Program
pemeliharaan peralatan medis yang efektif terdiri dari perencanaan yang
memadai, manajemen dan pelaksanaan. Perencanaan mempertimbangkan
sumber daya keuangan, fasilitas dan SDM yang memadai. Program
pemeliharaan peralatan medis harus berkesinambungan tak terputus dan
dikelola agar pelayanan kesehatan meningkat.
● Recall adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah
pada suatu peralatan medis, bila tidak sesuai dengan peraturan yang
berlaku atau dapat menyebabkan suatu bahaya pada penggunaannya

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman51dari59


● Semua peralatan medis yang digunakan baik di rumah sakit dapat
terkontaminasi secara biologi, kimia atau bahan radioaktif yang dapat
menimbulkan resiko bagi petugas dan pasien. Semua peralatan medis
dapat yang akan digunakan kembali, dipelihara, diperbaiki, atau
dimusnahkan harus menjalani dekontaminasi. Hal ini diperlukan untuk
memastikan bahwa mereka berada dalam kondisi yang membuat mereka
aman untuk ditangani oleh semua personel yang mungkin datang ke dalam
kontak dengan mereka selama transit dan penanganan berikutnya.

L. Kesiapsiagaan Menghadapi Kondisi Darurat Atau Bencana


Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, yang disebabkan baik oleh
faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia. Selain bencana yang
disebabkan oleh alam, bencana juga bisa disebabkan oleh faktor non alam
diantaranya adalah outbreak, epidemic dan wabah penyakit. anajemen darurat
dan/atau bencana harus dapat dilakukan oleh Rumah Sakit sehingga pada saat
terjadi bencana, Rumah Sakit dapat diakses, dapat memberikan layanan
kesehatan terhadap korban bencana dan berfungsi maksimum dengan
infrastruktur yang sama sebelum terjadi bencana, selama bencana, dan segera
setelah bencana.
Kesiapsiagaan kondisi darurat dan/atau bencana berdasarkan hasil
penilaian menggunakan instrumen HVA dan HSI, dengan menyusun rencana
tanggap darurat dan/atau bencana antara lain yaitu:
1) Tim Tanggap Darurat
2) Standar Prosedur Operasional (SPO)
3) Sistem kode darurat
4) Rambu-rambu keselamatan

M. Audit Internal Rumah Sakit

1. Frekuensi dari inspeksi dan audit internal


1.1. Frekuensi inspeksi
a. Para anggota pimpinan perusahaan harus pergi ke lokasi project untuk

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman52dari59


melakukan pemeriksaan K3RS setidaknya sekali setiap dalam 1 tahun;
b. Orang yang bertanggung jawab atas proyek harus mengatur
pengawasan keselamatan dan pemeriksaan setidaknya sekali setiap
minggu, dan orang yang bertanggung jawab dari mengorganisi
pengawasan keselamatan dan inspeksi setiap hari;
c. Setiap karyawan di setiap project rumah sakit akan melakukan turin
inspeksi setiap hari berdasarkan "Ketentuan Komite K3RS Inspeksi
Setiap unit".
1.2. Frekuensi audit internal
a. Pemeriksaan seluruh proses harus dilakukan setidaknya sekali setiap
tahun, meliputi semua departemen dan yang terlibatdalam sistem.
b. Bila ada perubahan yang signifikan terhadap struktur organisasi,
kecelakaan kualitas teknik, kecelakaan dan peralatan fasilitas
kecelakaan maka departemen yang berwenang harus mengatur
pelaksanaan pemeriksaan khusus berdasarkan pembagian tanggung
jawab dan persyaratan dari para pemimpin.

