Anda di halaman 1dari 47

PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI

BLUD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


PALABUHANRATU
Jalan Jenderal Akhmad Yani No.2 Telepon (0266) 432081
Faksimil : (0266) 432082E-mail :
rsud_palabuhanratu@y7mail.com
Palabuhanratu - Kode Pos : 43364

PERATURAN DIREKTUR BLUD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI

NOMOR : TAHUN :

TENTANG
PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT ( HOSPITAL BY LAWS )
PADA BLUD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PELABUHANRATU KABUPATEN
SUKABUMI
DIREKTUR,

Mengingat : a. bahwa rumah sakit merupakan institusi yang unik,


kompleks, padat modal, padat teknologi, sarat dengan
tenaga profesional dan masalah;
b. bahwa rumah sakit sebagai Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD) harus dikelola
dengan menggunakan prinsip-prinsip tata kelola yang baik
( god clinical governance) sehingga peran, fungsi, tugas,
tanggungjawab dan kewenangan antara pemerintah
daerah, direksi, badan-badan kelengkapan rumah sakit
dan staf medis menjadi jelas;
c. bahwa untuk tercapainya tujuan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan b di atas perlu Peraturan Internal Rumah
Sakit yang ditetapkan dengan Peraturan Direktur BLUD
RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaraan Negara
Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3895);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2001 tentang
Pembentukan Kabupaten Palabuhanratu (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 85,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4112);
3. Undang Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara ( Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4286 );
4.

Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang


Perbendaharaan Negara ( Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355 );
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5038);
6. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
7. Undang undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4438);
9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah;
10. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4263);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (
Lembaran Negara Repuplik Indonesia Tahun 2005 Nomor
48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4502 ) ;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Uang Daerah (Lembaran Negara
Repuplik Indonesia Tahun 2005 Nomor 145, Tambahan
Lembaran Negara RI No 4578);
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.61 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum (PPK-BLUD);
15. Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2007 tentang urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah
Daerah Kabupaten Sukabumi Tahun 2007 Nomor 1 );
16. Keputusan Bupati Sukabumi Nomor 445/Kep.526-RSUD
Palabuhanratu/2011 tanggal 21 Juli 2011, tentang
Penetapan Rumah Sakit Umum Daerah Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi sebagai Organisasi Perangkat
Daerah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah ( BLUD ) secara Penuh;
17. Peraturan Bupati Sukabumi Nomor 52 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah ( BLUD ) RSUD
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi ;
18. Peraturan Bupati Sukabumi Nomor 55 Tahun 2011 tentang
Pedoman Pengadaan Barang /Jasa pada Badan Layanan
Umum Daerah ( BLUD ) RSUD Kabupaten Sukabumi;
19. Peraturan Bupati Sukabumi Nomor 41 Tahun 2015 tentang
Perubahan Pedoman Pengadaan Barang /Jasa pada Badan
Layanan Umum Daerah ( BLUD ) RSUD
Palabuhanratu dan BLUD RSUD Jampangkulon Kabupaten
Sukabumi;
20. Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 82 Tahun
2012, tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Umum Daerah Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi.
Memperhatikan : 1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah;
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 08/PMK.02/2006
tentang Kewenangan Pengadaan Barang/Jasa pada Badan
Layanan Umum
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
772/MENKES/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan
Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws);
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
703/MENKES/IX/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pengadaan Barang dan Jasa pada Instansi Pemerintah
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum di
Lingkungan Departemen Kesehatan;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT ( HOSPITAL BY LAWS )


PADA BLUD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PELABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI.

PENDAHULUAN
Perubahan paradigma rumah sakit dari lembaga sosial yang
dahulu jauh dari jangkauan hukum, kini telah berubah menjadi
suatu lembaga sosio-ekonomi yang dapat dijadikan subyek
hukum yang akan terus membayangi pengelola RSUD. Oleh
karena rumah sakit semakin kompleks, maka perlu diantisipasi
dengan adanya kejelasan tentang hak dan tanggung jawab
masing-masing pihak dalam pengelolaan rumah sakit yang
diatur dalam Peraturan Pola Tata Kelola rumah sakit.
Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang multi
disiplin ilmu, sarat dana dan sarat teknologi, berpotensi
menimbulkan konflik antar pihak yang berkepentingan, baik
antara pelanggan dengan pemberi pelayanan, maupun antara
pemilik dengan pengelola atau pengelola dengan stafnya
dalam mencari solusi diantara masalah dan gesekan yang
mungkin timbul dikemudian hari.
BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi merupakan
rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten Sukabumi, sebagai
Satuan Kerja Perangkat Daerah bertanggung jawab kepada
Bupati. Sejalan dengan visi Bupati Terwujudnya
Kabupaten Sukabumi Yang Relegius dan mandiri. Untuk
mengukur tingkat kesejahteraan dapat dilihat dari pencapaian
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dimana salah satu
indikatornya adalah kesehatan, sehingga BLUD RSUD
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi diharapkan berperan
serta dalam meningkatkan umur harapan hidup dengan
menurunkan kematian ibu dan bayi. Untuk itu diperlukan
pengelolaan yang lebih profesional dengan menerapkan Pola
Tata Kelola Rumah Sakit.
Pola Tata Kelola merupakan salah satu bentuk aturan
tertulis yang berlaku di suatu rumah sakit dengan tujuan
untuk melindungi semua pihak yang terkait secara baik dan
benar berdasarkan rasa keadilan. Pengelolaan rumah sakit
pada dasarnya ditentukan oleh tiga komponen yaitu
1. Pemilik dalam hal ini Pemerintah Daerah Kabupaten
Sukabumi,
2. Direktur dan
3. Komite Medik.
Oleh karena itu dalam dokumen Pola Tata Kelola ini akan
diatur hubungan, hak dan kewajiban serta tanggung jawab
dari Pemilik, Direktur dan Komite Medik.
Meningkatnya kesadaran serta kepekaan hukum masyarakat,
mendorong timbulnya tuntutan hukum terhadap rumah sakit,
sehingga adanya Peraturan Tata Kelola Rumah Sakit sebagai
aturan tertulis di rumah sakit akan menjadi acuan tertulis yang
sangat penting.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Sukabumi.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
4. Kepala Daerah adalah Bupati Kabupaten Sukabumi.
5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten
Sukabumi.
6. Direktur adalah Direktur BLUD Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Sukabumi.
7. Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
ssecara paripurna yang menyediakan pelayanan raawat
inap, rawat jalan, gawat darurat, dan pelayanan penunjang
yang dikategorikan ke dalam Rumah Sakit Umum Daerah;
8. Rumah Sakit Umum Daerah adalaah rumah skit milik
Daerah yaang menyelenggarakan pelayanaan kesehatan
semua bidang dan jenis penyakit;
9. Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Umum Daerah
Palabuhanratu yang selanjutnya disingkat BLUD RSUD
Palabuhanratu adalah Badan Layanan Umum Daerah
Rumah Sakit Umum Daerah ( BLUD RSUD
Palabuhanratu ) Kabupaten Sukabumi sebagai Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) yang menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-
BLUD).
10. Instalasi adalah Unit Penyelenggara pelayanan
fungsional di BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi .
11. Kelompok Jabatan Fungsional adalah kelompok Pegawai
Negeri Sipil yang diberi tugas, wewenang dan hak secara
penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan
kegiatan yang sesuai dengan profesinya dalam rangka
kelancaran tugas pemerintah daerah.
12. Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws)
adalah Pedoman dasar yang dipakai sebagai acuan untuk
merencanakan, mengembang-kan dan menyelenggarakan
program kegiatan sesuai dengan visi dan misi BLUD RSUD.
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi.
13. Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas BLUD , yang
selanjutnya disebut Dewan Pengawas adalah orang yang
bertugas melakukan pengawasan terhadap pengelolaan
BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi .
14. Komite Medik adalah kelompok tenaga profesional
yang mempunyai tugas membantu Direktur dalam
menyusun pelayanan medik dan pelayanan lain dan
membantu pelaksanaannya, melaksanakan pembinaan
etika profesi anggota Staf Medik Fungsional,
mengembangkan program pelayanan pendidikan dan
pelatihan, serta penelitian dan pengembangan.
15. Komite Keperawatan adalah kelompok profesi perawat
atau bidan yang anggotanya terdiri dari para perawat atau
bidan, mempunyai tugas membantu Direktur dalam
menyusun standar keperawatan dan pembinaan etika
profesi keperawatan.
16. Staf Medik Fungsional adalah kelompok dokter yang
bekerja pada Instalasi dalam jabatan fungsional,
mempunyai tugas melaksanakan diagnosis, pengobatan,
pencegahan akibat penyakit, peningkatan dan pemulihan
kesehatan, penyuluhan kesehatan, pendidikan dan
pelatihan, penelitian dan pengembangan, serta dalam
melaksanakan tugasnya Staf Medik Fungsional
dikelompokan sesuai dengan keahliannya.
17. Paramedik Fungsional adalah paramedik perawatan
dan non-perawatan yang betugas pada Instalasi dalam
jabatan fungsional.
18. Tenaga Non-Medik adalah tenaga yang betugas di
Instalasi yang tidak berkaitan langsung dengan pelayanan
terhadap pasien, yang dalam melaksanakan tugasnya
bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi.
19. Satuan Pengawas Intern (SPI) adalah kelompok
fungsional yang bertugas melaksanakan pengawasan
terhadap pengelolaan sumber daya BLUD RSUD
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi ditetapkan oleh
Direktur BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi .
20. Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang
menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
seseorang yang mendapat legalitas dari Pemerintah Daerah
dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan
tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan
tertentu.
21. Sistem pelayanan Kesehatan yang merupakan bagian
dari sistem kesehatan adalah upaya peningkatan derajat
kesehatan, yang terdiri dari upaya pelayanan kesehatan
perorangan dalam beberapa literatur disebut Medical Care
dan upaya pelayanan kesehatan masyarakat, yang
dituangkan dalam dokumen Sistem Kesehatan Daerah
(SKD).
22. Upaya pelayanan kesehatan perorangan di rumah sakit
yang merupakan pelayanan profesi oleh tenaga profesional
kesehatan, terdiri dari pelayanan kedokteran, pelayanan
dan asuhan keperawatan, pelayanan penunjang medik dan
pelayanan rujukan yang mengacu pada paradigma sehat.
23. Pelayanan Penunjang medik yang merupakan bagian
dari pelayanan Kesehatan Perorangan di Rumah Sakit,
terdiri dari pelayanan kefarmasian, pelayanan gizi,
pelayanan laboratorium, dan pelayanan non medik
pendukung pelayanan kedokteran dan pelayanan
keperawatan.
24. Paradigma sehat adalah dalam upaya pelayanan
kesehatan perorangan di rumah sakit adalah cara pandang
bahwa upaya prepentif dan promotif pada masyarakat
pengguna rumah sakit merupakan unsur sangat penting
dalam menunjang efektifitas pada anggota masyarakat
pengguna rumah sakit yang menderita sakit.
25. Kegiatan pelayanan kesehatan perorangan di rumah
sakit adalah terdiri dari kegiatan penyelenggaraan
pelayanan profesi dan kegiatan penyelenggaraan
administrasi pelayanan profesi.
26. Penyelenggaraan pelayanan profesi adalah kegiatan
perencanaan, implementasi dan evaluasi pelayanan yang
didasari kaidah dan etika profesi.
27. Penyelenggaraan administrasi pelayanan profesi
adalah kegiatan perencanaan, implementasi dan evaluasi
administrasi pelayanan yang didasari oleh kaidah dan etika
manajemen, yang mendukung terselenggaranya pelayanan
profesi berbasis evidance based.
28. Penyelenggara pelayanan profesi yang disebut
tenaga/staf fungsional adalah tenaga profesional yang
menekuni salah satu jenis profesi secara purna waktu, yang
menyelenggarakan pelayanan profesi dengan atau tanpa
menyelenggarakan pendidikan/penelitian terkait, dalam
jabatan fungsional.
29. Penyelenggara administrasi pelayanan profesi yang
terdiri dari tenaga/staf struktural dan tenaga pelaksana
administrasi, adalah staf struktural dan tenaga pelaksana
yang menyelenggarakan administrasi pelayanan profesi
dengan atau tanpa menyelenggarakan administrasi
pendidikan/penelitian terkait, staf struktural
menyelenggarakan kegiatan tersebut dalam jabatan
struktural sesuai dengan hirarki struktural organisasi BLUD
RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi yang
ditetapkan oleh Direktur BLUD RSUD Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi .
30. Tenaga/staf fungsional teknis bukan dokter adalah
kelompok profesi bukan dokter yang menyelenggarakan
pelayanan profesinya dalam jabatan fungsional di Instalasi
dilingkungan BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi yaitu tenaga keperawatan, tenaga
kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi,
tenaga keterapian fisik dan tenaga keteknisan medik.
31. Tenaga fungsional umum non struktural adalah tenaga
profesional dalam pelayanan atau administrasi pelayanan
yang berperan sebagai penyelenggara manajemen di
instalasi dan di struktural fungsional lain di lingkungan
BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi .
32. Keadaan darurat dalam pelayanan profesi di rumah
sakit adalah keadaan pasien yang bila tidak diatasi segera
akan menyebabkan kematian, kesakitan dan atau
kecacatan pasien atau menyebabkan terganggunya
pelayanan terhadap pasien.
33. Kegiatan pelayanan profesi di Rumah Sakit dari
kegiatan (upaya) pengobatan atau penyembuhan penyakit
(kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif, pencegahan
penyakit dan kecacatan (preventif) dan promosi kesehatan
(promotif).
34. Kegiatan penelitian dalam pelayanan profesi adalah
kegiatan meneliti untuk peningkatan dan pengembangan
pelayanan profesi yang baik.
35. Upaya penyembuhan/pengobatan dan pemulihan,
diselenggarakan oleh berbagai disiplin staf fungsional
dalam suatu tim, dimana staf medik fungsional berperan
sebagai koordinator dan penanggung jawab tim (captain of
the ship).
36. Instalasi merupakan fasilitas atau sarana tempat
penyelenggaraan kegiatan pelayanan profesi dan
pelayanan penunjangnya, kegiatan penelitian dan
pengembangan, kegiatan pelatihan serta kegiatan
pemeliharaan sarana rumah sakit, Instalasi tempat
penyelenggaraan upaya kuratif dan rehabilitatif, terdiri dari
Satuan-satuan Pelaksana Instalasi Fungsional (SPIF).
37. Satuan Pelaksana Instalasi Fungsional (SPIF) adalah
satu kesatuan (unit) yang terdiri dari atau tim
penyelenggara pelayanan profesi dan sebagian sarana dari
satu Instalasi tempat terselenggaranya pelayanan profesi
oleh Tim tersebut secara terpadu Tim penyelenggaran
pelayanan profesi terdiri dari SMF dan staf fungsional
(teknis dan umum) yang terkait.
38. Tatakelola perusahaan ala Korporasi Yang Baik (Good
Corporate Governance) adalah serangkaian kegiatan
dengan menerapkan kaidah praktek bisnis sehat yang
dikelola secara profesional tanpa mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya agar tetap dapat menutupi biaya
operasional dan investasi jangka pendek.
39. Tatakelola Klinik Yang Baik (Good Clinical Governance)
adalah adalah serangkaian kegiatan untuk meminimalisasi
resiko klinis yang mungkin akan membahayakan pasien dan
pengunjung yang dilakukan secara sistematis.
40. Integrated Clinical Pathways adalah suatu metoda
penatalaksanaan pasien berdasarkan Standar Operating
Prosedur berupa langkah-langkah klinis yang dan
terintegrasi.
41. Evidance Based Medicine adalah Suatu metoda
penatalaksanaan medis berbasis data, yaitu berupa
review fakta empirik yang dapat dijadikan acuan
penatalaksanaan medis terkini.
42. Tenaga Medis Paruh waktu adalah tenaga medis yang
tidak memiliki jam kerja secara penuh tetapi memiliki
kewajiban untuk memberikan pelayanan sesuai dengan
kesepakatan dan mendapatkan ijin dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Sukabumi.

