Anda di halaman 1dari 28

“KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA”

Makalah (kelompok 3)
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA PELAJARAN

PENGELOLAAN BISNIS RITEL

Yang dibina oleh Ibu Suhatmini, S.PD

Di susun oleh:

Misky Arafah

Fitri Mutiara

Khanza Askarina Syahidah

Muhammad Sofi

Pinky Virginia Pangulimang

Putri Mega Silvia Anshori

Rayna Suci Aliffah Zakiya

Tahun Ajaran 2019/2020


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan unruk menyelesaikan makalah ini. Dimana
makalah ini merupakan salah satu dari Tugas Mata Pelajaran Produktif, yaitu tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Guru dan teman-teman yang
telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Aamiin.

Balikpapan, 12 Agustus 2019

Penyusun

i
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan
keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan
pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang
dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari.
Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan
pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah capek.

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan


tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan
menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan
tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang
tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk
menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang
ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga
mental, emosional dan psikologi.

Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatr


sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak
faktor dilapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor
manusia, lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi
standar keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu banyak berita kecelakaan kerja yang
dapat kita saksikan. Dalam makalah ini kemudian akan dibahas mengenai
permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja serta bagaimana mewujudkannya
dalam keadaan yang nyata.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang harus dipahami dalam hal kesehatan dan keselamatan
kerja yaitu:

1. Apa pengertian kesehatan kerja?


2. Apa pengertian keselamatan kerja?
3. Apa pengertian kesehatan dan keselamatan kerja?
4. Apa saja dasar hukum kesehatan dan keselamatan kerja?
5. Prosedur apa saja yang didapatkan perlindungan atas kesehatan dan
keselamatan kerja?
6. Faktor-faktor apa yang dapat menimbulkan bahaya dalam suatu pekerjaan?
7. Apa pengertian kecelakaan kerja, faktor penyebabnya, cara mengantisipasinya,
akibat kerugiannya, dan tindakan untuk menghindari kecelakaan kerja?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas dari
mata pelajaran Pengelolaan Bisnis Ritel serta untuk mengetahui lebih lanjut tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Diharapkan manfaat dari pembahasan ini adalah dapat menambah pengetahuan


kita tentang syarat dan prosedur kesehatan dan keselamatan kerja, sehingga kita
mengerjakan suatu pekerjaan di bengkel atau indsutri sudah tahu kesehatan dan
keselamatan kerja.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Dalam dunia bisnis termasuk bisnis ritel, prinsip kesehatan, keselamatan, dan
keamanan kerja juga harus diterapkan. Hal ini bertujuan untuk menciptakan
kesejahteraan untuk para pekerja, pengusahan, maupun instansi dalam dunia usaha.

A. Kesehatan dan keselamatan Kerja


1. Kesehatan kerja

a. Pengertian Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh
pihak pengusaha. Karena dengan adanya kesehatan yang baik akan menguntungkan
para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja
dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan
akan mampu bekerja lebih lama.

Menurut Mangkunegara (2004:161), kesehatan kerja menunjukkan pada


kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan
oleh lingkungan kerja. Risiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan
kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan. Lingkungan yang dapat
membuat stress, emosi, atau gangguan fisik.

Mathis dan Jackson (2006:245) menyebutkan bahwa”kesehatan kerja merujuk


pada kondisi fisik, mental, dan stabilitas emosi secara umum. Individu yang sehat
adalah yang bebas dari penyakit, cedera serta masalah mental dan emosi yang bisa
mengganggu aktivitas manusia normal umunya.”

Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan, bahwa kesehatan kerja adalah
suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha
pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.

3
Menurut Flippo, yang dikutip dalam Sibarani Mutiara (2012:113), kesehatan
kerja dibagi menjadi 2, yaitu:

1) Physical health
a) Preplacement physical examinations (pemeriksaan jasmani
prapenempatan).
b) Periodic physical examinations for all key personnel (pemeriksaan
jasmani secara berkala untuk personalia).
c) Voluntary periodic physical examinations for all key personnel
(pemeriksaan jasmani secara berkala secara sukarela untuk personalia).
d) A well-eqipped and staffed medical dispensary (klinik medis yang
mempunyai staf dan perlengkapan yang baik).
e) Availability of trained industrial hygienists and madecal personnel
(tersedianya personalia medis dan ahli hygiene industri yang terlatih).
f) Systematic and preventive attention devoyed to industrial stresses and
strains (perhatian yang sistematis dan preventif yang dicurahkan pada
tekanan dan ketegangan industrial).
g) Periodic and systematic inspections of provisions for propersanitation
(pemeriksaan-pemeriksaan berkala dan sistematis atas ketentuan untuk
sanitasi yang tepat).

2) Mental health
a) Availability of psychiatric specialist and instructions (tersedianya
penyuluhan kejiwaan dan psikiater).
b) Cooperation with outside psychiatric specialist and instructions (kerjasama
dengan spesialis dan lembaga-lembaga psikiater dari luar organisasi).
c) Education of company personnel concerning the nature and importance of
the mental health problem (pendidikan personalia perusahaan sehubungan
dengan hakikat dan pentingnya masalah kesehatan mental).
d) Development and maintenance of aproper human relations program
(pengembangan dan pemeliharaan program hubungan kemanusiaan yang
tepat).

b. Faktor yang menentukan status kesehatan

Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik,


mental, dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan
kesehatan, melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi
dengan lingkungan dan pekerjaannya. (Budiono,2003).

4
Menurut Blum (1981) status kesehatan seseorang ditentukan oleh empat
faktor, sebagai berikut.

1) Lingkungan, yaitu berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia


(organic/anorganik, logam berat, debu), biologis (virus, bakteri,
mikroorganisme), dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan).

2) Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, dan tingkah laku.


3) Pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, perawatan,
pengobatan, pencegahan, kecacatan, dan rehabilitasi.
4) Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.

Interaksi dari berbagai faktor tersebut sangat memengaruhi tingkat kesehatan


seseorang, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun ditempat kerja. Dengan
demikian, dalam pengelolaan keempat faktor tersebut perlu diperhatikan, khususnya
dalam aspek lingkungan dan pelayanan kesehatan.

Kaitan timbal balik pekerjaan yang dilakukan dan kesehatan pekerja semakin
bayak dipelajari dan terus berkembang sejak terjadinya revolusi industri. Pekerjaan
mungkin berdampak negatif bagi kesehatan, akan tetapi sebaliknya pekerjaan dapat
pula memperbaiki tingkat kesehatan dan kesejahteraan pekerja bila dikelola dengan
baik. Demikian pula status kesehatan pekerja sangat memengaruhi produktivitas
kerjanya. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila
dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya.

c. Faktor yang menentukan kesehatan pekerja

Kesehatan kerja diartikan sebagai spesialis ilmu kesehatan yang menganalisis


akibat praktik dan cara kerja terhadap derajat kesehatan pekerja yang bersangkutan,
baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental, serta menganalisis alternatif usaha
preventif dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja dan
lingkungan kerja. Kesehatan kerja bersifat medis dan sasarannya adalah manusia atau
pekerja.

5
Menurut Simajuntak (1994) kesehatan kerja adalah kondisi yang dapat
memengaruhi kesehatan para pekerja, seperti:

1) Kurangnya pencahayaan yang mengakibatkan sakit mata.


2) Tidak adanya sistem sirkulasi udara, sehingga debu-debu atau partikel-
partikel kecil akan mengganggu sistem pernapasan pekerja.
3) Pekerja yang berkerja dengan menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya.
4) Tingkat kebisingan yang melebihi batas ambang pendengar, yang dapat
mengakibatkan ketulian pada pekerja.

Kondisi diatas memerlukan pencegahan dengan melakukan tindakan-tindakan,


sebagai berikut:

1) Pemeriksaan pekerja secara berkala.


2) Memberikan keterangan prosedur kerja sebelum bekerja.
3) Pembuatan ventilasi yang baik.
4) Mengubah cara-cara kerja yang dapat menyebabkan penyakit kerja.
5) Pemakaian alat-alat pelindung diri secara teratur dan disiplin untuk
menghindari risiko kecelakaan kerja.

2. Keselamatan kerja

a. Pengertian keselamatan kerja

Perlindungan tenaga kerja memiliki, beberapa aspek dan salah satunya


yaitu perlindungan keselamatan, dimana perlindungan tersebut bermaksud
agar para tenaga kerja merasa aman untuk melakukan pekerjaannya sehari-hari
dalam meningkatkan produktivitasnya.

Menurut Bangun Wilson (2012:377) keselamatan kerja adalah


perlindungan atas keamanan kerja yang dialami pekerja, baik fisik maupun
mental dalam lingkungan pekerjaan.

Rivai (2005:413) mengemukakan bahwa keselamatan kerja (safety) adalah


suatu perlindungan karyawan dari cedera yang disebabkan oleh kecelakaan
yang berkaitan dengan pekerjaan.

6
Menurut Swasto (2011:107) keselamatan kerja menyangkut segenap proses
perlindungan tenaga kerja terhadap kemungkinan adanya bahaya yang timbul
dalam lingkungan pekerjaan. Sedangkan Swasto (2011:108) mengemukakan
bahwa ada faktor yang memengaruhi keselamatan kerja, sehingga berakibat
terhadap kecelakaan kerja.

Menurut Mondy dan Noe yang dikutip dalam Pengabean Mutiara


(2012:112), manajemen keselamatan kerja meliputi perlindungan karyawan
dari kecelakaan ditempat kerja, sedangkan kesehatan merujuk kepada
kebebasan karyawan dari penyakit secara fisik maupun mental.

Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan, bahwa keselamatan kerja


adalah suatu bentuk perlindungan yang berkaitan dengan upaya pencegahan
kecelakaan kerja maupun lingkungan kerja serta tindakan pekerja sendiri.

b. Alasan pentingnya keselamatan kerja

Menurut Bangun Wilson (2012:379), terdapat tiga alasan keselamatan kerja


yang merupakan keharusan bagi setiap perusahaan untuk melaksanakannya, antara
lain:

1) Moral
Manusia merupakan makhluk termulia didunia, oleh karena itu sepatutnya
manusia memperoleh perlakuan yang terhormat dalam organisasi. Menurut
UU RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, dimana manusia
memiliki hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, serta perlakuan yang sesuai dengan
harkat dan martabat manusia dan niali-nilai agama. Para pemberi kerja
melaksanakan itu untuk membantu dan memperingan beban penderitaan
atas musibah kecelakaan kerja yang dialami para karyawan dan keluarga.
2) Hukum
Undang-undang ketenagakerjaan merupakan jaminan bagi setiap pekerja
untuk menghadapi risiko kerja yang dihadapi yang ditimbulkan dari setiap
pekerjaan. Para pemberi kerja yang lalai atas tanggung jawab dalam
melindungi pekerja yang mengakibatkan kecelakaan kerja akan mendapat
hukuman yang setimpal sesuai dengan undang-undang ketenagakerjaan,
yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja untuk melindungi para pekerja pada segala lingkungan
kerja baik didarat, dalam tanah, permukaan air, didalam air maupun
diudara, yang berada diwilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
3) Ekonomi
Alasan ekonomi akan dialami oleh banyak perusahaan karena
mengeluarkan biaya-

7
biaya yang tidak sedikit jumlahnya akibat kecelakaan kerja yang dialami
pekerja. Kebanyakan perusahaan membebankan kerugian kecelakaan kerja
yang dialami karyawan kepada pihak asuransi. Kerugian tersebut bukan
hanya berkaitan dengan biaya pengobatan dan pertanggungan lainnya,
tetapi banyak faktor lain yang menjadi perhitungan akibat kecelakaan kerja
yang diderita para pekerja.

c. Faktor yang menentukan kondisi pekerja

Kondisi bangunan adalah tempat atau bangunan yang digunakan untuk tempat
bekerja, apakah telah memenuhi kriteria keselamatan bagi penghuni bangunan
tersebut. Kondisi mesin yang ada diperusahaan juga harus baik, sehingga harus ada
penjadwalan mesin-mesin untuk proses produksi. Hal ini bertujuan untuk mencegah
kerusakan mesin yang dapat membahayakan operator.

Kondisi pekerja sangat menentukan terjadinya kecelakaan kerja. Menurut


Simajuntak (1994) faktor-faktor yang menentukan kondisi pekerja yaitu:

1) Kondisi mental dan fisik


Kondisi tersebut sangat berpengaruh dalam menjalakan proses produksi karena
dengan kondisi mental dan fisik yang buruk dapat mengakibatkan kecelakaan
kerja.
2) Kebiasaan kerja yang baik dan aman
Pada saat melakukan pekerjaan, pekerja harus dapat dituntut untuk bekerja
secara disiplin agar tidak lalai yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
3) Pemakaian alat-alat pelindung diri
Kurangnya kesadaran dalam pemakaian alat-alat pelindung karena dirasa tidak
nyaman oleh pekerja dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.

3. Kesehatan dan keselamatan kerja

a. Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu faktor yang penting
atas terlaksananya kegiatan perusahaan.

Setiap karyawan akan bekerja maksimal apabila terdapat jaminan keselamatan


dan kesehatan kerja karyawan. Adanya jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan kepada para
karyawannya.

Adapun pengertian dari keselamatan dari keselamatan dan kesehatan kerja


menurut para ahli, sebagai berikut:

8
1) Menurut Prawirosentono Suyadi (2002:91)
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah menciptakan suasana dan
lingkungan kerja yang menjamin kesehatan dan keselamatan karyawan agar
tugas pekerjaan diwilayah kerja perusahaan dapat berjalan lancar.
2) Menurut Sibarani Mutiara (2012:163)
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja khususnya, dan manusia pada umumnya, serta hasil karya dan
budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
3) Menurut Depnakes (2005)
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah segala daya upaya pemikiran yang
dilakukan dalam rangka mencegah, menanggulangi, dan mengurangi
terjadinya
kecelakaan dan dampak melalui langkah-angkah identifikasi, analisis, dan
pengendalian bahaya dengan menerapkan pengendalian bahaya secara
tepat dan melaksanakan perundang-undangan tentang keselamatan dan
kesehatan kerja (K3).

Dari penjelasan mengenai pengertian keselamatan dan kesehatan kerja diatas,


maka dapat disimpulkan bahwa pengertian keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan salah satu cara untuk melindungi para karyawan dari bahaya atau ancaman
kecelakaan kerja selama bekerja, yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja
yang aman dan sehat yang mendukung pencapaian tujuan perusahaan.

b. Tujuan kesehatan dan keselamatan kerja

Menurut Mangkunegara (2004:162) bahwa tujuan dari keselamatan dan


kesehatan kerja adalah:

1) Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja,


baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
2) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
3) Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4) Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
5) Agar meningkatnya kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atas kondisi kerja.
7) Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

9
Flippo yang dikutip dalam Sibarani Mutiara (2012:114), berpendapat bahwa
tujuan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dapat dicapai, jika terdapat unsur-
unsur yang mendukung, sebagai berikut:

1) Adanya dukungan dari pimpinan puncak.


2) Ditunjuknya direktur keselamatan.
3) Rekayasa pabrik dan kegiatan yang aman.
4) Diberikannya pendidikan bagi semua karyawan untuk bertindak aman.
5) Terpeliharanya catatan-catatan tentang kecelakaan.
6) Menganalisis penyebab kecelakaan.
7) Kontes keselamatan.
8) Melaksanakan peraturan.

c. Peranan keselamatan dan kesehatan kerja

Secara umum peranan K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) dalam


produktivitas kerja, sebagai berikut.

1) Untuk menjamin bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan


perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan menungkatkan produksi serta produktivitas
nasional.
2) Untuk menjamin bahwa setiap orang yang berada ditempat kerja perlu
terjamin keamanannya.
3) Untuk memastikan bahwa seriap sumber produksi dapat dipakai dan
dipergunakan secara aman dan efisien.
4) Untuk mengurangi bahaya perusahaan jika terjadi kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja, karena sebelumnya sudah ada tindakan
atisipatif dari perusahaan.

2.2

B. Hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Indonesia

Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja diatur dalam Undang-Undang


Nomor 1 Tahun 1970. Undang-Undang tersebut mengatur syarat-syarat K3 mulai dari
perencanaan sampai dengan produksi yang dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
Berikut dasar hukum pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja.

10
1. UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Undang-undang ini menegaskan ruang linkup keselamatan dan kesehatan kerja


yang mencakup, sebagai berikut.

a. Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja berlaku disetiap tempat kerja yang
mencakup tiga unsur pokok, yaitu tenaga kerja, bahaya kerja, dan usaha, baik
yang bersifat ekonomi maupun sosial.
b. Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja berkaitan dengan perlindungan:
1) Tenaga kerja
2) Alat, bahan, pesawat, mesin, dan sebagainya
3) Lingkungan
4) Proses produksi
5) Sifat pekerjaan
6) Cara kerja
c. Persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja diterapkan sejak tahap
perencanaa, pembuatan, pemakaian barang maupun produk teknis, dan
seterusnya.
d. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tanggung jawab semua pihak,
khususnya pihak yang terkait dengan proses penyelenggaraan suatu usaha.

2. Permenaker No. 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen K3

Setiap perusahaan yang mempekerjakan 100 (seratus) tenaga kerja atau lebih
dan/atau yang mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses
atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran lingkungan, dan penyakit akibat kerja (PAK).

3. Permenaker No. 4 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (P2K3)
Undang-undang ini berisikan tentang:
a. Temoat kerja dimana pengusaha atau pengguna mempekerjakan 100
(seratus) orang atau lebih.
b. Tempat kerja dimana pengusaha mempekerjakan kurang dari 100 (seratus)
orang tetapi menggunakan bahan, proses, dan instalasi yang memiliki risiko
besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan, dan pencemaran
radioaktif.

11
2.3

C. Prosedur Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Prosedur keselamatan kerja harus diberlakukan dimana saja oleh setiap orang
yang bekerja, maupun oleh instasi yang memberikan pekerjaan. Hal tersebut bertujuan
agar setiap tenaga kerja medapatkan perlindungan atas kesehatan dan keselamatan
kerja. Prosedur K3 ini

merupakan tahap atau proses suatu kegiatan untuk menyelesaikan aktivitas atau
metode (cara) langkah demi langkah secara pasti dalam pekerjaan dengan
memerhatikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).

1. Unsur-unsur dalam suatu organisasi/instansi/perusahaan/yayasan


Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam suatu
organisasi/instansi/perusahaan/yayasan, yaitu
a. Tenaga kerja
Tenaga kerja adalah orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik didalam
maupun diluar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
b. Pengusaha
Dapat dikatakan sebagai pengusaha apabila:
1) Orang, persekutuan, atau badan hukum yang menyalurkan suatu
perusahaan milik sendiri.
2) Orang, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjelaskan perusahaan bukan miliknya.
3) Orang, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia dalam
nomor 1) dan 2) yang berkedudukan diluar wilayah Indonesia.
c. Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang mempekerjakan tenaga
kerja dengan tujuan mencari untung atau tidak, baik milik swasta maupun
negara.
d. Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka
bergerak atau tetap di mana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber
atau sumber-sumber bahaya, baik darat, didalam tanah, dipermukaan air,
didalam air, maupun diudara yang berada didalam wilayah kekuasaan
hukum Republik Indonesia.
2. Usaha melakanakan prosedur K3

Pihak pengusaha atau perusahaan melakukan prosedur bekerja dengan aman dan
tertib dengan cara:

a. Menetapkan standar K3.


b. Menetapkan tata tertib yang harus dipatuhi.

12
c. Menetapka peraturan-peraturan.
d. Mensosialisasikan peraturan dan perundang-undangan K3 ini kepada seluruh
tenaga kerja.
e. Memonitor pelaksanaan peraturan-peraturan.

2.4

D. Identifikasi Timbulnya Bahaya

Timbulnya bahaya dalam melakukan pekerjaan dalam perusahaan bukan saja


terletak pada human error-nya, tetapi juga dimungkinkan oleh faktor lain yang bersifat
teknis dan nonteknis.

1. Faktor yang bersifat teknis


Faktor-faktor yang bersifat teknis, antara lain sebagai berikut.
a. Gangguan-gangguan, seperti pintu keluar macet.
b. Kesalahan perawatan, seperti kabel listrik yang terkelupas.
c. Kurang penerangan,
d. Rak yang tidak aman.
e. Kecelakaan.
f. Kebakaran yang mungkin terjadi karena adanya kesalahan prosedur.
2. Faktor yang bersifat nonteknis
Faktor-faktor yang bersifat nonteknis, antara lain sebagai berikut.
a. Kriminalitas, misalnya pencurian, perampokan, dan lain-lain.
b. Bencana alam, misalnya gempa bumi, banjir, dan lain-lain.
c. Ancaman atau ledakan bom.

2.5

E. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja tentunya akan membawa suatu akibat yang berupa kerugian.
Kerugian tersebut dapat bersifat ekonomis maupun nonekonomis.

1. Pengertian kecelakaan kerja

Menurut Sulaksmono kecelakaan adalah suatu kejadian tak diduga dan tidak
dihendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur. Sedangkan
menurut Sugeng (2005), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang
tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda, atau
kerugian terhadap proses.

13
2. Faktor penyebab kecelakaan kerja

Kecelakaan kerja dapat terjadi pada saat seseorang mengoperasikan alat kerja atau
produksi, antara lain:

a. Pekerja yang bersangkutan tidak terampil atau tidak mengetahui cara


mengoperasikan alat-alat tersebut.
b. Pekerja tidak hati-hati, lalai, terlalu lelah, atau dalam keadaan sakit.
c. Tidak tersedia alat-alat pengaman.
d. Alat kerja atau produksi yang digunakan dalam keadaan tidak baik atau tidak
layak pakai lagi.
3. Cara mengantisipasi kecelakaan kerja
Cara mengantisipasi kecelakaan kerja, antara lain:
a. Menerapkan prosedur bekerja sesuai dengan SOP (Standard Operational
Procedur).
b. Seluruh unsur yang ada harus mengetahui sarana, peraturan kesehatan,
dan prosedur keamanan organisasi.
c. Seluruh staf bekerja sesuai dengan tugas atau kewajibannya.
d. Tenaga kerja yang tidak dapat melaksanakan kewajiban harus melapor
kepada pihak yang berwenang agar ada antisipasi jika timbul masalah.
4. Kerugian akibat kecelakaan kerja
Kerugian akibat kecelakaan kerja, antara lain:
a. Kerugian langsung
Penderitaan pribadi, rasa kehilangan dari anggota keluarga korban.
b. Kerugian tak langsung (tersembunyi)
Kerusakan mesin dan peralatan, terganggunya produksi, serta terganggunya
waktu kerja karyawan.
5. Jenis-jenis dan tindakan untuk menghindari/mengurangi kecelakaan kerja

Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan
agar para buruh tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan
kerja, sebagai berikut.

a. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja (calon pekerja) untuk mengetahui


apakah calon pekerja tersebut serasi dengan pekerjaan barunya, baik secara
fisik maupun mental.
b. Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah
faktor-faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja.
c. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja diberikan kepada para
buruh secara kontinu agar mereka tetap waspada dalam menjalakan
pekerjaannya.

14
d. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku ditempat kerja
sebelum mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka menaatinya.
e. Penggunaan pakaian pelindung.
f. Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya proses
pencampuran bahan kimia berbahaya, dan pengoperasian mesin yang sangat
bising.
g. Pengaturan ventilasi setempat/lokal, agar bahan-bahan/gas sisa dapat diisap
dan dialirkan keluar.
h. Subtitusi bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya
atau tidak berbahaya sama sekali.
i. Pengadaan ventilasi umum untuk mengalirkan udara kedalam ruang kerja
sesuai dengan kebutuhan.

