Menetapkan : MEMUTUSKAN
DITETAPKAN DI : PASARWAJO
PADA TANGGAL : 15 Januari 2019
BAB I
DEFINISI
A. Pendahuluan
Rumah sakit dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja
berkewajiban untuk mengidentifikasi bahaya dan mengendalikan seluruh
risiko strategis dan operasional yang penting. Hal ini mencakup seluruh area
baik manajerial maupun fungsional, termasuk area pelayanan, tempat
pelayanan, juga area klinis. Rumah sakit perlu menjamin berjalannya sistem
untuk mengendalikan dan mengurangi risiko. Manajemen risiko berhubungan
erat dengan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) rumah sakit
dan berdampak kepada pencapaian sasaran mutu rumah sakit.
Ketiganya berkaitan erat dalam suatu rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan. Hal ini meliputi dua hal :
1. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang ada di seluruh area rumah
sakit.
2. Reaktif atau responsif terhadap kerugian akibat dari keluhan, klaim, dan
insiden, serta respon terhadap laporan atau audit internal atau
eksternal.
Panduan ini akan menjelaskan mekanisme dan tanggung jawab untuk :
1. Identifikasi bahaya
2. Penilaian resiko
3. Evaluasi risiko
4. Pengendalian risiko/mengelola risiko
5. Mencatat risiko (risk register)
B. Batasan Operasional
1. Manajemen risiko K3 Rumah Sakit adalah upaya meminimalkan kerugian
terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja, pasien dan pengunjung di
Rumah Sakit. Risiko yang timbul di Rumah Sakit dapat menyebabkan
kerugian dalam bentuk cedera, sakit, kematian, kerusakan aset rumah
sakit, kerusakan lingkungan kerja, dan dapat menurunkan citra Rumah
Sakit.
2. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau Sistem
Manajemen K3 (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan
secara keseluruhan yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharan kewajiban K3, dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produkatif.
3. Identifikasi bahaya adalah tahapan dari manajemen risiko yang dilakukan
untuk mengetahui jenis bahaya yang ada dalam suatu kegiatan tertentu.
4. Identifikasi risiko adalah proses menentukan apa yang dapat terjadi,
mengapa dan bagaimana.
5. Penilaian Risiko adalah upaya identifikasi dari risiko yang terjadi atau
berpotensi terjadi dalam pelayanan di rumah sakit dengan
mempertimbangkan klasifikasi dan derajat (grading) kerugian yang
mungkin terjadi sebagai akibat dari terpapar risiko tersebut.
6. Pengendalian risiko adalah bagian dari manajemen risiko yang melibatkan
penerapan kebijakan, standar, prosedur perubahan fisik untuk
menghilangkan atau mengurangi risiko yang kurang baik.
7. Kapasitas kerja adalah Status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat melakukan
pekerjaannya dengan baik.
8. Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus ditanggung oleh
pekerja dalam melaksanakan tugasnya.
9. Lingkungan kerja adalah lingkungan terdekat dari seorang pekerja yang
berkaitan dengan proses pekerjaan.
10. Investigasi adalah Pemeriksaan atau penyelidikan yang sah, sistematis, dan
terperinci untuk mengungkap fakta dan menentukan kebenaran dari suatu
masalah. Hal ini termasuk pengumpulan, pengolahan, pelaporan,
penyimpanan, pencatatan, analisa, evaluasi, produksi dan penyebaran
informasi yang sah.
11. Risk Rating adalah besarnya bahaya yang akan merefleksikan berapa lama
bahaya tersebut akan bertahan, seberapa besar pengaruhnya terhadap
fungsi individual atau organisasi, dan akan seberapa banyak biaya
pemulihannya.
14. Analisa risiko : Kegiatan analisa suatu risiko dengan cara menentukan
besarnya kemungkinan/probabilitas dan tingkat keparahan/severity dari
akibat atau konsekuensi suatu risiko. Analisa ini dilakukan untuk
membuat prioritas pengendalian risiko.
