Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan
masyarakat yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik
yang berada di sektor formal maupun yang berada di sektor informal
(Depkes RI, 2007). Kesehatan kerja bertujuan agar pekerja memperoleh
derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental,maupun sosial.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan usaha-usaha preventif, kuratif,dan
rehabilitatif terhadap penyakit - penyakit atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh faktor pekerjaan , lingkungan kerja , serta penyakit
umum. Kesehatan kerja dapat dicapai secara optimal jika tiga komponen
kerja berupa kapasitas pekerja , beban kerja , dan lingkungan kerja dapat
berinteraksi secara baik dan serasi (Suma’mur, 1996) . Pembangunan
ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 guna mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang sejahtera
, adil , makmur , dan merata baik material maupun spiritual .
Pembangunan ketenaga kerjaan ditujukan untuk peningkatan ,
pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas dan
produktif. Kebijakan yang mendorong tercapainya pembangunan
ketenagakerjaan adalah perlindungan tenaga kerja(Budiono,2003).
Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek yang cukup luas yaitu
perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja,serta
perlakuan yang sesuai dengan martabat dan moral bangsa. Perlindungan
tersebut bertujuan untuk memberikan jaminan keselamatan dan
meningkatkan derajat kesehatan para pekerja. Tujuan dari kesehatan kerja
yaitu untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan

1
kesehatan kerjadapat tercapai apabila di dukung oleh lingkungan kerja
yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Salah satu tujuan dari
pelaksanaan kesehatan kerja dalam bentuk operasional adalah pencegahan
kelelahan dan meningkatkan kegairahan serta nikmat kerja
(Suma’mur,2009).
Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas
pekerjaan sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari
separuh dari berat tubuh , memungkinkan manusia untuk dapat
menggerakkan tubuh dan melakukan pekerjaan. Pekerjaan di satu pihak
mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan prestasi,sehingga
dapat mencapai kehidupan yang produktif sebagai salah satu tujuan hidup.
Di pihak lain,dengan bekerja berarti tubuh akan menerima beban dari luar
tubuhnya. Dengan kata lain bahwa setiap pekerja merupakan beban bagi
yang bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun
beban mental . Menurut Meshkati dalam Tarwaka(2010) ,beban kerja di
definisikan sebagai perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerja
dengan tuntunan pekerjaan yang harus dihadapi.
Menurut Suma’mur(2009),beban kerja merupakan kemampuan
kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada lainnya dan sangat
tergantung dari tingkat ketrampilan , kesegaran jasmani , keadaan gizi ,
jenis kelamin , usia , dan ukuran tubuh dari yang bersangkutan . Kelelahan
adalah keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam
bekerja. Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda,tetapi
semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan
tubuh. Jadi efek pajanan bising pada tenaga kerja adalah pengaruhnya
terhadap kesehatan dan kinerjanya. Beberapa diantaranya adalah gangguan
pendengaran , komunikasi, kelelahan, respon psikologis , dan fisiologis
(Tarwaka,2010).

2
B. Rumusan masalah
1. Untuk mengetahui pengertian K3 dan sehat .
2. Untuk mengetahui kesehatan kerja ILO dan WHO 1995
3. Untuk mengetahui fokus utama upaya kesehatan kerja
4. Untuk mengetahui 3 komponen utama kesehatan kerja
5. Untuk mengetahui ruang lingkup pelayanan kesehatan kerja
6. Untuk mengetahui jenis program pelayanan kesehatan kerja
7. Unruk mengetahui gangguan kesehatan dan daya kerja
8. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan
tenaga kerja
9. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi daya kesehatan
seseorang
10. Untuk mengetahui faktor kesehatan manusia dalam kesehatan kerja

C. Tujuan penulisan
1. Mampu memahami dan mengerti pengertian k3 dan sehat
2. Mampu memahami dan mengerti kesehatan kerja ILO dan WHO 1995
3. Mampu memahami dan mengerti fokus utama upaya kesehatan kerja
4. Mampu memahami dan mengerti 3 komponen utama kesehatan kerja
5. Mampu memahami dan mengerti ruang lingkup pelayanan kesehatan
kerja
6. Mampu memahami dan mengerti jenis program pelayanan kesehatan
kerja
7. Mampu memahami dan mengerti gangguan kesehatan dan daya kerja
8. Mampu memahami dan mengerti faktor – faktor yang mempengaruhi
kesehatan tenaga kerja
9. Mampu memahami dan mengerti faktor – faktor yang mempengaruhi
daya kesehatan seseorang
10. Mampu memahami dan mengerti faktor kesehatan manusia dalam
kesehatan kerja

