( PCRA ).
TAHUN 2022
1
RS PKU MUHAMMADIYAH CEPU
Jl. Ronggolawe No. 137, Telp. (0296) 421727, Fax. (0296) 424678 CEPU-58311
TENTANG
( PCRA )
2
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indionesia Nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.per5./men/1996
tentang Sistem Menejeman Kesehatan dan Keselamatan
Kerja yang menetapkan dalam bab IV tentang audit
sistem
menejemen K3
4. 4.surat Keputusan pimpinan pusat muhammadiyah
Nomer :1721/KEP/I.0/D/2021 tentang pengangkatan
Direktur RS PKU Muhammadiyah Cepu masa jabatan
2021-2025
MEMUTUSKAN
8 Dzulhijjah 1443
3
LAMPIRAN :
BAB I
PENDAHULUAN
Pre Contruction Risk Assesmentadalah proses mengidentifikasi potensi risiko yang bisa timbul dari
kegiatan renovasi, konstruksi, pembongkaran dan lain sebagainya yang berdampak pada pelayanan di rumah
sakit dan mengembangkan strategi mitigasi risiko untuk meminimalkan risiko. Elemen penilaian yang harus
dipertimbangkan dalam proses ini termasuk:
a. Kualitas Udara.
b. Pengendalian Infeksi (ICRA).
c. Utilitas.
d. Kebisingan.
e. Getaran
f. B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan Limbah B3.
g. Pelayanan Kedaruratan.
h. Risiko-risiko lain yang mempengaruhi perawatan, penyembuhan, dan pelayanan.
Pada akhir proses penilaian risiko akan menghasilkan rekomendasi mitigasi risiko (RMR). RMR ini
akan ditinjau oleh individu atau pihak yang menyelesaikan pekerjaan dan akan menjadi bagian dari
dokumentasi proyek.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud.
1. Mengurangi tingkat resiko kecelakaan terhadap pekerja, fasilitas dan lingkungan rumah sakit
akibat pekerjaan kontruksi atau renovasi.
4
2. Mengendalikan potensi bahaya akibat pekerjaan kontruksi bagi pekerja, pasien dan pengunjung
rumah sakit.
3. Menjaga reputasi Rumah Sakit.
4. Mematuhi aturan pemerintah dan persyaratan akreditasi sesuai SNARS.
5. Meningkat kinerja kontraktor.
Tujuan.
1. Memahami standar manajemen K3 kontaktor dalam menerapkan PCRA di Rumah Sakit.
2. Mampu melakukan assessment risiko pada pekerjaan kontruksi di Rumsh Sakit.
3. Mampu menerapkan sistem pengendalian bahaya dan resiko pada saat pekerjaan kontruksi oleh
kontraktor.
BAB II Ruang
Lingkup
Asasmen risiko prakonstruksi dilakukan pada saat rumah sakit merencanakan proses pembongkaran,
konstruksi, atau renovasi pada gedung baru, baik itu berupa pekerjaan yang dilelangkan ataupun pekerjaan
swakelola dari pihak ketiga. Yang bertanggungjawab dalam melakukan proses asesmen risiko prakosntruksi
adalah:
a. Tim Pelaksana
b. Tim Pengawas
c. Tim Perencana
d. Tim Teknis Rumah Sakit
e. Tim PPK Rumah Sakit
f. Tim K3 (RS dan Tim Pelaksana)
g. TimPPI
h. IPSRS (Sanitasi)
i. Unit Kerja yang terkena dampak proses konstruksi
Selanjutnya rumah sakit mengambil tindakan berdasarkan pengkajian asasmen risiko prakonstruksi
untuk meminimalisasi risiko saat proses pembongkaran, konstruksi, dan renovasi, serta rumah sakit
memastikan bahwa kepatuhan kontraktor dipantau, ditegakkan, dan didokumentasikan.
Pengukuran lingkungan fisik :
A. Pengukuran Suhu.
Suhu merupakan panas dan dingin dapat dirasakann oleh indra peraba manusia, namun tidak dapat
mengukur secara pasti derajat panas maupun dingin. Suhu dinyatakan untuk mengetahui ukuran
panas atau dinginnya suatu tempat atau benda.
B. Pengukuran kelembaban.
5
Kelembapan adalah konsentrasi uap air udara yang dinyatakan sebagai kelembapan mutlak.
Kelembapan udara rendah pada siang hari dan lebih tinggi pada malam hari.
C. Pengukuran pencahayaan.
Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatansecara efektif. Cahaya merupakan suatu bagian berbagai jenis gelombang
elektromagnetis yang terbang ke angkasa.
D. Pengukuran kebisingan.
Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga menganggu atau
membahayakan kesehatan. Serta semua bunyi /suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari
alat – alat proses produksi dan atau alat – alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran.
6
penilaian ICRA bisa dibantu dengan menggunakan Matriks ICRA. Dalam poin ini Tim K3RS akan
bekerja sama dengan
7
Komite PPI untuk melakukan asasmen risiko terkait penyebaran infeksi yag mungkin timbul akibat
proses konstruksi.
c. Sistem Utilitas
Sistem utiltas merupakan hal - hal yang dapat menunjang pelaksanaan suatu proses konstruksi
maupun renovasi. Hal - hal yang termasuk dalam sistem utilitas adalah:
1) Ketersediaan Air
2) Sistem drainase pada atap
3) Ketersediaan listrik
4) Ketersediaan sumber listrik alternatife
5) Sistem Ventilasi
6) Oxygen
7) GasMedis
Sistem utilitas yang terdapat pada proses konstruksi maupun renovasi bisa saja mengalami hambatan
atau kendala, sehingga dalam PCRA akan dilakukan penilaian bagaimana upaya untuk memenuhi
ketersedian fasilitas fisik tersebut apabila poin - poin dalam sistem utilitas yang telah disebutkan
diatas mengalami hambatan atau masalah
d. Kebisingan
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber pada alat - alat proses
produksi atau alat - alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran. Bising dapat menyebabkan berbagai gangguan baik pada tenaga staf, pasien maupun
penunggu pasien, seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan
ketulian. Pendengaran akan terganggu apabila seseorang terpapar secara terus menerus terhadap
bising diatas
85 Db selama 8 jam sehari dan 40 jam seminggu tanpa menggunakan alat pelindung diri. Untuk
melakukan pengukuran kebisingan dapat dilakukan dengan mengunakan alat yang bernama sound
level meter, dari hasil penilaian kebisingan maka akan didapatkan tindakan mitigasi atau
pengendalian sehingga nilai risiko pajanan kebisingan akan berkurang. Berikut nilai ambang batas dari
kebisingan :
NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN
Intensitas kebisingan
Waktu Pemajanan perhari
dalam db A
B Jam 85
4 88
2 91
1 94
30 Menit 97
8
15 100
7,5 103
9
3,75 106
1,88 109
0,94 112
28,12 Detik 115
14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
e. Getaran
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari kedudukan
keseimbangannya. Getaran terjadi apabila mesin atau alat yang digunakan dijalankan oleh motor
sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Apabila dalam proses konstruksi menggunakan mesin yang
digerakkan oleh motor ataupun menggunakan alat berat, maka hal ini akan berpotensi menimbulkan
getaran. Bedasarkan jenis pajanannya getaran dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu :
1) Getaran pada seluruh badan (Whole body fibratior)
2) Getaran pada tangan dan lengan (Hand and arm vibration)
Pengaruh buruk yang ditimbulkan akibat getaran, diantaranya :
1) Mengganggu kenyamanan pekerja, pasien, maupun penunggu pasien
2) Mempercepat timbulya kelelahan
3) Menimbulkan gangguan kesehatan
Nilai ambang batas pajanan getaran yang diperkenankan adalah
Jumlah waktu pemajanan Pe hari Nilai pencepatan pada frekuensi dominan
kerja Meter per detik kuadrat
Gram
(m/det2)
4 jam dan kurang dari 8 jam 4 0,40
2 jam dan kurang dari 4 jam 6 0,51
1 jam dan kurang dari 2 jam 8 0,81
Kurang dari 1 jam 12 1,22
f. B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun ) dan Limbah B3.
Bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah bahan yang karena sifatnya dan atau konsentrasinya dan
atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak
lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
10
manusia serta makhluk hidup lainnya. Sedangkan limbah B3 adalah buangan yang dihasilkan dari
suatu proses produksi atau pemakaian B3. Dalam PCRA persyaratan mengenai B3, diantaranya :
1) Setiap B3 yang digunakan pada saat pekerjaan renovasi harus memiliki MSDS.
2) Tempat penyimpanan B3 harus terpisah dari bahan lain, dan almari penyimpanan harus terbuat
dari bahan yang tahan api.
3) Dalam menyimpan B3, sebaiknya melakukan penyimpanan B3 sesuai dengan kategori tiap - tiap
karakteristik B3.
4) Khusus bahan B3 dengan tabung silinder bertekanan sebaiknya menggunakan troli atau rantai
untuk pengamanan tabung.
5) Setiap B3 yang digunakan pada saat pekerjaan renovasi harus berlabel, label yang dimaksud
adalah simbol karakteristik B3.
6) Apabila terdapat B3 yang dalam penggunaannya harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri),
maka APD tersebut harus tersedia di dekat tempat penyimpanan B3
7) Pada tempat penyimpanan B3 harus memiliki sistem tanggap darurat terhadap paparan B3, sistem
tanggap darurat yang dimaksud diantaranya: eye wash, body shower, kotak P3K yang minimal
berisi perban steril, iodine.antiseptik, plester, gunting, dan spill kit untuk menangani tumpahan
B3.
8) Pembuangan limbah B3 dipisahkan dari limbah domestik lainnya
g. Pelayanan Kedaruratan
Keadaan darurat adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan, baik karena faktor alam dan faktor non alam maupun faktor manusia sehingga dapat
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian aset atau properti
dan dampak psikologis. Pelayanan kedaruratan yang dimaksud adalah upaya dari pihak kontraktor
dalam menghadapi keadaan darurat. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam hal ini adalah :
1 Terdapat sistem tanggap darurat yang mumpuni, sehingga dapat diterapkan pada saat terjadi
keadaan darurat.
2. Terdapat jalur evakuasi atau jalur keluar aman pada saat terjadi keadaan darurat minimal 2
akses, dan dapat dipastikan jalur tersebut tidak terhalang oleh apapun.
3. Terdapat pengawasan, pemeliharaan dan pengujian sistem tanggap darurat yang ada di area
kosntruksi.
4. Terdapat simulasi dalam penanganan keadaan darurat dan kebakaran.
5. Terdapat fasilitas untuk memadamkan kebakaran yang mumpuni di area konstruksi.
6. Terdapat pengawasan, pemeliharaan dan pengujian fasilitas untuk memadamkan kebakaran
yang ada di area kosntruksi.
7. Terdapat pengawasan terhadap pekerjaan yang dapat menimbulkan panas atau percikan api.
11
8. Semua hal - hal yan berkaitan dengan upaya penanganan keadaan darurat dan kebakaran harus
disosialisasikan secara terus - menerus kepada seluruh pekerja di area konstruksi. Dapat berupa
kegiatan rapat rutin dan safety talk/briefinguntuk pekerja, dan lain sebagainya.
h. Risiko-risiko lain yang memengaruhi perawatan, penyembuhan, dan pelayanan.
Selain hal - hal diatas yang perlu diperhatikan selama proses konstruksi berlangsung diantaranya:
1) Pihak kontraktor bertanggungjawab untuk kebersihan proyek setiap harinya, sehingga ketika
pekerjaan selesai pihak kontraktor harus membersihkan area proyek
2. Dalam lokasi konstruksi juga harus menerapkan sistem 5R, yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan
Rajin.
3) Pihak kontraktor bertanggungjawab untuk keamanan proyek termasuk menjaga keamanan jalur
keluar masuk kendaraan proyek
4) Terpasang papan informasi yang jelas yang berisi keterangan dari kegiatan konstruksi, berupa:
• Papan nama proyek.
• Simbol dan lambang K3.
• Tanda larangan merokok.
• Tanda yang tidak berkepentingan dilarang masuk
5) Terdapat ruang pertemuan di lokasi proyek (Direksi Keet).
6) Pekerja konstruksi menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan bahaya
pekerjaannya dan disediakan oleh kontraktor pelaksana.
7) Semua pekerja konstruksi tidak terkecuali pekerja harian lepas atau borongan telah mendapat
perlindungan Jaminan Kesehatan (pada pekerjaan dengan jangka waktu 6 bulan)
8) Pihak pelaksana memiliki data lengkap setiap pekerja konstruksi serta system kerjanya dan
memastikan setiap pekerja dapat teridentifikasi dengan mudah
9) Terdapat pagar pembatas proyek dengan area perawatan di Rumah Sakit. Pagar dipasang setinggi
2 meter dengan bahan yang tidak mudah rusak
10) Area proyek dan Rumah Sakit bebas dari asap dan puntung rokok
11) Apabila pihak pelaksana menggunakan alat berat selama proses kontruksi berlangsung, alat berat
tersebut harus memiliki ijin operasional dari instansi terkait dan operator juga harus memiliki
lisensi khusus penggunaan alat berat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
12) Pihak pelaksana atau pengawas memberikan laporan tentang kegiatan K3 dan kejadian
kecelakaan serta penyakit akibat kerja yang terjadi di area konstruksi
13). Pelaksanaan konstruksi bangunan gedung harus memperhatikan gangguan yang mungkin
ditimbulkan terhadap lingkungan pada masa pelaksanaan konstruksi.
12
BAB IV
DOKUMENTASI
Setiap renovasi bangunan atau membangun gedung baru wajib melakukan PCRA ( Pre
Contruction Risk Assesment) yang sudah disediakan oleh TIM K3 RS PKU Muhammadiyah Cepu ataupun jika
terjadi kecelakaan kerja atau sesuatu hal tentang PCRA (Pre Contruction Risk Assesment ). Hal ini dilakukan
sebagai bukti bahwa RS PKU Muhammadiyah Cepu melakukan PCRA ( Pre Contruction Risk Assesment )
dengan baik.
Identitas Pekerjaan
Nama Pekerjaan :
I. Lokasi Pekerjaan
Gedung :
Lantai :
No. Kamar/ Ruang :
Risk Level
Tipe Konstruksi
13
Elemen Penilaian Risiko
Ya Tidak
3 Jalur Keluar Aman
Apakah jalur keluar aman proyek dapat
digunakan oleh orang lain selain pekerja
konstruksi ?
Ya Tidak
4 Pencegahan Kebakaran
Apakah kegiatan proyek dapat berdampak
pada sistem deteksi kebakaran di rumah
sakit? Ya Tidak
5 Pencegahan Kebakaran
Apakah kegiatan proyek dapat memberikan
dampak terhadap sistem penanggulangan
kebakaran di rumah sakit?
Ya Tidak
6 Pencegahan Kebakaran
Apakah kegiatan proyek memiliki tambahan
fasilitas atau peralatan pemadaman
kebakaran yang tersedia di area proyek ?
14
Ya Tidak
7 Pelatihan Penanggulangan Kebakaran
Apakah pemilik proyek mengharuskan seluruh
staf untuk mendapatkan pelatihan mengenai
langkah pemadaman kebakaran?
Ya Tidak
8 Pelatihan Penanggulangan Kebakaran
Apakah pemilik proyek menjamin sudah
pernah melakukan pelatihan / simulasi
penanggulangan kebakaran ?
Ya Tidak
9 Bahan Berbahaya Beracun
Apakah proyek memiliki tempat penyimpanan
khusus untuk Bahan Berbahaya dan Beracun ?
