Anda di halaman 1dari 38

PANDUAN PCRA

1
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT

NOMOR : 188.4/Kep.0063.k-TU/2022

TANGGAL : 18 Januari 2022

PANDUAN PRE-CONSTRUCTION RISK ASSESSMENT

RUMAH SAKIT UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

BAB I
PENGERTIAN

A. PENGERTIAN
1. Konstruksi bangunan ialah kegiatan yang berhubungan dengan seluruh tahapan pekerjaan yang
dilakukan di tempat kerja.
2. Tempat kerja ialah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam
air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
3. Bahaya adalah sumber, sesuatu, atau tindakan yang berpotensi menyebabkan cidera pada
manusia atau gangguan kesehatan, atau kombinasi keduanya.
4. Risk / resiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses
yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang atau dapat diartikan sebagai suatu
keadaan ketidakpastian, di mana jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat
menimbulkan suatu kerugian.
5. Asessment adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran.
6. Pre-Construction Risk Asessment adalah suatu cara pengumpulan data awal guna menilai potensi
resiko yang mungkin ditimbulkan sebelum dan waktu pelaksanaan kegiatan
pembangunan/renovasi.
7. Probability adalah Peluang atau Kemungkinan dari suatu kejadian, terjadi atau tidak dan
seberapa besar kemungkinan kejadian tersebut berpeluang untuk terjadi.
8. Severity adalah tingkat keparahan/ dampak apabila suatu resiko itu benar-benar terjadi.
9. Nilai resiko adalah hasil kali antara nilai frekuensi dengan nilai keparahan suatu resiko untuk
menentukan kategori suatu resiko.
10. Gradding adalah Penialian nilai resiko menggunakan matriks atau table nilai resiko deengan
system pewarnaan.
11. Pengendalian adalah suatu upaya untuk menguranggi atau menghilangkan suatu potensi resiko
yang dimungkinkan terjadi pada suatu kegiatan.
12. Work permit adalah suatu ijin pekerjan yang dikeluarkan olegh suatu intansi / unit / komite guna
melaksanakan suatu kegiatan.

2
5. Renovasi adalah adalah perbaikan Aset Tetap yang rusak atau mengganti yang baik dengan
maksud meningkatkan kualitas atau kapasitas.
6. Rehabilitasi bangunan perbaikan Aset Tetap yang rusak sebagian dengan tanpa meningkatkan
kualitas dan atau kapasitas dengan maksud dapat digunakan sesuai dengan kondisi semula.
7. Restorasi adalah perbaikan Aset Tetap yang rusak dengan tetap mempertahankan arsitekturnya.
8. Demolition/ penghancuran adalah menghilangkan atau menghancurkan suatu bangunan yang
ada untuk atau tidak difungsikan yang lainnya.
9. Getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa melalui keadaan seimbang terhadap suatu titik
acuan.
10. Baku Tingkat Kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dituang
ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan
manusia dan kenyamanan lingkungan.
11. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
12. Tingkat kebisingan adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan desibel disingkat
dB.
13. Rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum

a. Menjadi acuan penyelenggaraan bangunan gedung sesuai fungsi yang ditetapkan dan yang
memenuhi persyaratan teknis: keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan
serta kelestarian lingkungan.
2. Tujuan Khusus

a. Terwujudnya pemanfaatan bangunan gedung yang memenuhi persyaratan keselamatan,


kesehatan, kenyamanan dan kemudahan serta efisien, serasi dan selaras dengan
lingkungannya.
b. Terdapatnya acuan pengendalian resiko-resiko pada saat pembanggunan,renovasi atau
penghancuran bangunan.
c. Supaya proses pembangunan berjalan aman dan terkendali.

C. DASAR HUKUM
1. Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Undang –undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Permenkes 66 tahun 2016 tentang pedoman Keselamatan & Kesehatan Kerja di Rumah Sakit.

3
5. Permenkes 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
6. Permenkes 24 tahun 2016 tentang Persyaratan Tehnis bangunan & Prasarana Rumah sakit
7. Permen PU nomor 24 tahun 2008 tentang Pedoman Pemeliharaan & Perawatan Bangunan
Gedung
8. PERMENKES No.24 tahun 2016 tentang standart tehnis bangunan dan prasarana rumah sakit.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-01/MEN/1980 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Konstruksi Bangunan.

BAB II
RUANG LINGKUP

A. Jenis – jenis pembangunan


B. Pre Contruction Risk Asessment (PCRA)
1. Penyusunan Tim PCRA
2. Penyusunan Tahapan Kegiatan Kerja pembangunan / renovasi
3. Penilaian Resiko kegiatan kerja
4. Elemen penilaian PCRA
a. Keamanan dan keselamatan konstruksi
b. Kualitas udara
c. Penyusunan Pengendalian Infeksi (ICRA )
d. Utilitas
e. Kebisingan
f. Getaran
g. Bahan berbahaya dan beracun
h. Pelayanan kedaruratan
i. Resiko-resiko lain yang menggangu proses perawatan, lama perawatan dan pelayanan
5. Penilaian PCRA
C. Work permit/ ijin kerja

4
D. Pengontrolan / inspeksi K3 pada kontruksi / renovasi.
E. Pelaporan dan rekomendasi

BAB III
TATALAKSANA

A. Jenis- jenis perawatan bangunan gedung

Pekerjaan perawatan meliputi perbaikan dan/atau penggantian bagian bangunan, komponen,


bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana berdasarkan dokumen rencana teknis perawatan
bangunan gedung, dengan mempertimbangkan dokumen pelaksanaan konstruksi.
1. Rehabilitasi
Memperbaiki bangunan yang telah rusak sebagian dengan maksud menggunakan sesuai dengan
fungsi tertentu yang tetap, baik arsitektur maupun struktur bangunan gedung tetap
dipertahankan seperti semula, sedang utilitas dapat berubah.
2. Renovasi
Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud menggunakan sesuai
fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah, baik arsitektur, struktur maupun utilitas
bangunannya
3. Restorasi
Memperbaiki bangunan yang telah rusak berat sebagian dengan maksud menggunakan untuk
fungsi tertentu yang dapat tetap atau berubah dengan tetap mempertahankan arsitektur
bangunannya sedangkan struktur dan utilitas bangunannya dapat berubah.
4. Tingkat Kerusakan
a. Perbaikan dan/atau penggantian dalam kegiatan perawatan bangunan gedung dengan
tingkat kerusakan sedang dan berat dilakukan setelah dokumen rencana teknis perawatan
bangunan gedung disetujui oleh pemerintah daerah.
b. Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan atau komponen bangunan akibat
penyusutan/berakhirnya umur bangunan, atau akibat ulah manusia atau perilaku alam
seperti beban fungsi yang berlebih, kebakaran, gempa bumi, atau sebab lain yang sejenis.
c. Intensitas kerusakan bangunan dapat digolongkan atas tiga tingkat kerusakan, yaitu:

5
1) Kerusakan ringan
a) Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen non-struktural,
seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai, dan dinding pengisi.
b) Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum adalah sebesar
35% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku,
untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.
2) Kerusakan sedang
a) Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen non-struktural, dan
atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dan lain-lain.
b) Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang, biayanya maksimum adalah sebesar
45% dari harga
c) satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas
dan lokasi yang sama.
3) Kerusakan berat
a) Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik
struktural maupun non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih dapat
berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya.
b) Biayanya maksimum adalah sebesar 65% dari harga satuan tertinggi pembangunan
bangunan gedung baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.

Tata laksana Pembangunan


1. Setiap pekerjaan konstruksi bangunan yang akan dilakukan wajib dilaporkan kepada Direktur
atau Pejabat yang ditunjuknya.
2. Setiap pekerjaan konstruksi bangunan harus diusahakan pencegahan atau dikurangi terjadinya
kecelakaan atau sakit akibat kerja terhadap tenaga kerja dengan cara penyusunan job safety
analisis (JSA) dari rincian kegiatan yang akan dilakukan antara pemberi kerja dan penerima kerja
serta penyusunan PCRA untuk melihat dampak bersama unit –unit terkait.
3. Sewaktu pekerjaan akan dimulai harus disertai dengan work permit / ijin kerja kepada
pelaksana dengan di tandatangani oleh semua pihak dan segera disusun suatu unit keselamatan
dan kesehatan kerja dan hal tersebut harus diberitahukan kepada setiap tenaga kerja.
4. Pelaksana pekerjaan wajib mematuhi keselamatan dan kesehatan kerja meliputi usaha-usaha
pencegahan terhadap : kecelakaan, kebakaran, peledakan, penyakit akibat kerja, pertolongan
pertama pada kecelakaan dan usaha-usaha penyelamatan dan alat pelindung serta symbol
atau rambu-rambu.
5. Setiap terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan kepada Direktur
atau Pejabat yang ditunjuknya.
6. Serah terima pekerjaan bila telah selesai harus diperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan
para petugas dan pengguna serta aspek syariah dalam bangunan tersebut.

6
7. Pada penyusunan DED bangunan baru harus memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan
serta aspek syariah diantaranya :
a. Jalur penyelamatan dan fasilitas penanggulangan bila terjadi bencana.
b. Bahan bangunan yang akan digunakan harus tahan api.
c. Pemisahan gender atau jenis kelamin pada ruang perawatan.
d. Toilet sesuai dengan gender dan kapasitas yang memenuhi.
e. Penyediaan sarana ibadah bagi petugas, pasien dan pengunjung dan petugas kontruksi.
f. Penyediaan fasilitas ibadah pengganti apabila dilakukan pembokaran atau renovasi maupun
pembangunan baru.
g. Kepastian arah kiblat harus dilakukan dengan lembaga resmi atau berwenang.

B. Pre Contruction Risk Asessment (PCRA)

Pekerjaan renovasi, konstruksi, pembongkaran dan beberapa kegiatan pemeliharaan maupun


perbaikan memiliki potensi yang dapat memberikan dampak pada proses perawatan pasien di
lingkungan rumah sakit. Sehingga untuk meminimalisir risiko yang ada di Rumah Sakit perlu adanya
proses penilaian risiko Pra-Konstruksi atau sebelum konstruksi tersebut berlangsung. Penilaian
risiko Pra – Konstruksi ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi risiko yang bisa timbul dari
kegiatan renovasi, konstruksi, pembongkaran dan lain sebagainya yang berdampak pada pelayanan
di rumah sakit dan mengembangkan strategi mitigasi risiko untuk meminimalkan risiko. Elemen
penilaian yang harus dipertimbangkan dalam proses ini termasuk :
1. Keselamatan Keamanan Konstruksi
2. Kualitas Udara
3. Pengendalian Infeksi (ICRA)
4. Utilitas
5. Kebisingan
6. Getaran
7. B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
8. Pelayanan Kedaruratan
9. Risiko-risiko lain yang memengaruhi perawatan, penyembuhan, dan pelayanan.
Langkah awal dari seluruh kegiatan adalah mengidentifikasi elemen penilaian yang digunakan untuk
menilai proses pre construction. Pada akhir proses penilaian risiko akan menghasilkan rekomendasi
mitigasi risiko (RMR). RMR ini akan ditinjau oleh individu atau pihak yang menyelesaikan pekerjaan
dan akan menjadi bagian dari dokumentasi proyek.

Sebelum sebuah pekerjaan pembangunan berlangsung perlu mengisi form identitas dan lokasi
pekerjaan

Data Identitas Pekerjaan

Nama Pekerjaan :

7
Waktu Pelaksanaan : Konsultan Perencana :

Tenaga Kerja : Kontraktor Pelaksana :

No Dokumen : Konsultan Pengawas :

Lokasi Pekerjaan

Gedung :

Lantai :

No. Kamar/ Ruang :

Risk Level

Tipe Konstruksi

1. Penyusunan Tim PCRA


Dalam penyusunan pre-contrution risk assessment (PCRA) perlu adanya personil/perwakilan
dari komite atau unit kerja yang bersama-sama melakukan penyusunan. Personil, unit atau
komite yang ikut dalam penyusunan PCRA ini menyesuaikan dengan kondisi dari lingkup jenis
pekerjaan bangunan yang dilakukan supaya efektif dan efisien yang terdiri dari dari pelaksana
pekerjaan, IPSRS, komite PPI, Sanitasi dan bagian umum, komite K3, unit kerja lokasi pekerjaan,
bila memang dalam skala besar dapat ditambahkan perencana, tim teknis bangunan dari
yayasan dan pengawas.
Kehadiran anggota ketika penyusunan minimal harus dihadiri kepala IPSRS, Unit lokasi
pekerjaan dan pelaksana pekerjaan karena Instalasi tersebut yang paham akan pekerjaaan yang
berlangsung dan dampak yang mungkin terjadi.

Tatalaksana pembentukan Tim


1. Kepala IPSRS melakukan sosialisasi / pelatihan metode penyusunan PCRA kepada seluruh
calon anggota tim.
2. Kepala IPSRS meminta dibuatkan SK Tim PCRA kepada direksi.
3. Bila disetujui maka diterbitkan SK tim PCRA.
4. Bila tidak maka setiap ada kegiatan pekerjaan bangunan kepala IPSRS mengundang anggota
untuk penyusunan PCRA.

2. Penyusunan Tahapan Kegiatan Kerja pembangunan / renovasi

8
Sebelum sebuah pekerjaan pembangunan berlangsung, Tim bersama dengan pelaksana
menyusun kegiatan kerja apa saja yang akan dilakukan sebelum, pelaksanaan dan sesudah
pelaksanaan pekerjaan meliputi apa saja.
Kegiatan kerja ini terdiri dari pre kontruksi, kontruksi dan pasca kontruksi, sehingga dapat
diurutkan jenis kegiatan yang dilakukan oleh pelaksana guna nanti menilai jenis resiko dan
dampak yang mungkin terjadi dari kegiatan yang ada.
Tim yang terdiri dari berbagai unit, komite dan pelaksana mempunyai tugas melakukan
penilaian resiko keselamatan dan kesehatan kerja pembangunan dalam bentuk identifikasi
resiko, upaya pengendalian, pengawasan dan pelaporan.

Tatalaksana Penyusunan Kegiatan kerja


1. IPSRS mengundang seluruh Tim PCRA, unit lokasi pekerjaan dilakukan bersama dengan
pelaksana proyek.
2. Pelaksana memberikan informasi identitas (nama pribadi ,nama PT atau CV ) serta target
lama pekerjaan.
3. Pelaksana proyek menjelaskan tahapan kegiatan kerja mulai dari persiapan sampai serah
terima pekerjaan.
4. Petugas Notulen mencatat seluruh urutan tahapan pekerjaaan pada form tahapan kegiatan.
5. Tim yang lain memberikan masukkan atau konfirmasi terkait tahapan kegiatan kerja.
6. Bila tidak ada maka dilanjutkan ketahapan yang berikutnya.

3. Penilaian Resiko kegiatan kerja


Proses penilaian resiko dari setiap kegiatan kerja yang ada dilakukan secara bersama tidak
dapat dilakukan sendiri. Proses ini dibantu dengan form penilaian resiko yang telah ada,
penilaian didahului dengan adanya kesepakatan terkait tingkatan resiko menggunakan metode
apa, dimana di rumah sakit islam sultan agung menggunakan metode skoring level.
Kriteria penilaian berdasarkan 2 skala yaitu probability dan severity. Setiap tingkatan skala
berhubungan dengan sebuah nilai yang dimasukkan kedalam formula penilaian resiko sebagai
berikut :
Nilai resiko (R) : Probability (P) x Severity (S).
Berikut tabel skala – skala yang telah disepakati bersama sebagai dasar formula penialian.

Tabel 1
Probability ( Kemungkinan terjadi )

PROBABILITY

SKALA LEVEL

Tidak mungkin terjadi 1

Jarang Terjadi,pembangunan baru ≤ 6 bulan, renovasi › 1 minggu 2

9
Mungkin terjadi, pembangunan baru ‹ 3 bulan, Renovasi ‹ 1 minggu 3

Pasti Terjadi, Pembangunan baru ‹ 1 bulan, Renovasi 1-3 hari 4

Tabel 2
Severity ( Keparahan)

SEVERITY

SKALA LEVEL

Jarak dampak 1 meter, Dapat ditanggulanggi dengan P3K, Tidak 1


menimbulkan ISPA, Kerugian material tidak ada

Jarak dampak 2 meter, Dapat ditanggulanggi di klinik atau IGD, 2


Kejadian ISPA 25-50 % pekerja, Kerugian material ‹ 1 Jt

Jarak dampak 3 meter, Dapat menimbulkan kecacatan, Kejadian ISPA 3


50 – 75 % pekerja, Kerugian material ‹ 5 Jt

Jarak dampak › 3 meter, Dapat menyebabkan kematian, Kejadian ISPA 4


75 – 100 % pekerja, Kerugian material ≥ 5 Jt

Tabel 3
Nilai resiko

LEVEL SKOR

LOW 1–5

MEDIUM 6 – 10

HIGH 11 – 16

Tabel 4
Gradding matriks

P/S 1 2 3 4

Tidak mungkin

Mungkin

Jarang

Pasti

10
Tatalaksana Penilaian resiko kegiatan pembangunan / renovasi
1. Tim PCRA mempersiapkan form penialian resiko pembangunan / renovasi.
2. Ketua Tim PCRA menunjuk petugas notulen.
3. Petugas notulen memasukkan data unit kerja yang mempunyai pekerjaan kedalam kolom
Unit dan lokasi pekerjaan pada kolom lokasi pekerjaan.
4. Petugas memasukkan data hasil penyusunan tahapan kegiatan kerja kedalam kedalam
kolom kegiatan.
5. Tim bersama – sama melakukan identifikasi resiko yang mungkin terjadi dari setiap kegiatan
kedalam kolom identifikasi bahaya / aspek lingkungan.
6. Tim melakukan penilaian dampak yang ditimbulkan dari kegiatan kedalam kolom
konsekuensi / dampak lingkungan dengan memperhatikan 9 elemen penilaian
(Keselamatan keamanan kontruksi, Kualitas udara, Pengendalian Infeksi (ICRA ), Utilitas,
Kebisingan, Getaran, Bahan berbahaya dan beracun, Pelayanan kedaruratan, Resiko-resiko
lain yang menggangu proses perawatan).
7. Tim melakukan penilaian severity / keparahan dengan melihat tabel yang ada serta
memasukkan angka skala yang ada dalam kolom S.
8. Tim melakukan penilaian Probability / kemungkinan dengan melihat tabel yang ada serta
memasukkan angka skala yang ada dalam kolom P.
9. Tim melakukan penilaian nilai resiko dengan mengkalikan hasil Probability dan Severity
yang ada serta memasukkan angka skala yang ada dalam kolom NR.
10. Tim menyusunan langkah pengendalian yang akan dilakukan dengan melihat 5 metode
yaitu eliminasi, subtitusi, re-engineering, administrasi dan APD pada kolom jenis
pengendalian risiko.
11. Tim melakukan penialian kembali severity, Probability dan Nilai Resiko setelah dilakukan
upaya pengendalian seperti langkah diatas pada kolom setelah pengendalian.
12. Tim menyepakati siapa yang bertanggung jawab melakukan pengawasan dengan mengisi
nama unit kerja yang bertanggung jawab pada kolom PIC.
13. Tim memberikan target penyelesaian pengendalian berapa lama dengan mengisi tanggal,
bulan dan tahun akhir pengendalian pada kolom tanggal penyelesaian.
14. Tim menilai status upaya pengendalian yang akan dilakukan dengan mengisi sudah apa
belum pada kolom status.
15. Ketua Tim menandatanggani dan menuliskan nama pada kolom disiapkan oleh.
16. Bila tidak disetujui maka akan dilakukan revisi oleh tim PCRA kembali.
17. Form hasil penilaian diserahkan kepada direktur umum untuk dilakukan pemeriksaan, bila
setuju maka dibubuhkan nama dan tandatanggan pada kolom diperiksa oleh.

11
18. Bila sudah diajukan kepada direktur utama untuk meminta persetujuan dengan
membubuhkan nama dan tanda tanggan pada kolom disetujui oleh.
19. Bila form telah ditandatanggani semua maka digandakan dan serahkan epada seluruh unit
yang bertanggung jawab melakukan pengawasan dan pengendalian risiko.

C. Elemen Penilaian Risiko pada pembangunan

1. Keselamatan Keamanan Konstruksi

Harap tinjau masing-masing kategori berikut ini yang sesuai dan menunjukkan apakah kategori
tersebut berlaku untuk lingkup pekerjaan yang direncanakan.

No Elemen Penilaian Keselamatan Keamanan Identifikasi langkah-langkah sementara


Konstruksi yang harus diambil
1 Jalur Keluar Aman
Apakah proyek memiliki jalur keluar aman ?
minimal 2 jalur keluar aman
Ya  Tidak
2 Jalur Keluar Aman
Apakah proyek memiliki potensi bahaya yang
mempengaruhi akses jalur keluar aman yang
telah ditentukan ?
Ya  Tidak
3 Jalur Keluar Aman
Apakah jalur keluar aman proyek dapat
digunakan oleh orang lain selain pekerja
konstruksi ?
Ya  Tidak

4 Pencegahan Kebakaran
Apakah kegiatan proyek dapat berdampak
pada sistem deteksi kebakaran di rumah
sakit?
Ya  Tidak
5 Pencegahan Kebakaran
Apakah kegiatan proyek dapat memberikan
dampak terhadap sistem penanggulangan
kebakaran di rumah sakit?
Ya  Tidak
6 Pencegahan Kebakaran

12
Apakah kegiatan proyek memiliki tambahan
fasilitas atau peralatan pemadaman
kebakaran yang tersedia di area proyek ?
Ya  Tidak
7 Pelatihan Penanggulangan Kebakaran
Apakah pemilik proyek mengharuskan
seluruh staf untuk mendapatkan pelatihan
mengenai langkah pemadaman kebakaran?
Ya  Tidak
8 Pelatihan Penanggulangan Kebakaran
Apakah pemilik proyek menjamin sudah
pernah melakukan pelatihan / simulasi
penanggulangan kebakaran ?
Ya  Tidak
9 Bahan Berbahaya Beracun
Apakah proyek memiliki tempat
penyimpanan khusus untuk Bahan Berbahaya
dan Beracun ?
Ya  Tidak
10 Kompartemen
Apakah proyek membutuhkan partisi tahan
asap sementara ? Partisi tersebut harus
bebas asap dan terbuat dari material yang
tidak mudah terbakar
Ya  Tidak
11 Dampak Terhadap Struktur Bangunan
Akankah aktifitas proyek akan
mempengaruhi struktur bangunan rumah
sakit dan berdampak pada proteksi
kebakaran seperti pintu dan dinding ?
Ya  Tidak
12 Pengawasan Terhadap Potensi Bahaya
Akankah pemilik proyek akan melakukan
peningkatan terhadap inspeksi dan
pengawasan bahaya terhadap aktifitas
proyek
Ya  Tidak
Frekuensi berkala:
_____Harian

