Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KOMUNITAS KEPERAWATAN II
KONSEP KEPERAWATAN KESEHATAN PEKERJA

DISUSUN OLEH :

Linda Aprilia NIM 1130017058


Reni Yulianti NIM 1130017063
Imandaria Nada NIM 1130017066

FASILITATOR:
DR.Abdul Muhith,S.Kep.,Ns.,M.Kes

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2019

BAB I
Pendahuluan

1.1 Deskripsi
Makalah ini menjelaskan bagaimana memperhatikan kesehatan dalam
bekerja, dan kesuaian beradaptasi dalam bekerja yang mana pihak majikan/
kepala pemimpin pekerja atau dalam sebuah perusahaan juga memperhatikan
tingkat kesesuaian dan kemampuan pada pegawainya, juga menjelaskan
bagaimana konsep keperawatan kesehatan pekerja dan tujuan penerapan kesehatan
kerja, sasaran kesehatan kerja pekerja, faktor resiko dan upaya pencengahan
penyakit kerja, kebijakan dalam pekerja dan peran dan fungsi perawat kesehatan
kerja. tujuan dalam kesehatan dalam pekerja agar hasil yang didapat produktif dan
maksimal, begitupun agar terjalinnya kerja sama yang selaras.

demikian pembelajaran makalah ini agar mahasiswa mampu memahami


definisi, manfaat, dan tujuan dan bagaimana kesehatan dalam berkerja, yang
mana diharapkan mampu bermanfaat bagi masa yang akan datang dan dapat
diterapkan dengan baik dalam bekerja.

1.2 Tujuan
1. Memahami dan mengetahui definisi kesehatan pekerja
2. Memahami dan mengetahui tujuan penerapan kesehatan pekerja
3. Memahami dan mengetahui sasaran kesehatan pekerja
4. Memahami dan mengetahui faktor resiko
5. Memahami dan mengetahui upaya pencegahan penyakit akibat kerja
6. Memahami dan mengetahui kebijakan dalam pekerja
7. Memahami dan mengetahui peran dan fungsi perawat

BAB II
Tinjauan Teori
2.1 Defini Kesehatan Pekerja
Menurut American Association Occupational Health Nursing (AAOHN)
tahun 2004 (dalam Stanhope and Lancaster, 2014) menyebutkan bahwa
"Occupational and environmental health nursing is the specialty practice that
focuses on the promotion, prevention, and restoration of health within the
context of a safe and healthy environment". Keperawatan kesehatan kerja dan
lingkungan adalah praktik spesialis yang fokus tentang promosi, pencegahan,
dan pembaruan kesehatan dalam konteks keselamatan dan kesehatan
lingkungan. Demikian juga pencegahan efek kesehatan yang merugikan, yang
berasal dari risiko pekerjaan dan lingkungan (occupational and environmental
hazards). Keperawatan kesehatan kerja memberikan pelayanan kesehatan kerja
dan lingkungan, pelayanan untuk keamanan pekerja, masyarakat pekerja, dan
kelompok komunitas.
Kesehatan Kerja adalah sepesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta
praktinya yang yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja mamperoleh
derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental atapun sosial dengan
usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan-
gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor - faktor pekerjaan dan lingkungan
kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum (Makhfudli,2008).
Konsep dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi
permasalahan, mengevaluasi dan dilanjutkan dengan tindakan pengendalian.
Sasaran kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek kesehatan dari
pekerja itu sendiri. (Ferry efendi.2009)
2.2 Tujuan Penerapan Kesehatan Pekerja
Tujuan Penerapan Kesehatan kerja
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakuakn
pekerjaan atau kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas
nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
4. Meningkakan derajat kesehatan pekerja melalui tiga level pencegahan baik
primer, sekunder, dan tersier.
5. Melakukan upaya pencegahan terjadinya bahaya akibat kerja dengan
menjauhkan pekerja dari stressor dan potential hazard.
6. Memberikan pelayanan kesehatan.
7. Membantu dalam penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuan
kapasitas fisik, mempertimbangkan bahaya, dan peralatan yang digunakan
pekerja.
2.3 Sasaran Kesehatan Pekerja
1. Tenaga kerja yang mempunyai dampak besar dalam menunjang
pertumbuhan ekonomi.
2. Tenaga kerja yang kurang memperoleh pelayanan kesehatan yang
memadai.
3. Diutamakan pada sektor informal yang merupakan separuh dari angkatan
kerja.
4. Program pokok kesehatan pekerja
2.4 Faktor Resiko
Dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi
bahaya serta resiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja,
penggunaan mesin, alat dan bahan serta lingkungan disamping faktor
manusianya.
Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang
potensial untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian
yang dapat dialami oleh tenaga kerja atau instansi. Sedang kemungkinan
potensi bahaya menjadi manifest, sering disebut resiko. Baik “hazard” maupun
“resiko” tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan upaya pengendaliannya
dilaksanakan dengan baik.
Ditempat kerja, kesehatan dan kinerja seseorang pekerja sangat
dipengaruhi oleh (Effendi, Ferry. 2009: 233):
1. Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya
penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu
diperhatikan. Beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang
terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan
atau penyakit akibat kerja.
2. Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,
kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya. Kapasitas
kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat
melakukan pekerjaannya dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan
pekerja sebagai modal awal seseorang untuk melakukan pekerjaan harus
pula mendapat perhatian. Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapat
dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja, dll.
3. Lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik, kimia,
biologik, ergonomik, maupun aspek psikososial. Kondisi lingkungan kerja
(misalnya, panas, bising, berdebu, zat-zat kimia, dll) dapat menjadi beban
tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri
atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat
kerja.
4. Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama
dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga
komponen tersebut akan menghasilkan kerja yang baik dan optimal
(Effendi, Ferry. 2009: 233).
5. Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang
berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa status kesehatan
masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan di
tempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor-faktor pelayanan
kesehata kerja, perilaku kerja, serta faktor lainnya (Effendi, Ferry. 2009:
233).
2.5 Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja yang diderita tenaga kerja merupakan suatu
kecelakaan yang harus dilaporkan untuk mendapatkan perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja terhadap penyakit akibat kerja didalam system
manajemen kesehatan kerja. Upaya pencegahan kecelakaan kerja :
1. Pendekatan manusia
Pencegahan kecelakaan dipandang dari aspek manusianya harus
berawal pada hari pertama kerja. Setiap karyawan harus mengetahui fungsi,
jabatan, pekerjaan, dan tanggung jawab. Selain itu juga harus dipegang prinsi
bahwa kesalahan utama pada manusia adalah kurang bergairah, kurang
terampil, kurang tepat, terganggu emosi, dan lain-lain (Andi, 2001). Dengan
demikian manajemen harus menyeleksi calon karyawan dan mengadakan
pelatihan agar dapat kualitas sesuai dengan pekerjaannya. Misalnya, agar
mendapat pekerjaan yang :
a. Terampil, harus diberikan pelatihan yang cukup.
b. Sesuai, dengan pimpinan yang benar.
c. Bergairah, dengan seleksi yang cukup dan sesuai.
d. Berhati-hati dengan seleksi dan latihan yang cukup.
e. Tahu, dengan pendidikan yang cukup dan sesuai.
f. Sikap positif, dengan menciptakan hubungan yang baik.
2. Beban kerja
Beban kerja yang diberikan pada setiap pegawai harus disesuaikan
dengan kemampuan setiap pekerja, agar tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan beban kerja. Sehingga dapat mnguragi gairah dalam bekerja.
3. Shift kerja
Permasalahan pada system shift adalah pekerja kesulitan untuk
beradaptasi dengan system shift. Misalnya, hanya bekerja pada shift malam.
Oleh karena itu, pihak manajemen berperan dalam menentukan shift, agar
setiap pekerja memperoleh jam istirahat yang cukup dalam menjalankan
sistem shift.
4. Jam kerja
Lama kerja yang baik adalah 40 jam/minggu atau 8 jam/hari. Apabila
tuntutan pekerjaan mengharuskan untuk bekerja lebih dari jam kerja maka
pihak manajemen harus memberikan kompensasi untuk kelebihan jam kerja.
5. Pendekatan lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh dalam terjadinya kecelakaan. Sehingga
pendekatan lingkungan diharapkan dapat menghilangkan, mengendalikan
bahaya-bahaya yang mungkin dapat timbul. Bahaya tersebut dapat berupa
listrik, mekanik, fisik dan kimia. Pendekatan lingkungan dapat dilakukan
dengan pemakaian alat pelindung diri, penerangan yang cukup, pengendalian
temperatur, manajemen kebisingan dan lain-lain.
6. Pendekatan manajemen
Manajemen merupakan sarung ilmu yang mencakup aspek sosial dan
eksak sehingga tidak terlepas dari tanggung jawab kesehatan dan
keselamatan kerja. Oleh karena itu, manajemen harus menyadari :
a. Adanya biaya pencegahan.
b. Kerugian akibat kecelakaan menimpa karyawan dan peralatan.
c. Terdapat selisih yang signifikan antara biaya pencegahan dan kerugian
akibat kecelakaan kerja.
d. Kecelakaan kerja selalu menyangkut manusia, peralatan dan proses.
e. Manusia merupakan faktor dominan dalam setiap kecelakaan.
Untuk keberhasilan pelaksanaan dan pengendalian terhadap keselamatan
kerja harus dirumuskan dalam suatu program :
a. Kebijakan keselamatan kerja.
b. Pembagian tanggung jawab dan tanggung gugat.
c. Panitia keselamatan kerja.
d. Peraturan standar dan prosedur keselamatan kerja.
e. Sistem menentukan bahaya dan penyelidikan kecelakaan.
f. Program motivasi kerja.
g. Perencanaan pengandalian darurat.
h. Progam pengendalian kebakaran.
i. Program pemilihan, penempatan dan pembinaan karyawan.
j. Pengawasan dan penekanana kebijakan keselamatan kerja.
k. Penilaian efektifitas program keselamatan kerja
2.6 Kebijakan dalam Peraturan Undang-Undang Tenaga Kerja
UU No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang
selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang
ketenaga kerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja
atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan
dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan
harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah
peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja
sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl
No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan
dan perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja,
baik di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang
berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.Undang-undang
tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari
perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk
tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya
kecelakaan.
Pasal 164, ayat :
1. Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat
dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan.
2. Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud padaayat (1) meliputi
pekerja di sektor formal dan informal.
3. Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi
setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja.
4. Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
berlaku juga bagi kesehatan pada lingkungan tentara nasional Indonesia
baik darat, laut, maupun udara serta kepolisian Republik Indonesia.
5. Pemerintah menetapkan standar kesehatan kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2).
6. Pengelola tempat kerja wajib menaati standar kesehatan kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) dan menjamin lingkungan kerja yang sehat serta
bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja.
7. Pengelola tempat kerja wajib bertanggung jawab atas kecelakaan kerja yang
terjadi di lingkungan kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 165
1. Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi
tenaga kerja.
2. Pekerja wajib menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja yang sehat
dan menaati peraturan yangberlaku di tempat kerja.
3. Dalam penyeleksian pemilihan calon pegawai pada perusahaan/instansi,
hasil pemeriksaan kesehatan secara fisik dan mental digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
4. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.
Pasal 166
1. Majikan atau pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya
pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan serta wajib
menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja.
2. Majikan atau pengusaha menanggung biaya atas gangguan kesehatan akibat
kerja yang diderita oleh pekerja sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
3. Pemerintah memberikan dorongan dan bantuan untuk perlindungan pekerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
2.7 Peran dan Fungsi Perawat
1.Peran perawat kesehatan kerja:
A. Provider :memberikan perawatan langsung baik individu, kelompok,
dan keluarga pekerja.
B. Case manager: mengkoordinir pelayanan perawatan kesehatan kerja.
C. Advokat : mengembangkan atau membuat usulan kebijakan dalam
pelaksanaan perawatan kesehatan kerja.
D. Konsultan
E. Pendidik kesehatan.
F. Peneliti : analisis kesehatan pekerja untuk membantu meningkatkan
derajat kesehatan pekerja yang berhubungan dengan kinerja yang dapat
menguntungkan perusahaan
2. Fungsi perawat kesehatan kerja :
A. Mengkaji masalah kesehatan pekerja dengan mengumpulkan data dan
menganalisa masalah kesehatan dan keperwatan pekerja.
B. Mengidentifikasi kemungkinan adanya penyakit menular dan gangguan
jiwa.
C. Bersama tim kesehatan lain (dokter, psikolog, industrial hygienist, tim
kesehatan lain) dalam menyusun rencana kerja program kesehatan kerja
di perusahaan.
D. Mempertinggi mutu pelayanan kesehatan.
E. Memberikan pelayanan keperawatan.
F. Melakukan upaya pendidikan kesehatan pada pekerja.
G. Membantu melakukan upaya pencegahan terjadinya penyakit atau
bahaya akibat kerja.
H. Memfasilitasi perbaikan kesehatan lingkungan kerja
I. Menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dengan menghubungkan faktor
lingkungan dan pekerjaaan.
J. Membuat rencana kunjungan rumah untuk pemantauan kesehatan
pekerja lebih lanjut.
K. Memfasilitasi terciptanya keselamatan kerja.
L. Melakukan evaluasi dan membuat laporan statistik dari tindakan
keperawatan yang telah dilakukan.
M. Melakukan surveilence secara berkala.

Rangkuman
Keperawatan kesehatan kerja dan lingkungan adalah praktik spesialis yang
fokus tentang promosi, pencegahan, dan pembaruan kesehatan dalam konteks
keselamatan dan kesehatan lingkungan. Demikian juga pencegahan efek kesehatan
yang merugikan, yang berasal dari risiko pekerjaan dan lingkungan (occupational
and environmental hazards). Keperawatan kesehatan kerja memberikan pelayanan
kesehatan kerja dan lingkungan, pelayanan untuk keamanan pekerja, masyarakat
pekerja, dan kelompok komunitas.
Tujuan Penerapan Kesehatan kerja melindungi tenaga kerja atas hak
keselamatannya dalam melakuakn pekerjaan atau kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produktivitas nasional, menjamin keselamatan setiap orang lain yang
berada di tempat kerja dan meningkakan derajat kesehatan pekerja melalui tiga
level pencegahan baik primer, sekunder, dan tersier.
Sasaran Kesehatan Pekerja meliputi tenaga kerja yang mempunyai dampak
besar dalam menunjang pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja yang kurang
memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai.
Faktor Resiko dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai
potensi bahaya serta resiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja,
penggunaan mesin, alat dan bahan serta lingkungan disamping faktor manusianya
Kebijakan dalam Peraturan Undang-Undang Tenaga Kerja UU No.14 tahun
1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami
perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.
.
Daftar Pustaka
Makhfudli.(2009).Pengantar Keperawatan Komunitas.Jakarta : EGC
Makhfudli dan Efendi F,2002.Keperawatan Kesehatan Komunitas.Jakarta:Salemba
Medika
Nursalam dan Effendi F.2008.Pendidikan dan Keperawatan Komunitas.Jakarta;
Salemba medika
Sumakmur, 1993. Keselamatan dan pencegahan kecelakaan. Jakarta : Haji
Masagung.

Anda mungkin juga menyukai