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian K3
Secara filosofi, keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai
sebuah pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan:
tenaga kerja dan manusia pada umumnya (baik jasmani maupun rohani), hasil
karya dan budaya menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Sedangkan
ditinjau dari keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai
suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah
kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit, dan sebagainya.
Filosofi dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau disingkat K3
adalah melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam
menjalankan pekerjaannya, melalui upaya-upaya pengendalian semua bentuk
potensi bahaya yang ada di lingkungan tempat kerjanya. Bila semua potensi
bahaya telah dikendalikan dan memenuhi batas standar aman, maka akan
memberikan kontribusi terciptanya kondisi lingkungan kerja yang aman,
sehat, dan proses produksi menjadi lancar, yang pada akhirnya akan dapat
menekan risiko kerugian dan berdampak terhadap peningkatan produktivitas.
Menurut WHO pengertian K3 adalah upaya yang bertujuan untuk
meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang
setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan
terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat
faktor yang merugikan kesehatan.

B. Pengertian sehat
Menurut WHO , Kesehatan yaitu suatu keadaan fisik, mental, dan
sosial kesejahteraan dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan.

4
Sedangkan dalam Piagam Ottawa mengatakan bahwa kesehatan ialah
suatu sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan sebuah tujuan hidup.
Kesehatan yaitu sebuah konsep positif yang menekankan pada sumber daya
pribadi,sosial dan kemampuan fisik.
Menurut WHO Undang-Undang No 23 Tahun 1992 Kesehatan ialah
suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
semua orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Kata sehat menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan/
kondisi seluruh badan serta bagian-bagiannya terbebas dari sakit. Kata sehat
menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan/ kondisi seluruh
badan serta bagian-bagiannya terbebas dari sakit.

C. Kesehatan Kerja Menurut ILO dan WHO 1995


Kesehatan Kerja menurut joint ILO/WHO Committee 1995 ialah
penyelenggaraan dan pemeliharaan derajat setinggi-tingginya dari kesehatan
fisik, mental dan sosial tenaga kerja di semua pekerjaan, pencegahan
gangguan kesehatan tenaga kerja yang disebabkan kondisi kerjanya,
perlindungan tenaga kerja terhadap resiko faktor-faktor yang mengganggu
kesehatan, penempatan dan pemeliharaan tenaga kerja di lingkungan kerja
sesuai kemampuan fisik dan psikologisnya, dan sebagai kesimpulan ialah
penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan manusia kepada pekerjaannya.

D. Fokus Utama Upaya Kesehatan Kerja


Fokus utama dalam kesehatan kerja dikelompokkan dalam 3 tujuan yaitu:
1. Mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan kerja dan
kapasitas kerjanya
2. Memperbaiki lingkungan kerja dan pekerjaan yang mendukung
keselamatan dan kesehatan
3. Mengembangkan organisasi kerja dan budaya kerja kearah yang
mendukung kesehatan dan keselamatan di tempat kerja dalam
mengerjakan yang demikian itu juga meningkatkan suasana sosial yang

5
positif dan operasi yang lancar dan meningkatkan produktivitas
perusahaan.

E. Komponen Utama Kesehatan Kerja


Komponen kesehatan kerja terbagi menjadi 3 komponen yaitu sebagai
berikut:

1. Kapasitas Kerja.

Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum


memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30–
40% masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi
dan 35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini
tidak memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas
yang optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan
kerja yang ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non
kesehatan yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam
melakukan tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama
menyangkut masalah PAHK (Penyakit Akibat Hubungan Kerja) dan
kecelakaan kerja.

2. Beban Kerja

Sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan maupun yang bersifat teknis


beroperasi 8 – 24 jam sehari, dengan demikian kegiatan pelayanan
kesehatan pada laboratorium menuntut adanya pola kerja bergilirdan
tugas/jaga malam. Pola kerja yang berubah-ubah dapat menyebabkan
kelelahan yang meningkat, akibat terjadinya perubahan pada bioritmik
(irama tubuh). Faktor lain yang turut memperberat beban kerja antara lain
tingkat gaji dan jaminan sosial bagi pekerja yang masih relatif rendah,
yang berdampak pekerja terpaksa melakukan kerja tambahan secara

6
berlebihan. Beban psikis ini dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan
stres.

3. Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja bila tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi


kesehatan kerja dapat menimbulkan Kecelakaan Kerja (Occupational
Accident), Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja
(Occupational Disease & Work Related Diseases).

F. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja

1. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja.


a. Sarana dan Prasarana.
b. Tenaga (dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja, dokter Perusahaan
dan paramedis Perusahaan).
c. Organisasi (pimpinan Unit Pelayanan Kesehatan Kerja, pengesahan
penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja).
2. Pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.
a. Awal (Sebelum Tenaga Kerja diterima untuk melakukan pekerjaan).
b. Berkala (sekali dalam setahun atau lebih).
c. Khusus (secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu berdasarkan
tingkat resiko yang diterima).
d. Purna Bakti (dilakukan tiga bulan sebelum memasuki masa pensiun).
3. Pelaksanan P3K (petugas, kotak P3K dan Isi Kotak P3K).
4. Pelaksanaan Gizi Kerja.
a. Kantin (50-200 tenga kerja wajib menyediakan ruang makan, lebih dari
200 tenaga kerja wajib menyediakan kantin Perusahaan).
b. Katering pengelola makanan bagi Tenaga Kerja.
c. Pemeriksaan gizi dan makanan bagi Tenaga Kerja.
d. Pengelola dan Petugas Katering.
5. Pelaksanaan Pemeriksaan Syarat-Syarat Ergonomi.

7
a. Prinsip Ergonomi:
1) Antropometri dan sikap tubuh dalam bekerja.
2) Efisiensi Kerja.
3) Organisasi Kerja dan Desain Tempat Kerja
4) Faktor Manusia dalam Ergonomi.
b. Beban Kerja :
1) Mengangkat dan Mengangkut.
2) Kelelahan.
3) Pengendalian Lingkungan Kerja.
6. Pelaksanaan Pelaporan (Pelayanan Kesehatan Kerja, Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dan Penyakit Akibat Kerja)

G. Jenis Progrm Pelayanan Kesehatan Kerja :


1. Pelayanan Promotif.
Peningkatan kesehatan (promotif) pada pekerja dimaksudkan agar
keadaan fisik dan mental pekerja senantiasa dalam kondisi baik. Pelayanan
ini diberikan kepada tenaga kerjayang sehat dengan tujuan untuk
meningkatkan kegairahan kerja, mempertinggi efisiensi dan daya
produktifitas tenaga kerja kegiatannya antara lain meliputi:
a. Pendidikan dan penerangan tentang kesehatan kerja.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja yang sehat.
c. Peningkatan status kesehatan (bebas penyakit) pada umumnya.
d. Perbaikan status gizi.
e. Konsultasi psikologi.
f. Olah raga dan rekreasi.
2. Pelayanan Preventif
Pelayanan ini diberikan guna mencegah terjadinya penyakit akibat
kerja, penyakit menular dilingkungan kerja dengan menciptakan kondisi
pekerja dan mesin atau tempat kerja agar ergonomis, menjaga kondisi fisik
maupun lingkungan kerja yang memadai dan tidak menyebabkan sakit
atau mebahayakan pekerja serta menjaga pekerja tetap sehat.

8
Kegiatannya antara lain meliputi:
a. Pemeriksaan kesehatan yang terdiri atas:
1) Pemeriksaan awal/sebelum kerja.
2) Pemeriksaan berkala.
3) Pemeriksaan khusus.
b. Imunisasi.
c. Kesehatan lingkungan kerja.
d. Perlindungan diri terhadap bahaya dari pekerjaan.
e. Penyerasian manusia dengan mesin dan alat kerja.
f. Pengendalian bahaya lingkungan kerja agar ada dalam kondisi aman
(pengenalan,pengukuran dan evaluasi).
3. Pelayanan Kuratif
Pelayanan pengobatan terhadap tenaga kerja yang menderita sakit
akibat kerja dengan pengobatan spesifik berkaitan dengan pekerjaannya
maupun pengobatan umumnya serta upaya pengobatan untuk mencegah
meluas penyakit menular dilingkungan pekerjaan. Pelayanan ini diberikan
kepada tenaga kerja yang sudah memperlihatkan gangguan
kesehatan/gejala dini dengan mengobati penyakitnya supaya cepat sembuh
dan mencegah komplikasi atau penularan terhadap keluarganya ataupun
teman kerjanya.
Kegiatannya antara lain meliputi:
a. Pengobatan terhadap penyakit umum.
b. Pengobatan terhadap penyakit dan kecelakaan akibat kerja.
4. Pelayanan Rehabilitatif
Pelayanan ini diberikan kepada pekerja karena penyakit parah atau
kecelakaan parah yang telah mengakibatkan cacat, sehingga menyebabkan
ketidakmampuan bekerja secara permanen, baik sebagian atau seluruh
kemampuan bekerja yang biasanya mampu dilakukan sehari-hari.
Kegiatannya antara lain meliputi:
a. Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan
kemampuannya yang masihada secara maksimal.

9
b. Penempatan kembali tenaga kerja yang cacat secara selektif sesuai
kemampuannya.
c. Penyuluhan pada masyarakat dan pengusulan agar mau menerima
tenaga kerja yangcacat akibat kerja.
5. Pelayanan kesehatan kerja rujukan
Rujukan pelayanan kesehatan kerja dilakukan dengan tujuan agar
tenaga kerja yang membutuhkan pelayanan kesehatan tetapi tidak dapat
diberikan sepenuhnya ditingkat pelayanan kesehatan kerja awal , dapat
memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih lengkap. Rujukan yang
dilakukan antara lain meliputi :
a. Pemeriksaan kesehatan , pengobatan dan peralatan yang lebih lengkap
b. Konsultasi kepada dokter spesialis terkait , untuk keperlua penentuan
diagnosis dan penilaian tingkat kecacatan akibat kecelakaan dan
penyakit akibat kerja
c. Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya
d. Tindakan operatif dan rehabilitatif dll

H. GANGGUAN KESEHATAN KERJA DAN DAYA KERJA


Agar seorang tenaga kerja ada dalam keserasian yang optimal, yang berarti
dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktifitas kerja setinggi-tingginya,
maka perlu ada keseimbangan yang menguntungkan dari faktor-faktor berikut
ini : 

1. Beban kerja 

Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban yang dimaksud


adalah beban fisik, mentak dan sosial. Seorang pekerja berat, seperti
pekerja-pekerja bongkar dan muat barang di pelabuhan, memikul lebih
banyak beban fisik dari pada beban mental dan sosial. Sebaliknya seorang
pengusaha, mungkin tanggung jawabnya merupakan beban mental yang
relatif jauh lebih besar. Kesehatan kerja membantu mengurangi beban
kerja dengan modifikasi cara kerja atau perencanaan mesin serta alat kerja.

10
Contoh sederhana ialah, beban kerja akibat memikul atau menjinjing suatu
barang dapat dikurangi dengan penggunaan kereta dorong.

2. Beban tambahan akibat dari lingkungan 


Terdapat lima faktor penyebab beban tambahan, antara lain : 

a. Faktor fisik seperti: penerangan, suhu udara, kelembaban, dll; 


b. Faktor kimia seperti : gas, uap, dll; 
c. Faktor biologi seperti : tumbuhan dan hewan; 
d. Faktor fisiologis seperti: sikap dan cara kerja; 
e. Faktor mental-psikologis seperti : suasana kerja dan hubungan kerja
antara pekerja dan juga antar pengusaha. 

Faktor-faktor tersebut dalam jumlah yang cukup dapat mengganggu daya


kerja seorang tenaga kerja, sebagai contohnya adalah : 

a. Penerangan yang kurang menyebabkan kelelahan mata; 


b. Kegaduhan mengganggu daya mengingat, konsentrasi pikiran; 
c. Gas-gas debu diserap tubuh lewat pernafasan; 
d. Sifat badan yang salah mengurangi hasil kerja dan timbul kelelahan. 

Sebaliknya apabila faktor-faktor tersebut dicari kemanfaatannya dapat


diciptakan suasana kerja yang lebih serasi misalnya : 

a. Penggunaan musik di tempat kerja; 


b. Penerangan diatur penyebarannya; 
c. Dekorasi warna di tempat kerja; 
d. Bahan-bahan yang beracun dalam keadaan dikendalikan bahayanya; 
e. Penggunaan suhu yang nikmat untuk bekerja; 
f. Perencanaan mesin dan manusia dengan sebaik-baiknya. 

3. Kapasitas kerja 

11
Kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu orang dengan
orang lainnya dan sangat tergantung kepada keterampilan, keserasian,
keadaan gizi, usia, dan ukuran tubuh. Semakin tinggi keterampilan kerja
yang dimiliki seseorang, maka semakin efisien badan dan jiwa bekerja,
sehingga beban kerja menjadi relatif sedikit. Kesegaran jasmani dan rohani
adalah penunjang penting dalam produktifitas seseorang dalam bekerja.
Tingkat gizi seseorang, terutama bagi pekerja kasar dan berat adalah faktor
penentu derajat produktifitas kerjanya. 

Mencegah Gangguan Pada Kesehatan dan Daya Kerja Berikut ini adalah
beberapa cara mencegah atau tindakan pencegahan terhadap gangguan-
gangguan pada kesehatan dan daya kerja, antara lain: 

a. Substitution, yaitu mengganti bahan yang lebih berbahaya dengan yang


kurang berbahaya; 
b. Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara sebanyak-banyaknya ke
dalam ruangan kerja agar kadar bahan berbahaya diencerkan; 
c. Menggunakan local exhausters, seperti penghisap udara di tempat kerja
agar bahan-bahan yang membahayakan dihisap dan dialirkan keluar; 
d. Isolasi, yaitu mengisolasi mesin yang sangat gaduh, agar kegaduhan
yang disebabkannya dapat berkurang; 
e. Pakaian pelindung, misalnya :masker, kaca mata, sarung tangan, sepatu,
helmet; 
f. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, agar pekerja mengetahui dan
mentaati peraturan-peraturan yang ditetapkan perusahaan; 
g. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja kepada para
pekerja secara terus menerus, agar tenaga kerja tetap waspada dalam
mengerjakan pekerjaannya; 

12
I. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN
TENAGA KERJA

Faktor yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja, antara lain:

a. Beban kerja.

Beban kerja adalah beban fisik, mental dan sosial sehingga usaha
menempatkan kerja yang sesuai dengan kemampuan harus diperhatikan.

b. Kapasitas Kerja.

Kapasitas kerja yang banyak tergantung dari pendidikan, keterampilan,


kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya.

c. Lingkungan Kerja.

Lingkungan kerja adalah dalam bentuk fisik, kimia, biologik, ergonomik


ataupun psikososial.

J. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA KERJA SESEORANG

1. Penerangan atau pencahayaan ruang kerja yang tidak cukup dapat


menyebabkan kelelahan mata

2. Kegaduhan dan kebisingan dapat menganggu konsentrasi, menganggu


daya ingat dan dapat menyebabkan kelelahan psikologis

3. Gas, uap,asap, dan debu yang terhirup lewat pernapasan dapat


mempengaruhi berfungsinya berbagai jaringan tubuh, yang akhirnya
menurunkan daya kerja.

13
4. Binatang, khususnya serangga (nyamuk,kecoa,lalat,dsb) disamping
menganggu konsentrasi kerja, juga merupakan pemindahan (vektor) dan
penyebebnya.

5. Alat- alat bantu kerja yang tidak ergonomis (tidak sesuai dengan ukuran
tubuh) akn menyebabkan kelelahan dalam bekerja yang cepat.

6. Hubungan atau iklim kerja yang tidak harmonis dapat menimbulkan


kebosanan, tidak betah kerja dsb, yang akhirnya menurunkan produktivitas
kerja.

K. FAKTOR KESEHATAN MANUSIA DALAM KESEHATAN KERJA

1. Ergonomi

Ergonomi adalah ilmu penyesuaian peralatan dan perlengkapan kerja


dengan kondisi dan kemampuan manusia, sehingga mencapai kesehatan
tenaga kerja dan produktivitas kerja yang optimal.

Tujuan ergonomi ialah: mencegah kecelakaan kerja (meningkatkan


produksi kerja). Disamping itu, ergonomi juga dapat mengurangi beban
kerja karena peralatan kerja tidak sesuai dengan kondisi dan ukuran tubuh
pekerja akan menjadi beban tambahan kerja.

2. Psikologi kerja

Pekerjaan apapun akan menimbulkan reaksi psikologis bagi yang


melakukan pekerjaan itu. Reaksi ini dapat bersifat positif, misalnya
senang, bergairah, dan merasa sejahtera, atau reaksi yang bersifat negatif,
misalnya bosan, acuh, tidak serius, dan sebagainya. Seorang pekerja atau
karyawan yang bersikap bosan, acuh, dan tidak bergairah melakukan
pekerjaannya ini banyak faktor yang menyebabkannya antara lain tidak
cocok dengan pekerjaan ini, tidak tahu melakukan pekerjaan yang baik,

14
kurangnya insentif, lingkungan kerja yang tidak menyenangkan, dan lain –
lain.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan
kesabaran dan ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita
sakit. Seorang perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati.
Sebagai seorang perawat harus dapat memahami masalah yang dihadapi
oleh klien, selain itu seorang perawat dapat berpenampilan menarik. Untuk
itu seorang perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang
lain, ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin
dalam perilaku perawat.
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/
kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/ masyarakat
pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan
kuratif, terhadap penyakit-penyakit/ gangguan-gangguan kesehatan yang
diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap
penyakit-penyakit umum.

B. SARAN
Makalah ini membahas tentang keperawatan komunitas yang
membahas komunitas perawat pada sector perusahaan dengan berfokuskan
pada tenaga kerja. Sehingga dengan pembahasan ini sudah semestinya

15
setiap mahasiswa mendapatkan gambaran akan system K3 ini, sehingga
menjadikan mahasiswa tidak memandang sempit keprofesiannya nanti.

16

Anda mungkin juga menyukai