13
_____Mingguan
_____Bulanan
13 Hot Work
Apakah terdapat pekerjaan yang dapat
menimbulkan panas dan percikan api selama
proses proyek berlangsung ?
Ya  Tidak

14 Area Posting
Apakah terdapat media informasi terkait
standar keselamatan dan kesehatan kerja
yang tertempel di area proyek ?
Ya  Tidak

2. Pengendalian Infeksi dan Kualitas Udara


TIPE KONSTRUKSI

TIPE A TIPE B

Proses Inspeksi (non-invasif). Termasuk kegiatan Pekejaan dengan skala kecil, kegiatan durasi
yang tidak menghasilkan debu atau pekerjaan pendek, yang hanya akan membuat debu
yang tidak memerlukan pemotongan dinding, minimal.Termasuk, namun tidak terbatas
pengeboran, pengamplasan atau akses ke langit- pada:
langit selain untuk inspeksi visual seperti:
a. Pemasangan instalasi telepon dan jaringan
a. Memindahkan plafon untuk inspeksi visual komputer
(batasan < 5 m2) b. Melakukan pembongkaran dinding atau
b. Pengecatan (bukan pengamplasan) langit – langit dimana debu masih dapat
c. Pekerjaan jaringan elektrik dikontrol
d. Pekerjaan pipa air (memutus sementara c. Memperbaiki area kecil pada dinding
pipa air ≤ 15 menit di area tertentu) d. Pekerjaan pipa air (memutus sementara
e. Perbaikan pipa kecil tanpa solder dan bor suplai air ≤ 30 menit dilebih dari 1 area
f. Kegiatan yang tidak menghasilkan debu atau perawatan)
membutuhkan pembongkaran dinding atau e. Maksimal 4 plafon pengganti genteng
langit – langit selain untuk inspeksi visual dalam 50 kaki persegi
g. Kerja dengan kebutuhan listrik kecil f. Melakukan pemotongan/ pengelasan
h. Perbaikan Hardware pintu dan jendela dengan durasi pendek, pengeboran, atau
i. Perbaikan penggantian pengamplasan dari daerah yang sangat
j. Melukis dinding kecil di mana dapat menciptakan debu
kecil dan dapat dikendalikan

14
g. Perbaikan mekanik kecil.
TIPE C TIPE D

Setiap pekerjaan yang menghasilkan tingkat Kegiatan yang menghasilkan banyak debu dan
debu dengan jumlah sedang - banyak. Dansetiap termasuk juga kegiatan pembongkaran besar /
pekerjaan yang membutuhkan pembongkaran re-konstruksi serta konstruksi mayor.
atau penghapusan komponen bangunan tetap Termasuk pekerjaan :
atau rakitan, pekerjaan dengan perekat, cat,
a. Kegiatan yang membutuhkan pekerjaan
pelarut, pengencer dan pembersih yang kuat,
shift berturut – turut (lebih dari 1 sift)
pekerjaan yang mengambil lebih dari satu shift
b. Membutuhkan pembongkaran berat
(8 jam perhari) untuk menyelesaikan. Termasuk,
c. Memindahkan seluruh area langit – langit /
jenis pekerjaan :
plafon
a. Pengamplasan dinding untuk pengecatan d. Pekerjaan pipa air (memutus sementara
dinding suplai air > 1 jam dan dilebih dari 1 area
b. Pembongkaran ubin pada lantai dan langit – perawatan pasien)
langit ruangan dengan luas 20% dari total e. Pembongkaran Major
luas f. Konstruksi mayor yang membutuhkan
c. Pembangunan dinding, lantai dan langit – waktu selama beberapa hari
langit yang baru g. Konstruksi baru
d. Pekerjaan elektrik diatas langit – langit
(minor) dan pekerjaan pemasangan kabel
(mayor).
e. Pekerjaan pipa air (memutus sementara
suplai air 30 – 60 menit di lebih dari 1 area
perawatan)
f. Setiap pekerjaan pengeboran dengan waktu
yang lama
g. Setiap proses pengelasan atau pemotongan
di ruang area perawatan

AREA DAMPAK KONSTRUKSI BERDASARKAN TINGKAT RISIKO

GROUP 1 – Risiko GROUP 2 - Risiko GROUP 3 –Risiko GROUP 4 - Risiko


Rendah Medium Medium-tinggi tertinggi

a. Area Perkantoran, a. Pediatrics a. IGD a. Kamar Operasi


lobi, koridor non- b. Unit perawatan b. Radiologi / MRI / b. ICU
pasien pasien tidak Kedokteran c. Cath.
b. Support Facility terdaftar di Grup 3 Nuklir / Echo Laboratorium
(misal : Ruang

15
Mesin, Ruang atau 4 c. Onkologi d. CSSD
Housekeeping, c. Penerimaan & d. IPAL & TPS e. VK
Area Laundry & Tempat umum e. Laboratorium f. R. Isolasi
Linen Kotor, Area d. Lobi & Koridor f. Ruang PBRT g. Ruang
Umum, dll) Perawatan Pasien g. Unit Hemodialisis Kemoterapi
c. Area perawatan e. Cafeteria / Kitchen h. Endocsopy h. Ruang Tindakan
Non-pasien yang f. Klinik Rawat Jalan i. Ruang Anak gigi
tidak termasuk (Kecuali onkologi j. Ruang Neonatus i. Depo Farmasi
dalam Grup 2, 3 dan bedah) k. Ruang Geriatri j. Daerah lain di
atau 4. g. Ruang Tunggu l. Ruang Fisioterapi mana prosedur
Pasien bedah invasif
h. Ruang Pendaftaran dapat dilakukan
i. Kamar Jenazah

Tipe dan Group Pekerjaan Konstruksi digunakan untuk menetapkan kelas risiko dan
memutuskan upaya penanganan
Risk Level Type A Type B Type C Type D

Group 1 Class I II II III/IV

Group 2 I II III IV

Group 3 I II III/IV IV

Group 4 III III/IV III/IV IV

Kegiatan konstruksi ini termasuk dalam kelas risiko: ………………………………………..

KELAS 1

PENGENDALIAN INFEKSI DAN KUALITAS UDARA

Sebelum Pekerjaan Berlangsung Saat Pekerjaan Berlangsung Saat Pekerjaan Selesai

1. PCM (Pre Construction 1. Melakukan pekerjaan 1.Membersihkan area


Meeting) untuk dengan meminimalisir konstruksi dari sisa material
mengkomunikasikan langkah adanya debu selama atau pembongkaran
pekerjaan secara detail konstruksi berjalan
2. Menutup lokasi proyek 2. Segera menutup kembali 2.Menghilangkan debu yang

16
dengan pembatas sehingga plafon atau langit – langit masih tersisa selama proses
menghindari kontaminasi setelah dilakukan konstruksi sebelum
debu pembongkaran meninggalkan area konstruksi
3. Memberi tanda petunjuk / 3. Akses keluar masuk pekerja
peringatan yang jelas bebas dari puing – puing
4. Rute transportasi barang bangunan
bersih tidak dekat dengan 4. Alat angkut material harus
material yang terkontaminasi tertutup
5. Pintu keluar masuk proyek
selalu tertutup
6. Mempertahankan
lingkungan pekerjaan tetap
kering
7. Memastikan barang –
barang yang mendukung
pertumbuhan kuman tidak
digunakan

KELAS 2

PENGENDALIAN INFEKSI DAN KUALITAS UDARA

Sebelum Pekerjaan Saat Pekerjaan Berlangsung Saat Pekerjaan Selesai


Berlangsung

1. PCM (Pre Construction 1. Ketika sedang proses 1. Mengelap permukaan


Meeting) untuk pemotongan, semprotkan dengan desinfektan.
mengkomunikasikan sedikit air agar debu tidak 2. Membersihkan permukaan
langkah pekerjaan secara berterbangan dengan kain pel basah atau
detail 2. Ketika mengangkut vacuum sebelum
2. Menutup pintu, jendela dan material dan sampah sisa meninggalkan area
ventilasi yang tidak pembangunan konstruksi
digunakan untuk menggunakan container 3. Membuka kembali ventilasi,
menghindari debu yang tertutup jendela dan pintu yang
3. Menutup lokasi proyek 3. Segera menutup kembali sebelumnya tertutup
dengan pembatas sehingga plafon atau langit – langit

