Anda di halaman 1dari 59

Kebijakan & Implementasi K3RS

di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta


2022

Kelompok 1: PW IT 2021
Diah Ratnaningsih Annisa W
Rachmadian Akmal Novayanti
Yunita IP
Iman Saeful
Puspita FS
Indra Dharma Nina Hertiwi P
Andi Pramono
Mengapa K3 penting di RS?
Rumah sakit merupakan tempat yang memiliki risiko Tuntutan yang semakin tinggi dari masyarakat
1
3 tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan SDM rumah 4 terhadap rumah sakit untuk menyediakan tempat
sakit (meliputi nakes, pasien, keluarga pasien maupun pelayanan kesehatan yang tidak hanya berkualitas
pengnjung). tetapi juga harus memiliki lingkungan yang aman.

Angka kecelakaan kerja di rumah sakit masih cukup


tinggi. Pada tahun 2018 jumlah kecelakaan kerja 1.326
2 kasus terdiri dari 560 kasus kecelakaan kerja terjadi di Memenuhi persayaratan akreditasi rumah sakit
rumah sakit (Riskesdas, 2018). 5 dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di
rumah sakit.
Angka penyakit akibat kerja di rumah sakit masih
cukup tinggi, seperti infeksi HIV (0,3%), risiko
3 pajanan membrane mukosa (1%), risiko pajanan kulit
(<1 %) dan sisanya tertusuk jarum, terluka akibat
pecahan gigi yang tajam dan bor metal, low back
paint, infeksi pernapasan, dermatitis, dan hepatitis.
Regulasi yang dipakai untuk
K3RS

• Permenkes No. 66 Tahun 2016 tentang K3RS


• Permenkes No. 11 Tahun 2022 tentang Penyakit Akibat Kerja
• Permenkes No. 52 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Permenkes No. 66 Tahun 2016
tentang K3 Rumah Sakit
Amanat dan Arah
Rumah Sakit mempunyai risiko keselamatan dan Kesehatan Kerja yang spesifik sehingga perlu dikelola dengan baik agar
dapat menjadi tempat kerja yang sehat, aman dan nyaman. Oleh karena itu diperlukan komitemen dari Kepala atau
Direktur Rumah Sakit terhadap pelaksanaan K3RS. Pelaksanaan K3RS dapat tercapai bila semua pihak yang
berkepentingan yaitu pimpinan Rumah Sakit, manajemen, karyawan, dan SDM Rumah Sakit lainnya berperan serta
dalam menjalankan perannya masing-masing.

> Setiap Rumah Sakit wajib menyelenggarakan K3RS.


> Penyelenggaraan K3RS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. membentuk dan mengembangkan SMK3 Rumah Sakit; dan
b. menerapkan standar K3RS.

Untuk terselenggaranya K3RS secara optimal, efektif, efisien, dan berkesinambungan, Rumah Sakit membentuk atau
menunjuk satu unit kerja fungsional yang mempunyai tanggung jawab dalam menyelenggarakan K3RS.
Tujuan K3 RS

Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki 3 (tiga)


tujuan dalam pelaksanaannya berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja. 3 (tiga) tujuan utama penerapan K3
berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tersebut antara lain :

1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang


lain di tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan
efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.
8 Program & Kegiatan K3RS wajib

1.Manajemen risiko K3RS


2.Keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit
3.Pelayanan Kesehatan Kerja
4.Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek
keselamatan dan Kesehatan Kerja
5.Pencegahan dan pengendalian kebakaran
6.Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan
Kesehatan Kerja
7.Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
8.Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana.
8 Program & Kegiatan K3RS
Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Th. 2022 :

1. Manajemen Resiko (di Ruang Pengelolaan Linen /


Laundry)
Diperlukan penyelenggaraan Pengawasan Linen (Laundry) sebagai upaya
pengawasan terhadap tahapan-tahapan pencucian linen di RS untuk mengurangi
risiko gangguan kesehatan dan lingkungan hidup yang ditimbulkan, karena linen
merupakan salah satu kebutuhan pasien di RS yang dapat memberikan dampak
nyaman dan jaminan kesehatan. Penglolaan linen yang buru akan menyebabkan
potensi penularan penyakit bagi pasien, staf dan pengguna linen lainnya.

Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit
Hasil
Observasi
Terdapat aktifitas manajemen resiko pengelolaan linen di RSUP
dr Sarjito, antara lain :
• Perencanaan kebutuhan linen, berdasarkan catatan kebutuhan perbulan,
pemusnahan linen yang sudah tidak layak pakai secara berkala.
• Pengaturan distribusi linen
• Pengaturan pekerjaan laundry / binatu
• Pemeliharaan peralatan laundry / binatu
• Pengawasan kegiatan di laundry / binatu dan unit.
Hasil
Penerimaan
Observasi
• Linen yang diterima dicatat dan dipilah antara infeksius dan non infeksius.
• Terdapat alur dan Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak dilakukan bersamaan.

Pencucian dan Penyetrikaan


• Linen masuk ditimbang untuk disesuaikan dengan kapasitas mesin
• Terdapat Detergent, desinfektan dan pewangi yang sudah diatur secara otomatis dari satu ruangan kontrol.
• Terdapat mesin pencucian yang dipisahkan antara linen infeksius dan linen non infeksius
• Pintu masuk cucian dan pintu keluar cucian sudah menggunakan dua arah (pintu masuk dari area pencucian
linen dan pintu keluar di area pengering)
• Pengeringan linen sudah memakai mesin pengering (dryer) sehingga didapat hasil pengeringan yang baik.
• Penyeterikaan sudah menggunakan mesin flat ironer sehingga didapat hasil seterikaan yang baik.
• Linen bersih ditata sesuai jenisnya
• Kereta dorong dicuci dengan disinfektan setelah digunakan mengangkut linen kotor.
• Alur dan Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak dilakukan bersamaan.
• Linen bersih diangkut dengan kereta dorong yang berbeda dengan linen kotor
Hasil
APD dan Lainnya
Observasi
• Terdapat tempat APD dan tempat pemakaian APD serta tempat bak tersendiri untuk APD yang sudah dilepaskan,
Petugas yang bekerja dalam pengelolan laundry linen menggunakan alat pelindung diri seperti masker, sarung
tangan, apron, sepatu boot, penutup kepala.
• Dalam area laundry tersedia fasilitas wastafel, pembilas mata
• Terdapat alur kerja :
Kunjungan di Instalasi Laundry

 Petugas sudah menggunakan APD (masker


+ sarung tangan)
 Baju tidak seragam ada yang lengan
panjang ada yang lengan pendek
 Saran diseragamkan dengan baju lengan
panjang sebagai APD juga
UNIT LAUNDRY
 Keselamatan kerja di bagian
laundry salah satunya diawasi
dengan thermometer (untuk
mengawasi suhu ruang)
 Dari wawancara disampaikan
bahwa beberapa bulan
sebelumnya suhu di ruangan
sempat tidak terkontrol sehingga
banyak pekerja yang mengalami
sakit abis kerja (ex: dehidrasi,
ISK, dll)
 Lalu dilakukan evaluasi 
penambahan kipas angin dan
kontroling suhu lebih ketat 
hasilnya ruangan lebih aman dan
nyaman untuk pekerja
Hasil
APD dan Lainnya
Observasi
• Terdapat Proses Identifikasi Resiko di Binatu RS Sarjito dan SPO
Kunjungan di Instalasi Laundry

 Petugas sudah menggunakan APD (masker


+ sarung tangan)
 Baju tidak seragam ada yang lengan
panjang ada yang lengan pendek
 Saran diseragamkan dengan baju lengan
panjang sebagai APD juga
UNIT LAUNDRY
 Keselamatan kerja di bagian
laundry salah satunya diawasi
dengan thermometer (untuk
mengawasi suhu ruang)
 Dari wawancara disampaikan
bahwa beberapa bulan
sebelumnya suhu di ruangan
sempat tidak terkontrol sehingga
banyak pekerja yang mengalami
sakit abis kerja (ex: dehidrasi,
ISK, dll)
 Lalu dilakukan evaluasi 
penambahan kipas angin dan
kontroling suhu lebih ketat 
hasilnya ruangan lebih aman dan
nyaman untuk pekerja
2. Keselamatan dan Keamanan
di Rumah Sakit
Pasal 2 PERMENKES 66 tahun 2016 :

Pengaturan K3RS bertujuan untuk terselenggaranya keselamatan dan


Kesehatan Kerja di Rumah Sakit secara optimal, efektif, efisien dan
berkesinambungan.

