Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan
keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan
pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang
dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari.
Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan
pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah capek.

Keamanan & Keselamatan Kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga
kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan
menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan
tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang
tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk
menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang
ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi
juga mental, emosional dan psikologi.

Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur


sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu
banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja
seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan yang
tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu banyak berita
kecelakaan kerja yang dapat kita saksikan. Dalam makalah ini kemudian akan
dibahas mengenai permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja serta bagaimana
mewujudkannya dalam keadaan yang nyata.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang harus dipahami dalam hal keselamatan dan kesehatan
kerja yaitu apa saja tujuan dan pentingnya keselamatan kerja, gangguan apa yang
bisa terjadi dalam keselamatan dan kesehatan kerja, serta mengetahui strategi apa
saja yang digunakan untuk meningkatkan kualitas kerja para karyawan, dan
pertimbangan hukum apa yang menaungi keselamatan dan kesehatan kerja.

C. Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas dari
mata kuliah Keamanan & Keselamatan Kerja serta untuk mengetahui lebih lanjut
tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

Diharapkan manfaat dari pembahasan ini adalah dapat menambah pengetahuan kita
tentang syarat dan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja, sehingga kita
mengerjakan suatu pekerjaan di bengkel atau industri sudah tahu keselamatan dan
kesehatan kerja.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


 Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
 Menurut Suma’mur (1981: 2), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha
untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan
yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.Menurut Simanjuntak (1994),
keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko
kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi
bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja
 Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang
terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik,
mental dan stabilitas emosi secara umum.
 Menurut Ridley, John (1983), mengartikan kesehatan dan keselamatan kerja
adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi
pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar
pabrik atau tempat kerja tersebut.

Setelah melihat berbagai pengertian di atas, pada intinya dapat ditarik kesimpulan
bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang
sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan
lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja
juga merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak
selamat, yang dapat mengakibatkan kecelakaan.

Keselamatan dan kesehatan kerja menuju pada kondisi kondisi fisiologis-fisikal dan
psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh
perusahaan. Jika sebuah perusahaan melaksanakan tindakan-tindakan keselamatan dan
kesehatan yang efektif, maka lebih sedkit pekerja yang menderita cedera atau penyakit
jangkapendek maupun jangka panjang sebagai akibat dari pekerjaan mereka
diperusahaan tersebut.

Kondisi fisiologis-fiskal meliputih penyajit penyakit-penyakit kecelakaan kerja seperti


kehilangan nyawa atau anggota badan, cidera yang diakibatkan gerakan yang
berulang, sakit punggung, sindrom karpaltunnel, penyakit-penyakit kardiovaskular,
berbagai jenis kanker seperti kanker paru-paru dan leukemia, emphysema,serta
arthritis. Kondisi- kondisi lain yang diketahui sebagai akibat dari tidak sehatnya
lingkungan pekerjaan meliputih penyakit paru-paru putih, penyakit paru-paru coklat,
penyakit paru-paru hitam, kemandulan, kerusakan sistem syaraf pusat dan bronghitis
kronis.

2
Kondisi-kondisi fisikologis diakibatkan oleh stress pekerjaan dan kehidupan kerja
yang berkualitas rendah. Hal ini meliputih ketidak puasan, sikap apatis, penarikan diri,
penonjolan diri, pandangan sempit, menjadi pelupah, kebingungan terhadap peran dan
kewajiban, tidak mempercayai orang lain, bimbang dalam mengambil keputusan,
kurang perhatian, mudah marah, selalu menunda pekerjaan dan kecenderungan untuk
mudah putus asah terhadap hal-hal yang remeh.

B. MANFAAT K3 DALAM BEKERJA BESERTA TUJUANYA

Banyak perusahaan atau entrepreneur yang merasa bila Audit yaitu sistem untuk
mencari kekeliruan yang dilakukan oleh entrepreneur itu atau karyawan yang bekerja
di perusahaan itu merasa kalau ia tengah di check dan di cari kekeliruannya hingga
asumsi kalau Audit itu akan bikin mereka berada dalam permasalahan.

