Anda di halaman 1dari 36

KODE ETIK PENYELENGGARA PEMILU

Prof. Dr. Muhammad, S.IP, M.Si


DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU
REPUBLIK INDONESIA

Jakarta, 25 Juni 2022


Disampaikan pada kelas Madrasah Pemilu 2022 (MALU 2022)
Lingkar Studi Demokrasi dan Pemilu (LSDP)
PENDAHULUAN

HASIL PEMILU
BERMARTABAT
PEMILU
BERINTEGRITAS

SISTEM ETIKA
PENYELENGGARA
PEMILU
Demokrasi yang diawali
dari pemilu, harus
menghasilkan pemimpin
yang berintegritas.
Dan pemilu yang
berintegritas, diawali
dari Penyelenggara
Pemilu yang
Berintegritas
SYARAT PEMILIHAN DEMOKRATIS

1. Regulasi yang Jelas dan Tegas

2. Peserta Pemilu yang Taat Aturan

3. Pemilih Yang Cerdas dan Partisipatif

4. Birokrasi Netral

5. Penyelenggara yang Kompeten &


Berintegritas
KPU

DKPP
1. PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILU (Pasal 460)
Pelanggaran terhadap tata cara, prosedur, atau
mekanisme yg berkaitan dg administrasi pelaksanaan
Pemilu dalam setiap tahapan penyelenggaraan.

2. PELANGGARAN KODE ETIK PENYELENGGARA PELANGGARAN


PEMILU (Pasal 456) PERSELISIHAN ADMINISTRASI
Pelanggaran terhadap etika penyelenggara Pemilu HASIL PEMILU PEMILU

yang berdasarkan sumpah dan/atau janji sebelum


menjalankan tugas sebagai penyelenggara Pemilu.
SENGKETA PELANGGARAN
3. TINDAK PIDANA PEMILU (476 ayat 1-2) PEMILU
KODE ETIK
PENYELENGGARA
Laporan tindak pidana pelanggaran dan/atau PEMILU
kejahatan terhadap ketentuan TP Pemilu yang
diteruskan Bawaslu (Pusat, Prov, Kab/Kota) kpd
Kepolisian. TP dinyatakan setelah berkoordinasi SENGKETA TINDAK
dengan Kepolisan dan Kejaksaan dalam Gakumdu. TUN PIDANA
PEMILU PEMILU
4. SENGKETA PROSES PEMILU (Pasal 466)
Sengketa yg terjadi antar peserta Pemilu dan Sengketa
Peserta Pemilu dg penyelenggara pemilu sebagai
akibat dikeluarkannya Keputusan KPU, KPU Prov, KPU
Kab/Kota. Jika tidak terima dengan putusan bawaslu
dapat menempuh upaya ke PTUN.

5. PERSELISIHAN HASIL PEMILU (Pasal 473)


Perselisihan antara KPU dengan Peserta Pemilu
mengenai penetapan perolehan suara hasil Pemilu
secara Nasional.
SISTEM ETIKA
PENYELENGGARA PEMILU

ETIKA
MATERIL
KODE ETIK

SISTEM ETIKA
PENYELENGGARA
PEMILU

ETIKA
FORMAL
ACARA
KODE ETIK
LANDASAN KODE ETIK DAN
KODE PERILAKU PENYELENGGARA PEMILU
PRINSIP-PRINSIP KODE ETIK
PENYELENGGARA PEMILU
INTEGRITAS Penyelenggara Pemilu Berpedoman pada prinsip:

a. JUJUR maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara


Pemilu didasari niat untuk semata-mata terselenggaranya Pemilu sesuai
dengan ketentuan yang berlaku tanpa adanya kepentingan pribadi,
kelompok, atau golongan;
b. MANDIRI maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
bebas atau menolak campur tangan dan pengaruh siapapun yang mempunyai
kepentingan atas perbuatan, tindakan, keputusan dan/atau putusan yang
diambil;

c. ADIL maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu


menempatkan segala sesuatu sesuai hak dan kewajibannya;
d. AKUNTABEL bermakna dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban dilaksanakan dengan penuh
tanggung jawab dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
PRINSIP-PRINSIP KODE ETIK
PENYELENGGARA PEMILU
PROFESIONALITAS Penyelenggara Pemilu berpedoman pada prinsip:

a. BERKEPASTIAN HUKUM maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu,


Penyelenggara Pemilu melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. AKSESIBILITAS bermakna kemudahan yang disediakan Penyelenggara


