Anda di halaman 1dari 7

RESUME KEPERAWATAN KOMUNITAS

KELOMPOK KHUSUS PEKERJA

Oleh :
Luh Putu Sukma Wati
(P07120219066)
3B/ S.Tr. Keperawatan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN NEGERI DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2021 / 2022
A. Pengertian Kesehatan Kerja Dan Keselamatan Kerja
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/masyarakat pekerja beserta memperoleh derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan
usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan
kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap
penyakit-penyakit umum.
Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :
1. Sasarannya adalah manusia
2. Bersifat medis.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,


alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya
serta cara-cara melakukan pekerjaan . Keselamatan kerja menyangkut segenap proses
produksi distribusi baik barang maupun jasa (dermawan, deden. 2012: 189).
Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :
1. Sasarannya adalah lingkungan kerja
2. Bersifat teknik.

B. Prinsip Dasar Kesehatan Kerja


Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyesuaian antara kapasitas, beban, dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja
yang optimal (UU kesehatan tahun 1992).
Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi
permasalahan, mengevaluasi, dan dilanjutkan dengan tindakanpengendalian. Sasaran
kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek kesehatan dari pekerjaitu sendiri
(effendi, ferry. 2009: 233).
C. Faktor Risiko Di Tempat Kerja
Dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi bahaya
serta resiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja, penggunaan mesin, alat
dan bahan serta lingkungan disamping faktor manusianya.
Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang potensial
untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian yang dapat dialami
oleh tenaga kerja atau instansi. Sedang kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest,
sering disebut resiko. Baik “hazard” maupun “resiko” tidak selamanya menjadi bahaya,
asalkan upaya pengendaliannya dilaksanakan dengan baik.
Ditempat kerja, kesehatan dan kinerja seseorang pekerja sangat dipengaruhi oleh
(effendi, Ferry. 2009: 233):
1. Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya penempatan
pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan. Beban kerja yang
terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan
seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
2. Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,
kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya. Kapasitas kerja
yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan
fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya
dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai modal awal
seseorang untuk melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi
awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi
kerja, dll.
3. Lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik, kimia,
biologik, ergonomik, maupun aspek psikososial. Kondisi lingkungan kerja
(misalnya, panas, bising, berdebu, zat-zat kimia, dll) dapat menjadi beban
tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri atau
bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.

Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam
kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut
akan menghasilkan kerja yang baik dan optimal (effendi, Ferry. 2009: 233).
Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang
berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja
dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan di tempat kerja dan lingkungan kerja
tetapi juga oleh faktor-faktor pelayanan kesehata kerja, perilaku kerja, serta faktor
lainnya (effendi, Ferry. 2009: 233).

D. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja


Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis, dalam hal cara atau
metode, proses, dan kondisi pekerjaan yang bertujuan untuk (effendi, Ferry. 2009: 233):
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja
disemua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun
kesejahteraan sosialnya.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan atau kondisi lingkungannya.
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan
kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

E. Tujuan Keselamatan Kerja


1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakuakn pekerjaan
atau kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
F. Kesiapsiagaan Bencana

Perencanaan atau rencana tanggap darurat merupakan suatu kegiatan yang


dilakukan tim manajemen dan pekerja yang bertujuan untuk mengantisipasi datangnya
keadaan darurat sehingga semua orang di tempat kerja mengetahui hal-hal apa saja yang
harus dilakukan untuk selamat.
Tujuan perencanaan tanggap darurat ini adalah untuk membimbing setiap
individu yang berada pada situasi kecelakaan atau keadaan darurat guna mencegah atau
meminimalkan cedera, kerusakan aset serta kerugian material. Dapat juga mencegah
atau meminimalkan dampak lingkungan akibat kecelakaan atau keadaan darurat tersebut.
Hal yang harus ada dalam perencanaan tanggap darurat
Ketika mengembangkan perencanaan tanggap darurat di perusahaan, hal pertama
yang harus lakukan adalah mengidentifikasi potensi bahaya yang kemungkinan terjadi
di tempat kerja, yang dapat menimbulkan keadaan darurat. Jika Anda memiliki lebih
dari satu area kerja dengan kegiatan berbeda-beda, maka setiap lokasi harus memiliki
rencana tanggap darurat.
Menurut OSHA, perencanaan tanggap darurat minimal harus mencakup hal-hal sebagai
berikut:
 Prosedur pelaporan kecelakaan, kebakaran, atau keadaan darurat lainnya
 Kebijakan dan prosedur evakuasi, mencakup jalur evakuasi, tim evakuasi
(floor warden) di setiap lantai, denah evakuasi atau sarana evakuasi lainnya.
 Skema atau daftar nomor telepon penting yang harus dihubungi saat keadaan
darurat
 Prosedur tindakan darurat mulai dari pra kejadian, saat terjadi keadaan darurat,
dan pasca kejadian. Prosedur juga mencakup pembahasan tentang peralatan
darurat, peralatan pemadam kebakaran, alarm, peralatan P3K, hingga
prosedur emergency shutdown. Sistem emergency shutdown adalah suatu
sistem yang digunakan dalam industri perminyakan sebagai sistem pelindung
(safety) dari bahaya-bahaya seperti kebakaran, dan tekanan berlebih yang dapat
menyebabkan ledakan. Biasanya sistem ini beroperasi apabila keadaan darurat
dengan mematikan sistem proses.
 Susunan tim tanggap darurat mencakup koordinator, tim evakuasi, petugas P3k,
dan petugas lain yang diperlukan.
 Penentuan lokasi tempat berkumpul (assembly point) dan prosedur pelaporan
yang menyatakan bahwa semua pekerja sudah dievakuasi juga perlu
dipertimbangkan.

Langkah dalam menyiapkan perencanaan tanggap darurat


Menyiapkan perencanaan tanggap darurat harus disesuaikan dengan kondisi serta
kebutuhan yang ada di tempat kerja Anda. Secara umum, langkah-langkah menyiapkan
rencana tanggap darurat terbagi menjadi lima, diantaranya:
 Identifikasi bahaya yang berpotensi menimbulkan keadaan darurat. Harus
mengidentifikasi secara spesifik akan potensi bahaya berdasarkan tipe
kegiatannya. Sebagai contoh, jika bekerja di perkantoran, maka kebakaran
merupakan potensi risiko yang bisa terjadi.
 Langkah-langkah pencegahan. Tindakan pencegahan harus dirancang secara
detail dan jelas untuk setiap jenis potensi bahaya. Misalnya membuat langkah
pencegahan kebakaran, ledakan, atau tumpahan bahan kimia.
 Perencanaan tanggap darurat. Perusahaan harus menentukan satu atau lebih
perencanaan darurat yang didasarkan pada kompleksitas serta kebutuhan.
Pastikan semua pekerja mengetahui perencanaan tanggap darurat ini. Penting
bagi mereka untuk mengetahui tindakan pencegahan dan apa yang harus
dilakukan saat keadaan darurat terjadi.
 Pelatihan dan uji coba. Perusahaan harus melatih para pekerjanya tentang
langkah-langkah pencegahan dan perencanaan tanggap darurat. Pelatihan
secara berkala harus dilakukan untuk memastikan pekerja melakukan tindakan
sesuai dengan perencanaan darurat yang ditetapkan.
 Evaluasi dan perbaikan. Harus memperhitungkan kesenjangan antara
perencanaan tanggap darurat dan hasil uji coba yang telah dilakukan. Bila
dalam perencanaan tanggap darurat masih terdapat kekurangan atau tidak
sesuai yang diharapkan, maka perbaikan dalam perencanaan tanggap darurat
perlu dilakukan.

REFERENSI

Dermawan, D; 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja. Yogyakarta:
Gosyen Publising

Efendi, Ferry & Makhfud. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992, Tentang Kesehatan, Penerbit Ariloka, Surabaya : 2000

Mubarok,Wahit Iqbal,dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta :Salemba Medika

Soeripto. 2008. Hiegiene Industri. Jakarta : Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia

Anda mungkin juga menyukai