BAB II
POLA TATA KELOLA KORPORASI
Bagian Kesatu
IDENTITAS RUMAH SAKIT
Pasal 2
(1) BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi adalah Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di wilayah Pemerintah Kabupaten
Sukabumi yang mulai beroperasi BLUD mulai tahun 2011 berlokasi
di Jalan Jend. A. Yani No. 2 Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi.

(2) Logo BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi adalah


masih logo yang Pemerintah Kabupaten Sukabumi, belum
mempunyai logo tersendiri tentang BLUD RSUD Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi .

Bagian Kedua

VISI, MISI, KEBIJAKAN MUTU, BUDAYA KERJA DAN MOTTO

Pasal 3

(1) Visi BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi adalah :


Terwujudnya Rumah Sakit Yang Mandiri, Bersahabat dan Unggul
Dalam Pelayanan

(2) Misi BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi adalah:


a. Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang Prima.
b. Mingkatkan Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Manusia Rumah
Sakit yang Profesional.
c. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit sesuai
kebutuhan dan mempertimbangkan Keselamatan Pasien.
d. Meningkatkan budaya organisasi yang kuat, berkomitmen tinggi
dan tanggung jawab.
(3) Motto BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi adalah
KAMI PEDULI ANDA :
a. Kami : Seluruh Karyawan Rumah Sakit;
b. P : Profesional dalam bersikap;
c. E : Empati dalam penanganan;
d. D : Dapat diandalkan;
e. U : Untuk mencapai tujuan;
f. L : Lebih meningkatkan
g. I : Inovatif dan kreatif dalam pelaksanaan
tugas;
h. Anda : Terhadap Pelannggan

(4) Kebijakan Mutu BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi


adalah:
Memberikan pelayanan dengan ikhlas dan profesional
sesuai dengan standar pelayanan

(5) Budaya kerja BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi :Be


A. Komitmen dan konsistensi terhadap visi,misi dan tujuan Rumah Sakit
B. Wewenang dan tanggung jawab
1. keiklasan dan kejujuran
2. integritas dan profesionalisme
3. kreatifitas dan kepekaan
4. kepemimpinan dan keteladanan
5. kebersamaan dan dinamika kelompok
6. ketepatan dan kecepatan
7. rasionalitas dankecerdasan emosi
8. keteguhan dan ketegasan
9. disiplin dan budaya kerja
10. kebenaran dan kearifan
11. dedikasi dan loyalitas
12. semangat dan motivasi
13. ketekunan dan kesabaran
14. keadilan dan keterbukaan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi

(6) Untuk mencapai visi, upaya tugas pokok dan fungsi yang
dilaksanakan merupakan tahapan misi BLUD RSUD Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi dengan berpedoman pada azas-azas sebagai
berikut :

a. Penyelenggaraan jasa layanan klinikal yang baik (good


clinical care governance), meliputi :

1. Good Corporate governance adalah serangkaian kegiatan


dengan menerapkan kaidah praktek bisnis sehat yang
dikelola secara profesional tanpa mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya agar tetap dapat menutupi biaya
operasional dan investasi jangka pendek.
2. Good Clinical Governance, adalah serangkaian kegiatan
untuk meminimalisasi resiko klinis yang mungkin akan
membahayakan pasien dan pengunjung yang dilakukan
secara sistematis melalui pendekatan :

b. Integrated Clinical Pathaways berbasis Evidance Based Medicine,


azas yang senantiasa diambil dalam melengkapi setiap upaya
dan tindakan layanan kesehatan perorangan dan komunitas bagi
setiap pengambilan keputusan manajemen klinis.

c. Menyelenggarakan pelayanan prima dan kegiatan


pendidikan/pelatihan di BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi untuk meningkatkan profesionalisme, yang
bertujuan menjadi rumah sakit terdepan dan terpercaya dalam
pelayanan.

d. Meningkatkan kerjasama strategis yang saling menguntungkan


(strategic alliance) dengan perorangan, institusi ataupun badan
usaha yang berkaitan dengan kesehatan dan kedokteran,
pendidikan dan penelitian kesehatan dan kedokteran lembaga
pendidikan/universitas, dan dengan mengaspirasikan
pengejawantahan paradigma sehat pada pelayanan rumah sakit,
serta dengan mempromosikan pola Jamkesmas pada sistem
pembiayaan rumah sakit.
Pasal 4

Keputusan yang dapat ditetapkan pada BLUD RSUD Palabuhanratu


Kabupaten Sukabumi dengan Keputusan Direktur, antara lain :

(1) Misi dan Motto BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi


ditetapkan oleh Direktur.

(2) Review dalam misi BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi


dilaksanakan oleh Pejabat Eselon III b sesuai dengan
kewenangannya.

(3) Dalam mensosialisasikan misi BLUD RSUD Palabuhanratu


Kabupaten Sukabumi adalah Kepala Tata Usaha BLUD RSUD
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi

(4) Renstra tahunan BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi


yang menyetujui adalah Direktur.

(5) Kebijakan dan Program BLUD RSUD Palabuhan Ratu Kabupaten


Sukabumi yang menyetujuai adalah Direktur.

(6) Pendidikan para Profesi Kesehatan serta Penelitian, kemudian


memberikan Pengawasan terhadap mutu program BLUD RSUD
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi adalah Direktur.

(7) Sumber daya BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi


dalam pengalokasiannya adalah Direktur

Bagian Ketiga

KEDUDUKAN RUMAH SAKIT

(1) BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi adalah milik


daerah yang kedudukannya berada di bawah Pemerintah Daerah
Kabupaten Sukabumi.

(2) RSUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Satuan


Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Daerah
Kabupaten Sukabumi yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah dan sebagai rumah sakit rujukan
untuk wilayah Kabupaten Sukabumi dan sekitarnya yang
bertanggungjawab kepada Bupati Sukabumi.

(3) Selain SKPD yang bertanggung jawab langsung kepada Bupati


melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Sukabumi telah melakukan
transformasi pola pengelolaannya dengan prinsip Quasi Public Good
dengan menggunakan pola pengelolaan PPK-BLUD.

(4) Segmentasi dan positioning pasar Rumah Sakit


Sampai saat ini layanan BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi bertumpu pada segmen masyarakat menengah ke
bawah baik melalui program BPJS atau layanan ouetet of pocket lain
namun sudah mulai mengarah kepada segmen masyarakat yang
berada pada perbatasan menengah ke atas.

Bagian Keempat
TUJUAN, TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT

Pasal 5

(1) Tujuan BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi adalah


membantu Pemerintaah Daerah dalam mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal melalui upaya kesehatan yang terjangkau
masyarakat, bermutu, efektif dan efesien dengan senantiasa
berorientasi pada keselamatan pasien (patient safety)

(2) Tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah upaya


manajemen BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
sebagai salah satu rumah sakit yang:
a. Mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui
penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan perorangan (UKP)
yang bermutu dan terjangkau serta seoptimal mungkin dapat
menumbuhkan iklim persaingan sehat dan kemitraan dengan
upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah pada masyarakat yang
membutuhkan, serta merupakan acuan/rujukan dari pelayanan
kesehatan Wilayah Kabupaten Sukabumi.
b. Mampu menjadi rumah sakit yang menjadi pilihan utama
masyarakat dan mampu memberikan pelayanan yang
memuaskan pelanggan.
c. Unit potensial dikelola sebagai sistem bisnis.
d. Net profit meningkat dari unit-unit penghasil potensial.
e. Pengembangan investasi jangka pendek yang makin
bervariasi.
f. Penghargaan profesi yang diberikan berbasis peningkatan
kinerja, prestasi, dedikasi dan loyalitas sesuai dengan karakter
keahlian.

(3) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) BLUD
RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi berpedoman pada :
a. Tujuan Sistem Kesehatan Nasional, Sistem
Kesehatan Daerah;
b. Kaidah dan etika ilmu pengetahuan;
c. Harapan dan kebutuhan masyarakat yang selaras
dan seimbang dengan kemampuan mayarakat;
d. Harapan dan kebutuhan staf BLUD RSUD
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi yang selaras dan seimbang
dengan harapan dan kebutuhan masyarakat.

Bagian Kelima
KEDUDUKAN PEMERINTAH DAERAH

Pasal 6

Pemerintah Kabupaten Sukabumi merupakan Unsur Pemerintah


Kabupaten di wilayah pemerintahan Provinsi Jawa Barat yang terletak
didaerah khatulistiwa dengan luas wilayah 4.162 km2, dengan batasan
wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat;
Sebelah Selatan : Laut Samudera Indonesia;
Sebelah Barat : Kabupaten Lebak;
Sebelah Timur : Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat;

Bagian keenam

DEWAN PENGAWAS

Pasal 7

(1) Direktur BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi


mengusulkan Dewan Pengawas kepada Bupati Sukabumi dengan
jumlah, syarat dan mekanisme pengangkatannya di atur oleh
peraturan perundangan yang berlaku.

(2) Dewan Pengawas bertugas melakukan pembinaan dan pengawasan


terhadap pengelolaan BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi yang dilakukan oleh pejabat pengelola sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Dewan Pengawas berkewajiban:


a. Memberikan pendapat dan saran
kepada kepala daerah mengenai Rencana Bisnis Anggaran (RBA)
yang diusulkan oleh pejabat pengelola;
b. Mengikuti perkembangan kegiatan BLUD
RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi dan memberikan
pendapat serta saran kepada kepala daerah mengenai setiap
masalah yang dianggap penting bagi pengelolaan BLUD;
c. Melaporkan kepada kepala daerah
tentang kinerja BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
;
d. Memberikan nasehat kepada pejabat
pengelola dalam melaksanakan pengelolaan BLUD RSUD
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi ;
e. Melakukan evaluasi dan penilaian
kinerja baik keuangan maupun non keuangan, serta
memberikan saran dan catatan-catatan penting untuk
ditindaklanjuti oleh pejabat pengelola BLUD RSUD Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi; dan
f. Memonitor tindak lanjut hasil
evaluasi dan penilaian kinerja.

(4) Dewan pengawas melaporkan pelaksanaan tugasnya sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), kepada kepala daerah secara berkala
paling sedikit 1 (satu) kali dalam satu tahun dan sewaktu-waktu
apabila diperlukan.

(5) Dewan Pengawas melaporkan pelaksanaan tugasnya dalam


mengevaluasi kinerja Direktur BLUD RSUD Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi .

Bagian ketujuh
STRUKTUR ORGANISASI, TATA CARA PENGANGKATAN DAN
PEMBERHENTIAN

Pasal 8

(1) Dengan Keputusan Menkes Republik Indonesia Nomor


51/Menkes/SK/II/1979 tentang Pembentukan Rumah Sakit Umum
Daerah Sukabumi Kelas C.
(2) BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi adalah Satuan
Kerja Perangkat Daerah yang menerapkan PPK-BLUD.
(3) BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi menerapkan
eselonisasi, dimana pejabat eselon diangkat dan diberhentikan oleh
Bupati atas usulan Direktur BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi .
(4) Direktur BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
mengusulkan pengalokasian sumber daya sesuai dengan syarat dan
mekanisme pengangkatannya di atur oleh peraturan perundangan
yang berlaku kepada Bupati Sukabumi untuk ditetapkan.

Bagian kedelapan

PENGELOMPOKAN FUNGSI PELAYANAN DAN FUNGSI PENDUKUNG

Pasal 9

(1) BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi merupakan


unsur penunjang perangkat daerah yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, BLUD
RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi dipimpin oleh seorang
Direktur.
(2) BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi mempunyai
Tugas Pokok membantu Bupati dalam menyelengarakan tugas-tugas
Pemerintah Daerah di bidang pelayanan kesehatan dengan
mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilakukan
secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan
pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan.
(3) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud diatas,
BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi mempunyai
fungsi :
a. Penyelenggaraan kebijakan operasional pelayanan medik;
b. Penyelenggaraan kebijakan operasional pelayanan penunjang
medik;
c. Penyelenggaraan pelayanan rehabilitasi;
d. Penyelenggaraan kebijakan operasional pelayanan dan asuhan
keperawatan;
e. Penyelenggaraan kebijakan operasional pelayanan rujukan;
f. Penyelenggaraan kebijakan operasional pendidikan dan
pelatihan;
g. Penyelenggaraan kebijakan operasional penelitian dan
pengembangan
h. Penyelenggaraan kebijakan operasional administrasi umum dan
keuangan; dan
i. Penyelenggaraan kerjasama pendidikan dan praktek kerja
lapangan;
Bagian kesembilan

PROSEDUR KERJA

Pasal 10

Prosedur Kerja yang dilaksanakan mengacu kepada fungsi yang


dijabarkan dalam dokumen turunan akan ditetapkan dengan Surat
Keputusan Direktur BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
sebagai bagian dari kelengkapan tugas dan fungsi masing-masing unit
kerja dan pejabat struktural sesuai dengan SOTK yang ditetapkan.

Bagian kesepuluh

ESELONISASI

Pasal 11

Eselonisasi yang diberlakukan mengacu kepada peraturan terakhir yang


dikeluarkan oleh Bupati Sukabumi berpedoman kepada ketetapan yang
memiliki kekuatan hukum terakhir yang ditetapkan oleh pemerintah
pusat.
1. Jenjang jabatan dan
kepangkatan serta susunan kepegawaian diatur sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
2. Eselonisasi pada BLUD RSUD
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi adalah sebagai berikut :
a. Direktur adalah jabatan struktural dengan Eselon III a;
b. Kepala Bagian/Bidang adalah jabatan struktural dengan Eselon
IIIb;
c. Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi adalah jabatan struktural
dengan Eselon IV a.

Bagian kesebelas

PENGELOLAAN SUMBERDAYA MANUSIA

Pasal 12

Pengelolaan SDMK (Sumber Daya Manusia Kesehatan) meliputi :


1. Perencanaan kebutuhan tenaga BLUD RSUD Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi
2. Pengangkatan personel BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi yang bukan Pegawai Negeri Sipil.
3. Turut serta dalam proses penempatan Pegawai Negeri BLUD RSUD
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
4. Pengaturan dan
pemberian izin kepada dokter BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi yang akan melakukan kerja atau praktek Rumah sakit
swasta/badan lain di luar jam kerja.
5. Penilaian akuntabilitas
kinerja pegawai BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
6. Penetapan reward dan
peningkatan kesejahteraan terhadap seluruh pegawai BLUD RSUD
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi

Bagian keduabelas

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Pasal 13

Kebijakan BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi dalam


menyusun Standar Pelayanan Minimal adalah penetapan Standar
Pelayanan Minimal Unit Kerja sebagai Sasaran Mutu Unit Kerja yang
terdiri dari minimal 1 (satu) jenis standar yang merupakan core product
dari unit kerja tersebut dan atau sebagai representatif dari perspektif
kepuasan pelanggan.
Sasaran mutu unit kerja yang selanjutnya ditetapkan sebagai Standar
Pelayanan Minimal merupakan sesuatu yang harus dicapai oleh unit kerja
dan harus dijadikan dasar penetapan rencana manajemen mutu sebagai
suatu parameter yang dilengkapi oleh dokumen mutu pendukung.

Bagian ketiga belas

TARIF LAYANAN
Pasal 14

Kebijakan yang berkaitan dengan penetapan tarif layanan mengacu


kepada peraturan daerah yang ditetapkan yang senantiasa akan ditinjau
ulang secara berkala sesuai dengan eskalasi dan perubahan nilai indeks
komoditas yang berlaku di pasar dan diperhitungkan dalam perhitungan
berbasis unit cost. Untuk layanan kelas III pemerintah mengacu kepada
standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan mengacu kepada
pendekatan INA-DRG yang berlaku.

Bagian keempat belas

PENGELOLAAN KEUANGAN

Pasal 15

Prinsip pengelolaan keuangan yang berasal dari penerimaan fungsional


rumah sakit mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dan
akan dilakukan perubahan secara bertahap mengacu kepada pola
standar Akuntasi Akuntan Indonesia (SAK) dengan prinsip efesiensi dan
efektifitas guna memperoleh kecepatan, ketersediaan dan akses layanan
yang tepat. Sedangkan untuk sumber penerimaan yang berasal dari
pemerintah daerah (DAU) akan mengacu kepada standar yang
ditetapkan berdasarkan peraturan Bupati mengacu kepada ketentuan
Permendagri yang berlaku paling akhir.

Bagian kelimabelas

PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAIN

Pasal 16
Pengelolaan sumber daya lain dikelola berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku.

Bagian keenam belas

PENGELOLAAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

Pasal 17

Lingkungan rumah sakit akan dipertahankan mengacu kepada rasio


antara lahan yang tersedia dengan luas areal yang terbangun secara
proporsional sehingga rumah sakit memiliki lingkungan yang dapat
menunjang proses kesembuhan penyakit lebih baik serta semua limbah
cair maupun padat dan infeksius tidak akan dibuang ke permukaan
sehingga tidak akan memberikan efek pencemaran terhadap lingkungan
sekitar.

Bagian ketujuh belas

PRINSIP TATA KELOLA

Pasal 18

Pola Tata kelola BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi ,


memperhatikan prinsip-prinsip antara lain :

1. Transparansi
2. Akuntabilitas
3. Responsibilitas
4. Independensi
5. Kesetaraan atau kewajiban

Bagian kedelapan belas

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 19

Pembinaan dan pengawasan atas setiap kegiatan layanan rumah sakit


baik yang menyangkut sumber daya manusia, penggunaan sumber daya
keuangan yang berasal dari penerimaan fungsional serta pemanfaatan
sistem dan metode akan diawasi oleh Satuan Pengendali Internal dan
Dewan Pengawas, bila memungkinkan oleh panitia jaga mutu rumah
sakit yang akan ditetapkan oleh Direktur BLUD RSUD Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi .
Sedangkan pengawasan eksternal dimungkinkan dilakukan oleh aparat
pengawas fungsional eksternal (Inspektorat Daerah) maupun BPK sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

Bagian kesembilan belas

EVALUASI DAN PENILAIAN KINERJA

Pasal 20

Penilaian kinerja rumah sakit akan dilakukan secara sistematis dan


berkala dengan mengacu kepada standar yang ditetapkan menggunakan
parameter yang tertuang didalam dokumen SPM yang telah disetujui dan
ditetapkan oleh Bupati, seiring dengan kontrak kinerja Direktur dengan
Bupati.

Pemaparan Peraturan Internal Korporasi (Corporate By Laws)

Direktur BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi senantiasa


mengupayakan agar Peraturan Internal (Hospital By Laws) ini dapat
dilihat oleh berbagai pihak pihak yang berkepentingan.

(1) Direktur BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi dapat


mengajukan usulan perubahan Peraturan Internal (Hospital By
Laws) melalui rapat khusus yang diselenggarakan untuk itu dan
diajukan kepada Bupati Sukabumi.

(2) Usulan untuk merubah Peraturan Internal (Hospital By Laws) ini


hanya dapat dilaksanakan bila pemberitahuan tertulis untuk
maksud tersebut telah disampaikan kepada Dewan Pengawas
paling lambat tiga minggu sebelumnya.

Bagian kedua puluh

DEWAN PEMBINA

Pasal 21

(1) BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi mengusulkan


pembentukan Dewan Pembina yang akan ditetapkan oleh Bupati;

(2) Anggota dewan pembina sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


ditetapkan dari berbagai unsur yaitu Bupati dan Wakil Bupati,
Sekretaris Daerah, Asisten Daerah, Unsur Perencanaan, Unsur
Pengawasan, Unsur Kesehatan dan Unsur Keuangan;

(3) Dewan pembina bertugas melakukan pembinaan dan pengawasan


terhadap pengelolaan BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi yang dilakukan oleh pejabat pengelola sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Dewan pembina berkewajiban:

a. Memberikan pendapat dan


saran kepada Bupati mengenai RBA yang diusulkan oleh
pejabat pengelola
b. Mengikuti perkembangan
kegiatan BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
dan memberikan pendapat serta saran kepada Bupati
mengenai setiap masalah yang dianggap penting bagi
pengelolaan BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
;
c. Melaporkan kepada kepala
daerah tentang kinerja BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi ;
d. Memberikan nasehat kepada
pejabat pengelola dalam melaksanakan pengelolaan BLUD
RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi ;
e. Melakukan evaluasi dan
penilaian kinerja baik keuangan maupun non keuangan, serta
memberikan saran dan catatan-catatan penting untuk
ditindaklanjuti oleh pejabat pengelola BLUD RSUD
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi ;
f. Memonitor tindak lanjut hasil
evaluasi dan penilaian kinerja.

(5) Dewan pembina melaporkan pelaksanaan tugasnya sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), kepada Bupati secara berkala paling
sedikit 1 (satu) kali dalam satu tahun dan sewaktu-waktu apabila
diperlukan.

Bagian Keduapuluh satu

DEWAN PENGAWAS

Pasal 22

(1) Anggota dewan pengawas dapat terdiri dari unsur-


unsur:
a. pejabat SKPD yang berkaitan dengan kegiatan BLUD;
b. pejabat di lingkungan satuan kerja pengelola keuangan daerah;
dan
c. tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan BLUD
(2) Pengangkatan anggota dewan pengawas tidak
bersamaan waktunya dengan pengangkatan pejabat pengelola
BLUD.

(3) Kriteria yang dapat diusulkan menjadi dewan


pengawas, yaitu:
a. Memiliki dedikasi dan memahami masalah-
masalah yang berkaitan dengan kegiatan BLUD, serta dapat
menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan
tugasnya;
b. Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan
tidak pernah dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi
anggota direksi atau komisaris, atau dewan pengawas yang
dinyatakan bersalah sehingga menyebabkan suatu badan
usaha pailit atau orang yang tidak pernah melakukan tindak
pidana yang merugikan daerah; dan
c. Mempunyai kompetensi dalam bidang
manajemen keuangan, sumber daya manusia dan mempunyai
komitmen terhadap peningkatan kualitas pelayanan publik.

Pasal 23

(1) Bupati dapat mengangkat sekretaris dewan pengawas untuk


mendukung kelancaran tugas dewan pengawas.
(2) Sekretaris dewan pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
bukan merupakan anggota dewan pengawas.

Bagian keduapuluh dua


MASA JABATAN

Pasal 24

(1) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan maksimal 5


(lima) tahun, dan tidak dapat diangkat kembali.

(2) Anggota Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum waktunya


oleh kepala daerah.

(3) Pemberhentian anggota Dewan Pengawas sebelum waktunya


sebagaimana dimaksud pada ayat (2), apabila:

a. Tidak dapat melaksanakan


tugasnya dengan baik;
b. Tidak melaksanakan
ketentuan perundang-undangan;
c. Terlibat dalam tindakan yang
merugikan BLUD; atau
d. Dipidana penjara karena
dipersalahkan melakukan tindak pidana dan/atau kesalahan
yang berkaitan dengan tugasnya melaksanakan pengawasan
atas BLUD.
Pasal 25

Segala biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas Dewan


Pengawas dan Sekretaris Dewan Pengawas dibebankan pada RBA RSUD
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi

Bagian keduapuluh tiga

PENGELOLAAN RUMAH SAKIT

Pasal 26

OTONOMI PENGELOLAAN

a. BLUD RSUD
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi mempunyai kewenangan di
bidang pengelolaan pegawai, keuangan, pengadaan dan
pengelolaan aset, kerjasama dengan pihak ketiga dan kewenangan
lainnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Pengelolaan pegawai sebagaimana butir a di atas meliputi :

1. Perencanaan dan Pengangkatan pegawai yang bukan Pegawai


Negeri Sipil.
2. Turut serta dalam proses penempatan Pegawai Negeri Sipil.
3. Pengaturan dan pemberian izin kepada dokter BLUD RSUD
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi yang akan melakukan
kerja atau praktek rumah sakit swasta/badan lain di luar jam
kerja.
4. Penilaian akuntabilitas kinerja pegawai.
5. Penetapan reward dan peningkatan kesejahteraan terhadap
seluruh pegawai.
b. Otonomi
pengelolaan keuangan meliputi fleksibilitas dalam hal pengelolaan
praktek bisnis rumah sakit yang sehat dan produktif.

c. Otonomi
pengadaan dan pengelolaan aset yang bersumber dari pendapatan
fungsional diadakan oleh Pejabat/Panitia Pengadaan Barang dan
Jasa yang ditetapkan oleh Direktur RSUD Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi .
d. Otonomi
Kerjasama dengan pihak ketiga dilakukan berdasarkan praktek
bisnis yang sehat dengan prinsip efisiensi dan efektifitas dan saling
menguntungkan.

e. Otonomi
Kerjasama dengan pihak ketiga dalam rangka pengembangan
Sumber Daya Manusia baik internal maupun eksternal.

Pasal 27

PENYELENGGARAAN KEGIATAN

(1) Penyelenggaraan kegiatan rumah sakit terdiri dari


kegiatan administrasi serta kegiatan pelayanan kesehatan.
(2) Kegiatan pelayanan administrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a. Dalam
memberikan pelayanan yang bersifat wajib kepada
masyarakat dapat melaksanakan pengeluaran sebelum
penetapan Rencana Bisnis Anggaran (RBA) definitif.
b. RBA definitif
sebagaimana dimaksud pada butir (a) digunakan sebagai
acuan dalam menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA) BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
untuk diajukan kepada Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD).
c. Dokumen
Pelaksanaan Anggaran BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi sebagaimana dimaksud pada butir (b) paling
sedikit mencakup seluruh pendapatan dan belanja, proyeksi
arus kas, serta jumlah dan kualitas jasa dan/atau barang yang
akan dihasilkan oleh RSUD Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi
d. DPPKAD
mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran BLUD RSUD
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi paling lambat tanggal
31 Desember menjelang awal tahun anggaran.
e. Dalam hal
dokumen pelaksanaan anggaran sebagaimana dimaksud
pada butir (d) belum disahkan oleh PKBD, BLUD RSUD
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi dapat melakukan
pengeluaran uang paling tinggi sebesar angka dokumen
pelaksanaan anggaran tahun lalu.
f. Dokumen
Pelaksanaan Anggaran yang telah disyahkan oleh DPPKAD,
sesuai dengan kewenangannya sebagaimana dimaksud
pada butir (d) menjadi dasar penarikan dana yang bersumber
dari APBD oleh RSUD Palabuhan Ratu Kabpaten Sukabumi

(3) Kegiatan pelayanan kesehatan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a. Kegiatan pelayanan
medis.
b. Pelayanan
penunjang medis.
c. Pelayanan asuhan
keperawatan
d. Pelayanan rujukan
e. Pelayanan
pendidikan dan pelatihan
f. Promosi kesehatan
Rehabilitasi
g. Penelitian dan
pengembangan
h. Penyelenggaraan
administrasi umum dan keuangan
i. Pelayanan Keluarga
Miskin

Pasal 28

PENGELOLAAN PENDAPATAN

(1) Pendapatan BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten


Sukabumi bersumber dari :

a. APBD;
b. Jasa Layanan RSUD PALABUHAN RATU;
c. Hibah;
d. Hasil kerjasama BLUD RSUD Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi dengan pihak ketiga; dan
e. Pendapatan lain BLUD RSUD Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi yang sah.

(2) Pendapatan BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten


Sukabumi yang bersumber dari APBD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a adalah pendapatan yang berasal dari
otorisasi kredit anggaran pemerintah daerah bukan dari kegiatan
pembiayaan APBD.

(3) Pendapatan BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten


Sukabumi yang bersumber dari jasa layanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah imbalan yang diperoleh dari
layanan yang diberikan.
(4) Pendapatan BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi yang bersumber dari hibah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c dapat berupa hibah terikat dan hibah tak
terikat.

(5) Hibah terikat sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


adalah pendapatan yang diperoleh dari masyarakat atau badan
lainnya yang diperlakukan sesuai peruntukan dan dapat
ditunjukan untuk membiayai kegiatan operasional , aset tetap,
investasi keuangan (endowment fund) atau pembebasan
kewajiban, tergantung tujuan pemberi hibah.

(6) Hasil kerjasama dengan pihak ketiga sebagaimana


dimaksud ayat (1) huruf d, dapat berupa perolehan dari
kerjasama operasional, sewa menyewa dan usaha lainnya yang
tidak berhubungan langsung dengan tugas pokok dan fungsi
RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi .

(7) Pendapatan lain BLUD RSUD Palabuhanratu


Kabupaten Sukabumi yang sah sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf e, antara lain :

a. Hasil penjualan kekayaan BLUD RSUD


Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi yang tidak dipisahkan;
b. Hasil pemanfaatan kekayaan RSUD
Palabuhanratu Sukabumi;
c. Jasa giro;
d. Pendapatan bunga;
e. Tuntutan ganti rugi;
f. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing;
g. Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai
akibat dari penjualan dan /atau pengadaan barang dan/ atau
jasa oleh RSUD Palabuhanratu Sukabumi.

Pasal 29

PENGELOLAAN UTANG PIUTANG

(1) BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi


dapat memberikan piutang sehubungan dengan penyerahan
barang dan jasa dan /atau transaksi yang berhubungan langsung
maupun tidak langsung dengan kegiatan RSUD Palabuhanratu
Sukabumi.

(2) Piutang BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten


Sukabumi dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, transparan
dan bertanggung jawab serta dapat memberikan nilai tambah,
sesuai dengan prinsip bisnis sehat dan berdasarkan ketentuan dan
peraturan perundangan.

(3) Direktur BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten


Sukabumi melaksanakan penagihan piutang.
(4) Untuk melaksanakan penagihan piutang
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Direktur BLUD RSUD
Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi menyiapkan bukti dan
administrasi penagihan, menyelesaikan tagihan dan melakukan
penatausahaan atas piutang (tagihan) RSUD Palabuhanratu
Sukabumi.

(5) Piutang BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten


Sukabumi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang sulit
ditagih dapat dilimpahkan penagihannya kepada Kepala Daerah
dilampiri bukti-bukti autentik.

(6) Piutang BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten


Sukabumi dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat oleh
pejabat yang berwenang, yang nilainya ditetapkan secara
berjenjang.

(7) Kewenangan penghapusan piutang sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan peraturan Bupati,
dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

(8) BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi


dapat melakukan pinjaman dan obligasi sehubungan dengan
kegiatan operasional dan/atau perikatan peminjaman dengan
pihak lain.

(9) Pinjaman dan obligasi BLUD RSUD Palabuhanratu


Kabupaten Sukabumi dikelola dan diselesaikan secara tertib,
efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab, sesuai
dengan praktek bisnis yang sehat.

(10) Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan


pinjaman jangka pendek hanya untuk belanja operasional
termasuk keperluan menutup defisit kas.

(11) Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan


pinjaman jangka penjang hanya untuk belanja modal.

(12) Perikatan pinjaman dilakukan oleh pejabat yang


berwenang secara berjenjang berdasar nilai pinjaman.

(13) Kewenangan peminjaman sebagaimana dimaksud


pada ayat (5) diatur dengan peraturan Bupati.

(14) Pembayaran kembali utang sebagaimana dimaksud


pada ayat (8) menjadi tanggung jawab RSUD Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

(15) Hak tagih utang BLUD RSUD Palabuhanratu


Kabupaten Sukabumi menjadi kadaluarsa setelah 5 (lima) tahun
sejak utang tersebut jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain menurut
undang-undang.

(16) Jatuh tempo sebagaimana dimaksud pada ayat (15)


dihitung sejak 1 Januari tahun berikutnya.
(17) BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
wajib membayar bunga dan pokok utang dan/atau obligasi daerah
yang telah jatuh tempo.

(18) Dalam hal pembayaran bunga dan pokok utang


dan /atau obligasi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (17)
melebihi anggaran yang tersedia dalam RBA, pimpinan BLUD
RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi dapat melakukan
pelampauan pembayaran mendahului RBA perubahan.

(19) Pembayaran bunga dan pokok utang sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) dan pelampauan pembayaran bunga dan
pokok utang dan/atau obligasi daerah tersebut dilaporkan dalam
pembahasan awal RBA perubahan.

(20) Dalam hal pembayaran bunga dan cicilan pokok


utang dan /atau obligasi daerah yang jatuh tempo melebihi
anggaran yang tersedia dalam RBA perubahan, Pimpinan BLUD
RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi dapat melakukan
pelampauan pembayaran dan melaporkannya dalam laporan
realisasi anggaran kepada DPPKAD

Pasal 30

PENGELOLAAN BARANG

(1) Direktur BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi selaku


pengguna barang bertanggung jawab atas pengelolaan dan
penatausahaan barang milik BLUD RSUD Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi yang berada dalam penguasaannya dan
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

(2) Pengelolaan serta penatausahaan barang milik BLUD RSUD


Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaporkan secara periodik kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah.

(3) Penguasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan


kuasa yang dilimpahkan oleh Kepala Daerah.

(4) Pejabat Pengguna barang dalam melaksanakan program menunjuk


PPTK.

(5) PPTK sebagaimana di maksud pada ayat (4) mempunyai tugas :

a. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan.


b. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; dan
c. Menyiapkan dokumen atas beban pelaksanaan kegiatan.

(6) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf c mencakup


dokumen administrasi kegiatan yang ditetapkan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

(7) Pengadaan barang dan jasa oleh BLUD RSUD Palabuhanratu


Kabupaten Sukabumi dilakukan berdasarkan prinsip efisien dan
ekonomis sesuai dengan praktek bisnis yang sehat.
(8) Kewenangan pengadaan barang dan jasa sebagaimana dimaksud
ayat (1) diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai yang diatur
dalam peraturan Bupati.

(9) BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi diberikan


fleksibel berupa pembebasan sebagian atau seluruhnya dari
ketentuan yang berlaku umum bagi pengadaan barang dan jasa
Pemerintah bila terdapat alasan efektifitas dan/atau efisien.

(10) Fleksibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (10) diberikan


terhadap pengadaan barang/jasa yang sumber dananya berasal
dari :

a. Jasa pelayanan yang diberikan;


b. Hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau
badan lain; dan atau
c. Hasil kerja sama BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya.

(11) Pengadaan barang dan/atau jasa yang dibebaskan sebagian atau


seluruhnya sebagaimana dimaksud pada ayat (10) hanya berlaku
bagi sumber dana selain dari APBD.

(12) Efektifitas dan/atau efisiensi sebagaimana dimaksud pada ayat


(10) diwujudkan dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang
ditetapkan oleh Direktur BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi dengan mengikuti prinsip-prinsip transparansi,
adil/tidak diskriminatif, akuntabel sesuai praktek bisnis yang sehat
dalam rangka peningkatan mutu pelayanan.
Pasal 31

AKUNTANSI DAN PELAPORAN

(1) BLUD menerapkan sistem informasi manajemen


keuangan sesuai dengan kebutuhan dan praktek bisnis yang
sehat.

(2) Setiap transaksi keuangan BLUD harus


diakuntansikan dan dokumen pendukungnya dikelola secara tertib.

Pasal 32

BLUD menyelenggarakan akuntansi dan laporan keuangan berbasis


aktual sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang
diterbitkan oleh Asosiasi Profesi Akuntansi Indonesia.

Pasal 33

PROSEDUR AKUNTANSI

(1) Setiap transaksi keuangan BLUD menggunakan bukti transaksi/


pembukuan dan bukti pendukung.

(2) Bukti transaksi /pembukuan dan bukti pendukung sebagaimana


dimaksud dalam pasal 18 menggunakan bukti pembukuan intern
dan ekstern.
(3) Bukti pembukuan intern sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan bukti pembukuan yang dikeluarkan oleh BLUD.

(4) Bukti pembukuan ekstern sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


merupakan bukti yang diperoleh dari luar BLUD.

(5) Bukti pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


merupakan bukti tambahan/pelengkap dan digunakan sebagai
dasar pembukuan, antara lain :
a. Order pembelian barang;
b. Kontrak pembelian dan
penjualan;
c. Instruksi pengangkutan.
Pasal 34

PROSEDUR PENGELUARAN KAS

(1) Prosedur akuntansi pengeluaran kas meliputi


serangkai proses manual dan/atau komputerisasi mulai dari
pencatatan, pengiktisaran dan pelaporan keuangan yang berkaitan
dengan pengeluaran kas dalam rangka pertanggung jawaban
pelaksanaan bersumber dari APBD dan selain pendapatan dari
APBD.

(2) Bukti transaksi yang digunakan dalam prosedur


akuntansi pengeluaran kas/bank sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) yang bersumber dari APBD mengikuti peraturan yang
berlaku.

(3) Bukti transaksi pengeluaran kas/bank yang


bersumber selain APBD, mencakup :

a. Pembayaran imbalan jasa tenaga kerja.

b. Pembayaran hutang ; dan

c. Pembayaran macam-macam biaya.

(4) Bukti transaksi pengeluaran kas sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) bernomor urut tercetak.

(5) Buku yang digunakan untuk mencatat prosedur


akutansi penerimaan kas/bank sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) mencakup :

a. Buku jurnal pengeluaran kas/bank.

b. Buku besar pembantu.

c. Buku Kas Umum (BKU)

(6) Secara periodik buku jurnal pengeluaran kas ditutup


dan diposting ke Buku besar sesuai dengan rekening yang terkait .

(7) Setiap akhir periode semua rekening dalam buku


besar ditutup sebagai dasar menyusun neraca saldo.

Pasal 35

LAPORAN KEUANGAN
(1) Laporan keuangan intern PPK-BLUD meliputi :

a. Laporan posisi keuangan (Neraca);


b. Laporan kinerja keuangan (Surplus-Defisit);
c. Laporan Arus Kas;
d. Laporan Perubahan Ekuitas Dana;
e. Catatan atas laporan keuangan;
f. Laporan akuntansi Manajemen sesuai
kebutuhan.

(2) Laporan keuangan unit-unit usaha yang diselenggarakan oleh BLUD


dikonsolidasikan dalam laporan keuangan BLUD.

(3) Lembar muka laporan keuangan unit-unit pelayanan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) dimuat sebagai lampiran laporan
keuangan BLUD.

(4) Laporan keuangan BLUD merupakan bagian yang tidak terpisahkan


dari laporan pertanggung jawaban keuangan SKPD/ Pemerintah
Daerah.

(5) Laporan keuangan BLUD sebagaimana pertanggung jawaban dana


APBD berupa laporan realisasi anggaran, laporan kinerja
operasional, laporan keadaan kas, laporan pencapaian target RBA
Definitif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pasal 36

REMUNERASI

(1) Prinsip remunerasi diberikan


sebagai bentuk penghargaan kepada seluruh pegawai atas prestasi,
dedikasi, loyalitas dan terpuji dalam aktifitas sesuai dengan tingkat
profesionalisme dan resiko yang harus diemban dalam rangka
menjamin keselamatan pemberi pelayanan pasien dan lingkungan
kerja.

(2) Pemberian diberikan


berdasarkan nilai kumulatif kerja yang ditetapkan berdasarkan
kesepakatan seluruh Stakeholder dengan Keputusan Direktur BLUD
RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Proporsi besaran yang ditetapkan didasarkan


alokasi yang disekapati dengan menjaga harmonisasi untuk
mempertahankan mutu pelayanan, operasional dan
maintenance serta investasi jangka pendek.
b. Sumber daya dikelola dalam satu tim, setiap
bulan diberikan sebelum tanggal 20 dengan norma yang
dipakai meliputi :
1) Plafon minum yang harus dipenuhi oleh
masing-masing profesi dengan syarat mengikuti
paramater yang ditetapkan
2) Kinerja berbasis prestasi individual, yang
dicapai berdasarkan prinsip-prinsip kompetensi yang
sehat.
3) Penghargaan atas prinsip kebersamaan
dan keaktifan masing-masing profesi yang ditetapkan
oleh penanggung jawab profesi.
4) Penghargaan atas dedikasi dan prestasi
komulatif yang diberikan kepada perorangan atas hasil
seleksi tim independen yang ditetapkan oleh Direktur
RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi

(3) Pengaturan lebih lanjut


diusulkan oleh Direktur BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi untuk ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 37

BESARAN REMUNERASI

(1) Pejabat pengelola, dewan pengawas dan pegawai BLUD


mendapatkan remunerasi berdasarkan tingkat tanggung jawab
dan tuntutan profesionalisme yang diperlukan.

(2) Besaran remunerasi sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan


imbalan kerja yang dapat berupa gaji, honorarium, tunjangan
tetap, insentif, bonus atas prestasi, pesangon dan atau pensiun.

(3) Remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan


kepada Sekretaris Dewan Pengawas.

Pasal 38

FAKTOR - FAKTOR PENGGAJIAN

Besaran gaji Pemimpin BLUD ditetapkan dengan mempertimbangkan


faktor faktor sebagai berikut :

a. Proporsionalitas, yaitu
pertimbangan atas ukuran (size) dan jumlah aset yang dikelola
BLUD serta tingkat pelayanan;
b. Kesetaraan, yaitu dengan
memperhatikan industri palayanan sejenis;
c. Kepatutan, yaitu
menyesuaikan kemampuan pendapatan BLUD yang bersangkutan;
d. Kinerja operasional BLUD
yang ditetapkan oleh Bupati mempertimbangkan indikator
keuangan, pelayanan mutu dan manfaat bagi masyarakat.

Pasal 39

HONORARIUM

Honorarium Dewan diatur lebih lanjut dengan keputusan Direktur BLUD


RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi.
Honorarium Dewan Pengawas ditetapkan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 40

TUNTUTAN UMUM

(1) Dalam hal pegawai BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi


dituntut berkaitan dengan hukum pidana, maka itu didasarkan pada
tuntutannya.

(2) Apabila tuntutan yang diajukan adalah kesalahan yang berkaitan


dengan institusi, maka Blud Rsud Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi bertanggung jawab selama kesalahan yang dilakukan
masih mengikuti Standar Prosedur Operasional ( SPO ).

(3) Apabila tuntutan yang diajukan adalah kesalahan yang berkaitan


dengan individu, maka BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten
Sukabumi tidak bertanggung jawab selama kesalahan yang dilakukan
tidak mengikuti SOP yang diberlakukan .

Pasal 41

Tata urutan peraturan yang dibuat dan dikomunikasikan di lingkungan BLUD


RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi adalah sebagai berikut :

1. Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi


2. Peraturan Bupati Sukabumi
3. Hospital By Laws
4. Keputusan Direktur BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi.

Pasal 42

PERUBAHAN PERATURAN INTERNAL KORPORASI

(1) Dewan Pembina berhak merubah melalui rapat khusus yang


diselenggarakan untuk itu dan diajukan serta ditetapkan Bupati.

(2) Usulan untuk merubah Peraturan Internal Korporasi (Corporate By


Laws) ini hanya dapat dilaksanakan bila pemberitahuan tertulis untuk
maksud tersebut telah disampaikan kepada setiap anggota dewan
pembina paling lambat tiga puluh hari kalender sebelumnya.

Pasal 43

(1) Keputusan-keputusan Direktur BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten


Sukabumi, yang ada pada saat peraturan internal korporasi (corporate
by laws) ini disahkan, masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum di dalam
hospital by laws ini.

(2) Hospital By Laws untuk perubahannya dapat ditetapkan oleh pejabat


yang bertanggung jawab atas pembinaan pelayanan medik di BLUD
RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi.
(3) Bila Peraturan belum terdapat di dalam Hospital By Laws dapat di
buat di peratuan lain dan peraturan tersebut tidak terlepas dengan
Hospital By Laws .

BAB III
POLA TATA KELOLA STAF MEDIK

Bagian kesatu

PENGANGKATAN DAN PENGANGKATAN KEMBALI STAF MEDIK

Pasal 44

KOMITE MEDIK

ORGANISASI KOMITE MEDIK

(1) Dilingkungan BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten


Sukabumi dibentuk suatu wadah non struktural yang disebut Komite
Medik BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi yang
bertanggung jawab langsung kepada Direktur.

(2) Komite Medik adalah satu-satunya organisasi formal yang


menghimpun, memformulasikan, dan mengkomunikasi pendapat dan
kehendak seluruh staf medis fungsional yang berkaitan dengan
profesi medis di Rumah Sakit .

Pasal 45

FUNGSI KOMITE MEDIK

Fungsi Komite Medik adalah :

1. Memberi saran kepada Direktur Rumah Sakit / Kepala Pelayanan Medis.

2. Mengkoordinasikan dan mengarahkan kegiatan pelayanan medis.

3. Menangani hal-hal yang berkaitan dengan etik kedokteran.


4. Menyusun kabijakan pelayanan medis sebagai standar yang harus
dilaksanakan oleh semua kelompok staf medis

Pasal 46
WEWENANG KOMITE MEDIK

Wewenang Komite Medik adalah :

1. Memberikan usul rencana kebutuhan dan peningkatan kualitas tenaga


medis.

2. Memberikan pertimbangan tentang rencana pengadaan,


penggunaan, dan pemeliharaan peralatan medis dan penunjang
medis serta pengembangan pelayanan medis.

3. Monitoring dan evaluasi yang terkait dengan mutu pelayanan medis


sesuai yang tercantum didalam tugas komite medis.

4. Monitoring dan evaluasi efisiensi dan efektifitas penggunaan alat


kedokteran di rumah sakit.

5. melaksanakan pembinaan etika profesi serta mengatur kewenangan


profesi antar kelompok staf medis.

6. Membentuk Tim Klinis yang mempunyai tugas menangani kasus-kasus


pelayanan medik yang memerlukan koordinasi lintas profesi, misalnya
penanggulangan kanker terpadu, pelayanan jantung terpadu dan lain
sebagainya.

7. Memberikan rekomendasi tentang kerjasama antara Rumah Sakit dan


fakultas kedokteran/kedokteran gigi/ institusi pendidikan lain.

Pasal 47

TUGAS KOMITE MEDIK

Tugas Komite Medik :

1. Menyediakan wadah agar anggota staf medik dapat berpartisipasi


memberi masukan atas masalah profesi medik dan teknis medik dan
menghadiri rapat bersama Kepala dan komite lainnya di rumah sakit.
2. Melakukan kredensial tenaga medis yang akan bekerja di rumah sakit
dan memberikan rekomendasi kepada Direktur.
3. Melakukan kredensial tenaga medis yang sedang bekerja di rumah
sakit dan memberi rekomendasi kepada Direktur
4. Merencanakan dan mengatur pendidikan kedokteran berkelanjutan
dan pendidikan spesialisasi yang disesuaikan dengan master plan
Rumah Sakit bagi setiap anggotanya.

5. Memberikan masukan pada Direktur perihal :


(a) Pelayanan klinis yang sesuai SPM (Standar Pelayanan Medis).
(b) Kebijakan pengorganisasian palayanan klinik rumah sakit.
(c) Identifikasi kebutuhan pasien rumah sakit dan pelayanan yang
layak untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
(d) Identifikasi kebutuhan alat kesehatan yang sesuai dengan visi
dan misi Rumah Sakit.
6. Melakukan audit medik, memantau perilaku etik, profesionalisme
anggota staf medik dan mengusulkan hasil kajian Komite Medik
Kepada Direktur.

7. Menyusun dan merevisi standarisasi farmasi dan terapi untuk


mendapat pengesahan Direktur.

8. Menentukan kewenangan klinis dokter sesuai kompetensinya yang


ditetapkan oleh Direktur.

9. Laporan kegiatan Komite Medik akan disampaikan secara berkala


kepada Direktur sedikitnya setahun sekali.

10. Membantu Direktur Rumah Sakit menyusun dan merevisi standar


pelayanan medis untuk mendapat pengesahan dan memantau
pelaksanaannya.

11. Melaksanakan pembinaan etika profesi, disiplin profesi dan mutu


profesi.

12. Membantu Direktur rumah sakit menyusun Medical Staf By Laws dan
memantau pelaksanaannya.

13. Membantu Direktur menyusun kebijakan dan prosedur yang terkait


dengan medikolegal.

14. Melakukan koordinasi dengan Bidang Pelayanan dalam melaksanakan


pe-mantauan dan pembinaan pelaksanaan tugas kelompok staf
medis.

15. Meningkatkan program pelayanan pendidikan dan pelatihan serta


penelitian dan pengembangan dalam bidang medis.

16. Melakukan monitoring dan evaluasi mutu pelayanan medis antara lain
melalui monitoring dan evaluasi bedah, penggunaan obat (drug
usage), farmasi dan terapi, ketepatan, kelengkapan dan keakuratan
rekam medis, tissue review, mortalitas dan morbiditas, medical care
review audit medis melalui pembentukan Panitia Kerja.

17. Memberikan Laporan kegiatan kepada Direktur rumah sakit.

Pasal 48

TANGGUNG JAWAB KOMITE MEDIK

Tanggung jawab komite medik adalah terkait dengan mutu pelayanan


medis, pembinaan kedokteran dan pengembangan profesi medis.

Pasal 49

KEWAJIBAN KOMITE MEDIK

Komite medis mempunyai kewajiban sebagai berikut :

1. Menyusun, melaksanakan, memantau dan melakukan revisi peraturan


internal staf medis (medical staf bay laws)
2. Membuat standar pelayanan medis sesuai kondisi RSUD, Standard
Operating Procedur (SOP), standar profesi dan standar kompetensi.

3. Membuat standarisasi format pengumpulan, pemantauan dan


pelaporan indikator mutu klinik.

4. Melakukan pemantauan mutu klinik etika kedokteran dan pelaksanaan


pengembangan profesi medis.

Pasal 50
KEPENGURUSAN KOMITE MEDIK

(1). Komite Medik BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi terdiri


dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris I, Sekretaris II dan Anggota.

(2). Anggota Komite Medik terdiri dari Ketua Staf Medis Fungsional.

(3). Yang dapat dipilih sebagai pengurus adalah pegawai tetap yang telah
memiliki wewenang untuk melakukan tindakan medik di rumah sakit
minimal (3) tiga tahun dan yang masih berlaku selama periode
kepengurusan tersebut.

(4). Yang dapat dipilih sebagai ketua, minimal pernah menjabat sebagai
pengurus komite medik satu periode.

Pasal 51

TATA CARA PEMILIHAN KETUA

1) Pemilihan ketua komite medik dilakukan setiap 3 tahun, kecuali pada


keadaan dimana ketua perlu segera diganti sesuai hasil rapat pleno
khusus untuk itu, dengan persetujuan Direktur.

2) Setiap staf medik berhak dan menghadiri undangan rapat pleno.

3) Rapat pleno dinyatakan sah apabila dihadiri minimal dua pertiga dari
seluruh staf medik yang berhak hadir.

4) Rapat pleno memilih dan menetapkan tiga calon ketua untuk diajukan
kepada Direktur.

5) Direktur menetapkan satu orang Ketua terpilih dari hasil rapat


pemilihan ketua komite medik, atau calon lain yang dianggap sesuai.

Pasal 52

KETUA KOMITE MEDIK

(1) Ketua Komite Medik adalah seorang staf medik fungsional tetap.

(2) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Ketua sebelum masa


jabatannya berakhir maka kekosongan jabatan tersebut diisi oleh
wakil ketua.

(3) Tugas Ketua Komite Medik adalah :


a. Menyelenggarakan komunikasi yang efektif dan mewakili
pendapat, kebijakan laporan, kebutuhan dan keluhan staf medik
serta bertanggung jawab kepada Governing Board bersama
dengan Direktur.
b. Menyelenggarakan rapat dan bertanggung jawab atas semua
risalah rapat yang diselenggarakan Komite Medik.
c. Menunjuk Wakil Komite Medik dalam setiap kepanitiaan di rumah
sakit yang memerlukan perwakilan dari staf medik.
d. Menghadiri pertemuan yang diadakan oleh Governing Board dan
kepanitiaan lainnya.
e. Menunjuk dan menetapkan wakil ketua, sekretaris dan ketua-
ketua Panitia Kerja yang disahkan oleh Direktur.
f. Menentukan agenda dan jadwal setiap rapat komite medik.

Pasal 53

SEKRETARIS KOMITE MEDIK

1. Sekretaris Komite Medik dipilih oleh Ketua Komite Medik.

2. Sekretaris Komite Medik adalah seorang staf medik fungsional tetap.

3. Sekretaris Komite Medik bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan


tugas-tugas kesekretariatan Komite Medik.

4. Pada sekretaris Komite Medik diperbantukan petugas sekretariat yang


disediakan oleh rumah sakit.

5. Tugas Sekretaris Komite Medik adalah


a. Melakukan pemberitahuan kepada semua anggota yang berhak
untuk menghadiri rapat-rapat Komite Medik.
b. Mempersiapkan dan mengedarkan risalah rapat yang lengkap
kepada hadirin yang berhak menghadiri rapat.
c. Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Ketua Komite
Medik.

Pasal 54

PANITIA KERJA DI BAWAH KOMITE MEDIK

1. Dibawah Komite Medik dibentuk beberapa Panitia Kerja yang terdiri


dari :
a. Panitia Kerja Peningkatan Mutu Pelayanan
b. Panitia Kerja Etika Profesi
c. Panitia Kerja Infeksi Nosokomial (komite tersendiri)
d. Panitia Kerja Rekam Medis
e. Panitia Kerja Farmakoterapi
f. Panitia Kerja Audit Medis
g. Panitia Kerja Kredensial
2. Tugas dan fungsi Panitia Kerja medik ditetapkan oleh komite medik
dari waktu-kewaktu dan disahkan oleh Direktur.

3. Ketua Panitia Kerja adalah staf medik yang dipilih dan ditetapkan oleh
ketua komite medik.

4. Kepengurusan Panitia Kerja terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan anggota.


Sekretaris dan anggota dipilih langsung oleh Ketua Panitia Kerja.

5. Bila dianggap perlu, Ketua Panitia Kerja dapat dibantu oleh tenaga lain
yang kompeten diluar staf medik.

Pasal 55

RAPAT KOMITE MEDIK

(1). Rapat Komite Medik terdiri dari atas rapat rutin, Rapat khusus dan
Rapat Pleno.

(2). Setiap rapat komite medik dinyatakan sah hanya bila undangan telah
disampaikan secara pantas.

(3). Rapat komite medik hanya dihadiri oleh anggota atau pihak lain yang
mendapat undangan dari ketua Komite Medik.

(4). Setiap anggota komite medik wajib memenuhi undangan rapat.

(5). Undangan yang berhalangan hadir, harus menyampaikan surat


pemberitahuan tertulis/SMS kepada komite medik paling lambat 24
jam sebelum rapat dimulai. Bila dianggap perlu, ketua komite medik
berhak untuk menunjuk penggantinya.

Pasal 56

RAPAT RUTIN KOMITE MEDIK

1. Rapat rutin diadakan satu bulan sekali pada waktu dan tempat yang
ditetapkan oleh ketua komite medik.

2. Sekretaris Komite Medik menyampaikan pemberitahuan rapat rutin


beserta agenda rapat kepada para anggota yang berhak hadir paling
lambat dua hari kerja sebelum rapat tersebut dilaksanakan.