Pasal 7 PERMENKES 66 tahun 2016 :

Pelaksanaan rencana K3RS Meliputi :


1. Manajemen risiko K3RS
2. Keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit
3. Pelayanan Kesehatan Kerja dst.
Maksud dan Tujuan

Kesehatan dan Keamanan Kerja

1. Untuk mencegah terjadinya terjadinya kecelakaan dan cidera ditempat


kerja
2. Mempertahankan kondisi yang aman bagi sumber daya manusia Rumah
Sakit, pasien, pendamping pasien dan pengunjung.
Pelaksanaan K3RS di RSUP Sardjito
“keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit “

1. Melakukan pemantauan area-area yang diidentifikasi


berisiko keamananan menggunakan CCTV dan Alarm
2. Tenaga security yang memadai
3. Manajemen staff dengan memastikan semua staff /
pegawai sudah teridenfikasi menggunakan id card
4. Kontrol akses terhadap area-area tertentu
Hasil Observasi di RSUP Dr Sardjito
Yogyakarta

IPAL
(Instalasi
Instalasi Pengolahan Air
Sterilisasi Sentral Limbah)
Dan Binatu (ISSB)
Foto-foto yang di dapat pada saat
kunjungan
- Tempat sampat terbuka /
tanpa tutup

- Jika musim hujan jalan aksesnya


berlumut (licin)
- Eternit retak /
Kunjungan di Instalasi IPAL

 Petugas sudah menggunakan APD (masker + sarung tangan)


 Baju tidak seragam ada yang lengan panjang ada yang lengan pendek
 Saran diseragamkan dengan baju lengan panjang sebagai APD juga
 Terdapat alat kerja tajam yang tidak disimpan dengan aman
3. Pelayanan Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah upaya peningkatan dan
pemeliharaan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
bagi pekerja di semua jabatan , pencegahan penyimpangan
kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan,
perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan, penempatan, dan pemeliharaan
pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang mengadapatasi
antara pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan
jabatannya.
• PERMENKES Nomor 66 Tahun 2016 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit
• Bab I pasal 1
PERMENKES No 66 Tahun 2016 – Pasal 14 Ayat 2
Kegiatan yang bersifat promotif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit
meliputi pemenuhan gizi kerja, kebugaran, dan pembinaan mental dan rohani.

Hasil Observasi
• Upaya promotif yang dilakukan oleh RSUP Dr. Sardjito adalah:
• Melakukan orientasi, edukasi, dan reedukasi mengenai K3 di RS
• Orientasi bagi karyawan baru & peserta didik baru
• Pelatihan wajib bagi seluruh karyawan
• Reedukasi maksimal setiap 3 tahun sekali
• Fitness status test
• Pemberian extra fooding
• Pendampingan penurunan BB bagi SDM over weight dan obesitas
• dll
PERMENKES No 66 Tahun 2016 – Pasal 14 Ayat 3
Kegiatan yang bersifat preventif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi
imunisasi, pemeriksaan kesehatan, surveilans lingkungan kerja, dan surveilans medik.

Hasil Observasi
• Upaya preventif yang dilakukan oleh RSUP Dr. Sardjito adalah:
• Pemeriksaan kesehatan
• Prakarya, berkala, khusus, purna karya. Setiap tahun karyawan
di cek kesehatannya sesuai tingkat dan jenis risiko bahaya di
lingkungan kerjanya
• Screening COVID-19 kepada seluruh karyawan KSM (KLB)
• Imunisasi bila diperlukan
• Contoh: vaksinasi HBV, COVID-19, dll
PERMENKES No 66 Tahun 2016 – Pasal 14 Ayat 4
Imunisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan bagi tenaga kesehatan
dan tenaga non kesehatan serta SDM Rumah Sakit lainnya yang berisiko.

Hasil Observasi
• Imunisasi dilakukan kepada seluruh personel rumah sakit
baik tenaga kesehatan maupun tenaga non kesehatan
serta SDM Rumah Sakit lainnya yang berisiko.
PERMENKES No 66 Tahun 2016 – Pasal 14 Ayat 5
Pemeriksaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan bagi SDM Rumah Sakit yang meliputi:
a. pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja;
b. pemeriksaan kesehatan berkala;
c. pemeriksaan kesehatan khusus; dan
d. pemeriksaan kesehatan pasca bekerja.

Hasil Observasi
• Pemeriksaan kesehatan sudah direncanakan untuk dilakukan
sesuai dengan peraturan menteri kesehatan, dimana
pemeriksaan kesehatan dilakukan prakarya (sebelum
bekerja), berkala, khusus, dan purna karya (pasca bekerja)
PERMENKES No 66 Tahun 2016 – Pasal 14 Ayat 6
Jenis pemeriksaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
disesuaikan berdasarkan risiko pekerjaannya.

Hasil Observasi
• Seharusnya MCU dilakukan kepada semua pekerja setahun
sekali, dengan ketentuan:
• Setahun sekali untuk Bangsal Infeksius dan Binatu
• Dua tahun sekali untuk layanan selain infeksius dan binatu
• Tiga tahun sekali untuk perkantoran dan Teknik
• Namun pada pelaksanaannya MCU belum dilaksanakan
semua
PERMENKES No 66 Tahun 2016 – Pasal 14 Ayat 7
Kegiatan yang bersifat kuratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi pelayanan tata
laksana penyakit baik penyakit menular, tidak menular, penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja,
dan penanganan pasca pemajanan (post exposure profilaksis).

Hasil Observasi
• Terdapat pedoman prosedur penanganan pasca pajanan
yang meliputi:
• Edukasi paska pajanan
• Eyewash
• Kotak P3K
• Investigasi KK
• Pembiayaan KK (Asuransi/BPJS)
4. PENGELOLAHAN
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3
DARI ASPEK K3
Telaah pemilihan B3 :
1. Jumlah ketersediaan B3 harus sesuai dengan kebutuhan dan dengan
ketersediaan tempat penyimpanan
2. Pengadaan bahan B3 disertai SDS, identifikasi, dan diseminasi risiko
terhadap pekerja
3. Transportasi dan penyimpanan harus aman sesuai sifat B3
4. Ada pelabelan dan symbol B3 pada kemasan
5. Penggunaan berdasarkan FIFO
6. Pengendalian risiko saat penggunaan B3
7. Pengamanan pengelolaan B3
IDENTIFIKASI B3
• Pembersih dan disinfektan Detergen, pembersih permukaan, hand
sanitizer, DDT, penharum ruangan, dll
• Reagen laboratorium  asam, basa, racun, oxidator, dll
• BHMP, obat, gas medis  sitostatika, oksigen, radiofarmako, nuklir, dll
• BBM, dll  solar, LPG, tinner, racun tikus, dll
Kunjungan di Instalasi
Laundry
 Terdapat rambu, symbol B3 yang
menunjukan klasifikasi B3
Kunjungan ke IPAL RSUD dr.
Sardjito
• Sumber limbah RS berasal dari:
1. Dapur
2. Laundry
3. Kantor
4. OK
5. Instalasi rawat inap
6. Laboratorium
7. Air limpasan tangki septik
8. Air hujan

• Teknik pengolahan limbah cair RS yang digunakan adalah metode lumpur aktif
Sumber : I Gede Agus Sastrawijaya, 2021, IPAL RSUD Sardjito
BAK UJI BIOLOGI II
• Berfungsi untuk mengetahui pengaruh air
limbah olahan terhadap hewan aquatik
setelah adanya pengolahan.
• Pada bak uji biologi II merupakan titik
pengambilan sampel limbah cair outlet.
5. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
KEBAKARAN