Ya Tidak
10 Kompartemen
Apakah proyek membutuhkan partisi tahan
asap sementara ? Partisi tersebut harus bebas
asap dan terbuat dari material yang tidak
mudah terbakar
Ya Tidak
11 Dampak Terhadap Struktur Bangunan
Akankah aktifitas proyek akan mempengaruhi
struktur bangunan rumah sakit dan
berdampak pada proteksi kebakaran seperti
pintu dan dinding ?
Ya Tidak
12 Pengawasan Terhadap Potensi Bahaya
Akankah pemilik proyek akan melakukan
peningkatan terhadap inspeksi dan
pengawasan bahaya terhadap aktifitas proyek
Ya Tidak
Frekuensi berkala :
_Harian
_Mingguan
13
_Bulanan
13 Hot Work
Apakah terdapat pekerjaan yang dapat
menimbulkan panas dan percikan api selama
proses proyek berlangsung ?
Ya Tidak
14 Area Posting
Apakah terdapat media informasi terkait
standar keselamatan dan kesehatan kerja
yang tertempel di area proyek ?
Ya Tidak
14
B. Pengendalian Infeksi dan Kualitas Udara
TIPE KONSTRUKSI
TIPE A TIPE B
Proses Inspeksi (non-invasif). Termasuk kegiatan Pekejaan dengan skala kecil, kegiatan durasi
yang tidak menghasilkan debu atau pekerjaan pendek, yang hanya akan membuat debu
yang tidak memerlukan pemotongan dinding, minimal. Termasuk, namun tidak terbatas pada
pengeboran, pengamplasan atau akses ke langit- :
langit selain untuk inspeksi visual seperti :
a. Pemasangan instalasi telepon dan jaringan
a. Memindahkan plafon untuk inspeksi visual komputer
(batasan < 5 m2) b. Melakukan pembongkaran dinding atau
b. Pengecatan (bukan pengamplasan) langit – langit dimana debu masih dapat
c. Pekerjaan jaringan elektrik dikontrol
d. Pekerjaan pipa air (memutus sementara pipa c. Memperbaiki area kecil pada dinding
air ≤ 15 menit di area tertentu) d. Pekerjaan pipa air (memutus sementara
e. Perbaikan pipa kecil tanpa solder dan bor suplai air ≤ 30 menit dilebih dari 1 area
f. Kegiatan yang tidak menghasilkan debu atau perawatan)
membutuhkan pembongkaran dinding atau e. Maksimal 4 plafon pengganti genteng dalam
langit – langit selain untuk inspeksi visual 50 kaki persegi
g. Kerja dengan kebutuhan listrik kecil f. Melakukan pemotongan/ pengelasan
h. Perbaikan Hardware pintu dan jendela dengan durasi pendek, pengeboran, atau
i. Perbaikan penggantian pengamplasan dari daerah yang sangat kecil
j. Melukis dinding di mana dapat menciptakan debu kecil dan
dapat dikendalikan
g. Perbaikan mekanik kecil.
16
TIPE KONSTRUKSI
TIPE C TIPE D
Setiap pekerjaan yang menghasilkan tingkat Kegiatan yang menghasilkan banyak debu dan
debu
termasuk juga kegiatan pembongkaran besar /
dengan jumlah sedang - banyak. Dan setiap
re-konstruksi serta konstruksi mayor. Termasuk
pekerjaan yang membutuhkan pembongkaran
pekerjaan :
atau penghapusan komponen bangunan tetap
atau rakitan, pekerjaan dengan perekat, cat,
a. Kegiatan yang membutuhkan pekerjaan
pelarut, pengencer dan pembersih yang kuat,
shift berturut – turut (lebih dari 1 sift)
pekerjaan yang mengambil lebih dari satu shift
b. Membutuhkan pembongkaran berat
(8 jam perhari) untuk menyelesaikan. Termasuk,
c. Memindahkan seluruh area langit – langit /
jenis pekerjaan :
plafon
a. Pengamplasan dinding untuk pengecatan d. Pekerjaan pipa air (memutus sementara
dinding suplai air > 1 jam dan dilebih dari 1 area
b. Pembongkaran ubin pada lantai dan langit – perawatan pasien)
langit ruangan dengan luas 20% dari total e. Pembongkaran Major
luas c. Pembangunan dinding, lantai dan f. Konstruksi mayor yang membutuhkan
langit – waktu selama beberapa hari
langit yang baru g. Konstruksi baru
d. Pekerjaan elektrik diatas langit – langit
(minor) dan pekerjaan pemasangan kabel
(mayor).