3. Rapat rutin dihadiri oleh seluruh pengurus komite medik.

4. Ketua dapat mengundang pihak lain bila dianggap perlu.

Pasal 57

RAPAT KHUSUS KOMITE MEDIK

Diadakan setiap saat bila ada hal-hal yang harus segera diselesaikan.

Pasal 58

RAPAT PLENO KOMITE MEDIK

1. Dilakukan minimal sekali dalam 3 (tiga) bulan.


2. Peserta rapat : ketua, Wakil ketua dan sekretaris.

3. Tujuan : Evaluasi pelaksanaan tugas dan program kerja yang telah


disusun.

Pasal 59

PENGAMBILAN PUTUSAN RAPAT

Kecuali telah diatur dalam Hospital By Laws ini, maka :

1. Pengambilan putusan rapat diupayakan melalui musyawarah dan


mufakat.

2. Masing-masing anggota rapat termasuk ketua, mempunyai hak satu


suara.

3. Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka putusan diambil memlaui


pemungutan suara berdasarkan suara terbanyak dari anggota yang
hadir.

4. Dalam hal jumlah suara diperoleh adalah sama maka ketua


berwenang membuat keputusan hasil rapat.

Pasal 60

TATA TERTIB RAPAT

1. Hanya dihadiri undangan.

2. Setiap rapat Komite Medik wajib dihadiri oleh seluruh Pengurus Komite
Medik yang diundang.

3. Hadir tepat waktu.

4. Mempersiapkan diri dengan telah membaca agenda rapat yang telah


diberikan.

5. Alasan ketidak hadiran dalam rapat harus disampaikan secara tertulis


kepada Ketua tembusan Direktur.

6. Rapat dipimpin oleh Ketua Komite Medik atau ditunjuk oleh Ketua
Komite Medik.

7. Sebelum rapat dimulai agenda rapat dan notulen dibacakan atas


perintah ketua komite medik.

8. Setiap peserta rapat wajib mengikuti rapat sampai selesai setiap


peserta rapat hanya dapat meninggalkan rapat dengan seijin
pimpinan rapat.

9. Bila meninggalkan rapat sebelum acara selesai , menulis surat


kepada pimpinan sidang dan dicatat dalam notulen rapat, dianggap
menyetujui hasil rapat.

10. Sekretaris mencatat notulen rapat, dan membacakan hasilnya pada


saat akan penutupan rapat, setiap peserta wajib mendengarkan
dengan cermat dan melakukan koreksi bila perlu.
11. Semua yang terjadi dalam rapat (baik dalam, prosesnya maupun
hasilnya) bersifat rahasia, dan hanya boleh dibuka (baik sebagian
atau seluruhnya) atas persetujuan Direktur.

12. Resume notulen rapat (yang isinya telah disetujui rapat)akan


ditempelkan di kamar komite medik, semua staf medik wajib
membacanya.

13. Setiap peserta wajib menjaga ketertiban selama rapat berlangsung.

a. Berpakaian rapi.
b. Menjaga sopan santun dalam bersikap dan berbicara.
c. Tidak memotong pembicaraan orang lain dan hanya berbicara
pada saat gilirannya dipersilahkan pimpinan rapat.
d. Tidak berbicara/ ngobrol saat orang lain sedang berbicara
e. Memperhatikan dan mengikuti dengan sungguh-sungguh
jalannya rapat
f. Mentaati tata tertib yang ditetapkan pimpinan rapat.

14. Hal-hal lain yang menyangkut teknis tata tertib rapat akan ditetapkan
oleh Ketua sebelum rapat dimulai.

Pasal 61

NOTULEN RAPAT

1. Setiap rapat harus dibuat notulennya, dibacakan pada akhir rapat.

2. Semua notulen rapat Komite Medik dicatat oleh Sekretaris Komite


Medik atau penggantinya yang ditunjuk.

3. Notulen akan diedarkan kepada semua peserta rapat yang berhak


hadir sebelum rapat berikutnya.

4. Notulen rapat tidak boleh dirubah kecuali untuk hal-hal yang


berkaitan dengan keakuratan notulen tersebut.

5. Notulen rapat ditandatangani oleh Ketua Komite Medik dan Sekretaris


Komite Medik pada rapat berikutnya, dan notulen tersebut
diberlakukan sebagai dokumen yang sah.

6. Sekretaris memberikan salinan notulen dan daftar hadir kepada


Kepala, paling lambat satu minggu setelah ditandatangani oleh Ketua
dan Sekretaris Komite Medik.

STAF MEDIK

Pasal 62

KATEGORI STAF MEDIK

1. Dokter yang dapat melakukan tindakan medis di BLUD Rsud


Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi terdiri dari :
a) Staf Medik BLUD RSUD PALABUHANRATU KABUPATEN SUKABUMI
yang telah dinyatakan memenuhi syarat kredensial oleh Komite
Medik .
b) Dokter konsultan yang dundang (invited medical consultant)

2. Dokter konsultan yang diundang sebagaimana dalam ayat (1) hanya


dapat melakukan tindakan medik di rumah sakit setelah memenuhi
syarat tertentu yang ditentukan oleh Komite Medik.

Pasal 63

SYARAT PENERIMAAN STAF MEDIK

1. Setiap staf medik yang akan bekerja di rumah sakit harus telah
memenuhi kualifikasi tertentu sebagaimana dipersyaratkan dalam
Medical Staf Bylaws (MSBL) ini.

2. syarat tersebut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dinilai oleh


Komite Medik melalui Panitia Kerja Kredensial dengan suatu tata cara
yang ditetapkan dalam MSBL ini.

3. Hanya staf medik yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) dan (2) yang dapat diusulkan untuk diberi
kewenangan menangani pasien di BLUD RSUD Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi sesuai dengan kompetensi dan persyaratan
lain yang ditentukan oleh Komite Medik.

4. Staf Medik yang telah memperoleh kewenangan sebagaimana


dimaksud dalam ayat (3) setuju untuk melaksanakan tindakan medik
dalam batas-batas standar profesi.

5. Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) akan dinilai


kembali oleh Komite Medik melalui Panitia Kerja Kredensial dengan
satu tata cara yang ditetapkan oleh MSBL ini.

Pasal 64

TATA CARA KREDENSIAL

1. Tata cara kredensial diatur sebagaimana tertulis dalam lampiran


tersendiri yang merupakan bagian tak terpisahkan dari dokumen ini.

2. Bagi staf medik baru evaluasi dilakukan dalam 3 (tiga) bulan dan 1
(satu) tahun pertama.

3. Bagi dokter lainnya dilakukan re-kredensial setiap 3 (tiga) tahun.

4. Evaluasi terhadap staf medis sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)


dilakukan oleh Panitia Kerja Kredensial bersama SMF yang terkait.

5. Pada akhir masa evaluasi calon staf medik sebagaimana dimaksud


dalam ayat (4) maka Ketua Panitia Kerja Kredensial memberikan
laporan perilaku medis profesional yang bersangkutan kepada
Komite Medik.

Pasal 65

KUALIFIKASI DAN SYARAT UMUM


(1) Setiap dokter sebagaimana dimaksud dalam pasal 61 ayat 3 harus :

1. Mempunyai Surat Izin Praktek dan Surat Tanda Registrasi yang


masih berlaku.
2. Lolos uji integritas, dan perilaku oleh Komite Medik.
3. Memiliki surat penugasan sebagai dokter dan syarat lain yang
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Kabupaten Sukabumi.
4. Bersedia menandatangani surat perjanjian pemberian
pelayanan profesional di RSUD PALABUHAN RATU
5. Menunjukan kemampuannya untuk memberikan pelayanan
medik yang berkualitas pada pasien.
6. Menunjukan kemauan untuk mematuhi Hospital By Laws rumah
sakit dan MSBL, kebijakan prosedur, dan berbagai ketentuan
rumah sakit sesuai dengan jenis kategorinya.
7. Mematuhi prinsip umum etika kedokteran.
8. Bebas dari keadaan yang dapat mendiskualifikasi
kemampuannya dalam memberikan pelayanannya akibat
adanya hendaya fisik, mental, maupun perilaku yang dapat
berpengaruh pada keterampilan , sikap, atau kemampuan
pegambilan keputusan.
9. Menunjukan kemampuan untuk bekerjasama dengan
koleganya, keperawatan , staf penunjang medik, dan warga
rumah sakit lainnya.
10. Mentaati semua peraturan peraturan yang berlaku di BLUD
RSUD Palabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi

Pasal 66

KEBUTUHAN STAF MEDIS RUMAH SAKIT

1. Setiap permohonan untuk menjadi staf medik rumah sakit akan


dievaluasi, dan dapat dikabulkan atau ditolak, sejalan dengan
kebutuhan rumah sakit dan kemampuan rumah sakit.

2. Faktor yang digunakan untuk mempertimbangkan kebutuhan rumah


sakit sebagaimana dimaksud dakam ayat (1) disesuaikan dengan
master plan Rumah Sakit yang penyusunannya melibatkan komite
medik.

3. Direktur akan menerbitkan perjanjian perikatan antara rumah sakit


dengan staf medis setelah dipenuhi ketentuan sebagaimana
ditetapkan dalam pasal 21 dan pasal 22 sesuai dengan kebutuhan
rumah sakit.

4. Direktur menerbitkan Surat Keputusan Pengangkatan dan


penempatan staf medik yang telah diterima baik sebagai dokter tetap
ataupun dokter tidak tetap.
Pasal 67

KEWENANGAN MELAKUKAN TINDAKAN MEDIK

1. Setelah mendapatkan kewenangan klinis (clinical privilege) dari


Direktur yang ditetapkan dengan suatu surat keputusan, Staf medis
hanya dapat melakukan tindakan medik sesuai dengan spesialisasi
dan kemampuannya secara khusus , kecuali dalam keadaan darurat,
di rumah sakit.

2. Kewenangan klinis sebagaimana tercantum dalam ayat (1) terdiri


dari :

a. Penugasan klinis biasa sebagai staf medik di rumah sakit.


b. Penugasan klinis sementara sebagai dokter tamu (dokter tidak
tetap), termasuk konsultan tamu.
3. Kewenangan klinis sebagaimana tercantum dalam ayat (1) hanya
diberikan pada dokter yang telah terikat perjanjian dengan rumah
sakit yang ditetapkan setelah memenuhi pesyaratan sebagaimana
ditetapkan dalam MSBL ini, sesuai dengan peraturan yang ditetapkan
oleh Komite Medik dengan menunjuk pada organisasi profesinya.

4. Penilaian persyaratan dan jenis tindakan medik untuk setiap staf


medik sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) ditetapkan oleh Komite
Medik melalui Panitia Kerja Kredensial.

5. Hasil penilaian oleh Panitia Kerja Kredensial sebagaimana dimaksud


dalam ayat (4) diserahkan kepada Direktur, melalui Komite Medik,
untuk memperoleh pengesahannya.

6. Komite Medik menyerahkan hasil pengesahan penilaian kredensial


kepada Direktur

Pasal 68

PEMBERIAN KEWENANGAN STAF MEDIK

(1) Penentuan kewenangan untuk melakukan tindakan medik didasarkan


pada pendidikan, pelatihan, pendidikan berkelanjutan, pengalaman,
unjuk kemampuan termasuk pengambilan keputusan, sebagaimana
tercantum dalam berkas kredensial dan didasarkan pada
pengamatan kinerja klinis serta dokumen hasil program peningkatan
kinerja yang bersangkutan.

(2) Penggunaan kewenangan klinis dalam sebuah SMF akan tergantung


pada peraturan dan ketentuan yang berlaku di SMF masing-masing.