Pemilu bagi penyandang disabilitas guna mewujudkan kesamaan
kesempatan;
c. TERTIB maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, keteraturan, keserasian, dan keseimbangan;

d. TERBUKA maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara


Pemilu memberikan akses informasi yang seluas-luasnya kepada
masyarakat sesuai kaedah keterbukaan informasi publik;
PRINSIP-PRINSIP KODE ETIK
PENYELENGGARA PEMILU
PROFESIONALITAS Penyelenggara Pemilu berpedoman pada prinsip:

e. PROPORSIONAL maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara


Pemilu menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan
umum untuk mewujudkan keadilan;
f. PROFESIONAL maknanya dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
memahami tugas, wewenang dan kewajiban dengan didukung keahlian atas dasar
pengetahuan, keterampilan, dan wawasan luas;
g. EFEKTIF bermakna dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
penyelenggaraan Pemilu dilaksanakan sesuai rencana tahapan dengan tepat
waktu;
h. EFISIEN bermakna dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara Pemilu
memanfaatkan sumberdaya, sarana, dan prasarana dalam penyelenggaraan
Pemilu sesuai prosedur dan tepat sasaran;
i. KEPENTINGAN UMUM bermakna dalam penyelenggaraan Pemilu, Penyelenggara
Pemilu mendahulukan kepentingan umum dengan cara yang aspiratif,
akomodatif, dan selektif.
PRINSIP DASAR ETIKA
PENYELENGGARA
PEMILU
1. Mentaati peraturan perundang-undangan
2. Non partisan dan netral
3. Transparan dan akuntabel
4. Melayani pemilih untuk menggunakan hak pilih
5. Tidak melibatkan diri dam konflik kepentingan
6. Akurat
1. TAAT HUKUM
➢ Mematuhi UU
➢ Menjamin regulasi penyelenggaraan Pemilu
disusun dan diterapkan secara adil dan tidak
memihak
➢ Memastikan semua pemangku kepentingan
yang terlibat dalam Pemilu diperlakukan
secara adil
2. NON PARTISAN DAN NETRAL
➢ Tidak melakukan sesuatu tindakan yang
dapat dinilai mendukung kepada peserta
Pemilu
➢ Tidak menggunakan simbol atau warn yang
dapat dianggap sebagai partisipan peserta
Pemilu
➢ Tidak melakukan kegiatan yang dapat dinilai
member simpati pada peserta Pemilu
➢ Menolak pengaruh yang tidak benar dalam
melaksanakan tugas-tugas Pemilu
3. TRANSPARAN & AKUNTABEL

➢Memberi alasan terhadap keputusan yang telah


diambil
➢Menyediakan akses informasi yang efektif serta
masuk akal terhadap dokumen dan informasi
yang relevan berdasarkan U keterbukaan
informasi publik
4. MELAYANI PEMILIH

➢Memudahkan pemilih untuk berpartisipasi dalam


penyelenggaraan Pemilu
➢Memastikan pemilih mempunyai informasi
tentang penyelenggaraan Pemilu
➢Berupaya semaksimal mungkin menyediakan
sarana bagi pemilih yang mempunyai kebutuhan
khusus (penyandang cacat, domisili terpencil)
5. TIDAK MELIBATKAN DIRI DALAM
KONFLIK KEPENTINGAN

➢ Membangun relasi yang dapat menyebabkan


konflik kepentingan
➢ Tidak melakukan tindakan yang tidak
mendapat ijin yang mengakibatkan konflik
kepentingan
6. AKURAT