e. Pekerjaan pipa air (memutus sementara
suplai air 30 – 60 menit di lebih dari 1 area
perawatan)
f. Setiap pekerjaan pengeboran dengan waktu
yang lama
g. Setiap proses pengelasan atau pemotongan
di ruang area perawatan
17
AREA KONSTRUKSI BEDASARKAN TINGKAT RISIKO
Tipe dan Group Pekerjaan Konstruksi digunakan untuk menetapkan kelas risiko dan memutuskan
upaya penanganan
18
Risk Level Type A Type B Type C Type D
Group 2 I II III IV
Group 3 I II III/IV IV
KELAS 1
19
6. Mempertahankan
lingkungan pekerjaan tetap
kering
7. Memastikan barang – barang
yang mendukung
pertumbuhan kuman tidak
digunakan
20
KELAS 2
1. PCM (Pre Construction Meeting) 1. Ketika sedang proses pemotongan, semprotkan sedikit air 1. Mengelap permukaan dengan
untuk mengkomunikasikan langkah agar debu tidak berterbangan desinfektan.
pekerjaan secara detail 2. Ketika mengangkut material dan sampah sisa 2. Membersihkan permukaan dengan kain
2. Menutup pintu, jendela dan ventilasi pembangunan menggunakan container yang tertutup pel basah atau vacuum sebelum
yang tidak digunakan untuk 3. Segera menutup kembali plafon atau langit – langit setelah meninggalkan area konstruksi
menghindari debu dilakukan pembongkaran 3. Membuka kembali ventilasi, jendela dan
3. Menutup lokasi proyek dengan 4. Akses keluar masuk pekerja bebas dari puing – puing pintu yang sebelumnya tertutup
pembatas sehingga menghindari bangunan
kontaminasi debu 5. Pintu keluar masuk proyek selalu tertutup
4. Menyediakan filtrasi pada local 6. Bagian kebersihan, harus melakukan pembersihan lebih
exhaust sering disekitar area yang berdekatan dengan area
5. Menggunakan isolasi system HVAC di konstruksi
area konstruksi untuk mencegah 7. Memonitoring filter selama konstruksi berlangsung
kontaminasi pada sistem salurannya
6. memasang unit udara negative
portable, yang harus dioperasikan
selama masa konstruksi
23
7. memperhatikan akses untuk pekerja
proyek dengan material dan sisa
pembongkaran, sebaiknya dibedakan
1. PCM ( Pre Construction Meeting ) untuk 1. Ketika sedang proses pemotongan, 1. Sistem ventilasi harus dibersihkan setelah
mengkomunikasikan lankah pekerjaan secara semprotkan sedikit air agar debu tidak kontruksi selsai.
detail berterbangan.
2. Mengalirkan air di area kontruksi dan
sekitarnya sebelum ditepai.
24
2. Menutup pintu, jendela dan ventilasi yang 2. Udara didlam gedung yang dilakukan 3. Mengecek suhu sebelum ditempati.
tidak digunakan untuk menghindari debu renovasi akan disirkulasikan keluar secara
4. Jangan melepaskan penghalang debu
berkla dengan sistem HEPA filter.
3. Menutup lokasi proyek dengan pembatas terlebih dahulu sebelum pekerjaan selesai
minimal 2 lapis atau menggunakan papa 3. Ada sumber alternatif yang dapat digunakan dan dilakukan pembersihan area proyek
hingga langit – langit sehinga menghindari apabila terjadi listrik mati. secara menyeluruh dan siap untuk
kontaminasi debu digunakan.