17
menghindari kontaminasi setelah dilakukan
debu pembongkaran
4. Menyediakan filtrasi pada 4. Akses keluar masuk pekerja
local exhaust bebas dari puing – puing
5. Menggunakan isolasi system bangunan
HVAC di area konstruksi 5. Pintu keluar masuk proyek
untuk mencegah selalu tertutup
kontaminasi pada sistem 6. Bagian kebersihan, harus
salurannya melakukan pembersihan
6. memasang unit udara lebih sering disekitar area
negative portable, yang yang berdekatandengan
harus dioperasikan selama area konstruksi
masa konstruksi 7. Memonitoring filter selama
7. memperhatikan akses untuk konstruksi berlangsung
pekerja proyek dengan
material dan sisa
pembongkaran, sebaiknya
dibedakan
8. membedakan akses antara
pekerja proyek dengan
pasien dan pekerja rumah
sakit
9. Memberi tanda petunjuk /
peringatan yang jelas Rute
transportasi barang bersih
tidak dekat dengan material
yang terkontaminasi

KELAS 3 (Tambahan dari PENGENDALIAN


kelas I dan II ) INFEKSI DAN KUALITAS UDARA

Sebelum Pekerjaan Berlangsung Saat Pekerjaan Berlangsung Saat Pekerjaan Selesai

1. PCM (Pre Construction 1. Ketika sedang proses 1.


Meeting) untuk pemotongan, semprotkan dibersihkan setelah
mengkomunikasikan langkah sedikit air agar debu tidak konstruksi selesai
pekerjaan secara detail berterbangan 2. MMengalirkan air di
2. Menutup pintu, jendela dan 2. Udara didalam gedung yang area konstruksi dan
ventilasi yang tidak digunakan dilakukan renovasi akan sekitarnya sebelum
untuk menghindari debu disirkulasikan keluar secara ditempati
3. Menutup lokasi proyek dengan berkala dengan sistem HEPA 3. MMengecek ulang suhu
pembatas minimal 2 lapis atau Filter sebelum ditempati

18
menggunakan papan hingga 3. Ada sumber listrik alternatif 4. JJangan melepas
langit - langit sehingga yang dapat digunakan apabila penghalang debu
menghindari kontaminasi debu terjadi listrik mati terlebih dahulu sebelum
4. Menyediakan filtrasi pada local 4. Kontraktor wajib pekerjaan proyek selesai
exhaust mengirimkan lembar kerja dan dilakukan
5. Membuat isolasi system HVAC ICRA, daftar kontrol dan pembersihan area
di area konstruksi untuk kontak informasi di tempat proyek secara
mencegah kontaminasi pada kerja menyeluruh dan siap
system salurannya 5. Mempertahankan tekanan untuk digunakan.
6. memasang unit udara negative udara negatif di tempat kerja 5. MMeninjau ulang
portable, yang harus minimal 0,01 "WG kondisi area proyek
dioperasikan selama masa 6. Ketika mengangkut material dengan Tim PPI sebelum
konstruksi dan sampah sisa melepas pengahalang
7. memperhatikan akses untuk pembangunan menggunakan debu
pekerja proyek dengan container yang tertutup 6. MMelepaskan
material dan sisa 7. Akses keluar masuk pekerja penghalang debu
pembongkaran, sebaiknya bebas dari puing – puing dengan hati – hati untuk
dibedakan bangunan meminimalkan debu dan
8. Membedakan akses antara 8. Frekuensi penggantian filter kotoran dari pekerjaan
pekerja proyek dengan pasien udara ditingkatkan konstruksi
dan pekerja rumah sakit 9. Pintu keluar masuk proyek
9. Memberi tanda petunjuk / selalu tertutup
peringatan yang jelas 10. Segera menutup kembali
10. Rute transportasi barang plafon atau langit – langit
bersih tidak dekat dengan setelah dilakukan
material yang terkontaminasi pembongkaran
11. Terdapat anteroom 11. Bagian kebersihan, harus
melakukan pembersihan lebih
sering disekitar area yang
berdekatandengan area
konstruksi
12. Membersihkan sampah sisa
konstruksi sebelum
meninggalkan area konstruksi
13. Melakukan monitoring
tekanan negative di area
konstruksi dan
mendokumentasikan setiap
hari

19
14. Melakukan pemeriksaan
terhadap pengahalang debu
setiap hari dan
mendokumentasikan hasilnya
15. Sistem ventilasi yang baru
harus dilindungi dari debu
konstruksi sampai pekerjaan
konstruksi selesai

KELAS IV(Tambahan dari kelas I, II dan III)

PENGENDALIAN INFEKSI DAN KUALITAS UDARA

Sebelum Pekerjaan Berlangsung Saat Pekerjaan Berlangsung Saat Pekerjaan Selesai

1. Memberikan fasilitas anteroom


dan meminta untuk setaip
pekerja yang masuk dan keluar
area proyek melewati anteroom.
Anteroom tersebut berguna
untuk sebagai ruang antara area
proyek dengan area non proyek,
atau daerah sekitar proyek
2. Pekerja konstruksi akan
membersihkan area anteroom
sebelum pekerjaan konstruksi
diserah terimakan ke pihak
rumah sakit
3. Pekerja menggunakan apron atau
baju khusus ketika memasuki
area proyek dan melepasnya
ketika menggialkan area proyek
4. Setiap pekerja yang masuk area
proyek wajib menggunakan
penutup sepatu.

20
Standart kualitas udara di rumah sakit

1. Tidak berbau ( terutama bebas dari H 2S dan Amoniak )

2. Kadar debu (Particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata-rata pengukuran 8
jam atau 24 jam tidak melebihi 150 µg/m 3, tidak mengandung deu asbes.

3. Kerusakan Utilitas dan Dampak

Selama kegiatan proyek adalah salah satu dari kemungkinan berikut yang akan terganggu atau
terkena dampak di area manapun di luar area kerja?

Ya Tdk NA

   Ketersediaan Air Water Supply

   Saluran Irigasi

   Sistem drainase atap

   Ketersediaan listrik

   Ketersediaan sumber listrik alternatif

   Sistem Ventilasi

   Oxygen

   Gas Medis

   Vakum Gas Medis

   Gas Medis Lainnya ; ____________________

 Room number that the sprinkler valve serving the area is located in:
_________________________________________________________________________

21
Apabila ada beberapa yang mengalami gangguan, mohon dijelaskan langkah – langkah yang harus
diambil untuk mengurangi dampak dari gangguan tersebut

_________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________
________Tuliskan tindakan pencegahan yang akan dilakukan untuk memastikan bila terjadi
gangguan yang tidak diinginkan tidak terjadi

_________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________
__

4. Penilaian Kebisingan dan Getaran

Tuliskan setiap kegiatan yang akan menghasilkan kebisingan dan / atau getaran yang cenderung
mengganggu:

Aktifitas :

_________________________________________________________________________________
____________________________________________________

Waktu dan Durasi : ___________________________________

Standart kebisingan pada area rumah sakit

Standart Getaran

1. Getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan dan tangan pekerja
tidak melebihi 4m/det2
2. Getaran yang kontak langsung maupun tidak langsung pada seluruh tubuh tidak melebihi 0,5
m/det2

5. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

22
Penggunaan bahan baku ketika pelaksanaan pembangunan harus dikelola dan disimpan serta
dibuang dengan baik tidak boleh merusak lingkungan dan menggangu kesehatan.

Bahan yang digunakan

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Surat keterangan bahan

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Penyimpanan

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Pelabelan

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Pembuangan

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

6. Pelayanan kedaruratan

Strategi Mitigasi:

_________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________
__

Aktifitas:

_________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________
__

Waktu dan Durasi : ________________________________________________________

Strategi Mitigasi:

_________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________
__

Penilaian Lingkungan :

 Siapa yang bertanggungjawab setiap hari untuk kebersihan di area proyek ?


___________________________________________________________________

 Apakah setiap hari dilakukan pembersihan di lokasi proyek sebelum pekererjaan


selesai ? _____________________________________________________________

23
 Jika Iya, siapa yang bertanggungjawab akan hal tersebut ?
___________________________________________________________________
 Apakah ada kebutuhan khusus yang dibutuhkan untuk membersihkan area proyek
setiap harinya ? ______________________________________________________
 Jika Iya, Apa saja daftar kebutuhan khusus tersebut ?
______________________________________________________________________________

6. Resiko-resiko lain yang mempengaruhi perawatan, penyembuhan dan pelayanan


Kenyamanan istirahat pasien terganggu
a. Sering terbangun Ya Tidak
b. Tidak dapat tidur Ya Tidak
c. Dapat tidur Ya Tidak
Peningkatan tekanan darah pasien Ya Tidak
Mengalami sesak nafas Ya Tidak
Emosi meningkat/ complain Ya Tidak
Penutupan layanan Ya Tidak

F. Work permit
Suatu ijin kerja yang diberikan kepada pelaksana pekerjaan untuk dapat memulai pekerjaan dengan
memberikan syarat-syarat yang harus dipatuhi ketika pembangunan berlangsung.
Prosedur Ijin Kerja disusun dengan tujuan untuk memberi perlindungan bagi pekerja terhadap
kecelakaan dan atau kerusakan properti sebagai akibat suatu proses kerja yang mengandung resiko
tinggi.

Tatalaksana work permit


1. Petugas mengisi lokasi pekerjaan pada kolom lokasi.
2. Pemohon mengisi nama pemohon ijin kerja pada kolom nama pemohon.
3. Pemohon mengisi tanggal permintaan ijin pada kolom tanggal permintaan.
4. Petmohon mengisi estimasi lama pekerjaan akan berlangsung pada kolom lama pekerjaan.
5. Pemohon mengisi jam mulai pekerjaan pada kolom jam mulai.
6. Pemohon mengisi waktu berakhir jam kerja pada kolom jam selesai.
7. Pemohon mengisi jumlah tenaga yang bekerja pada kolom jumlah pekerja.
8. Pemohon mengisi siapa yang bertanggung jawab bila berlangsung pekerjaan pada kolom
penanggung jawab.
9. Pemohon mengisi peralatan yang membutuhkan listrik atau tidak pada kolom peralatan utility,
bila ya beritanda centang pada kolom ya, sebaliknya juga.
10. Petugas mencentang kolom resiko yang mungkin ada pada saat pekerjaan berlangsung.
11. Petugas mencentang kebutuhan material pada kolom material yang dibutuhkan.
12. Petugas mencentang ijin khusus yang diberikan bila ada pada kolom ijin khusus.
13. Petugas mencentang peralatan pencegahan dan perlindungan yang harus digunakan pada saat
bekerja pada kolom peralatan pencegahan dan perlindungan.

24
14. Petugas mencentang tindakan penangganan bahan berbahaya dan beracun bila menggunakan
pada kolom tindakan pengelolaan lingkungan.
15. Pemohon membubuhkan nama dan tanda tanggan pada kolom pemohon.
16. Pemohon memintakan tandatanggan pada pengawas pekerjaan pada kolom pengawas.
17. Petugas membubuhkan nama dan tanda tanggan pada kolom pemberi ijin.
18. Bila semua sudah menandatanggani berkas, petugas memintakan tandatanggan direktur pada
kolom direktur.
19. Petugas mencopy berkas dan menyerahkan copy ke pemohon dan mengarsip berkas asli.

G. Pengontrolan / inspeksi K3 pada kontruksi / renovasi.


Setiap kegiatan yang berada didalam rumah sakit oleh pihak independent atau ketiga harus
dilakukan control / inspeksi guna memastikan bahwa pekerjaan yang dilakukan itu aman dan benar
guna menjaga kemanan dan keselamatan bagi seluruh orang yang berada didalamnya dalam rangka
peningkatan mutu rumah sakit.
Pengontrolan /isnpeksi ini dilakukan oleh komite atau unit terkait yang telah disepakati diawal
ketika melakukan penyusunan penilaian risiko yang akan melakukan pengawasan guna memastikan
rekomendasi dari upaya pengendalian dilakukan oleh pelaksana sesuai dengan waktu yang telah
disepakati serta melihat kepatuhan dari pelaksana terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

Tatalaksana monitoring / inspeksi pembangunan atau renovasi


1. Supervisi dilakukan minimal sekali dalam setiap tahapan proses pembangunan.
2. Petugas komite / unit yang bertanggung jawab mencatat temuan keadaan yang tidak sesuai
dengan ketentuan dengan menggunakan checklist inspeksi K3 pada renovasi dan kontruksi
pembangunan gedung.
3. Petugas komite / unit yang bertanggung jawab menjelaskan hasil inspeksi/monitoring dan
meminta tanda tanggan pelaksana.
4. Petugas komite / unit yang bertanggung jawab melaporkan hasil inspeksi kepada direksi.
5. Petugas komite/unit yang bertanggung jawab memberikan rekomendasi hasil untuk
ditindaklanjuti oleh pelaksana pembangunan / renovasi.
6. Petugas komite / unit yang bertanggung jawab kembali melakukan inspeksi guna melihat tindak
lanjut rekomendasi yang telah diberikan.

H. Pelaporan
Hasil suatu kegiatan yang telah berlangsung perlu dilakukan pendokumentasian melalui prose s
pelaporan. Pelaporan kegiatan PCRA ini dilakukan oleh ketua Tim PCRA dengan support data dari
setiap unit atau komite yang melakukan pengawasan guna dianalisa dan dibuat rekomendasi
kepada pimpinan supaya resiko dan dampak yang mungkin terjadi dapat diminimalkan.

25
Tata laksana Pelaporan
1. Ketua Tim PCRA mengumpulkan berkas undangan, absensi dan notulensi pertemuan, kalau ada
foto pertemuan.
2. Ketua Tim PCRA membuat surat yang ditujukan kepada direktur berdasarkan hasil pertemuan,
inspeksi beserta rekomendasi dengan tembusan kebeberapa pihak yang terlibat.
3. Bagian Tata Usaha menyerahkan surat laporan kepada Kepala Bidang.
4. Kepala Bidang menerima surat laporan dari Bagian Tata Usaha.
5. Kepala Bidang menuliskan telaah pada lembar disposisi.
6. Ketua Tim PCRA menindaklanjuti berdasarkan perintah direktur dalam lembar disposisi.

BAB IV
DOKUMENTASI

Daftar Alat Pelindung Diri (APD)

26
ALAT PELINDUNG
DIRI TERHADAP PEKERJA
(APD)
HELM (SAFETY
HELMET) Pelindung kepala dari benda jatuh yang bisa mengenai kepala baik
secara langsung maupun tidak langsung

SEPATU Mencegah kaki dari benda tajam atau terjepit benda berat (misalnya
KESELAMATAN mencegah dari menginjak benda tajam atau kejatuhan alat) dan
(SAFETY SHOES) sengatan arus listrik

Melindungi tangan dari benda-benda tajam, goresan, bahan-bahan


SARUNG TANGAN kimia, benda panas/dingin, ataupun kontak arus listrik dan melindungi
dari cidera

Pelindung mata dari partikel-partikel kecil, debu, radiasi atau sinar


KACA MATA yang menyilaukan ketika bekerja
PENGAMAN

MASKER Penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas
udara yang buruk (berdebu, beracun)

Melindungi mata atau muka dari percikan bahan kimia


PELINDUNG
WAJAH / PERISAI
MUKA
Pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising karena
PELINDUNG DAN dapat mengurangi intensitas suara yang masuk ke dalam telinga,
PENUTUP TELINGA dipakai pada tingkat kebisingan 85 dBA ke atas

FORM 1. 4
TAHAPAN KEGIATAN

Nama :
PT / CV :

No Kegiatan Utama Rincian kegiatan

1 Persiapan / Pre Kontruksi

27
2 Pelaksanaan / kontruksi

3 Pasca pelaksanaan / kontruksi

28
Form 2.4
PENILAIAN RESIKO PEMBANGUNAN / RENOVASI ( PCRA)

Tanggal :

PRA-CONTRUCTION RISK ASSESSMENT (PCRA)


unit : Lokasi Pekerjaan : Disiapkan Oleh : Diperiksa Oleh : Disetujui Oleh :

Jadwal Pekerjaan :
No Area-area Kegiatan Identifikasi Konsekuensi/ Penilaian Resiko Langkah Jenis Setelah perbaikan PIC Tanggal
bahaya/Aspek Dampak perbaikan Pegendalian Penyelesaian Status
Lingkungan Lingkungan Risiko
S P NR S P NR
1.

29
FORM PRE CONSTRUCTION RIISK ASSESSMENT (PCRA)
PADA PROSES PEMBONGKARAN, RENOVASI DAN
KONSTRUKSI / PEMBANGUNAN GEDUNG

I. IDENTITAS PEKERJAAN

Nama pekerjaan:
Waktu pelaksanaan: Konsultan perencana:
Jumlah Naker : Kontraktor pelaksana:
No. Dokumen : Konsultan pengawas:

II. HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESSMENT PEMBANGUNAN / RENOVASI

Tipe konstruksi : A / B / C / D
(Konstruksi / Renovasi / Pembongkaran
Tingkat Risiko : rendah / sedang / tinggi / sangat tinggi
Kelas Pengendalian : I / II / III / IV
Persyaratan K3 pada saat proses pembongkaran, renovasi dan konstruksi / pembangunan
gedung:
1. Terdapat pagar pembatas proyek dengan area perawatan di RS. Pagar dipasang setinggi
minimal 2m dengan bahan tahan lama
2. Terpasang rambu-rambu dan signase berupa:
a. Papan nama proyek
b. Simbol dan lambang K3
c. Tanda larangan merokok
d. Tanda area / daerah dengan akses terbatas
3. Lokasi proyek, minimal mempunyai 2 akses utama keluar yang mudah teridentifikasi
sebagai jalur evakuasi dan pintu keluar masuk area proyek
4. Terdapat akses pasien sementara yang memadai selama proses konstruksi berlangsung
5. Area proyek harus menerapkan 5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin)
6. Terdapat ruang pertemuan di lokasi proyek
7. Terdapat kamar mandi sementara untuk pekerja proyek
8. Pekerja konstruksi dapat teridentifikasi (ID card/seragam) dan menggunakan alat
pelindung diri (APD) yang sesuai dan disediakan oleh kontraktor pelaksana

30
9. APD yang digunakan di lokasi proyek minimal helm proyek, masker, sepatu safety dan
sarung tangan.
10. Kontraktor menyediakan alat pemadam api ringan (APAR) yang siap digunakan di lokasi
proyek
11. Kontraktor menyediakan kotak P3K yang memadai dan siap digunakan (minimal tersedia
perban steril, iodin, antiseptik, plester, gunting)
12. Proyek diharapkan memiliki kegiatan rapat rutin dan safety talk/briefing untuk pekerja
13. Kontraktor memastikan keamanan sumber listrik yang digunakan dalam proses konstruksi
14. Area RS bebas dari asap rokok dan api
15. Pengukuran fisik pada area proyek dan lingkungan sekitar proyek sesuai dengan
persyaratan:
a. Kebisingan tidak melebihi nilai ambang batas (NAB: 85 dB)
b. Getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan dan
tangan pekerja tidak melebihi 4m/det2
c. Getaran yang kontak langsung maupun tidak langsung pada seluruh tubuh tidak
melebihi 0,5 m/det2
d. Kandungan debu maksimal di dalam udara area lokasi proyek dan lingkungan
sekitarnya tiidak melebihi 0,5 mg/m3
16. Pada proyek yang menggunakan B3 (bahan berbahaya dan beracun) harus melakukan
pengelolaan B3 sesuai dengan standard prosedur operasional sebagai berikut:
a. Tempat penyimpanan B3 harus terpisah dari bahan lain dan dirancang sesuai
karakteristik B3
b. Tempat penyimpanan B3 wajib dilengkapi sistem tanggap darurat.
c. B3 yang disimpan harus memiliki MSDS (material safety data sheet)
d. B3 yang disimpan dapat diidentifikasi jenis dan karakteristiknya
e. Apabila kegiatan proyek memiliki limbah B3, maka tempat pembuangannya harus
terpisah dari limbah lain dan berkoordinasi dengan bagian sanitasi
f. Apabila proyek menggunakan B3 atau menghasilkan limbah B3 wajib melapor ke Tim
K3
17. Kontraktor pelaksana melakukan sosialisasi pada seluruh pekerja proyek mengenai:
a. Prosedur evakuasi pada saat terjadi bencana
b. Lokasi APAR
c. Lokasi titik kumpul aman

31
d. Prosedur penanggulangan kebakaran
e. Kode-kode emergensi yang diterapkan RS:
Kode merah / red code : kebakaran
Kode biru / blue code : henti jantung
Kode kuning / yellow code : bencana eksternal
Kode coklat / brown code : bencana internal
Kode black / hitam code : ancaman bom
Kode pink code : ancaman personal / penculikan bayi
Kode silver/perak code : anaman dengan benda tajam
Kode grey/abu-abu code : adanya orang yang mencurigakan.
Kode orange/orange code : Tumphan bahan berbahaya dan beracun
18. Bangunan yang direnovasi sesuai standard K3 antara lain:
a. Setiap bangunan mempunyai minimal 2 akses keluar sebagai jalur evakuasi
b. Setiap pintu harus mengarah/mengayun keluar
c. Kamar mandi sesuai dengan ketentuan, pintu harus mengarah/mengayun keluar,
menggunakan kunci K3 terdapat handrail dan dilengkapi dengan nurse call
d. Setiap stop kontak dilengkapi dengan proteksi (child protection) minimal di area anak-
anak
e. Bangunan dilengkapi dengan sistem proteksi kebakaran seperti instalasi fire alarm,
smoke detector, hydran, sprinkler
f. Instalasi gas medis mudah teridentifikasi, terdapat penandaan pada valve dan box
panel harus terdapat sistem penguncian
19. Kontraktor wajib melaporkan kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja ke Tim
K3 RS

Pihak pelaksana Komite K3RS Komite PPI Ka. Tim PCRA

............................ ............................. ............................. .......................

32
CHECKLIST INSPEKSI K3 PADA RENOVASI DAN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG

PRE CONSTRUCTION

No. Obyek Ya Tdk NA Keterangan


1. Kontraktor pelaksana telah melapor kepada
depnaker sesuai pasal 2 Per 01/Men/1980
2. Kontraktor memiliki data lengkap setiap pekerja
serta sistem kerjanya
3. Semua pekerja harian lepas/borongan telah
mendapat perlindungan jaminan kesehatan
(pada pekerjaan dengan jangka waktu 6 bl)
4. Proyek mempunyai petugas K3 yang bersertifikat
5. Setiap bangunan mempunyai minimal 2 akses
keluar utama sebagai jalur evakuasi
Setiap pintu harus mengayun kearah luar
6. Setiap pintu harus mengayun keluar
7. Pada saat pintu dibuka harus menyisihkan ruang
tidak terhalangi minimal ½ lebar koridor
8. Pintu tangga darurat dapat tertutup rapat
(dengan door closer, arah ayun menuju tangga
darurat
9. Kamar mandi dilengkapi dengan:
 Pintu ke arah luar
 Menggunakan kunci K3
 Hand rail
 Nurse call
10. Stop contact dilengkapi dengan proteksi (child
protection)
11. Bangunan dilengkapi dengan sistem proteksi
kebakaran:
 Instalasi fire alarm
 Instalasi smoke detector
 Sprinkler
 Hydran gedung/luar gedung
12. Lain-lain

33
CHECKLIST INSPEKSI K3PADA RENOVASI DAN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG

CONSTRUCTION

No. Obyek Ya Tdk NA Keterangan


1. Semua pekerja harian lepas/borongan telah
mendapat perlindungan jaminan kesehatan (pada
pekerjaan dengan jangka waktu 6 bl)
2. Proyek mempunyai petugas K3 yang bersertifikat
3. Proyek memiliki kegiatan-kegiatan:
Rapat rutin
Safety talk/briefing
4. Terdapat ruang pertemuan di lokasi proyek
5. Terdapat pagar pembatas proyek dengan area RS.
Pagar berupa seng/bahan lain yang tahan lama,
aman dan mampu menghalangi debu/material
proyek. Dipasang tinggi minimal 2m
6. Terdapat jalan dan pintu keluar masuk proyek
yang jelas dan tidak terhalang
7. Terpasang rambu-rambu dan signage sebagai
berikut:
Papan nama proyek
Simbol dan lambang K3
Tanda larangan merokok
Yang tidak berkepentingan dilarang masuk
8. Pekerja konstruksi dapat teridentifiikasi
9. Area proyek bersih, tertata dan tidak
menghalangi proyek yang jelas dan tidak
terhalang akses pekerja
10. Area proyek dan RS bebas dari asap dan puntung
rokok
11. Kontraktor menyediakan APD sesuai jenis
pekerjaan dan jumlah pekerja
12. Pekerja menggunakan APD sesuia jenis
pekerjaannya
13. Kontraktor pelaksana menyediakan APAR yang
siap digunakan di lokasi proyek
14. Kebisingan tidak melebihi nilai ambang batas
(NAB) yang berlaku (85 dB)
15. Tersedia kotak P3K yang memadai dan siap pakai.
Minimal tersedia perban steril, iodin, antiseptik,
plester, gunting.
16. Bahan berbahya dan beracun (B3) yang
digunakan di proyek disimpan secara terpisah
dan digunakan sesuai MSDS
17. Pelaksana memberikan laporan tentang kegiatan
34
K3 di konstruksi
18. Lain-lain

FORM EVALUASI RENOVASI DAN KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG

Evaluasi

Saran-saran: Target Penyelesaian:

Disetujui Tanggal pemeriksaan


Pihak proyek (Kontraktor) Diperiksa oleh: K3 RS......................

Nama:______________________ Nama:_________________________

35
Form Work Permit/ ijin kerja

WORK PERMIT / IJIN KERJA

Lokasi pekerjaan : Nama Pelaksana : Tanggal perijinan :

Lama pekerjaan : jam mulai:kerja : jam selesai kerja :

Sifat / Jenis pekerjaaan :

Jumlah pekerja : Penanggung jawab :

Nama dan nama keluarga pekerja :

1.

2.

3.

Jika YA Kemudian Formulir ini harus ditandatangani


PERALATAN UTILIY YANG HARUS
YA TIDAK oleh penanggungjawab LOTO dan pengawas sebelum
DIKUNCI
menandatangan iIjin Kerja.

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN RESIKO

Jatuh dari tingkat sama Pengangkatan beban Terbakar (kimia / kimia) Radiasi ion

Jatuh dari ketinggian Kelistrikan (arus dan / atau statis) Kerja dibawah permukaan Pneumatik
(peralatan,
Benda jatuh Biologis Api dan bunga api energi, ...)

Bagian bergerak Kebisingan ATEX (ledakan) Suhuekstrim

Penghancuran Penggalian Tekanan (uap / hidrolik / peralatan) Polusi air

Sesak napas (CO / N2 /…) Sirkulasi (tabrakan dengan mobil) Kimia (bekerjadenganataudekatproduk) Polusiudara

Keracunan (H2S / Cl2 / O3 /.) Kabel atau pipa (tertanam/ tergantung) Polusitanah

Lainnya:

MATERIAL DIBUTUHKAN UNTUK KERJA

Truck (> 3,5 t)


Hand tools
Blowtorch Individual rolling platform Energy:
Alatpengangkat: bebanmaks=
Peralatan (elektrik /
Welding machine Mobile platform (nacelle) Fluid:
pneumatik)
Beratbeban:
Scaffolding High Pressure Cleaner Other:
Kompresor
Ketahanan sling/kabel:

IJIN KHUSUS UNTUK MELAKUKAN YA TIDAK


Bekerja di
Ijin Api / hotspots Ijin alat berat Entry Permit / confined spaces
ketinggian

Radiography
ATEX area Underwater works Lockouts (electric / mechanical / hydraulic)
permit

PERALATAN PENCEGAHAN DAN PELINDUNG Peralatan ‘‘wajib’’

36
Ventilasipaksa

Lampu ATEX Inerting……………


Helmet Pakaian pelindung panas
Full face maskdgncartridge
Very low voltage lighting Life jacket
Safety shoes Pakaian pelindung kimia
Breathing apparatus
APAR Rambu-rambu situs
Safety glass Sepatu-rompi anti air/waders
konstruksi
Self rescuer apparatus
Penyebaran air berkelanjutan
PPA Safety boots
Screen / Cover
Pelindungtelinga
System of alarm/alert
Rompi Sepatu boot kimia
Peralatan untuk kerja
Sarungtangan kulit handling
Talkie-walkie kelistrikan
KacamataUV Safety harness
Sarungtangan resiko kimia
Kontak Ruang kontrol Tanda situs konstruksi
Face shield Gas detector
(siang/malam)
Sarungtangan resiko biologi
Penutu panjalan
Face shield Tripod / hoist
Penjaga luar
Las Sarungtangan resiko panas
komunikasi proteksi pekerja permanen
Stop fall
tunggal
Masker debu Pakaian pelindung debu
Kehadiran safety
(P1/P2/P3) Lifeline
Material ATEX officer

lainnya:

TINDAKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Pengelolaan Limbah Pengelolaanketidaknormalan(straining, kebocoran ...)

Pengumpul limbah tersedia di situsLokasi:______________ Adanya penyerap (peralatan antipolusi) Shutter (pemutus)

Pemulihan limbah oleh subkontraktor Adanya tangki retensi lainnya:

Lainnya: Straining bins

Pemohon Ijin Pengawas Pemberi ijin Direksi

Nama Nama Nama Nama

Tanggal : Tanggal : Tanggal : Tanggal :

BAB V
37
PENUTUP

Demikian Panduan bangunan ini kami buat sebagai peganggan dalam melaksanakan pekerjaan dalam
sehari-hari, apabila terdapat kekurangan kita minta masukkan dan perbaikan semoga kedepan akan
lebih baik dalam perawatan bangunan khususnya pre contruction rsik assessment (PCRA) agar dapat
memberikan rasa aman dan nyaman bagi seluruh penghuni gedung.

Ditetapkan di : Tangerang Selatan

Pada Tanggal : 18 Januari 2022

DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM
KOTA TANGERANG SELATAN,

Dr. Umi Kulsum


NIP 19821215 201001 2 011

38

Anda mungkin juga menyukai