Anda di halaman 1dari 27

Pelayanan kesehatan kerja

Oleh:

Nama: Trisna Dewi

Nim: 22003028

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

2023

1
KATA PENGANTAR

Pertama sekali kami mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya jugalah akhirnya penulis dapat

menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dan selanjutnya ucapan terima

kasih kepada dosen pembimbing, teman-teman, dan seluruh pihak yang telah ikut

membantu mensukseskan pembelajaran dalam mata kuliah K2 & Hukum

Ketenagakerjaan ini.

Dalam makalah K2 & Hukum Ketenagakerjaan ini membahas mengenai

Kesehatan kerja. Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari

kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan

dengan faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak

terdapat kekurangan, maka dari itu penulis dengan sangat terbuka menerima

masukan dan saran demi menuju kesempurnaan makalah ini dan makalah

berikutnya. Sebagai penutup, penulis mengucapkan banyak maaf apabila terdapat

kesalahan dalam pengerjaan maupun penulisan makalah ini.

Makassar, Januari 2023

Trisna Dewi

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

2. RUMUSAN MASALAH

3. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

SARAN

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang     

Di era globalisasi tahun 2020 mendatang, kesehatan  kerja merupakan

salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan

barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggotanya,

termasuk bangsa Indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta mewujudkan

perlindungan masyarakat pekerja Indonesia; telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat

2015 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya

hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan

yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajatkesehatan yang

setinggi-tingginya.

Pelaksanaan kesehatan kerja  merupakan salah satu bentuk upaya untuk

menciptakan tempat atau lingkungan kerja yang aman, sehat, bebas dari

pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau terbebas dari

kejadian kecelakaan  kerja  dan penyakit akibat  kerja  yang pada akhirnya dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas  kerja suatu perusahaan atau

tempatkerja.

4
Dalam penjelasan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

yang telah mengamanatkan antara lain bahwa setiap tempat kerja harus

melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada

pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya,yaitu:

1. Apakah yang dimaksud dengan  kesehatan kerja?

2. Bagaimana kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan beban kerja?

3. Bagaimanakah strategi kesehatan kerja?

4  Jenis  jenis pelayanan kesehatan kerja?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kesehatan kerja.

2. Dapat membedakan antara kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan beban kerja.

3. Dapat mengetahui apa yang menjadi strategi kesehatan kerja.

4  Mengetahui  Jenis  jenis pelayanan kesehatan kerja

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan

masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan

faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen,

Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya

masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau khronis (sementara atau

berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek

terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung.

Kesehatan masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat

menimbulkan gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut

dapat timbul akibat pekerjaanya. Sasaran kesehatan kerja khususnya adalah para

pekerja dan peralatan kerja di lingkungan PSTKG. Melalui usaha kesehatan

pencegahan di lingkungan kerja masing-masing dapat dicegah adanya penyakit

akibat dampak pencemaran lingkungan maupun akibat aktivitas dan produk

6
PSTKG terhadap masyarakat konsumen baik di lingkungan PSTKG maupun

masyarakat luas.

Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan

pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang

meliputi, antara lain: metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang

mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari

kesehatan seseorang. Pada hakekatnya ilmu kesehatan kerja mempelajari

dinamika, akibat dan problematika yang ditimbulkan akibat hubungan interaktif.

Tiga komponen utama yang mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu:

1. Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-lain.

2. Beban kerja: fisik maupun mental.

3. Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara lain:bising, panas,

debu, parasit, dan lain-lain.

Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu kesehatan

kerja yang optimal. Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan

masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang

pada akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja. Keselamatan dan kesehatan

kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan

dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan

manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur

dan sejahtera.

7
Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan

penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan

penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat

dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan

pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi

meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko

kecelakaan di lingkungan kerja.

Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi

dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis

kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang

dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-

pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU

No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.

Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja

atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan

kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat

dan martabat serta nilai-nilai agama.

Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah

peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja

sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl

No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan

perkembangan yang ada.

8
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang

keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik

di  darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada

di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja

dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan,

pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan,

barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat

menimbulkan bahaya kecelakaan.

Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada

pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya

personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana yang ada. Oleh

karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan lembaga-lembaga K3

yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi dan kerjasama dengan mitra

sosial guna membantu pelaksanaan pengawasan norma K3 agar terjalan dengan

baik.

Menurut Interntional Labour Organization (ILO) dan World Health

Organization (WHO), Kesehatan kerja merupakan promosi dan pemeliharaan

kesejahteraan fisik, mental, dan sosial pekerja pada jabatan apapun dengan sebaik-

baiknya (Harrington & Gill, 2005). Upaya kesehatan kerja ini ditujukan untuk

melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta

9
pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan kerja

dilakukan pada pekerja baik di sektor formal maupun informal.

Dalam penyeleksian pemilihan calon pegawai pada suatu perusahaan /

instansi, diperlukan adanya pemeriksaan kesehatan baik secara fisik maupun

mental yang nantinya hasil pemeriksaan kesehatan ini digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Dalam hal penyelenggaraan upaya kesehatan kerja ini pengelola tempat

kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan,

peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja. Pengusaha wajib

menjamin kesehatan pekerja serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan

kesehatan pekerja. Tidak  pengelola atau pengusaha saja yang  berperan dalam

penyelenggaraan kesehatan kerja ini namun juga pekerjanya. Pekerja wajib

menciptakan dan menjagaa kesehatan tempat kerja yang sehat dan menaati

peraturan yang berlaku di tempat kerja. (UU No 36 Tahun 2009).

Menurut International Labor Organization ( ILO) salah satu upaya dalam

menanggulangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja adalah

dengan penerapan peraturan perundangan antara lain melalui :

a. Adanya ketentuan dan syarat-ayarat K3 yang selalu mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi ( up to date )

b. Penerapan semua ketentuan dan persyaratan keselamatan dan kesehatan

kerja sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sejak tahap

10
c. Pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui pemeriksaan-

pemeriksaan langsung di tempat kerja.

ILO dan WHO (1995) menyatakan kesehatan kerja bertujuan untuk

peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang

setinggi-tingginya bagi pekerja disemua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap

gangguankesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan

bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang

merugikan kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu

lingkungan  kerja  yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.

Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan

setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya. Selanjutnya dinyatakan bahwa

fokus utama kesehatan kerja , yaitu:

1) Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pekerja dan kapasitas  kerja

2) Perbaikan lingkungan  kerja  dan pekerjaan yang mendukung keselamatan dan

kesehatan

3) Pengembangan organisasi kerja dan budaya  kerja kearah yang mendukung

kesehatan dan keselamatan di tempat  kerja juga meningkatkan suasana sosial

yang positif dan operasi yang lancar serta meningkatkan produktivitas perusahaan.

Dalam Permenaker No.3 tahun 1982 disebutkan tugas pokok kesehatan

kerja antara lain:

1. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja

2. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan  kerja

11
3. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitasi

4. Pembinaan danpengawasan perlengkapan kesehatan kerja

5. Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja ,

pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan

makanan ditempat kerja

6. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada

pengurus

7. Memberikan saran dan masukan kepada manajemen dan fungsi terkait terhadap

permasalahan yang berhubungan dengan aspek kesehatan kerja.

B. Tujuan Kesehatan Kerja

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di

semua lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik,

mental maupun kesehatan sosial.

2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang

diakibatkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.

3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari

kemungkinan bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang

membahayakan kesehatan.

4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang

sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

C. Kapasitas Kerja, Beban Kerja, Lingkungan Kerja

12
Kapasitas kerja,beban kerja, dan lingkungan kerja merupakan tiga

komponen utama dalam system kesehatan kerja. Dimana hubungan interaktif dan

serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang

baik dan optimal. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi

kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar pekerja dapat

melakukan pekerjaannya dengan baik.

Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja

terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan

seseorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Kondisi

lingkungan kerja yaitu keadaan lingkungan tempat kerja pada saat bekerja,

misalnya panas,debu,zat kimia dan lain-lain, dapat merupakan bebam tambahan

trhadap pekerja. Beban beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri atau

bersama sama menjadi gangguan atau penyakit akibat kerja.

Perhatian yang baik pada kesehatan kerja dan perlindungan risiko bahaya

di tempat kerja menjadikan pekerja dapat lebih nyaman dalam bekerja. Dalam

Undang-undang No. 36 tahun 2009 dinyatakan bahwa kesehatan kerja

diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa

membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh

produktivitas  kerja  yang optimal sejalan dengan program perlindungan tenaga

kerja

D. Kebijakan Upaya Kesehatan Kerja (UKK)

13
Di Indonesia kebanyakan yang dilakukan dalam pelayanan upaya

kesehatan kerja di tempat pelayanan kerja yaitu :

 UKK dilaksanakan secara paripurna, berjenjang dan terpadu.

 Pelayanan kesehatan kerja merupakan kegiatan integral dari pelayanan

kesehatan pada kesehatan tingkat primer maupun rujukan.

 Pelayanan kesehatan kerja diperkuat dengan sistem informasi, surveilans

& standar pelayanan sesuai dengan peraturan undang-undang dan IPTEK.

 Peningkatan mutu pelayanan kesehatan kerja paripurna

 Promosi K3 dilaksanakan secara optimal

 Peningkatan koordinasi pelaksanaan UKK pada Tingkat Nasional,

Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan & Kelurahan/Desa.

 Memberdayakan Puskesmas sebagai jejaring pelayanan yang efektif

dibidang kesehatan kerja pada masyarakat pekerja utamanya di sektor

informal.

 Pengembangan wadah partisipatif kalangan pekerja informal (Pos UKK)

sebagai mitra kerja PKM dalam rangka membudayakan Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3)

E. Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja

Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan menurut Permenakertrans No

Per/03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan tenaga kerja adalah usaha

kesehatan yang dilaksanakan dengan tujuan:

14
1.      Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik fisik

maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan tenaga kerja

2.      Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul

dari pekerjaan atau lingkungan kerja

3.      Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan

fisik tenaga kerja

4.      Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja

yang menderita sakit

Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dapat: diselenggarakan sendiri

oleh pengurus, diselenggarakan oleh pengurus dengan mengadakan ikatan dengan

dokter atau pelayanan kesehatan lain, dan atau pengurus dari beberapa perusahaan

secara bersama-sama menyelenggarakan suatu pelayanan kesehatan kerja.

Pelayanan kesehatan kerja ini bertugas dalam:

 Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan

pemeriksaan khusus

 Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga

kerja

 Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja

 Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair

 Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja

15
 Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat

kerja

 Pertolongan pertama pada kecelakaan

 Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas

pertolongan pertama pada kecelakaanMemberikan nasehat mengenai

perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung diri

yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja

 Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja

 Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai

kelainan tertentu dalam kesehatannya

 Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada

pengurus

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dipimpin dan dijalankan

oleh seorang dokter yang disetujui oleh Direktur. Dokter yang menjalankan

pelayanan kesehatan ini diberikan kebebasan profesional oleh pengurus. Selain itu

mereka juga bebas memasuki tempat-tempat kerja untuk melakukan pemeriksaan-

pemeriksaan dan mendapatkan keterangan-keterangan yang diperlukan dan jika

diperlukan, keterangan-keterangan tersebut wajib diberikan kepada pegawai

pengawas keselamatan dan kesehatan kerja (Per 03/Men/1982).

F. Pemeriksaan Kesehatan

Pada lingkungan kerja, pekerja dapat melakukan pemeriksaan kesehatan.

Pemeriksaan kesehatan ini dapat dilakukan sebelum kerja yaitu pemeriksaan

16
kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja diterima

untuk melakukan pekerjaan. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja ini terdiri dari

pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana

mungkin) dan laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu.

Setelah pekerja terpilih, mereka berhak memperoleh pemeriksaan

kesehatan secara berkala maupun secara khusus. Pemeriksaan secara berkala

adalah pemeriksaan kesehatan pada watu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja

yang dilakukan oleh seorang dokter, pemeriksaan ini dimaksudkan untuk

mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerjasesudah berada dalam

pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari

pekerjaan seawal mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha

pencegahan.

Jika pada pemeriksaan kesehatan secara berkala ini ditemukan kelainan-

kelainan atau gangguan-gangguan kesehatan pada tenaga kerja maka pengurus

wajib mengadakan tindak lanjut untuk memperbaiki kelainan-kelainan tersebut

dan sebab-sebabnya untuk menjamin terselenggaranya keselamatan dan kesehatan

kerja. Untuk menunjang agar pemeriksaan kesehatan berkala ini mencapai sasaran

yang luas, maka pengurus dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan diluar

perusahaan.

Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan kesehatan khusus adalah

pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga

kerja tertentu. Pemeriksaan kesehatan ini dimaksudkan untuk menilai adanya

17
pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga kerja atau golongan-

golongan tenaga kerja tertentu. Akan tetapi, pemeriksaan kesehatan khusus ini

dapat dilakukan pula terhadap:

 Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang

memerlukan perawatan lebih dari 2 (dua minggu)

 Tenaga kerja yang berusia diatas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga kerja

wanita dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan

pekerjaan tertentu.

 Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-

gangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai

dengan kebutuhan.

Pemeriksaan kesehatan khusus dapat juga diadakan bila terdapat keluhan-

keluhan diantara tenaga kerja, atau atas pengamat pegawai pengawas keselamatan

dan kesehatan kerja, atau atas penilaian Pusat Bina Hyperkes dan keselamatan dan

balai-balainya atau atas pendapat umum di masyarakat. Dokter yang melakukan

pemeriksaan-pemeriksaan kesehatan ini adalah dokter yang ditunjuk oleh

pengusaha dan telah memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga

Kerja Transmigrasi dan Koperasi Nomor Per 10/Men/1976 dan syarat-syarat lain

yang dibenarkan oleh Direktur Jenderal pembinaan Hubungan Perburuhan dan

Perlindungan Tenaga Kerja (Per 02/Men/1980).

G. Penyakit Akibat Kerja

18
Menurut Per 01/Men/1981 yang dimaksud Penyakit akibat kerja adalah

setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit

akibat kerja dapat ditemukan atau didiagnosis sewaktu dilaksanakan pemeriksaan

kesehatan kerja. Diagnosis penyakit akibat kerja ditegakkan melalui serangkaian

pemeriksaan klinis dan pemeriksaan kondisi pekerja serta lingkungannya untuk

membuktikan adanya hubungan sebab akibat antara penyakit dan pekerjaannya.

Setelah ditegakkan diagnosis penyakit akibat kerja oleh dokter pemeriksa maka

dokter wajib membuat laporan medik yang bersifat rahasia (Kep 333/Men/1989).

Agar penyakit akibat kerja tidak terulang kembali diderita oleh tenaga

kerja yang berada dibawah pimpinannya, maka pengurus wajib dengan segara

melakukan tindakan-tindakan preventif. Dalam hal ini pengurus wajib

menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan

penggunaanya oleh tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya (Per

01/Men/1981)

H. Strategi Upaya Kesehatan Kerja

1. Pembinaan Program

2. Pembinaan Institusi

3. Peningkatan Profesionalisme.

1) Pembinaan Program

 Perluasan jangkauan pelayanan ke seluruh lapisan masyarakat pekerja

formal & informal melalui sistem yankes yang sudah berjalan &

potensi pranata sosial yang sudah ada.

19
 Peningkatan mutu pelayanan dengan standardisasi, akreditasi & SIM

(Sistem Informasi Manajemen)

 Promosi K3 dilaksanakan dengan pendekatan Advokasi, Bina

Suasana, dan Pemberdayaan & Pembudayaan K3 dikalangan dunia

usaha & keluarganya serta masyarakat sekelilingnya.

 Pengembangan program Upaya Kesehatan Kerja melalui

Kabupaten/Kota Sehat

2) Pembinaan Institusi

 Pengembangan jaringan yankesja yg meliputi Pos UKK, Klinik

Perusahaan, Puskesmas, BKKM (Balai Kesehatan Kerja

Masyarakat)  & Rumah Sakit

 Pengembangan jaringan kerjasama & penunjang yankesja, baik

lintas program maupun lintas sektor

 Pelembagaan K3 di tempat kerja yang merupakan wahana utama

penerapan program K3

 Memperjelas peran manajemen & serikat pekerja dalam program K3.

3)    Peningkatan Profesionalisme

 Penambahan tenaga ahli K3 di tingkat Pusat, Propinsi dan

Kabupaten/Kota.

 Peningkatan Kemampuan & Keterampilan K3 petugas kesehatan

melalui Diklat.

 Pengembangan profesionalisme K3 bekerjasama dengan ikatan

profesi terkait.

20
I. Pelayanan Kesehatan Kerja

Pelayanan kesehatan kerja adalah  pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan di tempat kerja dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap tenaga kerja yang

berdampak positif bagi peningkatan produktifitas kerja.

Syarat pengadaan pelayanan kesehatan kerja, didasarkan pada :

 UU NO.36 tahun 2009 tentang Kesehatan

 Kepmenkes No. 920 tahun 1986 tentang upaya pelayanan swasta di bidang

medik.

 Permenakertrans RI No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan kerja

dimana Pelayanan Kesehatan kerjadiadakan tergantung pada jumlah

tenaga kerja & tingkat bahayanya

J. Ruang Lingkup Kegiatan Pelayanan Kesehatan Kerja

 Pemeriksaan dan seleksi calon pekerja & pekerja

 Pemeliharaan kesehatan (promotif, preventif, kuratif & rehabilitatif)

 Peningkatan mutu & kondisi tempat kerja

 Penyerasian kapasitas kerja, beban kerja & lingkungan kerja

 Pembentukan & pembinaan partisipasi masyarakat pekerja dalam

pelayanan kesehatan kerja

K. Jenis Program Pelayanan Kesehatan Kerja

21
Program Pelayanan kesehatan kerja lebih ditekankan pada pelayanan:

 Promotif

 Preventif

 Kuratif

 Rehabilitatif dan

 Pelayanan Rujukan

1.     Pelayanan Kesehatan Kerja Promotif, meliputi :

·         Pendidikan dan penyuluhan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

·         Pemeliharaan berat badan yang ideal

·         Perbaikan gizi, menu seimbang & pemilihan makanan yang sehat & aman,

Higiene Kantin.

·         Pemeliharaan lingkungan kerja yang sehat (Hygiene & sanitasi)

·         Kegiatan fisik : Olah raga, kebugaran

·         Konseling berhenti merokok /napza

·         Koordinasi Lintas Sektor

·         Advokasi

2.       Pelayanan Kesehatan Kerja Preventif, meliputi :

·         Pemeriksaan kesehatan (awal, berkala, khusus)

22
·         Imunisasi

·         Identifikasi & pengukuran potensi risiko

·         Pengendalian bahaya (Fisik, Kimia, Biologi, Psikologi, Ergonomi)

·         Surveilans Penyakit Akibat Kerja (PAK), Penyakit Akibat Hubungan Kerja

(PAHK), Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) & penyakit lainnya.

·         Monitoring Lingkungan Kerja .

3.       Pelayanan Kesehatan Kerja Kuratif, meliputi :

·         Pertolongan pertama pada kasus emergency.

·         Pemeriksaan fisik dan penunjang

·         Melakukan rujukan

·         Pelayanan diberikan pada pekerja yang sudah mengalami gangguan

kesehatan.

·         Pelayanan diberikan meliputi pengobatan terhadap penyakit umum maupun

penyakit akibat kerja.

·         Terapi Penyakit Akibat Kerja (PAK) dengan terapi kasual/utama & terapi

simtomatis

4.       Pelayanan Kesehatan Kerja Rehabilitatif, meliputi :

·         Rehabilitasi medik

23
·         Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya

yang masih ada secara maksimal.

·         Penempatan kembali pekerja yang cacat secara selektif sesuai

kemampuannya.

5. Pelayanan Kesehatan Kerja Rujukan  yaitu Rujukan pasien /penderita ke

sarana kesehatan yang lebih tinggi.

·         RUJUKAN MEDIK  –> pengobatan & rehabilitasi –>  Pos UKK –>

Puskesmas –> BKKM –> RSU/RS.Khusus

·         RUJUKAN KESEHATAN :

1.      Sampel Lingkungan –> Balai Teknik Kesehatan Lingkungan/Balai

Kesehatan dan Keselamatan Kerja

2.      Sampel Laboratorium –> Balai Latihan Kerja

3.      Kasus Pencemaran –> Kabupaten/Kota

BAB III

PENUTUP

A.  KESIMPULAN

24
1. Kesehatan kerja adalah ilmu yang mendalami masalah hubungan

dua arah antara pekerjaan dan kesehatan.

2. Kapasitas kerja merupakan status kesehatan kerja dan gizi kerja

yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar

pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik.

3. Beban kerja merupakan beban kerja fisik maupun mental. Akibat

beban kerja terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah

dapat mengakibatkan seseorang pekerja menderita gangguan atau

penyakit akibat kerja.

4. Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan lingkungan tempat kerja,

misalnya panas,debu,zat kimia dan lain-lain, dapat merupakan

bebam tambahan trhadap pekerja. Beban - beban tambahan tersebut

secara sendiri-sendiri atau bersama sama menjadi gangguan atau

penyakit akibat kerja

5. Strategi dalam Kesehatan kerja meliputi :

i. Pembinaan program

ii. Pembinaan institusi

iii. Peningkatan profesionalisme.

6. Program Pelayanan kesehatan kerja lebih ditekankan pada

pelayanan:

a. Promotif

b. Preventif

c. Kuratif

25
d. Rehabilitatif dan

e. Pelayanan Rujukan

7. Sasaran kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi Tenaga Kerja

& orang lain yg berada di tempat  kerja , terjadinya kecelakaan

kerja , peledakan, penyakit akibat  kerja kebakaran, & polusi yang

memberi dampak negatif terhadap korban, keluarga korban,

perusahaan, teman sekerja korban, pemerintah, & masyarakat.

B. SARAN

Agar tercipta tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran

lingkungan, perlu dilakukan pelaksanaan upaya Kesehatan  sehingga dapat

mengurangi atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada

akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas  kerja . Lebih

memperdalam lagi pengetahuan tentang Kesehatan melalui Pendidikan dan

Pelatihan terkait Kesehatan kerja

DAFTAR PUSTAKA

26
Harington. 2005. Buku saku Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC

Suma’mur. 1990 Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta: CV Haji

Masagung

Buqhari. 2007 Manajement Kesehatan Kerja & Alat Pelindung Diri. USU

REPOSITORI.

Blog Dorin Mutoif, Jurusan Kesling Poltekkes Yogyakarta.Perundang-undangan

keselamatan dan kesehatan kerja.

27

Anda mungkin juga menyukai