2. Inspeksi dan pengawasan


2.1 Persyaratan inspeksi komprehensif K3RS dan pemeriksaan khusus
a. Pembentukan rencana inspeksi: setiap sebelum pemeriksaan,
“Rencana Inspeksi K3RS harus ditetapkan.
b. Pembentukan checklist: setiap sebelum pemeriksaan, inspektur harus
menetapkan daftar yang didasarkan pada situasi praktis dan checklist
terutama harus mencakup aspek- aspek berikut:
 Manajemen: pemegang sertifikat, kinerja inspeksi, pelaksanaan
sistem pertemuan, manajemen kecelakaan dan insiden, latihan
darurat, pelaksanaan analisis keselamatan kerja dan kerja sistem
persetujuan izin, dan inventarisasi peralatan / fasilitas;
 Site : manajemen visual, operasi dan pemeliharaan peralatan
produksi utama / fasilitas, kebersihan dan kerapian tempat, kondisi
fasilitas kunci sling dan riggings, fasilitas keselamatan dan peralatan
pemadam kebakaran, pengelolaan dan penggunaan bahan kimia
berbahaya, sumber radiasi dan bahan peledak, dll
 Operasi utama: karyawan mengenakan dan penggunaan peralatan
pelindung dan peralatan pelindung khusus, pemahaman dan
penerapan standar prosedur operasi, pemahaman pengetahuan

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman53dari59


tanggap darurat tentang pekerjaan, dan partisipasi dalam latihan
darurat.

c. Saat melakukan pemeriksaan K3RS di tempat kerja, perusahaan akan


mengatur tes pada karyawan rumah sakit dengan pemeriksaan dan
pertanyaan, fokus pada pemahaman mereka terhadap prosedur
kebakaran, keselamatan Bahan Berbahaya dan Beracun, alur evakusi,
pelaporan kecelakaan.
d. Selama pemeriksaan lapangan, komunikasi dengan karyawan harus
diperkuat.
e. Inspektur harus hati-hati mengisi "Catatan Pengawasan dan
Pemeriksaan Komite K3RS, dimana masalah ditemukan di dilokasi
harus diilustrasikan dengan gambar terkait, dan setelah menerima
catatan pemeriksaan oleh departemen audit, pemimpin rig harus
menetapkan orang yang bertanggung jawab untuk perbaikan dari
masalah yang ditemukan dan menetapkan rencana perbaikan dan
target waktu, dan perbaikan harus disampaikan kepada departemen
inspeksi untuk referensi. Langkah-langkah perbaikan harus diambil di
lokasi pada waktu yang tepat, dan perbaikan wajib dilaporkan secara
mingguan ke departemen inspeksi yang akan menempatkan dokumen
tentang penyelesaian perbaikan pada catatan dan file. Bila terjadi
bahaya tidak dapat diperbaiki di lokasi, rig harus segera melaporkannya
kepada perusahaan dan membangun mitigasi risiko yang sesuai dan
tindakan pengendalian pada perusahaan untuk memperbaiki dengan
cara terpusat.

3. Audit Internal
3.1. Rencana audit
a. Untuk rencana audit, tujuan audit, ruang lingkup, dasar dan jadwal dll
harus ditetapkan dan personil yang sesuai harus ditugaskan untuk
membentuk tim audit;
b. Sehubungan dengan seluruh proses audit, Departemen Komite K3RS
harus mempersiapkan rencana audit internal yang harus disetujui oleh
manajer dari perusahaan sebelum diimplementasikan, rencana audit
disampaikan ke departemen audit dan / atau rig satu minggu di muka;
c. Sehubungan dengan audit khusus, departemen yang bertanggung

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman54dari59


jawab atas perusahaan harus menyiapkan rencana audit yang harus
disetujui oleh pemimpin yang bertanggung jawab sebelum
diimplementasikan, dan rencana audit khusus disampaikan kepada
departemen audit dua hari sebelumnya;
d. Setiap perubahan rencana audit harus disampaikan dengan pengisian
dan setiap perubahan pada ruang lingkup audit, dasar, pemeriksaan
ketua tim, waktu audit dan jadwal tunduk pada persetujuan dari pemberi
persetujuan asli.

4. Verifikasi kualifikasi auditor internal


a. Seorang auditor internal sistem harus dikualifikasi dengan berpartisipasi
pelatihan untuk Komite K3RS sistem auditor internal dan memperoleh
dokumen otorisasi audit yang ditandatangani dan dikeluarkan oleh manajer
dari Perusahaan;
b. Dalam hal terjadi perubahan atau revisi sistem, auditor internal asli
perusahaan harus dilatih lagi untuk mendapatkan dokumen otorisasi audit
yang ditandatangani dan dikeluarkan oleh manajer dari Perusahaan.
5. Proses Audit
a. Persiapan Audit
1) Pemimpin tim untuk seluruh proses audit akan ditunjuk oleh manajer dari
perusahaan sementara auditor internal oleh ditunjuk oleh Departemen
Komite K3RS . Pemimpin tim audit khusus akan ditunjuk oleh
pemimpin pengorganisasian dan departemen pelaksanaan sementara
auditor internal oleh pengorganisasian departemen.
2) Sebelum audit dilakukan, ketua tim audit akan mengatur anggota tim
audit untuk mengadakan pertemuan untuk menentukan rencana audit,
jadwal dan divisi pekerjaan dan mengusulkan persyaratan audit ;
3) Para anggota tim audit harus membentuk "Checklist Sistem Audit"
berdasarkan tanggung jawab tertentu dan isi kerja departemen audit
dan/atau organisasi, dan mengacu pada dokumen sistem, prosedur
operasi standar dan standar yang sesuai, daftar tersebut harus ditinjau
dan disetujui oleh pemimpin tim pemeriksaan dengan ditanda tangan.
4) Setelah menerima rencana audit, departemen audit (organisasi) harus
membuat persiapan yang baik untuk audit, termasuk mengidentifikasi
tempat audit, mempersiapkan bahan dan catatan, dll.

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman55dari59


b. Pertemuan Pembukaan
Pertemuan pembukaan harus dipimpin oleh pemimpin tim audit dengan
pertemuan oleh seluruh anggota tim audit serta penanggung jawab dan
personil yang terkait dari departemen audit (organisasi). Sehubungan
dengan kebutuhan untuk mengatur pertemuan pembukaan, terserah
keputusan yang dibuat oleh pemimpin tim audit atas dasar situasi praktis.
Pertemuan pembukaan meliputi :
1) Memperkenalkan anggota tim audit ;
2) Mewakili rencana audit dan mengklarifikasi setiap bagian terbatas
dalam rencana audit;
3) Menjelaskan cara audit dan hal-hal yang dibutuhkan selama audit ;
4) Mendefinisikan isi kerjasama departemen (organisasi) harus diberikan
5) Menentukan pendampingteam audit dan tanggung jawabnya.

c. Pelaksanaan audit
1) Auditor harus mengumpulkan bukti-bukti obyektif untuk item
pemeriksaan yang ditentukan dan mengikuti persyaratan inspeksi dari
"Sistem Checklist Audit" ;
2) Para personil departemen audit (organisasi) akan memberikan
catatan terkait dan dokumen sesuai dengan persyaratan audit ;
3) Pelaksanaan dilakukan 1 kali setahun di akhir tahun.

d. Auditor harus benar benar menyimpan catatan selama audit, dan ketika
audit selesai, tim audit akan mengatur diskusi untuk membuat keputusan,
dan membuat daftar ketidaksesuaikan.

e. Pertemuan Penutup
Pertemuan penutup akan dipimpin oleh pemimpin tim audit yang dengan
pertemuan oleh anggota tim audit serta penanggung jawab dan terkait
personil Departemen audit (organisasi); sehubungan dengan seluruh
proses audit, mengadakan pertemuan penutupan adalah wajib,
sementara sehubungan dengan audit khusus, terserah dengan keputusan
yang dibuat oleh pemimpin tim audit atas dasar situasi praktis . Pertemuan
penutupan meliputi :
1) Pelaporan dan menjelaskan ketidaksesuaian ;
2) Mewakili Laporan Audit Sistem dan bertukar gagasan tentang masalah

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman56dari59


dan persyaratan terkait;
3) Klarifikasi tanggal pengiriman laporan audit sistem ;
4) Daftar ketidaksesuaian harus ditandatangani dan dikonfirmasi oleh
Departemen audit (organisasi) sebelum didistribusikan ke Departemen
(organisasi) bertanggung jawab atas ketidaksesuaian tersebut .

6. Laporan Audit
a. Seluruh proses-laporan audit harus ditandatangani oleh ketua tim audit
sebelum diserahkan kepada manajer dari perusahaan untuk mendapatkan
persetujuan dan disampaikan kepada para pemimpin dan Departemen
(organisasi) terkait;
b. Laporan audit khusus harus ditandatangani oleh ketua tim audit sebelum
diserahkan kepadapemimpinyang bertanggung jawabdan disampaikan ke
Departemen audit dan Departemen terkait.

7. Perbaikan dan pengawasan ketidaksesuaian


a. Departemen yang bertanggung jawab dan organisasi harus menganalisis
dan mengidentifikasi penyebab ketidak sesuaian dan mengembangkan
langkah-langkah perbaikan yang sesuai;
b. Tidak ada ukuran perbaikan harus dilaksanakan tanpa persetujuan oleh
Departemen audit;
c. Ketika langkah-langkah perbaikan yang dilaksanakan, Departemen yang
bertanggung jawab wajib menyerahkan hasil pelaksanaan bersama-sama
dengan bukti-bukti terkait ke profesional mengatur audit untuk verifikasi;
Departemen profesional mengorganisir audit harus menjaga daftar
ketidaksesuaian dan bahan perbaikan yang sesuai.Jadwal Pelaksanaan Audit
Internal .

8. Pelaksaan Audit Internal K3

KEGIATAN
PROGRAM Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Pelaksanaan Audit
Internal K3

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman57dari59


BAB V
DOKUMENTASI

1. Pembinaan, Pengawasan, Pencatatan dan Pelaporan


a. Pembinaan dan Pengawasan. Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan
K3RS di Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru dilakukan melalui sistem
berjenjang. Pembinaan dan pengawasan tertinggi dilakukan oleh Direktur.
Pembinaan dapat dilaksanakan melalui pelatihan, penyuluhan, bimbingan
teknis dan lain-lain. Pengawasan yang dilakukan adalah pengawasan
internal oleh Kepala Bidang masing-masing.
b. Pencatatan dan Pelaporan. Pencatatan dan pelaporan adalah
pendokumentasian kegiatan K3 secara tertulis dari masing-masing Unit
Kerja Rumah Sakit dan kegiatan K3RS secara keseluruhan yang dilakukan
oleh komite k3RS, dikumpulkan dan dilaporkan oleh Ketua Komite K3RS
kepada Direktur.
- Tujuan kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 adalah
menghimpun dan menyediakan data dan informasi kegiatan K3,
mendokumentasikan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan K3, mencatat
dan melaporkan setiap kejadian/kasus K3 dan menyusun dan
melaksanakan pelaporan kegiatan K3.
- Sasaran kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan K3 adalah
mencatat dan melaporkan pelaksanaan seluruh kegiatan K3 yang
tercakup di dalam :
a. Program K3, termasuk penanggulangan kebakaran dan
kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
b. Kejadian/kasus yang berkaitan dengan K3 serta upaya
penanggulangan dan tindak lanjutnya
- Pelaksanaan pencatatan dan pelaporan untuk masing-masing aspek
K3 dilaksanakan dengan membuat atau menggunakan formulir-
formulir yang telah ada atau yang telah ditetapkan sesuai dengan
aturan yang berlaku.Pencatatan dan pendokumentasian
pelaksanaan kegiatan K3 dilakukan setiap waktu, sesuai dengan
jadwal pelaksanaan kegiatan K3 dilakukan setiap waktu, sesuai
dengan jadwal pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dan atau
pada saat terjadi kejadian/kasus (tidak terjadwal).
- Pelaporan terdiri dari:

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman58dari59


a. Pelaporan berkala (bulanan, semester, tahunan).
b. Pelaporan sesaat/insidentil yaitu pelaporan yang dilakukan
sewaktu-waktu pada saat kejadian atau terjadi kasus yang
berkaitan dengan K3.
- Setiap kegiatan dan atau kejadian/kasus sekecil apapun yang
berkaitan dengan K3, wajib dicatat dan dilaporkan secara tepat waktu
kepada Kepala Bidang terkait untuk diteruskan kepada Direktur
Rumah Sakit.

KEPUTUSAN DIREKTUR
PANDUAN TEKNIS K3RS
NOMOR 520/02.02.DIR/RSAB-PKU/SK.IV/2022

Dokumen versi elektronik adalah yang terbaru Halaman59dari59

Anda mungkin juga menyukai