Berikut ini yaitu 4 manfaat Audit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) :

1. Mejemen tahu kekurangan unsur system operasi sebelumnya muncul masalah


operasi, insiden atau kecelakaan yang merugikan shingga kerugian dapat
ditekan dan keandalan dan efisiensi dapat ditingkatkan
2. Didapat deskripsi yang pasti dan komplit mengenai status mutu proses
keselamatan dan kesehatan kerja yang ada saat minim tujuan apa yang ingin
diraih dimasa yang akan datang dan tingkat pemenuhan pada ketentuan
perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku
3. Didapat penambahan pengetahuan, kematangan dan kesadaran mengenai K3
untuk karyawan yang ikut serta dalam proses audit keselamtan dan kesehatan
kerja
4. Penigkatan citra perusahaan.

Mengenai manfaat aplikasi 5R (5S) ditempat kerja diantaranya :

 Tingkatkan produktivitas karena penyusunan tempat kerja yang lebih efektif.


 Tingkatkan kenyamanan karena tempat kerja selalu bersih dan jadi luas/lega.
 Kurangi bahaya ditempat kerja karena kwalitas tempat kerja yang bagus/baik.
 Memberi penghematan karena menyingkirkan beragam pemborosan ditempat
kerja.

Budaya 5R (5S) telah banyak diaplikasikan pada perusahaan-perusahaan, bahkan juga


dengan mengaplikasikan budaya 5R (5S) ditempat itu tersebut perusahaan-perusahaan
banyak yang berkembang jadi perusahaan kelas atas. Budaya 5R (5S) adalah investasi
awal untuk sebuah perusahaan untuk menuju keberhasilan berkepanjangan.

3
C. Peran Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

Proses Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yaitu salah satu bentuk usaha untuk
membuat tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, hingga
dapat kurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
selanjutnya dapat tingkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak
saja menyebabkan korban jiwa ataupun kerugian materi untuk pekerja dan
entrepreneur, namun dapat juga mengganggu sistem produksi secara detail,
mengakibatkan kerusakan lingkungan yang selanjutnya akan beresiko pada orang-
orang luas. Berikut ini deskripsi singkat Peran Keamanan, Kesehatan, dan
Keselamatan Kerja (K3) :

 Setiap karyawan atau tenaga kerja memiliki hak memperoleh perlindungan atas
keselamatannya, dalam melakukan aktivitas atau pekerjaan untuk kesejahteraan
hidup dan tingkatkan produksi dan produktivitas perusahaan pada terutama ;
juga produktivitas nasional pada umumnya.
 Setiap individu/orang/manusia yang berada ditempat kerja perlu terjamin
keselamatannya.
 Setiap sumber produksi/alat-alat/inventory perlu digunakan dan dipakai dengan
cara aman, efektif, dan tepat manfaat.
 Adalah aksi preventif/antisipatif/mencegah dari sebuah instansi/perusahaan
untuk kurangi/meminimalisir peluang terjadinya kecelakaan atau sakit akibat
kerja ; hingga dapat kurangi biaya biaya perusahaan.

D. Gangguan Terhadap Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


Baik aspek fisik maupun sosio-fisikologis lingkungan pekerjaan membawa dampak
kepada keselamatan dan kjesehatan kerja. Kondisi-kondisi sosio-fisikologis membawa
dampak besar bagi keselamatan dan kesehatan kerja, dan perusahaan yang harus
melakukan sesuatu untuk mengatasinya, yaitu, misalnya para pekerja setelah jam
kerjamenerimah petunjuk mengenai metode-metode manajemen stress. Petunjuk-
petunjuk ini meliputih meditasi, latihan pernapasan, dan satu teknik yang disebut
dotstopin. Teknik yang sejenis dengan biofekback ini mengajarkan para pekerja untuk
mengendalikan stress mereka dengan mengenang suatu saat yang indah dan
memusatkan diri pada perasaan-perasaan dan sensasi-sensasi yang mereka alamih
pada waktu itu. Dewasa ini, upaya-upaya untuk meningkatkan keselamatan dan
kesehatan kerja tidaklah lengkap tanpa suatu strategi untuk mengurangi stress
fisikologis yang berhubungan dengan pekerjaan.
a. kecelakan - kecelakan kerja
perusahaan-perusahaan tertentu atau depertemen tertentu cenderung mempunyai
tingkat kecelakan kecelakan kerja yang tinggi daripada lainya.

b. penyakit-penyakit yang diakibatkan dipekerjaan


sumber-sumber potensial penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan
yang sama beragamnya seperti gejala-gejala penyakit tersebut. Beberapa badan
4
federal secara sistematis telah mempelajari lingkungan pekerjaan, dan telah
mengidentifikasi penyebab penyakit-penyakit berbahaya berasal dari ansenik,
asbes, bensin, biglorometiletter, debu batu bara asap tungku batu arang, debu
kapas, timah, radiasi dan vinin florida. Para pekerja yang besar kemungkinannya
terkena bahaya-bahaya itu meliputih pekerja-pekerja dipabrik kimia dan
penyulingan minyak, penambang, pekerja pabrik testil dan pabrik baja, pekerja
di peleburan timah, teknisi medis, tukang cat, pembuatan sepatu, dan pekerja
industry plastic.riset lebih lanjut tentunya akan dapat mengungkapkan bahaya-
bahaya lain yang ingin didiagnosis dan diatasi oleh perusahaan untuk
kesejahteraan tenaga kerja mereka dimasa depan.

c. kehidupan kerja berkualitas rendah


Bagi banyak pekerja, kehidupan kerja berkualitas rendah disebabkan oleh
kondisi tempat kerja yang gagal untuk memenuhi freferensi-freferensi dan
minat-minat tertentu serti rasa tanggung jawab, keingina akan pemberdayaan dan
keterlibatan dalam pekerjaan, tantangan, harga diri, pengendalian diri,
penghargaan, prestasi, keadilan, kemanan, dan kepastian.

d. Stres pekerjaan
penyebab umum stress bagi banyak pekerja adalah supervisor (atasan), salary
(gaji), security (keamanan), dan safety (keselamatan). Aturan-aturan kerja yang
sempit dan tekanan-tekanan yang tiada henti untuk mencapai sejumlah produksi
yang lebih tinggi adalah penyebab untama stress yang dikaitkan para pekerja
dengan supervisor. Gaji adalah penyebab stress bila dianggap tidak diberikan
secara adil. Para pekerja mengalami stress ketika merasa tidak pasti apakah
mereka tetap mempunyai pekerjaan bulan depan, minggu depan, atau bahkan
besok. Bagi banyak pekerja, rendahnya keamanan kerja bahkan lebih
menimbulkan stress dan rendahnya keselamatan kerja-paling tidak, dengan
pekerjaan dimana tigkat keselamatan kerja rendah, mereka mengetahui
risikonya, sementara dengan pekerja yang tidak aman mere akan terus berada
dalam keadaan tidak pasti.

e. kelelahan kerja (job burnout)


Kelelahan kerja (job burnout) adalah sejinis stress yang banyak dialami oleh
orang-orang yang bekerja dalam pekerjaan-pekerjaan pelayanan, seperti
karyawan kesehatan, pendidikan, kepolisian, keagamaan, dan sebagainya. Jenis
reaksi terhadap pekerjaan ini meliputih reaksi-reaksi sikap dan emosional
sebagai akibat pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan pekerjaan.

Konsekuensi kelelahan kerja. Pekerja yang mengalami kelelahan kerja akan


berprestasi lebih buruk daripda pekerja yang masih ‘penuh semangat’. Konsekuensi
kelelahan kerja yang tidak menguntungkan lainnya adalah memburuknya hubungan si
pekerja dengan rekan kerjanya yang lain. Selain membawa kepada prilaku yang
mempunyai dampak negative terhadap kwalitas kehidupan kerja seseorang, kelelahan
kerja juga dapat mendorong terciptanya tingkah laku yang menyebabkan menurunnya

5
kwalitas hidup rumah tangga seseorang.akhirnya. kelelahan kerja akan menjadi
penyebab timbulnya masalah-masalah kesehatan.

E. Strategi meningkatkan kualitas kerja


Bila penyebab sudah diidentifikasi, strategi-strategi dapat dikembangkan untuk
menghilangkan atau mengurangi bahaya kerja. Untuk menentukan apakah suatu
strategi efektif atau tidak, perusahaan dapat membandingkan insiden, kegawatan, dan
frekuensi penyakit-penyakit dan kecelakaan sebelum dan sesudah strategi tersebut
diberlakukan.
1. memantau tingkat keselamatan dan kesehatan kerja. Mewajibkan perusahaan-
perusahaan untuk menyimpan catatan insiden-insiden kecelakaan dan kasus
penyakit yang terjadi dalam perusahaan

2. mengendalikan stress dan kelelahan kerja Semakin banyak perusahaan


memberikan program pelatihan yang dirancang untuk membantu para pekerja
mengatasi stres yang diakibatkan oleh pekerjaan. Contohnya J.P. Morgan
memberikan program manajemen stress sebagai bagian dari kurikulum
pengembangan pengawasan manajemen yang lebih luas program ini
disediankan untuk staf pengawasan, staf profesional, dan pegawai, dengan
tujuan memperkenalkan bahan-bahan, keahlian informasi, dan definisi peran
pengawasan dan manajemen. Titik beratnya adalah pada penyediaan informasi
yang konkret untuk mengurangi ambiguitas yang berkaitan dengan pergantian
peran pekerjaan yangber langsung dengan cepat.

3. mengembangkan kebijakan-kebijakan kesehatan kerja Seiring dengan


berkembangnya ilmu pengetahuan dan meningkatnya tanggung jawab, semakin
banyak perusahaan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan kebijakan yang
menangkut bahaya-bahaya. Pertanyaan-pertanyaan ini berkembang dari satu
kepedulia bahwa perusahaan-perusahaan harus pro aktif mengenai masalah-
masalah kesehatan dan keselamatan kerja.

4. menciptakan program-program kebugaran. Perusahaan-perusahaan semakin


memusatkan perhatian kepada usaha-usaha menjaga agar para kerja tetap sehat
dari pada menolong mereka sembuh dari sakitnya. Mereka membuka makin
banyak program-program kebugaran dan kelihatannya program-program
tersebut memberikan hasil yang mengembirakan.

F. Pertimbangan hukum

perangkat kerja hukum bagi keselamatan dan kesehatan kerja dapat dibagi menjadi
empat kategori yaitu sebagai berikut :
1. occupational safety and health administration
occupational safety and health administration (OSHA) mengharuskan
pemeriksaan keselamatan dan kesehatan kerja tanpa memandang ukuran
6
perusahaan, pelaporan oleh perusahaan, dan penyelidikan terhadap kecelakaan
kerja. OSHA bertanggung jawab untuk menetapkan dan pemberlakuan strandar
keselamtan dan kesehatan kerja, serta memeriksa dan menerbitkan surat
panggilan kepada perusahaan yang melanggar starndar tersebut. Tanpa
memandang apakah akandiperiksa oleh OSHA perusahaan-perusahaan tetap
harus mamiliki catatan keselamatan dan kesehatan kerja yang baik, sehingga
OSHA dapat memperoleh statistic yang akurat mengenai kecelakaan-
kecelakaan dan kasus yang berhubungan dengan pekerjaan.

2. program-program kompensasi pekerjaan


Sementara OSHA diciptakan untuk memberikan perlindungan terhadap
kecelakaan dan penyekit yang dialami pekerja dalam pekerjaan, kompensasi
pekerja diciptakan untuk memberikan bantuan keuangan bagi para pekerja
akibat keselakaan kerja dan penyekit tersebut. Pembayaran kompensasi pekerja
dalam kasus-kasus kecemasan, depresi, dan kelainan mental yang berhubungan
dengan pekerja.

3. common-law doctrine of torts


Hokum ini terdiri dari putusan-putusan pengadilan yang berkenaan dengan
tidakan-tindakan pelanggaran seperti cedera ang dialami seorang pekerja akibat
tindakannya sendiri atau akibat perbuatan lainnya, atau bahkan konsumen, dan
menyebabkan tuntunan hokum kepada perusahaan. Pekerja dan konsumen
dapat memperoleh ganti rugi kerusakan jika mereka dapat menunjukan bahwa
perusahaan telah bertindak ceroboh, atau dengan sengaja menimbulkan
kesusahan dengan maksud merendahkan atau menghina. Hanya beberapa kasus
yang berhasil, mungkin sebagai karena program kompensasi pekerja dirancang
untuk menghindarkan kecelakaan-kecelakaan kerja dan tuntunan hokum
selama ini kasus-kasus yang berhasal mengajukan perusahaan kepengadilan
adalah kasus-kasus khusus karena melibatkan biaya yang besar.

4. inisiatif-inisiatif local
Perusahaan-perusahaan perlu memperhatikan perturan-peraturan local.
Kadang-kadang inisiativ-inisiativ local ini memberikan sekilas tentang
petunjuk yang akan dilakukan ileh pemerintah daerah lainnya atau bahkan
pemerintah pusat yang akan datang.

G. Urgensi Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian yang sangat penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itu, dibuatlah berbagai ketentuan yang mengatur tentang
kesehatan dan keselamatan kerja. Berawal dari adanya Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1969 tentang Pokok-Pokok Ketenagakerjaan yang dinyatakan dalam Pasal 9
bahwa “setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan,
kesehatan dan pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan harkat,
martabat, manusia, moral dan agama”. Undang-Undang tersebut kemudian

7
diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja.
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 ini ada beberapa hal yang diatur antara
lain:

a. Ruang lingkup keselamatan kerja, adalah segala tempat kerja, baik di darat, di
dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang berada dalam
wilayah hukum kekuasaan RI. (Pasal 2).
b. Syarat-syarat keselamatan kerja adalah untuk:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan


2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
3. Mencegah dan mengurangi peledaka
4. Memberi pertolongan pada kecelakaan
5. Memberi alat-alat perlindungan diri pada pekerja
6. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
7. Memelihara kesehatan dan ketertiban

c. Pengawasan Undang-Undang Keselamatan Kerja, “direktur melakukan


pelaksanaan umum terhadap undang-undang ini, sedangkan para pegawai
pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan
langsung terhadap ditaatinya undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya.
(Pasal 5).
d. Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Pembinaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja untuk mengembangkan kerja sama, saling pengertian dan
partisipasi yang efektif dari pengusaha atau pengurus tenaga kerja untuk
melaksanakan tugas bersama dalam rangka keselamatan dan kesehatan kerja
untuk melancarkan produksi. (Pasal 10).

e. Setiap kecelakan kerja juga harus dilaporkan pada pejabat yang ditunjuk oleh
Menteri Tenaga Kerja di dinas yang terkait. (Pasal 11 ayat 1).
(Suma’mur. 1981: 29-34).
Dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 86 ayat 1 UU Nomor 13 Tahun 2003 diatur
pula bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas:

1. Keselamatan kerja
2. Moral dan kesusilaan
3. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai
nilai agama.

8
Selain diwujudkan dalam bentuk undang-undang, kesehatan dan keselamatan kerja
juga diatur dalam berbagai Peraturan Menteri. Diantaranya Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Nomor Per-01/MEN/1979 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja. Tujuan
pelayanan kesehatan kerja adalah:

1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri dengan


pekerjaanya.
2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari
pekerjaan atau lingkungan kerja.
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental, dan kemapuan fisik tenaga
kerja.
4. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga kerja
yang menderita sakit.

Selanjutnya Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-02/MEN/1979 tentang


Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja meliputi:
pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan
kesehatan khusus. Aturan yang lain diantaranya Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1981 tentang Wajib Lapor Ketenagaan dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor
03/MEN/1984 tentang Mekanisme Pengawasan Ketenagakerjaan. Arti penting dari
kesehatan dan keselamatan kerja bagi perusahaan adalah tujuan dan efisiensi
perusahaan sendiri juga akan tercapai apabila semua pihak melakukan pekerjaannya
masing-masing dengan tenang dan tentram, tidak khawatir akan ancaman yang
mungkin menimpa mereka. Selain itu akan dapat meningkatkan produksi dan
produktivitas nasional. Setiap kecelakaan kerja yang terjadi nantinya juga akan
membawa kerugian bagi semua pihak. Kerugian tersebut diantaranya menurut Slamet
Saksono (1988: 102) adalah hilangnya jam kerja selama terjadi kecelakaan,
pengeluaran biaya perbaikan atau penggantian mesin dan alat kerja serta pengeluaran
biaya pengobatan bagi korban kecelakaan kerja. Menurut Mangkunegara tujuan dari
keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dan
seefektif mungkin.
3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

