Anda di halaman 1dari 22

PEMERINTAH KABUPATEN BUTON

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


Jalan Balai Kota Telp. (0402)2811108 Fax. (0402)2811108
PASARWAJO

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN BUTON
No : 039 TAHUN 2019
TENTANG
PANDUANMANAJEMEN RESIKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUTON

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN BUTON

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka mengelola resiko fasilitas dan


lingkungan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Buton diperlukan suatu panduan manajemen resiko;

b. Bahwa untuk maksud tersebut diatas ditetapkan Panduan


Manajemen Resiko di Rumah Sakit yang ditetapkan
melalui Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Buton.

Mengingat : 1. Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan


2. Kerja;
3. Undang-Undang No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan;
4. Undang-undang No13 Tahun 2003 tentang
5. Ketenagakerjaan;
6. Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
Undang-Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
7. Peraturan Pemerintah No 72 tahun 1998 tentang
Pengamaman Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;
Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2000 tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan
Radiasi Pengion (Lembaran Negara Republik Indonesia
8. Tahun 2000 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3992);
9. Peraturan Pemerintah No 50 tahun 2012 tentang
penerapan sistem manajemen K3;
10. Keputusan Presiden No 22 Tahun 1993 tentang Penyakit
Yang Timbul Karena Hubungan Kerja;
11. Keputusan Presiden No 7 Tahun 1999 tentang Wajib
Laporan Penyakit Akibat Hubungan Kerja;
Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 01/MEN/1981
tentang Kewajiban Melaporkan Penyakit Akibat Kerja;
12.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No 04/Men/1987


tentang Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan
13. Kerja (TIM K3) serta tata cara penunjukkan Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
Keputusan Menteri Kesehatan No 876/Menkes/SK/VIII/
14. 2001 tentang PanduanTeknis Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan;
15. Keputusan Menteri Kesehatan No 1217 / Menkes
/ SK/IX/2001 tentang PanduanPengamanan Dampak
Radiasi;
16. Keputusan Menteri Kesehatan No 1335/Menkes/SK/X/
2002 tentang Standar Operasional Pengambilan dan
Pengukuran Kualitas Udara Ruangan Rumah Sakit;
17. Keputusan Menteri Kesehatan No 1439 / Menkes / SK /
XI / 2002 tentang Penggunaan Gas Medis Pada Sarana
Pelayanan Kesehatan;
18. Keputusan Menteri Kesehatan No 351/ Menkes /
SK / III /2003 tentang Komite Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Sektor Pemerintah;
19. Keputusan Menteri Kesehatan No 1204 / Menkes /SK / X
/ 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit;
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 66
Tahun 2016 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit.

Menetapkan : MEMUTUSKAN

KESATU : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah


Kabupaten Buton tentang Panduan Manajemen Resiko di
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buton.
KEDUA : PanduanManajemen Resiko pada Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Buton sebagaimana tercantum dalam
lampiran keputusan ini;

KETIGA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan


dengan ketentuan bahwa segala sesuatunya akan diatur
kembali sebagaimana mestinya, apabila terdapat kekeliruan
dikemudian hari.

DITETAPKAN DI : PASARWAJO
PADA TANGGAL : 15 Januari 2019

DIREKTUR RSUD KAB.BUTON

dr. RAMLI CODE, M.MKes


PEMBINA, IV/a
NIP. 19720116 200212 1 004
Lampiran Keputusan Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Buton
Nomor : 039 TAHUN 2019
Tanggal : 15 Januari 2019

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAB. BUTON

BAB I
DEFINISI

A. Pendahuluan
Rumah sakit dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja
berkewajiban untuk mengidentifikasi bahaya dan mengendalikan seluruh
risiko strategis dan operasional yang penting. Hal ini mencakup seluruh area
baik manajerial maupun fungsional, termasuk area pelayanan, tempat
pelayanan, juga area klinis. Rumah sakit perlu menjamin berjalannya sistem
untuk mengendalikan dan mengurangi risiko. Manajemen risiko berhubungan
erat dengan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) rumah sakit
dan berdampak kepada pencapaian sasaran mutu rumah sakit.
Ketiganya berkaitan erat dalam suatu rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan. Hal ini meliputi dua hal :
1. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang ada di seluruh area rumah
sakit.
2. Reaktif atau responsif terhadap kerugian akibat dari keluhan, klaim, dan
insiden, serta respon terhadap laporan atau audit internal atau
eksternal.
Panduan ini akan menjelaskan mekanisme dan tanggung jawab untuk :
1. Identifikasi bahaya
2. Penilaian resiko
3. Evaluasi risiko
4. Pengendalian risiko/mengelola risiko
5. Mencatat risiko (risk register)