4. Kontraktor wajib mengirimkan lembar kerja
4. Menyediakana filtrasi pada local exhaust ICRA, daftar kontrol dan kontak informasi 5. Meninjau kondisi area proyrk dengan Tim
ditempat kerja. PPI sebelum melepas penghalang debu ,
5. Membuat isolasi system HVAC di area
melepaskan penghalang debu dengan hati
konstruksi untuk mencegahkontaminasi pada 5. Mempertahankan tekanan udara negatif
- hati untuk meminimalkan debu dan
system salurannya ditempat kerja minimal 0,01”WG
kotoran daro pekerjaan kontruksi
6. Memasang unit udara portable yangharus 6. Keika mengangkut material dan sampah sisa
dioprasikan selama massa kontruksi bangunan menggunakan kontener yang
tertutup.
7. Memperhatikan akses untuk pekerja proyek
dengan material dan sisa pembonggkaran 7. Akses keluar masuk pekerja bebasdari puing
sebaiknya dibedakan. – piung bangunan
9. Memberi tanda petunjuk / peringatan yang 9. Pintu keluar masuk proyek selalu ditutup
jelas
25
10.Rute trasportasi barang bersih tidak dekat 10. Segera menutup kembali plafon – plafon
dengan material yang terkontaminasi atau langit lanit setelah dilakukan
pembongkaran.
11.Terdapat anteroom
11. Bagian kebersihan harus lebih sering
disekitar area yang berdekatan dengan are
kontruksi
26
KELAS 4 (Tambahan dari kelas I, II dan IV )
1. Memberikan fasilitas
anteroom dan meminta
untuk setaip pekerja yang
masuk dan keluar area
proyek melewati anteroom.
Anteroom tersebut berguna
untuk sebagai ruang antara
area proyek dengan area
non proyek, atau daerah
sekita proyek
2. Pekerja konstruksi akan
membersihkan area
anteroom sebelum
pekerjaan konstruksi diserah
27
terimakan ke pihak rumah
sakit
3. Pekerja menggunakan apron
/ APD ketika memasuki area
proyek dan melepasnya
ketika menggialkan area
proyek
4. Setiap pekerja yang masuk
area proyek wajib
menggunakan penutup
sepatu.
28
Kerusakan Utilitas dan Dampak :
Selama kegiatan proyek adalah salah satu dari kemungkinan berikut yang akan terganggu atau terkena dampak di area manapun di luar area kerja?
Yes No NA
Ketersediaan Air
Saluran air
Sistem drainase
Ketersediaan listrik
Sistem Ventilasi
Oxygen
Apabila ada beberapa yang mengalami gangguan, mohon dijelaskan langkah – langkah yang harus diambil untuk mengurangi dampak dari gangguan
tersebut
Tuliskan tindakan pencegahan yang akan dilakukan untuk memastikan bila terjadi gangguan yang tidak diinginkan tidak terjadi
29
30
BAB V
PENUTUP
Tim K3RS akan melakukan monitoring ke area konstruksi dengan melakukan pengumpulan data
dan pengukuran atas ketentuan - ketentuan yang sudah ditetapkan dalam kebijakan ini. Monitoring
melibatkan pengamatan atas kualitas dari proses konstruksi terkait dengan faktor kesehatan dan
keselamatan kerja. Sedangkan hasil monitoring akan digunakan sebagai bahan evaluasi. Evaluasi
digunakan untuk menilai efektifitas kebijakan ini dapat diterapkan dan menilai kebutuhan perbaikan dari
hasil monitoring rutin. Evaluasi juga digunakan untuk menilai keberhasilan rekomendasi berdasarkan
temuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Hasil evaluasi berdasarkan monitoring secara berkala.
Pencatatan evaluasi dituliskan dalam bentuk laporan kegiatan. Laporan proses monitoring dan evaluasi
akan disampaikan kepada :
1. Direktur RS
2. Tim Tekhnisi Rumah Sakit
3. Tim PPI Rumah Sakit
4. Konsultan Perencana
5. Kontraktor Pelaksana
Ditetapkan di : Cepu
8 Dzulhijjah 1443
24