Pasal 69

BERAKHIRNYA KEWENANGAN MELAKUKAN TINDAKAN MEDIK

(1) Kewenangan untuk melakukan tindakan medik seorang staf medis di


rumah sakit berakhir bila hubungan hukum antara staf medis
dengan rumah sakit telah berakhir atau kewenangan klinis (clinical
privilege) dokter yang bersangkutan dicabut oleh Direktur
berdasarkan usulan Komite Medik.
(2) Dalam hal hubungan hukum antara staf medis dengan rumah sakit
berakhir maka Direktur memberikan surat pemberitahuan tentang
hal itu kepada yang bersangkutan dengan tembusan kepada komite
Medik.

(3) Dalam hal seorang Staf Medis dikenai sanksi disiplin maka setelah
melalui rapat khusus Komite Medik, Ketua Komite Medik memberikan
surat pemberitahuan tentang hal itu kepada Direktur dengan
tembusan kepada yang bersangkutan.

Pasal 70

PENJAGAAN MUTU PELAYANAN MEDIS

(1) Untuk menjaga mutu pelayanan medis dilakukan audit medis secara
berkala dan pendidikan kedokteran yang berkelanjutan dengan
tatacara yang lazim yang ditentukan oleh Panitia Kerja Peningkatan
Mutu Layanan.

(2) Topik, jangka waktu, dan tatacara audit medis ditetapkan oleh Panitia
Kerja Peningkatan Mutu Layanan.

(3) Panitia Kerja Peningkatan Mutu Layanan melaporkan hasil audit


medis dan analisisnya secara berkala kepada Komite Medis untuk
ditindaklanjuti.

(4) Komite Medis wajib melakukan tindakan korektif yang dianggap


perlu untuk menindak lanjuti hasil audit medis sebagaimana diatur
dalam ayat (3).

(5) Setiap anggota staf medik wajib menjalani pendidikan kedokteran


berkelanjutan yang substansi dan tata caranya diatur oleh Panitia
Kerja Peningkatan Mutu Layanan.

(6) Panitia Kerja Peningkatan Mutu Layanan memberikan laporan kepada


komite Medik mengenai efektifitas, kewajaran pelayanan medik yang
diberikan oleh seluruh staf medik yang bekerja dirumah sakit.

TINDAKAN DISIPLIN MEDIK DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN


PELANGGARAN DISIPLIN DAN TATA TERTIB PROFESI
MEDIK

Pasal 71

DASAR TINDAKAN DISIPLIN DAN TATA TERTIB PROFESI


MEDIK

(1) Keadaan dan situasi yang dapat digunakan sebagai dasar dugaan
pelanggaran disiplin medik dan etika profesi oleh seorang staf medik
adalah hal-hal yang menyangkut :

a. Kompetensi klinis.
b. Tindakan perawatan atas seorang pasien termasuk penata
layanan sebuah kasus di rumah sakit.
c. Dugaan pelanggaran MSBL dan tata tertib profesi medik.
d. Penggunaan obat dan alat kedokteran yang tidak sesuai dengan
standar profesi yang ditetapkan komite medik.
e. Ketidakmampuan untuk bekerja sama dengan staf medik rumah
sakit yang dapat menimbulkan inefisiensi operasional rumah
sakit.
f. Hal-hal lain yang oleh Komite Medik sepatutnya dianggap
menyangkut disiplin medik.

(2) Setiap staf medik, dan staf rumah sakit yang terkait dengan
pelayanan medik wajib memberitahukan adanya dugaan pelanggaran
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kepada Ketua Komite Medik
secara tertulis dalam suatu formulir yang disediakan untuk itu
dengan tetacara sebagai berikut :

a. Staf medik menyampaikan formulir pemberitahuan tersebut


kepada Ketua Komite Medik melalui Koordinator Staf Medik
Fungsional yang terkait.
b. Staf rumah sakit menyampaikan formulir pemberitahuan
tersebut kepada atasan yang bersangkutan untuk selanjutnya
disampaikan kepada Ketua Komite Medik melalui Direktur.

(3) Ketua Komite Medik wajib meneliti menindaklanjuti dan memberikan


kesimpulan serta putusan setiap laporan yang disampaikan oleh
staf medik dan staf rumah sakit yang terkait dengan pelayanan
medik sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

(4) Ketua Komite Medik dapat menugaskan Panitia Kerja terkait dibawah
Komite Medik untuk meneliti menindaklanjuti setiap laporan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3).

(5) Ketua Komite Medik memberikan kesimpulan dan putusan


sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) berdasarkan hasil penelitian
dan rekomendasi Panitia Kerja terkait yang dapat berbentuk :

a. Saran
kepada staf medik terkait dan menajamen rumah sakit
b. Putusan
untuk melakukan penelitian lanjutan guna menentukan
adanya pelanggaran disiplin medik, tata tertib dan etik.

(6) Semua putusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5)


didokumentasikan secara lengkap oleh staf sekretariat Komite Medik
dan diperlakukan secara Konfidensial.

(7) Pengungkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (5)


kepada pihak manapun hanya dapat ditentukan oleh Direktur setelah
memperoleh persetujuan dari Ketua Komite Medik.

(8) Tata tertb staf medik diatur dalam dokumen tersendiri yang
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari MSBL

Pasal 72

PENELITIAN DUGAAN PELANGGARAN DISIPLIN

DAN TATA TERTIB PROFESI MEDIK

(1) Penelitian dugaan pelanggaran disiplin profesi medik, etika medik,


dan tata tertib dimulai berdasarkan putusan Ketua Komite Medik
untuk melakukan peneiltian lanjutan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 1 ayat (5) dan dilaksanakan oleh Panitia Kerja terkait.

(2) Panitia Kerja Etika Profesi melaksanakan penelitian berdasarkan tata


cara yang telah ditetapkan dalam MSBL ini.

(3) Ketua Panitia Kerja Etika Profesi menyampaikan hasil penelitian dan
rekomendasi kepada ketua Komite Medik untuk ditetapkan sebagai
putusan Komite Medik yang memuat :

a. Ringkasan kasus atau kejadian


b. Kesimpulan tentang ada atau tidak adanya pelanggaran
c. Rekomendasi tindakan korektif.

(4) Ketua Komite Medik wajib memberikan rekomendasi putusan


sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dengan memperhatikan
masukan dari Panitia Kerja lain dalam waktu paling lama 7 (tujuh)
hari kerja setelah diterimanya putusan Panitia Kerja Etika Profesi.

(5) Rekomendasi putusan Komite Medik sebagaimana dimaksud dalam


ayat (4) disampaikan kepada Direktur dengan tembusan kepada
yang bersangkutan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja
setelah ditetapkannya putusan tesebut untuk segera ditindaklanjuti
oleh Direktur.

Pasal 73

PENELITIAN DUGAAN PELANGGARAN DISIPLIN

DAN TATATERTIB PROFESI MEDIK

(1) Dalam hal ketua komite medik menyampaikan putusan untuk


melakukan penelitian lanjutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 69
ayat (5) maka ketua Panitia Kerja Etika Profesi bersama anggotanya
meneliti ada tidaknya pelanggaran disiplin medik, tata tertib dan
etika.

(2) Setelah dilakukan penelitian pendahuluan sesuai dengan tata cara


yang telah ditetapkan, Panitia Kerja Etika Profesi menyelenggarakan
sidang dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah
diterbitkannya surat keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1)

(3) Ketua Panitia Kerja Etika Profesi dan anggotanya, melakukan


pengkajian dan penelitian atas kasus yang diterimanya dan
melaksanakan persi-dangan sesuai dengan tata cara yang telah
ditetapkan dalam MSBL ini.

(4) Dalam rangka melakukan pengkajian Ketua Panitia Kerja berwenang


meminta informasi kepada yang teradu dan semua pihak di rumah
sakit. Termasuk meneliti rekam medik, bila diperlukan meminta
bantuan pihak lain di luar rumah sakit dengan persetujuan Komite
Medik dan Direktur.

(5) Panitia Kerja wajib melaksanakan rapat-rapat persidangan untuk


menyim-pulkan memutuskan suatu kasus yang diserahkan padanya
dalam suatu surat kesimpulan yang ditanda tangani oleh ketua Panitia
Kerja melalui suatu putusan yang memuat :

a. Ringkasan kasus atau kejadian


b. Kesimpulan tentang ada atau tidak adanya pelanggaran
c. Rekomendasi tindakan korektif

(6) Ketua Panitia Kerja menyerahkan hasil rapat kepada Ketua Komite
Medik untuk disampaikan kepada Direktur BLUD RSUD Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi sebagai usulan.

Pasal 74

TATACARA PERSIDANGAN PANITIA KERJA ETIKA PROFESI

DAN TATA TERTIB PROFESI MEDIK

(1) Ketua Panitia Kerja Etika Profesi membuka persidangan dan


menyatakan sidang tersebut sah setelah kuorum tercapai dan setiap
yang hadir menandatangani daftar hadir

(2) Kuorum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tercapai bila rapat
dihadiri oleh paling sedikit setengah ditambah satu dari jumlah Panitia
Kerja.

(3) Panitia Kerja melaksanakan persidangan dengan melakukan


pemeriksaan atas kasus tersebut, meminta keterangan dari berbagai
pihak yang dianggap perlu

(4) Persidangan dilakukan secara tertutup

(5) Perekaman semua informasi dalam persidangan hanya dilakukan oleh


tenaga yang ditunjuk oleh komite klinik

(6) Tenaga sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) adalah seorang staf
medik

(7) Pada setiap akhir persidangan tenaga sebagaimana dimaksud dalam


ayat (5) membacakan hasil rekaman sidang kepada seluruh anggota
yang hadir untuk selanjutya dibuatkan risalah rapatnya

(8) Semua informasi, catatan, dokumen dalam bentuk apapun


diperlakukan secara konfidensial, dan tatacara pemusnahan dokumen
tersebut akan ditentukan oleh Komite Medik dari waktu ke waktu

(9) Pengungkapan dokumen sebagaimana dimaksud dalam ayat (7)


kepada pihak manapun hanya dapat ditentukan oleh Kepala BLUD
RSUD Kabupaten Sukabumi setelah memperoleh persetujuan Ketua
Komite Medik.

PEMAPARAN, PERUBAHAN, DAN KETENTUAN PENUTUP

Pasal 75

PEMAPARAN MSBL
Pemaparan MSBL dapat dilakukan oleh Komite Medik atas izin Direktur
BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi

Pasal 76

PERUBAHAN PERATURAN INTERNAL STAF MEDIK

(MEDICAL STAF BY LAWS) / MSBL

Bila dianggap perlu, Komite Medik berhak merubah MSBL ini dengan
persetujuan Direktur BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
melalui rapat khusus yang diselenggarakan untuk itu.

Pasal 77

KETENTUAN LAIN

(1) Peninjauan Peraturan Pola Tata Kelola ini dilakukan apabila terdapat
struktur, nama, jumlah, dan fungsi satuan organisasi fungsional lain
yang tidak tercantum di dalam peraturan ini ditetapkan dengan
Keputusan Direktur dan atau Peraturan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku

(2) Perubahan terhadap struktur, nama, jumlah dan fungsi satuan


organisasi fungsional di lingkungan BLUD RSUD PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI ditetapkan Direktur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 78

KETENTUAN PENUTUP

(1) MSBL ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

(2) Semua peraturan rumah sakit yang ditetapkan sebelum berlakunya


MSBL ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan MSBL ini.

(3) Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangannya


peraturan Bupati ini dalam berita daerah.

(4) Keputusan-keputusan Direktur BLUD RSUD Palabuhanratu Kabupaten


Sukabumi dan pimpinan lainnya, yang ada pada saat peraturan pola
tata kelola ini disahkan, masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum di dalam
peraturan pola tata kelola ini.

(5) Peraturan pola tata kelola ini untuk pertama kali ditetapkan oleh
Bupati dan untuk perubahannya dapat ditetapkan oleh pejabat yang
bertanggung jawab atas pembinaan dan pengawasan Rumah sakit.

(6) Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Palabuhanratu
Pada tanggal

Direktur BLUD RSUD


Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Dr.H.ASEP RUSTANDI
Pembina Tk.I
NIP. 196106261989031005

Anda mungkin juga menyukai