Anda di halaman 1dari 24

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja

Present by : Kelompok 1
Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah
spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja
beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan
usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-
penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan
faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap
penyakit-penyakit umum.

Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :


1. Sasarannya adalah manusia
2. Bersifat medis.
Landasan Hukum Kesehatan Kerja
1. U.U No.14 tahun.1969 tentang ketentuan Pokok Tenaga Kerja.
2. U.U No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. U.U No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
4. U.U No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
5. Beberapa keputusan bersama antara Departemen Kesehatan dengan
Departemen lain yang berkaitan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
6. P.P No.32 tahun. 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
7. Permenkes RI No 986/ 1992 dan Keputusan Dirjen P2M-PL No. HK.00.06.44 dan
No.00.06.6.598 mengenai beberapa Aspek Persyaratan Lingkungan Rumah Sakit.
8. SK Menkes No.43 Tahun 1988 tentang cara pembuatan obat yang baik (CPOB).
9. Konvensi No. 155/1981, ILO menetapkan kewajiban setiap negara untuk
merumuskan melaksanankan dan mengevaluasi kebijaksanaan nasionalnya di
bidang kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungannya.
Prinsip Dasar Kesehatan Kerja

Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah


mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi, dan
dilanjutkan dengan tindakanpengendalian. Sasaran kesehatan
kerja adalah manusia dan meliputi aspek kesehatan dari
pekerjaitu sendiri (effendi, ferry. 2009: 233).
Faktor Resiko Ditempat Kerja

Istilah hazard atau potensi bahaya


menunjukan adanya sesuatu yang potensial untuk
mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan
atau kerugian yang dapat dialami oleh tenaga kerja
atau instansi. Sedang kemungkinan potensi bahaya
menjadi manifest, sering disebut resiko. Baik “hazard”
maupun “resiko” tidak selamanya menjadi bahaya,
asalkan upaya pengendaliannya dilaksanakan dengan
baik.
Ditempat kerja, kesehatan dan kinerja seseorang
pekerja sangat dipengaruhi oleh (effendi, Ferry. 2009: 233):

Beban Kerja
Kapasitas
berupa beban Lingkungan
Kerja yang
fisik, mental Kerja
banyak
dan sosial
Tujuan Penerapan Keperawatan
Kesehatan Kerja

Secara umum, tujuan keperawatan kesehatan kerja adalah


menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan
hyperkes dapat diperinci sebagai berikut (Rachman. 1990):

1. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat


kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat

2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar


tanpa adanya hambatan.
Fungsi dan tugas perawat dalam keselamatan dan
kesehatan kerja

Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan


dan kesehatan kerja (K3) di industri adalah sebagai berikut
(Effendy, Nasrul. 1998):

Fungsi perawat

1. Mengkaji masalah kesehatan


2. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
3. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap
pekerja
4. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang
dilakukan
Tugas perawat
1. Mengawasi lingkungan pekerja
2. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
3. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
4. Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan
pekerja
5. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan
perawatan di rumah kepada pekerja dan keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan
6. Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap
pekerja
7. Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja
8. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap
pekerja dan keluarganya
9. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
10. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.
Model Kesehatan Kerja
Model Integrative yang Dirumuskan oleh Fishbein dan Ajzen’s

Berdasarkan model pada gambar diatas, terdapat tiga faktor utama yang
menentukan intensi seseorang, yaitu sikap, persepsi normatif, dan efikasi diri. Sikap
seseorang merupakan evaluasi apakah ia akan berpihak/suka atau tidak terhadap sesuatu
yang akan dia lakukan. Persepsi normatif (norma-norma yang dirasakan) merupakan ada
atau tidaknya tekanan sosial yang diharapkan ketika melakukan suatu perilaku, di mana
ada dua aspek, yaitu injunctive dan penggambaran dari norma tersebut. Selanjutnya efikasi
diri merupakan keyakinan seseorang pada kemampuannya untuk mengorganisasikan dan
melaksanakan serangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk mengelola situasi yang
prospektif.
Lingkup Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara


pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik
maupun psikis, dalam hal cara atau metode, proses, dan kondisi
pekerjaan yang bertujuan untuk (effendi, Ferry. 2009: 233):

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja


masyarakat pekerja disemua lapangan kerja setinggi-tingginya
baik fisik, mental, maupun kesejahteraan sosialnya.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat
pekerja yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi
lingkungannya.
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di
dalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan
oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis
pekerjanya.
Penyakit-penyakit Yang disebabkan Oleh Kerja

Dalam peraturan Menurut (dermawan, deden.


menteri tenaga kerja dan 2012: 197-199) penyakit akibat
transmigrasi Nomor: PER- kerja/penyakit akibat hubungan kerja:
01/MEN/1981 dicantumkan 1. Penyakit Saluran Pernapasan
30 jenis penyakit, sedangkan 2. Penyakit Kulit
pada keputusan Presiden RI 3. Kerusakan Pendengaran
Nomor 22/1993 tentang 4. Gejala pada Punggung dan Sendi
penyakit yang timbul karena 5. Kanker
hubungan kerja memuat jenis 6. Coronary Artery Disease
penyakit yang sama dengan 7. Penyakit Liver
tambahan penyakit yang 8. Masalah Neuropsikitarik
disebabkan bahan kimia 9. Penyakit yang Tidak Diketahui
lainnya termasuk bahan obat. Sebabnya
WHO membedakan empat kategori penyakit akibat kerja
(dermawan, deden. 2012: 193):

1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan,


misalnya Pneumoconiosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah
pekerjaan, misalnya karsinoma bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu
penyebab di antara faktor-faktor penyebab lainnya,
misalnya bronkhitis kronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi
yang sudah ada sebelumnya, misalnya asma.
Potensial Hazard
Bahaya atau hazard
merupakan segala hal atau sesuatu Komponen bahaya
yang menpunyai kemungkinan 1. Karakteristik material
mengakibatkan kerugian baik pada 2. Bentuk material
harta benda, lingkungan, maupun 3. Hubungan pemajanan dan
manusia (Budiono, 2003). Menurut efek
Suardi (2005), bahaya adalah sesuatu 4. Jalannnya pemajanan dari
yang berpotensi menjadi penyebab proses individu
kerusakan. Ini dapat mencakup 5. Kondisi dan frekuensi
substansi, proses kerja dan atau aspek
lainnya dari lingkungan kerja. penggunaan
6. Tingkah laku pekerja
Potensi bahaya yang
ditimbulkan diperlukan upaya untuk
meminimalkan terhadap risiko yang
diterima apabila terjadi kecelakaan
(Baktiyar, 2009).
Jenis-jenis Hazard

Jenis-jenis safety hazard,


antara lain :
1. Mechanical Hazard,
2. Electrical Hazard
3. Chemical Hazard,
4. Hazard fisik,
5. Hazard Kimia Pengendalian Bahaya
6. Hazard biologi, 1. Eliminasi/penghilangan
7. Hazard psikososial 2. Substansi/mengganti material yang
8. Hazard ergonomi lebih aman
9. Hazard Mekanis, 3. Minimalisasi/pengurangan jumlah
material yang digunakan
4. Enginering/disain/baik pada
sumber, pemajanan, pemisahan
jarak waktu, pemisahan lokasi
pekerja dengan pekerjaan
5. Administrasi : perubahan proses,
rotasi kerja
6. Pelatihan
7. Pemberian alat pelindung diri/ APD
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang
digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian
tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan
kerja. APD dipakai sebagai upaya terakhir dalam usaha melindungi
tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif
tidak dapat dilakukan dengan baik. APD juga merupakan kelengkapan
yang wajib digunakan saat bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga
keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
Tujuan Dan Manfaat APD
Adapun tujuan dari penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD), antara lain:
1. Melindungi tenaga kerja apabila usaha
rekayasa (engineering) dan administrative
tidak dapat dilakukan dengan baik.
2. Meningkatkan efektifitas dan produktivitas
kerja.
3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman.

Sedangkan manfaat dari penggunaan Alat


Pelindung Diri (APD), antara lain :
1. Untuk melindungi seluruh atau sebagian
tubuhnya terhadap kemungkinan adanya
potensi bahaya/kecelakaan kerja.
2. Mengurangi resiko penyakit akibat
kecelakaan.
Konsep APD
PPE yang efektif harus : Operator-operator yang
a) Sesuai dengan bahaya menggunakan PPE harus
yang dihadapi
memperoleh :
b) Terbuat dari material yang
akan tahan dengan
bahaya tersebut 1. Informasi tentang bahaya yang
c) Cocok bagi orang yang dihadapi
akan menggunakannya 2. Instruksi tentang tindakan
d) Tidak mengganggu kerja pencegahan yang perlu diambil
operator yang bekerja 3. Pelatihan tentang penggunan
e) Memiliki konstruksi yang peralatan dengan benar
sangat kuat
4. Konsultasi dan diizinkan pemilih
f) Tidak mengganggu PPE
lain yang sedang dipakai PPE yang tergantung pada
secara bersamaan kecocokannya
g) Tidak meningkatkan risiko 5. Pelatihan cara memelihara dan
terhadap pemakainya. menyimpan PPE
6. Instruksi agar melaporkan
setiap kecacatan atau
kerusakan.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib
digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk
menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui
Departement Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Hal
ini tertulis di Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per.08/Men/VII/2010 tentang pelindung diri. Adapun bentuk dari alat
tersebut adalah :

1. Safety Helmet
2. Sepatu Pelindung (safety shoes)
3. Sarung Tangan
4. Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff)
5. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
6. Masker (Respirator)
Asuhan Keperawatan Pada Tatanan
Kerja Home Industry

1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan Keperawatan
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan
yang telah direncanakan. Pada kegiatan praktik keperawatan
komunitas berfokus pada tingkat pencegahan, yaitu :

1. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan


difokuskan pada populasi sehat, mencakup pada kegiatan
kesehatan secara umum serta perlindungan khusus terhadap
penyakit, contoh: imunisasi, penyuluhan gizi, simulasi dan
bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
2. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada
saat terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat clan
ditemukan masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini
menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk mnghambat
proses penyakit, Contoh: Mengkaji keter¬belakangan tumbuh
kembang anak, memotivasi keluarga untuk melakukan
penieriksaan kesehatan seperti mata, gigi, telinga, dll.
3. Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan
pengembalian individu pada tingkat berfungsinya secara optimal
dari ketidakmampuan keluarga,
Asuhan Keperawatan Kasus
Thanks!
Any questions?

23
Kesimpulan

Kesehatan kerja merupakan bidang khusus ilmu kesehatan


yang di tujukan kepada masyarakat pekerja dan sekitar perusahaan
agar memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik,
mental, maupun sosial. Kegunaannya untuk mencapai derajat
kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja serta meningkatkan
produksi yang berlandeaskan pada meningkatkan efisiensi dan daya
produktivitas faktor manusia dalam produksi. Tugas keperawatan yang
dapat dilakukan oleh perawat industri meliputi kesehatan lingkungan
kerja, kesehatan pekerja dan keselamatan kerja.

Anda mungkin juga menyukai