15. Penurunan Risiko merujuk kepada tindakan yang diambil dalam organisasi
untuk meletakkan sistem yang efektif untuk membuat bahaya menjadi
lebih kecil/sedikit.
16. Risiko Sisa : adalah sisa risiko tingkat terendah yang dapat dicapai setelah
upaya pengendalian /tindakan dilakukan.
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Ruang Lingkup
Dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif serta terciptanya
lingkungan kerja yang sehat, asri & nyaman. Sistem Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (SMK3 RS) melakukan identifikasi bahaya
di RS, analisa risiko, menilai tingkat risiko dan menemukan cara pengendalian
risiko di RS. Kegiatan tersebut meliputi :
1. Identifikasi dan evaluasi terhadap faktor yang berpotensi berbahaya di
rumah sakit ( faktor fisik, kimia, biologi ).
2. Kontrol terhadap faktor resiko keselamatan dan kesehatan kerja yang
meliputi:
a. Faktor fisik (Radiasi, suhu, kebisingan, kelembaban).
b. Faktor Kimiawi (Laboratorium, farmasi, MSDS, Label, fotocopy).
c. Faktor Ergonomi (menghindarkan terjadinya penyakit otot rangka).
d. Faktor Biologis (kuman, bakteri, virus, bloodborn pathogen).
e. Faktor Psikososial (stress kerja, kerja shift).
f. Faktor bahaya kebakaran, gas bertekanan tinggi, bahan mudah
terbakar.
g. Faktor bahaya spesifik menurut bagian / departemen.
h. Health and safety di laboratorium.
i. Penanganan limbah medis (padat, cair, b3 dan gas).
j. Pengenalan dan pembudayaan pemakaian alat pelindung diri.
k. Kontrol terhadap infeksi nosokomial dan patient safety.
l. RS dilengkapi dengan CCTV untuk meningkatkan keamanaan dan
mendeteksi dini terhadap bahaya yang terjadi termasuk disediakan fire
alarm.
Berikut ini adalah tabel potensi bahaya yang ada di Rumah Sakit
AREA PAJANAN
Perawatan • Biologis : Blood & Airborne pathogen Ergonomik, Lateks
• Kecelakaan : terpeleset, tertusuk benda tajam
A. Tahap persiapan.
Mengacu pada PMK No 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit. Pelaksanaannya harus dimulai dari direktur
utama/direktur RS (manajemen puncak) dengan tindakan nyata, agar dapat
diketahui, dipelajari, dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan
petugas. Bisa menggunakan jasa konsultan atau tanpa menggunakan jasa
konsultan jika RS memiliki personil yang cukup mampu untuk
mengorganisasikan dan mengarahkan orang. Membentuk kelompok kerja
penerapan K3, anggota kelompok kerja sebaiknya terdiri atas seorang wakil
dari setiap unit kerja, biasanya manajer unit kerja. Peran, tanggung jawab
dan tugas anggota kelompok kerja perlu ditetapkan. Sedangkan mengenai
kualifikasi dan jumlah anggota kelompok kerja disesuaikan dengan
kebutuhan RS menetapkan sumber daya yang diperlukan, sumber daya disini
mencakup orang (mempunyai tenaga K3), sarana, waktu dan dana.
B. TahapPerencanaan
Rumah Sakit harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai
keberhasilan penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan
dapat diukur. Perencanaan K3 di Rumah Sakit dapat mengacu pada standar
Sistem Manajemen K3RS. Diantaranya self assesment akreditasi K3RS dan
SMK3. Perencanaan meliputi identifikasi sumber bahaya, penilaian dan
pengendalian faktor risiko. Rumah Sakit harus melakukan kajian dan
identifikasi sumber bahaya, penilaian serta pengendalian faktor risiko.
Identifikasi sumber bahaya dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya, Jenis
kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi. Penilaian faktor risiko
adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan
melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan
dan keselamatan. Pengendalian faktor risiko dilaksanakan melalui 4
tingkatan tingkatan pengendalian resiko yakni menghilangkan bahaya,
menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralatan lain yang tingkat
risikonya lebih rendah / tidak ada (engineering /rekayasa), administrasi dan
alat pelindung diri (APD). Dalam membuat peraturan RS harus membuat
kebijakan, menetapkan dan melaksanakan standar prosedur operasional
(SPO) sesuai dengan peraturan, perundangan dan ketentuan mengenai K3
lainnya yang berlaku. SPO ini harus dievaluasi, diperbaharui dan harus
dikomunikasikan serta disosialisasikan pada karyawan dan pihak yang
terkait. RS harus mempertimbangkan peraturan perundang- undangan,
bahaya potensial dan risiko K3 yang bisa diukur, satuan/ indicator
pengukuran, sasaran pencapaian dan jangka waktu pencapaian. Indikator
kinerja harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus
merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3 RS.
Perencanaan Manajemen Resiko Harus masuk kedalam program kerja K3,
agar bisa di monitoring, evaluasi dan dilakukan tindak lanjut.
C. Pengorganisasian
Pelaksanaan K3 di RS sangat tergantung dari rasa tanggung jawab
manajemen dan petugas, terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta
kerja sama dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan
melalui adanya aturan yang jelas. Dan ditunjuk seorang petugas yang
mertugas mengawasi, membimbing, melaporkan jika terjadi kasus sekaligus
mengevaluasi. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua
petugas, bimbingan dan latihan serta penegakkan disiplin. Ketua Tim /
satuan pelaksana K3 RS secara spesifik harus mempersiapkan data dan
informasi pelaksanaan K3 di semua tempat kerja, merumuskan
permasalahan serta menganalisis penyebab timbulnya masalah bersama
unit-unit kerja, kemudian mencari jalan pemecahannya serta
mengkomunikasikannya kepada unit-unit kerja, sehingga dapat
dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya memonitor dan mengevaluasi
pelaksanaan program, untuk menilai sejauh mana program yang
dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat kekurangan, maka perlu
diidentifikasi penyimpangannya serta dicari pemecahannya.
4. Analisa Resiko
a. Resiko dinilai oleh Tim K3.
b. Resiko dinilai oleh unit/bagian/instalasi/bagian/komite terkait.
Setelah mendapatkan skor resiko, maka Tim K3 akan menganalisa
resiko tersebut dengan menggunakan Risk Grading Matriks.
Potencial Concequences
Frekuensi/
Nearmiss Ringan Sedang Berat Fatal
Likelyhood
1 2 3 4 5
Sangat Sering Terjadi
(Tiap Minggu/ Bulan) Moderate Moderate High Ekstrem Ekstrem
5
Sering Terjadi
(Beberapa kali/ tahun) Moderate Moderate High Ekstrem Ekstrem
4
Sedang
(Sekali dalam 1-2 Low Moderate High Ekstrem Ekstrem
tahun)
3
Jarang Terjadi (Terjadi
Moderat
dalam 2-5 tahun Low Low High Ekstrem
e
sekali)
2
Sangat Jarang Terjadi
Moderat
(Terjadi >5 tahun Low Low High Ekstrem
e
sekali)
1
Keterangan :
Ekstrem : Harus selalu monitor (Setiap akan ada pekerjaan terkait/setiap
hari)
Tinggi : Harus selalu dimonitor (seminggu sekali)
Moderate : Secara periodik dimonitor (Sebulan sekali)
Low : Sesekali dimonitor (setiap enam bulan sekali)
G. Pengelolaan Resiko
Hal ini akan menentukan evaluasi dan tata laksana selanjutnya. Untuk
risiko/insiden dengan kategori biru dan hijau maka evaluasi cukup dengan
investigasi sederhana sedangkan untuk kategori kuning dan merah perlu
dilakukan evaluasi lebih mendala dengan metode investigasi kecelakaan.
Setelah dilakukan penilaian resiko langkah selanjutnya adalah menentukan
tindakan pengelolaan resiko sebagai berikut :
1. Risk Retention : dilakukan pada resiko yang tingkatnya rendah (probability
dan dampak yang rendah), misalnya kerusakan pada peralatan yang tidak
membahayakan. Resiko dalam hal ini umumnya dapat dikelola atau
diatasi oleh rumah sakit.
2. Risk Transfer : dilakukan pada resiko yang jarang terjadi tapi bisa
berakibat serius (probability rendah, dampaknya tinggi). Dalam keadaan
seperti ini dilakukan pengalihan resiko agar pihak lain ikut menanggung
melalui kontrak, kerjasama, joint venture dan asuransi.
3. Risk Reduction : dilakukan pada resiko yang sering terjadi, tetapi
akibatnya tidak membahayakan ( probability tinggi, dampaknya rendah ),
misalnya kecelakaan kerja yang berakibat cidera ringan. Dalam keadaan
ini dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi resiko dengan penerapan
teknologi pengendalian.
4. Risk Avoidance : dilakukan pada resiko yang sering terjadi dan berdampak
tinggi (probability & dampak tinggi) misalnya kecelakaan yang sering
terjadi dan berakibat fatal. Dalam keadaan ini kegiatan yang menimbulkan
resiko tersebut sebisa mungkin dihindari atau tidak dilaksanakan. Dalam
melaksanakan tindakan pengelolaan resiko, dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Perencanaan (Plan)
b. Pelaksanaan (Do)
c. Pelajari (Study)
d. Perbaikan & tindakan (Action)
Tabel penanda tingkat risiko dan skala waktu yang dapat diterima
untuk memulai tindakan
Tingkat Risiko Target Waktu untuk Memulai
Ekstrim (15-25) Segera atau paling lambat dalam 2 X 24
Tinggi (8-12) Sampaijam
2 minggu
Sedang (4-6) Sampai 6 minggu
RisikoRendah (1-3) Sampai 12 minggu
Pelaksana
Tingkat Kategori Warna Tinjauan Frekuensi
Sisa Risiko Risiko Penilaian Tinjauan
Risiko
Ekstrim Ekstrim
Merah Direktur RS Bulanan
(15-25) (15 - 25)
Tinggi Tinggi Tiap 2
Jingga Kepala Unit Kerja
(8 - 12) (8 - 12) bulan
Sedang Sedang Tiap 3
Kuning Kepala Ruang/ Seksi
(4 - 6) (4 - 6) bulan
Ekstrim Rendah Tiap 6
Hijau Kepala Ruang/ Seksi
(15 - 25) (1 - 3) bulan
I. Daftar Resiko
Daftar risiko adalah pusat dari proses manajemen risiko K3 rumah sakit.
Setelah identifikasi, penilaian, dan pengendalian awa! suatu risiko, risiko dan
rencana tindakan yang berhubungan dengannya akan dimasukkan ke dalam
daftar risiko unit kerja. Semua resiko, baik resiko rendah maupun ekstrem
wajib dicatat. Risiko ekstrim yang dapat membahayakan sasaran-sasaran
organisasi secara bermakna, juga akan dicatat dalam daftar risiko korporat.
Salinan dari seluruh penilaian perlu untuk dipelihara. Kepala Unit Kerja
haras menentukan siapa yang akan menangani penilaian risiko di dalam unit
kerja mereka masing-masing.
1. Daftar Risiko Tim K3
Daftar risiko Tim K3 dan rencana tindakan yang berhubungan akan
ditinjau, didiskusikan dan dimutakhirkan pada pertemuan Tim K3 Setiap
Bulan.
2. Daftar Risiko Korporat
a. Daftar risiko korporat adalah suatu dokumen yang didisain untuk
memberi informasi kepada Direksi Rumah Sakit perihal risiko tingkat
tertinggi di rumah sakit; dan menjamin pengendalian serta tindakan
telah dilakukan berupa menghilangkan risiko atau menurunkannya
sampai pada tingkat terendah yang mungkin.
b. Risiko ekstrim dengan skor 15 atau lebih pada daftar risiko unit kerja
akan dimasukkan dalam daftar risiko korporat. Proses ini akan
dilakukan oleh Tim K3.
c. Komite K3 akan meninjau daftar risiko korporat sebelum diserahkan
kepada Direksi Rumah Sakit.