15

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pemaparan makalah diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan
dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan
dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional
terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan
keselamatan kerja tidak melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga
mental, psikologis, dan mental. Kesehatan dan keselamatan kerja juga merupakan
salah satu unsur yang penting dalam ketenegakerjaan. Oleh karena itulah sangat
banyak berbagai peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur masalah
kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur
menganai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor dilapangan
yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya
kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar
keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja. Oleh
karena itu, perlu ditingkatkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
yang dalam hal ini tentu melibatkan pihak bagi semua pihak. Tidak hanya bagi para
pekerja, tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan lingkungan sehingga dapat
tercapai pengingkatan mutu kehidupan dan produktivitas nasional.

3.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan diatas maka kami ajukan saran-
saran sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Bagi pihak perusahaan untuk disarankan untuk menekankan seminimal mungkin


terjadinya kecelakaan kerja, dengan jalan antara lain meningkatkan dan menerapkan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan baik dan tepat. Hal ini dapat dilakukan
dengan sering diadakan sosialisasi tentang manfaat dan arti pentingnya program
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi karyawan, seperti misalnya dengan
pemberitahuan bagaimana cara penggunaan peralatan, pemakaian alat pelindung diri,
cara mengoperasikan mesin secara baik dan benar. Selain itu perusahaan harus
meningkatkan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta menrangkan
prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam kegiatan operasional.

16

2. Bagi Karyawan
Bagi karyawan lebih memperhatikan program keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) dengan bekerja secara disiplin dan berhati-hati serta mengikuti proses.

17

LATIHAN (HALAMAN 33)


1. Jelaskan pengertian dari keselamatan dan kesehatan kerja menurut
Prawirosentono Suyadi!
Jawaban:
Menurut Prawirosentono Suyadi (2002:91), kesehatan dan keselamatan kerja
adalah menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang menjamin kesehatan
dan keselamatan karyawan agar tugas pekerjaan diwilayah kerja perusahaan
dapat berjalan lancar.
2. Jelaskan mengenai faktor lingkungan yang menentukan status kesehatan
seseorang menurut Blum!
Jawaban:
Menurut Blum (1981) status kesehatan seseorang ditentukan oleh empat
faktor, sebagai berikut:
1) Lingkungan, yaitu berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia
(organik/anorganik, logam berat, debu), biologis (virus, bakteri,
mikroorganisme), dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan).
2) Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, dan tingkah laku.
3) Pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, perawatan,
pengobatan, pencegahan kecacatan, dan rehabilitasi.
4) Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.
3. Sebutkan faktor-faktor yang menentukan kondisi keselamatan pekerja!
Jawaban:
Menurut Simajuntak (1994) faktor-faktor yang menentukan kondisi pekerja
yaitu:
1) Kondisi mental dan fisik.
2) Kebiasaan kerja yang baik dan aman.
3) Pemakaian alat-alat pelindung diri.
4. Sebutkan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja berkaitan dengan
perlindungan!
Jawaban:
Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja berkaitan dengan perlindungan:
1) Tenaga kerja
2) Alat, bahan, pesawat mesin, dan sebagainya
3) Lingkungan
4) Proses produksi
5) Sifat pekerjaan
6) Cara kerja
5. Jelaskan yang dimaksud dengan tenaga kerja!
Jawaban:
Tenaga kerja adalah orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
6. Jelaskan yang dimaksud dengan kecelakaan kerja!
Jawaban:
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan
yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda, atau kerugian
terhadap proses.
7. Sebutkan unsur-unsur yang mendukung tercapainya keselamatan dan
kesehatan kerja!
Jawaban:
1) Adanya dukungan dari pimpinan puncak.
2) Ditunjuknya direktur keselamatan.
3) Rekayasa pabrik dan kegiatan yang aman.
4) Diberikannya pendidikan bagi semua karyawan untuk bertindak aman.
5) Terpeliharanya catatan-catatan tentang kecelakaan.
6) Menganalisis penyebab kecelakaan.
7) Kontes keselamatan.
8) Melaksanakan peraturan.
8. Jelaskan hukum keselamatan dan kesehatan kerja menurut Permenaker No.5
Tahun 1996!
Jawaban:
Setiap perusahaan yang mempekerjakan 100 (seratus) tenaga kerja atau lebih
dan/atau yang mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik
proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja,
seperti peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan, dan penyakit akibat
kerja (PAK).
9. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan kesehatan berkala?
Jawaban:
Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan, yaitu untuk mengevaluasi apakah
faktor-faktor penyebab itu telah menimbulkan gangguan pada pekerja.
10. Sebutkan dua jenis kerugian akibat kecelakaan kerja!
Jawaban:
Kerugian akibat kecelakaan kerja, anatara lain:
a. Kerugian langsung
b. Kerugian tak langsung (tersembunyi)

II. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! (HALAMAN 36)


1. Jelaskan pengertian dari keselamatan dan kesehatan kerja!
Jawaban:
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu cara untuk melindungi
para karyawan dari bahaya atau ancaman kecelakaan kerja selama bekerja,
yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat yang
mendukung pencapaian tujuan perusahaan.
2. Sebutkan peranan K3 dalam produktivitas kerja!
Jawaban:
Secara umum peranan K3 dalam produktivitas kerja, sebagai berikut:
1) Untuk menjamin bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan
perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional.
2) Untuk menjamin bahwa setiap orang yang berada di tempat kerja perlu
terjamin keamanannya.
3) Untuk memastikan bahwa setiap sumber produksi dapat dipakai dan
dipergunakan secara aman dan efisien.
4) Untuk mengurangi bahaya perusahaan jika terjadi kecelakaan kerja dan
penyakit akibat hubungan kerja, karena sebelumnya sudah ada tindakan
antisipatif dari perusahaan.
3. Sebutkan faktor-faktor yang menentukan status kesehatan seorang menurut
Blum!
Jawaban:
1) Lingkungan,
2) Perilaku
3) Pelayanan kesehatan
4) Genetic
4. Jelaskan hukum keselamatan dan kesehatan kerja menurut Permenaker No.4
Tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K2)!
Jawaban:
Undang-undang ini berisikan tentang:
a. Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkerjakan 100
(seratus) orang atau lebih.
b. Tempat kerja dimana pengusaha mempekerjakan kurang dari 100 (seratus)
orang tetapi menggunakan bahan, proses, dan instalasi yang memiliki resiko
besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan, dan pencemaran
radioaktif.
5. Jelaskan hubungan pekerjaan dengan kesehatan dan kesejahteraan pekerja!
Jawaban:
Pekerja sebagai sumber daya manusia adalah penggerak utama dalam
perekonomian. Sumber daya manusia atau pekerja bisa bekerja dengan baik
apabila kondisi kesehatannya juga baik. Dengan kondisi kesehatan yang prima
maka akan berdampak pada hasil produksi. Kesehatan dan keselamatan kerja
dibutuhkan untuk memunculkan rasa aman dan nyaman sehingga para pekerja
dapat bekerja dengan baik dan produktivitas kerjanya menigkat. Dengan
meningkatnya kinerja seorang pegawai maka akan berdampak pada upah atau
gaji yang mereka dapatkan, sehingga secara tidak langsung akan berdampak
pada keuangan mereka dan tingkat kesejahteraan hidup pekerja dan
keluarganya.

SOAL REMIDI (HALAMAN 36)


1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan kerja?
Jawaban:
Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik
jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.
2. Sebutkan kondisi yang dapat memengaruhi kesehatan para pekerja!
Jawaban:
1) Kurangnya pencahayaan yang mengakibatkan sakit mata.
2) Tidak adanya sistem sirkulasi udara, sehingga debu-debu atau partikel-
partikel kecil akan mengganggu sistem pernapasan pekerja.
3) Pekerja yang bekerja dengan menggunakan bahan-bahan kimia
berbahaya.
4) Tingkat kebisingan yang melebihi batas ambang pendengar, yang dapat
mengakibatkan ketulian pada pekerja.
3. Jelaskan pentingnya keselamatan kerja dilihat dari segi hukum!
Jawaban:
Undang-undang ketenagakerjaan merupakan jaminan bagi setiap pekerja
untuk menghadapi risiko kerja yang dihadapi yang ditimbulkan dari setiap
pekerjaan. Para pemberi kerja yang lalai atas tanggung jawab dalam
melindungi pekerja yang mengakibatkan kecelakaan kerja akan mendapat
hukuman yang setimpal sesuai dengan undang-undang
ketenagakerjaan,yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk melindungi para pekerja pada
segala lingkungan kerja baik di darat,dalam tanah,permukaan air,di dalam
air maupun di udara,yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia.
4. Sebutkan tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja menurut
Mangkunegara!
Jawaban :
1) Agar setip pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja,baik secara fisik,sosial,dan psikologis.
2) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
3) Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4) Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gaji
pegawai.
5) Agar meningkatnya kegairahan,keserasian kerja,dan partisipasi kerja.
6) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan atas kondisi kerja.
7) Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
5. Apa yang dimaksud dengan tempat kerja terkait unsur-unsur suatu
organisasi?
Jawaban :
Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja,atau sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber
atau sumber-sumber bahaya,baik di darat,di dalam tanah,di permukaan
air,di dalam air,maupun di dalam udara yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.

SOAL PENGAYAAN (HALAMAN 36)


1. Sebutkan cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi kecelakaan
kerja !
Jawaban :
a. Menerapkan prosedur bekerja sesuai dengan SOP (Standard
Opertional Procedure).
b. Seluruh unsur yang ada harus mengetahui sarana,peraturan
kesehatan,dan prosedur keamanan organisasi.
c. Seluruh staf bekerja sesuai dengan tugas atau kewajibannya.
d. Tenaga kerja yang tidak dapat melaksanakan kewajiban harus
melapor kepada pihak yang berwenang agar ada antisipasi jika
timbul masalah.
2. Jelaskan faktor-faktor yang menentukan kondisi pekerja !
Jawaban :
1) Kondisi mental dan fisik.
Kondisi tersebut sangat berpengaruh dalam menjalankan proses
produksi karena dengan kondisi mental dan fisik yang buruk dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja.
2) Kebiasaan kerja yang baik dan aman.
Pada saat melakukan pekerjaan,pekerja harus dapat dituntut untuk
bekerja secara disiplin agar tidak lalai yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja.
3) Pemakaian alat-alat pelindung diri.
Kurangnya kesadaran dalam pemakain alat-alat pelindung karena dirasa
tidak nyaman oleh pekerja dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.

3. Jelaskan pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Sibarani


Mutiara !
Jawaban :
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya
untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan,baik jasmaniah maupun
rohaniah tenaga kerja khususnya,dan manusia pada umumnya,serta
hasil kerja dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
4. Jelaskan unsur-unsur dalam suatu
organisasi/instansi/perusahaan/yayasan !
Jawaban :
a. Tenaga kerja
Tenaga kerja adalah orang yang mampu melakukan pekerjaan,baik
di dalam maupun di luar hubungan kerja,guna menghasilkan jasa
atau barang untuk memenuhu kebutuhan masyarakat.
b. Pengusaha
Dapat dikatakan pengusaha apabila :
1) Orang ,persekutuan, atau badan hukum yang menyalurkan suatu
perusahaan milik sendiri.
2) Oang, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjelaskan perusahaan bukan miliknya.
3) Orang, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia dalam nomor 1) dan 2) yang berkedudukan di luar
wilayah Indonesia .
c. Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang mempekerjakan
tenaga kerja dengan tujuan mencari untung atau tidak,baik milik
swasta maupun negara.
d. Tempat kerja dalah setiap ruangan atau lapangan tertutup atau
terbuka bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atau
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dna
dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya,baik darat, di
dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara yang
berada di dalam wilayah kekuasaanmhukum Republik Indonesia.
5. Sebutkan prosedur bekerja dengan aman dan tertib yang dilakukan
pihak pengusaha atau perusahaan!
Jawaban:
a. Menetapkan standar K3.
b. Menetapkan tata tertib yang harus dipatuhi.
c. Menetapkan peraturan-peraturan.
d. Mensosialisasikan peraturan dan perundang-undangan K3 ini
kepuda seluruh tenaga kerja.
e. Memonitor pelaksanaan peraturan-peraturan.
RANGKUMAN
1. Keselamatan kerja adalah suatu bentuk perlindungan yang berkaitan dengan
upaya pencegahan kecelakaan kerja maupun lingkungan kerja serta tindakan
pekerja sendiri.
2. Faktor-faktor yang menentukan kondisi keselamatan pekerja, yaitu:
a. Kondisi mental dan fisik
b. Kebiasaan kerja yang baik dan aman
c. Pemakaian alat-alat pelindung diri
3. Kesehatan kerja adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik
jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan
terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan
dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.
4. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu cara untuk melindungi
para karyawan dari bahaya atau ancaman kecelakaan kerja selama bekerja,
yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat yang
mendukung pencapaian tujuan perusahaan.
5. Penerapan K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) memiliki beberapa dasar
hukum pelaksanaan, diantaranya:
a. UU No.1 Tahun 1070 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
b. Permenaker No. 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen K3.
c. Permenaker No. 4 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3).
6. Unsur-unsur dalam suatu organisasi/instansi/perusahaan/yayasan, yaitu:
a. Tenaga kerja
b. Pengusaha
c. Perusahaan
d. Tempat kerja
7. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan
yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda, atau kerugian
terhadap proses.
8. Kerugian akibat kecelakaan kerja, antara lain:
a. Kerugian langsung
Penderitaan pribadi, rasa kehilangan dari anggota keluarga korban.
b. Kerugian tak langsung (tersembunyi)
Kerusakan mesin dan peralatan, terganggunya produksi, serta terganggunya
waktu kerja karyawan.
9. Cara mengantisipasi kecelakaan kerja, antara lain:
a. Menerapkan prosedur bekerja sesuai dengan SOP (Standard Operational
Procedur).
b. Seluruh unsur yang ada harus mengetahui sarana, peraturan kesehatan,
dan prosedur keamanan organisasi.
c. Seluruh staff bekerja sesuai dengan tugas atau kewajibannya.
d. Tenaga kerja yang tidak dapat melaksanakan kewajiban harus melapor
kepada pihak yang berwenang agar ada antisipasi jika timbul masalah.

Anda mungkin juga menyukai