9
Melihat urgensi mengenai pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja, maka di
setiap tempat kerja perlu adanya pihak-pihak yang melakukan kesehatan dan
keselamatan kerja. Pelaksananya dapat terdiri atas pimpinan atau pengurus perusahaan
secara bersama-sama dengan seluruh tenaga kerja serta petugas kesehatan dan
keselamatan kerja di tempat kerja yang bersangkutan. Petugas tersebut adalah
karyawan yang memang mempunyai keahlian di bidang keselamatan dan kesehatan
kerja, dan ditunjuk oleh pimpinan atau pengurus tempat kerja/perusahaan
Pengusaha sendiri juga memiliki kewajiban dalam melaksanakan kesehatan dan
keselamatan kerja. Misalnya terhadap tenaga kerja yang baru, ia berkewajiban
menjelaskan tentang kondisi dan bahaya yang dapat timbul di tempat kerja, semua alat
pengaman diri yang harus dipakai saat bekerja, dan cara melakukan pekerjaannya.
Sedangkan untuk pekerja yang telah dipekerjakan, pengusaha wajib memeriksa
kesehatan fisik dan mental secara berkala, menyediakan secara cuma-cuma alat
pelindung diri, memasang gambar-gambar tanda bahaya di tempat kerja dan
melaporkan setiap kecelakaan kerja yang terjadi kepada Depnaker setempat.
Para pekerja sendiri berhak meminta kepada pimpinan perusahaan untuk dilaksanakan
semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja, menyatakan keberatan bila melakukan
pekerjaan yang alat pelindung keselamatan dan kesehatan kerjanya tidak layak. Tetapi
pekerja juga memiliki kewajiban untuk memakai alat perlindungan diri yang
diwajibkan dan menaati persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku.
Setelah mengetahui urgensi mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, koordinasi
dari pihak-pihak yang ada di tempat kerja guna mewujudkan keadaan yang aman saat
bekerja akan lebih mudah terwujud.

10
H. Dasar Hukum Undang – Undang Keselamatan Kerja
1. Undang-Undang Dasar 1945, pasal 5, 20 dan 27
2. Undang Undang RI No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Selain itu ada beberapa Peraturan yang Berkaitan dengan K3, antara lain:
1. UU No. 1 tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya UU Kerja Tahun 1948 No.
1, yang memuat aturan-aturan dasar tentang pekerjaan anak, orang muda dan
wanita, waktu kerja, istirahat dan tempat kerja.
2. UU UAP (Stoon Ordonantie, Stdl. No.225 tahun 1930), yang mengatur
keselamatan kerja secara umum dan bersifat nasional.
3. UU Timah Putih Kering, yang mengatur tentang larangan membuat,
memasukkan, menyimpan atau menjual timah putih kering kecuali untuk
keperluan ilmiah dan pengobatan atau dengan izin dari pemerintah.
4. UU Petasan, yang mengatur tentang petasan buatan yang diperuntukkan untuk
kegembiraan/keramaian kecuali untuk keperluan pemerintah.
5. UU Rel Industri, yang mengatur tentang pemasangan, penggunaan jalan-jalan rel
guna keperluan perusahaan pertanian, kehutanan, pertambangan, kerajinan dan
perdagangan.
6. UU No. 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 mengenai
Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.
7. UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial:
a. Jaminan kecelakaan kerja
b. Jaminan kematian
c. Jaminan hari tua
d. Jaminan pemeliharaan kesehatan

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan
perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental
maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi
kesehatan dan keselamatan kerja tidak melulu berkaitan dengan masalah fisik
pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan emosional.

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-
undangan yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja.
Meskipun banyak ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan
kerja, tetapi masih banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih
banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan
kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.

Oleh karena itu, perlu ditingkatkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan
kerja yang dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi semua pihak. Tidak hanya
bagi para pekerja, tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan lingkungan
sehingga dapat tercapai peningkatan mutu kehidupan dan produktivitas nasional.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://ikhaputri97.blogspot.co.id/2016/11/makalah-kesehatan-dan-keselamatan-
kerja.html
https://hujanmanis.weebly.com/blog/tujuan-k3-keselamatan-dan-kesehatan-kerja
http://benderak3.blogspot.co.id/2015/11/makalah-undang-undang-no-1-th-1970.html

13

Anda mungkin juga menyukai