- Memastikan keputusan yang diambil


berdasarkan data yang valid
- Memastikan informasi yang dikumpulkan,
disusun, dikelola dan diterbitkan tidak
menimbulkan multitafsit
MODUS PELANGGARAN KODE
No Kategori
ETIK Deskripsi
1. Vote Manipulation Mengurangi, menambahkan, atau memindahkan perolehan suara dari satu peserta Pemilu ke peserta Pemilu
lainnya, perbuatan mana menguntungkan dan/atau merugikan peserta Pemilu satu dengan lainnya

2. Bribery of Officials pemberian sejumlah uang atau barang atau perjanjian khusus kepada penyelenggara Pemilu dengan maksud
memenuhi kepentingan pemberinya atau untuk menguntungkan dan/atau merugikan pihak lain dalam
kepersertaan suatu Pemilu (candicacy). Termasuk di dalamnya vote buying, money politics dan election
bribery.
3. Un-Equal Treatment Perlakuan yang tidak sama atau berat sebelah kepada peserta Pemilu dan pemangku
kepentingan lain. Ada kecenderungan perilaku, perbuatan atau tindakan partisan yang menguntungkan,
dan/atau merugikan kepada peserta Pemilu baik secara langsung maupun tidak langsung

4. Infringements of the pelanggaran terhadap hak memilih warga negara dalam Pemilu berupa pemberian keterangan yang tidak
right to vote benar mengenai orang lain tentang suatu hal yang diperlukan dalam pengisian daftar pemilih
5. Vote and Duty Secrecy Secara terbuka memberitahukan pilihan politiknya dan menanyakan pilihan politiknya dalam Pemilu kepada
orang atau pemilih lain

6. Abuse of Power memanfaatkan posisi jabatan dan pengaruh-pengaruhnya, baik atas dasar kekeluargaan, kekerabatan, otoritas
tradisional atau pekerjaan, untuk mempengaruhi pemilih lain atau penyelenggara Pemilu demi mendapatkan
keuntungan-keuntungan pribadi
7. Conflict of Interest benturan kepentingan, misalnya tidak mengumumkan adanya hubungan, baik personal maupun profesional
yang berpeluang menimbulkan persepsi adanya benturan kepentingan
MODUS PELANGGARAN KODE
ETIK
No Kategori Deskripsi
8. Sloppy Work of Election ketidakcermatan atau ketidaktepatan atau ketidakteraturan atau kesalahan dalam proses Pemilu berupa
Process kelalaian yang menyebabkan rusak atau hilangnya berita acara pemungutan dan penghitungan suara dan/atau
sertifikat hasil penghitungan suara
9. Intimidation and Melakukan tindakan kekerasan atau intimidasi secara fisik maupun mental untuk mendapatkan keuntungan
Violence tertentu. Menghalangi orang lain mendaftar, mencoblos atau menghadiri kegiatan kampanye

10. Broken or Breaking of melakukan tindakan atau terlibat dalam pelanggaran hukuk dimana anggota KPU dan jajaran sekretariat
the Laws dengan sengaja melakukan tindak pidanan Pemilu dalam pelaksanaan kampaye Pemilu

11. Absence of Effective kesalahan yang dapat ditoleransi secara manusiawi sejauh tidak berakibat rusaknya integritas
Legal Remedies penyelenggaraan Pemilu, juga hancurnya independensi dan kredibilitas penyelenggara Pemilu
12. The Fraud of Voting Day kesalahan-kesalahan yang dilakukan penyelenggara Pemilu pada hari pemungutan dan penghitungan suara
misalnya mengizinkan pemilih yang belum memenuhi syarat
melakukan pencoblosan, mengubah atau merusak daftar hadir dan daftar nama
pemilih, menghalangi pemilih yang memenuhi syarat untuk memilih, membiarkan pemilih mencoblos lebih dari
satu kali, dll.
13. Destroying Neutrality, menghancurkan menganggu/mempengaruhi netralitas, imparsialitas dan kemandirian.
Impartiality, and
Independent
14. Internal Conflict pelanggaran yang terjadi baik intraorganisasi ataupun intern organisasi sehingga berujung pada adanya
pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu
SISTEM SANKSI ETIKA