B. Batasan Operasional
1. Manajemen risiko K3 Rumah Sakit adalah upaya meminimalkan kerugian
terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja, pasien dan pengunjung di
Rumah Sakit. Risiko yang timbul di Rumah Sakit dapat menyebabkan
kerugian dalam bentuk cedera, sakit, kematian, kerusakan aset rumah
sakit, kerusakan lingkungan kerja, dan dapat menurunkan citra Rumah
Sakit.
2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau Sistem
Manajemen K3 (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan
secara keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharan kewajiban K3, dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produkatif.
3. Identifikasi bahaya adalah tahapan dari manajemen risiko yang dilakukan
untuk mengetahui jenis bahaya yang ada dalam suatu kegiatan tertentu.
4. Identifikasi risiko adalah proses menentukan apa yang dapat terjadi,
mengapa dan bagaimana.
5. Penilaian Risiko adalah upaya identifikasi dari risiko yang terjadi atau
berpotensi terjadi dalam pelayanan di rumah sakit dengan
mempertimbangkan klasifikasi dan derajat (grading) kerugian yang
mungkin terjadi sebagai akibat dari terpapar risiko tersebut.
6. Pengendalian risiko adalah bagian dari manajemen risiko yang melibatkan
penerapan kebijakan, standar, prosedur perubahan fisik untuk
menghilangkan atau mengurangi risiko yang kurang baik.
7. Kapasitas kerja adalah Status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik.
8. Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus ditanggung oleh
pekerja dalam melaksanakan tugasnya.
9. Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang pekerja yang
berkaitan dengan proses pekerjaan.
10. Investigasi adalah Pemeriksaan atau penyelidikan yang sah, sistematis, dan
terperinci untuk mengungkap fakta dan menentukan kebenaran dari suatu
masalah. Hal ini termasuk pengumpulan, pengolahan, pelaporan,
penyimpanan, pencatatan, analisa, evaluasi, produksi dan penyebaran
informasi yang sah.

11. Risk Rating adalah besarnya bahaya yang akan merefleksikan berapa lama
bahaya tersebut akan bertahan, seberapa besar pengaruhnya terhadap
fungsi individual atau organisasi, dan akan seberapa banyak biaya
pemulihannya.

12. Likelihood (Kemungkinan) adalah frekuensi dimana bahaya dapat


diperkirakan muncul sebagai akibat dari suatu hazard.
13. Konsekuensi (Dampak) adalah cedera, kerusakan atau kehilangan yang
dapat muncul akibat suatu hazard dan termasuk, sebagai contoh, cedera
fisik, stress mental, kerugian finansial dan kerusakan material.

14. Analisa risiko : Kegiatan analisa suatu risiko dengan cara menentukan
besarnya kemungkinan/probabilitas dan tingkat keparahan/severity dari
akibat atau konsekuensi suatu risiko. Analisa ini dilakukan untuk
membuat prioritas pengendalian risiko.

15. Penurunan Risiko merujuk kepada tindakan yang diambil dalam organisasi
untuk meletakkan sistem yang efektif untuk membuat bahaya menjadi
lebih kecil/sedikit.

16. Risiko Sisa : adalah sisa risiko tingkat terendah yang dapat dicapai setelah
upaya pengendalian /tindakan dilakukan.
BAB II

RUANG LINGKUP

A. Ruang Lingkup

1. Manajemen risiko K3 Rumah Sakit adalah upaya meminimalkan kerugian


terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja, pasien dan pengunjung di
Rumah Sakit. Risiko yang timbul di Rumah Sakit dapat menyebabkan
kerugian dalam bentuk cedera, sakit, kematian, kerusakan aset rumah
sakit, kerusakan lingkungan kerja, dan dapat menurunkan citra Rumah
Sakit. Manajemen risiko merupakan inti atau sasaran utama dari setiap
program K3 di Rumah sakit dan merupakan persyaratan dalam sistem
manajemen K3 seperti SMK3, OHSAS 18001, OHSA, ILO dan lain- lain.
Langkah-langkah dalam melakukan manajemen risiko secara garis besar
terdiri dari identifikasi bahaya, analisa risiko, dan pengendalian risiko.
2. Rumah Sakit dapat beroperasi dengan memberikan berbagai jenis
pelayanan kesehatan berupa rawat jalan, rawat inap, gawat darurat,
pelayanan laboratorium, farmasi, radiologi, dan lain sebagainya. Sarana &
prasarana tersebut perlu di pelihara dan dijaga kemanfaatan dan
keselamatannya, kaiyawan dan pengunjung rumah sakit perlu dijaga
keselamatannya.
3. Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja rumah sakit dan fasilitas
medis lainya perlu diperhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi
berbahaya yang ada di rumah sakit serta metode pengembangan program
keselamatan dan kesehatan kerja disana perlu dilaksanakan, seperti
misalnya perlindungan terhadap penyakit infeksi maupun non infeksi,
penanganan limbah medis dan penggunaan alat pelindung diri.

Dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif serta terciptanya
lingkungan kerja yang sehat, asri & nyaman. Sistem Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (SMK3 RS) melakukan identifikasi bahaya
di RS, analisa risiko, menilai tingkat risiko dan menemukan cara pengendalian
risiko di RS. Kegiatan tersebut meliputi :
1. Identifikasi dan evaluasi terhadap faktor yang berpotensi berbahaya di
rumah sakit ( faktor fisik, kimia, biologi ).
2. Kontrol terhadap faktor resiko keselamatan dan kesehatan kerja yang
meliputi:
a. Faktor fisik (Radiasi, suhu, kebisingan, kelembaban).
b. Faktor Kimiawi (Laboratorium, farmasi, MSDS, Label, fotocopy).
c. Faktor Ergonomi (menghindarkan terjadinya penyakit otot rangka).
d. Faktor Biologis (kuman, bakteri, virus, bloodborn pathogen).
e. Faktor Psikososial (stress kerja, kerja shift).
f. Faktor bahaya kebakaran, gas bertekanan tinggi, bahan mudah
terbakar.
g. Faktor bahaya spesifik menurut bagian / departemen.
h. Health and safety di laboratorium.
i. Penanganan limbah medis (padat, cair, b3 dan gas).
j. Pengenalan dan pembudayaan pemakaian alat pelindung diri.
k. Kontrol terhadap infeksi nosokomial dan patient safety.
l. RS dilengkapi dengan CCTV untuk meningkatkan keamanaan dan
mendeteksi dini terhadap bahaya yang terjadi termasuk disediakan fire
alarm.

