DAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT (K3RS) Oleh KRT.Adi Heru Husodo Program Studi Ilmu Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta PENGANTAR Undang-Undang atau apa saja yang berkaitan dengan Peraturan Pemerintah, ketetapan pemerintah, Peraturan Daerah, Keputusan Presiden atau lainnya yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit atau K-3-RS amat menarik perhatian berbagai pihak, misalkan : Penyelenggara Rumah Sakit Dinas Kesehatan Ikatan Dokter Indonesia Badan Pengendali Dampak Lingkungan Konsultan Rumah Sakit Dinas Tenaga Kerja Dan sebagainya Di lain pihak, belum semua rumah sakit di Indonesia ini telah mampu dan mau menyelenggarakan K-3-RS secara baik, karena berbagai kendala, misalkan : Keterbatasan Sumber Daya Manusia Keterbatasan fasilitas Keterbatasan pelatihan Keterbatasan dana Keterbatasan teknologi Keterbatasan social budaya Dan sebagainya. Kiranya bertolak dari permasalahan tersebut diatas, maka Undang-Undang yang terkait dengan K- 3-RS amat perlu sekali untuk dibahas dalam makalah ini. Sekedar sebagai pengantar, tentang penyakit paru akibat kerja itu dimulai sejak pertengahan abad ke 16 di Eropah. Pada saat itu Georgius Agricola merintis pengertian antara pekerjaan dan penyakit akibat kerja dalam bukunya yang berjudul “De Re Metalica “ didalamnya dibahas mengenai PENYAKIT ASMA AKIBAT KERJA. Pada tahun 1700, Bernardino Ramazzini dalam buku “De Morbis Artificium Diatriba” didalamnya membahas PENYAKIT PARU AKIBAT KERJA, misalkan akibat Silica sehingga terjadi SILICOSIS, dan sebagainya. Selanjutnya Ramazzini dikenal sebagai BAPAK ILMU KESEHATAN KERJA, Beliau-lah yang berhasil mengupayakan agar pertanyaan “APA PEKERJAAN ANDA “ masuk dalam anamnesis rutin yang dilakukan dokter. Pada pertengahan abad 19 mulailah diperkenalkan peraturan yang lebih tegas, yaitu dikeluarkannya “FACTORY ACT” pada tahun 1844 dan 1891 di Inggris yang lalu disusul di Amerika Serikat. Di Indonesia, Undang-Undang tentang keselamatan kerja telah diundangkan sejak tahun 1970 yaitu menggantikan peraturan sebelumnya yang digunakan sejak jaman penjajahan Belanda yang tercakup dalam VEILIGHEIDS REGELEMENT. Kini industrialisasi dan aspek-aspek ketenaga- kerjaan di Indonesia semakin berkembang yang hal itu meliputi : Sektor Formal dan Sektor Non Formal Sektor Moderen dan Sektor Tradisional Sektor Pemerintah dan Sektor Swasta Sektor PMA (Modal Asing) dan PMDN (Modal Dalam Negeri) Sektor Pekerja Asing & Pekerja Indonesia Dan sebagainya Sehingga bertolak dari kompleksitas permasalahan tersebut diatas itulah, maka aspek- aspek perundang-undangan yang yang berkaitan dengan ketenaga-kerjaan (sector kesehatan, sector informal, sector transportasi, sector kelistrikan, sector perdagangan, dan sebagainya) menjadi amat penting untuk diperbincangkan. DIFINISI K-3 = Keselamatan dan Kesehatan Kerja = Occupational Health & Safety Rumah Sakit = Rumah yang digunakan untuk merawat orang sakit = Rumah yang digunakan untuk melakukan tindakan-tindakan medic = Rumah atau tempat dilakukannya bisnis pelayanan medic = Rumah atau tempat yang merupakan bagian dari pelaksanaan industry pelayanan medik PEMBAHASAN Terkait dengan uraian tersebut diatas, maka dibawah ini dituliskan peraturan dan perundang- undangan yang berkaitan dengan K-3 RS, yaitu sebagai berikut : 1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 : Setiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam sector ketenaga-kerjaan, maka kelayakan itu berkaitan dengan : Upah Syarat kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja Jaminan social tenaga kerja Perlindungan tenaga kerja 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan Bab V tentang Upaya Kesehatan : Pasal 10 : Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan: 1. Promotif 2. Preventif 3. Kuratif 4. Rehabilitatif Upaya kesehatan yang tertulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1992 hanya seperti tersebut diatas, padahal upaya kesehatan yang sebenarnya yaitu the Five Level of Preventian by Leavel & Clark adalah sebagai berikut : 1. Health Promotion 2. Health Prevention & Health Protection 3. Medical Curation (Early Diagnose & Prompt Treatment) 4. Disability Limitation 5. Health Rehabilitation Pasal 11 :Penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut diatas dilaksanakan melalui kegiatan : a.Kesehatan keluarga b.Perbaikan gizi c.Pengamanan makanan dan minuman d.KESEHATAN LINGKUNGAN e.KESEHATAN KERJA f.Kesehatan jiwa g.Pemberantasan penyakit h.Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan i.Penyuluhan kesehatan masyarakat j.Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan k. Pengamanan zat adiktif l. Kesehatan sekolah m. Kesehatan olah raga n. Pengobatan tradisional o. Kesehatan matra Pasal 23: 1. Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal 2. Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja 3. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja 4. Ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2) dan Ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah 3. TEMPAT KERJA Apakah tempat kerja ? Menurut Undang-Undang Nomer 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja,bab 1, pasal 1 ayat 1 : yang dimaksudkan dengan tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber atau sumber- sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2. 4. ILO/WHO Di tingkat internasional, arti penting mengenai kesehatan kerja juga telah ditekankan oleh sebuah komite kerjasama antara ILO/WHO dalam hal Kesehatan Kerja pada tahun 1995 5. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 64 A/MEN/1992 tentang PEDOMAN DALAM MENDIAGNOSIS DAN MENGEVALUASI CACAT KARENA KECELAKAAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA. 6. Peraturan Menteri Kesehatan RI dan Keputusan Direktur Jenderal PPM & PLP Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit : a. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit b. Keputusan Direktur Jenderal PPM & PLP Nomor HK 00.06.6.44.tentang Persyaratan dan Petunjuk Teknis Tatacara Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit c. Keputusan Direktur Jenderal PPM & PLP Nomor :HK.00.066.598 tentang kualitas peserta,Kualitas dan Penyelenggaraan Pelatihan Tenaga di Bidang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. 7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.05/MEN/1996 Tanggal 12 Desember 1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP 19/M/BW/97 Tanggal 26 Februari 1997 Tentang Pelaksanaan Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja 9. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : KEP 96/M/BW/1997 Tanggal 31 Maret 1997 Tentang Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja 10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor PER- 04/MEN/1995 Tanggal 12 Oktober 1995 Tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja 11. Instruksi Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : INST.05/M/RW/96 Tanggal 28 Oktober 1996 Tentang Pengawasan dan Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada kegiatan Konstruksi Bangunan 12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1202/Menkes/SK/VIII/2003 Tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Propinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat CAKUPAN K-3 RS Cakupan K-3 RS itu meliputi berbagai macam tingkatan dan berbagai macam pekerjaan dan kasus, contoh : Tingkat / Level Level 1. Promotive Level 2. Preventive & Protective Level 3. Curative Level 4. Disability Limitation Level 5. Rehabilitative Pekerjaan 1.Pasien dirujuk ke rumah sakit (dari rumah ke rumah sakit) 2.Pasien masuk Unit Gawat Darurat 3.Pasien diperiksa 4.Pasien diberi tindakan medic : Suntik Operasi Infuse Obat Dan sebagainya 5.Pasien di-evaluasi akibat tindakan medic yang dilakukan 6.Dan sebagainya Kasus 1. Nosocomial infection di rumah sakit Contoh : Penelitian Agus Suwarni & Adi Heru Sutomo Penelitian Budi Setiawan (Thesis S-2) Penelitian Kusbaryanto (Disertasi S-3) Dan sebagainya 2. Kelelahan kerja di rumah sakit 3. Kecelakaan kerja di rumah sakit Contoh : Gunting operasi tertinggal dalam perut pasien Benang operasi salah Dan sebagainya KESIMPULAN Peraturan perundangan yang terkait dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di berbagai bidang lapangan kerja (termasuk rumah sakit) sudah cukup jelas dan relative lengkap, jadi kini yang amat penting adalah implementasinya dalam penyelenggaraan masing-masing kerja. DAFTAR PUSTAKA Adisasmito, Wiku 2007.SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta Depkes-RI 2003.INDIKATOR INDONESIA SEHAT 2010 DAN PEDOMAN PENETAPAN INDIKATOR PROVINSI SEHAT DAN KABUPATEN / KOTA SEHAT KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1202/ MENKES/SK/VIII/2003, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Muljono, E.L 1997.PERATURAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA, Harvarindo, Jakarta. Depkes-RI 1995.PERATURAN MENTERI KESEHATAN RI DAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PPM & PLP TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. IKM UGM- IDKI DIY & S2 Ilmu Kesehatan Kerja UGM 2000.PELATIHAN SINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI RUMAH SAKIT & INSTITUSI LAIN, Prosiding Seminar Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Puslitbang IKM UGM & IDKI DIY dan Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Kerja Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Dewan K-3 Nasional 1993.PEDOMAN DIAGNOSIS DAN EVALUASI CACAT KARENA KECELAKAAN DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA, Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Jakarta.
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis