Anda di halaman 1dari 4

1.

Keselamatan Kerja

Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja,
bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-
cara melakukan pekerjaan. Keselamatan Kerja memiliki sifat sebagai berikut.

1. Sasarannya adalah lingkungan kerja.

2. Bersifat teknik.

Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bermacam-macam, ada yang

menyebutnya Hygene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan ada yang hanya
disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal Occupational Safety and Health.

2. Kesehatan Kerja

Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental dan sosial
seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga
menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan pekerjaannya.
Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap sehat dan
bukan sekadar mengobati, merawat, atau menyembuhkan gangguan kesehatan atau
penyakit. Oleh karenanya, perhatian utama di bidang kesehatan lebih ditujukan ke arah
pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan
seoptimal mungkin. Status kesehatan seseorang menurut Blum (1981) ditentukan oleh
empat faktor sebagai berikut.

1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia (organik/anorganik, logam

berat, debu), biologik (virus, bakteri, mikroorganisme), dan sosial budaya (ekonomi,

pendidikan, pekerjaan).

2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.

3. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan,

rehabilitasi.

4. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.

Definisi kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran


beserta praktiknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat pekerja beserta
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik atau mental,
maupun sosial dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-
penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan
dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum. Konsep kesehatan
kerja dewasa ini semakin berubah, bukan sekadar “kesehatan pada sektor industri”
saja melainkan juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam
melakukan pekerjaannya (total health of all at work).

Keselamatan kerja sama dengan hygene perusahaan. Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai
berikut.

1. Sasarannya adalah manusia.

2. Bersifat medis.

Situasi dan kondisi suatu pekerjaan, baik tata letak tempat kerja atau material-
material yang digunakan, memiliki risiko masing-masing terhadap kesehatan pekerja.
(Sri Rejeki, 2016. Buku Kesehatan dan keselamatan kerja K3)

Ruang lingkup Kesehatan kerja yaitu :

1. Mempelajari berbagai masalah Kesehatan yang timbul karena pekerjaan yang


dilakukan oleh tenaga kerja
2. Mempelajari kemungkinan buruk akibat hubungan interaktif 3 komponen (beban
kerjam kapasitas kerja, lingkingan kerja) yang mempengaruhi Kesehatan dan kinerja.
(Melinda Putri perdanasari, 2010)

Sifat Kesehatan kerja :

1. Promotif
2. Preventif
3. Kuratif
4. Rehabilitative (Melinda Putri perdanasari, 2010)

Bentuk dari Kesehatan kerja yaitu :

1. Identifikasi dan monitoring faktor bahaya di lingkungan kerja


2. Pemeriksaan Kesehatan awal, berkala, dan khusus
3. Pelayanan Kesehatan kerja
4. Penanganan, pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat dalam industry.
5. Pengendalian lingkungan
6. Konsultasi dan komunikasi
7. Pelatihan-pelatihan (Melinda Putri perdanasari, 2010)

Tujuan Kesehatan Kerja

Gizi merupakan salah satu aspek kesehatan kerja yang memiliki peran penting dalam
peningkatan produktivitas kerja. Kebutuhan gizi terutama energi dipengaruhi oleh :
Usia, Ukuran tubuh, dan Jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu: Jenis
pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari, dan Keadaan lingkungan
kerja. (Ika Ratnawati, SKM).
Berbeda dengan pekerja kantoran, aktivitas fisik dalam hal ini kegiatan selain duduk
yaitu bergerak dan berjalan, berolahraga disaat tidak bekerja, dan baraktivitas lainnya
selain duduk. Tingkat aktivitas fisik juga mempengaruhi produktivitas kerja. Aktivitas
fisik mampu menentukan kondisi kesehatan tubuh secara keseluruhan. (Alfa Lailatul
Maghfiroh, 2019). Kondisi tubuh yang baik dapat meningkatkan produktivitas kerja.
Berdasarkan survei aktivitas fisik pada dewasa menunjukkan bahwa proporsi populasi
US dengan aktivitas rendah hingga sedang mencapai 25% dan 45% dilaporkan
memiliki aktivitas fisik yang statis. (Dubbert, P. M. Physical Activity and Exercise :
Recent Advances and Current Challenges. 70, 526–536 (2002). Aktivitas fisik yang
rendah berakibat pada keluaran energi yang rendah, sehingga meningkatkan risiko
terjadinya obesitas. Obesitas berakibat pada kerugian ekonomi yang dihasilkan dari
menurunnya produktivitas kerja akibat sakit dan kematian dini. (Wulansari, A.,
Martianto, D. & Baliwati, Y. F. ESTIMASI KERUGIAN EKONOMI AKIBAT OBESITAS. 11,
159–168 (2016).

Beban kerja adalah beban fisik dan mental yang harus di tanggung oleh pekerja dalam
melakukan tugasnya (Depkes,2009). Tubuh manusia dirancang untuk melakukan
pekerjaan, massa otot beratnya hampir 1⁄2 berat badan, memungkinkan dapat
menggerakan tubuh. Setiap beban kerja yang diterima oleh pekerja harus sesuai baik
terhadap kemampuan fisik, kognitif maupun keterbatasan manusia. (WANI RAS.H,
2013)
Faktor yang mempengaruhi beban kerja yaitu :
1. a)  Tugas-tugas yang bersifat fisik : beban yang diangkat/diangkut, sikap kerja, alat
dan sarana kerja, kondisi/medan kerja, dll.
2. b)  Tugas yang bersifat psikis : tingkat kesulitan, tanggung jawab dll.
3. c)  Organisasi kerja : lamanya waktu kerja, kerja bergilir, system pengupahan, system
kerja, istirahat, system pelimpahan tugas/wewenang. (WANI RAS.H, 2013)

Beberapa perusahaan menyediakan layanan primer perusahaan untuk menjamin


kesehatan pekerja. Layanan primer perusahaan erat hubungannya dengan status
kesehatan pekerja dimana dokter yang melayani di klinik perusahaan tersebut tugasnya
memeriksa kesehatan tenaga kerja dan menunjang tujuan dari kesehatan kerja, yaitu :
1. Meningkatkan & memelihara derajat kesehatan fisik, mental & sosial tenaga kerja di
semua lapangan pekerjaan sehingga efisiensi & produktivitas yang tinggi dapat
dicapai
2. Mencegah terjadinya gangguan – gangguan kesehatan tenaga kerja yang disebabkan
oleh kondisi – kondisi kerja
3. Melindungi tenaga kerja dari pekerjaannya terhadap faktor-faktor yang dapat
membahayakannya
4. Menempatkan setiap tenaga kerja dalam suatu lingkungan kerja yang sehat dan sesuai
dengan faal dan jiwanya dengan perkataan lain menyesuaikan pekerjaan terhadap
seseorang dan setiap orang dengan pekerjaannya
5. Mencegah sejauh mungkin terjadinya kecelakaan kerja (MATERI KESEHATAN
KERJA)
Namun realita yang terjadi banyak perusahaan menyediakan jasa dokter umum sebagai
bagian dari layanan primer perusahaan, tetapi para pekerja ketika sakit hanya berobat
di klinik yang ada diluar perusahaan, atau dokter yang ada di dalam perusahaan hanya
sebagai tempat untuk mengambil surat rujukan dikeranakan pelayanan dan fasilitas
yang kurang oleh dokter di kilinik yang ada di perusahaan tersebut.

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dibutuhkan tenaga kesehatan yang baik,


terampil dan fasilitas rumah sakit yang baik, tetapi tidak semua institusi pelayanan
medis tersebut memenuhi kriteria tersebut, sehingga meningkatkan kerumitan sistem
pelayanan kesehatan dewasa ini. pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di
puskesmas, klinik, dan rumah sakit diatur secara umum dalam UU Kesehatan, dalam
Pasal 54 ayat (1) UU Kesehatan berbunyi bahwa penyelenggaraan pelayanan kesehatan
dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan
nondiskriminatif. Dalam hal ini setiap orang atau pasien dapat memperoleh kegiatan
pelayanan kesehatan secara professional, aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif
serta lebih mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding
kepentingan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai