Anda di halaman 1dari 13

LAMPIRAN :

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD LUBUK SIKAPING


NO.265/MFK 7/RSUD.LS/IV/2018
TENTANG PROGRAM PROTEKSI KEBAKARAN
(FIRE SAFETY).

A. Latar Belakang
RSUD Lubuk Sikaping sebagai rumah sakit dengan struktur bangunan
variatif bertingkat dan tidak bertingkat, didalamnya terdapat banyak
populasi pasien dengan tingkat ketergantungan yang berbeda-beda,
menuntut rumah sakit harus memiliki suatu program pencegahan bahaya
kebakaran, deteksi dini, penanggulangan dini, hingga lanjutan, termasuk
pedoman dan jalur untuk evakuasi dalam keadaan kebakaran.
Kebakaran merupakan hal yang sangat tidak diinginkan, tidak mengenal
waktu, tempat,atau siapapun yang menjadi korbannya. Masalah kebakaran
disana-sini masih banyak terjadi. Hal ini menunjukkan betapa perlunya
kewaspadaan pencegahan terhadap kebakaran perlu ditingkatkan.
Kebakaran dapat dicegah dengan melakukan upaya pencegahan dan
penanggulangan kebakaran mulai dari perencanaan darurat kebakaran,
organisasi/ unit penanggulangan kebakaran, penyediaan jalur evakuasi ,
penyediaan sarana dan fasilitas dalam menghadapi kebakaran serta
pembinaan dan latihan.
Kebakaran merupakan salah satu bencana yang memerlukan tindakan
penanganan secara cepat dan tepat. Semakin cepat dan tepat penanganan
bencana kebakaran, maka kerugian (baik kerugian berupa hilangnya
nyawa, cederanya manusia maupun kerugian materil) yang timbul akibat
kebakaran ini akan semakin kecil. Tidak terkecuali apabila bencana
kebakaran terjadi di rumah sakit.
Penanganan bencana kebakaran di rumah sakit meliputi dua kegiatan
besar, yaitu kegiatan pemadaman kebakaran itu sendiri dan kegiatan kedua
adalah tindakan evakuasi terhadap penghuni gedung apabila ternyata
kebakaran tidak dapat lagi diatasi.Agar kedua kegiatan tersebut dapat
berjalan dengan cepat, maka semua sumber daya di rumah sakit tersebut
harus dapat berfungsi dengan baik, dengan cara penetapan masing-masing
tugas dan tanggung jawab pada sumber daya manusia yang ada, serta

1
kesiapan dan ketersediaan sumber daya peralatan yang memadai.
Bencana kebakaran harus dikelola dengan baik dan terencana mulai dari
pencegahan, penanggulangan dan rehabilitasi setelah terjadi kebakaran,
karena kecenderungan masyarakat selama ini hanya bereaksi setelah
kebakaran terjadi bahkan bahaya kebakaran sering diabaikan dan tidak
mendapat perhatian dari system manajemen.
Pengelolaan bencana kebakaran juga bukan sekedar menyediakan alat
pemadam atau melakukan latihan peran kebakaran, namun diperlukan
suatu program yang terencana dalam suatu sistem manajemen kebakaran
yang merupakan upaya terpadu untuk mengelola resiko kebakaran mulai
dari perencanaan, pemantauan, dan tindak lanjutnya (Ramli,2010).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum :
a. Sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan dalam upaya
pengamanan terhadap potensi bahaya kebakaran di RSUD Lubuk
Sikaping.
b. Menjamin penghuni RSUD Lubuk Sikaping tetap aman dari risiko
yang dapat muncul dari kejadian kebakaran.

2. Tujuan Khusus :
a. Sebagai acuan dalam kegiatan pencegahan kebakaran,deteksi dini,
pemadaman kebakaran dan evakuasi pasien.
b. Sebagai acuan dalam proses pemenuhan fasilitas dan sistem
manajemen yang sesuai standard.
c. Memberikan rasa aman bagi pasien, staf dan pengunjung RSUD
Lubuk Sikaping Sebagai acuan untuk meningkatkan pelayanan
yang semakin bermutu dan aman.
d. Sebagai acuan untuk monitoring terhadap rencana keselamatan
kebakaran dan asap, termasuk semua peralatan yang
berhubungan dengan deteksi dini dan penekanan kebakaran serta
pendokumentasian dari hasil pengecekan tersebut.

