Makalah (kelompok 3)
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA PELAJARAN
Di susun oleh:
Misky Arafah
Fitri Mutiara
Muhammad Sofi
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Guru dan teman-teman yang
telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Aamiin.
Penyusun
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan
keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan
pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang
dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari.
Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan
pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah capek.
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang harus dipahami dalam hal kesehatan dan keselamatan
kerja yaitu:
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas dari
mata pelajaran Pengelolaan Bisnis Ritel serta untuk mengetahui lebih lanjut tentang
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam dunia bisnis termasuk bisnis ritel, prinsip kesehatan, keselamatan, dan
keamanan kerja juga harus diterapkan. Hal ini bertujuan untuk menciptakan
kesejahteraan untuk para pekerja, pengusahan, maupun instansi dalam dunia usaha.
Kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh
pihak pengusaha. Karena dengan adanya kesehatan yang baik akan menguntungkan
para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja
dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan
akan mampu bekerja lebih lama.
Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan, bahwa kesehatan kerja adalah
suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha
pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.
3
Menurut Flippo, yang dikutip dalam Sibarani Mutiara (2012:113), kesehatan
kerja dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Physical health
a) Preplacement physical examinations (pemeriksaan jasmani
prapenempatan).
b) Periodic physical examinations for all key personnel (pemeriksaan
jasmani secara berkala untuk personalia).
c) Voluntary periodic physical examinations for all key personnel
(pemeriksaan jasmani secara berkala secara sukarela untuk personalia).
d) A well-eqipped and staffed medical dispensary (klinik medis yang
mempunyai staf dan perlengkapan yang baik).
e) Availability of trained industrial hygienists and madecal personnel
(tersedianya personalia medis dan ahli hygiene industri yang terlatih).
f) Systematic and preventive attention devoyed to industrial stresses and
strains (perhatian yang sistematis dan preventif yang dicurahkan pada
tekanan dan ketegangan industrial).
g) Periodic and systematic inspections of provisions for propersanitation
(pemeriksaan-pemeriksaan berkala dan sistematis atas ketentuan untuk
sanitasi yang tepat).
2) Mental health
a) Availability of psychiatric specialist and instructions (tersedianya
penyuluhan kejiwaan dan psikiater).
b) Cooperation with outside psychiatric specialist and instructions (kerjasama
dengan spesialis dan lembaga-lembaga psikiater dari luar organisasi).
c) Education of company personnel concerning the nature and importance of
the mental health problem (pendidikan personalia perusahaan sehubungan
dengan hakikat dan pentingnya masalah kesehatan mental).
d) Development and maintenance of aproper human relations program
(pengembangan dan pemeliharaan program hubungan kemanusiaan yang
tepat).
4
Menurut Blum (1981) status kesehatan seseorang ditentukan oleh empat
faktor, sebagai berikut.
Kaitan timbal balik pekerjaan yang dilakukan dan kesehatan pekerja semakin
bayak dipelajari dan terus berkembang sejak terjadinya revolusi industri. Pekerjaan
mungkin berdampak negatif bagi kesehatan, akan tetapi sebaliknya pekerjaan dapat
pula memperbaiki tingkat kesehatan dan kesejahteraan pekerja bila dikelola dengan
baik. Demikian pula status kesehatan pekerja sangat memengaruhi produktivitas
kerjanya. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila
dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya.
5
Menurut Simajuntak (1994) kesehatan kerja adalah kondisi yang dapat
memengaruhi kesehatan para pekerja, seperti:
2. Keselamatan kerja
6
Menurut Swasto (2011:107) keselamatan kerja menyangkut segenap proses
perlindungan tenaga kerja terhadap kemungkinan adanya bahaya yang timbul
dalam lingkungan pekerjaan. Sedangkan Swasto (2011:108) mengemukakan
bahwa ada faktor yang memengaruhi keselamatan kerja, sehingga berakibat
terhadap kecelakaan kerja.
1) Moral
Manusia merupakan makhluk termulia didunia, oleh karena itu sepatutnya
manusia memperoleh perlakuan yang terhormat dalam organisasi. Menurut
UU RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, dimana manusia
memiliki hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, serta perlakuan yang sesuai dengan
harkat dan martabat manusia dan niali-nilai agama. Para pemberi kerja
melaksanakan itu untuk membantu dan memperingan beban penderitaan
atas musibah kecelakaan kerja yang dialami para karyawan dan keluarga.
2) Hukum
Undang-undang ketenagakerjaan merupakan jaminan bagi setiap pekerja
untuk menghadapi risiko kerja yang dihadapi yang ditimbulkan dari setiap
pekerjaan. Para pemberi kerja yang lalai atas tanggung jawab dalam
melindungi pekerja yang mengakibatkan kecelakaan kerja akan mendapat
hukuman yang setimpal sesuai dengan undang-undang ketenagakerjaan,
yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja untuk melindungi para pekerja pada segala lingkungan
kerja baik didarat, dalam tanah, permukaan air, didalam air maupun
diudara, yang berada diwilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
3) Ekonomi
Alasan ekonomi akan dialami oleh banyak perusahaan karena
mengeluarkan biaya-
7
biaya yang tidak sedikit jumlahnya akibat kecelakaan kerja yang dialami
pekerja. Kebanyakan perusahaan membebankan kerugian kecelakaan kerja
yang dialami karyawan kepada pihak asuransi. Kerugian tersebut bukan
hanya berkaitan dengan biaya pengobatan dan pertanggungan lainnya,
tetapi banyak faktor lain yang menjadi perhitungan akibat kecelakaan kerja
yang diderita para pekerja.
Kondisi bangunan adalah tempat atau bangunan yang digunakan untuk tempat
bekerja, apakah telah memenuhi kriteria keselamatan bagi penghuni bangunan
tersebut. Kondisi mesin yang ada diperusahaan juga harus baik, sehingga harus ada
penjadwalan mesin-mesin untuk proses produksi. Hal ini bertujuan untuk mencegah
kerusakan mesin yang dapat membahayakan operator.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu faktor yang penting
atas terlaksananya kegiatan perusahaan.
8
1) Menurut Prawirosentono Suyadi (2002:91)
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah menciptakan suasana dan
lingkungan kerja yang menjamin kesehatan dan keselamatan karyawan agar
tugas pekerjaan diwilayah kerja perusahaan dapat berjalan lancar.
2) Menurut Sibarani Mutiara (2012:163)
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja khususnya, dan manusia pada umumnya, serta hasil karya dan
budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
3) Menurut Depnakes (2005)
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah segala daya upaya pemikiran yang
dilakukan dalam rangka mencegah, menanggulangi, dan mengurangi
terjadinya
kecelakaan dan dampak melalui langkah-angkah identifikasi, analisis, dan
pengendalian bahaya dengan menerapkan pengendalian bahaya secara
tepat dan melaksanakan perundang-undangan tentang keselamatan dan
kesehatan kerja (K3).
9
Flippo yang dikutip dalam Sibarani Mutiara (2012:114), berpendapat bahwa
tujuan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan dapat dicapai, jika terdapat unsur-
unsur yang mendukung, sebagai berikut:
2.2
10
1. UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a. Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja berlaku disetiap tempat kerja yang
mencakup tiga unsur pokok, yaitu tenaga kerja, bahaya kerja, dan usaha, baik
yang bersifat ekonomi maupun sosial.
b. Ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja berkaitan dengan perlindungan:
1) Tenaga kerja
2) Alat, bahan, pesawat, mesin, dan sebagainya
3) Lingkungan
4) Proses produksi
5) Sifat pekerjaan
6) Cara kerja
c. Persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja diterapkan sejak tahap
perencanaa, pembuatan, pemakaian barang maupun produk teknis, dan
seterusnya.
d. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan tanggung jawab semua pihak,
khususnya pihak yang terkait dengan proses penyelenggaraan suatu usaha.
Setiap perusahaan yang mempekerjakan 100 (seratus) tenaga kerja atau lebih
dan/atau yang mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses
atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja, seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran lingkungan, dan penyakit akibat kerja (PAK).
11
2.3
Prosedur keselamatan kerja harus diberlakukan dimana saja oleh setiap orang
yang bekerja, maupun oleh instasi yang memberikan pekerjaan. Hal tersebut bertujuan
agar setiap tenaga kerja medapatkan perlindungan atas kesehatan dan keselamatan
kerja. Prosedur K3 ini
merupakan tahap atau proses suatu kegiatan untuk menyelesaikan aktivitas atau
metode (cara) langkah demi langkah secara pasti dalam pekerjaan dengan
memerhatikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Pihak pengusaha atau perusahaan melakukan prosedur bekerja dengan aman dan
tertib dengan cara:
12
c. Menetapka peraturan-peraturan.
d. Mensosialisasikan peraturan dan perundang-undangan K3 ini kepada seluruh
tenaga kerja.
e. Memonitor pelaksanaan peraturan-peraturan.
2.4
2.5
E. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja tentunya akan membawa suatu akibat yang berupa kerugian.
Kerugian tersebut dapat bersifat ekonomis maupun nonekonomis.
Menurut Sulaksmono kecelakaan adalah suatu kejadian tak diduga dan tidak
dihendaki yang mengacaukan proses suatu aktivitas yang telah diatur. Sedangkan
menurut Sugeng (2005), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang
tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda, atau
kerugian terhadap proses.
13
2. Faktor penyebab kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja dapat terjadi pada saat seseorang mengoperasikan alat kerja atau
produksi, antara lain:
Untuk mencegah gangguan daya kerja, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan
agar para buruh tetap produktif dan mendapatkan jaminan perlindungan keselamatan
kerja, sebagai berikut.
14
d. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku ditempat kerja
sebelum mereka memulai tugasnya, tujuannya agar mereka menaatinya.
e. Penggunaan pakaian pelindung.
f. Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakan, misalnya proses
pencampuran bahan kimia berbahaya, dan pengoperasian mesin yang sangat
bising.
g. Pengaturan ventilasi setempat/lokal, agar bahan-bahan/gas sisa dapat diisap
dan dialirkan keluar.
h. Subtitusi bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya
atau tidak berbahaya sama sekali.
i. Pengadaan ventilasi umum untuk mengalirkan udara kedalam ruang kerja
sesuai dengan kebutuhan.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan makalah diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan
dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan
dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional
terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan
keselamatan kerja tidak melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga
mental, psikologis, dan mental. Kesehatan dan keselamatan kerja juga merupakan
salah satu unsur yang penting dalam ketenegakerjaan. Oleh karena itulah sangat
banyak berbagai peraturan perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur masalah
kesehatan dan keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur
menganai kesehatan dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor dilapangan
yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya
kerja dan bahaya nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar
keselamatan dan kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja. Oleh
karena itu, perlu ditingkatkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
yang dalam hal ini tentu melibatkan pihak bagi semua pihak. Tidak hanya bagi para
pekerja, tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan lingkungan sehingga dapat
tercapai pengingkatan mutu kehidupan dan produktivitas nasional.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan kesimpulan diatas maka kami ajukan saran-
saran sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
16
2. Bagi Karyawan
Bagi karyawan lebih memperhatikan program keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) dengan bekerja secara disiplin dan berhati-hati serta mengikuti proses.
17