Usaha untuk mencegah terjadinya kebakaran di gedung Rumah


sakit dalam rangka mengamankan pasien, personil, dokumen,
dan material.
Tujuan
• untuk memastikan SDM Rumah Sakit, pasien,
pendamping pasien, pengunjung, dan aset Rumah Sakit
aman dari bahaya api, asap, dan bahaya lain.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT
Implementasi pada RSUP. Dr. Sardjito
• RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta telah memasang 87
titik papan code red di lingkungan rumah sakit
yang mencantumkan jadwal petugas sebagai
penanggung jawab (PJ) Api, PJ Pasien, PJ Aset
dan PJ Dokumen.
• Petugas tersebut berfungsi sebagai pemberi
komando upaya penanggulangan dan evakuasi
apabila terjadi bencana yang berdampak pada
internal rumah sakit karena kelalaian manusia
atau kerusakan alat misalnya kebakaran, ledakan
alat, kebocoran radiasi, maupun penyebab
bencana alam misalnya gempa, gunung meletus,
banjir, tsunami, angin topan dan lain-lain.
• Apabila tidak bisa mengatasi api, segera
menindaklanjuti dengan menghubungi pesawat
7777 dan berkoordinasi dengan pihak terkait
(Bagian Umum, IGD, UK3, IPSRS dan lain-lain)
sesuai alur pelaporan.
Implementasi pada RSUP. Dr.
Sardjito
• RSUP. Sardjito telah memiliki
alur pengkajian resiko
keselamatan kebakaran dan
telah disosialisasikan ke
seluruh sdm nya dengan video
dan simulasi.
Implementasi pada RSUP. Dr. Sardjito
RSUP. Sardjito juga telah dilengkapi
dengan APAR yang sesuai dengan
rekomendasi Permenakertrans No.
Per. 04/Men/1980 ttg Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan
APAR.
Implementasi pada RSUP. Dr.
Sardjito
• RSUP Dr. Sardjito memperioritaskan
media clean agent dan APAR untuk
ruang perawatan dan peralatan
medis.
• Pada gambar tersebut dapat dilihat
denah lokasi APAR di unit-unit
perawatan dan penyimpanan
peralatan medis.
PETUNJUK JALUR EVAKUASI DAN TITIK KUMPUL
 Sudah tersedia di banyak tempat
 Saran tersedia juga di bagian bawah tembok sehingga bila ada evakuasi kebakaran
(posisi jalan menunduk tetap terlihat)
APAR
 Dibeberapa sudut sudah tersedia APAR lengkap dengan petunjuk penggunannya
 Tetapi di beberapa sudut lain hanya simbolnya saja, unit nya tidak tersedia
TIM KODE MERAH
 Dibeberapa sudut sudah
tersedia papan tim kode merah
dan helm
 Tetapi pengisian papan belum
konsisten (seharusnya terisi dan
diganti setiap pergantian shift)
6. Pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek
keselamatan dan Kesehatan Kerja
Permenkes No 3 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
• Pasal 23 ayat 1 : Bangunan dan Prasarana harus memenuhi prinsip keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan
keamanan serta kemudahan.
• Keselamatan adalah suatu tingkatan keadaan tertentu dimana gedung, halaman dan peralatan rumah sakit
tidak menimbulkan bahaya atau resiko bagi pasien, staf dan pengunjung (standar MFK 1 KARS)
Pasal 23 ayat 2 : Rencana blok bangunan Rumah Sakit harus berada dalam satu area yang
terintegrasi dan saling terhubung.

RS Sardjito berada dalam satu


area yang terintegrasi dan saling
terhubung baik saat sekarang
(eksisting) maupun rencana
pengembangan kedepan
dengan jumlah gedung yang
lebih besar dengan jumlah yang
sedikit sehingga diharapkan
prasarana akan mempermudah
dalam pelayanan ke pasien
Pasal 23 ayat 3 : Bangunan dan prasarana harus memenuhi persyaratan teknis
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

RS Sardjito telah
memenuhi semua
persyaratan teknis sesuai
denga peraturan
perundang-undangan
Hasil Observasi :
Instalasi Binatu/Laundry RS Sardjito
sudah mengimplementasikan
Program 5R dilihat dari prasarana
yang tersusun rapih, terawat dan siap
pakai
Hasil Observasi :
Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) RS Sardjito
sudah dikelola dengan
sangat baik, bisa dilihat
dari adanya kolam yang
berfungsi untuk
mengetahui pengaruh air
limbah olahan terhadap
hewan (ikan) setelah
adanya pengolahan.
7. Pengelolaan Peralatan Medis
dari Aspek K3
8. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi
darurat atau bencana

Berdasarkan Permenkes No.66 Tahun 2016 pasal 11 ayat (1) huruf h,


Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana merupakan
salah satu Standar K3RS.
Jenis kesiapsiagaan berdasarkan Kesiapsiagaan RSUP dr. Sardjito Keterangan
Permenkes Permenkes 66 Tahun 2016
Pasal 19 ayat 1
identifikasi risiko kondisi darurat atau bencana Sardjito telah menyediakan nomor telepon
khusus untuk pelaporan darurat medik (6666)
dan non medik (7777)

penilaian analisa risiko kerentanan bencana Tim pengawas manajemen fasilitas dan
keselamatan RSUP dr. Sardjito sudah
melakukan penilaian indeks keamanan rumah
sakit secara berkala.

pemetaan risiko kondisi darurat atau bencana Telah mengimplementasikan zonasi area
selama masa pandemi Covid-19 (dalam hal ini
kondisi darurat medik) untuk meminimalisir
penularan. Berbeda zona maka juga ada
perbedaan APD

pengendalian kondisi darurat atau bencana RSUP dr. Sardjito sudah memiliki hospital
disaster plan terbaru tahun 2022 sebagai salah
satu langkah pengendalian kondisi darurat atau
bencana

simulasi kondisi darurat atau bencana. Simulasi kondisi darurat atau bencana sudah
dilakukan oleh karyawan, terutama untuk
bencana yang rentan terjadi seperti kebakaran
(video simulasi dan evakuasi ditunjukkan saat
kunjungan)
Perbaikan yang bisa dilakukan
• Menempatkan lebih banyak poster mengenai jalur dan cara evakuasi di
sekitar area pedestrian karena area tersebut ramai namun tidak banyak
petunjuk arah atau informasi mengenai jalur evakuasi bencana
• Membuka lebih banyak akses masuk/keluar rumah sakit (saat ini hanya
ada satu yaitu yang menghadap ke FK UGM) untuk mempermudah
jalannya evakuasi jika terjadi bencana
• Melakukan lebih banyak simulasi kondisi darurat atau bencana sesuai
jenis. Tidak hanya simulasi kebakaran atau gempa bumi, tapi juga
gangguan keamanan, ancaman bom, banjir, hingga penculikan bayi
sebagaimana tertuang dalam Permenkes No.66 Tahun 2016
Kesimpulan
Secara Umum Kebijakan & Implementasi K3RS di RSUP Dr
Sardjito Yogyakarta sudah berjalan dengan sangat baik, tidak
heran bila RSUP Dr Sardjito Yogyakarta mendapat Proper Biru
dalam PROPER Lingkungan Hidup, akan tetapi ada temuan
yang harus diperhatikan untuk pengembangan pelayanan yang
lebih baik di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, sebagian besar
temuan bersifat minor
• Baju tidak seragam ada yang lengan panjang ada yang lengan pendek
Saran diseragamkan dengan baju lengan panjang sebagai APD juga
• Tempat sampat terbuka / tanpa tutup
• Eternit retak
• Jika musim hujan jalan aksesnya berlumut (licin)
• Terdapat alat kerja tajam yang tidak disimpan dengan aman
• Seharusnya MCU dilakukan kepada semua pekerja setahun sekali, dengan
ketentuan:
a. Setahun sekali untuk Bangsal Infeksius dan Binatu
b. Dua tahun sekali untuk layanan selain infeksius dan binatu
c. Tiga tahun sekali untuk perkantoran dan Teknik
• Namun pada pelaksanaannya MCU belum dilaksanakan semua
• PETUNJUK JALUR EVAKUASI DAN TITIK KUMPUL
Sudah tersedia di banyak tempat
Saran tersedia juga di bagian bawah tembok sehingga bila ada evakuasi
kebakaran (posisi jalan menunduk tetap terlihat)
• APAR
Dibeberapa sudut sudah tersedia APAR lengkap dengan petunjuk
penggunannya
Tetapi di beberapa sudut lain hanya simbolnya saja, unit nya tidak tersedia
• TIM KODE MERAH
Dibeberapa sudut sudah tersedia papan tim kode merah dan helm
Tetapi pengisian papan belum konsisten (seharusnya terisi dan diganti setiap
pergantian shift)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai