Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Disusun Oleh
Kelompok 1
1. Rakhmatullah Syawal (J1A122165)
2. Ratu Banneringgi’ (J1A122166)
3. Renike Tambunan (J1A122167)
4. Resti Ayu (J1A122168)
5. Revi Ardianti (J1A122169)
6. Reza Audya Rahmawati (J1A122170)
7. Rifdah Nabiilah Halik (J1A122171)
8. Ririn Natasya (J1A122172)
9. Risti (J1A122173)
10. Rizat Wahyudi (J1A122174)
11. Rizki Amelia (J1A122175)
12. Rosalina Faiha (J1A122176)
13.
14. r

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan kerja mutlak harus dilaksanakan di dunia kerja dan di dunia


usaha, oleh semua orang yang berada di tempat kerja baik pekerja maupun
pemberi kerja, jajaran pelaksana, penyedia (supervisior) maupun manajemen,
serta pekerja yang bekerja untuk diri sendiri (self employed). Alasannya jelas,
karena bekerja adalah bagian dari kehidupan, dan setiap orang memerlukan
pekerjaan untuk mencukupi kehidupan dan/ atau untuk aktualisasi diri, namun
dalam melaksanakan pekerjaannya, berbagai potensi bahaya (sering disebut
juga sebagai hazard atau faktor risiko) dan risiko di tempat kerja mengancam
diri pekerja sehingga dapat menimbulkan cedera atau gangguan kesehatan.

Pembanguan nasional dapat berjalan dengan baik jika kualitas,


kompentensi dan profesionalisme sumber daya manusianya juga baik,
termasuk didalamnya sumber daya manusia keselamatan dan kesehatan kerja
(K3). Tenaga kerja merupakan aset penting perusahaan. Oleh karena itu tenaga
kerja harus diberikan perlindungan dalam hal K3, karena terdapat ancaman
dan potensi bahaya yang berhubungan dengan kerja.

Di kebanyakan negara, pelaksanaan kesehatan kerja diwajibkan oleh


peraturan perundang-undangan. Tujuan dari peraturan perundangan adalah
memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan perlindungan pekerja untuk
mendapatkan pekerjaan yang produktif dan layak, dengan demikian menjadi
jelas hak, kewajiban dan wewenang dari mereka yang terkait dalam hubungan
kerja, yaitu pekerja dan pemberi kerja.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu kesehatan kerja?

2. Peraturan perundangan yang mengatur kesehatan kerja?

3. Faktor apa saja yang mempengaruhi kesehatan kerja?


4. Apa itu anatomi fisiologis?

5. Bagaimana konsep anatomis fisiologis terkait kerja?

6. Bagaimana konsep imunitas tubuh?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui kesehatan kerja

2. Untuk mengetahui peraturan perundangan yang mengatur kesehatan kerja

3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja

4. Untuk mengetahui anatomi fisiologis

5. Untuk mengetahui konsep anatomis fisiologis terkait kerja

6. Untuk mengetahui konsep imunitas tubuh


BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kesehatan Kerja

Undang-undang pokok kesehatan RI No. 9 tahun 1960, BAB 1 pasal 2,


kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik
jasmani, rohani maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan
dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.

Menurut Mangkunega, (dalam Sayati, 2013) Kesehatan kerja merupakan


yang bebas dari gangguan secara fisik dan psikis yang disebabkan oleh
lingkungan kerja. Resiko kesehatan dapat terjadi karna adanya factor dalam
lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan dan
lingkungan yang menimbulkan stress atau gangguan fisik. Kesehatan kerja
adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta praktiknnya
yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun social, dengan social prefentif,
terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap
penyakit-penyakit umum. Kondisi kesehatan pekerja haruslah menjadi
perhatian karna pekerja adalah penggerak atau aset balai. Jadi kondisi fisik
harus maksimal dan sehat agar tidak menganggu proses kerja.

ILO/WHO (Tahun 1995), menyatakan bahwa kesehatan kerja adalah suatu


upayah untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahteraan fisik,
mental dan social yang setinggitingginya bagi pekerja disemua jabatan,
pencegahan penyimpangan kesehatan diantara pekerja yang disebabkan oleh
kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat
faktor yang merugikan bagi kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja
dalam suatu lingkungan kerja yang diadaptasi pekerjaan kepada manusia dan
setiap manusia kepada jabatannya. Dengan demikian, Kesehatan kerja dapat
dikatakan sebagai upayah mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial semua pekerja yang setinggi-
tingginya. Mencegah gangguan kesehatan yang disebakan oleh kondisi
pekerjaan, melindungi pekerja dari factor resiko pekerjaan yang merugikan
kesehatan, penempatan pemeliharaan pekerja dalam lingkungan kerja
disesuaikan dengan kapabilitas fisologi, psikologinya, dan disimpulkan
sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada
pekerjaannya. Kesehatan kerja menyangkut kesehatan fisik dan mental.
Kesehatan mencakup seluruh aspek kehidupan manusia termasuk lingkungan
kerja.

Kesehatan kerja adalah aturan-aturan untuk menjaga pekerja dari kejadian


yang merugikan kesehatan dan kesusilaan dalam seseorang itu melakukan
pekerjaan dalam suatu hubungan kerja. Indikator kesehatan kerja menurut
Mangkunegara (2013), terdiri dari : (1) bebas dari gangguan secara fisik dan
psikis. Keadaan dan kondisi pegawai yang bebas dari gangguan fisik dan
psikis dari lingkungan kerja yang mendorong produktivitas dan kinerja yang
dihasilkan. (2) Bekerja sesuai waktu yang ditentukan. Bekerja sesuai waktu
yang ditentukan oleh perusahaan akan mengurangi tingkat kejenuhan dan rasa
bosan pegawai, dan hal ini akan membuat pegawai terhindar dari stress kerja.
(3) Perlindungan pegawai. Perlindungan pegawai merupakan fasilitas yang
diberikan untuk menunjang kesejahteraan pegawai.

Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu


kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar
pekerja/masyarpekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha
preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan –gangguan
kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja,
serta terhadap penyakitpenyakit umum.

Menurut Wirawan (2015:543) mengemukakan bahwa kesehatan kerja


adalah penerapan ilmu kesehatan atau kedokteran di bidang ketenagakerjaan
yang bertujuan untuk mencegah penyakit yang timbul akibat kerja dan
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan para pekerja/buruh untuk
meningkatkan kinerja mereka.

Hartatik (2014:315) mengemukakan bahwa “kesehatan kerja merupakan


suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial, dengan
usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan
yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit
umum”.

menurut Prabu Mangkunegara (2001) pengertian kesehatan kerja adalah


kondisi bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang
disebakan lingkungan kerja. Kesehatan dalam ruang lingkup keselamatan dan
kesehatan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari
penyakit.

B. Peraturan Perundangan Yang Mengatur Kesehatan Kerja

Kesehatan Kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar
tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik
maupun mental dan sosialnya sehingga memungkinkan bekerja secara
optimal. Tujuan dari adanya peraturan mengenai Kesehatan kerja adalah:

1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang


setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosial.

2. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang


disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja.

3. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan


tenaga kerja.

4. Meningkatkan produktivitas kerja.


Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23
Tentang Kesehatan Kerja menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap
pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan
masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal.
Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan
penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja. Undang-undang inipun
memuat ancaman pidana kurungan paling lama 1 tahun atau pidana denda
paling banyak Rp. 15.000.000. (lima belas juta rupiah) bagi yang tidak
menjalankan ketentuan undang-undang tersebut.

Dasar Hukum Undang –Undang Keselamatan Kerja

1. Undang-Undang Dasar 1945, pasal 5, 20 dan 27

2. UU No. 1 Tahun 1970 Keselamatan dan kesehatan kerja

3. Undang Undang RI No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

4. Selain itu ada beberapa Peraturan yang Berkaitan dengan K3,


antara lain:

a. UU No. 1 tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya UU


Kerja Tahun 1948 No. 1, yang memuat aturan-aturan dasar tentang
pekerjaan anak, orang muda dan wanita, waktu kerja, istirahat dan
tempat kerja.

b. UU UAP (Stoon Ordonantie, Stdl. No.225 tahun 1930), yang


mengatur keselamatan kerja secara umum dan bersifat nasional.

c. UU Timah Putih Kering, yang mengatur tentang larangan


membuat, memasukkan, menyimpan atau menjual timah putih
kering kecuali untuk keperluan ilmiah dan pengobatan atau dengan
izin dari pemerintah.
d. UU Petasan, yang mengatur tentang petasan buatan
yang diperuntukkan untuk kegembiraan/keramaian kecuali untuk
keperluan pemerintah.

e. UU Rel Industri, yang mengatur tentang pemasangan, penggunaan


jalan-jalan rel guna keperluan perusahaan pertanian,
kehutanan, pertambangan, kerajinan dan perdagangan.

f. UU No. 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No.


120 mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.

g. UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial:

Kesemalatan dan Kesehatan Kerja ini juga disinggung secara singkat


dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Undang-Undang Ketenagakerjaan tersebut menjelaskan bahwa Keselamatan
dan Kesehatan Kerja merupakan bagian dari hak dari setiap pekerja atau
buruh untuk memperoleh perlindungan.

Pengawasan Kesehatan Keselamatan Kerja ( K3 )Sesuai dengan Undang –


Undang Nomor 1 Tahun 1970 ayat 8 pengawasan K3 meliputi

1. Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental


dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya
maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang
diberikan padanya.

2. Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada di


bawah pimpinannya

3. secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan


dibenarkan oleh Direktur. Norma-norma mengenai pengujian
kesehatan ditetapkan dengan peraturan perundangan

C. Faktor Yang Mempengaruhi kesehatan Kerja


Menurut (Mangkunegara, 2000:161), program kesehatan kerja
menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau
rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan
merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi
periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress emosi
atau gangguan fisik.

Menurut (Bennet dan Rumondang, 1991:139), penyakit akibat kerja atau


yang lebih dikenal sebagai man made diseases, dapat timbul setelah seorang
karyawan yang tadinya terbukti sehat memulai pekerjaannya. Memang tidak
seluruh pekerjaan menimbulkan penyakit, yang jelas adalah ada pekerjaan
yang menyebabkan beberapa macam penyakit, dan ada pula yang
mencetuskannya. Baik penyebab maupun pencetus dapat dicegah sedini
mungkin. Pencegahan dapat dimulai dengan pengendalian secermat mungkin
pengganggu kerja dan kesehatan. Gangguan ini terdiri dari:

a. Beban kerja (ringan/sedang/berat atau fisik/mental/sosial)

b. Beban tambahan oleh faktor-faktor lingkungan kerja seperti faktor fisik,


kimia, biologis, dan psikologis.

c. Kapasitas kerja, atau kualitas karyawan itu sendiri yang mencangkup


kemahiran, umur, daya tahan tubuh, jenis kelamin, gizi, ukuran tubuh, dan
motivasi kerja.

Keadaan lingkungan yang dapat menimbulkan keadaan tidak sehat dan


berbahaya:

a. Suhu dan kelembaban udara.

b. Kebersihan udara.

c. Penerangan dan kuat cahaya.

d. Kekuatan bunyi.

e. Cara kerja dan proses kerja.


f. Udara, gas-gas yang bertekanan.

g. Keadaan mesin, perlengkapan dan peralatan kerja bahan-bahan.

h. Keadaan lingkungan setempat

Menurut Manullang (2013) indikator Kesehatan kerja :

a. Lingkungan secara medis, hal ini bisa ditinjau dari sikap Perusahaan itu
sendiri dalam menangani hal-hal yang terjadi seperti : kebersihan
lingkungan kerja, suhu udara dan jendela pada kantor serta system
pembuangan limbah industri.

b. Lingkungan kesehatan energi kerja, pada rangka menaikkan kesehatan


energi kerja Perusahaan menyediakan air bersih dan kamar mandi.

c. Pemeliharaan terhadap kesehatan tenaga kerja adalah pelayanan bagi


kesehatan energi kerja.

Adapun indikator kesehatan kerja menurut Manulang (dalam Firmanzah et


al., 2017), meliputi: Lingkungan secara medis. Dalam hal ini lingkungan kerja
secara medis dapat dilihat dari sikap perusahaan dalam dalam menggapi hal
berikut:

a. Kebersihan lingkungan kerja;

b. Suhu udara yang segar;

c. System pembuangan sampah;

d. Sarana kesehatan kerja.

Upaya perusahaan dalam meningkatkan kualitas kesehatan dari tenaga


kerjanya. Dalam hal ini menyediakan air bersih dan kamar mandi.

Pemeliharaan kesehatan tenaga kerja yaitu pelayanan kesehatan tenaga


kerja. (Fatoni, 2017) mengatakan apabila perusahaan dapat melaksanakan
program kesehatandan keselamatan kerja dengan baik maka sehingga
perusahaan akan mendapatkan manfaat sebagai berikut:
a. Meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang
hilang;

b. Meningkatkan efisiensi dan kualitas;

c. Menurunnya biaya kesehatan dan asuransi;

d. Tingkat kompensasipekerja dan pembayaran langsung sehingga


menurunnya pengajuan klaim;

e. Fleksibilitas dan adaptibilitas yang lebih sebagai akibat dari persisipasi


dan ras kepemilikan;

f. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih karna meningkatnya citra karyawan;

g. Dapat meningkatkan keuntungan secara substansial.

D. Anatomi Fisiologis

Kata anatomy berasal dari bahasa Yunani (Greek) yang secara makna
harfiah diartikan sebagai “membuka suatu potongan”. Anatomi adalah suatu
ilmu yang mempelajari bagian dalam (internal) dan luar (external) dari
struktur tubuh manusia dan hubungan fisiknya dengan bagian tubuh yang
lainnya, sebagai contohnya adalah mempelajari organ uterus dan posisinya
dalam tubuh. Anatomi secara harfiah juga diterjemahkan pada Bahasa Latin,
dari susunan kata “Ana” adalah bagian, memisahkan dan “Tomi” adalah irisan
atau potongan. Sehingga anatomi dapat juga dimaknai sebagai ilmu yang
mempelajari bentuk dan susunan tubuh baik secara keseluruhan maupun
bagian-bagin serta hubungan alat tubuh yang satu dengan yang lain.

Kata physiology juga berasal dari bahasa Yunani (Greek) yaitu ilmu yang
mempelajari bagaimana suatu organisme melakukan fungsi utamanya. Sebagai
contoh yaitu seseorang yang ingin mempelajari fisiologi tentang bagaimana
uterus bisa membesar saat kehamilan atau mengapa dinding uterus
berkontraksi pada saat persalinan. Fisiologi secara makna kata dari Bahasa
Latin, berasal dari kata Fisis (Physis) adalah alam atau cara kerja. Logos
(Logi) adalah Ilmu pengetahuan. Maka fisiologi adalah Ilmu yang
mempelajari faal atau pekerjaan atau fungsi dari tiap-tiap jaringan tubuh atau
bagian dari alat-alat tubuh dan fungsinya. Anatomi fisiologi adalah dua hal
yang berkaitan erat satu dengan yang lainnya baik secara teoritis maupun
secara praktikal, sehingga muncul suatu konsep yaitu “semua fungsi yang
spesifik dibentuk dari struktur yang spesifik”.

Anatomi terbagi atas dua yaitu

a. anatomi mikroskopik. Anatomi mikroskopik adalah mempelajari suatu


struktur yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Bentuk
pemeriksaan mikroskopis adalah pemeriksaan sitology dan histology.
Sitology mempelajari suatu sel secara undividual sedangkan histologi
memperlajari suatu jaringan.

b. anatomi makroskopik.Anatomi makroskopik mempelajari suatu struktur


yang besar yang bisa dilihat dengan mata telanjang, antara lain yaitu
anatomi permukaan (ciri-ciri dari permukaannya), anatomi regional
(fokus pada area tertentu), anatomi sistemik (mempelajari organ secara
sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem kardiovaskuler dll.), serta
anatomi perkembangan (mempelajari perubahan tubuh dari sudut
pandang struktur).

Anatomi atau ilmu urai mempelajari susunan tubuh dan hubungan bagian-
bagiannya satu sama lain. Anatomi regional mempelajari letak geografis
bagian tubuh. Setiap region atau daerah, misalnya lengan, tungkai, kepala,
dada dan seterusnya ternyata terdiri atas sejumlah struktur atau susunan yang
umum didapati pada semua region.

Fisiologi manusia adalah ilmu yang mempelajari tentang faal (fungsi) dari
tubuh manusia. Adapun spesifikasi fisiologi dari anatomi antara lain yaitu
fisiologi sel (mempelajari fungsi sel dan bagian-bagiannya), fisiologi spesifik
(mempelajari suatu organ), fisiologi sistemik (mempelajari fungsi organ secara
sistemik), dan fisiologi patologikal (mempelajari efek penyakit terhadap suatu
organ).

Adapun istilah-istilah yang digunakan dalam mempelajari anatomi adalah:

a. Anterior adalah bagian depan

b. Posterior adalah bagian sebelah belakang.

c. Superior adalah bagian sebelah atas.

d. Inferior adalah bagian sebelah bawah.

e. Medial adalah bagian tengah

f. Lateral adalah bagian kesamping.

g. Kaudal adalah bagian kearah ekor.

h. Dorsal adalah bagian punggung.

i. Ventral adalah bagian perut.

j. Kranial adalah bagian kearah kepala.

k. Rostral adalah bagian moncong.

l. Fontral adalah bidang vertikal yang tegak lurus dengan bidang sagital
(yang membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang)

m. Transverse adalah bidang horizontal yang tegak lurus dengan bidang


sagital (yang membagi tubuh menjadi tubuh bagian atas dan bawah)

n. Mid Sagital Plane, adalah yang membagi tubuh untuk menjadi sama dan
semetris kiri dan kanan.

E. Konsep Anatomi Fisiologis Terkait Kerja

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat melindungi dan bebas dari kecelakaan kerja pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Istilah ‘ergonomi’ berasal dari bahasa Latin, yaitu Ergon yang berarti
kerja, dan nomor yang berarti hukum alam. Dengan demikian maka
ergonomic dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek
manusia dalam lingkungan kerjanya, yang ditinjau secara anatomi,
fisiologi,psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan.
Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan
dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah dan tempat rekreasi.

Ergonomi dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek


manusia dalam lingkungan kerjanya, yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,
psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan. Ergonomi
berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan
dankenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah dan tempat rekreasi.
Penerapan prinsip – prinsip ergonomi ditempat kerja masih kurang tersentuh
atau mendapat perhatian secara penuh.

Ergonomi erat kaitannya dengan karakteristik fungsional manusia, seperti


kemampuan penginderaan, respon, daya ingat, posisi optimum tangan dan
kaki, dll. Ergonomi berguna dalam meningkatkan kinerja manusia untuk
berinteraksi serta mengurangi ketidak efisienan dalam beraktifitas dengan
aman, nyaman, sehat, efisien dan efektif (Nurmianto, E. 1998). Tempat duduk
dan meja sebagai permukaan kerja mempunyai pengaruh yang
penting terhadap kondisi fisik seseorang dan menjadi sarana penunjang utama
dalam bekerja. Tempat duduk harus dapat memberikan kenyamanan bagi
pemakainya sehingga dapat mengurangi kelelahan orang yang duduk pada saat
orang tersebut bekerja (Sutanto, dkk., 1999, h.121).

Duduk merupakan salah satu sikap tubuh menopang batang badan bagian
atas oleh pinggul dan sebagian paha yang terbatas pergerakannya. Bila
aktivitas atau pekerjaan tidak dilakukan secara ergonomis akan menyebabkan
tubuh menjadi tidak nyaman dapat pula meningkatkan resiko timbulnya nyeri
punggung. Posisi dan lama duduk dalam bekerja sering diabaikan, padahal
kondisi ini penting karena mengandung prinsip ergonomik. Posisi duduk
mempengaruhi risiko Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah. Otot
yang mengalami kontraksi statis dalam waktu lama juga akan mengalami
kekurangan aliran darah dan menyebabkan berkurangnya pertukaran energi
dan tertumpuknya sisa-sisa metabolisme pada otot yang aktif, sehingga otot
menjadi cepat lelah dan timbul rasa sakit, serta kekuatan kontraksi berkurang
yang berakibat produktivitas kerja menurun. Maka sikap kerja yang baik
mengupayakan agar postural stress yang muncul sesedikit mungkin.

Keluhan LBP dapat dikurangi dengan model posisi kerja yang ergonomis.
Posisi kerja yang ergonomi membuat pekerja merasa nyaman dan tidak
menimbulkan rasa lelah. Menurut Grandjen (1993) sebaiknya posisi kerja
duduk-berdiri secara bergantian (perubahan posisi) untuk menghindari
kejenuhan dan ketegangan otot – otot pada anggota tubuh yang statis serta
mengubah sikap kerja yang monotoni menjadi lebih bervariasi dan Sanders
dan Mc Cormick (1987) memberikan pedoman untuk mengatur ketinggian
landasan kerja pada posisi duduk seperti menyediakan meja yang dapat diatur
turun dan naik (jika memungkinkan), landasan kerja harus memungkinkan
lengan menggantung pada posisi rileks dari bahu, dengan lengan bawah
mendekati posisi horisontal atau sedikit menurun (Sloping down slightly) dan
ketinggian landasan kerja tidak memerlukan fleksi tulang belakang yang
berlebih, Sementara itu postur yang anatomis akan mengurangi kerja dari otot-
otot ekstensor.

untuk melawan beban yang ditransmisikan pada tulang belakang.


