Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( K 3 )


DI PUSKESMAS UPT ANJIR PASAR KABUPATEN BARITO KUALA

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 5

1. AJIJAH S.Kep 6. FITRI BAROKAH S.Kep


2. ALVIANA H. ULVA S.Kep 7. HANDI KUSANTO ENAL S.Kep
3. ANY HALIMAH S.Kep 8. M. ALFIANOOR S.Kep
4. DESI NATALIA S.Kep 9. MARIA MALVEGA E.H. S.Kep
5. EKY VEFBRUARY S.Kep 10. MEILAN S.Kep

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROFESI NERS
BANJARMASIN 2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( K 3 )

A. PENGERTIAN K3
Menurut Dainur, kesehatan kerja adalah upaya perusahaan untuk mempersiapkan,
memelihara serta tindakan lainnya dalam rangka pengadaan serta penggunaan
tenaga kerja dengan kesehatan baik fisik, mental maupun sosial yang maksimal,
sehingga dapat berproduksi secara maksimal pula (Dainur,2008).

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan hubungan tenaga


kerja dan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan
tempat kerja, lingkungan kerja dan cara-cara melakukan pekerjaan tersebut
(Dainur,2008).

Menurut Depkes 2003, kesehatan kerja adalah cabang ilmu kesehatan yang
mempelajari tentang teknik, metoda serta berbagai upaya penyerasian antara beban
kerja, kapasitas kerja dan lingkungan kerja.

Di Indonesia kesehatan kerja mulai diperkenalkan oleh Belanda sejak abad ke 17.
Rekomendasi Komite bersama ILO dan WHO tahun 1995 mengenai tujuan
kesehatan kerja menekankan upaya pemeliharaan, peningkatan kesehatan dan
kapasitas kerja, perbaikan lingkungan dan pekerjaan yang mendukung kesehatan
dan keselamatan pekerja serta mengembangkan organisasi dan budaya kerja agar
tercapai iklim sosial yang positif, kelancaran produksi dan peningkatan
produktivitas.

Jadi pengertian dari hal-hal yang berhubungan dengan K3 adalah


1. Keamanan Kerja
Keamanan kerja adalah unsur- unsur penunjang yang mendukung
terciptanya suasana kerja yang aman, baik berupa materil maupun non materil.
a. Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat material diantaranya
sebagai berikut. : 1) Baju kerja, 2) Helm, 3) Kaca mata, 4) Sarung
tangan,5) Sepatu.
b. Unsur-unsur penunjang keamanan yang bersifat nonmaterial adalah
sebagai berikut. : 1) Buku petunjuk penggunaan alat, 2) Rambu-rambu dan
isyarat bahaya., 3) Himbauan 4) Petugas keamanan.
2. Kesehatan.Kerja
Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani,
maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit
atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja
maupun.penyakit.umum. Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan,
keselamatan, dan keamanan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan
bebas dari penyakit. Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun
1960, BAB I pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan keadaan
jasmani, rohani, dan kemasyarakatan.
3. KeselamatanKerja
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya
selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan
salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang
pun didunia ini yang menginginkan terjadinya kecelakaan. Keselamatan kerja
sangat bergantung pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu
dilaksanakan.

B. TUJUAN K3
1. Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat kerja
2. Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai secara aman dan efisien
3. Menjamin proses produksi berjalan lancer

C. MANFAAT K3
Bagi pihak manajemen tempat kerja :
1. Meningkatnya dukungan terhadap program kesehatan dan keselamatan pekerja
di tempat kerja
2. Citra positif (tempat kerja yang maju & peduli kesehatan)
3. Meningkatnya moral staf
4. Menurunnya angka kemangkiran karena sakit
5. Meningkatnya produktivitas
6. Menurunnya biaya kesehatan
Bagi pekerja :
1. Meningkatnya percaya diri
2. Menurunnya stress
3. Meningkatnya semangat kerja
4. Meningkatnya kemampuan mengenali dan mencegah penyakit
5. Meningkatnya kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sekitar.

D. TRIAS KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


Tempat kerja dan pekerja merupakan populasi, bila menggunakan pendekatan trias
epidemiologi bahwa dengan berfokus pada kesehatan dan keselamatan populasi
pekerja, host digambarkan sebagai manusia yang rentan, karena terkait dengan sifat
bahaya kerja, sehingga diasumsikan bahwa semua individu pekerja dan kelompok
beresiko terkena bahaya kerja. Agent adalah faktor yang berhubungan dengan
penyakit dan cedera, diklasifikasikan menjadi biologi, kimia, erginomi, fisik, atau
psikososial. Environment, berhubungan dengan kondisi eksternal yang berpengaruh
terhadap interaksi host dan agents.