Berikut ini adalah tabel potensi bahaya yang ada di Rumah Sakit

Tabel Potensi bahaya yang ada di Rumah Sakit

No Bahaya Potensi Resiko


1. Bahaya bahan  Kontak dengan bahan kimia korosif.
kimia  Kontak dengan bahan kimia beracun.
 Kontak dengan bahan kimia reaktif.
 Kontak dengan bahan kimia mudah terbakar.
 Terpapar gas/uap korosif.
 Terpapar gas/uap beracun.
 Terpapar gas/uap reaktif.
 Terpapar gas/uap mudah terbakar
2. Bahaya Radiasi/  Terpapar sinar laser
Radioaktif  Terpapar sinar X
 Terpapar sinar ultra-violet, misalnya pada
pengelasan
 Terpapar sinar yang berlebihan/kurang
pencahayaan
 Terpapar sinar radiasi
3. Bahaya Listrik  Kontak dengan aliran listrik
 Kontak dengan listrik statis dan arus searah,
misalnya baterai
4. Bahaya  Kontak dengan suhu panas, misalnya api
Temperatur  Terpapar panas, misal kena uap
 Kontak dengan suhu dingin, misalnya frostbite
 Terpapar dingin, misalnya ruangan pendingin
5. Bahaya Kebakaran  Bahan mudah terbakar
dan Peledakan
 Bahan mudah beraksi
 Bahan mudah meledak
 Hubungan arus pendek
 Tekanan berlebihan
6. Bahaya Biologis  Terkena penyakit menular/infeksi
 Terpapar pathogen, bakteri atau virus

7. Bahaya Ergonomi  Terlalu lama berdiri


 Terlalu lama gerakan berulang
 Terlalu lama pada posisi yang tidak benar
 Terlalu lama mengangkat barang
 Terlalu lama menarik/mendorong
 Terlalu lama menggunakan kekuatan tangan

8. Bahaya Jatuh  Jatuh dari ketinggian yang sama


 Jatuh di ketinggian yang berbeda

9. Bahaya dari Benda  Terkena ujung yang lancip misalnya jarum,


Tajam
 Terkena ujung/bagian yang tajam misalnya
pisau, cutter
10. Bahaya Kebisingan  Terpapar suara bising
11. Bahaya Fisik  Tertabrak obyek bergerak
 Tertabrak obyek terbang
 Kejatuhan obyek
 Menabrak obyek bergerak
 Menabrak obyek tidak bergerak
 Menabrak obyek yang menonjol
 Terjepit diantra obyek bergerak
 Terjepit diantara obyek tidak bergerak
misalnya terperangkap di celah celah
12. Bahaya Lingkungan  Emisi, misalnya asap pembuangan, uap, asap
 Pembuangan air limbah, air kotor dsb
 Tumpahan/bocoran bahan kimia dsb
 Penggunaan sumber-sumber daya alam
misalnya kertas kimia dsb
 Kebisingan Tersambar petir-
13. Bahaya Perilaku • Terlalu percaya diri
• Bercanda pada saat bekerja
• Mengabaikan/tidak memenuhi aturan/prosedur
kerja
• Kondisi badan tidak sehat
• Tidak memakai alat pelindung diri
14. Bahaya Keamanan • Perampokan
• Pencurian
• Pencurian dengan kekerasan
• Hura-hura
• Demonstrasi
• Pembunuhan
• Meminta uang/barang
• Penipuan
Potensi Bahaya Menurut Area Kerja di Rumah Sakit (Pelayanan Pasien)

AREA PAJANAN
Perawatan • Biologis : Blood & Airborne pathogen Ergonomik, Lateks
• Kecelakaan : terpeleset, tertusuk benda tajam

Ruang Bedah • Biologis : Blood- & Airborne pathogen Ergonomic, Lateks


• Kecelakaan: terpeleset, tertusuk/tergores benda tajam
• Gas anestesi, Laser

Laboratorium • Kuman, virus, jamur, Formaldehid, toluene, xylene,


tertusuk jarum
• Kecelakaan & Ergonomi
Radiologi • Radiasi Pengion & non-pengion
• Patogen
• Kecelakaan
• Ergonomi
Fisioterapi • Ergonomi
• Kecelakaan
• Biologis
• Peralatan (konsleting listrik)
B. Tanggung Jawab
Dalam rangka mencapai tujuan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan
risiko K3, Rumah Sakit mengatur kewenangan dan tanggung jawab
manajemen rumah sakit :
1. Level rumah sakit oleh Tim Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Tim K3).
2. Level unit kerja/bagian dalam rumah sakit oleh Kepala Unit Kerja Rumah
Sakit.

Uraian tanggung jawab manajemen risiko :


1. Tanggung Jawab Pimpinan Rumah Sakit
a. Menetapkan kebijakan mengenai manajemen risiko rumah sakit.
b. Mengawasi dan memastikan sistim manajemen risiko berjalan dengan
baik dan berkesinambungan.
c. Menerima laporan dan rekomendasi pengelolaan/ pengendalian risiko
serta menindaklanjuti sesuai arah kebijakan rumah sakit termasuk
pendanaannya.
d. Mengambil alih tanggung jawab pengelolaan dan pengendalian insiden
keselamatan pasien sesuai grading risiko.
2. Tanggung Jawab Tim K3
a. Meninjau daftar risiko rumah sakit dan memberi rekomendasi untuk
menurunkan skor risiko.
b. Meninjau risiko-risiko ekstrim, tindakan, pengendalian, dan menyoroti
area-area utama kepada masing-masing kepala unit kerja terkait.
c. Membuat dan meninjau strategi dan kebijakan manajemen risiko.
d. Penyediaan pelatihan penilaian risiko.
e. Memantau daftar risiko per unit kerja untuk setiap perubahan.
f. Menjadi penilai resiko.
g. Memelihara dan membina daftar penilai risiko yang aktif.
h. Menanggapi permintaan audit internal dan eksternal berkaitan dengan
manajemen risiko.
i. Menanggapi permintaan pihak eksterna! untuk informasi berkaitan
proses risiko.
j. Membuat dan meninjau strategi dan kebijakan manajemen risiko.
k. Menilai risiko di area kerja mereka menggunakan Form Penilaian
Risiko, mengidentifikasi seluruh risiko.

3. Tanggung Jawab Unit / Instalasi / Bagian / Ruangan / Bidang / Komite


Kerja Kepala Unit / Instalasi / Bagian / Ruangan / Bidang /Komite Kerja
bertugas melaporkan seluruh risiko di tempat kerja mereka. Kepala Unit /
Instalasi / Bagian / Ruangan/Bidang/Komite Kerja bekerja sama dengan
Tim K3 dalam melakukan penilaian risiko. Adapun Kepala Unit / Instalasi
/ Bagian / Ruangan / Bidang / Komite Kerja bertanggung jawab untuk :
a. Pelaksanaan strategi dan kebijakan manajemen risiko di area tanggung
jawab mereka.
b. Melaporkan daftar risiko unit kerja masing-masing. Hal ini termasuk
mengumpulkan, meninjau, dan memutakhirkan data.
c. Melakukan validasi seluruh penilaian risiko yang dilakukan, dan
melakukan tindakan untuk mengurangi risiko yang teridentifikasi
sampai pada tingkat terendah yang mungkin dicapai.
d. Melengkapi Form Penilaian Risiko (meninjau / menyetujui
pemeringkatan matriks : menyatakan tindakan apa yang
diperlukan/diambil untuk menurunkan risiko sampai pada tingkat
terendah yang mungkin dicapai).
e. Penyediaan informasi yang sesuai dan memadai, pelatihan dan
supervisi bagi staf untuk mendukung penurunan risiko.
(Hal ini mencakup bahwa seluruh staf menghadiri training wajib yang
terkait).
f. Memantau perkembangan dari tindak lanjut pengelolaan resiko (PDSA).
g. Berkoordinasi dengan unit kerja lain, Tim K3 dan pimpinan RS dalam
melaksanakan manajemen resiko di Rumah Sakit.
h. Memastikan bahwa penilaian risiko divalidasi ulang pada jangka waktu
yang sesuai atau mengikuti perubahan keadaan. Frekuensi peninjauan
akan bervariasi mengikuti tingkat sisa risiko.

4. Tanggung Jawab Karyawan Rumah Sakit :


a. Seluruh staf mempunyai tanggung jawab untuk memberi informasi
kepada atasan mereka setiap bahaya yang bermakna di tempat kerja.
Apabila seorang staf menganggap ada hal yang serius yang telah mereka
laporkan kepada atasan langsung mereka, tetapi belum ditindaklanjuti,
mereka harus melaporkan ini kepada tingkat yang lebih tinggi atau bisa
langsung menghubungi Tim K3.
b. Dalam rangka untuk memastikan kebijakan ini dilaksanakan dengan
efektif, setiap kaiyawan harus :
1. Menghadiri pelatihan sebagaimana ditentukan oleh atasan mereka
atau oleh rumah sakit (misal induksi/orientasi dan prosedur baru,
pelatihan wajib : induksi, keselamatan kebakaran, memindahkan
dan mengangkat, keselamatan personal, dan lain-lain).
2. Dapat bekerja sama secara penuh dalam menerapkan pedoman,
protokol, dan kebijakan yang berkaitan dengan mutu, keselamatan
pasien, dan manajemen resiko.
3. Melaporkan setiap insiden dan kondisi yang beresiko dalam
melakukan kerja kepada atasan/Tim K3.
4. Mengikuti SOP dan panduan yang ditetapkan oleh Rumah Sakit.
5. Berpartisipasi aktif dalam proses penilaian risiko.
6. Memenuhi dan melaksanakan langkah pengendalian / tindakan
setelah penilaian dilakukan.
BAB III
TATA LAKSANA

A. Tahap persiapan.
Mengacu pada PMK No 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit. Pelaksanaannya harus dimulai dari direktur
utama/direktur RS (manajemen puncak) dengan tindakan nyata, agar dapat
diketahui, dipelajari, dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan
petugas. Bisa menggunakan jasa konsultan atau tanpa menggunakan jasa
konsultan jika RS memiliki personil yang cukup mampu untuk
mengorganisasikan dan mengarahkan orang. Membentuk kelompok kerja
penerapan K3, anggota kelompok kerja sebaiknya terdiri atas seorang wakil
dari setiap unit kerja, biasanya manajer unit kerja. Peran, tanggung jawab
dan tugas anggota kelompok kerja perlu ditetapkan. Sedangkan mengenai
kualifikasi dan jumlah anggota kelompok kerja disesuaikan dengan
kebutuhan RS menetapkan sumber daya yang diperlukan, sumber daya disini
mencakup orang (mempunyai tenaga K3), sarana, waktu dan dana.