Sehingga kemungkinan terjadinya spasme atau strain pada otot tersebut dapat
dihindari. Dan juga, ketika postur dalam posisi anatomis, struktur seperti
diskus intervertebralis mendapat pembebanan yang seimbang pada bagian
anterior, posterior, dan lateralnya. Sehingga kemungkinan terjadi kerusakan
struktur bagian posterior dari tulang belakang yang pain sensitive dapat
dicegah. Contohnya Meja dan kursi yang digunakan harus disesuaikan dengan
ukuran antropometri siswa dan sesuai dengan prinsip perancangan yang
ergonomis (Santoso, 2012). Kaidah Ergonomi dalam mendesain tempat duduk
sangat penting diperhatikan dalam proses pembelajaran. Agar tempat duduk
nyaman dipakai pada waktu belajar, maka ukuran-ukurannya harus
disesuaikan dengan antropometri orang yang akan memakainya. Penerapan
meja dan kursi yang ergonomis dapat mencegah lebih dini berbagai gangguan
kesehatan siswa di masa dewasanya nanti dan membentuk sikap tubuh yang
benar, mengurangi kelelahan, lebih berkonsentrasi dan akhirnya secara
keseluruhan akan dapat meningkatkan sumber daya manusia untuk lebih
berkualitas baik dari segi derajat kesehatannya maupun pada peningkatan
kemampuan/konsentrasi dalam belajar (Lin, et al., 2014; Santoso, 2012;
Sutajaya, 2007).

Sikap kerja berdiri dalam waktu lama akan membuat pekerja selalu
berusaha menyeimbangkan posisi tubuhnya sehingga menyebabkan terjadinya
beban kerja statis pada otot-otot punggung dan kaki. Kurangnya aliran darah
mempercepat timbulnya kelelahan, ketidaknyamanan dan menyebabkan nyeri
serta ketegangan pada otototot punggung, kaki dan leher (otot yang digunakan
untuk mempertahankan posisi tegak). Berdiri terlalu lama dan sering, tanpa
bantuan dengan berjalan kaki, menyebabkan darah berkumpul di kaki. Ketika
berdiri terjadi terus menerus selama waktu yang lama, dapat mengakibatkan
radang pembuluh darah. Peradangan ini dari waktu ke waktu berkembang
menjadi varises kronis dan menyakitkan. Selain itu juga bisa menyebabkan
sendi di tulang belakang, pinggul, lutut dan kaki menjadi seperti terkunci yang
nantinya memicu terjadinya penyakit rematik degeneratif akibat kerusakan
pada tendon dan ligamen (struktur yang mengikat otot tulang).

Upaya mempertahankan posisi ergonomis misalnya melakukan


peregangan dan relaksasi ditempat atau sekedar berjalan, mengganti posisi
tubuh saat terasa nyeri dengan posisi yang lebih nyaman, menahan rasa nyeri
hingga berkesempatan untuk istirahat, dan sebagainya. Dengan kata lain
semua pekerja memilliki kemungkinan yang sama dalam mengalami rasa
nyeri kaki dan yang membedakan ialah faktor individu sendiri.

F. Konsep Imunitas Tubuh

Tubuh manusia diciptakan dengan segala kelebihan yang dimilikinya.


Lingkungan tempat tinggal, di mana pun itu, kerap dihinggapi virus dan
bakteri. Namun, tubuh memilki sebuah mekanisme pertahaan untuk
menghalau atau menangkal bakteri dan virus itu masuk ke dalam tubuh. Ini
dinamakan dengan sistem imun tubuh. Sistem imun adalah sistem yang
membentuk kemampuan tubuh untuk melawan bibit penyakit dengan menolak
berbagai benda asing yang masuk ke tubuh agar terhindar dari penyakit
(Irianto, 2012). Menurut Fox (2008), sistem imun mencakupi semua struktur
dan proses yang menyediakan pertahanan tubuh untuk melawan bibit penyakit
dan dapat di kelompokkan menjadi dua kategori yaitu; sistem imun bawaan
(innate) yang bersifat non-spesifik dan sistem imun adaptif yang bersifat
spesifik.

Daya tahan tubuh non-spesifik yaitu daya tahan terhadap berbagai bibit
penyakit yang tidak selektif, artinya tubuh harus mengenal dahulu jenis
penyakitnya dan tidak harus memilih bibit penyakit tertentu untuk
dihancurkan. Adapun daya tahan tubuh spesifik yaitu daya tahan tubuh yang
khusus untuk jenis bibit penyakit tertentu saja. Hal ini mencakup pengenalan
dahulu terhadap bibit penyakit, kemudian memproduksi antibodi atau T-
limfosit khusus yang hanya akan bereaksi terhadap bibit penyakit tersebut
(Irianto, 2012).

Daya tahan tubuh non-spesifik mencakup rintangan mekanis (kulit),


rintangan kimiawi (lisozim dan asam lambung), sistem komplemen (opsinon,
histamin, kemotoksin, dan kinin), interferon, fagositosis, demam, dan radang.
Sedangkan daya tahan tubuh spesifik atau imunitas dibagi menjadi imunitas
humoral yang menyangkut reaksi antigen dan antibodi yang komplementer di
dalam tubuh dan imunitas seluler yang menyangkut reaksi sejenis sel
(Tlimfosit) dengan antigen di dalam tubuh (Irianto, 2012). Menurut Irianto
(2012), secara umum sistem imun memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Pembentuk kekebalan tubuh.

b. Penolak dan penghancur segala bentuk benda asing yang masuk ke dalam
tubuh.

c. Pendeteksi adanya sel abnormal, infeksi dan patogen yang


membahayakan.

d. Penjaga keseimbangan komponen dan fungsi tubuh.

Sistem kekebalan tubuh sendiri dipelajari dalam studi khusus, yaitu


imunologi berasal dari kata imun yang berarti kekebalan dan logos yang
berarti ilmu. Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sistem
kekebalan tubuh. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis
luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus
sampai parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan
mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi
seperti biasa. Sistem pertahanan padamakhluk hidup ada 2 yaitu sistem
pertahanan bawaan, innate immunity maupun system pertahanan spesifik
adaptive immunity.

Ada dua jenis imunitas, imunitas bawaan dan adaptif. Imunitas bawaan
(non spesifik) merupakan pertahanan yang telah ada semenjak lahir. Imunitas
ini berfungsi sebagai respon cepat dalam mencegah penyakit. Imunitas
bawaan tidak mengenali mikroba secara spesifik dan melawan semua mikroba
dengan cara yang identik. Selain itu, imunitas bawaan tidak memiliki
komponen memori sehingga tidak dapat mengenali kontak yang dulu pernah
terjadi. Imunitas bawaan terdiri dari komponen lini pertama, yaitu kulit dan
membran mukus dan lini kedua yaitu substansi antimikroba, sel natural killer,
dan fagosit.
Imunitas adaptif (spesifik) merupakan imunitas yang melibatkan
mekanisme pengenalan spesifik dari patogen atau antigen ketika berkontak
dengan sistem imun. Tidak seperti imuitas bawaan, imunitas adaptif memiliki
respon yang lambat, tetapi memiliki komponen memori, sehingga dapat
langsung mengenali kontak selanjutnya. Limfosit merupakan komponen dari
imunnitas adaptif.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Undang-undang pokok kesehatan RI No. 9 tahun 1960, BAB 1 pasal 2,


kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik
jasmani, rohani maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan
dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.

Kesehatan Kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar
tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik
maupun mental dan sosialnya sehingga memungkinkan bekerja secara
optimal.

Anatomi atau ilmu urai mempelajari susunan tubuh dan hubungan bagian-
bagiannya satu sama lain. Anatomi regional mempelajari letak geografis
bagian tubuh. Setiap region atau daerah, misalnya lengan, tungkai, kepala,
dada dan seterusnya ternyata terdiri atas sejumlah struktur atau susunan yang
umum didapati pada semua region.

Fisiologi manusia adalah ilmu yang mempelajari tentang faal (fungsi) dari
tubuh manusia. Adapun spesifikasi fisiologi dari anatomi antara lain yaitu
fisiologi sel (mempelajari fungsi sel dan bagian-bagiannya), fisiologi spesifik
(mempelajari suatu organ), fisiologi sistemik (mempelajari fungsi organ secara
sistemik), dan fisiologi patologikal (mempelajari efek penyakit terhadap suatu
organ).

Ergonomi erat kaitannya dengan karakteristik fungsional manusia, seperti


kemampuan penginderaan, respon, daya ingat, posisi optimum tangan dan
kaki, dll. Ergonomi berguna dalam meningkatkan kinerja manusia untuk
berinteraksi serta mengurangi ketidak efisienan dalam beraktifitas dengan
aman, nyaman, sehat, efisien dan efektif (Nurmianto, E. 1998). Tempat duduk
dan meja sebagai permukaan kerja mempunyai pengaruh yang
penting terhadap kondisi fisik seseorang dan menjadi sarana penunjang utama
dalam bekerja. Tempat duduk harus dapat memberikan kenyamanan bagi
pemakainya sehingga dapat mengurangi kelelahan orang yang duduk pada saat
orang tersebut bekerja (Sutanto, dkk., 1999, h.121).

Sistem imun adalah sistem yang membentuk kemampuan tubuh untuk


melawan bibit penyakit dengan menolak berbagai benda asing yang masuk ke
tubuh agar terhindar dari penyakit (Irianto, 2012). Menurut Fox (2008), sistem
imun mencakupi semua struktur dan proses yang menyediakan pertahanan
tubuh untuk melawan bibit penyakit dan dapat di kelompokkan menjadi dua
kategori yaitu; sistem imun bawaan (innate) yang bersifat non-spesifik dan
sistem imun adaptif yang bersifat spesifik.

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Nurdin, H., & Rahmatullah, S. (2019). KESEHATAN DAN KESELAMTAN


KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA BALAI BESAR
INDUSTRI HASIL PERKEBUNAN
MAKASSAR. COMPETITIVENESS, 8(2), 174-188.

Wahyuningsih, U., Sulistyo, E., Rusjdi, H., Alfalah, W., Sudirmanto, S., &
Prabowo, E. (2021). Pengenalan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di PT
Cita Rasa Palembang. TERANG, 3(2), 155-162.

Nugraha, H., & Yulia, L. (2019). Analisis Pelaksanaan Program Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Dalam Upaya Meminimalkan Kecelakaan Kerja Pada
Pegawai PT. Kereta Api Indonesia (Persero): Studi kasus pada Depo
Lokomotif Daop 2 Bandung PT. KAI. Coopetition: Jurnal Ilmiah
Manajemen, 10(2), 93-101.

Arianto, H. (2009). Implementasi Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan


Kerja. None, 7(1), 17996.

Kurniawidjaja, D. D. L. M., & Ok, S. (2012). Teori dan aplikasi kesehatan kerja.


Universitas Indonesia Publishing.

Hendrawan, A. (2019). Gambaran Tingkat Pengetahuan Tenaga Kerja


Pt’X’Tentang Undang-Undang Dan Peraturan Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja. Jurnal Delima Harapan, 6(2), 69-81.

Amma, A. A. M., Dwikurnaningsih, Y., & Irawan, S. (2022). Pengaruh Program


Kesehatan dan Keselamatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.
Telkom Akses Salatiga. Jurnal Media Wahana Ekonomika, 19(2), 191-204.

Bahri, S., Mappamiring, M., & Usman, J. (2022). PENGARUH PENERAPAN


KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA TERHADAP KINERJA
KARYAWAN PADA PT. PELNI LABUAN BAJO. Kajian Ilmiah
Mahasiswa Administrasi Publik (KIMAP), 3(4), 1177-1192.
Pearce, E. C. (2016). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. PT Gramedia
Pustaka Utama.

Iswari, M., & Nurhastuti, N. (2018). Anatomi, Fisiologi dan Genetik.

Hidayat, S., & Syahputra, A. A. (2020). Sistem imun tubuh pada manusia. Visual
Heritage: Jurnal Kreasi Seni dan Budaya, 2(3), 144-149.

Aripin, I. (2019). Pendidikan nilai pada materi konsep sistem imun. Bio Educatio:
The Journal of Science and Biology Education, 4(1), 1-11.

Habeahan, H. (2020, November 20). KONSEP ERGONOMIK K3 (KESEHATAN


DAN KESELAMATAN KERJA) PADA PERAWAT UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN.

Tamba, T. O. (2020). HUBUNGAN PENGARUH POSISI ERGONOMIK DAN


HAZARD PSIKOSOSIAL TERHADAP KINERJA PERAWAT.

Anda mungkin juga menyukai