Apabila interaksi antara host, agent dan environment tidak dapat dikendalikan,
maka timbulah penyakit atau cedera. Ketiga faktor timbulnya penyakit tersebut ada
dalam lingkungan pekerja, dengan demikian maka diasumsikan bahwa semua
pekerja yang ada dalam lingkungan kerja maka mempunyai resiko untuk sakit atau
cedera,

dengan demikian proaktif dari perawat menjadi hal yang penting dalam upaya
mencegah terjadinya penyakit atau cedera akibat kerja melalui design yang efektif
melalui 3 level prevensi; primer, sekunder dan tersier. Lingkup Kegiatan Program
Keperawatan Kerja:
a. Riwayat kesehatan terutama para pekerja dan keluarga pekerja
b. Pengkajian atau screening
b. Surveillance atau monitoring
d. Primary health care
c. Konseling
Program Pelayanan Kesehatan Kerja adalah program pelayanan paripurna,
terdiri dari 3 level prevensi yaitu prevensi primer, sekunder dan tersier
yang dilaksanakan dalam suatu system yang terpadu.
a. Pelayanan prevensi primer, kegiatannya antara lain:
1) Pemeriksaan kesehatan awal, berkala dan khusus
2) Immunisasi
3) Kesehatan lingkungan kerja
4) Perlindungan diri terhadap bahaya-bahaya perkerjaan
5) Penyerasaian manusia dengan mesin dan alat kerja (ergonomik)
6) Pengendalian bahaya lingkungan kerja
7) Pendidikan dan penyuluhan tentang kesehatan kerja
8) Pemeliharaan berat badan ideal
9) Perbaikan gizi, menu seimbang dan pemilihan makanan yang sehat
dan aman
10) Olah-raga
b. Pelayanan Prevensi sekunder
Pelayanan diberikan kepada pekerja yang sudah mengalami gangguan
pekerjaan. Pelayanan meliputi pengobatan terhadap penyakit umum maupun
penyakit akibat kerja, kegiatannya antara lain:
1) Konseling
2) Screening adanya gangguan akibat kerja
3) Penatalaksanaan kasus
4) Penanganan kegawat daruratan baik fisik maupun psikologis akibat kerja
5) Rujukan
6) Home Visite terhadap pekerja yang mengalami gangguan akibat kerja
c. Pelayanan Prevensi tersier
Pelayanan diberikan kepada pekerja yang telah menderita cacat sehingga
menyebabkan ketidakmampuan bekerja secara permanent baik sebagian
maupun seluruh kemampuan bekerjanya. Kegiantannya antara lain:
1) Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan
kemampuannya yang masih ada secara maksimal.
2) Penempatan kembali pekerja yang secara selektif sesuai kemampuannya.

E. SYARAT-SYARAT K3
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1997 tentang perlindungan atas
keselamatan karyawan dijamin pada pasal 108 yaitu:
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral dan kesusilaan
c. Pelaksanaan yang sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia serta
nilai-nilai agama

F. AKTOR YANG MEMPENGARUHI K3


Faktor-faktor yang berpengaruh pada kesehatan kerja meliputi:
1. Penyakit umum (penyakit infeksi yang di derita tenaga kerja seperti ISPA,
Diarchea, menyebabkan tingginya absenteisme tenaga kerja dan menurunkan
produktivitas).
2. Penyakit akibat kerja (akibat hygiene perusahaan yang kurang baik, akibat
gangguan mental psikologi akibat kerja)
3. Status gizi tenaga kerja yang kurang baik (disebabkan karena penyakit endemis,
parasit atau intake makanan yang kurang, beban kerja, sehingga dapat
berpengaruh pada produktivitas)
4. Lingkungan kerja yang kurang nyaman (seperti faktor fisik, fisiologis, mental
psikologis, faktor kimia dan biologis, kondisi tersebut bila tidak optimal bisa
mengganggu kesehatan mulai dari yang ringan seperti mengganggu
kenyamanan kerja hingga yang berat yang dapat menyebabkan penyakit akibat
kerja dan kecelakaan kerja)
5. Perencanaan ergonomi (perencanaan penserasian manusia dan mesin/alat,
termasuk perbaikan cara kerja, perencanaan ergonomi yang baik diperoleh hasil
kerja optimal dan produktivitas tinggi)
6. Faktor mental psikologi (kegairahan dan kenyamanan kerja akan sangat
meningkatkan dedikasi dan motivasi kerja.
7. Kesejahteraan tenaga kerja yang rendah (akibat pengupahan yang rendah,
keluarga berencana yang kurang terlaksana)
8. Kurang pemahaman (kurangnya pemahaman baik pengusaha maupun tenaga
kerja bahwa ada hubungan antara kondisi kesehatan dengan produktivitas).
a. Faktor Biologis
Lingkungan kerja pada Pelayanan Kesehatan favorable bagi berkembang
biaknya strain kuman yang resisten, terutama kuman-kuman pyogenic,
colli, bacilli dan staphylococci, yang bersumber dari pasien, benda-benda
yang terkontaminasi dan udara. Virus yang menyebar melalui kontak
dengan darah dan sekreta (misalnya HIV dan Hep. B) dapat menginfeksi
pekerja hanya akibat kecelakaan kecil dipekerjaan, misalnya karena
tergores atau tertusuk jarum yang terkontaminasi viru
Pencegahan :
1. Seluruh pekerja harus mendapat pelatihan dasar tentang
kebersihan, epidemilogi dan desinfeksi.
2. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan
dalam keadaan sehat badani, punya cukup kekebalan alami untuk
bekrja dengan bahan infeksius, dan dilakukan imunisasi.
3. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar.
4. Kebersihandiri dari
petugas.
b. Faktor Kimia
Petugas di laboratorium kesehatan yang sering kali kontak dengan bahan
kimia dan obat-obatan seperti antibiotika, demikian pula dengan
solvent yang banyak digunakan dalam komponen antiseptik, desinfektan
dikenal sebagai zat yang paling karsinogen. Semua bahan cepat atau
lambat ini dapat memberi dampak negatif terhadap kesehatan mereka.
Gangguan kesehatan yang paling sering adalah dermatosis kontak akibat
kerja yang pada umumnya disebabkan oleh iritasi (amoniak, dioksan) dan
hanya sedikit saja oleh karena alergi (keton). Bahan toksik (
trichloroethane, tetrachloromethane) jika tertelan, trhirup atau terserap
melalui kulit dapat menyebabkan penyakit akut atau kronik, bahkan
kematian. Bahan korosif (asam dan basa) akan mengakibatkan kerusakan
jaringan yang irreversible pada daerah yang terpapar.
Pencegahan :
1. Material safety data sheet (MSDS) dari seluruh bahan kimia yang ada
untuk diketahui oleh seluruh petugas laboratorium.
2. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum untuk
mencegah tertelannyabahan kimia dan terhirupnya aerosol.
3. Menggunakan alat pelindung diri (pelindung mata, sarung tangan,
celemek, jas laboratorium) dengan benar.
4. Hindari penggunaan lensa kontak, karena dapat melekat antara
mata dan lensa.
5. Menggunakan alat pelindung pernafasan
dengan benar.
c. Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat,
cara, proses dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan
batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang
sehat, aman, nyaman dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya.
Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua
pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the Job to the Man and to fit the
Man to the Job. Sebagian besar pekerja di perkantoran atau Pelayanan
Kesehatan pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis,
misalnya tenaga operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang
digunakan pada umumnya barang impor yang disainnya tidak sesuai
dengan ukuran pekerja Indonesia. Posisi kerja yang salah dan dipaksakan
dapat menyebabkan mudah lelah sehingga kerja menjadi kurang efisien dan
dalam jangka panjang dapat menyebakan gangguan fisik dan psikologis
(stress) dengan keluhan yang paling sering adalah nyeri pinggang kerja
(low back pain).
d. Faktor Fisik
Faktor fisik di laboratorium kesehatan yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan kerja meliputi :
1. Kebisingan, getaran akibat mesin dapat menyebabkan stress dan
ketulian.
2. Pencahayaan yang kurang dapat menyebabkan gangguan penglihatan
dan kecelakaan kerja.
3. Suhu dan kelembaban yang tinggi di tempat kerja.
4. Terimbas kecelakaan/kebakaran akibat lingkungan sekitar.
5. Terkena radiasi Khusus untuk radiasi, dengan berkembangnya
teknologi pemeriksaan, penggunaannya meningkat sangat tajam dan jika
tidak dikontrol dapat membahayakan petugas yang menangani.
Pencegahan :
1. Pengendalian cahaya di ruang kerja
2. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum yang cukup
memadai.
3. Menurunkan getaran dengan bantalan anti vibrasi.
4. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
5. Pelindung mata untuk sinar laser
6. Filter untuk mikroskop
e. Faktor Psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial yang dapat menyebabkan stress
1. Pelayanan kesehatan sering kali bersifat emergency dan menyangkut
hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan di
tuntut untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai
dengan kewibawaan dan keramahan-tamahan.
2. Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
3. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan
bawahan atau sesama teman kerja.
4. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor
formal ataupun informal.