SANKSI YANG BERSIFAT BERAT

bertujuan untuk menyelamatkan citra,


Sanksi yang bersifat kehormatan, dan
kepercayaan publik
membina atau mendidik terhadap institusi dan jabatan yang
dipegang oleh pelanggar kode etik, yaitu
dalam bentuk pemberhentian yang
bersangkutan dari jabatan yang dapat
Berupa peringatan atau bersifat sementara atau bersifat tetap.
teguran, mulai dari bentuk Pemberhentian sementara dimaksudkan
untuk memulihkan keadaan, yaitu
yang paling ringan, yaitu sampai dicapainya kondisi yang bersifat
teguran lisan sampai ke tingkat memulihkan keadaan korban atau
yang paling berat, yaitu sampai kepada keadaan pelanggar
dengan sifat pelanggaran atau
peringatan keras secara
kesalahan yang terjadi telah terpulihkan.
tertulis, terdokumentasi, dan Pemberhentian tetap dimaksudkan
tersebar secara terbuka untuk untuk menyelesaikan masalah secara
khalayak yang luas. tuntas dengan maksud untuk
menyelamatkan institusi jabatan dari
perilaku yang tidak layak dari
pemegangnya.
PENANGANAN PELANGGARAN
KODE ETIK PENYELENGGARA PEMILU

A. PENGADUAN
B. PERSIDANGAN
C. PUTUSAN
A. PENGADUAN

I. PENGADUAN DUGAAN PELANGGARAN KODE


ETIK PENYELENGGARA PEMILU
II. PENANGANAN PENGADUAN/LAPORAN
PENGGARAN KODE ETIK DI DKPP
PENGADUAN DUGAAN PELANGGARAN KODE ETIK

1. ANGGOTA KPU, ANGGOTA KPU


PROVINSI/KIP, ANGGOTA KPU
KABUPATEN/KOTA/KIP KABUPATEN/KOTA.
1. Penyelenggara 2. ANGGOTA BAWASLU, ANGGOTA
BAWASLU PROVINSI, ANGGOTA
Pemilu; BAWASLU KABUPATEN/KOTA.
2. Peserta Pemilu; 3. SELURUH STAF SEKRETARIAT
PENYELENGGARA PEMILU PERMANEN
3. Tim Kampanye;
4. Masyarakat;
ANGGOTA PPLN, KPPS LN KPU RI PENGADUAN/
dan/atau PELAPORAN
ANGGOTA PANWASLU LN. BAWASLU RI
5. Pemilih.
ANGGOTA PPK, PPS, KPPS DAN STAF
6. Rekomendasi KPU KABUPATEN/KOTA LAPORAN
SEKRETARIAT
HASIL
DPR (PUSAT) PENANGANAN
ANGGOTA PANWAS KEC, PANWASLU
BAWASLU PELANGGARAN
KEL/DESA, DAN PENGAWAS TPS DAN STAF
KABUPATEN/KOTA KODE ETIK KE DKPP
SEKRETARIAT
PENANGANAN PENGADUAN/LAPORAN
DUGAAN PELANGGARAN KODE ETIK
DI DKPP RI

LANGSUNG
PENELITIAN
ADMINISTRASI
SIDANG
DKPP RI
VERIFIKASI
BMS
MATERIL

TMS
PENERUSAN DAN/ATAU
LAPORAN BAWASLU

TIDAK LANGSUNG
MEDIA ELEKTRONIK
DAN NON ELEKTRONIK
B. PERSIDANGAN
❑ SIDANG PEMERIKSAAN:
1. SIDANG PEMERIKSAAN REGULER DI KANTOR DKPP
2. SIDANG PEMERIKSAAN JARAK JAUH (VIDEO
CONFERENCE/VIRTUAL ZOOM)
3. SIDANG PEMERIKSAAN DI DAERAH
❑ SIDANG PEMBACAAN PUTUSAN:
1. SIDANG PEMBACAAN PUTUSAN DI KANTOR DKPP
2. SIDANG PEMBACAAN PUTUSAN JARAK JAUH (VIDEO
CONFERENCE/VIRTUAL ZOOM)
C. PUTUSAN DKPP

1. AMAR PUTUSAN
2. JENIS-JENIS SANKSI
3. TUJUAN SANKSI
4. SIFAT PUTUSAN
AMAR PUTUSAN
PENGADUAN
DAN/ATAU
LAPORAN TIDAK
DAPAT DITERIMA MEREHABILITASI
TERADU
DAN/ATAU
TERADU DAN/ATAU TERLAPOR
AMAR TERLAPOR TIDAK
TERBUKTI
PUTUSAN MELANGGAR.
1. TEGURAN TERTULIS

TERADU DAN/ATAU
TERLAPOR 2. PEMBERHENTIAN
TERBUKTI SANKSI SEMENTARA
MELANGGAR;
3. PEMBERHENTIAN
TETAP
JENIS SANKSI
PERINGATAN

TEGURAN PERINGATAN
TERTULIS KERAS
PERINGATAN
KERAS TERAKHIR PEMBERHENTIAN
TETAP
PEMBERHENTIAN
CONDITIONALLY
SEMENTARA DIAKTIFKAN
KEMBALI
JABATAN KETUA

PEMBERHENTIAN
JABATAN DIVISI
TETAP
ANGGOTA
SIFAT PUTUSAN
UU NO. 7 TAHUN
2017 TENTANG
PEMILU, PASAL 458
AYAT (13)
PRESIDEN,
KPU, KPU
PROVINSI,
KPU PUTUSAN MK
FINAL DAN KABUPATEN/ Nomor 31/PUU-
MENGIKAT KOTA, XI/2013
BAWASLU,
BAWASLU
PERATURAN DKPP NO. 3 PROVINSI
TAHUN 2017 TENTANG
PEDOMAN BERACARA
KODE ETIK
PENYELENGGARA
PEMILIHAN UMUM PASAL 39
AYAT (1)
3 TINDAKLANJUT PUTUSAN DKPP OLEH
PENYELENGGARA PEMILU

A. PELAKSANAAN PUTUSAN
B. PENGAWASAN PUTUSAN
A. PELAKSANAAN PUTUSAN
UU NO. 7 TAHUN
PENYELENGGARA PEMILU
2017 TENTANG
WAJIB MELAKSANAKAN
PEMILU, PASAL 458 PUTUSAN DKPP
AYAT (14)

WAJIB PENYELENGGARA
DILAKSANAKAN PEMILU

PERATURAN DKPP NO. 3


TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARA PEMILU
PEDOMAN BERACARA WAJIB MELAKSANAKAN
PUTUSAN DKPP PALING
KODE ETIK
LAMA 7 (TUJUH) HARI
PENYELENGGARA TERHITUNG SEJAK PUTUSAN
PEMILIHAN UMUM PASAL 39 DIBACAKAN.
AYAT (2)
B. PENGAWASAN PUTUSAN

PERINGATAN

TEGURAN PERINGATAN
1 TERTULIS KERAS
PERINGATAN
KERAS TERAKHIR PEMBERHENTIAN
TETAP
PEMBERHENTIAN
2 SEMENTARA
CONDITIONALLY
DIAKTIFKAN
KEMBALI
JABATAN KETUA

PEMBERHENTIAN
3 TETAP
JABATAN DIVISI

ANGGOTA
B. PENGAWASAN PUTUSAN

PEMERIKSAAN TERHADAP
PENGADU ATAU PIHAK
TERKAIT PENYELENGGARA
KEPADA ATASAN PEMILU YANG TERBUKTI
PENYELENGGARA DALAM PERSIDANGAN
PEMILU MELANGGAR KODE ETIK

4 REKOMENDASI

TINDAKAN ETIK TERHADAP


PEJABAT PEMBINA PELANGGARAN KODE ETIK
• Pasal 1 ayat (7) UU No. 7 KEPEGAWAIAN YANG DILAKUKAN OLEH
PEGAWAI PADA JAJARAN
• Tahun 2017 tentang Pemilu SEKRETARIAT
PENYELENGGARA PEMILU
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai