Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Peranan tenaga kerja sebagai sumber daya manusia dalam proses
pembangunan adalah sangat penting. Oleh karena itu, perlindungan terhadap
tenaga kerja agar mereka dapat bekerja dengan aman dan sehat sangat perlu
untuk terus diupayakan. Dalam undang-undang RI nomor 23 tahun 1992
tentang kesehatan pasal 23 menyatakan bahwa (1) Kesehatan kerja
diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal, (2)
Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit
akibat dan syarat kesehatan kerja. Menurut WHO (1995) kesehatan kerja
mencakup ,kesehatan fisik, psikis, keselamatan kerja, kesejahteraan sosial dan
kemampuan untuk hidup prodoktif secara sosial ekonomi. Tujuan kesehatan
kerja menurut ILO-WHO (1950) adalah:
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di
semua lapangan pekerjaan.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan kerja yang disebabkan oleh
lingkungan kerja.
3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dari bahaya yang dapat
membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara kesehatan pekerja di suatu lingkungan kerja
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerja.

Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah bentuk upaya


untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Penyakit kerja adalah penyakit yang dapat terjadi yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit ini umumnya dapat
dicegah dan terjadi karena ulah tangan manusia sendiri.
Penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan kerja (KK) dikalangan
petugas kesehatan dan non kesehatan di Indonesia belum tertekan dengan baik.
Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa
Negara maju menunjukkan peningkatan prevalensi. Sebagai factor penyebab,
sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang
meremehkan resiko kerja, sehigga tidak menggunakan alat pelindung diri.
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik
atau asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, pada umumnya terdiri dari satu agen
penyebab, harus ada hubungan sebab akibat antara proses penyakit dan hazard
di tempat kerja. Faktor lingkungan kerja sangat berpengaruh dan berperan
sebagai penyebab timbulnya penyakit akibat kerja.
Oleh karena itu, untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja, maka perlu dilakukan langkah konkrit. Pelaksanaan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) merupakan program yang harus dilaksanakan oleh
setiap tenaga kerja. Salah satu langkah konkrit adalah penggunaan alat
pelindung diri pada para tenaga kerja.
I. 2 Lokasi, Dasar dan Pelaksanaan kegiatan
1. Lokasi
...........
2. Dasar Pelaksanaan Kegiatan
.............
3. Pelaksana Kegiatan
...............
I. 3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan informasi mengenai pelaksanaan kesehatan dan
kedokteran kerja di Rumah Sakit…..
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja,
berkala dan pemeriksaan khusus.
b. Untuk memantau bahaya/hazard yang terdapat pada lingkungan kerja
c. Untuk mengukur/mengevaluasi tingkat bahaya/hazard pada lingkungan
kerja.
d. Untuk mengetahui cara pengendalian factor bahaya/hazard.
HIGIENE INDUSTRY

1 Kesehatan Kerja
Ilmu kesehatan kerja menekankan pada hubungan dua arah antara
pekerjaan dan kesehatan. Hal ini sangat berkaitan dengan bagaimana efek
lingkungan kerja terhadap kesehatan kerja para pekerja serta pengaruh derajat
kesehatan pekerja terhadap kemampuan untuk menyelesaikan tugas
pekerjaannya. Hal yang utama dalam ilmu kesehatan kerja adalah penekanan
bahwa pencegahan terjadinya sakit jauh lebih baik dibanding usaha untuk
menyembuhkannya. Jadi secara umum, kesehatan kerja bertujuan, agar
pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya,
baik fisik, mental maupun social, dengan mengutamakan usaha-usaha
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative terhadap penyakit/gangguan
kesehatan yang diakibatkan factor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja. Hal
ini membutuhkan manajemen dan keterlibatan perserikatan pekerja serta
tenaga kerja professional dalam jumlah yang memadai. Tenaga professional
yang dimaksud yaitu,
• Dokter dan perawat
Dokter dan Perawat memiliki tanggungjawab yang saling tumpang
tindih namun jarang dapat bekerja sendiri dalam menyediakan segala
kebutuhan perawatan penyakit akibat kerja. Dokter perlu memiliki
pengetahuan mengenai lingkungan kerja, clinical skill untuk deteksi dini
adanya penyakit, dan pengetahuan mengenai legalisasi yang relevan. Tugas
dokter yakni melakukan penatalaksanaan penyakit, edukasi dan promosi
kesehatan, rehabilitasi, pendidikan dan penelitian, serta nasehat terhadap
individu, manajemen, dan organisasi perusahaan yang lebih luas.
• Industrial Hygienist
Aplikasi ilmunya ditekankan pada antisipasi, pengenalan dan evaluasi
penaksiran resiko serta control terhadap standar factor fisik, kimia dan biologi
yang dapat diterima pada lingkungan kerja yang dapat berefek pada kesehatan
orang-orang atau komunitas dilingkungan tersebut.
• Hukum
Suka atau tidak kita semua diatur oleh hokum. Segala bentuk kegiatan
industry pun memiliki aturan legal sehingga semua yang terkait harus sadar
akan aturan tersebut. Wilayah utama hukum yang terkait dengan kesehatan
kerja yaitu :
- Kesehatan dan legislasi keamanan serta pelaksanaannya.
- Tindakan sipil untuk kerusakan yang diakibatkan oleh pekerja yang
mengalami penyakit akibat kerja dan disabilitas
- Efek penyakit atau pelanggaran terhadap aturan keamanan pada kontak
kerja.
• Toksikologist dan mikrobiologi
Toksikologi bertugas mempelajari efek berbagai aspek kimia pada
kultur jaringan atau pada hewan pecobaan
• Epidemiologist
Epidemiologis bertugas menginvestigasi populasi pekerja yang
terekspos dengan kondisi lingkungan kerja.
• Ergonomist
Ergonomis merupakan studi dan desain situasi kerja dalam rangka
memenuhi kebutuhan pekerja. Hal ini dilakukan dengan melakukan
penyelarasan kondisi mesin terhadap kondisi pekerja dan bukan sebaliknya
(pekerja terhadap mesin).
• Safety engineers
Terdapat hubungan erat antara bagian safety engineering dan
departemen kesehatan kerja. Kombinasi yang baik dari segi medis maupun
keamanan dapat memberi tekanan pada manajemen terkait untuk
menyediakan suatu lingkungan kerja yang aman dan sehat.

Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas


kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat
disekelilingnya. Penyerasian tersebut baik secara fisik maupun psikis dalam
hal cara atau metode kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk:
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja
disemua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosialnya.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan atau kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam
pekerjaannya dari kemungkinan bahay yang disebabkan oleh factor-faktor
yang membahayakan
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan tenaga
kerja yang sehat dan produktif. Untuk mencapai ini diperlukan suatu
prakondisi yang menguntungkan bagi masyarakat pekerja tersebut. Prakondisi
inilah yang disebut sebagai determinan kesehatan kerja yang meliputi beban
kerja, kapasitas kerja dan lingkungan kerja.
Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja
yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seseorang
pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Beban kerja meliputi
beban fisik, beban mental, maupun beban social. Akibat beban kerja yang
terlalu berat atau fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seseorang
pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Kesehatankerja
berusaha mengurangi atau mengatur beban kerja para karyawan atau para
pekerja dengan merencanakan atau mendesain suatu alat yang dapat
mengurangi beban kerja. Misalnya alat untuk membajak sawah diciptakan
mesin pembajak, untuk mempercepat pekerjaan tulis menulis diciptakan
Computer dsb.
Adapun contoh upaya kesehatan kerja adalah sebagai berikut,
- Pemeriksaan kesehatan bagi calon karyawan
- Mempersiapkan dan mengatur jadwal pemeriksaan kesehatan berkala dan
berkala khusus bagi pegawai
- Mempersiapkan hasil pemeriksaan calon pegawai dan hasil pemeriksaan
kesehatan berkala atau berkala khusus dan mengirimkannya kepada bagian
HRD/kepegawaian bagi calon pegawai dan kepada pegawai yang
bersangkutan dalam amplop tertutup dengan catatan rahasia medis.
- Mempersiapkan dan mengatur jadwal konsultasi hasil pemeriksaan
kesehatan calon pegawai dan hasil pemeriksaan berkala khusus bagi
pegawai.
- Mempersiapkan prosedur pemeriksaan kesehatan calon pegawai dan
pemeriksaan berkala atau berkala khusus bagi pegawai
- Mempersiapkan prosedur dan melaksanakan biomonitoring bagi pegawai
yang berpotensi terpajan bahan kimia berbahaya.
- Membuat trend analisis penyakit umum dan penyakit akibat kerja
- Menyimpan data pegawai dalam tempat tertutup yang dapat dengan mudah
ditemukan kembali (dalam logbook atau computer).
- Mempersiapkan surat keterangan fit atau tidak fit bagi pegawai.
- Mempersiapkan surat keterangan sakit bagi pegawai
- Membuat laporan tentang analisa penyakit umum dan penyakit akibat
kerja.
- Menyiapkan bahan dan melaksanakan pelatihan bagi pegawai tentang
kesehatan kerja.
- Ikut aktif dalam kegiatan-keagiatan panitia kesehatan dan keselamatan
kerja.
- Ikut aktif dalam membuat pedoman tentang Kesehatan Kerja.
II.2 Kedokteran Kerja
Pekerjaan atau lingkungan kerja dapat menyebabkan efek yang tidak
menyenangkan bagi kesehatan. Sebaliknya, status kesehatan juga dapat
membawa efek bagi pekerjaan. Seseorang pekerja yang sehat dapat bekerja
lebih produktif daripada pekerja yang terganggu, tidak saja berkurang
produktivitasnya tetapi juga dapat membawa dampak bahaya bagi dirinya dan
orang-orang disekitar tempat kerjanya.
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,
alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian
penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artificial atau man made
disease. WHO membedakan empat kategori penyakit akibat kerja :
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya pneumoconiosis
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya
Karsinoma Bronkhogenik
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab diantara factor-
faktor penyebab lainnya, misalnya bronchitis cronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada
sebelumnya misalnya asma.
 Faktor penyebab
Faktor penyebab penyakit akibat kerja sangat banyak, tergantung pada
bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara
kerja, sehingga tidak mungkin disebutkan satu persatu. Pada umumnya factor
penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan:
1. Golongan fisik, suara bising, radisasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang
sangat tinggi, vibrasi,penerangan lampu yang kurang baik.
2. Golongan kimiawi, bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja
maupun yang terdapat dalam lkingkungan kerja, dapat berbentuk
debu,uap,gas,larutan,awan atau kabut.
3. Golongan biologis, bakteri,virus atau jamur.
4. Golongan fisiologis, biasanya disebabkan oleh penataan tempat kerja dan
cara kerja
5. Golongan psikososial, lingkungan kerja yang mengakibatkan stress
 Diagnosis penyakit akibat kerja
Untuk dapat mendiagnosis penyakit akibat kerja pada individu perlu
dilakukan pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan dan menginterpretasikannya secara tepat. Pendekatan ini dapat
disusun menjadi tujuh langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman :
1. Tentukan diagnose kliniknya. Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan
terlebih dahulu, dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang
ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit.
Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut
apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.
2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini.
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja
adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan
pekerjaannya.Untuk itu perlu dilakukan anamnesis secara teliti mengenai
riwayat pekerjaannya.
3. Tentukan apakah riwayat pajanan tersebut dapat menyebabkan penyakit.
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah atau kepustakaan yang mendukung
bahwa pajanan tersebut dapat menyebabkan diagnose penyakit.Jika dalam
kepustakaan tidak ditemukan bukti mengenai pajanan tersebut dapat
menyebabkan penyakit maka kita tidak dapat menegakkan diagnose.
4. Tentukan apakah jumlah pajanan tersebut dapat menyebabkan penyakit.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat ditegakkan dengan pajanan
tertentu maka menjadi penting untuk diteliti lebihlanjut dan
membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk menentukan
diagnose penyakit akibat kerja.
5. Tentukan apakah ada factor-faktor lain yang dapat mempengaruhi.
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat
pekerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya
penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga
resikonya meningkat.
6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat menyebabkan penyakit.
Apakah penderita pernah terkena pajanan lain yang dapat menyababkan
penyakit, meskipun demikian pajanan ditempat kerja tidak dapat
disingkirkan begitu saja.
7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya.
Setelah menerapkan langkah diatas maka perlu dibuat keputusan
berdasarkan fakta ilmiahyang diperoleh bahwa apakah penyakit tersebut
disebabkan oleh pajanan ditempat kerja atau pajanan ditempat kerja
memperburuk penyakit yang telah ada sebelunnya. Suatu pajanan
dikatakan dapat menyebabkan penyakit apabila tanpa pajanan tersebut
maka tidak ada yang lain yang dapat menyebabkan penyakit tersebut.
Sedangkan pajanan dikatakan memperberat bila penyakit yang ada
sebelumnya menjadi lebih berat dengan pajanan tersebut.
II.3 Penyakit akibat kerja
Penyakit akibat kerja dapat timbul selama dan setelah bekerja disuatu
perusahaan industry. Etiologi penyakit akibat kerja dapat disebabkan oleh
lima penyebab utama yaitu manusia, manejemen, material, mesin dan medan.
Faktor penyebab penyakit ini ada 5 macam, yakni : Fisik, kimia,
infeksi, fisiologis dan mental-psikologis. Akibat yang ditimbulkan dari factor
penyebab ini adalah penyakit akibat kerja antara lain, pneumoconiosis,
kelainan pendengaran, dermatosis, kanker kulit, infeksi dan lain-lain.
Sedangkan upaya untuk mencegah penyakit akibat kerja ada bermacam-
macam, yakni subtitusi, ventilasi umum, ventilasi keluar setempat, isolasi
pakaian pelindung, pemeriksaan kesehatan, penerangan dan pendidikan
semata. Penyakit akibat kerja bukan saja menimbulkan korban jiwa maupun
kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi dapat juga mengganggu
proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya
dapat menganggu masyarakat luas. Untuk mendeteksi penyakit akibat kerja
maka seorang dokter perlu mencari tahu beberapa hal yang berkaitan dengan
riwayat pekerjaan seorang pasien dimana perlu memeriksa tempat, cara dan
syarat-syarat pekerjaan. Pengobatan penyakit akibat kerja perlu menekankan
kepada penyebab penyekit tersebut dan dapat diberikan kepada pasien terapi
bersifat kausak dan disertai terapi simtomatis seperlunya.
Pencegahan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan tiga hal
berupa:
1. Pencegahan primer, pencegahan yang dilakukan dengan menyingkirkan
penyebab penyakit tersebut.
2. Pencegahan sekunder, pencegahan dengan mendeteksi penyakit pada
stadium awal sebelum pekerja menunjukkan gejala yang membuatnya
berobat.
3. Pencegahan tertier, pencegahan dengan meminimalkan penyakit yang
telah dimiliki oleh seorag individu.
II.4 Higine industry
Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang
meliputi fisik, kimia, biologi, ergonomic dan psikososial yang mempengaruhi
seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya. Menurut AIHA (American
Industrial Hygiene Association), hygiene industry atau kesehatan lingkungan
kerja adalah ilmu dan seni yang ditujukan untuk mengenal, mengevaluasi
dalam mengendalikan semua factor-faktod dan stress lingkungan ditempat
kerja yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan, kesejahteraan,
kenyamanan dan efisiensi dikalangan pekerjaan dan masyarakat.
Tujuan Kesehatan lingkungan Kerja:
1. Mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja melalui usaha-
usaha pengenalan, penilaian, dan pengendalian bahaya lingkungan kerja
atau occupational health hazard
2. Menciptakan kondisi tempat dan lingkungan kerja yang sehat, aman dan
nyaman, memberikan keuntungan baik kepada perusahaan maupun kepada
karyawan, guna meningkatkan derahat kesehatan, moral dan produktivitas
karyawan.
Tujuan utama dari kesehatan lingkungan kerja adalah melindungi
pekerja dan masyarakat sekitar suatu RS atau perusahaan dari bahaya-bahaya
yang mungkin terjadi. Maka ditempuh cara berupa, pengenalan, penilaian dan
pengendalian dari berbagai resiko dan bahaya kerja.
 Program Kesehatan Lingkungan kerja:
Program ini menyangkut factor-faktor yang terdapat atau muncul
dilingkungan kerja, seperti:
1. Faktor Fisik yang merupakan hazard lingkungan kerja berupa:
- Noise (kebisingan) dapat diartikan sebagai suara yag tidak dikehendaki
yaitu alam bentuk gelombang yang disalurkan melalui benda padat,cair
dan gas. Bunyi dapat didengar oleh telinga karena adanya rangasangan
getaran. Kualitas suara dapat ditentukan oleh dua factor yaitu, frekuensi
dan intensitas suara. Kebisingan ditempat kerja dapat muncul karena
penggunaan peralatan produksi yang mengeluarkan suara, seperti
mesin-mesin produksi. Pengaruh kebisingan terhadap karyawan yaitu
berupa gangguan kenyamanan dan kesehatan yang menimbulkan
ketulian. Adapun jenis-jenis kebisingan adalah,
a. Kebisingan continue, kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin yang
berbunyi terus-menerus seperti generator dll
b. Kebisingan intermitten, kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin
yang tidak beroperasi secara terus-menerus seperti gurinda dll
c. Kebisingan impulsive, kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin atau
peralatan yang penggunaannya terjadi hentak-hentakan seperti mesin
tumbuk dll.
- Fibrasi (getaran mekanik) terdapat benda yang menimbulkan getaran
dimana getaran tersebutberakibat timbulnya resonansi pada alat-alat
tubuh sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Biasanya pengaruhnya
disalurkan melalui lantai, tempat duduk atau melalui alat tangan yang
digunakan. Misalnya saat mengendarai mobil atau traktor. Adapun
pengaruh getaran terhadap tubuh karyawan yaitu menimbulkan
ketidaknyamanan, kelelahan dan bahaya bagi kesehatan.
- Radiasi, adalah hazard kesehatan dilingkungan tempat kerja dan dibagi
menjadi 2 golongan yaitu radiasi mengion dan radiasi yang tidak
mengion.
a. Radiasi mengion, umumnya dapat ditemui ditempat kerja karena
penggunaan alat yang menggunakan bahan radiasi, atau mempunyai
inti yang tersusun dari proton dan neutron. Proton mempunyai
muatan positif dan neutron muatan negative. Radiasi ini terbagi atas
5 jenis, radiasi sinar alfa, beta, gamma, sinar X dan neutron.
b. Radiasi tidak mengion, Sinar adalah murni energy disebut sebagai
energy elektromagnetik dan karena karakternya berbagai jenis sinar
mengacu pada karakteristik gelombang. Energi sinar berkaitan
dengan panjang gelombang dan panjang gelombang yang lebih
pendek maka energinya lebih tinggi. Radiasi ini terdiri dari
gelombang nikro (microwave), sinar laser, sinar inframerah dan sinar
ultraviolet.
Berbagai efek radiasi, yaitu sinar X dan gamma dapat menimbulkan
luka bakar pada jaringan yang terkena. Sinar inframerah dapat
menimbulkan katarak pada mata, sinar ultraviolet dapat menimbulkan
konjungtivitis, dll.
- Temperatur yang ekstrim, suhu ekdtrim merupakan hazard kesehatan
ditempat kerja yang disebabkan karena suhu sangat rendah dan ringgi,
keadaan ini bias disebabkan karena iklim yang ada juga ditimbulkan
karena dalam proses produksi memerlukan temperature yang ekstrim.
Untuk mengidentifikasi adanya pengaruh temperature rendah maka
dapat dilihat dari karyawan yang bekerja di pabrik freezer, pengepalan
daging dan pertanian didekat kutub. Sedangkan temperature tinggi
misalnya pada pengecoran batubara, ruang pembakaran dll yang
operasinya memerlukan suhu tinggi.
2. Faktor Kimia
Identifikasi hazards kimia dan identifikasi bahwa di dalam udara tempat
kerja terdapat hazards kimia, kita harus mengetahui bahan kimia yang
digunakan sebagai raw materials, hasil produksi, dan hasil sampingannya
(by-product). Informasi penting lainnya yang diperlukan dapat diperoleh
dari Material Safety Data Sheet (MSDS), yaitu yang harus disuplai oleh
pabrik atau importir bahan kimia tersebut. Pembagian bahan kimia yang
merupakan kontaminasi (pencemar) udara dapat digolongkan menjadi :
- Dust (Debu). Debu adalah partikel padat yang dihasilkan oleh
perlakuan, penghancuran, pengendaraan, ledakan, dan pemecahan
terhadap material organik dan anorganik. Debu yang mempunyai
ukuran 5-10 mikrometer akan tertahan pada saluran pernapasan bagian
atas. Partikel atau debu berukuran 3-5 mikrometer akan tertahan pada
saluran pernapasan bagian tengah, sedangkan debu yang berukuran 1-3
mikrometer akan tertinggal pada permukaan alveoli paru-paru. Debu
yang berukuran kurang dari 0,1 mikrometer akan bergerak keluar
masuk alveoli.
- Fumes (uap cair). Fumes adalah partikel yang terbentuk dari kondensasi
tahap gas, umumnya terjadi karena penguapan setelah benda terlebur
dan diameter kurang dari 1,0 mikrometer.
- Smoke (asap). Asap terdiri dari unsur karbon atau partikel jelaga yang
ukurannya kurang dari 0,1 mikrometer. Dihasilkan dari pembakaran
tidak sempurna dari benda yang mengandung karbon seperti batu bara
dan minyak. Asap umumnya mengandung titik-titik (droplets) partikel
kering.
- Mists (kabut). Kabut adalah titik-titik cairan halus (liquid droplets)
yang terbentuk dari kondensasi uap kembali menjadi bentuk cair, atau
pemecahan dari bentuk cair menjadi tingkat terdepresi, seperti proses
deburan air (spashing, forming, pemecahan atom cairan/atomizing)
- Gas adalah bentuk zat yang tidak mempunyai bangun tersendiri,
melainkan mengisi ruangan tertutup pada kondisi suhu dan tekanan
normal. Bentuknya dapat berubah menjadi cair pada kondisi suhu dan
tekanan yang tinggi.
- Vaspor (uap) adalah bentuk penguapan dari benda yang dalam keadaan
normal dalam bentuk padat atau cair. Penguapan adalah proses dari
suatu bentuk cair ke bentuk uap bercampur dengan udara sekitarnya.
Dengan mengetahui bentuk dan ukuran-ukuran bahan pencemaran udara
adalah penting dalam program kesehatan lingkungan kerja (pengenalan,
evaluasi, pengendalian hazards) dan juga dalam menentukan pemilihan
alat pelindung diri yang tepat. Terdapat 3 cara dimana bahan kimia dapat
masuk ke dalam tubuh manusia, yaitu melalui:
- Saluran pernapasan dan kulit
Bahan kimia yang merupakan kontaminan udara dapat langsung
terhirup melalui alat pernapasan. Bahan kimia yang masuk melalui
paru-paru dapat langsung masuk ke dalam aliran darah, dan oleh darah
tersebut terbawa ke seluruh tubuh. Kulit juga merupakan pintu masuk
bahan kimia ke dalam tubuh, yaitu melalui cara absorbsi. Beberapa
bahan kimia dapat terserap oleh lubang rambut, terserap pada lemak
dan minyak kulit seperti senyawa organik, pestisida organopirospate.
Bahan kimia yang terabsorbsi melalui kulit tersebut dapat menimbulkan
keracunan secara sistemik.
- Saluran pencernaan
Di tempat kerja orang tidak sadar dan sengaja terminum atau termakan
bahan kimia beracun. Oleh karena itu pekerja tidak diperkenankan
makan, minum, atau merokok di tempat kerja. Sebelum makan dan
minum diharuskan mencuci tangan dengan bersih. Bahan kimia beracun
yang terserap melalui cairan alat pencernaan dapat masuk ke dalam
darah melalui sistem saluran pencernaan tersebut.
Bahan kimia beracun berdasarkan efeknya terhadap kesehatan secara
umum digolongkan menjadi:
- Iritan
Bahan kimia bersifat iritan adalah yang menyebabkan iritasi pada
jaringan tubuh yang terkena. Efek utama adalah menimbulkan
peradangan oleh karena kontak langsung. Iritan sekunder bisa
mengakibatkan reaksi yang merugikan, tetapi efek ini kecil
dibandingkan efek sistemik pada keseluruhan.
- Systemic poisons
Dalam membedakan bahan yang bersifat iritasi yang bisa menyebabkan
reaksi lokal pada daerah yang terkena, maka keracunan sistemik adalah
terserapnya bahan kimia oleh tubuh yang bisa menyebabkan kerusakan
pada sistem fisiologis internal tubuh oleh karena aksi langsung/tak
langsung.
- Asphyxiants
Bahan kimia yang mempunyai sifat asfiksian adalah bahan kimia yang
dapat menyebabkan kesulitan bernapas, sehingga menimbulkan mati
lemas, misalnya nitrogen. Asfiksian dapat mencegah oksigen dalam
darah, menghalangi transportasi oksigen oleh darah ke jaringan tubuh
atau mencegah oksigenasi jaringan.
- Sensitizers
Merupakan bahan kimia yang mempunyai aksi sensitif terhadap
jaringan tubuh yang dapat menyebabkan individu menjadi alergi.
Akibat lain jika kontak dengan kulit dapat menyebabkan keracunan.
- Narcotics dan ansthetics
Bahan kimia yang bersifat narkotik dan anestetik dalam dosis rendah
dapat berinteraksi dengan sistem saraf pusat, sehingga menyebabkan
persaan mengantuk atau perasaan tidak sensitif (kebal). Dalam dosis
tinggi akan menyebabkan reaksi bawah sadar, lemas, koma, bahkan
sampai meninggal.
- Fibrogenic dosis
Debu jenis ini bila terdeposit dalam jaringan dapat menyebabkan
pengerasan pada jaringan tersebut.
- Nuisance material
Merupakan bahan-bahan yang dapat mengganggu kenyamanan pada
tingkat rendah dan itu menghasilkan efek toksik dan kadang-kadang
tidak dipedulikan sebagai bahan yang mengganggu.
3. Faktor Biologi
Hazards biologis dapat berupa binatang, bakteri, jamur, dan virus. Hazards
biologis yang berupa binatang dapat dikenali/diidentifikasi dengan adanya
kehidupan binatang yang dapat dilihat, seperti binatang buas dan binatang
penyebar penyakit (lalat, nyamuk, dan tikus). Akan tetapi untuk jenis-jenis
bakteri, jamur dan virus tidak mudah dilakukan identifikasi terutama bagi
kesehatan. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan observasi terhadap
karyawan-karyawan yang sedang menderita penyakit. Mikroorganisme
yang berbahaya ditempat kerja tergantung pada lingkungan tempat
kerjanya. Di laboratorium, pekerja yang bekerja di laboratorium
mempunyai risiko yang sangat besar untuk terinfeksi terutama jika
laboratorium tersebut menangani organisme pathogen atau bahan yang
mengandung organisme pathogen.
4. Faktor Psikososial
Beberapa contoh faktor psikososial di laboratorium kesehatan yang dapat
menyebabkan stres:
- Pelayanan kesehatan seringkali bersifat emergensi dan menyangkut
hidup mati seseorang. Untuk itu pekerja di laboratorium kesehatan
dituntut memberikan pelayanan yang tepat dan cepat diertai dengan
kewibawaan dan keramahtamahan.
- Pekerjaan pada unit-unit tertentu yang sangat monoton.
- Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahan atau
sesama teman kerja.
- Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja di sektor formal
ataupun informal.
5. Faktor Ergonomi
Ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan seni berupaya menyerasikan alat,
cara, proses, dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan
batasan manusia untuk terwujudnya kondisi dan lingkungan kerja yang
sehat, aman, nyaman, dan tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya.
Pendekatan ergonomi bersifat konseptual dan kuratif, secara populer kedua
pendekatan tersebut dikenal sebagai To fit the job to the Man to the job.
Sebagaian besar pekerja di perkantoran atau pelayanan kesehatan
pemerintah, bekerja dalam posisi yang kurang ergonomis, misalnya tenaga
operator peralatan, hal ini disebabkan peralatan yang digunakan pada
umumnya barang impor yang desainnya tidak sesuai dengan ukuran
pekerja Indonesia.
Posisi kerja yang salah dan dipaksakan dapat menyebabkan mudah lelah
sehingga kerja menjadi kuranh efisien dan dalam jangka panjang dapat
menyebabkan gangguan fisik dan psikologis (stres) dengan keluhan yang
paling sering adalah nyeri pinggang kerja (low back pain). Work stasion
design adalah bagaimana kita mendesain atau membuat suatu tempay kerja
menjadi nyaman dan tidak menimbulkan kelelahan, termasuk disini adalah
bagaimana mengatur atau meletakkan peralatan kerja yang digunakan.
Workplace designe adalah menyangkut masalah berapa kebutuhan
minimal ruangan yang diperlukan sehingga seseorang dapat melakukan
pekerjaannya dengan cukup leluasa.
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR, JULI 2011

HIGIENE INDUSTRY

Oleh :
Haslinda
110 205 0149

Pembimbing :
Dr.Sultan Buraena, MS, Sp.OK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2011

Anda mungkin juga menyukai