B. TahapPerencanaan
Rumah Sakit harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai
keberhasilan penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan
dapat diukur. Perencanaan K3 di Rumah Sakit dapat mengacu pada standar
Sistem Manajemen K3RS. Diantaranya self assesment akreditasi K3RS dan
SMK3. Perencanaan meliputi identifikasi sumber bahaya, penilaian dan
pengendalian faktor risiko. Rumah Sakit harus melakukan kajian dan
identifikasi sumber bahaya, penilaian serta pengendalian faktor risiko.
Identifikasi sumber bahaya dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya, Jenis
kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi. Penilaian faktor risiko
adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan
melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan
dan keselamatan. Pengendalian faktor risiko dilaksanakan melalui 4
tingkatan tingkatan pengendalian resiko yakni menghilangkan bahaya,
menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat
risikonya lebih rendah / tidak ada (engineering /rekayasa), administrasi dan
alat pelindung diri (APD). Dalam membuat peraturan RS harus membuat
kebijakan, menetapkan dan melaksanakan standar prosedur operasional
(SPO) sesuai dengan peraturan, perundangan dan ketentuan mengenai K3
lainnya yang berlaku. SPO ini harus dievaluasi, diperbaharui dan harus
dikomunikasikan serta disosialisasikan pada karyawan dan pihak yang
terkait. RS harus mempertimbangkan peraturan perundang- undangan,
bahaya potensial dan risiko K3 yang bisa diukur, satuan/ indicator
pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka waktu pencapaian. Indikator
kinerja harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus
merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3 RS.
Perencanaan Manajemen Resiko Harus masuk kedalam program kerja K3,
agar bisa di monitoring, evaluasi dan dilakukan tindak lanjut.
C. Pengorganisasian
Pelaksanaan K3 di RS sangat tergantung dari rasa tanggung jawab
manajemen dan petugas, terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta
kerja sama dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan
melalui adanya aturan yang jelas. Dan ditunjuk seorang petugas yang
mertugas mengawasi, membimbing, melaporkan jika terjadi kasus sekaligus
mengevaluasi. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua
petugas, bimbingan dan latihan serta penegakkan disiplin. Ketua Tim /
satuan pelaksana K3 RS secara spesifik harus mempersiapkan data dan
informasi pelaksanaan K3 di semua tempat kerja, merumuskan
permasalahan serta menganalisis penyebab timbulnya masalah bersama
unit-unit kerja, kemudian mencari jalan pemecahannya serta
mengkomunikasikannya kepada unit-unit kerja, sehingga dapat
dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya memonitor dan mengevaluasi
pelaksanaan program, untuk menilai sejauh mana program yang
dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat kekurangan, maka perlu
diidentifikasi penyimpangannya serta dicari pemecahannya.

D. Identifikasi Hazard (Bahaya)


Identifikasi bahaya adalah suatu proses kajian kualitatif untuk
mengetahui adanya potensi bahaya dari suatu peralatan, proses, lingkungan
kerja, material atau kegiatan kerja di Rumah sakit.
Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap risiko yang ada di
Rumah Sakit. Identifikasi harus dilakukan terhadap semua risiko yang ada
di setiap bagian di Rumah sakit. Resiko dapat dibedakan menjadi resiko
potensial (dengan pendekatan pro aktif) dan insiden yang sudah terjadi
(dengan pendekatan reaktif / responsif). Mengidentifikasi bahaya dapat dari
berbagai cara, misalnya :
1. Informasi Internal (Rapat bagian/kordinasi, audit, laporan insiden, klaim,
komplain).
2. Informasi eksternal (Panduandari pemerintah, organisasi profesi, lembaga
penelitian).
3. Pemeriksaan atau audit eksternal.
Ada beberapa tools untuk mengidentifikasi bahaya dan menilai resiko
K3 di RS yaitu Form Hospital Safety Index (HSI), form Hazard Identification
Risk Assesment and Determined Control (HIRADC) dan Hazard Vurnerrabilty
Analisys (HVA). Berikut ini adalah contoh beberapa bahaya dan resiko yang
berhasil teridentifikasi di Rumah Sakit
1. Instalasi Pelayanan Gawat Darurat
Risiko bahaya yang dihadapi oleh petugas medis, paramedis dan non
paramedik IGD adalah :
a. Tertular penyakit pasien
b. Penyakit rangka akibat angkat-angkut pasien
c. Stress kerja
d. Bahaya kebakaran akibat konsleting peralatan listrik
e. Bahaya ledakan tabung gas medic
2. Unit Pelayanan Rawat Jalan
Risiko bahaya yang dihadapi oleh petugas medis, paramedis dan non
paramedik Unit Rawat Jalan adalah :
a. Tertular penyakit pasien
b. Penyakit rangka akibat angkat-angkut pasien
c. Stress kerja
d. Bahaya kebakaran akibat konsleting peralatan listrik
3. Unit Pelayanan Rawat Inap
Risiko bahaya yang dihadapi oleh petugas medis, paramedis dan non
paramedik Unit Rawat Inap adalah :
a. Tertular penyakit pasien
b. Penyakit rangka akibat angkat-angkut pasien
c. Stress kerja
d. Bahaya kebakaran akibat konsleting peralatan listrik
4. Unit Pelayanan laboratorium
Risiko bahaya yang dihadapi oleh petugas medis, paramedis dan non
paramedik Unit pelayanan laboratorium adalah :
a. Tertular penyakit pasien
b. Tertusuk jarum suntik
c. Stress kerja
d. Bahaya kebakaran akibat konsleting peralatan listrik
5. Unit Pelayanan Radiologi
Risiko bahaya yang dihadapi oleh petugas medis, paramedis dan non
paramedik. Unit pelayanan Radiologi adalah :
a. Tertular penyakit pasien
b. Stress kerja
c. Bahaya kebakaran akibat konsleting listrik
d. Bahaya radiasi pengion X ray
e. Penyakit rangka akibat angkat-angkut pasien.
6. Unit Pelayanan Administrasi / Staff
Risiko bahaya yang dihadapi oleh petugas bagian administrasi / staff
adalah :
a. Stress kerja
b. Bahaya kebakaran akibat konsleting listrik
c. Debu dari ruang koridor
7. Unit Pengelolaan Linen
Risiko bahaya yang dihadapi oleh petugas pengelolaan linen adalah :
a. Tertular penyakit pasien
b. Stress kerja
c. Bahaya kebakaran akibat konsleting peralatan listrik
d. Penyakit rangka akibat angkat-angkut linen
8. Unit Pengelolaan Makanan / Dapur Gizi
Risiko bahaya yang dihadapi oleh petugas pengelolaan makanan adalah :
a. Stress kerja
b. Bahaya kebakaran kompor gas elpiji
c. Penyakit rangka akibat angkat-angkut bahan makanan
d. Terpeleset, terjatuh/kejatuhan benda yang diangkat
e. Luka kena pisau
f. Luka bakar karena percikan minyak panas atau tersiram air panas
g. Binatang mengerat, serangga
h. Bahan beracun
9. Instalasi Farmasi
Risiko bahaya yang dihadapi oleh petugas instalasi farmasi adalah :
a. Obat pasien tertukar, ED
b. Stress kerja
c. Bahaya kebakaran akibat konsleting listrik
d. Bahaya kebakaran akibat bahan kimia mudah terbakar
e. Penyakit akibat kerja (karena paparan bahan kimia)
f. Bahaya ledakan dari bahan kimia bersifat eksplosif, gas medic
10. Bagian Teknisi
Risiko bahaya yang dihadapi oleh teknisi adalah :
a. Tertular penyakit pasien
b. Stress kerja
c. Tersetrum akibat konsleting listrik
d. Tertimpa benda
e. Terjatuh
f. Luka akibat kerja
g. Terpapar bising
h. Terpapar debu
11. Bagian CSSD
Resiko bahaya yang dihadapi oleh petugas CSSD adalah :
a. Stress Kerja
b. Terpapar panas/uap air
c. Terpapar gas EO
d. Terpapar bising
12. Bagian Kamar Operasi
Risiko bahaya yang dihadapi oleh petugas medis, paramedis dan non
paramedik Unit Kamar Operasi adalah :
a. Tertular penyakit pasien
b. Stress kerja
c. Bahaya kebakaran akibat konsleting peralatan listrik
13. Bahaya pada Bangunan
Resiko bahaya yang dihadapi oleh bangunan adalah :
a. Bangunan rusak
b. Bangunan ambruk
c. Bangunan tersambar petir
d. Kebakaran
e. Bencana Alam
14. Bahaya pada Alat Medis dan Nonmedis
Resiko bahaya yang dihadapi oleh alat medis dan nonmedis adalah :
a. Alat rusak
b. Alat mencederai orang
c. Alat menyebabkan penyakit akibat kerja
d. Alat menyebabkan pencemaran lingkungan
E. Grading Resiko
Risiko atau insiden yang sudah teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya
(grading) dengan memperhatikan :
1. Tingkat peluang / frekwensi kejadian (likelihood)

TINGKAT DESKRIPSI PELUANG / FREKUENSI


RISIKO
1 Sangat jarang/ rare (> 5 tahun/kali)
2 Jarang/unlikely (> 2-5 tahun/kali)
3 Sedang (1 -2 tahun/kali)
4 Sering/Likely (beberapa kali/tahun)
5 Sangat sering/almost certain (tiap minggu/ bulan)

2. Tingkat dampak yang dapat / sudah ditimbulkan (consequence)

Rating Tingkat Efek Efek Terhadap Efek Pada


Konsekuensi Konsekuensi Terhadap Perusahaan Lingkungan
5 Fatality Manusia
Cacat tetap Perusahaan Menimbulkan
atau dapat berhenti/tutup kerusakan
mengakibat- atau rugi mulai lingkungan
kan kematian dari Rp1 milyar yang sangat
keatas besar dan
luas, bersifat
permanen
(berdampak
jangka
panjang dan
tidak bisa
direhabilitasi)
serta
memberikan
dampak
langsung
terhadap
masyarakat
luas

4 Berat Epidemik, Menghentikan Menimbulkan


Cidera yang proses di kerusakan
berakibat hari beberapa/ lingkungan
departemen atau
hilang dan yang besar
rugi kurang dari
berakibat dan luas,
Rp 1 milyar dan
cacat terus
mulai dari Rp.
sebagian 100.000.000 menerus
dalam jangka
waktu yang
panjang
dapat
direhabilitasi
tetapi
mkemerlukan
biaya yang
mahal
3 Sedang Cidera yang Menghentikan Menimbulkan
berakibat hari proses di suatu kerusakan
hilang (lost bagian/ lingkungan
time) tanpa departemen yang besar
berakibat atau rugi (melebihi nilai
cacat kurang dari baku mutu
Rp100.000.000 lingkungan/
Dan mulai dari ketentuan
Rp. 1.000.000 lainnya) dan
luas
(menyebar
sampai
keluar
lokasi/tempat
kejadian)
namun tidak
bersifat
2 Ringan permanen.
Cidera ringan Menghentikan Menimbulkan
mendapat proses kerusakan
P3K atau sebagian kecil lingkungan di
perawatan atau rugi wilayah
medis dan kurang dari setempat
dapat bekerja Rp 1.000.000 yang dapat
kembali di dan mulai dari segera
waktu Rp 1 ditangani dan
shiftnya tidak bersifat
permanen
1 Nearmiss Hanya Tidak ada Tidak ada
memerlukan pengaruh polusi yang
penanganan signifikan dan
P3K dapat
diabaikan
F. Analisa Resiko
Analisa dilakukan dengan menentukan score risiko atau insiden tersebut
untuk menentukan prioritas penanganan dan level manajemen yang harus
bertanggung jawab untuk mengelola/mengendalikan risiko/insiden tersebut
termasuk dalam kategori biru/hijau /kuning/merah.
1. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut
sesuai skor dan grading yang didapat dalam analisis.
2. Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai,
dan meliputi proses berikut :
a. Menilai secara obyektif beratnya/dampak/akibat dan menentukan
suatu skor.
b. Menilai secara obyektif kemungkinan/peluang/frekuensi suatu
peristiwa terjadi dan menentukan suatu skor.
c. Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko.
3. Penilaian risiko akan dilaksanakan sebagai berikut.
a. Resiko dinilai oleh Tim K3, yang akan mengidentifikasi bahaya, efek
yang mungkin terjadi dan pemeringkatan risiko.
b. Resiko dinilai oleh unit/bagian/instalasi/bagian/komite terkait.
Setelah resiko ditetapkan, maka kemudian resiko akan dilakukan
grading / pemeringkatan untuk mendapatkan nilai tingkat peluang
terjadi dan tingkat dampak nya. Setelah didapat, maka akan dikalikan
dengan rumus berikut :
SKOR RISIKO = DAMPAK X PELUANG

4. Analisa Resiko
a. Resiko dinilai oleh Tim K3.
b. Resiko dinilai oleh unit/bagian/instalasi/bagian/komite terkait.
Setelah mendapatkan skor resiko, maka Tim K3 akan menganalisa
resiko tersebut dengan menggunakan Risk Grading Matriks.
Potencial Concequences
Frekuensi/
Nearmiss Ringan Sedang Berat Fatal
Likelyhood
1 2 3 4 5
Sangat Sering Terjadi
(Tiap Minggu/ Bulan) Moderate Moderate High Ekstrem Ekstrem
5
Sering Terjadi
(Beberapa kali/ tahun) Moderate Moderate High Ekstrem Ekstrem
4
Sedang
(Sekali dalam 1-2 Low Moderate High Ekstrem Ekstrem
tahun)
3
Jarang Terjadi (Terjadi
Moderat
dalam 2-5 tahun Low Low High Ekstrem
e
sekali)
2
Sangat Jarang Terjadi
Moderat
(Terjadi >5 tahun Low Low High Ekstrem
e
sekali)
1
Keterangan :
Ekstrem : Harus selalu monitor (Setiap akan ada pekerjaan terkait/setiap
hari)
Tinggi : Harus selalu dimonitor (seminggu sekali)
Moderate : Secara periodik dimonitor (Sebulan sekali)
Low : Sesekali dimonitor (setiap enam bulan sekali)

G. Pengelolaan Resiko
Hal ini akan menentukan evaluasi dan tata laksana selanjutnya. Untuk
risiko/insiden dengan kategori biru dan hijau maka evaluasi cukup dengan
investigasi sederhana sedangkan untuk kategori kuning dan merah perlu
dilakukan evaluasi lebih mendala dengan metode investigasi kecelakaan.
Setelah dilakukan penilaian resiko langkah selanjutnya adalah menentukan
tindakan pengelolaan resiko sebagai berikut :
1. Risk Retention : dilakukan pada resiko yang tingkatnya rendah (probability
dan dampak yang rendah), misalnya kerusakan pada peralatan yang tidak
membahayakan. Resiko dalam hal ini umumnya dapat dikelola atau
diatasi oleh rumah sakit.
2. Risk Transfer : dilakukan pada resiko yang jarang terjadi tapi bisa
berakibat serius (probability rendah, dampaknya tinggi). Dalam keadaan
seperti ini dilakukan pengalihan resiko agar pihak lain ikut menanggung
melalui kontrak, kerjasama, joint venture dan asuransi.
3. Risk Reduction : dilakukan pada resiko yang sering terjadi, tetapi
akibatnya tidak membahayakan ( probability tinggi, dampaknya rendah ),
misalnya kecelakaan kerja yang berakibat cidera ringan. Dalam keadaan
ini dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi resiko dengan penerapan
teknologi pengendalian.
4. Risk Avoidance : dilakukan pada resiko yang sering terjadi dan berdampak
tinggi (probability & dampak tinggi) misalnya kecelakaan yang sering
terjadi dan berakibat fatal. Dalam keadaan ini kegiatan yang menimbulkan
resiko tersebut sebisa mungkin dihindari atau tidak dilaksanakan. Dalam
melaksanakan tindakan pengelolaan resiko, dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Perencanaan (Plan)
b. Pelaksanaan (Do)
c. Pelajari (Study)
d. Perbaikan & tindakan (Action)

Tabel penanda tingkat risiko dan skala waktu yang dapat diterima
untuk memulai tindakan
Tingkat Risiko Target Waktu untuk Memulai
Ekstrim (15-25) Segera atau paling lambat dalam 2 X 24
Tinggi (8-12) Sampaijam
2 minggu
Sedang (4-6) Sampai 6 minggu
RisikoRendah (1-3) Sampai 12 minggu

Pelaksana
Tingkat Kategori Warna Tinjauan Frekuensi
Sisa Risiko Risiko Penilaian Tinjauan
Risiko
Ekstrim Ekstrim
Merah Direktur RS Bulanan
(15-25) (15 - 25)
Tinggi Tinggi Tiap 2
Jingga Kepala Unit Kerja
(8 - 12) (8 - 12) bulan
Sedang Sedang Tiap 3
Kuning Kepala Ruang/ Seksi
(4 - 6) (4 - 6) bulan
Ekstrim Rendah Tiap 6
Hijau Kepala Ruang/ Seksi
(15 - 25) (1 - 3) bulan

H. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Risiko :


1. Terhadap Petugas
a. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan pra kerja, rutin dan khusus.
b. Pemberian alat pelindung diri dan mengupayakan budaya safety
work.
c. Pembinaan mental / bimbingan rohani secara rutin (setiap hari
Rabu).
d. Pemberian ekstra fooding untuk shif pagi dan makan bagi shif malam.
e. Pemberian vaksinasi penyakit menular (Hepatitis, HIV/AIDS).
2. Terhadap Peralatan Kerja
a. Melakukan kalibrasi alat-alat medis.
b. Melakukan pemeriksaan dan pemeliharaan alat secara rutin.
c. Melakukan perbaikan alat-alat yang rusak.
3. Terhadap Lingkungan Kerja
a. Melakukan pemantauan dan pemeriksaan kebersihan ruangan.
b. Melakukan pemantauan dan pengukuran suhu, kebisingan,
pencahayaan, kelembaban secara rutin, usap alat, usap baju kerja.
c. Melaksanakan pemeriksaan kualitas air bersih, air minum, air
limbah, uji emisi gas, uji sterilitas alat bedah, uji kualitas udara ruang
steril, uji sterilitas alat makan dan minum.
d. Memberantas binatang pengganggu secara kontinyu.
4. Terhadap Bangunan
a. Melakukan perbaikan-perbaikan gedung/bangunan yang rusak.
b. Pemeriksaan dan pemeliharaan instalasi listrik, telpon, air.
c. Melaksanakan sertifikasi peralatan penangkar petir, listrik/genset.

I. Daftar Resiko
Daftar risiko adalah pusat dari proses manajemen risiko K3 rumah sakit.
Setelah identifikasi, penilaian, dan pengendalian awa! suatu risiko, risiko dan
rencana tindakan yang berhubungan dengannya akan dimasukkan ke dalam
daftar risiko unit kerja. Semua resiko, baik resiko rendah maupun ekstrem
wajib dicatat. Risiko ekstrim yang dapat membahayakan sasaran-sasaran
organisasi secara bermakna, juga akan dicatat dalam daftar risiko korporat.
Salinan dari seluruh penilaian perlu untuk dipelihara. Kepala Unit Kerja
haras menentukan siapa yang akan menangani penilaian risiko di dalam unit
kerja mereka masing-masing.
1. Daftar Risiko Tim K3
Daftar risiko Tim K3 dan rencana tindakan yang berhubungan akan
ditinjau, didiskusikan dan dimutakhirkan pada pertemuan Tim K3 Setiap
Bulan.
2. Daftar Risiko Korporat
a. Daftar risiko korporat adalah suatu dokumen yang didisain untuk
memberi informasi kepada Direksi Rumah Sakit perihal risiko tingkat
tertinggi di rumah sakit; dan menjamin pengendalian serta tindakan
telah dilakukan berupa menghilangkan risiko atau menurunkannya
sampai pada tingkat terendah yang mungkin.
b. Risiko ekstrim dengan skor 15 atau lebih pada daftar risiko unit kerja
akan dimasukkan dalam daftar risiko korporat. Proses ini akan
dilakukan oleh Tim K3.
c. Komite K3 akan meninjau daftar risiko korporat sebelum diserahkan
kepada Direksi Rumah Sakit.

J. Pengawasan, Audit dan Peninjauan


Kebijakan ini akan diawasi melalui audit tahunan melihat kepada sampel
laporan insiden beserta hasil investigasinya, daftar risiko unit kerja dan daftar
risiko korporat.

K. Komunikasi dan Konsultasi


Di dalam melaksanakan tugasnya tim manajemen risiko harus terus menerus
menjalin komunikasi dengan berbagai pihak baik yang terkait langsung
dengan risiko/insiden maupun yang tidak terkait namun memiliki
pengetahuan mengenai risiko/insiden yang sedang dievaluasi. Di dalam
melaksanakan fungsinya, tim dapat pula berkonsultasi baik secara internal
maupun external sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan dari masalah yang
sedang dievaluasi. Di dalam melakukan evaluasi, tim diharapkan dapat
bekerja independen sehingga mampu menghasilkan evaluasi yang objektif
dan akhirnya membuat rekomendasi (Action Plan) yang benar-benar sesuai
dengan kebutuhan untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien.
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi antara lain :

1. Semua hasil pemeriksaan dicatat dan dilaporkan untuk dilakukan evaluasi


dan tindak lanjut.
2. Untuk hal yang bersifat khusus agar dilaporkan pada kesempatan pertama
kepada Direktur RS.
3. Foto-foto kegiatan dikumpulkan dalam satu file kegiatan.
4. Dokumentasi terkait lainnya meliputi :
a. SPO-SPO.
b. Formulir HSI, Formulir HIRADC, Formulir JSA, Formulir PCRA.
c. Panduan/Pedoman.
d. Surat Keputusan.
e. Bukti pendukung lainnya.

DIREKTUR RSUD KAB.BUTON

dr. RAMLI CODE, M.MKes


PEMBINA, IV/a
NIP. 19720116 200212 1 004

Anda mungkin juga menyukai