C. Kegiatan Pokok Dan Rincian Kegiatan


Program penanganan kebakaran, kegiatannya meliputi :
2
1. Identifikasi area yang berisiko kebakaran.
2. Penyimpanan dan penanganan bahan yang mudah terbakar, misalnya
gas medik, seperti oksigen.
3. Pemasangan sistem deteksi/peringatan dini seperti alarm kebakaran.
4. Sistem pemadaman api/ penghentian api  seperti selang air,
supresan kimia/APAR (chemical suppressants) atau sistem
penyemburan (sprinkler).
5. Sistem Evakuasi aman jalan keluar yg aman dan tidak terhalang
bila tejadi kebakaran.
6. Diklat penanganan kebakaran.
7. Monitoring sistem deteksi dini, sistem pemadaman api dan sistem
evakuasi yang aman secara terus menerus.
8. Asesmen risiko kebakaran pada renovasi dan pembangunan.
9. Monev unit independen agar mematuhi MFK.

D. Cara Melaksanakan Kegiatan


1.Identifikasi bahan mudah terbakar melalui observasi dan wawancara
2.Mengindentifikasi lokasi peletakkan APAR dengan ketentuan
ketinggian APAR maksimal 1,2 meter dan tanpa terhalang benda
apapun sehinnga mudah dijangaku saat diperlukan.
3.Melakukan monitoring,pemeliharaan dan uji coba kesiapan system
pengamanan kebakaran termasuk jalur evakuasi.
4.Melakukan rapat dan advokasi untuk pengadaan system pengaman
kebakaran.
5.Melakukan sosialisasi terkait pelaksanaan program penanggulangan
kebakaran.
6.Mengisi ceklist indicator kesiapan dan keputusan unit independent
terhadap program kebakaran.
7.Identifikasi Area Yang Beresiko Kebakaran.
Identifikasi bahaya dan resiko kebakaran dilakukan salah satunya
adalah dengan melakukan inspeksi secara teratur dan
berkesinambungan. Inspeksi adalah suatu proses pemantauan
langsung terhadap kondisi yang disesuaikan dengan sistem atau
standar yang berlaku. Inspeksi dilakukan oleh :

3
 Internal oleh petugas IPSRS (Instalasi Pemeliharaan Sarana
Rumah Sakit).
 Eksternal oleh petugas Disosnakertrans.
Pada sistem kebakaran Inspeksi dilakukan yaitu pada :
1) Tangga /Ram.
2) Alat komunikasi (Paging system, telp, Radio kumunikasi, dll)
3) Alat pemadam api ringan (APAR).
4) Pintu keluar.
5) Tempat penyimpanan bahan mudah terbakar.
6) Tempat-Tempat Vital (Genset).
Daftar area beresiko di lingkungan RSUD Lubuk Sikaping. (terlampir)
8. Penyimpanan dan penanganan material secara benar
Terutama yang menyangkut penyimpanan dan penanganan bahan
yang mudah terbakar (flammable material).
a. Penyimpanan bahan mudah terbakar:
Bahan mudah terbakar harus selalu disimpan di area yang:
 Memiliki ventilasi yang baik,
 Jauh dari sumber yang berpotensi pengapian (ignition) seperti
peralatan listrik, pemanas dll
 Jauh dari tabung oksigen dan tabung gas lain yang mudah
terbakar.
 Ruang penyimpanan memiliki fasilitas deteksi dini (early
detection) dan penanggulangan dini (early abatement)
kebakaran
 Jauh dari area pintu keluar, tangga atau jalan yang biasanya
dilalui oleh orang
Bila bahan mudah terbakar dipindahkan dari kontainer-asli nya,
harus ditempatkan pada kemasan pindahan yang memenuhi
syarat:
 Terbuat dari logam atau plastik,
 Tahan-uap
 Setiap sambungan di las
 Penahan nyala/ percikan
 Mempunyai katup pelepas tekanan

4
9. Pemasangan Sistim Deteksi & Alarm
a. Jenis detektor : Detektor asap
b. Distribusi penempatan detektor
c. Persyaratan pemasangan
d. Pengkabelan dan komponen sistim
e. Pemeriksaan dan pemeliharaan
10. Sistim Pemadaman Api
a. Water Base
1). Hydrant
a). Jumlah dan peletakan
Diluar bangunan, tersedia sarana/ peralatan pemadam api
b). Persediaan air minimum (Minimum Water supply)
c). Instalasi pemipaan & Sambungan selang (Connector)
d). Motor pompa; Jocki pump electric; dan genset
e). Pemeriksaan dan pemeliharaan
2). Sprinkler
a) Tipe hunian
b) Karakteristik sprinkler &temperature rating
c) Luas area yang diproteksi
d) Jarak antara kepala sprinkler
e) Penyediaan air
f) Motor pompa
g) dan pemeliharaan
b. Chemical Base
Alat Pemadam Api Ringan (APAR)/Fire Extinguisher diletakkan di
area yang mudah terjangkau terutama di area-area beresiko tinggi,
seperti kitchen, area-area listrik, area bahan bakar, housekeeping,
sentral gas medik dan LPG, ruang pompa.
E. Pelaksanaan Evakuasi :
a. Pos Komando memegang data pasien dan karyawan segera setelah
mengumumkan code red. Seluruh anggota tim berkumpul di Pos
Komando.
b. Analisis jumlah pasien serta tingkat ketergantungan dilakukan (bila
mungkin) sementara proses pemadaman berlangsung, dan petugas

5
masing-masing unit menyiapkan pasien dan keluarga di setiap unit
guna menunggu perintah evakuasi.
c. Komando evakuasi muncul paling lambat 5 menit sejak
pengumuman code red dengan menyebutkan area tujuan via
speaker ruangan. Untuk gedung bertingkat, pada saat terjadi
kebakaran dan evakuasi akan dimulai, petugas di lantai lain selain
lantai yang mengalami kebakaran menutup pintu darurat yang
diperintahkan, karena tangga darurat tertentu akan digunakan
HANYA untuk mengevakuasi lantai yang terbakar.
d. Seluruh staf yang tidak tahu akan mendapat tugas apa berkumpul
di Titik Kumpul Aman (TKA) di lokasi terdekat terjadinya kebakaran
untuk mendapat pengarahan dan dilakukan absensi, setelah
sebelumnya melakukan pengamanan aset di unit masing-masing
minimal berupa mengunci pintu (bilamana memungkinkan). Staf
farmasi dan logistik tetap berada di posisi masing-masing hingga
diinstruksikan untuk evakuasi.
e. Masing masing unit diberi prioritas menggunakan tangga darurat,
di mana pengaturan ditentukan oleh pos komando.
f. Khusus tindakan operasi, diprioritaskan untuk menyiapkan pasien
untuk di transfer, dalam arti mengupayakan pasien durante (dalam
proses) operasi untuk dalam kondisi siap ditransport (misal, luka
ditutup dulu, dsb). Kamar operasi mendapat giliran terakhir untuk
evakuasi dan mendapat perlindungan maksimal dari segenap
sumber daya, dalam arti upaya utama selain memadamkan
kebakaran adalah mencegah selama mungkin agar kebakaran tidak
mendekati kamar operasi.
g. Dokter dan perawat di unit rawat jalan segera ke IGD untuk
menunggu penugasan selanjutnya oleh tim.
h. Kepala Ruang unit rawat jalan / wakilnya bertugas memastikan
bahwa tidak ada orang yang tertinggal. Dalam menjalankan tugas
ini, Kepala Ruang unit rawat jalan / wakilnya dibantu oleh 2 orang
stafnya.
i. Koordinator masing-masing ruang adalah SQICO, atau jika tidak
ada, perawat paling senior yang berdinas, atau yang ditunjuk oleh

6
Kepala Ruang.
j. Kebutuhan tenaga pengangkut pasien dilaporkan oleh koordinator
evakuasi ruang yang bersangkutan kepada tim.
k. Setelah pasien semua terangkut, rekam medis diselamatkan
sebisanya.
l. Prioritas berikut adalah alat medis yang bisa di bawa dengan
tangan (hand carry) seperti monitor, defibrillator, pulse oxymetri,
infusion pump, syringe pump, guna melanjutkan proses perawatan
di tempat evakuasi.
m. Di IGD, tim menilai kapasitas tempat evakuasi, dan menghubungi
bantuan RS lain untuk mengirim ambulans guna mentransfer
pasien ke RS lain, terutama pasien-pasien kritis, durante (dalam
proses) operasi.
n. Koordinator pelayanan medis melakukan set up pelayanan medis di
tempat evakuasi. Penilaian ulang kondisi setiap pasien rawat inap
segera dilakukan
o. Koordinator sarana menyiapkan tempat evakuasi di luar RS bekerja
sama dengan pihak keamanan. Jalur ambulans diamankan oleh
koordinator keamanan, bekerja sama dengan pihak yang berwajib.
p. Apabila kebakaran dapat teratasi, Komandan RSUD Lubuk
Sikaping akan meminta laporan dari Komandan Bencana selaku
Koordinator Penanggulangan Kebakaran Rumah Sakit dan atau Tim
Pemadam dari Dinas Kebakaran yang bertugas tentang kondisi
bangunan dan kelayakan untuk pemakaian kembali. Berdasarkan
laporan kondisi bangunan tersebut, Koordinator Penanggulangan
Bencana akan mengeluarkan instruksi lanjutan bisa tidaknya staf,
pasien dan pengunjung kembali ke dalam bangunan RSUD Lubuk
Sikaping.

F. Pelatihan Staf/Pegawai
Pelatihan staf/pegawai yang berhubungan dengan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran dilakukan pada setiap acara Orientasi
Umum untuk staf/pegawai baru dan secara periodik setiap tahun
untuk pegawai lama. Materi yang diberikan meliputi:

7
a. Pelatihan Staf/Pegawai Secara Umum
Upaya-upaya pencegahan kebakaran, termasuk larangan merokok
dan penanganan bahan mudah terbakar/ mudah meledak.
- Prosedur bila menemukan api: RACE
- Prosedur penggunaan APAR: ACARRA
- Prosedur bila red-code diumumkan
- Jalur evakuasi dan titik kumpul aman (TKA)
b. Pelatihan Tim Pemadam Kebakaran
Materi pelatihan sama dengan untuk staf/ pegawai tetapi
ditambah dengan cara-cara pemadaman kebakaran lebih lanjut,
seperti pemakaian hydrant.

G. Pelatihan Kepada Vendor/ Kontraktor


Pelatihan pencegahan dan penanggulangan kebakaran juga dilakukan
terhadap vendor dan kontraktor pada kunjungan pertama untuk
perbaikan peralatan, pengerjaan renovasi/ konstruksi dan pekerjaan
lainnya di lingkungan RSUD Lubuk Sikaping. Pada dasarnya materi
yang diberikan sama dengan materi pelatihan untuk staf/ pegawai
RSUD Lubuk Sikaping yang meliputi:
 Upaya-upaya pencegahan kebakaran, termasuk larangan merokok
dan penanganan bahan mudah terbakar/ mudah meledak.
 Prosedur bila menemukan api: RACE
 Prosedur penggunaan APAR: ACARRA
 Prosedur bila code-red diumumkan

H. Simulasi Kebakaran/ Fire Drill


Simulasi dilakukan sebagai evaluasi hasil pelatihan penanggulangan
kebakaran dan rencana darurat kebakaran. Juga untuk memberikan
pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada staf/pegawai dan anggota tim
penanggulangan kebakaran dalam pelaksanaan pemadam awal kebakaran,
evakuasi dan penyelamatan dengan situasi yang dibuat mendekati
kenyataan. Simulasi penanggulangan kebakaran diselenggarakan sedikitnya
dua kali dalam setahun, dan dengan sasaran seluruh staf/ pegawai,
kontraktor, vendor, pasien dan pengunjung RSUD Lubuk Sikaping.

8
a. Tipe Fire drill
1) Comprehensive drills, meliputi aktivitas berikut ini:
- Pengaktivan alarm kebakaran
- Pengoperasian sistem dan peralatan darurat, seperti yang
terjadi dalam keadaan sesungguhnya
- Keterlibatan semua petugas seperti yang tercantum dalam
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
- Kebakaran.
- Keterlibatan dari penghuni bangunan, seperti karyawan
tanpa tugas khusus, pasien, pengunjung dll.
- Bila memungkinkan, ada keterlibatan dari petugas dinas
kebakaran setempat.
- Simulasi berlangsung dengan waktu yang cukup sehingga
bisa menggambarkan respon petugas dan jalannya proses
pengendalian kebakaran.
2) Silent Drill, adalah latihan secara lokal pada unit atau area
tertentu. Aktivitas meliputi:
- Tidak ada pengaktifan alarm sebenarnya, hanya simulasi.
- Manajer/ supervisor atau petugas yang ditunjuk memonitor
response dari staf/ pegawai dan penghuni bangunan
lainnya terbatas di area tersebut
- Untuk menjaga agar simulasi tetap silent, penanggung jawab
drill memberi tahu akan adanya simulasi kepada personel di
area tersebut.
3) Table Talk, adalah simulasi secara lokal di unit atau area
tertentu tanpa ada aktivitas simulasi/ demostrasi fisik. Aktivitas
meliputi:
- Berupa diskusi tentang skenario kebakaran tertentu
- Adanya manajer/ supervisor/ penanggung jawab sebagai
fasilitator diskusi
- Staf/ pegawai yang terlibat dalam diskusi harus
menggambarkan responnya terhadap skenario kebakaran
yang dibahas.
- Fasilitator menilai respon yang dikemukakan oleh semua

9
pihak yang terlibat dan kalau perlu melakukan koreksi
sesuai dengan pedoman yang ada.
b. Penilaian dan Analisa Simulasi
Penilaian jalannya simulasi harus dilakukan oleh beberapa orang/
petugas yang menguasai prosedur penanggulangan kebakaran
sesuai dengan pedoman yang berlaku. Petugas penilai bertugas
memantau respon dan aktivitas simulasi di:
 Area awal ditemukannya api,
 Di UGD/ lokasi lain sebagai komando penanggulangan
bencana
 Di kantor maintenance tempat tim pemadam kebakaran
rumah sakit
 Di daerah evakuasi awal dan lanjut
 Di area-area lain sesuai keperluan
Penilaian dan analisa dilakukan terhadap respon dan aktivitas
staf/pegawai berkaitan dengan hal-hal berikut:
 Respon ketika pertama menemukan api
 Pengkativan alarm kebakaran
 Respon dan aktivitas Koordinator Penanggulangan Bencana/
dokter UGD
 Respon dan aktivitas petugas dan staf/pegawai lainnya
terhadap alarm kebakaran dan pengumuman code red
 Jalannya evakuasi di daerah dekat sumber api dan daerah
lainnya
 Aktivitas di daerah evakuasi awal dan lanjut
 Aktivitas tim pemadam api rumah sakit dalam
mengendalikan, membatasi dan memadamkan api
 Dan aktivitas-aktivitas lainnya terkait proses
penanggulangan kebakaran dan evakuasi penghuni rumah
sakit

Analisa respon dan aktivitas simulasi kebakaran dilakukan oleh


penanggung jawab simulasi, petugas-petugas penilai dan dengan
melibatkan Tim K3RS (Koordinator kebakaran dan Kewaspadaan

10
Bencana, Ketua Tim K3RS, Sekretaris Tim K3RS dan anggota
lainnya)
c. Dokumentasi Simulasi
Setiap pelaksanaan simulasi kebakaran harus didokumentasikan
dalam bentuk laporan simulasi.Laporan minimal berisi tanggal
simulasi, tipe simulasi, skenario simulasi, staf/ pegawai yang
terlibat, analisa simulasi, kesimpulan dan rekomendasi dari
simulasi.
Laporan simulasi disusun oleh panitya penyelenggara simulasi
dengan melibatkan Tim K3RS (Koordinator Kebakaran dan
Kewaspadaan Bencana, Ketua Tim K3RS, Sekretaris Tim K3RS
dan anggota lainnya).
Laporan simulasi kebakaran diditribusikan kepada manajer/
supervisor yang terlibat sebagai pembelajaran dan dibahas lebih
lanjut di tingkat direksi

I. Monitoring unit independent


Unit indipenden yang ada, misalkan penyewa lahan pihak koperasi,
tenaga Cleaning servis, tenaga harian lepas,tenaga outsourcing di haruskan
juga patuh terhadap prosedur pengamanan kebakaran. Didalam MoU yg
disepakati para pihak tersebut harus mencantumkan kesediaan patuh
terhadap standard pengamanan kebakaran.setidaknya mereka harus
memahami tentang;
 sandi code red
 letak APAR terdekat lokasi mereka bekerja dan cara memakai
APAR.
 jalur evakuasi menuju TKA,sesuai pemetaan area yg mereka
tempati bekerja.
 SPO pemadaman api
 Upaya pencegahan bahaya kebakaran

J. Sasaran Kegiatan
a. Sasaran audience : pasien dan pengunjung RSUD Lubuk Sikaping
Sasaran kegiatan disajikan dalam bentuk table berikut :

11
No Kegiatan Sasaran
1 Penyimpanan pengamanan bahan mudah terbakar 100%
2 Penampungan system deteksi dini 100%
3 Pemantapan kesiapan system penghentian 100%
kebakaran
4 Pemantapan kesiapan jalur evakuasi 100%
5 Pelaksanaan diklat penanggulangan kebakaran 100%
6 Monitoring kesiapan dan kepatuhan unit 100%
independen

K. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan pelaporan


Evaluasi pelaksanaan dilakukan setiap akhir tahun untuk ikut
dilaporkan dalam kegiatan Rapat Akhir Tahun PMKP. Laporan pelaksanaan
kegiatan dilengkapi dokumentasi bukti berupa ceklist dan laporan
penanganan kejadian kebakaran jika terjadi dalam periode berjalan dengan
ditujukan kepada Direktur RSUD Lubuk Sikaping dan di tembuskan ke
bagian umum dan tim PMKP selalu dilakukan terhadap setiap kegiatan,
setidaknya focus pada : ketepatan jadwal waktu yg direncanakan,
kekurangan sarana dan prasarana, ketepatan system yg dirancang,
pemahaman SDM para pihak yg terlibat.
1. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan
Evaluasi dilaksananakan setiap tiga bulan sekali dan pelaksanaan
kegiatan dilakukan oleh Tim Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Rumah Sakit (K3RS)
2. Pelaporan
Setelah evaluasi kegiatan dilakukan akan dibuat pelaporan dalam
periode satu tahun yang kemudian diserahkan kepada direktur RSUD
Lubuk Sikaping

L. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan


1. Pencatatan dan dokumentasi kegiatan dilaksanakan oleh
sekretaris tim K3RS yang ditugaskan
2. Tim K3RS melaksanakan monitoring dan koordinasi terhadap
hasil laporan.

12
3. Laporan program ditujukan kepada Direktur RSUD Lubuk
Sikaping ditembuskan kepada PMKP
4. Isi Laporan :
a. Kegiatan sesuai program kerja
b. Kegiatan yang telah dilkasanakan
c. Apakah kegiatan sesuai jadwal
d. Insiden kebakaran yang terjadi
e. Hambatan yang menyebabkan program program kerja tidak
dilaksanakan atau tidak sesuai jadwal
f. Hal-hal lain yang dianggap perlu untuk dilaporkan
g. Usulan dan rekomendasi kepada Direktur.

DIREKTUR

dr. Yong Marzuhaili


NIP. 19740928 200604 1 009

13

Anda mungkin juga menyukai