G. INDIKATOR K3
Menurut Mangkunegara (2002, p.170), bahwa indikator penyebab keselamatan
kerja adalah:
a) Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi:
1. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang
diperhitungkan keamanannya.
2. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesaat
3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
b) Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi:
1. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
2. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik Pengaturan
Penerangan

H. PELAYANAN KESEHATAN KERJA


Per Menakertrans No.03/1982
1. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
2. Penyesuaian pekerjaan thd tenaga kerja
3. Pembinaan & pengawasan lingkungan kerja
4. Pembinaan & pengawasan sanitasi air
5. Pembinaan & pengawasan perlengkapan kesehatan tenaga kerja
6. Pencegahan thd peny umum & PAK
7. P3K
8. Pelatihan Petugas P3K, Perencanaan tempat kerja, APD, gizi
9. Rehabilitasi akibat kecelakaan atau PAK
10. Pembinaan thd tenaga kerja yg punya kelainan

I. K3 DALAM BEBERAPA SEKTOR


a. K3 Sektor Informal :
Dalam 70 – 80% angkatan kerja di sektor informal Termasuk sektor ini :
petani, nelayan, pedagang kecil dll memiliki keterbatasan :
a. Kurang mampu memelihara kes diri & kelg
b. Sering terpajan bahaya potensi lingkungan
c. Jam kerja tidak teratur
d. Beban kerja terlalu berat
e. Penghasilan rendah
f. Belum mendapat yankesja
b. Sektor Informal :
Departemen Kesehatan :
a. Tdk menggunakan pola kegiatan yg diatur oleh sistem manajemen
profesional
b. Modal, peraturan, perlengkapan dan omzet biasanya kecil
c. Umumnya dilakukan gol masy berpenghasilan rendah
d. Tdk selalu menggunakan keahlian & ketrampilan formal

J. PENYAKIT AKIBAT KERJA


Berdasarkan SK Presiden No.22 tahun 1993, disebutkan berbagai macam penyakit
yang timbul karena hubungan kerja yaitu :
a. Pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentuk jaringan
parut,yang silikonsnya merupakan factor utama penyebab cacat dan kematian.
b. Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang disebabkan oleh
debu logam keras.
c. Penyakit paru dan saluran pernafasan (broncopulmoner) yang disebabkan oleh
debu kapas vlas, henep, dan sisal (bissinosis).
d. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitivisasi dan zat
perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
e. Aliveolitis alergika yang disebabkan oleh factor dari luar sebagai akibat dari
penghirupan debu organic.
f. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau persenyawaannya yang beracun.
g. Penyakit yang disebabkan kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
h. Penyakit yang disebabkan faktor atau persenyawaanya yang beracun.
i. Penyakit.yang.disebabkan.oleh.krom..atau.persenyawaannya.yang beracun.
j. Penyakit yang disebabkan oleh: mangan, arsen, raksa, timbal, fluor,benzena,
derivat halogen,derivat nitro,dan amina dari benzena atau homolognya yang
beracun.
k. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol, atau keton. .
l. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida, hydrogen sianida, hydrogen sulfida, atau derivatnya
yang beracun, amoniak seng, braso dan nikel.
m. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
n. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
o. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektro magnetic dan radiasi mengion.
p. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi, atau
biologik.
q. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter,pic,bitumen, minyak
mineral, antrasena, atau persenyaweaan, produk atau residu dari zat tersebut.
r. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh abses.
s. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminnasi khusus.

K. MASALAH KESEHATAN KERJA


Penelitian Depkes (1989) :
Penyakit/gangguan kes :
a. Gangguan virus :
 Petani
 nelayan
b. Gangg pendengaran :
 Penyelam
 pandai besi
c. Kelainan paru :
 Penyelam
 perajin batu bata
d. Kelainan kulit :
 Petani
 nelayan

L. Kebijakan Pemerintah Tentang Hiperkes


1. Definisi
Cabang dari IKM, yang mempelajari cara-cara pengawasan serta pemeliharaan
kesehatan tenaga kerja dan masyarakat di sekitar perusahaan dan segala
kemungkinan gangguan kesehatan dan keselamatan akibat proses produksi di
perusahaan. Lapangan kesehatan yang mengurusi proses kesehatan secara
menyeluruh (kuratif, preventif, penyesuaian faktor manusiawi, hygiene).
2. Tujuan
a. Agar masyarakat pekerja dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya, baik fisik, mental, dan sosialnya.
b. Agar masyarakat sekitar perusahaan terlindung dari bahaya-bahaya
pengotoran oleh bahan-bahan yang berasal dari perusahaan.
c. Agar hasil produksi perusahaan tidak membahayakan kesehatan
masyarakat konsumennya.
d. Agar efisiensi kerja dan daya produktivitas para karyawan meningkat dan
dengan demikian akan meningkatkan pula produksi perusahaan.
e. Sebagai tindakan korektif pada lingkungan.
f. Hyghiene: agar tenaga kerja terlindung dari resiko kerja (pemantauan).
g. Kesehatan kerja: pemeliharaan kesehatan, pemberantasan kelelahan
kerja, perlindungan masyarakat sekitar, menciptakan tenaga kerja
yang produktif.
3. Usaha
Meningkatkan moril kerja, meningkatkan dan memelihara kesehatan yang
setinggi-tingginya, mencegah timbulnya gangguan kesehatan.
a. pencegahan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan-kecelakaan
akibat kerja.
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja.
c. pemeliharaan dan peningkatan efisiensi dan daya produktifitas tenaga
manusia.
d. pemberantasan kelelahan kerja dan peningkatan kegairahan kerja.
e. pemeliharaan dan peningkatan hygieni dan sanitasi perusahaan pada
umumnya seperti kebersihan ruangan-ruangan cara pembuangan sampah
pengolaan dsb.
f. perlindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar tehindar dari
pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan.
g. perlindungan masyarakat luas dari bahay-bahay yg mungkin ditimbulkan
oleh hasil-hasil produksi perusahaan.
Prinsip dasar: pengenalan faktor yg berisiko,penilaian dan pengendaliannya
dikenalkan pd tenaga kerjanya.
4. Ruang lingkup
Kesehatan masyarakat: masyarakat umum, hiperkes: tenaga kerja dan masyarakat
di sekitarnya, mencegah timbulnya gangguan kesehatan bagi pekerja, memelihara
kesehatn di lingkungan kerja,mmberi perlindungan bagi pekerja.

Hiperkes: ilmu kedokteran kerja, occupational medicine: kesehatan kerja,


keracunan perusahaan, jiwa perusahaan dan keselamatan kerja.

M. Fungsi dan Peran Perawat Hiperkes


a. Definisi
American Association of Occupational Health Nurses mendefenisikan perawat
hiperkes sebagai “Orang yang memberikan pelayanan medis kepada tenaga
kerja”. Sedangkan Departement of Labor (DOL) USA mendefenisikan sebagai “
Orang yang memberikan pelayanan medis atas petunjuk umum kesehatan kepada
si sakit atau pekerja yang mendapat kecelakaan atau orang lain yang menjadi
sakit atau menderita kecelakaan di tempat kerja.

Seorang perawat hiperkes adalah seseorang yang berijazah perawat dan


memiliki pengalaman/training keperawatan dalam hiperkes dan bekerja
melayani kesehatan tenaga kerja di perusahaan.
b. Fungsi perawat hiperkes
Fungsi seorang perawat hiperkes sangat tergantung kepada kebijaksanaan
perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup usaha kesehatan, susunan dan
jumlah tenaga kesehatan yang dipekerjakan dalam perusahaan.
Dokter perusahaan biasanya memegang tanggung-jawab dalam
menyelenggarakan kesehatan perusahaan, namun kita ketahui sekarang ini
bahwa tidak semua perusahaan mempekerjakan dokter secara full time. Dalam
kondisi seperti ini, maka perawat yang menjadi lebih banyak melayani aktivitas
kesehatan di perusahaan.

Apabila perawat merupakan satu-satunya tenaga kesehatan yang full time di


perusahaan, maka fungsinya adalah:
1. Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja hiperkes di
perusahaan.
2. Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk
administrasi kesehatan kerja.
3. Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan perawatan/pengobatan.
4. Memelihara alat-alat perawatan, obat-obatan dan fasilitas kesehatan
perusahaan.
5. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai cara-cara yang
telah disetujui.
6. Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta berusaha
menindaklanjuti sesuai wewenang yang diberikan kepadanya.
7. Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan faktor
pekerjaan dan melaporkan kepada dokter perusahaan.
8. Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan perusahaan sesuai
kemampuan yang ada.
9. Ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan: UKS.
10. Membantu, merencanakan dan atau melaksanakan sendiri kunjungan
rumah sebagai salah satu dari segi kegiatannya.
11. Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga kerja yang
dilayani.
12. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.
13. Mengumpulkan data-data dan membuat laporan untuk statistic dan
evaluasi.
14. Turut membantu dalam usaha penyelidikan kesehatan tenaga kerja.
15. Memelihara hubungan yang harmonis dalam perusahaan.
16. Memberikan penyuluhan dalam bidang kesehatan.
17. Bila lebih dari satu paramedis hiperkes dalam satu perusahaan, maka
pimpinan paramedis hiperkes harus mengkoordinasi dan mengawasi
pelaksanaan semua usaha perawatan hiperkes.
Menurut Jane A. Le R.N dalam bukunya The New Nurse in Industry, beberapa
fungsi spesifik dari perawat hiperkes adalah :
1. Persetujuan dan kerjasama dari pimpinan perusahaan/industri dalam
membuat program dan pengolahan pelayanan hiperkes yang mana
bertujuan memberikan pemeliharaan / perawatan kesehatan yang sebaik
mungkin kepada tenaga kerja
2. Memberikan/ menyediakan primary nursing care untuk penyakit-
penyakit atau korban kecelakaan baik akibat kerja maupun yang bukan
akibat kerja bedasarkan petunjuk- petunjuk kesehatan yang ada.
3. Mengawasi pengangkutan si sakit korban kecelakaan ke rumah sakit ,
klinik atau ke kantor dokter untuk mendapatkan perawatan / pengobatan
lebih lanjut.
4. Melakukan referral kesehatan dan pencanaan kelanjutan perawatan dan
follow up dengan rumah sakit atau klinik spesialis yang ada.
5. Mengembangkan dan memelihara system record dan report kesehatan dan
keselamatan yang sesuai dengan prosedur yang ada di perusahaan.
6. Mengembangkan dan memperbarui policy dan prosedur servis
perawatan.
7. Membantu program physical examination (pemeriksaan fisik) dapatkan
data-data keterangan-keterangan mengenai kesehatan dan pekerjaan.
8. Lakukan referral yang tepat dan berikan suatu rekomendasi mengenai
hasil yang positif.
9. Memberi nasehat pada tenaga kerja yang mendapat kesukaran dan jadilaj
perantara untuk membantu menyelesaikan persoalan baik emosional
maupun personal.
10. Mengajar karyawan praktek kesehatan keselamatan kerja yang baik,dan
memberikan motivasi untuk memperbaiki praktek-praktek kesehatan.
11. Mengenai kebutuhan kesehatan yang diperlukan karyawan dengan
obyektif dan menetapkan program Health Promotion, Maintenance and
Restoration.\
12. Kerjasama dengan tim hiperkes atau kesehatan kerja dalam mencari jalan
bagaimana untuk peningkatan pengawasan terhadap lingkungan kerja dan
pengawasan kesehatan yang terus menerus terhadap karyawan yang
terpapar dengan bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatannya.
13. Tetap waspada dan mengikuti standar-standar kesehatan dan
keselamatan kerja yang ada dalam menjalankan praktek-praktek
perawatan dan pengobatan dalam bidang hiperkes ini.
14. Secara periodik untuk meninjau kembali program-program
perawatan dan aktifitas perawatan lainnya demi untuk kelayakan dan
memenuhi kebutuhan serta efisiensi.
15. Ikut serta dalam organisasi perawat (professional perawat) seperti ikatan
paramedik hiperkes, dll.
16. Merupakan tanggung jawab pribadi yang tidak boleh dilupakan dan
penting adalah mengikuti kemajuan dan perkembangan professional
(continues education).
c. Tugas paramedis hiperkes
Secara sistimatis DR. Suma’mur PK, MSc, menggambarkan tugas-tugas
paramedis hiperkes sebagai berikut :
1. Tugas medis teknis yang berhubungan dengan perawatan dan
pengobatan) Perawatan dan pengobatan penyakit umum :
1) Menurut petunjuk dokter perusahaan
2) Menurut pedoman tertulis (standing orders)
3) Rujukan pasien ke rumah sakit
4) Mengawasi pasien sakit hingga sembuh
5) Menyelenggarakan rehabilitasi
a) Perawatan dan pengobatan pada kecelakaan dan penyakit
jabatan
b) Menjalankan pencegahan penyakit menular (vaksinasi, dll)
c) Pemeriksaan kesehatan
1) Sebelum bekerja (pre-employment)
2) Berkala
3) Pemeriksaan khusus
2. Tugas administratif mengenai dinas kesehatan perusahaan
a) Memelihara administrasi (dinas kesehatan)
b) Mendidik dan mengamati pekerjaan bawahannya
c) Memelihara catatan-catatan dan membuat laporan
1) Catatan perseorangan yang memuat hasil pemeriksaan
kesehatan pekerja
2) Laporan mengenai angka kesakitan, kecelakaan kerja
3) Laporan pemakaian obat, dll.
3. Tugas sosial dan pendidikan
a) Memberi pendidikan kesehatan kepada pekerja
1) Ketrampilan PPPK,
2) Pola hidup sehat,
3) Pencegahan penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan yang
kurang baik
b) Menjaga kebersihan dalam perusahaan
c) Mencegah kecelakaan kerja
Menurut American Association of Occupational Health Nurses,
ruang lingkup pekerjaan perawat hiperkes adalah :
1. Health promotion / Protection
Meningkatkan derajat kesehatan, kesadaran dan pengetahuan tenaga
kerja akan paparan zat toksik di lingkungan kerja. Merubah faktor
life style dan perilaku yang berhubungan dengan resiko bahaya
kesehatan.
2. Worker Health / Hazard Assessment and Surveillance
Mengidentifikasi masalah kesehatan tenaga kerja dan menilai jenis
pekerjaannya .
3. Workplace Surveillance and Hazard Detection
Mengidentifikasi potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja. Bekerjasama dengan tenaga profesional lain
dalam penilaian dan pengawasan terhadap bahaya.
4. Primary Care
Merupakan pelayanan kesehatan langsung terhadap penyakit dan
kecelakaan pada tenaga kerja, termasuk diagnosis keperawatan,
pengobatan, rujukan dan perawatan emergensi.
5. Counseling
Membantu tenaga kerja dalam memahami permasalahan
kesehatannya dan membantu untuk mengatasi dan keluar dari situasi
krisis.
6. Management and Administration
Acap kali sebagai manejer pelayanan kesehatan dengan tanggung-
jawab pada progran perencanaan dan pengembangan, program
pembiayaan dan manajemen.
7. Research
Mengenali pelayanan yang berhubungan dengan masalah kesehatan,
mengenali faktor – faktor yang berperanan untuk mengadakan
perbaikan.
8. Legal-Ethical Monitoring
Paramedis hiperkes harus sepenuhnya memahami ruang lingkup
pelayanan kesehatan pada tenaga kerja sesuai perundang-undangan,
mampu menjaga kerahasiaan dokumen kesehatan tenaga kerja.
9. Community Organization
Mengembangkan jaringan untuk meningkatkan pelayanan kepada
tenaga kerja
Perawat hiperkes yang bertanggung-jawab dalam memberikan
perawatan tenaga kerja haruslah mendapatkan petunjuk-petunjuk dari
dokter perusahaan atau dokter yang ditunjuk oleh perusahaan. Dasar-
dasar pengetahuan prinsip perawatan dan prosedur untuk merawat
orang sakit dan korban kecelakaan adalah merupakan pegangan yang
utama dalam proses perawatan yang berdasarkan nursing assessment,
nursing diagnosis, nursing intervention dan nursing evaluation adalah
mempertinggi efisiensi pemeliharaan dan pemberian perawatan
selanjutnya.

Perawat hiperkes mempunyai kesempatan yang besar untuk


menerapkan praktek-praktek standar perawatan secara leluasa.
Seorang perawat hiperkes, melalui program pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan hendaknya selalu membantu karyawan / tenaga
kerja untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

N. ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA


1. Pengkajian
a. Inti (core)
1.Histori
 Kapan mulai bekerja
 Usia mulai bekerja
 Alasan bekerja
 Pengalaman pekerja
2.Demografi : Distribusi pekerja berdasarkan jenis kelamin, usia,
pendidikan, jenis pendidikan, kecelakaan kerja, keamitian akibat kerja
jumlah tanggungan, pekerjaan sampingan pekerja, kebiasaan pekerja,
jenis olahraga
b. Subsistem
1. Lingkungan Fisik
1) Iklim/cuaca
2) Suhu ruangan
3) Tingkata kebisingan, paparan zat kimia
4) Penataan ruangan kerja
5) Penataan eksterior perusahaan
6) Pengaruh penataan terhadap pekerja
7) Dampak lingkungan fisik terhadap pekerja
2. Pendidikan
a. Program pendidikan bagi pekerja dan keluarga
b. Jenjang karir dan pendidikan
c. Penghargaan terhadap pendidikan pekerja dan keluarga
d. Fasilitas pendidikan di perusahaan
e. Jenis pendidikan yang diberikan
3. Keamanan dan Transportasi
a. Jenis fasilitas keamanan dan transportasi pekerja dan keluarga
b. Pemanfaatan fasilitas keamanan dan transportasi bagi pekerja
c. Dampak fasilitas keamanan dan transportasi bagi pekerja dan
keluarga
4. Politik dan Pemerintahan
a. Jenis aturan perusahaan bagi pekerja dan keluarga
b. Efektifitas aturan perusahaan bagi pekerja dan keluarga
c. Perlindungan pemerintah terhadap pekerja dan keluarga
d. Situasi politik dan pengaruh terhadap pekerja dan keluarga
5. Pelayanan Umum dan Kesehatan
a. Jenis pelayanan umum dan kesehatan bagi pekerja dan keluarga
(sarana olahraga, klinik, RS, sarana penyaluran hobi/bakat)
b. Kondisi sarana umum dan kesehatan
c. Pemanfaatan fasilitas umum dan kesehatan bagi pekerja dan
keluarga
d. Dampak pelayanan umum dan kesehatan terhadap pekerja dan
keluarga
6. Komunikasi
a. Jenis sarana komunikasi yang diberikan perusahaan
b. Cara pemanfaatan sarana komunikasi
c. Acara yang berhubungan dengan pertemuan direksi, pekerja dan
keluarga (formal/informal)
d. Dampak sarana komunikasi bagi pekerja dan keluarga
7. Ekonomi
a. Penghasilan pekerja (berdasarkan UMR/kelayakan hidup)
b. Efektifitas penghasilan dalam mengatasi keuangan keluarga
pekerja
c. Bentuk bonus, atau tambahan penghasilan yang diberikan
perusahaan
d. Tingkat kesejahteraan pekerja dan keluarga
8. Rekreasi
a. Jenis rekreasi yang diberikan perusahaan
b. Pemanfaatan rekreasi perusahaan bagi pekerja dan keluarga
c. Jenis rekreasi yang dilakukan oleh pekerja dan keluarga selain
dari perusahaan
d. Jadwal rekreasi/frekuensi rekreasi
e. Dampak rekreasi terhadap motivasi bekerja

2. Analisis Data
Prioritas :
a. Masalah (aktual, resiko, potensial)
b. Ketersediaan sarana
c. Kemauan pekerja dan keluarga Kemauan perusahaan
Analisa masalah berdasarkan data fokus, anatara lain :
a. Kecelakaan kerja yg sering terjadi
b. Perilaku yang tidak sehat
c. Lingkungan yang tidak sehat
d. Penyakit akibat kerja
e. Pengetahuan yang kurang
f. Kurangnya fasilitas pendukung
3. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Perilaku kesehatan cenderung
berisiko b. Risiko cedera

4. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
1 Perilaku kesehatan Knowledge: Health Promotion Health Education
cenderung berisiko Setelah dilakukan tindakan 1.Identifikasi
berhubungan keperawatan selama 1 x 60 kebutuhan
dengan kurang menit masalah teratasi dengan pendidikan
pemahaman kriteria hasil: kesehatan pada
1. Perilaku yang siswa
meningkatkan 2.Tentukan
kesehatan (4) pengetahuan
2. Sumber terkemuka siswa tentang
perawatan kesehtan (4) kesehatan
Ket: 3. Rumuskan tujuan
1. No knowledge untuk program
2. Limited knowledge pendidikan
3. Moderate kesehatan
knowledge 4. Gunakan
4.Substantial presentasi grup
knowledge untuk memberi
5. Extensive knowledge dukungan

2 Risiko Cedera Safety Behavior Setelah dilakukan Environment


tindakan keperawatan selama 1x Management
30 menit Kelompok pekerja Manajemen
tidak mengalami injury dengan ingkungan)
kriteri hasil: 1. Sediakan
lingkungan
yang aman
untuk pasien
2. Identifikasi
kebutuhan
1. Kelompok pekerja keamanan
terbebas dari cedera pasien, sesuai
2. Kelompok pekerja mampu dengan kondisi
menjelaskan cara/metode fisik dan fungsi
untukmencegah injury/cedera kognitif pasien
3. Kelompok pekerja mampu dan riwayat
menjelaskan factor risiko dari penyakit
lingkungan/perilaku personal terdahulu
4. Kelompok pekerja pasien
memodifikasi gaya hidup 3. Menghindarkan
untuk mencegah injury lingkungan
5. Menggunakan fasilitas yang berbahaya
kesehatan yang ada (misalnya
6. Mampu mengenali perubahan memindahkan
status kesehatan perabotan)
4. Mengontrol
lingkungan dari
kebisingan
5.

5. Implementasi Memindahkan

Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan barang-barang


yang telah
direncanakan yang sifatnya: yang dapat
membahayaka
a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah.
n
b. Mendidik komunitasi tentang perilaku sehat.
c. Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus menfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas.
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat
pencegahan, yaitu:
a. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada
populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta
perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh: imunisasi, penyuluhan gizi,
simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyarakat clan ditemukan masalah kesehatan.
Pencegahan sekunder ini menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk
mnghambat proses penyakit, Contoh: Mengkaji keter¬belakangan tumbuh
kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan penieriksaan
kesehatan seperti mata, gigi, telinga, dll.
c. Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu
pada tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga,
Contoh: Membantu keluarga yang mempunyai anak dengan resiko gangguan
kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke Posyandu.

6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan konsep evaluasi struktur, proses, hasil.
Fokus:
a. Relevansi antara kenyataan dengan target
b. Perkembangan/ kemajuan proses, kesesuaian dg perencanaan, peran
pelaksana, fasilitas dan jumlah peserta
c. Efisiensi biaya, bagaimana mencari sumber dana
d. Efisiensi kerja, apakah tujuan tercapai, apakah masyarakat puas.
Proses Evaluasi:
a. Menilai respon verbal dan nonverbal
b. Mencatat adanya kasus baru yg dirujuk ke RS
DAFTAR PUSTAKA

1. Poerwanto, Helena dan Syaifullah. Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan


Keselamatan Kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 2008.
2. Indonesia. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

3. Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial

Tenaga Kerja.

4. Silalahi, Bennett N.B. dan Silalahi, Rumondang. 2009 Manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja: Pustaka Binaman Pressindo.
5. Suma'mur. 2008. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: Haji

Masagung

6. Suma'mur. 2008. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta:


Gunung Agung, 2007

Anda mungkin juga menyukai